You are on page 1of 51

1

LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA PAROTITIS EPIDEMIKA

Disusun Oleh Muhammad Ilham Aknar G1A120004

Pembimbing dr. Nendyah Roestijawati, MKK UNIT KERJA PUSKESMAS PEKUNCEN

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN KEDOKTERAN FKIK UNSOED AGUSTUS 2010

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA PAROTITIS EPIDEMIKA

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Disusun Oleh: Muhammad Ilham Akbar G1A120004

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan: Hari : Agustus 2010

Tanggal :

Preseptor Lapangan

Preseptor Fakultas

dr. Wahyu Mustadi . NIP. 197606102009031005

dr.Nendyah Roestijawati, MKK NIP 197011102008012026

DAFTAR ISI Halaman Pengesahan Daftar isi Daftar tabel Daftar gambar Daftar diagram Bab I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI Bab II STATUS PENDERITA Bab III IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA Bab IV IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN Bab V DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA BAB VI TINJAUAN PUSTAKA BAB VII PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 42 44 45 37 31 26 19 8 7 . 2 . 3 . 4 . 5 . 6

DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam satu rumah Tabel 2.1. Flow Sheet Tabel 3.1. APGAR Score Keluarga Tn. S Tabel 3.2. S.C.R.E.E.M Keluarga Tn. S Tabel. 5.1 Master Problem List Tabel 5.2. Matriks Prioritas Masalah Tabel 5.3. Tabel Pembinaan Keluarga 7 17 21 23 31 32 35

DAFTAR GAMBAR Gambar. 3.1. Genogram An. G Gambar. 4.1. Denah Rumah An. G 24 30

DAFTAR DIAGRAM Diagram 3.1. Hubungan Interaksi Keluarga Diagram 4.1. Faktor Perilaku dan Non Perilaku Diagram 5.1. Diagram Permasalahan Keluarga Pasien 25 28 32

BAB I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga Nama Pasien Alamat Lengkap Bentuk Keluarga : Tn. S : An. G : Krajan RT 2 RW 5, Pekuncen, Kab. Banyumas. : Extended Family

Tabel 1.1 Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No 1. 2. 3. 4. Nama Sukri Khamirah Oka Setio Putra Bintang Rizki Triana 5. Sholeha Gilang Cahya Ramadhan Sumber : Data Primer, 30 Juli 2010 Kesimpulan : An. G, merupakan keluarga inti atau Nuclear Family. An.G dan kakaknya An. B menderita penyakit Parotitis Epidemika. Pasien L 5 th TK Pelajar Parotitis Epidemika Status Kakek Nenek Om Kakak kandung L/ P L P L P Umur 54 th 51 th 15 th 6 th Pendidikan SMP SD SMP SD Pekerjaan Buruh Ibu Rumah Tangga Pelajar Pelajar Pasien Klinik Parotitis Epidemika

BAB II STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis kelamin Status Agama Suku Kewarganegaraan Pendidikan Pekerjaan Penghasilan/bulan Alamat Tanggal periksa B. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama : Badan panas dan Leher sebelah kanan membesar 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Onset Durasi Frekuensi Kuantitas Kualitas Yang memperberat Yang memperingan Radiasi Gejala penyerta 3. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit : Panas (2007). : Tanggal 29 Juli 2010 (Kemarin siang). : Sudah berlangsung selama 1 hari. : Tetap. : Setiap saat. : Semakin memberat. : Saat makan makanan asam. : Istirahat dan dikompres hangat. : Leher bagian kanan dan kiri. : Pusing, sakit perut, telinga sakit, mata panas. : An. G : 5 tahun : Laki - laki : Belum menikah : Islam : Jawa : Indonesia : Taman Kanak - kanak : : : Krajan RT 02/ RW 05 Pekuncen, Banyumas : 30 Juli 2010

Riwayat mondok Riwayat alergi obat/makanan Riwayat pengobatan Riwayat operasi

: Disangkal. : Disangkal. : Pengobatan penyakit panas (2007). : Disangkal.

4. Riwayat Penyakit Keluarga Orang tua : Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit menurun. Keluarga dan lingkungan : Kakak pasien menderita keluhan yang sama berupa benjolan pada kedua bagian lehernya, satu tetangga pasien menderita keluhan yang sama berupa benjolan pada bagian kiri lehernya. 5. Riwayat Sosial dan Exposure a. Community Pasien tinggal di daerah pegununggan yang berbukit - bukit. Di depan rumah terdapat tempat penggilingan padi dan di belakang rumah terdapat lapangan sepakbola. Jalan di depan rumah merupakan jalan setapak dan tidak dapat dilalui kendaraan. Kesan kebersihan lingkungan kurang. b. Home Rumah pasien merupakan milik nenek pasien yang berada tidak jauh dari jalan aspal. Bentuk bangunannya tidak bertingkat. Luas rumah 50 m2 dan dihuni oleh 5 orang sehingga rata-rata 10m2/orang dan tidak terdapat halaman rumah. Lantai rumah dari semen. Dinding rumah berupa anyaman bambu dan atapnya sudah menggunakan genteng tanpa menggunakan eternit. Pembagian ruangan rumah terdiri dari 1 ruang tamu yang berbarengan dengan ruang keluarga dengan luas 35 m2 ; 1 ruang makan dengan ukuran 20 m2 ; 1 dapur dengan ukuran 10 m2 ; 2 ruang tidur dengan luas masing-masing 20 m 2 ; 1 kamar mandi dan cuci 10 m2 . Jendela rumah di ruang tamu dan keluarga terdiri dari 2 bagian dengan luas masing-masing 1,5 m2. Di ruang makan dan dapur tidak terdapat jendela. Di masing-masing ruang tidur ada jendela tapi kecil dengan luas masing-masing 0,5x0,5 m. Terdapat lubang ventilasi di ruang tamu dan keluarga yang terletak di atas atap rumah

