You are on page 1of 13

KALIBRASI ALAT SEMPROT PESTISIDA Junaidi, W. 2009. Kalibrasi Alat Semprot Pestisida. http://wawanjunaidi.blogspot.com/2009/08/kalibrasi-alat-semprot-pestisida.html. Diakses tanggal 1 April 2011.

Faktor utama yang dapat menyebabkan aplikasi pestisida kurang tepat dalam aplikasi pestisida adalah kalibrasi. Namun sebelum melakukan kalibrasi alat, hal yang penting yang harus dilakukan adalah menghitung jumlah insektisida yang diperlukan pada areal tertentu yang dikenal dengan volume semprot. Volume semprot adalah banyaknya cairan yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan insectisida secara merata pada areal tertentu. Banyaknya bahan racun yang diaplikasikan dapat dinyatakan dalam dosis dan kosentrasi. Dosis adalah banyaknya bahan beracun yang dapat membunuh organisme sasaran sedangakan kosentrasi adalah perbandingan antara bahan racun dengan bahan pelarut. Takaran pestisida sangat perlu diketahui dengan tepat karena pestisida merupakan bahan beracun yang berbahaya terhadap organisme non-target termasuk manusia dan juga lingkungan.Hal-hal yang perlu diketahui dan ditentukan sebelum melakukan kalibrasi alat adalah : 1. Laju aliran semprot dari nosel ( f = l/menit ).2. Lebar bidang semprot ( R = meter ).3. Kecepatan berjalan ( D = meter/menit ).4. Volume cairan semprot ( A = l/ha ).Metode yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah metode waktu dan metode luas. Metode waktu bertujuan untuk mengukur kecepatan berjalan operator pada saat mengaplikasikan pestisida. Berbeda operator maka hasil yang diperoleh akan berbeda pula, hal ini dikarenakan setiap masing-masing operator berbeda-beda tingkat kecepatan jalannya sehingga untuk setiap operator menghasilkan kalibrasi yang berbed-beda pula Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh kecepatan berjalan = 49 meter/menit. Metode luas bertujuan untuk mengukur volume semprot yang digunakan, dari hasil praktikum diperoleh volum semprot 2115,57 L/Ha. Nosel merupakan bagian dari alat semprot yang berfungsi memecah cairan dan menyebarkannya dalam bentuk partikel yang halus. Nosel memiliki keragaman dalam laju keluarnya cairan, sudut penyemprotan, dan pola penyemprotan. Nosel memiliki standart lebar bidang semprot yang berbeda-beda sesuai warna nozel, Sehingga berbeda jenis nosel, maka berbeda pula lebar bidang semprot dan hasil yang

diperoleh. Nosel yang digunakan pada praktikum ini adalah nosel kuning, dengan lebar bidang semprot 0,5 m Cara Mengitung Kalibrasi alat semprot (sprayer) Harahap, M. 2009. Cara Mengitung Kalibrasi Alat Semprot. http://haruting.blogspot.com/2009/01/cara-mengitung-kalibrasi-alat-semprot.html. Diakses tanggal 1 April 2011 Mengitung Kalibrasi alat semprot (sprayer) Kalibrasi adalah menghitung/mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan penyemprotan yang gunanya adalah : 1.Menghindari pemborosan herbisida 2.Memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan herbisida 3.Memperkecil pencemaran lingkungan. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan kalibrasi: 1. Siapkan alat semprot yang baik dengan jenis nosel yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya nosel polijet warna biru lebar semprotnya 1,5 m 2. Isi tangki alat semprot dengan air bersih sebanyak 2,5 liter - Pompa tangki sebanyak 1012 kali hingga tekanan udara di dalam tangki cukup penuh 3. Lakukan penyemprotan pada areal yang akan disemprot dengan kecepatan dan tekanan yang sama sampai air 2,5 liter tersebut habis. 4. Ukur panjang areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter air tersebut. 5. Lakukan Panjang dan penyemprotan luasan areal sebanyak yang 3 kali dapat dan hitung panjang dengan serta 2,5 luas liter areal yang dapat disernprot seperti contoh berikut. disemprot menggunakan nosel polijet warna biru. Ulangan Panjang (m) Luas (m2) I. 33 49,5 II. 33 49,5 III. 34 51 Rata - rata 33,3 50

