You are on page 1of 43

1.

Pengertian Emulsi FI III : 9 Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. RPS 18th Emulsi adalah sistem terdispersi yang mengandung paling sedikit dua fase cairan yang tidak saling bercampur. Kebanyakan emulsi yang berlakudalam farmasi menggunakan partikel terdispersi dengan jarak diameter dari 0,1 100 m. (RPS 18 th :298) Emulsi adalah system dua fase yang disiapkan dengan kombinasi dua cairan yang tidak saling bercampur, dimana salah satunya terdispersi seragam dalam cairan lainyya dan terdiri dari globul-globul yang mempunyai diameter sama atau lebih besar dari partikel koloidal paling besar (RPS 18th : 1534). Lachman : 502 Secara fisika kimia, emulsi didefinisikan sebagai suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamik dari dua cairan yang tidak bercampur. Physical Pharmacy : 527 Emulsi adalah suatu system yang tidak stabil secara termodinamik yang terdiri dari paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur dimana salah satunya terdispersi sebagai globul dalam fase cair lain. DOM Martin : 508 Emulsi adalah system heterogen yang terdiri dari paling sedikit satu cairan yang tidak saling bercampur terdispersi dengan baik dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesantetesan, dimana diameter secara umum melebihi 0,1 m. FI IV : 8 Emulsi adalah system dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil dengan bantuan emulgator. Scovilles ; 314 Emulsi yang digunakan dalam farmasi atau sediaan yang mengandung dua cairan yang tidak bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seragam sebagai globul dalam cairan lainnya. Parrot ; 334 Emulsi adalah suatu system polifase dari dua campuran yang tidak saling bercampur, salah satunya terdispersi dengan bantuan emulgator ke seluruh partikel lainnya. Ukuran diameter partikelnya 0,2 50 m. Kesimpulan : Emulsi adalah system heterogen yang mengandung bahan obat cair yang tidak stabil secara termodinamik yang terdiri dari paling sedikit dua cairan yang tidak bercampur dimana salah satunya terdispersi seragam dalam fase yang lain dalam bentuk globul-globul atau tetesan-tetesan yang kecil, yang distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok dimana diamternya tidak lebih dari 0,1 m.

2. Ukuran partikel RPS 18th : 298 : 0,1 100 m DOM Martin : 508 : > 0,1 m Lachman : 503 : 0,25 10 m Parrot : 334 : 0,2 50 m

Physphar : 527 : 0,1 100 m Kesimpulan : 0,1 100 m Mikroemulsi (DOM Martin ; 509) : < 0,05 m atau lebih kecil lagi 3. Ketidakstabilan emulsi secara termodinamik Lachman Indonesia ; 1033 Dispersi halus dari minyak dan air memerlukan daerah kontak yang luas dan untuk memproduksi hal ini memerlukan sejumlah kerja dengan hasil kali dengan tegangan permukaan dan perubahan luas. Berbicara secara termodinamik, kerja ini adalah energi bebas antarmuka yang dimasukkan ke system tersebut. Suatu energi bebas antarmuka yang tinggi cenderung untuk mengurangi daerah antar muka, pertama dengan menyebabkan tetesan-tetesan dianggap sebagai suatu bentuk bulat (luas permukaan minimal untuk volume tertentu) dan kemudian dengan menyebabkab tetesan-tetesan tersebut bergabung ( dengan hasil yang menurunkan dalam jumlah volume tertentu). Ini adalah alas an untuk memasukkan kata-kata tidak stabil secara termodinamik dalam definisi klasik dari emulsi buram. 4. Pembentukan dan Pemecahan Tetesan Air Terdispersi RPS 18th : 229 Suatu emulsi ada sebagai suatu hasil dari dua proses yang berlawanan, yaitu dispersi dari salah satu cairan yang lain dalam bentuk tetesan-tetesan dan dengan kombinasi dari tetesan ini membentuk kembali cairan massa awal, proses pertama menigkatkan energi bebas. Karena itu proses kedua terjadsi secara spontan dan berlanjut hingga pemecahan sempurna atau fase massa terbentuk kembali. Hal ini sedikit digunakan untuk membentuk emulsi yang terdispersi dengan baik jika pemecahannya cepat. Demikian pula, keculai perhatian cukup diberikan untuk mencapai dispersi yang optimal selama penyediaan, kestabilan dari sistem emulsi dapat dikompromikan dari awal. Dispersi dibuat dengan mesin yang didesain dan dioperasikan dengan baik, mampu menghasilkan tetesan dalam periode waktu yang relatif pendek. 5. Emulsi memiliki luas permukaan yang besar sehingga energi yang dihasilkan juga besar (Pembuktian adanya energi yang tinggi pada emulsi) Physphar : 487 (Farfis : 1146) Ketika satu cairan pecah menjadi partikel-partikel kecil, luas antarmuka dari globul-globul merupakan permukaan yang sangat besar berbanding dengan luas permukaan dari cairan murni,jika 1 cm 3 dari minyak mineral terdispersi menjadi globul-globul yang merupakan diamter volume permukaan dvs 0,01 um (10 -6) dalam 1 cm3 dari air sehingga membentuk emulsi halus, luas permukaan dari tetesan minyak menjadi 600 cm2. energi bebas permukaan berhubungan dengan luas ini kira-kira 34x107 ergs atau 8 kalori volume total dari system. Bagaimanapun tidak meningkat, tetap 2 cm 3, ini dapat dikalkulasikan dalam persamaan berikut : Sv = 6 / dvs Sv = 6/10-6 = 6.106 cm2 = 600 m2 Dalam kerja dari energi bebas permukaan dalam W = ow x A dan tegangan antar muka ow minyak mineral dengan air adalah 57 dyne/cm (erg/cm 2) dan karena 1 kalori = 4,184 joule, maka

W = 57 erg/cm2 (erg/cm2) x (6.106 cm2 = 34 x 107 erg = 34 joule 1 kalori = 4.184 joule 34/4,184 = 8 kalori 4. Tipe Emulsi RPS 18th : 298 Suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan ke dalam fase berair diistilahkan sebagai tipe emulsi minyak dalam air, m/a. Saat air adalah fase terdispersi dan minyak sebagai fase pendisersi, emulsi tersebut adalah tipe air dalam minyak (a/m). Kebanyakan emulsi farmasetik dibuat untuk pemberian oral dalam m/a, pengemulsi lotio dan krim adalah m/a maupun dalam a/m tergantung dari penggunaannya, mentega dan krem salad adalah emulsi a/m. Akhir-akhir ini ada yang disebut sebagai pengemulsi ganda, telah dikembangkan dengan sedikit memperlambat pelepasan bahan aktif. Dalam tipe ini ada 3 fase yaitu emulsi yang memiliki bentuk a/m/a atau m/a/m. dalam hal ini emulsi beberapa obat ada dalam fase yang paling dalam yang harus memiliki dua fase disekelilingnya untuk mencapai fase eksternal, kontinyu. Kesimpulan : a. Jika dalam emulsi minyak terdispersi sebagai tetesan dalam fase cair disebut emulsi minyak dalam air, o/w b. Jika air merupakan fase terdispersi dan minyak medium pendispersi emulsi atau air dalam minyak, w/o c. Banyak emulsi farmasi dirancang untuk penggunaan oral adalah tipe w/o lotio pengemulsi dan krem juga tipe o/w atau w/o tergantung pada penggunaannya, mentega dan krem salad atau emulsi a/m d. Baru-baru ini, dikenal emulsi ganda yang dibuat dan menunda sedikit pelepasan zat aktif. Pada emulsi tipe ini ada 3 fase yaitu emulsi yang terbentuk m/a/m atau a/m/a Farmasi Fisika ; 1168 Emulsi ganda Emulsi air dalam minyak dalam air (a/m/a) juga dikenal sebagai emulsi ganda, dapat dibuat dengan mencampur suatu pengemulsi m/a seperti sorbitan mono-oleat dengan suatu fase minyak seperti petroleum cair dalam suatu mikser dan perlahan-lahan menambahkan fase air membentuk suatu emulsi dalam minyak. Lachman Indonesia ; 1030 Tipe yang paling umum dari emulsi farmasi dan emulsi kosmetik terdiri dari air sebagai salah satu fasenya dan minyak atau lemak sebagai fase lainnya. Jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam suatu fase air kontinu emulsi tersebut merupakan tipe air-dalam-minyak (a/m). telah diamati bahwa emulsi m/a kadangkadang berubah menjadi emulsi (a/m) atau sebaliknya. Perubahan tipe emulsi ini disebut inversi. Sejak kira-kira tahun 1978, dua tipe emulsi tambahan yang digolongkan sebagai emulsi ganda, tampaknya diterima oleh para ahli kimia. Secara keseluruhan memungkinkan untuk membuat emulsi ganda dengan karakteristik emulsi minyak-dalam-air, dalam minyak (m/a/m) atau air dalam minyak-dalam-air (a/m/a) emulsi-emulsi seperti itu juga dapat berubah (mengalami inversi), tetapi selama

inversi, emulsi ini biasanya membentuk emulsi sederhana, jadi secara normal suatu emulsi a/m/a menghasilkan emulsi m/a. 5. Keuntungan emulsi RPS 18th ; 737-738 1. Pada sediaan emulsi sifat terapeutik dan kemampuan menyebar konstituen lebih meningkat 2. Rasa dan bau dari minyak dapat ditutupi seluruhnya dengan emulsi. Teknik penutupan sekunder dapat dilakukan dengan beberapa perhatian, jika pengaroma dan pemanis ditambahkan pada emulsi hanya jumlah mineral yang dapat digunakan untuk mencegah gangguan lambung yang dapat timbul dengan penambahan excipien dalam jumlah yang lebih besar 3. Absorpsi dan penetrasi lebih mudah dikontrol jika dibuat dalam bentuk emulsi 4. Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient lebih besar dibandingkan dengan sediaan yang sebanding 5. Air merupakan eluen pelarut yang tidak mahal dan merupakan pelarut yang baik untuk kebanyakan obat dan pengaroma pada emulsi 6. Cara perkiraan tipe emulsi Lachman Indonesia ; 1033 Untuk memperkirakan tipe emulsi yang terlibat pada kondisi yang diberikan interaksi dari berbagai parameter harus dipertimbangkan pendekatan ini dapat secara pasti dan secara umum hanya sedikit dan beberapa aturan empirik dapat diberikan : 1. Jika ampifil, pada dasarnya larutan air (contoh : sabun kalium atau polioksietilen alkali eter dengan lebih dari 5 unit etilen oksida), ini biasanya akan membentuk emulsifikasi m/a jika surfaktan yang umumnya larut dalam berbagai lemak (Ca, sabun, polioksietilen alkil eter dengan <5 unit etilen oksida) ini dapat menghasilkan emulsi a/m jika kondisi yang sama diberikan 2. Bagian-bagian polar di molekul-molekul pengemulsi, biasanya penghalang koalesensinya lebih baik daripada bagian hidrokarbonnya oleh karena itu mungkin untuk membuat emulsi m/a dengan volume fase dalam yang relatif tinggi. Selain itu emulsi a/m (yang mana penghalangnya adalah bahan hidrokarbon) dibatasi pada anggapan ini akan menginversi secara mudah, jika jumlah air yang ada signifikan. Sebagai contoh. System air mineral, sorbiton monooleat, air secara alami diharapkan untuk membentuk emulsi a/m, karena mengurangi unit etilen oksida, begitu pula jumlah dari air yang ada < dari 40 % hanya membentuk emulsi m/a. 3. Walaupun pada 20 % dan 30 % air, emulsi a/m hanya terbentuk jika air ditambahkan ke dalam minyak dengan pengadukan. Penambahan ke dalam fase bersama-sama diikuti dengan pengadukan membentuk emulsi m/a pada konsentrasi air di atas 10 % 4. Terakhir tipe emulsi yang terbentuk dipengaruhi oleh adanya viskositas dari tiap fase penongkatan viskositas dari fase membantu pembuatan fase tersebut menjadi fase luar.

7. Penentuan tipe emulsi Lachman Indonesia ; 1040 Uji Uji pengencer Uji warna CaCl2?Kertas saring Pengamatan Emulsi dapat diencerkan hanya dengan fase luar Zat warna padat yang larut dalam air hanya mewarnai emulsi m/a dan sebaliknya Kertas saring dijenuhkan dengan CaCl2 dan dikeringkan (biru) berubah menjadi merah madu bila emulsi m/a ditambahkan Karena minyak berfluoresensi dibawah sinar uv, emulsi m/a menunjukkan titik. Emulsi m/a berfouresense seluruhnya Aliran listrik dihantarkan oleh emulsi m/a, karena adanya zat ionic dalam air Keterangan Hanya digunakan untuk emulsi cairan Bisa gagal jika ada pengemulsi nonionic Bisa gagal jika emulsi tidak stabil/pecah dengan adanya elektrolit Tidak terlalu ditercipkan dapat