10

dengan ukuran 30 cm2. Tidak terdapat lubang ventilasi di kamar tidur, ruang makan maupun dapur. Ventilasi rumah kurang dan rumah terasa lembab dan berdebu. Kebersihan dalam rumah cukup, tata letak barang dalam rumah tidak tertata rapi. Terdapat tempat sampah di luar rumah yang terbuka. Terdapat kandang binatang peliharaan berupa ayam yang sering masuk kedalam rumah. Sumber air minum , cuci dan masak adalah langsung dari mata air dan dialirkan menggunakan selang plastik. Penerangan di dalam rumah cukup dengan listrik 450 watt. Pasien dan keluarganya dapat membaca tulisan atau huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu listrik pada siang hari. c. hobby khusus d. kanak kanak. e. sekolah.. f. sayuran, tempe, tahu, ikan. g. dalam pengobatan. 6. Riwayat Gizi : Konsumsi sehari-hari pasien adalah nasi, sayur-sayuran, lauk-pauk (tempe, tahu, ikan asin, telur, ikan dan daging). 7. Riwayat Psikologi : Pasien merupakan anak terakhir dari dua bersaudara. Kedua orang tua pasien bekerja di jakarta sejak pasien berumur 1 tahun. Pasien tinggal bersama kakek, nenek, kakak, serta om dari ibu pasien. Kedua orang tua pasien selalu menghubungi pasien 1 minggu sekali dengan menggunakan telepon dan selalu mengunjungi pasien setiap kali hari raya serta selalu mengirim kepada nenek pasien uang bulanan. Drugs : Tidak sedang Diet : sayurPersonal habit :Senang bermain dengan teman teman sepermainanya setelah pulang Hobby . Occupational : Siswa taman : Tidak punya

11

Nenek pasien yang selalu mengurus segala kebutuhan, mendidik serta merawat pasien. Ketika pasien sakit nenek pasien sangat khawatir dengan keadaan kedua cucunya karena terkena penyakit yang sama. Penyakit ini membuat pasien tidak ceria karena tidak bisa bermain dan membuat pasien tidak berangkat ke TK serta membuat pasien menjadi susah untuk makan. 8. Riwayat Ekonomi : Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah ke bawah. Ayah dari pasien bekerja sebagai satpam dan ibu pasien bekerja sebagai tenaga serabutan dengan jumlah gaji berdua < Rp. 2.000.000,00 / bulan. Setiap bulan kedua orang tua pasien mengirim uang sebasar Rp. 1.000.000,00 / bulan untuk mencukupi kebutuhan kakek pasien, nenek pasien, kakak pasien dan pasien itu sendiri. 9. Riwayat Demografi : Hubungan antara pasien dengan keluarganya dapat dikatakan sangat harmonis. Hal tersebut dapat terlihat dari cara berkomunikasi pasien dengan nenek, kakek, dan saudara saudara pasien. 10. Riwayat Sosial : Penyakit yang diderita pasien agak menghambat aktivitasnya karena penyakitnya sehinga dia tidak bisa berangkat ke sekolah dan tidak bisa mengikuti kegiatan TPA setiap sore. Hubungan pasien dengan teman sepermainanya sangat baik. 11. Anamnesis Sistemik a. Keluhan Utama b. Kulit c. Kepala d. Mata e. Hidung f. Telinga g. Mulut : Badan panas dan terdapat benjolan pada leher bagian kanan. : Hiperemis (-), Ptekie (-) : Sakit kepala (-) : Anemis (-), hiperemis (+) : Keluar cairan (-) : Hiperemis (+), keluar cairan (-), nyeri telinga (+) : Sariawan (-), mulut kering (-)

12

h. Tenggorokan i. Leher j. Pernafasan

: Sakit menelan (+) : Teraba masa lunak pada bagian kanan. : Sesak nafas (-), batuk (-)

k. Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-) l. Sistem Gastrointestinal : Mual (-), kembung (-), nyeri perut (+) m. Sistem Muskuloskeletal : Nyeri otot (-) n. Sistem Genitourinaria o. Ekstremitas : Atas : warna kencing keruh (-) : Sianosis (-)

Bawah : Sianosis (-) C. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum Baik, kesadaran Compos Mentis, status gizi kesan cukup. 2. Tanda Vital a. b. c. d. 3. Status gizi a. b. 4. Kulit ikterus (-) 5. Kepala 6. Mata 7. Telinga 8. Hidung 9. Mulut 10. Tenggorokan : Bentuk kepala normal : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), : Bentuk normal, sekret (-/-) : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-) : Bibir sianosis (-), mulut basah (+), Lidah kotor (-) : Hiperemis (+) BB TB : Baik. : Sianosis (-), turgor kulit kembali cepat (<1 detik), : 17 kg : 106 cm Tekanan darah: 110/70 mmHg Nadi RR Suhu : 70 x /menit, regular : 20 x /menit : 38,3O C

Kesan status gizi

sklera Ikterik (-/-), air mata (+), mata cekung (-/-)

13

11. Leher 12. Thoraks Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi

: Deviasi trakea (-), JVP meningkat (-), pembesaran : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-) : : Bentuk dada normal simetris, benjolan (-), tanda : Nyeri tekan (-), thril (-) : batas kiri atas Batas kiri bawah Batas kanan atas : SIC II 1 cm lateral LPSS : SIC IV LMCS : SIC II LPSD

kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar parotis (+)

radang (-), jejas (-), lesi (-)

Batas kanan bawah : SIC IV LPSD Auskultasi reguler Pulmo Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi 13. Punggung 14. Abdomen Inspeksi tanda radang (-) Auskultasi Palpasi teraba Perkusi 15. Genitalia 16. Anorektal 17. Ekstremitas Superior Inferior : Timpani : Tidak dilakukan : Tidak dilakukan : : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-) : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-) : Peristaltik normal : Nyeri tekan pada ulu hati (-), hepar dan lien tidak : : Bentuk dada normal simetris, retraksi (-), gerakan : Nyeri tekan (-), retraksi (-) : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri : Vesikular normal, wheezing (-) : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-) : : Datar, asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-), : Bunyi jantung normal, bising (-), denyut jantung

paru simetris, benjolan (-), tanda radang (-), jejas (-), lesi (-)

14

18. Pemeriksaan Neurologik Fungsi Luhur Fungsi Vegetatif Fungsi Sensorik Fungsi motorik K 5 5 Penampilan Kesadaran Afek Psikomotor Insight 5 5 : Dalam batas normal : Dalam batas normal : Dalam batas normal : T N N N N RF 2 2 2 2 RP -