Bila luas areal yang akan disemprot adalah 1 hektar (10.000 m2 ), maka banyaknya air yang dibutuhkan adalah: Volume air = 10.000 m2 x 2,5 liter air/1,5 mx33,3m = 10.000 m2 x 2 5 liter air/50 M2 = 500 liter/ha. Apabila takaran herbisida yang akan digunakan adalah 3 liter (3000 ml) per hektar maka herbisida yang dibutuhkan untuk 15 liter air pencampur adalah: Volume herbisida = (15 liter x 3000 ml)/500 liter = 90 ml herbisida /15 liter air

http://sikeceng.blogspot.com/2010/07/kalibrasi-dan-alat-semprot.html

kalibrasi dan alat semprot BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh

organisme pengganggu yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu Tanaman ini dikenal sebagai hama tanaman, penyakit tanaman, dan gulma (tumbuhan pengganggu). Organisme Pengganggu Tanaman sering disingkat OPT. Untuk menghindari kerugian karena serangan OPT, tanaman perlu dilindungi dengan cara mengendaliakan OPT tersebut. Dengan istilah mengendalikan, OPT tidak perlu diberantas habis karena memang tidak mungkin. Dengan usaha pengendalian, populasi ataua tingkat kerusakan karena OPT ditekan serendah mungkin sehingga secara ekonomis tidak merugikan (Djojosumarto, 2004).

Di tercatat

Indonesia 371

untuk

keperluan telah

perlindungan terdaftar dan

tanaman, diizinkan

khususnya untuk kehutanan dan pertanian pada tahun 1986 formulasi yang penggunaannya, dan 38 formulasi yang baru mengalami proses pendaftaran ulang. Sedangkan ada 215 bahan aktif yang telah terdaftar dan beredar di pasaran (Sudarmo,1997) Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah semua yang meliputi semua hewan yang mengganggu semua kesejahteraan hidup, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, tikus dll. Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk

membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama. Yang dimaksud hama bagi petani adalah sangat luas, yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi, bakteri dan virus, kemudian nematode, siput, tikus, burung, dan hewan lainnya yang dianggap mengganggu. Alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida tergantung formulasi yang digunakan. Pestisida yang berbentuk butiran untuk menyebarkannya tidak membutuhkan alat khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa dugunakan untuk menampung pestisida tersebut dan sarungtangan agar tangan tidak berhubungan langsung dengan pestisida. Pestisida berwujud cairan (EC) atau bentuk tepung yang dilarutkan (WP atau SP) memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkannya. Sedangkan pestisida yang

berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat penyuntik, misalnya alat penyuntik tanah untuk nematisida atau penyuntik pohon kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang (Djojosumarto, 2000). Pada dasarnya semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot, yang dilakukan nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus ( Panut, 2000 ). Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemproan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus (droplet). Pada alat pengkabut (miss blower) dimasukkan kedalam pengertian sprayer. Fogging machine dan cold aerosol generator sebenarnya juga dapat dianggap sebagai sprayer (Kusnawiria, M.P, 1998). Banyak jenis alat penyemprot yang bisa digunakan, yaitu penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe gendong ( Power Mist Blower and Dust), mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer), dan jenis penyemprot lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan kebutuhan terutama yang berkaitan dengan luas areal pertanaman sehingga pemakaian pestisida menjadi efektif dan efisien.

Penyemprot gendong, baik yang otomatis atau semiotomatis dilengkapi dengan sabuk penggendong. Sabuk ini berfungsi untuk menaruh alat pada punggung si pemakai. Bagi penyemprot gendong otomatis, sebelum penyemprotan dimulai maka diperlukan pemompaan terlebih dulu. Pemompaan dilakukan berulang kali sampai tekanan di dalam tangki dianggap cukup dengan melihat manometer yang ada pada alat tersebut. Tekanan yang terlalu tinggi dikhawatirkan bisa meledak. Dan sebaliknya, apabila tekanan rendah maka air semprotan keluarnya tidak sempurna. Lain lagi cara penggunaan penyemprotan gendong semiotomatis, jenis penyemprot ini diperlukan pemompaan yang kontinyu. Pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust) adalah alat untuk mengabutkan atau menghembuskan cairan dari dalam tangki. Untuk melakukan pekerjaan tersebut masih diperlukan bantuan motor penggerak. Pada dasarnya system kerjanya sama, yaitu memanfaatkan tekanan, hanya saja tekanan yang diberikan pada alat ini berasal dari motor penggerak. Mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer) adalah alat yang akan mengeluarkan cairan semprot bila tekanan di dalam tangki cukup tinggi. Bagian-bagian dari penyemprot tekanan tinggi adalah unit ruang tekan dan isap, unit pompa, selang, laras dan nozzle. Alat ini digolongkan menjadi tidga tipe, yaitu tipe penyemprot yang menggunakan kerangka besi, tipe penyemprot yang diletakkan di atas gerobak, dan tipe yang diletakkan di atas traktor (Wudianto, 1997). 1.2 Tujuan