Flouresense

Daya hantar

Gagal dalam emulsi m/a anionik

- Dom Martin ; 50 Beberapa metoda yang diterima untuk menentukan tipe emulsi, beberapa metode yang umum meliputi pengenceran tetasan, kelarutan warna,pembentukan konduktivitas listrik dan tes floeretensi. a) Tes pengenceran tetesan Metode ini didasarkan pada prinsipnya bahwa emulsi adalah bercampur dengan fateluarkan akibatnya, jika air ditambahkan ke dalam emulsim / a, air akan terdisoersi secara teoat dalam emulsi jika minyak ditambahkan minyak tidak akan terdispersi tanpa pengadukan yang kuat. Begitu pula sebaliknya dengan emulsi a/m b) Tes kelarutan warna Test ini didasarkan pada prinsip bahwa mula mula warna terdispersi secara seragam ke dalam emulsi m / a tidak pada emulsi a / m, demikian pula sudah (II) pewarna untuk larut minyak mewarnai emulsi a / m tetapi tidak emulsi c) Uji pembentukan kreaming Creaming adalah fenomena pembentukan 2 bagian emulsi yang terpisah dari emulsi asalnya dengan satu diantaranya mengapung diatas salah satu yang lalu. Pemisahan fase terdispersi secara proporsional lebih tinggi dari salah satu emulsi yang terpisah dibandingkan yang lain. Jika Bj salah satu fase diketahui, pembentukan keningkinan dari fase terdispersi mengindikasikan. Tipe emulsi yang terbentuk, jika kream emulsi ke atas, emulsi adalah tipe m / a sebaiknya jika kream ke bawah ini adalah tipe a / m, ini disebabkan pada anggapan bahwa bonya > dari Ak d) Uji konduktivitas elektrolik Uji konduktivitas ini didasarkan pada prinsip bahwa air menghantarkan arus listrik sementara minyak tidak, jika elektroda ditempatkan dalam suatu emulsi

menghantarkn arus listrik, ini diindikasikan sebagai emulsi, jika system tidak menghantarkan arus listrik, berarti emulsi adalah tipe a/m. e) Uji flurosensi Kebanyakan minyak saat dipaparkan dengan sinar UV, akan terpencar / Fluoresensi, jika diteteskan emulsi diuji pada sinar fluoresensi dibawah mikroskop dan seluruh bagiannya terpencar, berarti emulsi tipe a / m, bagaiman emulsi tipe m / a, maka flourensinya berupa bercak / noda. 8. Pengertian emulgator - Parrot : 313 Emulgatornya adalah bahan aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antarmuka antara minyak dan air, dan mengelilingi tetesan terdispersi dengan membentuk lapisan yang kuat atau mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdispersi. - Rps 18 Th :300 Bahan pengemulsi adalah bahan aktif permukaan yang membantu emulsifikasi dan mengontrol umur sediaan dengan cara menurunkan tegangan antarmuka antara minyak dan air dan sekitarnya untuk membentuk lapisan yang kuat untuk membentuk lapisan yang kuat untuk mempercepat kloesensi. 9. Sifat sifat emulgator - Rps 18 Th : 299 Adanya emulsi sebagai hasil dari proses proses yang berlawanan, dispersi dari salah satu cairan melalui cairan yang lain dalam bentuk tetesan tetesan dan gabungan dari tekanan ini untuk membentuk kembali massa awal. Proses pertama meningkatkan energi bebas, karena itu proses kedua terjadi secara spontan dan berlarut hingga pemecahan sempurna atau fase massa terbentuk kembali. Hal ini sedikit digunakan untuk membentuk emulsi yang terdispersi dengan baik jika pemecahannya cepat, demikian pula kecuali diberikan perhatian yang cukup untuk mencapai dispersi yang optimal selama penyediaan. Kestabilan dari system emulsi dapat dikompromikan dari awal. Pendispersian dengan desain yang baik dan pendispersian mesin yang baik, mampu menghasilkan produk tetesan dalam waktu yang relatif singkat. 10. Proses Dispersi Untuk Membentuk Tetesan - RPS 18th ; 299 Dianggap dua fase cair yang tidak saling bercampur dalam tabung uji untuk mendispersikan cairan yang satu sehingga tetesan dalam cairan lain, antarmuka antara cairan harus diganggu untuk saling memasuki sampai tingkat yang cukup sehingga ionion atau bagian-bagian dari cairan yang satu melewati cairan yang kedua tau sebaliknya. Bagian-bagian ini tidak stabil akan menjadi bentangan. Betangan-bentangan ini memisah dua menjadi bulat seperti yang ditunjukan pada gambar 19.36. Tergantung dari pengadukan, kecepatan geser yang digunakan, tetesan-tetesan yang lebih besar juga berubah menjadi/ terpisah menjadi benang-benang kecil, yang kemudian menghasilkan tetesan-tetesan yang lebih kecil. Waktu pengadukan sangat penting, ulkuran dan tetesan-tetesan menurun secara cepat pada beberapa detik. Pertama dari pengadukan,. Range batasan ukuran secara umum dicapai 1-5 menit dan dihasilkan dari jumlah koalesens tetesan yang setara dengan

jumlah tetesan baru yang terbentuk, sehingga tidak ekonnomis untuk melanjutkan pengadukan.

Emulsi akhir adalah tipe M/a, jika kec. 2>1

Bentuk awal massa Terpisah

Bentuk sementara dispersi m/a dan a/m ada dalam sistem Emulsi akhir adalah tipe a/m jika kec. 1>2

(Gambar 19.36) Efek kecepatan koalesens tipe emulsi Kecepatan 1 = kecepatan koalesens m/a = Minyak Kecepatan 2 = kecepatan koalesens a/m = Air 11. Pembagian emulgator Berdasarkan tipe kerjanya (RPS 18 th : 300) Bahan pengemulsi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kimianya, terdapat hubungan antara klasifikasi ini dan yang berdasarkan pada mekanisme aksinya, sebagai contoh, umumnya emulgator membentuk lapisan monomolekuler adalah sintetiknya, bahan organic kebanyakan dari emulgator yang membentuk lapisan multimolekuler diperoleh dari sumber alam dan organic, kelompok ke-3 disusun dari partikel-partikel padat tanpa kecuali nonorganik, yang membentuk lapisan dibentuk dari partikel-partikel padat yang terbagi halus. Dengan demikian, klasifikasi yang diambil membagi bahan pengemulsi dalam sintetik, natural, dan padatan yang terdispersi halus. Kelompok ke-4, bahan pembantu adalah emulgator lemah. Daftar bahan ditujukan, untuk menjelaskan variasi tipe yang ada, yang tidak bermaksud menjadi lengkap. a. Bahan pengemulsi sintetik Kelompok dari bahan aktif permukaan yang bertindak sebagai emulgator dibagi lagi ke dalam anionic, kationik, dan nonionic, tergantung pada muatan yang dimiliki oleh surfaktan. 1. Anionic Dalam bagian kelompok ini, ion surfaktan mengandung muatan negatif, contohnya garam-garam kalium, natrium, dan ammonium dari asam laurat dan oleat larut dalam air dan bahan pengemulsi m/a yang baik. Bagaimanapun juga bahan ini memilki rasa yang kurang menyenangkan dan mengiritasi saluran cerna, yang membatasi bahan ini sebagai emulsi yang disiapkan untuk penggunaan luar. 2. Kationik Aktivitas permukaan dalam kelompok ini terletak pada kation yang bermuatan positif, senyawa ini memiliki sifat bakterisid yang khas. Ini membuatnya cocock dalam produk emulsi antiinfeksi seperti lotion kulit dan krem. PH dari emulsi

yuang disiapkan dengan pengemulsi kationik terletak dalam range ph 4-6, karena termasuk pH normal dari kulit, pengemulsi kationik menguntungkan juga dalam hal ini. Bagian kationik adalah emulsi lemah dan umumnya diformulasi dengan penstabil atau bahan pengemulsi tambahan (cetostearyl alcohol). Hanya kelompok dari bahan kationik digunakan secara luas sebagai bahan pengemulsi adalah senywa ammonium kuartener, sebagai contoh cetyltrimetyl-amonium bromida. CH3(CH2)14CH2N+ (CH3)3 BrPenge,ulsi kationik seharusnya tidak digunakan dalam formula bersama dengan pengemulsi anionic karena akan berinteraksi. Karena ketidakcampurannya tidak dapat namak dengan segera sebagai endapan, sebenarnya semua aktivitas anti bakteri yang diinginkan akan hilang. 3. Nonionik Surfaktan yangtidak terdisosiasi ini ditemukan penggunaannya secara luas sebagai bahan pengemulsi ketika bahan-bahan ini memiliki keseimbangan ayang baik dari gugus hidrofobik dan lipofilik dalam molekul kepopularitas ini berdasarkan fakta bahwa tidak seperti tipe anionic dan kationik, pengemulsi nonionic tidak terpengaruhi rentang terhadap perubahan pH dan adanya elektrolit. b. Bahan pengemulsi alam Banyak pengemulsi didapatkan dari alam (seperti tumbuhan dan hewan) yang dipertimbangkan disini hanya akasia, gelatin, lesitin dan kolesterol, banyak bahan alam lainnya hanya aktif untuk berfungsi sebagai bahan pengemulsi tambahan atau penstabil. c. Padatan terdispersi halus Kelomok dari pengemulsi ini membentuk utamanya lapisan yang mengelilingi tetesantetesan yang terdispersi san menghasilkan emulsi yang mana granul kasar memiliki pertimbangan stabilitas fisika. Hal ini dapat memungkinkan padatan dapat berkembang sebagai bahan pengemulsi dari tipe ini, penyediannya diturunkan menjadi serbuk halus yang cocok. Dalam prakteknya kelompok dari senyawa yang paling sering digunakan adalah koloidal tanah liat, bentotonit, aluminium silikat, veegum, dan lain=lain tergantung dari pencampuran a/m atau m/a. d. Bahan pengemulsi pembantu Yang termasuk dalam judul ini adalah senyawa-senyawa yang secara normal tidak mampu membentuk emulsi yang stabil dengan sendirinya/. Nilai utama dari kelompok ini terletak pada kemampuannya untuk berfungsi sebagai bahan pengental dan oleh karena itu membantu kestabilan emulsi. 12. Mekanisme emulgator - RPS 18th ; 300-301 Bahan pengemulsi dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis lapisan yang dibentuk pada antarmuka antara dua fase : a. Lapisan monomolekuler Bahan dua aktif permukaan yang mampu menstabilkan emulsi dengan cara membentuk lapisan tunggal dari ion atau molekul teradsorpsibeda antarmuka minyak cair. Berdasarkan hokum Gibbs adanya kelebihan antarmuka membutuhkan penurunan tegangan antarmuka, hal ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sebagai energi bebas permukaan. Penguranagn ini

bukan merupakan factor utama yang meningkatkan stabilitas yang lebih penting adalah kenyataan bahwa tetesan-tetean dikelilingi oleh lapisan tunggal (monoplayer) terionisasi, adanya muatan yang kuat dan tetesan yang saling tolakmenolak mengakibatkan stabilits system. Dengan bahan aktif permukaan nonionic yang tidak terionisasi, partikel masih dapat membawa muatan, hal ini timbul dari absorpsi dan ion-ion atau ion spesifik dari larutan. b. Lapisan multimolekuler Koloid lipofilik terhidrasi membentuk lapisan multimolekuler disekitar tetesan minyak terdispersi. Penggunaan bahan-bahan ini menurun pada tahun-tahun belakangan ini karena besarnya jumlah bahan aktif permukaan sintetik yang tersedia yang memiliki sifat-sifat pengemulsi yang baik ketika koloid hidrofilik diabsorpsi pada suatu permukaan (dan tidak dapat disregarded kemudian sebagai bahan aktif permukaan), lapisan monomolekuler tidak menyebabkab suatu penurunan tegangan permukaan yang berarti, tetapi efisiensinya tergantiung kemampuannya untuk membentuk lapisan multimolekuler sejenis yang kuat. Aksinya sebagai pelindung disekitar tetesan-tetesan menyebabkab resistensi terhadap koalesen yang tinggi, bahkan dalam adanya pengembang potensial permukaan yang baik. Lebih lanjut, kebanyakan hidrokoloid yang diabsorbsi pada antarmuka meningkat viskositas fase kontinyu berair, hal ini meningkatkan stabilitas emulsi. c. Lapisan partikel padat Partikel-partikel padat yang kecil membasahi beberapa serabut oleh fase cair berair dan tidak berair bertindak sebagai bahan pengemulsi. Jika partikel-partikel sebagai hidrofilik, partikel-partikel tetap dalam fase air. Jika sangat hidrofobik partikel-partikel yang memiliki ukuran partikel yang lebih kecil daripada tetesan pada fase terdispersi. Lapisan monomolekuler Lapisan multimolekuler Lapisan partikel padat Keterangan : = minyak = air

Lachman Indonesia ; 1034 Stabilitas tetesan, dua konsep alternatif yang ada untuk emulsi yang penampakannya seperti susu, seperti dispersi yang dapat membentuk dan distabilkan dengan menurunkan tegangan antar muka dan atau dengan mencegah tetesan koalesens. Menurut teori emulsi klasik, bahan aktif permukaan mampu membentuk kedua objek. Bahan aktif permukaan mengurangi tegangan antarmuka dan bereaksi sebagai barier (penghalang) menjadi tetesan koalesen diabsorpsi dan permukaan atau lebih tepatnya

pada permukaan tetesan tersuspensi. Bahan pengemulsi membantu pembentukan emulsi dengan 3 mekanisme : 1. Mengurangi tegangan antarmuka-kestabilan termodinamik 2. Membentuk lapisan antarmuka yang kaku-mekanisme penghalang untuk koalesens 3. Membentuk suatu lapisan listrik rangkap-penghalang listrik untuk mendekatkan partikel Tegangan antar muka. Meskipun pengurangan tegangan antarmuka menurunkan energi bebas permukaan yang dihasilkan pada proses dispersi, ini merupakan hal yang paling penting. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada salah satu yang dipertimbangkan banyak bahwa polimer dan padatan yang terbagi halus dan efisiensi dalam mengurangi tegangan antarmuka yang baik, bereaksi untuk menghindari koalesens dan juga digunakan sebagai bahan pengemulsi. Lapisan antarmuka. Pembentukan lapisan-lapisan oleh bahan emulgator pada permukaan tetesan air dan tetesan minyak telah dipelajari secara mendetail. Konsep dari lapisan (monomolekuler) dari bahan pengemulsi pada permukaan dari fase internal suatu emulsi adalah dasar yang penting untuk menahan sebagai besar teori emulsifikasi. Skema berikut menggambarkan bagaimana bahan-bahan emulgator mengel;ilingi tetesan dari fase internal. Cukup beralasan untuk mengharapkan molekul ampifilik untuk mengatur dirinya pada suatu antarmuka air misalkan dalam sebagian besar posisi yang paling disukai secara energik, bagian oleofilik dalam fase minyak dan bagian hidrofilik dalam fase air. Jug a sudah ditetapkan dengan baik bahwa zat aktif permukaan cenderung berkumpul pada antarmuka, dan pegemulsi diabsorpsi pada antarmuka minyak, air sebagai lapisanlapisan monomolekuler. Jika konsentrasi zat pengemulsi cukup tinggi, pengemulsi membentuk suatu lapisan yang kalau antara fase-fase yang tidak bercampur tersebut yang bertindak sebagai suatu penghalang mekanik baik terhadap adhesi maupun penggabungannya dengan tetesan-tetesan emulsi. Pengukuran luas daerah yang ditempati oleh molekul tunggal zat aktif permukaan pada antarmuka tetesan-tetesan emulsi telah membuktikan bahwa dalam emulsi yang stbail, molekul-molekul zat aktif permukaan dalam kenyataannya terkemas rapat (berdekatan) dan membentuk suatu lapisan antramuka yang kuat. air air
Minya k

air

Minya k 1

Minya k

2. Metode Pembuatan Emulsi (RPS 18th : 306) Pembuatan emulsi skala kecil a. Metode lumpang dan alu Pendekatan ini tidak tetap, digunakan hanya untuk emulsi yang distabilkan dengan adanya lapisan multimolekuler (seperti akasia, tragakan, agar ,chondrus)pada permukaan. Ada dua metode dasar untuk membuat emulsi dengan lumpang dan alu yaitu metode gum basah (metode Inggris) dan metode gum kering (metode continental). - Metode gum basah Pada metode ini emulgator ditempatkan dalam lumpang dan didispersikan dalam air untuk membentuk mucilage. Minyak ditambahkan dalam jumlah yang kecil dengan penggerusan yang kontinyu. Akasia merupakan emulgator yang paling sering digunakan ketika membuat emulsi dengan lumpang dan alu ketika mengemulsi minyak. Perbandingan opimum dari minyak, air, akasia dibuat emulsi awal adalah 4 : 2 : 1. Kemudian sediaan 60 ml dari 40% emulsi minyak hati membutuhkan : Coat olive oil 24 g Akasia 6g Air secukupnya 60 ml Mucilago akasia dibuat dengan menambahkan 12 ml air untuk membuat 6 gr akasia dalam lumpang dan diaduk , 24 g minyak ditambahkan dalam jumlah penambahan 1-2 g dan didispersikan. Produk pada tingkat ini disebut sebagai emulsi utama atau inti. Emulsi intinya harus digerus selama palingkurang 5 menit, setelah air yang cukup ditambahkan untuk menghasilkan volume akhir 60 ml. - Metode gum kering Pada metode ini, lebih disukai oleh kebanyakan ahli Farmasi. Gum ditambahkan ke dalam minyak, lebih baik daripada air seperti metode gum basah. Pendekatan untuk membuat emulsi dasar dari produk akhir dapat diperoleh dengan mengencerkan dengan fase kontinyu. Jika emulgatornya akasia, minyak tertentu harus diemulasikan dengan perbandingan minyak : air : gum adalah 4 : 2 : 1. Dispersi yang disiapkan dari akasia dalam minyak harus cukup, metode gum kering, hamper dapat dijamin serta ,enghasilkan emulsi yang dapat diterima karena tidak ada penambahan bertahap dari bahan. Pembuatan emulsi cepat dengan metode ini. Dari kedua metode minyak : air : gum perbandingannya bervariasi tergantung pada tipe dari minyak yang diemulsikan dan emulgator yang digunakan. Pembuatan emulsi baik dengan metode gum basah dan kering dapat dilakukan dalam botol daripada lumpang dan alu.