19. Pemeriksaan Psikiatrik : Sesuai umur, perawatan diri cukup : compos mentis : Appropriate : Normoaktif : Baik

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Disarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang : a. Pemeriksaan laboratorium : Amylase serum meningkat walaupun tidak ada tanda pankreatitis CBC / DL: gambaran infeksi virus biasa Pleiositiosis mononuklear (limfosit) pada liquor spinalis (bisa asimptomatik) b. Uji intra dermal (suntikan 0,1ml virus parotitis pasif, positif apabila terdapat eritema >15mm) E. RESUME Penderita An.G usia 5 tahun, tinggal dalam satu rumah bersama kakek, nenek, om serta seorang kakak kandungnya sehingga bentuk keluarga extended family. Dengan diagnosis Parotitis epidemika. Kondisi psikologi pasien baik walaupun tidak tinggal bersama kedua orang tuanya. Status ekonomi menegah ke bawah, rumah pasien berukuran kecil untuk dihuni 5 orang, lantai rumah terbuat dari semen, dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan batu bata tanpa di aci, serta atap terbuat dari genteng tanpa

15

menggunakan eternit. Ventilasi udara terasa kurang dengan keadaan berdebu dan lembab. Sumber air minum berasal dari mata air yang dialirkan dengan mengguanakan selang plastik. Dalam memenuhi kebutuhan An.G nenek pasien menggunakan uang yang dikirim orang tua pasien setiap bulan. F. DIAGNOSTIK HOLISTIK a. Aspek Personal Pasien mengeluh panas yang sudah berlangsung selama 1 hari. Panas dirasakan sehingga pasien tidak dapat melakukan aktiftas sehari - hari. Idea Concern Expectacy : Pasien berharap penyakitnya dapat segera sembuh. : Pasien menginginkan perhatian dari keluarganya untuk membantu mengurangi rasa sakit yang dirasakan pasien. : Pasien mempunyai harapan penyakitnya dapat segera disembuhkan sehingga dapat bermain dengan teman sepermainanya. Anxiety : Pasien merasa tidak nyaman dengan peyakit yang dideritanya sehingga pasien selalu merenggek kepada nenek pasien. Keluarga pasien juga cemas terhadap benjolan yang terdapat pada leher pasien karena takut benjolan tersebut tidak bisa sembuh. b. Diagnosa Gejala klinis yang muncul c. Aspek Klinis : Parotitis epidemika : Badan panas, nyeri abdomen, nyeri telinga, mata panas, leher bagian kanan membesar. Aspek Faktor Resiko Intrinsik Individu Dilihat dari faktor usia, pasien mempunyai usia yang rentan terhadap terkenanya penyakit. Selain itu dilihat dari asupan gizi sehari hari terkesan bahwa makanan yang dimakan adalah ala kadarnya sehingga tidak memperhatikan kebutuhan gizi pasien yang masih dalam masa pertumbuhan. d. Aspek Faktor Resiko Ekstrinsik Individu Pelayanan kesehatan di sekitar rumah pasien cukup mudah dijangkau. Rumah pasien dekat dari rumah bidan desa. Tingkat pendidikan

16

yang rendah mempengaruhi penyakit pasien. Pasien juga senang jajan diluar rumah yang dimana makanan tersebut tidak memperhitungkan nilai gizi dan hygienitas makanan. Kedua orang tua pasien yang tidak hidup bersama dengan pasien membuat pasien tidak mendapatkan perhatian langsung tentang kesehatan. e. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial Pasien mempunyai aspek skala penilaian 2. Dahulu sebelum sakit, pasien setiap hari berangkat sekolah. Setelah mulai sakit, pasien tidak dapat berangkat ke sekolah. G. PENATALAKSANAAN a. Medika mentosa a. Paracetamol 250 mg tab 3 x 1 b. Povidon iodine kumur 2 x 1 b. a. b. yang asam. c. dapat dikompres hangat atau dingin. d. parotis. c. Dukungan Psikologis Selama berobat kepuskesmas pasien selalu ditemani oleh nenek pasien. Seluruh tenaga puskemas juga turut membantu kesembuhan dari pasien. 4. Promosi Kesehatan a. Menghimbau untuk banyak mengkonsumsi makanan bergizi untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Isolasikan pasien 2 4 hari sebelum pembengkakan dan 9 hari sesudah pembengkakan kelenjar Untuk mengurangi rasa sakit Non Medika mentosa Istirahat di tempat tidur selama masih demam dan pembengkakan kelenjar parotis masih ada. Diet dengan makanan yang mudah ditelan dan dicerna (cair dan lunak) serta hindari makanan

17

b. c. 5.

Upaya pencegahan penularan penyakit terutama kepada anak anak seumuran pasien. Pemberian vaksin MMR pada balita umur 15 bulan. Modifikasi Gaya Hidup

a. Dianjurkan untuk tidak membuang ludah, bagian muntah dan urin ditempat terbuka. b. Dianjurkan untuk meningkatkan kebersihan gigi dan mulut. H. FLOW SHEET Nama : An.G Diagnosis : Parotitis Epidemika Tabel Flow Sheet

18

No

Tgl

Problem

T mmHg 110/70

N x/1 70

BB kg 17

TB cm 106

T0

Planning

Target

1.

30 juli 2010

Badan panas terdapat benjolan pada bagian kanan leher dan

38,7

Paracetamol 250mg 3 x 1 Povidon iodine kumur 2 x 1 Diet dengan makanan yang bergizi dan tidak asam

Menurunkan panas. Menggurangi rasa sakit. Nafsu makan meningkat. Benjolan berkurang.

2.

3 Agustus 2010

Terdapat benjolan pada leher bagian kanan

110/80

73

17

106

37,0 Ibuprofen 200 mg 3 x 1 Povidon iodine Diet dengan makanan yang bergizi dan tidak asam 36.8 Povidon iodine Diet dengan makanan yang bergizi dan tidak

Nafsu makan meningkat. Menggurangi rasa sakit.

kumur 2 x 1 Benjolan berkurang.

3.

10 Agustus 2010

Terdapat benjolan pada leher bagian kanan

100/80

75

17

106

Nafsu makan meningkat.

kumur 2 x 1 Menggurangi rasa sakit. Benjolan berkurang.

4.