Praktikum kali ini dilaksanakan dengan tujuan agar praktikan dapat mengetahui tentang alat-alat pengaplikasian pestisida yang meliputi macamnya, bagian-bagiannya dan kalibrasi peralatan. BAB 2. METODOLOGI KERJA 2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Alat v Alat semprot punggung semi otomatis dan otomatis v Berbagai tipe nozel v Tali v Meteran v Gelas ukur 1000 mL v Ember plastik 2 buah v Stopwatch 2.1.2 Bahan v Air aqua 2.2 Cara Kerja 1. Penentuan Curah Semprot a. Memasukkan air ke dalam curah semprot dan dilakukan pmompaan secukupnya kemudian dilakukan penyemprotan ke dalam ember plastic selama 1 menit. b. Mengukur jumlah larutan yang keluar selama 1 menit dengan menggunakan gelas ukur.

c. Diulangi sebanyak 3 kali, dan menghitung kecepatan curah permenit (A liter). 2. Penentuan Lebar Gawang Penyemprotan a. Melakukan penyemprotan pada ketinggian nozel 60 cm dari permukaan tanah. b. Mengukur lebar penyemprotan yang dihasilkan oleh nozel dari pojok ke pojok (B meter) 3. Menentukan Kecepatan Jalan a. Melakukan penyemprotan sambil berjalan secara teratur

sejauh 50 meter. b. Menghitung waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 50 meter dengan menggunakan stop watch. c. Diulang sebanyak 3 kali, dan dirata-rata serta menghitung kecepatan jalan (C meter/menit). 4. Perhitungan Jumlah Volume larutan yang diperlukan untuk penyemprotan seluas 1 ha (D) : D = 10000 x A CxB D = Jumlah Volume (liter/ha) A = Kecepatan curah (liter/menit) B = Lebar gawang semprot (meter) C = Kecepatan jalan (meter/menit) BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Kalibrasi Pestisida


Kelompo Ulangan k A B C

1 2 3

1 2 3 Total

Kecepatan Lebar Kecepatan Curah Gawang Jalan (liter/menit Semprot (meter/menit) ) (meter) 1,1 1 0,3 1,9 1,2 1,4 l/menit 1 1,2 1,1 m 0,32 0,25 0,29

Jadi Jumlah Volume (D) = 10000 x A CxB = 10000 x 1,4 l/menit 1,1m x 0,29 menit = 43887,15 l/ha Peralatan Pestisida
No. 1 Gambar Keterangan Alat Semprot Punggung Alat Semprot Semi Otomatis

Alat Semprot Punggung

Alat Semprot Tangan

Alat Semprot Otomatis

PEMBAHASAN Dalam praktikum acara kedua kami akan membahas data hasil dari praktikum melakukan penyemprotan dalam usaha yang pertama adalah data dari hasil mengambar jenis-jenisnya alat yang berisikan peralatan yang dipakai untuk menyemprot yang dipakai antara lain alat semprot punggung otomatis, alat semprot punggung otomatis, alat penyemprot tangan, alat semprot vogging dan alat semprot yang digunakan pada untuk penyemprotan yaitu alat semprot punggung semi otomatis yang terdiri dari tangki, pompa yang digerakkan dengan tangan ruang bertekanan dan pipa yang dilengkapi katup dan nozel tangki yang digunkan dalam alat ini mempunyai volume 15 L dan terbuat dari bahan anti karat, penyemprotan alat ini dilakukan bersama-sama dengan memompa terus-menerus agar tekanan didalam tabung tetap sama, sedangkan untuk alat yang lain hanya dicatat dan digambar sebagian dari alat tersebut yaitu alat semprot punggung otomatis dengan tangki