Tabel perbandingan umum dari Minyak, Air, dan Gum yang digunakan untuk menghasilkan emulsi Sistem Minyak murni (tidak termasuk cairan petroleum dan minyak biji rami Air Gum Minyak menguap dengan cairan petroleum dan minyak biji rami Air Gum Akasia 4 2 1 2-3 2 1 Tragakan 40 20 1 20 - 30 20 1

b. Metode lain Peningkatan jumlah emulsi yang diformulasikan dengan emulgator sintetik, khususnya tipe nonionic. Komponen dalam formulasi seperti ini dipisahkan menjadi yang larut minyak dan yang larut air. Ini kemudian dilarutkan dalam pelarutnya masingmasing dengan dipanaskan sekitar 70 -75 0C. Ketika larutan sempurna kedua fase bercampur dan produk diaduk sampai dingin. Metode ini tidak membutuhkan alat selain 2 beker, thermometer dan sumber panas, perlu digunakan dalam pembuatan emulsi yang mengandung lilin dan bahan dengan titik lebur yang tinggi harus dilelehkan dulu sebelum didispersikan dalam emulsi. Metode yang relative sederhan meliputi penggunaan tipe emulgator surfaktan sintetik, merupakan satu factor yang mana mempunyai peranan terhadap penyebaran penggunaannya dalam sediaan emulsi. Hal ini sebaliknya tidak diterapkan pada pengguanaan emulgator alam (RPS 18th ; 1535) Formulasi eksperimen dapat dibuat dengan mengikuti prosedur di bawah ini : 1. Kelompokkan bahan-bahan berdasarkan kelarutannya dalam fase air dan fase bukan air. 2. Tentukan tipe emulsi yang diminta dan hitung nilai HLB butuh 3. Campur pengemulsi HLB rendah dan HLB tinggi berdasarkan nilai yang telah dihitung. 4. Larutan bahan larut minyak dan pengemulsi dalam minyak. Panas, jika penting 5 0 100C diatas titik lebur dari bahan dengan titil lebur tinggi atau sampai suhu maksimum 700 -800C. 5. Larutkan bahan larut air (kecuali asam dan garam) dalam air secukupnya. 6. Pasakan fase air sampai suhu lebih tinggi 30 - 50C dari fase minyak. 7. Tambahkan fase air pada fase berminyak dengan pengadukan yang tepat. 8. Jika asam atau garam digunakan, larutkan dalam air, dan tambahkan pada emulsi yang dingin. 9. Uji emulsi dan buat penyesuaian pada formula jika produk tidak stabil. Mungkin penting untuk menambah lagi pengemulsi, untuk merubah pengemulsi dengan nilai

HLB yang tinggi atau rendah atau pengguaan pengemulsi dengan karakteristik kimia yang berbeda. (DOM :530) 1. Metode gum basah (Metode Inggris) Teknik pembuatan emulsi ini sesuai untuk pembuatan emulsi dengan mucilage atau gum yang dilarutkan sebagai bahan pengemulsi. Ini penting untuk menggunakan metode ini, walaupun metode ini lambat dan tidak sebaik metode kontinental.Jika bahan pengemulsi hanya tesedia dalam bentuk cairan atau jika harus dilarutkan sebelum digunakan seperti kuning telur, chondrus, dan mungkin metal selulosa. Dalam metode ini mucilage kental dari gum dibuat dengan sejumlah kecil air dan minyak ditambahkan dalam jumlah kecil, dengan pencampuran cepat, dapat ditambahkansejumlah air pada seluruh waktu hingga semua minyak digabungkan. 2. Metode gum kering (Metode Kontinental) 4 : 2: 1 Metode kontinental secara khusus sesuai untuk pembuatan emulsi dari pengemulsi gum kering. Emulsi utama dibentuk dengan menggunakan keseluruhan jumlah minyak gum kering, dalam jumlah sama untuk 1 4 dari jumalh minyak, didispersikan dalam minyak. Karena konsentrasi tidak sangat penting, satu dapat menggunakan cairan atau ukuran kering yang dibutuhkan dalam penentuan sejumlah emulsi. Sebagai contoh, jika resep menginginkan 2 ons minyak, ons akasia dapat digunakan. Jika gum terdispersi dalam minyak, jumlah air sama atau volume minyak yang ditambahkan , pada waktu bersamaan, dicampur dengan cepat. Kemudian perbandingan 4 bagian minyak, 2 air dan 1 emulgator. Pencampuran dilanjutkan dengan kecepatan tinggi menggunakan gerakan memutar dari alu sampai emulsi utama kental terbentuk. Bunyi khas terdengar ketika emulsi stabil telah terbuat. 3. Metode botol Dalam pembuatan emulsi dari minyak menguap dan minyak tidak kental lainnya, metode botol sering tersedia dalam kebanyakan prosedur yang efisien, karena metode ini mencegah percikan yang secara normal ditemukan dalam lumpang dan alu dengan cairan yang konsistensinya rendah. Metode ini hanya merupakan variasi dari metode gum kering yang telah dijelaskan di atas. Selain itu, minyak yang diletakkan dalam botol yang besar atau labu dan serbuk gum kering ditambahkan dan didispersikan secara cepat. Ini penting bahwa air yang ditambahkan segera setelah disperse gum, untuk menjaga gum menyerap minyak dan menjadi tahan air. Emulsi utama dibentuk dengan pengocokan yang kuat dan kemudian dilarutkan dengan fase luar. Dalam metode yang telah dijelaskan sebelumnya, terlihat bahwa tidak diduga pengemulsi selalu digunakan dalam jumlah yang sama dengan minyak. Dan ada pengecualian untuk metode ini, berdasarkan dari komposisi minyak dan emulgator utama yang digunakan. Akan diingat bahwa tragakan digunakan dalam jumlah 1/10 dari akasia dan karena minyak menguap, cairan petrolatum , dan minyak biji rami membutuhkan sejumlah emulgator yang lebih besar dari minyak murni, penyesuaian yang tepat dibutuhkan. Umumnya perbandingan rekomendasi terlihat dalam table di bawah.

Perbandingan komponen untuk pembuatan emulsi utama Emulgator Akasia Tragakan Minyak murni (kecuali biji rami dan mineral) 4 : 2 : 1 40 : 20 : 1 Minyak menguap (minyak biji rami dan minyak mineral 3 : 2 : 1 atau 2 : 2 : 1 30 : 20 : 1 atau 20 : 20 : 1

4. Metode Beker Tiga metode pembuatan emulsi yang dijelaskan di atas dapat digunakan utamanya untuk pembentukan emulsi dari emulgator alam, misalnya gum dan kuning telur. Bagaimanapun juga, ketika emulgator sintetik digunakan , perbandingan yang dijelaskan di atas tidak berarti. Metode yang paling tepat untuk pembuatan emulsi dari surfaktan sintetik adalah membagi pembuatan komponen yang larut air dan komponen yang larut lemak, dan kemudian melarutkan emulgator dalam fase dimana emulgator tersebut lebih larut. Jika perlu untuk melebihkan berbagai bahan, komponen dari dua fase ditempatkan dalam beker yang berbeda pada pengangas air dan dipanaskan sampai sekitar 700C. Ketika kedua fase telah mencapai kira-kira suhu yang sama, fase dalam ditambahkan dalam fase luar dengan pengadukan. Adalah penting bahwa emulsi diaduk selama seluruh pendinginan. Sebaliknya lapisan berminyak dapat muncul ke atas campuran dan memadat sbagai cake pada permukaan , membuatnya tidak mungkin untuk mendispersi minyak secara seragam dalam sediaan akhir. 3. Rekomendasi tambahan (Lachman : 1068) Dalam pengembangan emulsi di laboratorium, adalah biasa untuk membuat suatu fase minyak yang mengandung semua bahan yang larut dalam minyak, dan untuk memanaskannya pada kira-kira 5 0 -100C di atas titik lebur dari bahan-bahan yang mempunyai titik leleh paling tinggi. Fase cair secara normal dipanaskan pada temperature yang sama, dan kemudian dua fase diacmpur. Dalam pembuatan emulsi M/A anionic atau kationik, biasanya ditambahkan fase minyak ke fase air, walaupun beberapa ahli teknik memilih teknik inverse, yakni penambahan fase air ke fase minyak. Dalam hal emusli nonionic yang memperlihatkan TL , teknik inverse tidak dibutuhkan, karena temperature sendiri dapat digunakan untuk mengontrol tahap emulsifikasi obat ini. Jika sabun digunakan sebagai pengemulsi, biasanya dibuat in situ dengan mengkombinasi dengan alkali dengan fase air dan asam lemak dengan fase minyak. Serupa pula, pengemulsi yang larut dalam minyak biasanya ditambahkan ke fase fase lemak, sedangkan pengemulsi yang larut air dilarutkan dalam fase air kadang-kadang bermanfaat juga memasukkan pengemulsi yang larut air dalam fase minyak. Dalam pembuatan A/M hampir selalu perlu untuk menambahkan fase air perlahan-lahan ke campuran minyak/pengemulsi. Untuk mencegah kehilangannya pemberi rasa yang menguap atau farfum lebih baik ditambahkna pada temperature terendah, dimana penggabungan menjadi emulsi adalah memungkinkan (biasanya 450C-550C). Jika digunakan gum, haruslah secara sempurna dihidrasi atau dilarutkan dalam fase air sebelum tahap emulsifkasi. Jika digunakan gum yang sensitive terhadap panas, mungkin perlu untuk menggabungkan larutan gum setelah emulsi terbentuk. Penggunaan dua gum organic yang berbeda dapat menyebabkan ketidaktercampuran. Diketahui pula

bahwa pengemulsi anionic dan kationik dalam kuantitas molar yang setara jarang menghasilkan emulsi yang memuaskan. Bukan tidak diharapkan, emulsi yang dirancang untuk pemberian parenteral dapat dibuat hanya dengan sejumlah pengemulsi terbatas. Karena penggunaan pengawet konvensional dikontraindikasikan , preparat seperti itu mebutuhkan sterilisasi pada temperature tinggi, tetapi harus menghasilkan emulsi yang dapat diterima setelah siklus pemanasan /pendinginan. Oleh karena itu dianjurkan bahwa emulsi parenteral , terutama yang dirancang untunk injeksi intra vana, dihomogenkan sampai dicapai ukuran partikel yang memuaskan. Bila suatu emulsi dibentuk pada temperature yang dinaikkan , hilangnya air karena penguapan harus terbentuk. Ini paling baik dikerjakan dengan mengatur bobot akhir dengan air bila emulsi mencapai temperature kira-kira 35 0 C. 4. Sifat dan kestabilan emulsi (Lachman :1076) Beches telah menunjukkan bahwa sifat fisika dari suatu emulsi dan kestabilannya tidak dapat dipertimbangkan secra terpisah. Oleh karena itu, bagian ini berkenaan dengan sifat-sifat fisika. Yang lebih penting dari emulsi, perubahanperubahannya terhadap pengaruh luar dan hubungannya dengan kestabilan emulsi. Kestabilan Emulsi Telah dikenal bahwa pada keadaan dasar termodinamik murni, emusli secara fisik tidak stabil. Pengurangan daerah antarmuka dengan penggumpalan mengurangi energi system, dan proses ini secara termodinamik disukai. Karena alasan ini, Garret mendefinisikan emusli stabil sebagai emulsi yang akan menjaga sejumlah partikel yang sama dari fase terdispersi persatuan volume berat dari fase kontinyu. Energi antarmuka total harus tidak bervariasi dengan waktu untuk memenuhi defenisi ini. Kestabilan termodinamik emulsi berbeda dari kestabilan seperti didefenisikan oleh pembeuat formula atau pemakai berdasarkan pertimbangan subjektif secara menyeluruh. Kestabilan yang dapat diterima dalam bentuk sediaan farmasi tidak memenuhi ketidakstabilan termodinamik. Jika suatu emulsi membentuk krim ke atas (naik ke atas) atau membentuk krim ke bawah (endapan), emulsi bias tetap dapat diterima secara farmasetik selama emulsi tersebut dapat dibentuk kembali dengan pengocokan biasa. Pertimbangan serupa dapat digunakan untuk emulsi kosmetik, tetapi dalam kosmetik pembentukan krim biasanya tidak dapat diterima, karena setiap pemisahan yang tidak sedap dipandang membuat produk tidak elegan secara kosmetik. Oleh karena itu penting untuk mengingat bahwa standar ketidakstabilan sebagian besar tergantung pada pengamat, karena pengamatan subjektif atau opini dengan sendirinya tidak mencukupi untuk menentukan tolak ukur seperti kestabilan yang dapat diterima. Kestabilan harus didefenisikan dalam arti yang diberikan kepadanya oleh Garret, yaitu berdasarkan tujuan objektif murni. Shelf life adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan evaluasi kestabilan subjektif. Gejala ketidakstabilan Segera setelah suatu emulsi dibuat, proses yang tergantung pada waktu dan suhu terjadi untuk mempengaruhi pemisahannya selama penyimpanan, ketidakstabilan emulsi dibuktikan oleh pembentukan krim , aggregasi bolak-balik (flokulasi), dan atau aggregasi yang tidak dapat balik (penggumpalan). Pembentukan krim. Di bawah pengaruh gravitasi, partikel-partikel atau tetesantetesan terdispersi cenderung meningkat atau mengendap, tergantung pada perbedaan

