You are on page 1of 35

GANGGUAN REFRAKSI MATA

DEFINISI

Gangguan refraksi adalah suatau keadaan dimana penglihatan terganggu karena terlalu pendek atau terlalu panjang bola mata sehingga mencegah cahaya terfokus dengan jelas pada retina ( Timby, Scherer dan Smith, 2000 ) Kelainan refraksi adalah penyimpangan cahaya yang lewat secara miring dari suatau medium ke medium lain yang berbeda densitasnya. Penyimpangan tersebut terjadi pada permukaan pembatas kedua medium tersebut yang dikenal sebagai permukaan refraksi ( Dorland, 1996; 1591 ).

KLASIFIKASI

Ametropia

Ametropi oksial terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang atau pendek Ametropia refraktif akibat kelainan system pembiasan sinar di dalam mata Ametropia kurvatur akibat kelengkungan kornea atau lensa yang tidak normal Ametropia indeks karena indeks bias abnormal di dalam mata

AMETROPIA DAPAT DITEMUKAN EMPAT BENTUK KELAINAN:


Myopia Hipermetropi Afakia Astigmatisme

MYOPIA

Menurut bentuknya:

Myopia refraktif Myopia aksial

Menurut derajat:

Myopia ringan Myopia sedang Myopia berat atau tinggi

Menurut perjalanan:

Myopia stasioner Myopia progresif Myopia maligna atau degeneratif

HIPERMETROPI
Hipermetropi manifestasi Hipermetropi laten Hipermetropi total

ASTIGMATISME

Astigmatisme reguler memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan lahan secara teratur dari satu meredian ke meredian berikutnya Astigmatisme irreguler terjadi tidak mempunyai 2 meredian yang tegak lurus

PRESBIOPI
Adalah gangguan akomodasi pada usia lanjut yang dpat terjadi akibat kelemahan otot akomodasi, lensa meta tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sclerosis lensa

ETIOLOGI KELAINAN REFRAKSI

Myopia

Sumbu optik bola mata lebih panjang. Pembiasan media penglihatan kornea lensa yang terlalu kuat.

Hipermetropi

Bola mata pendek atau sumbu anteropasterior yang pendek. Kelengkungan kornea atau lensa kurang. Indeks bias kurang pada sistem optik mata.

Afakia

Tidak adanya lensa mata

LANJUTAN...

Astigmatisme Kelainan kelengkungan permukaan kornea. Kelainan pembiasan pada miridian lensa yang berbeda. Infeksi kornea. Truma distrofi.

Presbiopi

Kelemahan otot akomodasi. Lensa mata tidak kenyal atau berkurangnya elastisitas akibat sklerosis lensa.

PATOFISIOLOGI

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca dan panjangnya bola mata. Pada orangn normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan mata dibiaskan tepat di macula lutea. Mata normal disebut emetropia mata dengan kelainan refraksi mengakibatkan sinar normal tidak dapat terfokus pada macula. Hal ini disebabkan oleh kornea yang terlalu mendatar atau mencembung, bola mata lebih panjang atau pendek lensa berubah kecembungannyaatau tidak ada lensa mengakibatkan Ametropi dan bila di akibatkan oleh elastisitas lensa yang kurang atau kelemahan otot akomodasi mengakibatkan presbiopi. Pada Ametropi apabila bola mata lebih panjang pembiasan kornea berlebihan atau lensa yang terlalu kuat mengakibatkan pembiasan terlalu kuat sehingga fokus terletak didepan retina dan penderita mengalami rabun jauh ( myopia )sebaliknya bila bola mata terlalu pendek, indeks bias kurangatau kelengkungan kornea atau lensa kurang maka pembiasan tidak cukup sehingga fokus dibelakang retina dan mengakibatkan rabun dekat ( hipermetropi ). Hipermetropi tinggi terjadi akibat mata tidak memiliki lensa ( Afakia ) apabila terjadi kelainan kelengkungan kornea, infeksi kornea, distrofi atau pembiasan lensa berbeda maka akan mengakibatkan bayangan ireguler ( Astigmatisme ).