18 Agustus 2010

Terdapat benjolan pada leher bagian

100/70

70

17

106

36.8

asam Diet dengan Nafsu makan makanan meningkat. yang bergizi Benjolan dan tidak berkurang. asam

19

BAB III IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK 1. Fungsi Biologis

20

Keluarga terdiri dari penderita An. G, yang merupakan seorang seorang siswa taman kanak - kanak. Tn. S (54) dan Ny. K (51) adalah kakek dan nenek dari An. G, An. B (6) adalah kakak dari An. G , An. O (15) adalah om dari An. G. Penyakit herediter/degeneratif Tidak ada keluarga pasien yang mengidap penyakit herediter. Penyakit menular dan penyakit kronik selama 2 bulan terakhir Selama dua bulan terakhir, terdapat penyakit yang serupa dengan An. G yang dialami juga oleh teman teman dan kakak An. G disekolahnya. 2. Fungsi Psikologis Hubungan keluarga mereka secara umum terjalin cukup baik. Tn. S dan Ny. K sangat menyayangi anak dan cucu mereka. Hal ini terlihat dari perhatian yang diberikan kepada mereka adalah sama tanpa membeda bedakan cucu. Begitu pula sebaliknya An. G juga tampak begitu sayang kepada Ny. K yang terlihat ketika An. G meminta untuk selalu ditemani oleh Ny. K Dalam lingkungan bermain, An. G termasuk aktif di kelompok permainanya. Dia selalu berusaha mancari teman dan memilih untuk beraktivitas di luar rumah. 3. Fungsi Sosial An. G sangat senang bermain dan suka bersosialisasi dengan teman sepermainan dan orang yang lebih tua. Ketika kondisi badanya panas dia tidak bisa pergi bermain sehingga membuat dia sedih. Namun karena An. G mempunyai banyak teman sehingga teman temanya pun banyak yang datang berkunjung untuk menjengguk An. G 4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan Penghasilan keluarga An. G berasal dari gaji harian Tn. S dan kiriman bulanan dari orang tua An. G. Dari cerita Ny. K penghasilan keluarga dalam sebulan dirasa cukup untuk keperluan hidup sehari-hari. Biaya pengobatan pasien di Puskesmas menggunakan uang dari gaji harian kakek An. G. Kesimpulan :

21

An. G, yang merupakan seorang seorang siswa taman kanak kanak yang tinggal bersama kakek, nenek, kakak kandung dan om. Dalam lingkungan bermain, An. G termasuk aktif di kelompok permainanya. Dia selalu berusaha mancari teman dan memilih untuk beraktivitas di luar rumah. An. G berasal dari keluarga menengah kebawah dengan penghasilan utama dari kiriman kedua orang tua An. G. B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE) Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga digunakan A.P.G.A.R SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik. ADAPTATION Dalam menghadapi masalah selama ini An. G selalu mendapatkan dukungan dari keluarganya. Jika An. G mempunyai suatu masalah selalu menceritakan kepada orang terdekatnya. PARTNERSHIP Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun kedua orang tua An. G berada di jakarta tapi orang tuanya tersebut selalu menelpon setiap hari minggu untuk mengetahui keadaan An. G dan selalu pulang ketika hari raya lebaran. GROWTH Kakek dan nenek An. G selalu mendukung segala keinginan yang dikehendaki oleh An. G AFFECTION An. G merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan orang tua berjalan tidak sebagai mana mestinya. Terkadang An. G sering rewel ketika mengetahui bahwa kedua orang tuanya akan berangkat ke jakarta atau ketika orang tuanya tidak ada dirumah. RESOLVE

22

Walaupun An. G tidak hidup datu rumah denga kedua orang tuanya tetapi An. G mendapatkan perhatian lebih dari kakek dan neneknya. Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga maupun dari saudarasaudara. Tabel 3.1. A.P.G.A.R. Score Keluarga Tn. S A.P.G.A.R Tn S Terhadap Keluarga A P G Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Hampir selalu Kadang -kadang Hampir tidak pernah

A.P.G.A.R Ny S Terhadap Keluarga A P G Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya

Hampir selalu

Kadang -kadang

Hampir tidak pernah

23

menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama A.P.G.A.R An O Terhadap Keluarga Hampir selalu

Kadang -kadang

Hampir tidak pernah

A P G

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total poin =( 10+7+6)/3=23/3=7,2

Hasil penilaian APGAR didapatkan point &. Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang

Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 23, sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 7,2 Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan baik. C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)

24

Fungsi patologis dari keluarga An. G dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai berikut : Tabel 3.2. S.C.R.E.E.M Keluarga Tn. S SUMBER PATOLOGI Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga, saudara dan teman sepermainan. Keinginan yang besar untuk berangkat ke sekolah. Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan. Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat dilihat dari keluarga yang rutin menjalankan sholat lima waktu. Economic Ekonomi keluarga ini tergolong rendah dan hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan primer. Education Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku pelajaran dan koran terbatas. Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan kartu JAMKESMAS untuk berobat. Kesimpulan : Dalam keluarga An. G fungsi patologis yang positif adalah Fungsi Edukasi dan Fungsi Ekonomi. KET + + -

Tn.S (54)

Ny. K (51)

D. GENOGRAM

Tn S (27)

Gambar. 3.1. Genogram An. G

Ny S (26 )

An.O (16)

An B (6)

An G (5)

25

Keterangan = Pasien yang diteliti = Orang yang mempunyai penyakit yang sama = Meninggal = Tinggal satu rumah

26

E. FUNGSI INTERAKSI Diagram Pola Interaksi Keluarga An. G Diagram 3.1. Hubungan Interaksi Keluarga
Tn. S (27) & Ny. S (26) (kedua orang tua)

Tn. S (kakek)(54)

Ny. K (nenek)(51)

An. B (kakak) (6)

An. G(5)

Sumber : Data Primer, 3 Agustus 2010 Keterangan : Kesimpulan : Hubungan antara An. G dengan keluarganya baik-baik saja dan sangat harmonis serta saling mendukung. hubungan baik