dalam gravitasi spesifik antara fase tersebut. Jika pembentukan krim berlangsung tanpa aggregasi apapun, emulsi dapat dibentuk kembali dengan pengocokan atau pengadukan. Persamaan Stokes paling berguna untuk memperoleh pengertian tentang pembentukan krim, walaupun Stokes membuat sejumlah asumsi yang tidak realistis; persamaan didasarkan pada partikel-partikel bulat yang pada dasarnya mempunyai ukuran yang sama dan dipisahkan oleh suatu jarak yang membuat gerakan dari satu partikel bebas dari gerakan partikel lainnya. Dalam kenyataan, pembentukan krim meliputi gerakan sejumlah tetesan heterodispersi dan gerakan tersebut saling mengganggu satu sama lain dan bias menyebabkan rusaknya tatasan. Jika terjadi flokulasi, criteria built hilang dan koneksi kompleks untuk variasi-variasi ini dibuat sebelum hukum Stokes dapat digunakan secara kuantitatif kesifat emulsi. Flokulasi. Flokulasi emulsi dalam batasan energetic telah disebutkan dalam bab ini, dan pertimbangan flokulasi terkontrol untuk suspensi padatan dalam suatu medium cairan dibicarakan dalam bab 5. Flokulasi dari fase terdispersi bisa berlangsung sebelum selama dan setelah pembentukan krim. Hal ini paling baik diuraikan sebagai aggregasi reversible dari tetesan fase diam, dalam bentuk kelompok tiga dimensi. Flokulasi dipengaruhi oleh muatan pada permukaan bulat yang teremulsi. Jika tidak ada suatu pembatas pelindung (mekanik) pada antarmuka, misalnya jika ada pengemulsi dalam jumlah yang tidak mencukupi, tetesan-tetesan emulsi menggagregasi dan menggumpal dengan cepat. Flokulasi dari tetesan emulsi dapat terjadi hanya bila pembatas listrik atau mekanik cukup untuk mencegah menggumpalnya tetesa. Dengan kata lain, flokulasi berbeda dari penggumpalan oleh kenyataan bahwa lapisan antarmuka dan masing-masing tetesan berhubungan. Kebalikan dari tipe agregasi tergantung pada kekuatan interaksi antara partikel-partukel seperti ditentukan oleh keadaan kimia dari pengemulsi tersebut, ratio volume fase dan konsentrasi dari zat-zat yang terlarut, terutama elektrolit dan pengemulsi ionic. Misalnya emulsi 2% heksadekan dalam air yang distabilkan dengan 0,05% Acrosel, suatu surfaktan yang bermuatan negative, tetap tidak teragregasi (tidak menjadi besar) dalam bentuk tetesan tunggal, agaknya akibat penolakan antara tetesan minyak yang bermuatan negative. Kenaikan kekuatan ionic dengan elektrolit atau kenaikan konsentrasi pengemulsi cenderung mendorong terjadinya flokulasi. Penggumpalan. Penggumpalan adalah proses bertumbuh dimana partikel-partikel teremulsi bergabung membentuk partikel yang lebih besar dengan penggabungan dari tetesan-tetesan yang lebih kecil memperlihatkan bahwa emulsi tersebut pada akhirnya akan memisah secara sempurna. Faktor utama yang mencegah penggumpalan dalam emulsi terflokulasi dan tidak terflokulasi adalah kekuatan mekanis dari pembatas antarmuka. Ini terutama benar dalam system M/A yang mengandung surfaktan nono ionic , dan dalam system emulsi A/M dimana pengaruh elektris dapat diabaikan. Jadi dikenal secara luas bahwa shelf-life yang baik dan tidak adanya penggumpalan dapat dicapai dengan pembentukan lapisan antarmuka yang tebal dari makromolekul, atau dari partikel-partikel kecil zat padat yang memisah. Ini merupakan alasan mengapa berbagai gum alam dan protein sangat berguna sebagai pengemulsi pembantu bila digunakan pada konsentrasi rendah, bahkan dapat digunakan sebagai pengemulsi utama pada konsentrasi tinggi.

Emolient Lotio 1. Defenisi Emolient (Balsam I : 27) Emolien adalah bahan yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi kekeringan dan untuk melindungi kulit. (RPS 18th : 760) Emolien adalah suatu bahan yanglunak /lembut, berlemak atau substansi yang mengandung lemak dimana penggunaannya secara local, trutama pada kulit dan juga membrane mukosa atau jaringan yang rusak. 2. Pemilihan sediaan sebagai lotio emolien, bukan krim pembersih (Balsam I :7) Pada jumlah minyak mineral adalah 10% dalam formula asli, padahal teori menyatakan bahwa persentase tertinggi dari minyak mineral dihubungkan dengan efisiensi pembersihnya. Namun demikian ketika minyak mineral melebihi 60% krim menunjukkan tanda dalam kedaan stabil. Konsentrasi antara 30 %-60% menunjukkan suatu fungsi paraffin sebagai pembersih. 3. Penggolongan bahan-bahan emolien (Balsam I :34) - Lilin dan minyak hidrokarbon. Minyak mineral, petrolatum, paraffin, ceresin,ozokerit, lilin mikrokristal, polietilen,perhidrosqualen (squalen). - Minyak silicon. Dimetilpolisiloxane, metilfenil polisiloxane, isoplimer silikonglikol yang larut air dan larut alcohol - Ester trigliserida. Lemak hewani dan minyak tumbuhan - Ester asetogliserida. Monogliserida terasetilasi - Gliserida etoksilat. Gliserida monostearat terasetilasi - Alkil ester. Metal, isopropyl dan butyl ester dari asam lemak; hexil laurat, isohexil laurat, isohexil palmitat, decyl oleat, isodesil oleat, hexadecyl (isocetyl) stearat, diisopropil adipat, diisohexil adipat, dihexadecyl adipat, diisopropil sebacate, lauril laktat, myristil laktat, dan setil laktat - Alkenil ester. Oleil miristet, oleil stearat dan oleil oleat - Asam lemak. Pelargonik, laurik, miristik, palmitik, stearik, isosteraik, hidroksistearik, oleic, linoleat, ricinoleat, arachioleat, behenic, erucie dan asam lanolin - Alkohol lemak. Lauril, miristil, cetil, hexadecyl (isosetil), stearit, isostearil, hidroksistearil,oleil, ricinoleil, behenil, enicil, 2-oktil dodekanoat, dan lanolin alcohol - Ester asam lemak. Etoksilasi lauril, cetil, stearil, isostearil, oleil, kolesterol, dan lanolin alcohol propoksilasi cetil, oleil dan lanolin alcohol - Ester-ester. Asam lemak ester dari etoksilasi lemak alcohol - Lanolin dan turunannya. Lanolin, minyak lanolin, lilin lanolin, lanolin alcohol , lanolin asam lemak,isopropyl lanolat, etoksilasi lanolin, lanolin alcohol teretoksilasi, kolesterol teretoksilasi, lanolin alcohol propoxilasi, lanolin terasetilasi, lanolin alcohol terasetilasi, lanolin alcohol linoleat, lanolin alcohol ricinoleat, asetat dari lanolin alcohol ricinoleat, asetat dari ester alcohol teretoksilasi, hidrogenolisis (hidrogenasi) dari lanolin, ester-ester alcohol teretoksilasi, lanolin terhidrogenasi teretoksilasi, sorbitol lanolin teretoksilasi dan padatan dan cairan dari lanolin yang mengabsorbsi basa.

Alkohol polihidrik(poliols) dan derivate polieter. Propilenglikol, dipropilenglikol, polipropilengliko 2000,4000, polioksietilen polioksipropilenglikol, polioksipropilen polioksietilen glikol, gliserol, etoksilasi gliserol, propoksilasi gliserol, sorbitol, etoksilasi sorbitol, hidroksipropil sorbitol, polietilen glikol 200-6000, metoksi polietilen glikol 350, 550, 750, 2000, 5000, polieteilen oksiel homopoliemer (berat molekul 100.000 5 juta), polialkilen glikol dan derivatnya, heksilen glikol (2metal-1,3- heksanediol) C15-C18 ricinol glikol dan polioksipropilen derivate dari trimetilolpropane - Ester polihidrik alcohol (poliol). Etilen glikol dari ester asam lemak mono dan di; dietilen glikol mono dan di ester asam lemak, ester asam lemak mono dan di polietilen glikol (200-6000), mono dan di ester asam lemak propilen glikol, monooleat propilen glikol 2000, monostearat propilen glikol 2000, monostearat propilen glikol teretoksilasi, mono dan diester asam lemak gliseril, polester asam lemak poligliserol, monostearat gliseril teretoksilasi, monostearat 1,3 butilen glikol, polyester asam lemak polioksietilen, ester asam lemak dan polioksietilen sorbitum ester asam lemak - Ester-ester lilin. Lanolin (fraksi lilin berminyak), beeswax, spermaceti, miristil miristat, stearil stearat - Derivat beeswax. Beeswax poloksietilen sorbiol. Ini adalah hasil reaksi dari beeswax dengan sorbitol etoksilasi dari variasi kandungan etilen oksida, membentuk suatu campuran ester eter - Lilin nabati. Carnauba, candelilla - Fosfolipid. Lecitin dan turunannya - Sterol-sterol. Aasm lemak amida, etoksilasi asam lemak amida, padatan asam lemak alkanolamid 2. Mekanisme emolien (Balsam I : 32) Flesch menunjukkan 3 cara berikut dimana emolien berfungsi yaitu melembutkan permukaan kulit, dapat terjadi dengan masuknya air ke dalam lapisan tanduk. a. Meningkatkan difusi air dari sel-sel hidup dari epidermis ke dalam lapisan tanduk melalui pembatas (barier). Secara teoritis, hal ini dapat dicapai dengan pemecahan kimia (gangguan kimia) penghalang epidermal dalam lapisan tanduk paling bawah. Dasr kimia dari metode ini tidak cukup dimengerti dan tidak dapat dipakai pada penggunaan kosmetik secara tetap. b. Dengan menambahkan air secara langsung dari bagian luar atau dengan memperkuat lapisan lipid dalam stratum corneum yang menahan air agar tetap teikat. Pemakaian yang tidak sempurna dari susunan dalam lapisan tanduk atau bagaimana bahan berlemak teradsorbsi mengubah kerangka lipid dari corneum atau bagaimana bahan berlemak mempengaruhi higroskopisitas lapisan tanduk, menghalangi penggunaan mekanisme ini. c. Dengan menutupi permukaan untuk mencegah penguapan air. Flesh menekankan bahwa penutupan adalah menguntungkan dalam mengurangi kekeringan hanya ketika komponen lapisan tanduk berfungsi cukup higroskopis untuk menahan air dari lapisan epidermal yang lebih bawah. Dalam patologik lapisan tanduk, tahanan kapasitas air dirusak/ dihalangi dank arena penutupan sendiri menyelesaikannya sedikit kecil dalam mengelupaskan penyakit kulit

. 3. Alasan dibuat lotio Perbedaan lotio dan krim (DOM : 822) Lotio adalah istilah reologi atau sediaan cair yang menunjukkan karakteristik aliran Newtonian secara spesifik. Jika digunakan pada kulit, lotion tidak memberikan nilai yield dan alirannya dibawah pengaruh gravitasi. Krim adalah sediaan setengah padat yang menunjukkan sifat aliran pseudoplastik secara spesifik jika digunakan, krim mempunyai nilai yield yang kecil tetapi tetap mengalir dibawah pengaruh gaya gravitasi. Bagaimanapun penambahan sejumlah kecil gaya akan menghasilkan aliran. (Balsam I : 70) Metode lain dalam mengaplikasikan bahan bahan emolien atau dalam bentuk lotion. Minyak dan lilin identik dengan krim emollient tetapi dengan konsentrasi yang lebih rendah. Tipe emolien M/A biasanya mengandung air lebih banyak daripada krim; dimana pada tipe A/M mungkin memiliki kandungan air yang sama banyak, dengan kandungan minyaknya menggantikan bahan-bahan seperti lilin. Lotion ini dipersiapkan untuk dipergunakan sepanjang hari, penggunaannya lebih ringan dan mengandung sedikit minyak dengan membentuk lapisan pada kulit, bagaimanapun juga, lotion dank rim diformulasikan dengan konsentrasi fase minyak yang sama biasanya digunakan dalam krim. Nilai jual dari emolin lotio adalah berdasarkan kenyamanan penggunaannya dan variasi pengemasan yang mungkin untuk emulsi cair. Syarat-syarat pembuatan emolien lotio (Balsam : 71) - Produk dapat diterima , dari sifat penggunaannya, rasa dan penampilannya - Stabilitas emulsinya - Stabilitas viskositasnya Bahan-bahan ini penting untuk mencapai keseimbangan kombinasi dari bahanbahan yang diseleksi atau berdasarkan pada keperluan : a. b. c. d. e. Minyak emolein Lilin emolien dan pengental seperti lilin Alkohol polihidroksi Bahan pengemulsi Pengental Beberapa bahan tersebut memberi peranan yang cuckup besar atau menghasilkan emolien lotio yang memuaskan sifat-sifat dari mereka terkadang tumpang tindih, tetapi secara terpisah diharapkan dapat ditekankan pada fungsi utamanya.

4.