PATOFISIOLOGI

Pada presbiopi elastisitas lensa yang berkurang atau kelemahan otot akomodasi mengakibatkan daya akomodasi berkurang, sehingga lensa kurang mencembung dan pembiasan kurang kuat. Untuk melihat mata berakomodasi terus menerus sehingga terjadi ketegangan otot siliar yang mengakibatkan mata lelah, dan mata berair jika menekan kelenjar air mata. Pada ametropi akomodasi juga dilakukan terus menerus agar mata dapat melihat. Hal ini mengakibatkan mata lelah atau sakit, mata esotropia atau mata juling ke dalam dan strabismus karena bola mata bersama sama konvergensi, serta glaucoma sekunder karena hipertrofi otot siliar pada badan siliar mempersempit sudut bilik mata. Rabun jauh atau myopia yang berjalan progresif akan mengakibatkan kebutaan dan hiperplasi pigmen epitei dan perdarahan, kebutaan dapat terjadi karena digenari macula dan retina perifer mengakibatkan atrofi lapis sensori retina dan degennerasi saraf optik. Hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan terjadi karena neovaskularisasi sub retina akibat ruptur membran bruch.

MANIFESTASI KLINIS

Myopia

Melihat jelas bila dekat dan melihat jauh kabur ( rabun jauh ). Sakit kepala sering disertai juling. Celah kelopak yang sempit. Astemopia konvergensi. Myopik kresen yaitu: gambaran bulan sabit yang terlihat pada polos posterior fundus matamyopia yang terdapat pada daerah pupil saraf optik akibat tidak tertutupnya sklera oleh koroid. Degenerasi macula dan retina bagian perifer.

MANIFESTASI KLINIS

Hipermetropi

Penglihatan dekat dan jauh kabur. Sakit kepala. Silau Diplopia atau penglihatan ganda. Mata mudah lelah. Sakit mata. Astenopia akomodatif. Ambiopia Kelelahan setelah membaca. Mata terasa pedas dan tertekan.

MANIFESTASI KLINIS

Afakia

Benda yang dilihat menjadi lebih besar 25% dibandingm ukuran sebenarnya. Terdapat efek prisma lensa tebal sehingga benda terlihat seperti melengkung. Bagian yang jelas terlihat hanya bagian sentral sedangkan penglihatan tepi kabur.

MANIFESTASI KLINIS

Astigmatisme

Penurunan ketajaman mata baik jarak dekat maupun jauh. Tidak teraturnya lekukan kornea.

MANIFESTASI KLINIS

Presbiopi

Kelelahan mata. Mata berair. Sering terasa pedas pada mata.

KOMPLIKASI

Strabismus. Juling atau esotropia. Perdarahan badan kaca. Ablasi retina. Glaukoma sekunder. Kebutaan .

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan ketajaman penglihatan Pemeriksaan kelainan refraksi Pemeriksaan presbiopia

PENATALAKSANAAN

Non bedah Gangguan refraksi harus diperbaiki agar cahaya adapat terfokus pada retina. Perbaikan ini dapat menggunakan sebuah lensa. jenis lensa yang digunakan tergantung dari jenis kelainan refraksi

Myopia menggunakan lensa konkaf atau negatif. Hipermetropia menggunakan lensa konveks atau positif. Presbiopia dapat menggunakan lensa konveks tetapi jika pasien tidak dapat melihat jarak jauh, menggunakan lensa konkaf konveks atau lensa ganda. Astigmatisma menggunakan lensa silinder

Bedah Radial keratotomy merupakan tindakan bedah untuk mengatasi myopia sedang 8 16 insisi diagonal dibuat melalui 90% pada periperal kornea. contac cornea tidak di insisi sehingga penglihatan tidak dipengaruhi insisi pada kornea yang mana menurunkan panjang antereposterior mata dan membantu gambaran terfokus pada retina. Komplikasi pada pembedahan ini diantaranya luka atau scar pada kornea jika insisi terlalu dalam dan kegagalan untuk mencapai kecukupan perbaikan jika insisi terlalu dangkal

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN REFRAKSI

PENGKAJIAN

Wawancara dasar sata pengkajian pasien

Aktifitas istirahat Gejala: perubahan aktifitas berhubungan dengan penglihatan lelah bila membaca

Neurosensori Gejala : gangguan penglihatan kabur atau tidak jelas , sinar terang yang menyebabkan silau
Nyeri atau kenyamanan Gejala: Nyeri pada mata dan sekitar mata, sakit kepala, pusing

pemeriksaan fisik

Ispeksi:
1. 2. 3. 4. 5.

Celah kelopak mata sempit Gambaran bulan sabit pada polos posterior fundus mata Tidak teraturnya lekukan kornea Mata berair Juling

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan adanya perubahan penerimaan sensor Nyeri akut berhubungan dengan adanya agen cidera biologi. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan hilangnya keseimbangan. Ansietas behubungan dengan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi Resiko tinggi infeksi berhubungnan dengan adanya prosedur infasif.