27

BAB IV IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga 1. Faktor Perilaku Keluarga An.G adalah seorang anak dari Tn. S dan Ny. S. Satu hari yang lalu (29 Juli 2010) ia mengeluh panas dan terdapat benjolan dilehernya, yang mengganggu aktivitasnya sehari-hari dalam bersekolah dan bermain. Pola makan di keluarga tergantung dari persediaan makanan yang ada di rumah. Setiap harinya, anggota keluarga mengkonsumsi nasi 3 kali sehari. Sayuran seperti oseng bayam, kangkung, hampir ada setiap hari. Tempe dan tahu goreng dikonsumsi setiap hari. Untuk lauk pauknya tidak ada setiap hari. Keluarga pasien tidak pernah minum susu. Dari segi aktivitas, pasien memiliki aktivias bersekolah yang dimulai pada pukul 08.00 s.d 11.00. Dan pada siang hari apabila berkeinginan pasien selalu tidur siang. Dari segi pelayanan kesehatan, keluarga ini selalu mencari pertolongan kesehatan apabila ada anggota keluarga yang sakit. Jenis pelayanan kesehatan yang sering digunakan adalah bidan desa dan puskesmas. Dari segi kekerabatan dalam keluarga, Terjadi komunikasi yang baik walaupun orang tua dari pasien tidak berada dirumah. Walaupun diskusi tidak terjadi setiap waktu, namun diusahakan setelah bekerja pasien membuka komunikasi antarkeluarga. Keluarga ini kurang menyadari bahwa pemeliharaan lingkungan rumah akan mempengaruhi kesehatan penghuninya. Hal ini terjadi karena nenek pasien yang selalu berada dirumah sudah terlalu sibuk mengurus kedua cucunya. Keluarga ini menguras bak mandi jika terlihat kotor dan itu pun terkadang tanpa menggosok dinding bak mandi. Keluarga ini jarang membersihkan tempat penampungan air yang digunakan untuk keperluan minum dan memasak. Tempat penampungan air yang berupa gentong tanah

28

liat ini baru dibersihkan jika telah habis isinya. Sebelum dikonsumsi, sayur dan buah tidak dicuci dengan air mengalir, hanya dicelup sekali pada wadah yang berisi air. Untuk penyimpanan makanan yang sudah dimasak, keluarga An. G biasanya meletakkannya di meja yang ditutup tudung saji untuk menghindari lalat, serangga lain dan tikus. Namun demikian keluarga ini kurang memperhatikan higyienetas individu dimana tidak selalu mencuci tangan sebelum mengambil makanan. 2. Faktor Non Perilaku Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Pencahayaan ruangan kurang, ventilasi kurang, dan letak jamban keluarga dengan sumber air yang berdekatan sehingga memungkinkan sumber air bersih keluarga ini terkontaminasi. Sumber air yang digunakanpun terlihat hanya menggunakan satu sumber yang tidak dapat dimatikan sehingga air tersebut sering meluber dan membuat becek tanah disekitar rumah. Pembuangan limbah keluarga belum memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah keluarga hanya dibiarkan keluar dari rumah ke belakang rumah dan dibiarkan meresap, serta belum adanya got pembuangan limbah keluarga. Sarana pembuangan sampah keluarga ini kurang memadai karena sempitnya rumah dan lahan, sehingga sampah dibuang di depan rumah tanpa tempat yang memadai dan tidak menggunakan tutup. Terlihat bahwa terdapat kandang unggas didalam rumah dan unggas tersebut bebas masuk kedalam rumah. Keluarga ini kurang mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih baik. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi keluarga ini jika sakit adalah bidan desa atau Puskesmas yang letaknya cukup jauh dengan rumah.

29

Diagram 4.1 Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Pengetahuan : Keluarga kurang mengetahui penyakit Parotitis epidemika

Lingkungan: Lingkungan rumah dan sekitarnya kurang sehat

Home: Keadaan rumah yang masih sangat sederhana

Keluarga An. G

Pendidikan: Pendidikan anggota keluarga kurang

Riwayat psikologi: Pasien tidak tinggal bersama kedua orangtuanya

Ekonomi : Ekonomi keluarga ini tergolong rendah

: Faktor Perilaku : Faktor Non Perilaku B. Identifikasi Lingkungan Rumah 1. Gambaran Lingkungan Rumah pasien merupakan milik nenek pasien yang berada tidak jauh dari jalan aspal. Bentuk bangunannya tidak bertingkat. Luas rumah 50 m2 dan dihuni oleh 5 orang sehingga rata-rata 10m2/orang dan tidak terdapat halaman rumah. Lantai rumah dari semen. Dinding rumah berupa anyaman bambu dan atapnya sudah menggunakan genteng tanpa menggunakan eternit. Pembagian ruangan rumah terdiri dari 1 ruang tamu yang berbarengan dengan ruang keluarga dengan luas 35 m 2 ; 1 ruang makan dengan ukuran 20 m2 ; 1 dapur dengan ukuran 10 m 2 ; 2 ruang tidur dengan luas masing-masing 20 m2 ; 1 kamar mandi dan cuci 10 m2 .

30

Jendela rumah di ruang tamu dan keluarga terdiri dari 2 bagian dengan luas masing-masing 1,5 m2. Di ruang makan dan dapur tidak terdapat jendela. Di masing-masing ruang tidur ada jendela tapi kecil dengan luas masing-masing 0,5x0,5 m. Terdapat lubang ventilasi di ruang tamu dan keluarga yang terletak di atas atap rumah dengan ukuran 30 cm 2. Tidak terdapat lubang ventilasi di kamar tidur, ruang makan maupun dapur. Ventilasi rumah kurang dan rumah terasa lembab dan berdebu. Kebersihan dalam rumah cukup, tata letak barang dalam rumah tidak tertata rapi. Terdapat tempat sampah di luar rumah yang terbuka. Tidak terdapat kandang binatang peliharaan. Sumber air minum , cuci dan masak adalah langsung dari mata air dan dialirkan menggunakan selang plastik. Sumber air yang digunakanpun terlihat hanya menggunakan satu sumber yang tidak dapat dimatikan sehingga air tersebut sering meluber dan membuat becek tanah disekitar rumah. Pembuangan limbah keluarga belum memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah keluarga hanya dibiarkan keluar dari rumah ke belakang rumah dan dibiarkan meresap, serta belum adanya got pembuangan limbah keluarga. Sarana pembuangan sampah keluarga ini kurang memadai karena sempitnya rumah dan lahan, sehingga sampah dibuang di depan rumah tanpa tempat yang memadai dan tidak menggunakan tutup. Penerangan di dalam rumah cukup dengan listrik 450 watt. Pasien dan keluarganya dapat membaca tulisan atau huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu listrik pada siang hari.