Pemilihan tipe emulsi (DOM :508) Jika system minyak/bahan minyak lainnya didispersikan /fase internal emulsi disebut emulsi minyak dalam air (M/A). Air kemudian adalah medium disperse/fase

eksternal. Sistem mengandung lebih kurang 315 air secara umum membentuk emulsi minyak dalam air, menyediakan kondisi lain yang lebih disukai. Dalam system yang sama, sebanyak 45% air mungkin perlu untuk membentuk tipe emulsi ini. Jika air didispersikan atau sebagai fase internal, disebut emulsi tipe air dalam minyak (A/M) kemudian minyak sebagai medium pendispersi/fase eksternal, system tersebut mengandung kurang dari 85% air secara umum membentuk emulsi tipe M/A kadang-kadang kandungan air kurang dari 25% air secara umum membentuk emulsi tipe A/M. kadang-kadang kandungan air kurang dari 10% akan menjadi perlu untuk membentuk tipe emulsi tipe A/M. (Michael : 248) Kandungan emolien untuk lotio 5-15% dan untuk krim 10-25%. 6. Kelebihan lanolin Balsam : 182 Bahan utama ini ditemukan secara luas digunakan dalam produk perawatan tangan. Kenyataannya banyak digunakan sebagai emolien pilihan. Menurut Butcher (10), Lnolin membentuk memelihara epidermis pada konsentrasi normal. Dalam studi selnajutnya (11), penulis yang sama menerangkan bahwa lanolin tidak berpenetrasi (meresap) ke dalam kulit pada konsentrasi besar. Kenyataannya studi ini menggunakan mikroskop yang menunjukkan bahwa larutan tertahan pada permukaan epidermis, lanolin atau lilin alam yang mengandung kimia umum dari lanolin. Karakter hidrofobik dan adesif dari larutan membuat suatu bahan-bahan yang istimewah dan kemudian emollient yang baik. Sebagian dari lanolin umumnya digunakan dalam hand krim harus lebih dari 5%. Alasan (2) untuk mendekati langkah yang diberikan pada hasil akhir jika konsentrasi terlalu tinggi. Walaupun lanolin umum digunakan dalam formulasi ini untuk bahan-bahan emollient ini harus diingat bahwa lanolin digunakan sebagai bahan pengemulsi yang baik. Ketika digunakan sebagai bahan pengemulsi tunggal bentuk emulsinya adalah tipe minyak dalam air. Jellineck : 117 Lanolin menempati tempat khusus diantara lilin hewani. Lanolin dihasilkan dari bulu domba dari semua bahan dasar alami. Lanolin ini mendekati kulit manusia dan lemak rambut dalam komposisi kimia dan sifat psikologi. Lanolin mengandung sekitar 80% bahan yang tak tersaponifikasi (kebanyakan kolesterol dan sterol lain, sterol alcohol dan alkoholik lemak lainnya). Bagian tersaponifikasi dari lanolin yang terdiri dari ester-ester asam lemak dari sterol-sterol dan alkhol lemak yang mengandung klompok hidoksi bebas. Terjadinya bagian tersaponifikasi dari larutan dijelaskan oleh adanya sebagian alcohol

anhidrat tersaponifikasi dan ester-ester asam hidroksi. Karena hal hidroksi bebas ini (sterol bebas + alcohol lemak, ester-ester alcohol anhidrat dan ester-ester asam hidroksi) lanolin memiliki karakter hidrofilik. Jika ini mengandung hampir tidak ada komponen air, lanolin anhidrat (adgae lanae anhidrat) akan mampu mengabsorbsi perkutan 185 % dari berat airnya sendiri. Pada minyak campuran lanolin yang berfungsi sebagai emulgator a/m. Afinitas lanolin dengan kulit sedikit sebagian diterangkan atau kandungan terhadap hidrolisisnya yang tinggi. Kandungan lanolin Jellineck : 117 Pada pengolahan kosmetik, bagaimanapun lanolin memiliki keuntungan tertentu : Memiliki bau yang cukup kuat yang kurang dinyatakan dalam larutan segar tapi memiliki kecenderungan untuk muncul lagi setelah beberapa waktu. Pengolahan sediaan yang mengandung jumlah lanolin yang sedapat mungin dapat juga menggelapkan. Lanolin larut dalam banyak bahan baku kosmetik. Ini juga harus digunakan secara hati-hati dengan bahan superfatting dalam sabun dan shampoo karena hal ini dapat mengurangi kapasitas basa. HADIS III 1. Hand and Body lotin (lotin tangan dan badan) Keitthler : 299-301 Produk ini adalah lebih seperti krim cair dan kenyataannya dapat diklasifikan dalam krim cair tersebut. Lotion tangan dan badan (Hang and Body lotian) biasanya adalah emulsi minyak dalam air dan mengandung bahan pengemulsi, humektan, suatu emollient, bahan bodying dan air. Adalam banyak hal juga membutuhkan penamabahn sebuah pengawet. Phydroksi bezoat biasanya digunakan untuk tujuan ini. Fungsi dari sebuah hand dan body lotion adalah untuk melembutkan kulit dan membantu mencegah penekanan kulit (kerusakan kulit). Tidak ada resikonya kalau dikatakan bahwa sebagian besar dari lotion menginklankan sebagai hand and body lotion digunakan pada tangan. Alasannya adalah, tangan yang dipokokkan (dipersoalkan) untuk begitu banyak lengkungan yang berbeda. Lotin tangan yang bagus harus melembutkan dan menyejukkan Lanolin meninggalkan lapisang lengket yang kental pada kulit. Sifat ini nyata meskipun produk mengandung sejumlah kecil lanolin.

tangan, tanpa meninggalkan perasaan lembab dan berminyak. Hand and body lotion harus merata 9tergosok) dengan cepat, sehingga pemakai tidak perlu menggosokkan selama 20 menit. Suatu rasa yang menyenangkan adalah esensial, dan akhirnya harus sangat stabil terhadap suhu cahaya dan kelembaban. Emulsi ini didasarkan pada bahan pengemulsi yang sama dan pengemulsi pada banyak krim lainnya. Trietanolamin stearat dan oleat adalah yang sangat umum. Sabun ini putih dan stabil. NaOH dan KOH adalah sangat jarang digunakan, karena cenderung menghasilkan kekakuan, dan krim yang lebih keras. Sabun asam stearat dapat diformulasi sehingga menghasilkan suatu sifat kemilau yang khas pada produk akhir, sedangkan sabun oleta tidak dapat. Gliseril monostearat, baik dalam kombinasi dengan sabun lain atau sendiri, digunakan sebagai pengemulsi dalam lotion tangan. Emulsi yang terbuat dengan komponen ini adalah lebih stabil dan memiliki suatu pH sekitar 7. Lotion yang disiapkan dengan gliseril monostearat biasanya sangat berat dan tipis. Untuk alas an ini kombinasi sabun memberikan hasil yang terbaik. Gliseril monostearat juga memiliki sifat emolien untuk produk akhir. Amino glycol, 2-amino-2methyl-1,3-propandiol, juga digunakan untuk beberapa jumlah tertentu dalam produk ini. Ini mengasilkan suatu krim yang lebih seperti trietanolamin. Dimana dia sangat putih dan kekentalan rendah. Amino alcohol yang lain seperti 2-amino2 metyl-1-propanol, agaknya kurang sering digunakan Emolien yang digunakan dalam lotion tangan dibatasi untuk sedikit perbandingan. Lanolin adalah yang paling popular. Lanolin digunakan untuk jumlah tertentu dari 2% sampai 5%. Lecitin adalah kurang sering ditemui. Cetyl alcohol adalah emolien yang paling bagus dan juga berefek sebagai bahan tickning. Dari 1 2 % adalah kuantitas yang umum dalam lotion tangan. Persen yang lebih besar cenderung menhasilkan emulsi yang terlalu berat dan tipis, dan kemungkinan terjadi granulasi dalam lotion. Stearil alcohol kadanga-kadang dalam kombinasi dengan oleil alcohol digunakan untuk tujuan yang sama. Stearil alcohol menhasilkan kekuatan mengakukan yang lebih besar daripada setil alcohol. Beberapa minyak sayur seperti almond, olive, minyak wijen, minyak kelapa, minyak biji kapas, minyak kacang san minyak jagung dinilai dalam lotin tangan. Mereka digunakan karena kelompok lipofilik yang dikandungnya, melewatkan sejumlah absorbsi kulit yang pasti. Minyak olive dan minyak biji kapas lebih terkenal. Ini harus diingat bahwa formula

yang mengandung minyak sayur (minyak tumbuhan) hrus disajikan dengan baik, karena mereka cenderung terkontaminasi dan teroksidasi. Sejumlah kecil alcohol. Khususnya dalam formula yang tinggi dalam padatan akan menolong untuk mengurangi perassan yang basah dari beragam formulasi. Ini akan menghasilkan kecepatan dalam waktu menggosok jika menggunakan perbandingan yang tepat. Alakol harus digunakan dengan nbeberapa cadangan, untik yang tidak tepat perbandingannya dapat menghasilkan produk yang tidak stabil. Humektan adalah bagian yang sangta penting dari lotion tangan. Polohidrik alcohol (alcohol polihidrat) semuanya menunjukkan sifat humektan yang bervariasi dengan struktur dari alcohol. Gliserin tentunya sangat luas penggunaannya, tetapi karena biayanya maka telah diganti pada akhir-akhir ini untuk beberapa keberadaannya oleh sorbitol, mnitol dan beberapa glikol. Berdasarkan penelitian terkini, bnyak ahli telah melaporkan dan adalah suatu opini yang mengatakan bahwa gula alcohol seperti sorbitol adalah lebih besar penggunaannya (superior) untuk gliserin dan glikol, yang kemudian menghasilkan produk seperti lotion tangan. Tidak masalah dengan pemilihan humektan, ini sebaiknya digunakan dalam jumlah yang berlebihan, 3 10% biasanya cukup. Jumlah yang besar dari komponen higroskopis ini mencegah krim dari kekeringan yang sempurna dan juga menegaskan suatu aksi dehidrasi yang sedikit pada kulit. Air yang akan diatambahakan tentunya bervariasin dengan formula. Terlalu banyak akan menyebabakan lambatnya waktu meratanya dan juga menghasilkan emulsi yang tidak stabil. Terlalu sedikit sebaliknya, juga menghasilkan emulsi yang tidak stabil. Beberapa murni juga diperhatikan air penyulingan akan memberikan hasil yang terbaik. Air deionisasi dapat juga digunakan dengan sempurna. Jika air keran digunakan, formula akan termodifikasi menjadi beberapa jumlah tertentu untuk stabilitas terjamin. Penampilan dari produk adalah hal yang sangat penting. Dari point praktis; tidak ada manfaatnya dalam memproduksi krim yang tidak mrnsrik secara kosmetik. Setiap pabrik tersendiri mempunyai idr sendiri. Seperti tipe apa produk yang menarik secara kosmetik, dan setiap pabrik yakni bahwa produk nyata mereka adalah paling menarik dari produk alami di pasaran. Jika kepercayaan ini dibenarkan, ini adalah yang seharusnya. Pabrik harus yakni akan peroduknya sendiri agar dapat memasarkannya secara efektif.

Beberapa [pabrik lebih suka lotion berwarna, dan yang lainnya lebih suka yang putih. Beberapa suka yang berkilau yanglain tidak. Dengan formulasi yang tepat, tipe apapun dapat dibuat. Jika lotion berwarna diinginkan, ini harus diwarnai hanya dengan pewarna tertentu D & C. Biasanya pewarna lation mengandung hanya cukup mencelupkan ke suatu bagian pastel warna lotion. Pink adalah paling sering digunakan. Namun demikian, kadang-kadang biru, hijau dan kuning digunakan. FD & C Red No.2 digunakan untuk pink, tartrazinm FD & C Yellow No.5 digunakan untuk kuning. FD & C Green No.2 dapat digunakan untuk hijau; dan FD & C Blue No.1 dapat digunakan untuk menghasilkan warna biru. Untuk putih, tentunya tanpa mencelupkan pada semua yang ditambahakan di atas/. Tetapi cetyl alcohol dalam formula meningkatkan warna putih dari emulsi. Kemilau adalah sifat fenomena langsung untuk rasio stearat yang tidak tersaponifikasi yang ada dalam produk, kemudian sejumlah besar asam stearat yang tidak bereaksi lebih nyata kemilaunya. Asam stearat yang tidak tersaponifikasi ini diendapkan dan diseuspensikan dalam lotion sebagai koloid. Kilau ini biasanya diikuti oleh perubahan sedikit dari viskositas beberapa komponen secara aktif menghambat formasi dari kilau. Jumlah yang besar dari alcohol lemak seperti cetyl atau stearyl, bereaksi dalam hal ini, seperti yang dikakukan minyak mineral dan banyak dari glikol eter. Gliseril monostearat yamng cenderung untuk menghambat formasi dari kilau, tapi digunakan dalam jumlah sampai 2% tanpa memberi efek penyakit. 2. Krim tangan dan lotion tangan Michael : 248 Komposisi dan Fungsi Krim dan lotion tangan melembutkan dan menghaluskan kulit. Mereka membentuk suatu kehalusa, kering selanjutnya lapisan fleksibel pada kulit dan menginduksi (merangsang) rehidrasi dari stratum korneum. HADIS III Mereka juga mengganti kerusakan dari pengurangan minyak alami kulit ketika tangan sering terkena diterjen atau larutan sabun. Krim dan lotion tangan harus menyediakan fungsi ini tanpa meninggalakan suatu lapisan yang nyata pada tangan. Biasanya, krim dan lotion tangan dibuat sebagaia emulsi minyak dalam air dari tipe vanishing krim. Mereka mengandung asam lemak atau alakohol

lemak yang membentuk (thicken) emulsi dan membentuk la[pisan emolien pada kulit, leboih kecil jumlahnya dari emolien lain dan modifikasi, sebuah pengemulsi, poliol dan air. Fase minyak emolien biasanya 10% sampai 25% dari total emulsi dalam krom tangan dan 5% sampai 15% lotion tangan. Fase minysk dasar mengandung bahan-bahan yang terseleksi sehingga titik lebutnya di atas 37oC> Asam stearatm setil dan stearil alcohol dan gliseril monostearat biasanya digunakan. Minyak mineral dan ester isopropyl sering ditambahakan ke fase minyak untuk memodifikasi sifat aplikasi dari emulsi. Lanolin fosfolipid, sterol dan minyak tumbuhan terhidrogenasi sering termasuk untuk emolien tambahan. Sistem pengemulasi edalah biasanya sabun, yang ionic atau nonionic. Pengemulsi sabun biasanya dibuat dengan mereaksikan natrium, kalium atau ammonium hidriksida atau trietanolamin dengan suatu asam lemak sebagai emulsi yang disiapkan. Untuk formulasi krim dan lotion tangan yang spesial, bahan pengobatan sseperti allation dan urea, atau untuk tujuan peningkatan air seperti cairan silicon dapat dimasukkan. Penamabahan tickning atau sifat aplikasi yang khusus dalam lotion tangan sering diperoleh dengan memasukkan gom seperti karaya atau tragakan atau koloid hidrofilik seperti Na CMC. Mg Al silikat sering digunakan sebagai penstabil tickener dalam lotion. Karena kandungan alami dari krim dan lotion tanganm suatu oengawet biasanya dimasukkan dalam formula untuk mencegah pertumbuhan mokroorganisme. Pewarna dan poarfum ditambahakan sesuai keinginan. Suatu krim dan lotion tangan harus di formulasi sehingga mudah untuk memindahkannya dari pot, tube atau botol. III. Alasan Penambahan Cetyl Alkohol Kettler : 300 Cetyl alkohol adalah emocrent yang paling bagus dan juga bertindak sebagai bahan tickening (pemadat/pengental). Balsam : 8 Cetyl alkohol dalam jumlah sekitar 1 % bertindak sebagai emolrendan sebagai pestabil emulsi. Perawatan/perhatian harus diberikan tidak terlalubanyak karena krim dapat melembutkan dan menjadi agak tembus cahaya (buram). Michael : 267 Cetyl alkohol untuk mengentalkan dan memberikan sifat emolientyang memberikan lapisan pelindung pada kulit dan kalau dengan kombinasi dengan lanolin umumnya demodifikasi 15 %. Konsentrasi

IV.