terbuat dari logam agar dapat menahan tekanan yang ada didalamnya ketika udara dipompa masuk, alat ini terdiri dari tangki, digerakkan dengan tangan alat pengukur tekanan dan pipa yang dilengkapi katup dan nozel, alat penyemprot tangan alat ini biasa digunakan dlam area skala kecil umumnya terbuat dari bahan plastik yang terdiri dari tangki yang terbuat dari plastik, pompa dan tangkainya. Dan ada alat semprot bertenaga tapi dalam praktikum ini kelihatanya alatnya sudah usang, atau sudah berkarat alat yang pada dasarnya menggunakan mesin untuk menghasilkan suatu aliran udara dengan kecepatan tinggi, dimana aliran tersebut akan membawa larutan menjadi butiran-butiran halus alat ini dinamakan dengan mistblower dan yang selanjutnya adalah alat aplikasi debu yang merupak alat aplikasi pestisida dalam formulasi debu yang terdiri dari hopper tempat pestisida, alat untuk mengatur keluarnya pestisida secara kontan dan unit penghembus untuk menghasilkan udara serta tabung pipa tempat keluarnya pestisida, cara kerja alat ini pada dasarnya dengan aliran udara yang dihasilkan baik dengan pompa piston, kantung embus atau kipas yang mendorong alat keluarnya debu masuk kedalam panjang yang dapat diarahkan kesasaran. Dan praktikum yang kami lakukan yaitu kalibrasi dan saya coba menjelaskan hasil perlakuan dengan alat semprot punggung semi otomatis yaitu mendapatkan hasil dengan rata-rata pada setiap perlakuan yaitu pada kelompok 1 ulangan 1 didapatkan hasil rata-rata kecepatan curah 1,4 l/menit, lebar gawang semprot ratarata 1,1m serta kecepatan jalan 0,29 dan didapatkan hasil jumlah volume keseluruhan yaitu 43887,15 l/ha. Meskipun dalam

pengaplikasian menyemprotnya nozel diarahkan lurus saja, tidak dilakukan dengan horizontal oleh karena itu waktu yang dilakukan lebih cepat dan berpengaruh bagi hasil seandainya diaplikasikan pada sebuah tanman, alat semprot punggung dalam penggunaannya perlu dilakukan kalibrasi terlebih dahulu agar jumlah pestisida dapat ditentukan sesuai dengan rekomendasi yang seharusnya, penggunaan nozel yang berbeda serta tekanan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda, demikian juga setiap alat akan meberikan pengaruh yang berbeda, dan untuk memperhitung banyaknya pestisida yang dipakai di lapang serta ketepatan dalam penggunaannya, dari hasil di atas data yang diperoleh berbeda-beda karena setiap dalam pengaplikasiannya orang memiliki sebuah kecepatan jalan dan cara aplikasi yang bebeda antara kelompok satu dan dua, membuat lebar gawang, menghasilkan kecepatan curah, dan volume yang berbeda-beda. BAB 4. KESIMPULAN Dari praktikum ini dapat disimpulkan beberapa kesimpulan: 1. Masing-masing alat yang telah disiapkan untuk digambar mempunyai beberapa fungsi yang sama dan terbuat dari bahan anti karat pada umumnya. 2. Ada sebagian alat yang terbuat dari bahan plastik namun penggunaannya dalam skala kecil. 3. Alat semprot otomatis dan semi otomatis terbuat dari bahan anti karat namun pada yang otomatis terbuat dari logam yang berfungsi untuk menahan tekanan yang kuat yang diakibatkan tekanan pada saan sebelum penyemprotan, dan pebedaan yang lain terdapat pada semi otomatis yang harus melakukan

pemompaan pada saat penyemprotan sengkan yang otomatis tidak. 4. Fungsi dari kalibrasi agar jumlah pestisida dapat ditentukan sesuai dengan rekomendasi yang seharusnya, penggunaan nozel yang berbeda serta tekanan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda, demikian juga setiap alat akan meberikan pengaruh yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA Djojosumarto, P., 2000, Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian, Kanisius, Yogyakarta. Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Sastroutomo Soetikno S., 1992, Pestisida Dasar-Dasar Dan Dampak Penggunaanya, Gramedia, Jakarta. Sukma,Y. dan Yakup, 1991, Gulma Dan Teknik Pengendaliannya, Rajawali Press, Jakarta.

You might also like