INTERVENSI
Dx.1 Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan adanya perubahan penerimaan sensor
o

o o o

Beri bantuan dalam pembelajaran dan penerimaan metode alternatif untuk menjalani hidup dengan kurangnya fungsi penglihatan. Manipulasi lingkungan sekitar pasien senyaman mungkin. Timngkatkan penglihatan pasien yang masih tersisa dengan mengoptimalkan pencahayaan. Jangan memindahkan barang barang di dalam kamar pasien untuk mempermudah pasien menemukan barang yang dibutuhkan. Pastikan akses ke dan penggunaan alat bantu sensori seperti alat bantu dengar dan kacamata

Dx.2 Nyeri akut berhubungan dengan adanya agen cidera biologi


o

Observasi karakteristik nyeri ( penyebabnya, kualitasnya, skalanya, waktu terjadinya, arealnya dan frekuensinya ) Kontrol kondisi lingkungan agar tercipta lingkungan yang nyaman ( suhu udara, kebisingan, kepadatan jumlah pengunjung ) Dorong pasien untuk dapat mengontrol nyerinya sendiri saat nyeri menyerang dan menentukan tindakan yang tepat. Dorong pasien untuk banyak beristirahat guna mengurangi nyeri. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat obatan anti nyeri.

Dx.3 Resiko tinggi cidera berhubungan dengan hilangnya keseimbangan


o

o o o o

Identifikasi resiko yang meningkatkan kerentanan terhadap cidera. Hindara kegiatan yang menyebabkan cidera fisik. Pantau faktor resiko perilaku pribadi dan lingkungan. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko injuri.

Dx. 4 Ansietas behubungan dengan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi


o o

Denganrkan keluhan pasien dengan seksama Ciptakan lingkungan yang dapat membina hubungan saling percaya. Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan peningkatan kecemasan. kolaborasi medis dalam pemberian obat obatan penenang untuk mengurangi kecemasan. ajarkan pasien teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.

Dx. 5 Resiko tinggi infeksi berhubungnan dengan adanya prosedur infasif.


o

o
o

o o

o
o o

Komunikasi dengan pasien untuk menjelaskan tentang penyakitnya Pertahankan tekhnik isolasi jika diperlukan Instruksikan pasien tentang perlunya cuci tangan Cuci tangan sebelum dan sesudah aktifitas untuk perlindungan tiap pasien Ajari pasien tentang nafas dalam dan batuk efektif Berikan terapi antibiotik secukupnya Anjurkan pasien untuk menggunakan antibiotic Ajari pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi Pertahankan lingkungan dengan mengganti selang dan bantal TPN

EVALUASI
Dx.1 Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan adanya perubahan penerimaan sensor
Pasien mampu mengidentifikasi diri sendiri. Pasien mampu mengidentifikasi orang lain. Pasien mampu mengidentifikasi tempat saat ini. Pasien mampu mengidentifikasi hari, bulan, tahun, dan musim yang benar.

Dx.2 Nyeri akut berhubungan dengan adanya agen cidera biologi


Frekuensi nyeri pasien berkurang. Ekspresi wajah pasien santai. Lama nyeri saat menyerang berkurang dari awal. Pasien melaporkan nyeri berkurang.

Dx.3 Resiko tinggi cidera berhubungan dengan hilangnya keseimbangan


Pasien mampu mendeteksi penyebab dari kerusakan penglihatanya. Pasien mampu menggunakanalat bantu penglihatan. Pasien mampu menggunakan obat obatan untuk mata. Pasien mampu memonitor penyebab terjadinya cidera yang ada di lingkunganya. Pasien mampu melakukan aktifitas dengan lancar dengan bantuan cahaya yang adekuat.

Dx. 4 Ansietas behubungan dengan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi


Pasien dapat mengontrol intensitas kecemasanya sendiri. Pasien dapat menghilangkan tanda tanda kecemasan pada dirinya. Pasien mampu pengontrol kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan peningkatan kecemasan. Pasien dapat mendemonstrasikan upaya mengontrol kecemasan pada dirinya . Pasien dapat menemukan informasi atau hal yang dapat menghilanghkan cemas.

Dx. 5 Resiko tinggi infeksi berhubungnan dengan adanya prosedur infasif.


Pasien terbebas dari tanda dan gejala infeksi. Pasien mampu mengidentifikasi higiene pribadi yang adekuat. Paien mampu melaporkan bila terjadi tanda dan gejala infeksi. Pasien mampu menggambarkan faktor yang menunjang terjadinya infeksi.

You might also like