- Balsam : (B) = 1 % - Keffler : 300 = 12 % umumnya digunakan sebagai lotion tangan Balsam : 193 Lemak alkoholnya juga telah digunakan secara luas dalam hand krim maupun lation. Kenyataannya, Cetyl dan stearil alkohol memiliki keuntungan yang besar sebagai emolrent, bahan-bahannya itu adalah hidrofobik karenanya bahan itu menyebabkan suatu lapisan yang tetap yang dapat membantu menginduksi hidrasi dari kulit yang kering. Dalam penambahan, setyl atau lemak alkohol memilki titik lebur yang cukup tinggi untuk menyimpan lapisan tidak berlemak pada kulit. Asam Stearat Balsam : 198 Asam lemak merupakan kelas/bagian dari bahan dasar yang digunakan secara luas dalam formulasi. Hand krim dan lotion meskipun asam lemak dengan atom karbon berkisar antara C 12 C18 telah dicobakan dalam perkembangan produk. Asam stearat sendiri merupakan asam lemak yang telah terpilih. Sebagai emolien, asam sterat masuk dalam kategori bahan yang oklusif sebagai emolren tapi asam sterat berbeda dari bahan emolien sebagai oklusif lainnya karena kering dan tidak berlemak alami, penyimpanan pada kulit yang membentuk suatu lapisan merupakan tidak obyektif. Kebanyakan hand krim dan lotion mengandung asam sterat yang muncul sebagai bagian dari emulgator (seperti potasium stearat atau TEA stearat). Tetapi dalam kebanyakan masalah,ada juga hadir sebagai asam bebas, jumlah dari asam bebas dapat bervariasi dari (-20 % dalam formula, tergantung pada konsentrasi/tekstur yang diinginkan dari produk akhir. Dalam hand krim, dimana konsentrasi asam stearat muncul dengan konsentrasi akhir dari produk dapat diefektifkan secara besar dengan tipe apa yang digunakan sebelum mendiskusikan hubungan antara konsistensi dengan tipe dari asam stearat. Konsep yang jelas dari hubungan ini dapat diuntungkan oleh keinginan background/latar belakang dari variasi asam stearat komersial yang diperdangangkan. Kettler : 301 Kemilau merupakan suatu fenomena yang diakibatkan secara langsung dari asam stearat yang tidak bereaksi, membuat lebih berkilau. Asam sterat yang tidak tersaporifikasi ini diendapkan dan disuspensikan dalam lotion sebagai kolora, kilau ini biasanya diiukti oleh perubahan sedikit dari viskositas. Bebrapa komponen secar aktif menghambat farmasi dari kilau. Beeswax Balsam : 195-196 Sebarang ketika setiap orang dari ibu rumah tanggasampai mekanik bengkel tiap harinya berhubungan dengan iritasi kulit yang berpotensi, dimana menumbuhkan ketertarikan dala grup emolien yang dalam penambahan untuk meningkatkan/menurunkan dehidrasi dari stratum korneum, bereaksi sebagai pelindung pada permukaan kulit, bahan dasar ini dipilih sebagai bahan penghalang atau pelindung.

V.

Di tahun sekarang, hand krim pelindung dan lotion telah ditingkatkan dalam beberapa macam dan variasi merupakan permintaan tertentu untuk produk tangan yang memberikan perlindungan berlawanan dengan bahan domestik dan industri yang ingin dapat menyebabkan iritasi kulit. Real (36) telah menetapkan kebutuhan dasar untuk krem penghalang yang semestinya di formulasi ; 1. Memiliki korsistensi yang bagus dan mudah digunakan/dipublikasikan. 2. Perlekatan yang bagus dan tetap kayak pada kulit. 3. Kemampuan membentuk perlengketan, memperbaiki, fleksibel dan tidak membentuk lapisan retak. 4. Mudah dibersihkan bila diinginkan. 5. Penerimaan estetika, dari kenyamanan dalam penggunaan dan penerimaan relatif. Itu bisa jadi ideal bila dari semuanya dapat disatukan ke dalam (produk tangan yang akan menghasilkan perlindungan yang universal melawan semua tipe bentuk iritan. Karena iritan kulit ditemukan dalam keinginan yang bervariasi dalam sifat fisika dan kimia, ini ragu-ragu bahwa produk akan terjamin secara komplit dalam perlindungan membagi semua bahan iritan yang akan datang. Sekarang hand krim pelindung terbagi dalam 2 bagian umum yaitu penolak air dan penolak minyak. Krim penolak/penahan air dan lotion simpanan lapisan yang bereaksi sebagai penghalang air dan bahan yang larut yang dapat menyebabkan iritasi kulit. Pelindung yang menghalangi minyak memberikan perlawanan pertahanan yang sama terhadap iritan yang larut dalam minyak. Ada beberapa produk yang memiliki sifat menyimpan lapisan pada kulit baik yang larut pada minyak maupun yang larut pada air meskipun mereka tidak dapat diinginkan. Secara luas untuk melindungi, mereka digambarkan/mewakili langkah dalam arah ini. Dengan keuntungan dari silikon, ilmuwan kimia memperoleh suatu gugus dari bahan yang memiliki range yang luas untuk melindungi kombinasi dari silikon dengan beberapa bahan penghalang yang diketahui lainnya dapat menyeimbangkan formulasi membentuk perlindungan yang paling bagus pada hand krim dan lotion. Bahan kosmetik yang telah ditunjukkan sebagai pelindung kulit/penghalang termasuk petroleum, parafin lilin, ozokuit, cuax, waxes nabati, beewax casein, metil selulosa, Na-eme, etil selulosa, astat butiran, asam alginat, garam asam dan turunannya, zentragakan, pektin, gel biji buah, bentonit atau veegum, ZnO, Zn stearat, Na-silikat, talk, asam stearat, titanium oksida, silikon dan polinil pirolidon. VI. Minyak Mineral/Hidrokarbon Balsam : 188 Hidrkarbon seperti petroleum, minyak mineral, lilin parafin, dan ozokerit, dapat juga digunakan dalam hand krim dan lotion sebagai emolien. Mereka mungkin berfungsi dengan menutupi kulit dengan lapisan hiodrofilik yang oklusif yang mencegah air halang ke lingkungan. Memacu terjadi hidrasi

dari lapisan korneum. Peneliti Butcher (10,11) memperlihatkan efek emolien yang tidak pasti dari minyak mineral. Dalam penelitiannya terhadap efek bebagai bahan pada epidermis tikus. Butcher memperlihatkan ada dalam beberapa hal, menghasilkanhipertropi pada seluruh epidermis. Bukti nyata yang diperoleh dari efek batang atau berlilin yang penggunaannya dibatasi sebagai hand krim penghalang ketika yang dibutuhkan lapisan sementara, fungsiorel, dan pelindung. Sebelum minyak alami kulit, mengandung hidrokarbon yang tidak jenuh diketahui sebagai squalene. Versi jenuh dari emolien alami, squalene telah disintetis dan tersedia di bawah nama paten Robert. Karena squalene merupakan komponen terjenuhkan dia tidak memiliki kemampuan tengik dari squalene, karena sama dengan squalene dia tipis, berminyak, bahan yang dengan penambahan yang berguna pada produk tangan HASIL DISKUSI IV 1. Minyak Mineral Konsentrasi - Sebagai emolrent 1-20 % (Exep = 314) - Balsam I : 75 2% - Balsam I : 73 37,5 % (contoh formula) - Kettler : 303 20 % (contoh formula) 2. Emulgator non Ionik (Balsam I : 202,204) Penampilan kosmetik dari produk perawatan tangan yang modern telah berkembang secara langsung dengan peningkatan pengetahuan yang berkaitan dengan bahan emulgatornya. Bahan ini yang memiliki kemungkinan pengetahuan dengan kosmetik tangan dari larutan berair dari gliserol atau gum untuk menarik mata, tidak tembus, pudar yang sekarang disebut sebagai lotion dan krim tangan. Emulgator yang umumnya digunakan pada krim dan lotion tangan dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kategori kelompok = anionik, kationik dan nonionik. Karena secara teknis segi/jenis pengemulsi didiskusikan dalam bab ini, bahasan ini akan dibatasi pada daftar beberapa dari hal yang berhubungan dengan pengemulsiyang digunakan dengan krim dan lotion tangan dan untuk melaporkan secara singkat gambaran dari sifatsifat dalam produk ini. Emulgator no Ionik (Balsam : 204) Emulgator non Ionik berbeda jauh dibandingklan dengan anionik dan kationik dalam hal emulgator non ionik menunjukkan kecenderungan untuk tidak terionisasi. Ciri ini membuat emulgator non ionik dapat bercampur dengan emulgator non ionik dan khususnya juga dengan emulgator ionik dan juga membuat emulgator non ionik ini bercampur dengan baik dengan elektrolit. Dengan menajubkan konsentrasi elekrolit yang tinggi dapat hadir dalam produk emulsi dengan bantuan no ionik. Peningkatan jumlah krim dan lotion tangan di pasaran yang menggunakan emulgator non ionik sebagai emulgator tunggal atau sekurang-kurangnya sebagai emulgator tambahan. Alasan untuk penggunaan emulgator non ionik dalam krim dan lotion tangan sebagai berikut : 1. Dalam krim tangan, emulgator non ionik cenderung tidak menghasilkan permukaan yang keras.

2. Krim tangan tipe minyak dalam air yang dibuat dengan emulgator non ionik menunjukkan jumlah penyusutan yang lebih kecil karena adanya penguapan air. 3. Krim dan lotion tangan yang mengandung emulgator non ionik tahan terhadap pendinginan. 4. Baha-bahan germisid dari tipe fatiorik dapat digabungkan ke dalam krim dan lotion tangan non ionik tanpa takut tidak bercampur. 5. Krim dan lotion tangan yang bersufat asam, netral atau alkali dapat diformulasikan dengan emulgator non ionik. Beberapa emulgator non ionik digunakan dalam krim tangan dan lotion tangan ditunjukkan dalam tabel III. JENIS CONTOH Polioxyethylene fatfy alkohol eter Polioxypropilene alkohol lemak eter Polioxyetrilene ester asam lemak Polioxyethylene sorbitan ester asam lemak Sorbitan ester asam lemak Polioxyethylene glykol ester asam lemak Polcol ester asam Etoxilasi derivat lanolin Polioxythylene laury alkohol Propoxilasi oleir alkohol Polioxyethylene stearat Polioxyethylene sorbitan monostearat Sorbitan monostearat Polixyethylene glikol monostearat Gliseril monostearat Propilen glikol monostearat Etoxilasi larelin Etoxilasi lanoin alkohol Etoxilasi kolestrol

Kegunaan dari emulgator non ionik untuk menghasilkan krim dan lotion tangan meliputi 2 kenyataan dasar : 1. Ester hidrfilik kuat harus disesuaikan untuk mengemulsi baha-bahan seperti asam stearat atau minyak-minyak atau lilin-lilin. Contoh paling baik dari bahan-bahan ini adalah ester asam lemak polioksientilen sorbitan seperti polioksietilen sorbitan monostearat atau ester asam lemak polioksi etilen. 2. Ester hidrofilik yang lebih lemah atau ester lipofilik harus digunakan dalam sistem yang sama untuk menjamin konsistensi yang cukup pada produk akhir. Contoh dari emulgator non ionik dapat ditemukan dari ester asam lemak sorbitan, ester asam lemak pliol dan bahkan ester asam lemak polioksietilen glikol ber BM rendah. Jumlah dari kedua jenis emulgator non ionik umumnya digunakan dalam formulasi dari krim lotion tangan bervariasi tergantung dari sifat dan jumlah dari bahan yang ada. Dapat ditetapkan secara umum bagaimanapun juga untuk krim tangan, konsentrasi dari 1-10 % dari tiap emulgator dapat digunakan, tetapi ini lebih dari tipe emulgator dengan jarang melebihi 5 % dan biasanya antara 0,5-3 %. 3. Alasan Kombinasi Emulgator (RPS 18th : 306) Bahan pengemulsi campuran Bahan pengemulsi seringkali digunakan dalam kombinasi karena menghasilkan emulsi yang lebih baik. Penggunaan ini dilakukan karena beberapa alasan, satu atau lebih dari alasan tersebut dapat diterapkan dalam sistem. Karena penggunaan dari campuran emulsi dapat 1. menghasilkan keseimbangan lipofilik dan hidrofilik yang diinginkan dalam pengemulsi