31

2.

Denah Rumah Gambar. 4.1. Denah Rumah Tn. S

LAPANGAN SEPAK BOLA

JALAN ASPAL RUMAH TETANGGA RUMAH PASIEN

JALAN SETAPAK

DAPUR TEMPAT TIDUR

WC

TIKAR

5M

T V

MEJA MAKA NAN

MEJA

TEMPAT TIDUR

KURSI

L E M A R I

k a n d a n g

10M

32

BAB V DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA


Tabel. 5.1 Master Problem List Approx.
Problem Number

Date Problem Recorded 03-08-10 29-06-10 29-06-10

Active Problems

Inactive/Resolved Problems

Date Resolved

Date of Onset 2007 2010 2010

An.G 1 2 3

Badan panas Parotitis Epidemika Parotitis Epidemika

2007

-08-2010

A. MASALAH MEDIS Parotitis epidemika B. MASALAH NON MEDIS a. Home: Keadaan rumah yang masih sangat sederhana dengan jumlah ventilasi, jendela yang sedikit. Sarana MCK yang kurang memadai serta adanya hewan ternak yang masuk kedalam rumah. b. Riwayat psikologi: Pasien tidak tinggal bersama kedua orangtuanya sejak umur satu tahun membuat kurangnya kasih sayang kepada pasien. c. Tingkat pengetahuan dan pendidikan kurang (khususnya mengenai kesehatan dan perilaku hidup sehat). d. Tingkat ekonomi kurang C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN (Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

33

Home: Keadaan rumah yang masih sangat sederhana

Riwayat psikologi: Pasien tidak tinggal bersama kedua orang tuanya

An. G 5 tahun Tingkat Ekonomi kurang

Tingkat pengetahuan mengenai kesehatan dan perilaku hidup sehat

Diagram 5.1. Diagram Permasalahan Keluarga Pasien MATRIKULASI MASALAH Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks : Tabel 5.2. Matriks Prioritas Masalah
No. 1. Daftar Masalah I S 5 T SB 4 3 Mn 3 R Mo 3 Jumlah Ma 3 IxTxR 6480

Tingkat pengetahuan mengenai kesehatan dan perilaku hidup sehat Home: Keadaan rumah yang masih sangat sederhana Riwayat psikologi: Pasien tidak tinggal bersama kedua orang tuanya Tingkat kurang Ekonomi

P 4

2.

4608

3.

768

4.

128

Keterangan :

34

I P S T R

: Importancy (pentingnya masalah) : Prevalence (besarnya masalah) : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah) : Technology (teknologi yang tersedia) : Resources (sumber daya yang tersedia)

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

Mn : Man (tenaga yang tersedia) Mo : Money (sarana yang tersedia) Ma : Material (pentingnya masalah) Kriteria penilaian : 1 : tidak penting 2 : agak penting 3 : cukup penting 4 : penting 5 : sangat penting 1. PRIORITAS MASALAH Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn. S adalah sebagai berikut : 1. Tingkat pengetahuan mengenai kesehatan dan perilaku hidup sehat 2. Home: Keadaan rumah yang masih sangat sederhana Kesimpulan : Prioritas masalah yang diambil adalah menyangkut Tingkat pengetahuan mengenai kesehatan dan perilaku hidup sehat yang dilakukan oleh keluarga An. G

2.

RENCANA PEMBINAAN KELUARGA

35

I. Patient Center Management 1. Pengobatan Melaksanakan terapi yang telah diberikan di Puskesmas 2. Menimbulkan tanggung jawab pada diri sendiri Dalam hal ini, dokter berusaha memunculkan rasa tanggung jawab pasien untuk menjaga kesehatannya sendiri. Pada kasus ini, dokter berusaha memunculkan tanggung jawab kepada pasien untuk memperhatikan kesehatan pasien dan memberi pengertian tentang pentingnya menjaga kesehatan dengan menjaga kondisi dan makanmakanan yang bersih dan bergizi. 3. Basic Konseling mengenai Pencegahan dan Promosi Kesehatan Konseling dan edukasi yang diberikan dalam upaya mencegah terjadinya penyakit antara lain : a. Personal habbit pasien dengan upaya pencegahan penularan penyakit terutama kepada anak anak seumuran pasien. b. Diet Menghimbau untuk banyak mengkonsumsi makanan bergizi untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Misalnya buah buahan dan sayuran seperti pisang, nangka, labu siam, tomat, mentimun, wortel serta sayuran hijau lainya. Selain itu, makanan yang mengandung unsur protein serta karbohidrat tinggi seperti daging, ikan, telur dan nasi untuk pertumbuhan pasien. c. Pemeliharaan kesehatan jasmani dengan olahraga yang teratur dan cara hidup yang teratur (belajar, beristirahat, rekreasi dan menikmati hiburan pada waktunya). Olahraga secara teratur bisa meningkatkan kekebalan tubuh dan menjaga stamina. d. Pemeliharaan kesehatan rohani II. Family Center Management Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga agar lebih mengerti akan arti hidup sehat dan perilaku hidup sehat, apa saja yang dapat memacu timbulnya penyakit, dan bagaimana cara

36

penatalaksanaan penyakit Parotitis Epidemika. Peran keluarga dalam mengatasi penyakit pasien antara lain : 1) Membantu pasien untuk mengingatkan dan meminumkan obat kepada pasien. 2) Membantu pasien untuk mengurangi rasa sakit yang diderita dengan memberi perhatian lebih kepada pasien. 3) Meyakinkan pada pasien bahwa sakit yang dialami pasien dapat diatasi jika pasien mau mengikuti saran dokter dan petugas kesehatan dengan meminum obat. 4) Dukungan keluarga dan orang-orang terdekat sangat berpengaruh terhadap pasien dalam perkembangan dan pertumbuhan pasien. III. Cara Pembinaan Keluarga Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan konseling kepada pasien dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pasien dan keluarga. Tabel 5.3. Tabel Pembinaan Keluarga
Tanggal Kegiatan yang dilakukan Anggota keluarga yang terlibat Pasien, adik pasien dan nenek pasien. Hasil kegiatan Pasien dan keluarganya menjadi tahu apa penyakit yang pasien derita 1. 2. Catatan untuk pembinaan selanjutnya Kontrol kondisi pasien. Edukasi tentang segala hal yang berkaitan dengan penyakit.