2. menigkatkan stabilitas dan daya kohesif dari lapisan antarmuka, dan 3. mempengaruhi konsistensi dan perasaan peka terhadap produk 4. Pemilihan Zat Pengemulsi (Lachman : 1051) Umumnya dibedakan tiga golongan besar zat pengemulsi : surfaktan, koloid hidrofilik dan zat padat yang terbagi halus. Walaupun koloid hidrofilik dan zat padat terbagi halus dapat digunakan sebagai pengemulsi satu-satunya, penggunaannya yang terbesar adalah dalam bentuk pengemulsi pembantu; selanjutnya akan dibicarakan di bawah judul ini. Golongan pengemulsi tertentu dipilih terutama berdasarkan stabilitas shelflife yang dikehendaki, tipe emulsi yang diinginka, dan biaya pengemulsi. Pemilihan surfaktan.jumlah surfaktan yang disediakan untuk membentuk emulai sangat besar, sehingga tidak mungkin untuk menguraikannya, hanya penggolongan umum yang dapat diberikan di sini (tabel di atas). Sumber-sumber yang penting dan berguna untuk latar belakang bahan terdapat dalam literatur dagang dan publikasi-publikasi yang berasal dari pemasok dalam perdagangan. Selama bertahun-tahun ahli teknik emulsi telah memilih pengemulsi dari pengetahuan intuitif mengenai sifat hidrofilik, lipofilik dan tipe emulsi yang dihasilkan dengan fase minyak tertentu atau fase air. Pendekatan ini paling mudah dilukiskan dengan surfaktan nonionik, tetapi dasar-dasar yang diperlukan dapat diekstrapolasikan pada tiap jenis pengemulsi atau kombinasi dari pengemulsi. Sebagai contoh, sejumlah emulsi dengan surfaktan dari polaritas yang berbeda dapat dibuat dengan menggunakan turunan-turunan polioksietilen yang mempunyai gugus nonpolar yang sama tetapi beraneka jumlah unit metilen oksidanya, dan dapat dievlauasi terhadap penampilan serta stabilitasnya. Tampak bahwa pemilihan pengemulsi spesifik dengan metode ini,walaupun praktis, adalah empiris dan membosankan. Untuk mensistematisasi pendekatan hirofilik/lipofilik pada pemilihan pengemulsi Griffin pada tahun 1947 mengembangkan sistem (masih agak empiris). Keseimbangan Hidrofilik Lipofilik (KHL) dari surfaktan. Nilai KHL suatu pengemulsi dapat diketahui. Nilai KHL dari masing-masing pengemulsi atau kombinasinya mempunyai arti kecil, kecuali kalu informasi spesifik juga tersedia untuk menentukan harga KHL yang dibuthkan dalam pembentukan tipe emulsi tertentu. Walaupun ada kekurangan, sistem KHL selanjutnya dapat dignakan oleh pembuat formulasi dalam memilih pengemulsi atau campuran pengemulsi. Oleh karena itu sudah sepantasnya penggunaan praktis dari pendekatan ini diuraikan secara terperinci. Griffin menentukan nilai KHL suatu surfaktan sebagai % mol dari gugus hidrofilik dibagi dengan 5. Suatu molekul hidrofilik secara lengkap (tanpa gugus nonpolar apapun) mempunyai KHL 20. penentuan aritmatik sederhana dari KHL dapat diterapkan hanya pada eter-eter polioksietilen; akibatnya KHL untuk banyak bahan lainnya harus diestimasi dengan metode eksperimen yang teliti. Cara yang berguna untuk menemukan KHL pengemulsi yang tidak diketahui adalah sebagaimana diutarakan oleh Davies, yang mengizinkan perhitungan harga KHL yang terdapat dalam tabel, tetapi suatu daftar yang lebih komprehensif telah dikumpulkan oleh Fox. Umumnya molekul-molekul yang larut atau terdispersi dalam minyak mempunyai nilai KHL rendah; molekul-molekul yang larut dalam air mempunyai nilai KHL tinggi. Penggolongan sederhana dari harga-harga KHL ini, yang berdasarkan kemampuan mendispersi dalam air, termasuk dalam tabel. 17-4.

Pemilihan Nomor Span dan Tween Balsam : 206 Jumlah dari kedua jenis emulgator nonionik yang umumnya digunakan dalam formulasi krim dan losion tangan bervariasi tergantung dari sifat dan jumlah bahan yang ada. Dalam hal ini terutama bahan minyaknya. Komposisi dan kandungan bahan-bahan berlemak yang digunakan Lanolin anhidrat (RPS 18 th : 1311) Mengandung sekitar 7% alcohol yang ditemukan dalam bentuk bebas, sisanya dalam bentuk ester dari asam-asam lemak berikut : karnaubik, serotik, lanoceric, lanopalmitat, mirirstat dan palmitat. Jadi kesimpulan :mengandung lebih banyak palmitat Beeswax (Exp : 344) Beeswax mengandung 70-75% dari campuran ester-ester yang bervariasi dari C26 C32 alkohol, sebagian palmitat, hidroksi palmitat, d--dehidropalmitat dan asam serotik. Jadi kesimpulannya mengandung lebih banyak palmitat. Cetil alcohol (Exp : 63) Mengandung alcohol palmitat jadi kezimpulannya lebih banyak mengandung palmitat. Penomoran Span dan Tween Untuk Span (Exp :282) Sorbitan monolaurat = span 20 Sorbitan monopalmitat = span 40 Sorbitan monooleat = span 60 Sorbitan monostearat = span 80 Jadi digunakan Span 40 dan Tween 40 Cara Perhitungan HLB (DOM : 528) Karena jumlah yang besar dari bahan emulgator yang dinilai untuk penyiapan produk farmasetik. Ini menjadi kebutuhan untuk melengkapi suatu metode dari pendekatan sejumlah bahan-bahan yang dapat menjadi sangat berguna untuk diberikan dalam sistem emulsi. System HLB ditemukan untuk maksud ini. Dalam system HLB, emulgator yang diberikan bernilai/diatur secara numeric antara 1 dan 20, tergantung pada kekuatan relatif dari bagian hidrofilik dan hidrofobik dari molekul. Emulgator dengan HLB rendah adalah hidrofobik alami,sedangkan yang HLBnya tinggi adalah hidrofilik. Emulgator dengan HLB di bawah 9 umumnya menghasilkan tipe w/o (air dalam minyak), sedangkan yang nilainya antara 9-11 adalah pertengahan dan paling diterima untuk factor-faktor lain yang mempengaruhi tipe emulsi yang terbentuk.

Penentuan nilai HLB yang benar untuk system emulgator dalam emulsi tergantung pada komponen fase minyak. Setiap komonen, secara normal ditemukan pada bagian fase minyak, memiliki nilai HLB yang dibutuhkan dengan menghitung jumlah dari masingmasing komponen dalam fase minyak, yang nilai akhirnya dapat ditemukan Tabel berikut memuat HLB butuh untuk sejumlah bahan berminyak yang umumnya ditemukan dalam emulsi farmasi. Asam laurat Asam Oleat Cetil alkohol Lauril alkohol Beeswax Carbon tetraklorida Lilin karmauba Minyak kastor Minyak biji kacang Kerosene Lanolin anhidrat Metil silikon Minyak mineral Lilin parafin Petrolatum 15 16 17 15 14 9 16 12 14 6 14 12 11 11 10 75

Metode kalkulasi yang dibutuhkan HLB untuk emlsi diilustrasikan dalam contoh berikut
Petrolatum 25 g Cetil alcohol 20 g Emulgator 2 g Pengawet 0,2 g Air murni q.s ad 100 g a (% fase minyak) 56 44 b (HLB butuh) 8 15 axb 4,5 6,7

Rata-rata HLB 11.2 untuk emulgator Ketika HLB optimum untuk pengemulsi diputuskan tidak terlalu dibutuhkan, tidak selalu diinginkan, untuk melihat pengemulsi tunggal yang utamanya mempunyai HLB. Biasanya emulsi yang paling stabil dapat disiapkan dengan penggunaan campuran dua bahan pengemulsi, satu hidrofilik dan lainnya hidrofobik. Ketika penentuan umumnya dari bahan pengemulsi digunakan untuk mencapai HLB spesifik, di formula akan ditunjukkan dengan persentase yang luas dari setiap 2 bahan yang telah digunakan. %A=

100( X HLB ) HLBA HLBB

% B = 100 - % A Dipergunakan formula ini untuk penyiapan di atas, kemungkinan penentuan bagian yang span 60 (HLB 4,7) dan Tween 60 (HLB 14,9) sebaiknya dicampurkan untuk bahan pengemulsi untuk itu X ditentukan dengan nilai HLB (Tween) dan B lainnya (Span) % Tween 60 =
11,2 4,7 x (100) = 64 % 14,9 4,7

% Span 60 = 100 64 = 36 % Humektan Balsam I : 198 Humektan adalah bahan yang mengatur (mengontrol) pertukaran uap air antara produk dan udara, baik dalam wadah maupun pada kulit. Humektan telah digunakan secara lebih ekstensif dalam krim dan lotion tangan dibandingkan dalam kosmetik lain. Bahkan pada produk perawatan tangan yang terbaru (gliserin dan air mawar) adalah secara sederhana merupakan campuran 50 % humektan dan 50 % air. Ada banyak bahan yang memiliki sifat humektan, tapi nampaknya hanya ada 3 yang digunakan secara luas pada krim dan losion tangan yaitu gliseriol, propilrn glikol dan sorbitol. Ketiga komponen organik ini sama yaitu memiliki alcohol polihidrik. Perbedaannya adalah bervariasi dalam BM. Propilen glikol memiliki BM yang paling rendah dan viskositas paling rendah, dan tingkat penguapan yang paling tinggi. Berikutnya adalah gliserin, dalam hal BM, kekekntalan dan derajat penguapan sorbitol memiliki BM dan viskositas paling tinggi, dan tidak menguap. Bahan-bahan humektan tersebut selanjutnya berbeda ketika dipertimbangkan dalam kenampakannya terhadap cahaya dalam krim dan losion tangan. Efek dari bahan-bahan ini pada tingkat dari kehilangan berat air dalam krim tangan dari tipe minyak dalam air telah diteliti oleh Griffin, Behrens dan Cross (48) yang dilaporkan sebagai berikut : a. Dalam krim tangan tipe dabun asam stearat, sorbitol dalam konsentrasi 2 20% dan kelembaban relatif dari 30, 50, dan 70%, kehilangan uap air lambat yang lebih efektif dibandingkan propilen glikol dan gliserin. b. Dalam krim tangan tipe nonionik, perbedaan ketiga humektan adalah kurang berat. Mereka semuanya kurang lebih sama efektifnya dalam menghambat kehilangan uap air. Walaupun pada 30% adalah kelembaban relatif dan pada konsentrasi 2, 5, 10 dan 20%, propilen glikol lebih efektif dibandingkan keduanya baik sorbitol atau gliserol. Selama Perang Dunia II, ketika gliserol dibutuhkan untuk penggunaan militer dan humektan lain disubstitusi (dimabil/ditukar) untuk formula kosmetik yang tersedia di pasaran, hal tersebut menunjukkan bahwa humektan tidak dapat digantikan sesuai keinginan. de Navarre dalam penelitian efek dari poliol pada emulsi, menemukan bahwa : 1. konsistensi dari krim tangan tipe minyak dalam air dihubungkan dengan poliol yang digunakan dalam cara berikut : a) gliserol menghasilkan krim yang memiliki konsistensi yang paling keras; b) sorbitol menghsilkan krim dengan kekerasan yang pertengahan; c) propilen glikol menghasilkan krim yang paling lembut.

2.

konsistensi dari lotiom tangan tipe sabun alam emulsi minyak dalam air, dihubungkan dengan poliol yang digunakan dalam cara berikut : a) gliserol menghasilkan losion dengan sifat aliran terbaik; dan b) propilen glikol dan sorbitol menunjukkan kecenderungan membentuk gelatin. Griffin, Behrens dan Cross (48) dalam tanggapannya atas de Navarre, mengatakan bahwa efek poliol dalam konsistensi krim mungkin lrbih baik dengan sifat higroskopis alaminya. Sebagai contoh, mereka menunjukkkan propilen glikol larut dalam 1,1% asam stearat, sedangkan gliserol larut hanya 0,04% dalam asam stearat. Mereka juga menemukan bahwa konsentrasi sekecil 2% dari sorbitol dalam krim tipe stearat akan meningkatkan konsistensi yang cukup besar. Namun demikian dengan peningkatan selanjutnya dari sorbitol, tidak memutuskan pertukaran dalam konsistensi tertulis. Gliserol, sedikit di atas 10% kekakuan krim meningkat dengan cepat. Nilai krim propilen glikol dan konsistensi yang lebih keras disbanding sorbitol atau gliserin. Penemuan para ahli setuju dengan lebih mendekati Griffin dan temannya. Namun demikian, hal ini sebaiknya ditunjukkan bahwa walaupun propilen glikol menghasilkan krim yang secara inisial lebih keras dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh sorbitol atau gliserol. Konsistensi dari krim ini menjadi lebih lembut atau halus secara langsung dengan waktu. Setelah penyimpanan dari 10-12 bulan, krim yang mengandung lebih dari 10 % propilen glikol menjadi makin lembut dalam konsistensinya. Antara 1-2 tahun. Krim ini kehilangan semua karakter alaminya dan bahkan lembut dan berair. Humektan memiliki fungsi dalam krim dan lotio tangan dibandingkan yang lain, hubungannya dengan higroskopis dan konsistensi emulsi. . Sebagai contoh humektan adalah bahan plastisiser yang paling bagus dan sering memiliki konsentrasi yng cukup mewah dari pokok dalam sistem yang ditentukan dengan jumlah dan jenis padatan yang dibutuhkan sebagai plastiser. Suatu krim atau lotio yang tepat kenyal akan mengasilkan kelembutan dan keseragaman dan fenomena ini dikenal sebagai rolling yang dapat dicegah. Kemampuan humektan untuk melepaskan air sedikit demi sedikit adalah kenampakan yang paling baik selama proses dari pengaplikasian suatu krim tangan. Kehilangan air yang sedikit dari emulsi membolehkan suatu inversi yang lembut dan juga mencegah pecahnya emulsi dan akibat perasaan lembab yang tidak disetujui. Jumlah yang cukup dari gliserol, propilen glikol, dan sorbitol telah digunakan dalam krim dan lotio tangan sebaik dalam kosmetik lain untuk beberapa tahun tanpa menghasilkan iritasi dan sensitasi, Mereka dipertimbangkan sebagai bahan yang umumnya tidak berbahaya. Bahan lain yang memiliki sifat humektan dan dapt digunakan dalam perawatan tangan termasuk polioksietilen gliserol, manitol, polioksietilen sorbitol, glukosa, polioksietilen glikol dan natrium laktat. Kebutuhan untuk humektan dalam krim dan losion tangan adalah diindikasikan secara pasti tetapi pemilihan humektan akan bergantung pada jumlah dari factor, beberapa yang telah didiskusikan. Formulator tentunya dapat mengevaluasi efek yang terbaik dari poliol khusus dalam produknya, tapi mungkin beberapa pertolongan dapat dimanfaatkan dalam referensi tambahan dari kerja Barber (50), Cessna, Ohlmann, dan Rhoehm (51), Leffingwell dan Lesser (53) dan Strianse (54). Kesimpulan : yang paling bagus adalah propilen glikol.