3 Agustus 2010

10 Agustus 2010

Kunjungan pertama home visit dilakukan agar peneliti membina hubungan saling percaya dengan perkenalan agar pasien dan keluarga bisa menerima kehadiran peneliti. Pada pertemuan pertama ini, peneliti memlakukan follow up pasien, melakukan tanya jawab seputar kehidupan sehari hari pasien dan melihat kondisi lingkungan rumah pasien. Pada pertemuan kedua ini, peneliti memberikan pengetahuan mengenai parotitis epidemika. Adapun informasi yang diberikan pada saat tersebut adalah : b. Pengertian Parotitis Epidemika c. Gejala Parotitis Epidemika d. Penyebab Parotitis Epidemika e. Pencegahan Parotitis Epidemika f. Komplikasi Parotitis Epidemika

Pasien, adik pasien, kakek pasien dan nenek pasien.

Pasien dan keluarganya menjadi tahu apa penyakit yang pasien derita

1. 2.

Kontrol kondisi pasien. Edukasi tentang segala hal berkaitan dengan penatalaksanaan medika mentosa dan non medikamentosa.

37

18 Agustus 2010

Pada kunjungan ketiga ini, dilakuan review mengenai penyakit yang diderita pasien. Anjuran yang diberikan pada kunjungan ini antara lain : a. Pengobatan atas sakit yang dirasakan. b. Pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. c. Pentingnya pengobatan oleh tenaga medis apabila terkena sakit. d. Pentingnya asupan gizi dan perhatian orang tua bagi tumbuh kembang pasien. Pada kunjungan keempat ini, dilakuan edukasi dan evaluasi. Anjuran yang diberikan pada kunjungan ini antara lain : a. Mengevaluasi pasien dan menanyakan keluhan tersebut masih ada atau tidak b. Menyarankan kepada pasien dan keluarga agar menjaga kesehatan pribadi dan lingkungan. c. Menyarankan keluarga pasien terus memberikan dukungan dalam belajar dan bermain. d. Menyarankan kepada orang tua pasien agar terus memberikan perhatian terhadap tumbuh kembang pasien. e. Melihat respon pasien dan keluarga terhadap kemauan untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Pasien, adik pasien, om pasien dan kakek pasien

Pasien dan keluarga akan melakukan anjuran yang telah diberikan

1.

Kontrol kondisi pasien. 2. Review anjuran yang telah diberikan.

23 Agustus 2010

Pasien, adik pasien, nenek pasien dan Kakek pasien.

Pasien dan keluarga akan melakukan anjuran yang telah diberikan

IV. Cara Evaluasi Evaluasi Formatif Pembinaan yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan. Tujuan pembinaan kali ini adalah untuk menyarankan kepada keluarga pasien agar menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan serta memberikan perhatian terhadap tumbuh kembang pasien. Evaluasi Preventiv Pembinaan ini dilakukan pada tanggal 23 Agustus 2010 pukul 13.00 WIB. Pembinaan ini diikuti oleh seluruh anggota keluarga yang tinggal dirumah tersebut terkecuali om pasien karena yang bersangkutan belum pulang sekolah.

38

Evaluasi Sumatif Sebelumnya pada dua peserta pembinaan telah dilakukan pre test untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai penyakit Parotitis Epidemika, mulai dari penyebab, gejala, pencegahan, sampai kepada komplikasi dan pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. Dari hasil pre test tersebut didapatkan bahwa keluarga pasien memiliki pengetahuan yang kurang. Setelah dilakukan pembinaan, terdapat peningkatan pemahaman pesrta akan penyakit Parotitis Epidemika terutama mengenai penyebab dan pencegahan. Hasil pre test menunjukkan adanya peningkatan pada kedua peserta dan tingkat pengetahuan dapat dinyatakan baik.

39

BAB VI TINJAUAN PUSTAKA


I. Definisi Gondongan (Mumps, Parotitis Epidemika) adalah suatu infeksi virus menular yang menyebabkan pembengkakan unilateral (satu sisi) atau bilateral (kedua sisi) pada kelenjar liur disertai nyeri.Yang terkena biasanya adalah kelenjar parotis, yaitu kelenjar ludah yang terletak diantara telinga dan rahang. Gondongan (Parotitis Epidemika) adalah penyakit infeksi akut dan menular yang disebabkan virus paramyxovirus. Virus ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari bersin atau batuk penderita atau karena bersentuhan langsung dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh ludah penderita. Jika dibandingkan dengan campak atau cacar air, gondongan tidak terlalu menular. Kebanyakan penyakit ini menyerang anak-anak yang berumur 2-15 tahun, namun pada orang dewasa justru lebih berat. Jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun. Jika seseorang pernah menderita gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. II. Tanda dan Gejala Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak dan orang muda berusia lima sampai 15 tahun. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :

40

a. Nyeri sewaktu mengunyah dan menelan. Lebih terasa lagi bila menelan cairan asam seperti cuka dan air jeruk,demam (suhu badan 38.5 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut). b. Pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). c. Komplikasi mungkin terjadi pada anak laki-laki pada umur belasan tahun, nyeri pada perut dan alat kelamin. Pada penderita remaja perempuan, nyeri akan terasa juga di bagian payudara. Komplikasi serius terjadi jika virus gondong menyerang otak dan susunan syarat. Ini menyebabkan radang selaput otak dan jaringan selaput otak.Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah. III. Diagnosis Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeirksaan fisis, termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondong (Mumps atau Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah dengan tindakan pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan darah. IV. Diagnosa Banding a. Adenopati dari tonsilofaringitis: telinga tidak terangkat oleh pembengkakan, inflamasi faring nyata b. Difteri berat / bullneck: Pembengkakan tidak nyeri. Inflamasi faring serta pseudomenbrane. c. Penyakit lain yang bergejala pembengkakan kelenjar parotid: Sarkoidosis, Lukemia, Sindrom Uveoparotitis (Mickulic)

41

d. Salivary Calculus: batu membuntu saluran parotis, yang sering ductus submandibular. e. Tetanus karena trismusnya. Mudah dibedakan karena tidak ada kaku otot lain V. Pemeriksaan Laboratorium Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam dua minggu. Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga meragukan diagnosa. Dokter akan memberikan order untuk dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah. Sekurangkurang ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies(NT). VI. Komplikasi Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas. Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang kurang dini : a. Orkitis ; peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi kemandulan. b. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan. c. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10%

42

penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah. d. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. e. Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental dalam jumlah yang banyak Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi. VII. Penatalaksanaan Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (Pengaruh aspirin pada anak-anak). Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres Es pada area testis yang membengkak tersebut. Sedangkan penderita yang mengalami serangan virus apada organ pancreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus. Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya. Penyakit gondongan

43

sebenarnya tergolong dalam "self limiting disease" (penyakit yg sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak. Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru untuk mencuci pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak ada hubungannya. Kemungkinan besar hanya agar anak yang terkena penyakit Gondongan ini malu jika main keluar dengan wajah belepotan blau, sehingga harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup untuk membantu proses kesembuhan. Istirahat di tempat tidur hingga suhu tubuh normal kembali. Makanan yang dikonsumsi adalah yang cair dan lunak. Bila perlu beri obat penurun panas dan kompres pada bagian tubuh yang nyeri. Pakailah obat kumur yang baik untuk membersihkan selaput lendir mulut. Usahakanlah minum yang banyak dan mengunyah permen karet. VIII.Pencegahan Pemberian vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak, yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubela) yang diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan. Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek apanas atau gejala lainnya. Cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium, dapat mengurangi resiko terkena serangan penyakit gondongan

44

BAB VII PENUTUP A. KESIMPULAN An. G, seorang laki-laki berumur 5 tahun tinggal dalam bentuk keluarga extended family. An. G datang ke puskesmas dengan keluhan badan panas dan terdapat benjolan pada leher sebelah kanan. Pasien didiagnosis menderita Parotitis Epidemika sejak 1 hari yang lalu. Pasien tinggal bersama kakek dan neneknya sejak pasien berumur 1 tahun karena kedua orang tuanya bekerja di jakarta. Keadaan ekonomi pasien hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan primer. Pendapatan utama keluarga berupa kiriman bulanan dari orang tua pasien. Keadaan umum penderita baik, compos mentis, Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi: 70 x /menit, regular, RR: 20 x /menit, Suhu: 38,3 O C, BB :17 kg, TB :106 cm ,Kesan status gizi: Baik. DIAGNOSTIK HOLISTIK Diagnosis holistik An.G antara lain : 1. 2. Segi Biologis : An. G (5 tahun) menderita Parotitis Epidemika. Segi Psikologis Diasuh oleh kakek dan neneknya sejak umur satu tahun karena kedua orang tuanya bekerja di jakarta. 3. Segi Ekonomi Status ekonomi rendah, hanya mampu memenuhi kebutuhan primer. Pendapatan utama keluarga berasal dari kiriman bulanan orang tua An. G. 4. Segi Sosial Demografi Hubungan dengan keluarga, masyarakat dan teman sepermainan baik.

45

B. SARAN Edukasi kepada penderita dan keluarganya berupa upaya upaya: 1. Promotif Pembinaan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. 2. Preventif a. Olahraga secara teratur. b. Diet makanan tinggi protein dan tinggi karbohidrat. c. Pemberian dukungan belajar dan bermain. d. Pemberian perhatian dan kasih sayang oleh orang tua. 3. Kuratif Obat analgesik dan anti piretik. 4. Rehabilitatif Mengembalikan kepercayaan diri pasien agar mau untuk segera beraktivitas seperti biasa.

46

DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, DitJen Binfar & Alkes, Jakarta, 2002. FKUI, Farmakologi dan Terapi, Edisi V, Jakarta, 2007. Goodman & Gilmans, The Pharmacological Basis of Therapeutics, 10 Th Ed., Mc Graw-Hill Co., New York, 2001. Graw Hill Medical Publishing Division, New York, 2001. Harrisons et al., Principles Of Internal Medicine, 15 th ed., Vol.I, II., Mc IDI-DitJen Yanmed Depkes, Standar Pelayanan Medis, Jakarta, 1997. Northrup Robert Prof.MD., Pedoman Pengobatan, Yayasan Essentia Medica, Jakarta, 1981. Tierney Lawrance M.Jr., Mc Dhee Stephen J., Papandakis Maxine A (editor), Current Medical Diagnosis & Treatment, 2004. WHO, International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem, 10th rev., Vol I, II, III. Geneva, 1994.

47

LAMPIRAN Dokumentasi

Gambar 1: Foto An. G dan An. B

Gambar 2: Keadaan rumah

48

Gambar 3: Ruang makan

Gambar 4: Kandang ternak dalam rumah

49

Gambar 5: Kamar mandi, dapur dan tempat cuci.

Gambar 6: Hewan ternak dalam rumah

50

SOAL PRE TEST DAN POST TEST 1. Apakah penyebab dari penyakit gondongan ? a. b. c. 2. a. b. c. 3. ? a. b. c. a. b. c. a. b. c. Besar, mewah, halaman luas, gedong. Lantai bukan dari tanah, tidak ada hewan ternak di dalam rumah, sering disapu dan dibersihkan. Memakai keramik, mempunyai TV, ada kendaraan pribadi Dibelikan mainan, diberi uang jajan, anak bermain sepuasnya. Diberikan makanan bergizi, diberikan perhatian dan kasih sayang, diberikan dukungan sekolah. Dibiarkan tumbuh apa adanya. Segera berobat kebidan atau puskesmas. Segera berobat kedukun. Diobati sendiri. 5. Apa yang anda lakukan apabila ada anggota keluarga yang sakit? 4. Apa yang harus dilakukan dalam mendidik dan membesarkan anak - anak? Virus. Kuman. Cuaca. Apa saja gejala dari penyakit gondongan ? Mengigil, hidung mampet, pusing. Panas, ada benjolan di leher, ada orang dekat mengalami benjolan yg sama. Sakit kepala, sakit perut, mencret. Apa saja yang merupakan ciri - ciri dari rumah sehat

Nilai Maksimal : 5 Cara Penilaian Jawaban betul = nilai 1 Kurang : < 3 Baik : 5

51

Hasil : Peserta 1 a. Pre test : 1 b. Post test : 5 Peserta 2 a. Pre test : 2 b. Pos Test : 5

You might also like