Ketthler : 300 Humektan adlaah bagian yang sangat penting dari lotion tangan. Polihidrik alcohol semuanya menunjukkan sifat humektan yang bervariasi dengan struktur dari alcohol. Gliserin tentunya sangat luas penggunaannya, tetapi karena biayanya maka telah digantikan, terutama pada tahun-tahun terakhir ini. Untuk beberapa keberadaannya oleh sorbitol, manitol dan beberapa glikol.berdasarkan penelitian terkini, banyak ahli telah melaporkan dan menjadikan suatu opini yang mengatakan bahwa gula alcohol seperti sorbitol adalah superior ( lebih besar penggunaannya). Untuk gliserin dan glikol, yang kemudian menghasilkan produk seperti lotion tangan. Tidak masalah dengan pemilihan humektan, tapi sebaiknya tidak digunakan dalam jumlah yang berlebihan. 3 4% biasanya cukup. Jumlah yang besar dari komponen higroskopis ini, mencegah krim dari kekeringan yang smepurna dan juga menegaskan aksi dehidrasi yang sedikit pada kulit. Kesimpulan : yang paling bagus adalah sorbitol. Humektan yang digunakan adalah propilen glikol Konsentrasi = 2 % (Balsam I : 198) Pengawet Balsam I : 198 Polimer berberat molekul tinggi dari bahan alam telah digunakan dalam produk tangan untuk beberapa tahun karena bahan tersebut melembutkan, tidak melengket, membentuk lapisan, melembabkan dan sifat mengentalkan. Dalam tahun terakhir derivat polimer sintetik ditemukan unggul dalam formula krim dan losion tangan terbaru. Umumnya bahan ini digunakan dalam krim dan losion tangan dalam jumlah kecil, biasanya dibawah 1% ketika dihitung pada basis yang kering. Koloid ini disiapkan sesuai aturan seperti larutan atau dispersi berair hanya sebelumnya untuk produksi, karena penyimpanan yang lama dibutuhkan untuk hidrasi yang cukup. Derivat selulosa. Walupun selulosa adalah polisakarida alami, bahan ini tidak punya sifat seperti gum. Namun demikian, turunannya terutama metil selulosa, Na CMC dan HPMC, memperlihatkan semua manifestasi dari gum dan juga digunakan dalam krim dan losion tangan. Keunikan dari produk ini adalah dapat dihasilkan dari satu batch ke batch berikutnya atau yang lain sehingga mengatasi satu dari kekurangan dari gom alam. Exp : 48 Konsentrasi Na CMC sebagai thickening 0,25 1% Pengawet Balsam I : 206 208 Karena krim dan losion tangan mengandung air dan bahan-bahan yang merupakan subjek yang diuraikan oleh mikroorgansime, oleh karena itu krim dan losion tangan harus dilindungi dari serangan (gangguan lawan). Situasi yang ideal ditujukan untuk mengembangkan system pengawet yang akan memberikan hasil aktivitas membunuh kuman sendiri. Persyaratan berikut untuk suatu pengawet yang baik yang disusun oleh Gershenfield dan Perlstein (56) : 1. harus efektif melawan semua jenis mikroorganisme yang menyebabkan penguraian. 2. harus larut dalam konsentrasi yang digunakan 3. harus tidak toksik baik internal maupun eksternal

4.

harus bercampur, harus tidak megubah sifat penyiapan yang diterima seperti bau, warna, rasa dan sifat lain yang berhubungan; dan secara prkatis harus netral sehingga tidak akan mengubah pH dari sediaan. 5. biayanya sebaiknya tidak menigkatkan harga diri penyiapannya pada pasaran luas 6. efek penghambatannya harus lama, oleh karena itu mungkin tidak terlalu tregantung pada bahan-bahan yang menguap, dimana efeknya akan menghilang setelah penguapan. Dalam persyaratan ini, seseorang sebaiknya hanya menggunakan pengawet yang menjamin kekuatannya untuk membunuh mikroorganisme patogen dan non patogen yang berspektrum luas. Pemilihan dari jumlah pengawet atau pengawet telah ditemukan secara kritis sejak tiap system menghadirkan masalahnya sendiri. Pengetahuan tentang pengawet sebaiknya diketahui untuk menentukan keefektifan dari pengawet, karena salah satu pengawet yang berfungsi utama dalam system akan tidak efektif pada yang lain. Sebagai contoh, surfaktan non ionic mempengaruhi efisiensi dari derivat fenol, seperti paraseptis dengan membentuk kompleks dengan fenol tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa system non ionic adalah yang terbaik yang diawetkan untuk asam askorbat. Dalam pemilihan pengawet, seorang formulator harus mengetahui potensi ketidaktercampuran dari pengawetnya dan system emulsinya. Sebagai contoh, garam ammonium kuarterner adalah pengawey kationik yang tidak bercampur dengan surfaktan anionic. Walaupun pengawet kationik sangat efektif pada konsentrasi rendah, tapi kurang berguna dalam system anionk karena pengawet kationik tidak diaktifan . Beberapa tahun yang lalu, banyak jenis pengawet te;ah digunakan tapi kebanyakan telah terbuang untuk satu atau alas an lain. Contohnya asam benzoat, natrium propionat yang efektif hanya dalam medium asam. Akan tetapi, pengawet[engawet tersebut kurang berguna dalam krim dan losion tangan dalam medium yang alkali. Asam salisilat juga dipertimbangkan dan dibuang karena kandungan atau potensinya mengiritasi kulit. Pengawet-pengawet yang telah digunakan secara ekstensif untuk beberapa tahun, yang berdasarkan pada salah satu penemu (58) yang memiliki keseluruhan sifat yang mendekati kebanyakan memperkirakan persyaratan ideal untuk pengawet, adalah ester dari p-hidroksibenzoat. Ester-ester ini dilaporkan memiliki dua atau tiga kali seefektif asam benzoat dalam penghambat pertumbuhan bakteri. Ester-ester metil, etil, propil dan butyl dari asam p-hidroksibenzoat umumnya digunakan dalam krim dan losion tangan. Ester metil paling larut air, sedangkan ester butyl sedikit larut air. Kelarutan mereka dalam pelarut dalam krim dan losion tangan dituliskan dalam table 3 berikut :

Kelarutan (gram per 100 g pelarut)


Air suhu 25C Air suhu 80C Etil alcohol suhu 25C Propilen glikol 25C Minyak kacang 25C metil 0,25 2,0 52,0 22 0,5 etil 0,17 0,86 70,0 25 1 propil 0,05 0,30 95,0 26 1.4 butil 0,02 0,15 210,0 110 5.0

Ester-ester dari asam p-hidroksi benzoat yang umum digunakan dalam krim dan losion tangan adalah ester metil, propil dan butyl. Dalam krim tangan, konsentrasi 0,1 0,2% dari metil p-hidroksi benzoat adalah cukup, deakers (60) merekomendasikan untuk losion tangan konsentrasi metil ester dalam fase air 0,12% dan 0,1% propil ester dalam fase minyak untuk aksi pengawet. Dalam krim tangan dimana fase minyak umumnya tinggi, formula kosmetik diusulkan bahwa 0,05 - 0,25% dari ester metil dapat dilarutkan dalam fase air dan 0,05% ari ester propil ditambahkan pada fase minyak. Ester butyl dapat diganti dari propil dalam konsentrasi yang sama. Harry merekomendasikan penggunaan fase air yang mengandung campuran metil (0,15%), propil (0,05%) dan ester butyl (0,02%). Meskipunkonsentrasi diusulkan disini, penelitian paa ahli mengatakan bahwa konsentrasi yang lebih tinggi diprelukan untuk memastikan pembentukan dari system pengawet yang kan melindungi produk dari tingkat kontaminasi mikroba yang luas. Konsentrasi yang fungsional lebih menurun dalam range 0,35 0,5% ester metil dan 0,25 0,5% propil atau ester butyl. Dalam ester yang mengandung akohol, level yang lebih rendahdapat menghasilkan hasil yang memuaskan. Dalam formula krim dan losion tangan yang actual, pengawet ditambahkan sebaai berikut. Eter metil ditambahkan ke fase air dan dipanskan hingga suhu 60C atau propil ditambahkan ke fase minyak dan juga dilarutkan dengan pemanasan dan pengadukan. Sebagai pengawet, bahan ini tidak menunjukkan kebanyakan hasil yang memuaskan dalam krim dan losion tangan. Anito, Firman dan Rigler meringkas aktivitasnya sebagai berikut : 1. pengetahan antimikroba menunjukkan bahwa ester-ester metil, etil, propil dan butyl efektif dalam konsentrasi rendah melawan jamur dan bakteri gram positif, tapi kurang efektif melawan bakteri gram negatif. 2. ester-ester tersebut lebih besifat fungistatik dibandingkan fungisidal 3. efeknya bersifat aditif, kombinasi penggunaan dianjurkan untuk mencapai konsentrasi yang lebih tinggi dalam air. 4. ester-ester tresebut banyak sekali yang berefek sama melawan mikroorganisme dalam larutan asam atau netral dalam range pH 4 8. Pemilihan pengawet antimikroba (Lachman : 1063) Emulsi seringkalimengadung sejumlah bahan seperti karbohidrat, protein, sterol dan fosfatida dan semua bahan yang menunjang pertumbuhan berbagai mikroorganisme. Dengan tidak adanya salah satu bahan-bahan alam yang telah disebutkan, adanya suatu campuran lemak dan air yang bersentuhan seringkali memungkinkan mikrorganisme menetap. Akibatnya pemasukan suatu pengawet merupakan hal yang diterapkan dalam proses formulasi. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih pengawet. Kontaminasi mikroba dapat terjadi selama pengembangan atau produksi suatu emulsi atau selama penggunaannnya. Seringkali kontaminasi mikroba dapat timbul karena penggunaan bahan mentah yang tidak murni, kontaminasi dapat diakibatkan oleh serangan mikroorganisme yang sempat. Akhirnya para konsumen dapat menginokulasi produk secara nyata selama penggunaan. Sudah merupakan anggapan umbahwa pengawet atau suatu system pengawet dapat melindungi emulsi terhadap semua kemungkinan ini. Formulasi suatu emulasi yang menjadi steril sangat sulit tanpa penggunaan zat antimokroba yang kuat, yang umumnya telah atau berada dalam proses pengulasan oleh badan pengatur

pemerintah. Pencegahan kontaminasi telah dianjurkan dan aturan utama tertentu harus diamati. Salah satu factor terpenting adalah penggunaan bahan mentah yang tidak terkontaminasi, termasuk air. Perhatian kedua adalah pengurusan rumah tangga yang sangat teliti dan pembersihan alat dengan hati-hati (dengan uap mengalir). Begitu suatu produk yang tidak terkontaminasi secara mikrobiologis telah dibuat,zat antimikroba yang relatif cukup lemah untuk melinndungi produk terhadap kemungkinan kontaminasi mikoorganisme. Juga dikehendaki bahwa system pengawet efektif terhadap serangan berbagai mikroorganisme patogen, dan memadai untuk melindungi produk selama penggunaan oleh si pemakai. Sebenarnya system pengawet pada sebagian besar bahan formulasi, harus memenuhi criteria umum seperti toksisitas yang rendah, kestabilan pada pemanasan dan penyimpanan, dapat bercampur secara kimia, biaya yang pantas dan rasa, bau serta warnanya dapat diterima. Kemanjuran terhadap berbagai organisme diperlukan karena fungi, ragi dan bakteri merupakan kontaminan yang umum. Kelompok pengawet terpenting dari beberapa contoh pengawet popular yang digunakan dalam emulsi terlihat dalam table berikut. Aktivitas zat anti mikroba yang terdapat dalam table sangat bervariasi dan tergantung pada mikroorganisme yang bersangkutan Tabel 4 Beberapa pengawet khas yang digunakan dalam emulsi farmasetik dan kosmetik Jenis Asam dan Contoh - Asam benioat - Asam sorbat - Asam propionat dan garamnya - Asam dehidroasetat Karakteristik & Penggunaan Zat anti jamur

Alcohol Aldehid Donorformaldehid Fenolik

Kuarterner

Merkuri Senyawa

klorobutanol Preparat mata - fenoksi-2-etanol sinergis Formaldehid, glutaraldehid Spectrum luas - heksametilentetramin - mono(& di) metilol dimetilhidantoin Fenol, kresol, klorotimol, fenil fenol, metil p-hidroksibenzoat, propil p-hidroksibenzoat, benzil phidroksibenzoat, butyl pSpectrum luas hidroksibenzoat Klorheksidan dan garam-garamnya, benzetonium klorida, benzalkonium klorida, setilfrimetil ammonium bromida, setil piridinium klorida Fenil merkuri asetat, Na-etilmerkuri tiosalisilat 6-asetoksi 2-4-dimetil m-dioksan Terutama terhadap bakteri gram 2,4,4 trikloro 2-hidroksifenileter (+) spectrum luas dan sinergis (1(3-kloroalil)3,5,7 triazo-1-azoniaadamantena klorida, senyawa

imidazolidinil urea, Bromo-2-dinitro-propanediol-1,3,5 bromo-5 nitrol-1,3 dioksida, 2 tropiridin N oksida (dan garamnya), 2-metil-4-isotiazolin-3-on dan derivat 5 kloro

Spectrum luas

Konsentrasi pengawet yang diperlukan dalam suatu emulsi tergantung pada kemampuannya untuk berinteraksi dengan mikroorganisme. Karena mikroorganisme dapat tinggal di dalam fase air atau fase lemak atau keduanya, maka pengawet, bagaimanapun juga koefisien partisi minyak airnya harus berada pada level yang efektif pada kedua fase. Hampir tidak dapat dibayangkan bahwa suatu pengawet tunggal dapat mendistribusikan diri pada konsentrasi yang efektif antara fase-fase tanpa memperhatikan komposisinya. Oleh karena itu, biasanya dimasukkan pengawet yang larut dalam fase air dan pengawet yang terutama larut dalam fase minyak. Ester asam p-hidroksibenzoat merupakan contoh yang baik sekali karena metil esternya larut dalam air, sedangkan propil a dan ester yang lebih tinggi memperlihatkan sifat-sifat yang hampir-hampir tidak larut dalam air. Distribusi suatu pengawet antara lemak dan fase air dari emulsi dapat ditentukan dengan prosedur umum yang digunakan untuk mengevaluasi koefisien distribusi. Masalah kompleks timbul bila pengawet berinteraksi dengan salah satu bahan emulsi. Interaksi seperti itu dapat menginaktivasi pengawet tersebut. Interaksi dengan bahan emulsi dari berbagai alkil hidroksi benzoat (pengawet yang paling luas digunaan dalam emulsi) telah dikaji selama beberapa tahun dan dilukiskan dengan data dalam tabel 5. Biasanya yang disebut pengawet terikat tidak mudah menghasilkan aktivitas antimikroba. Tampak bahwa pengawet fenol rentan terutama terhadap interaksi dengan senyawa yang mengandung gugus polioksietilen. Tabel 5. Interaksi Paraben dengan bahan emulsi Metil p-hidroksibenzoat Senyawa makromolekul Bebas(%) Terikat(%) Gelatin 92 8 Metil selulosa 91 9 Polietilen glikol 4000 84 16 Polivinilpirolidon 78 22 Polioksietilen monostearat 55 45 Polioksietilen sorbitan 43 57 monolaurat Polioksietilen sorbitan 43 57 monooleat Propil p-hidroksibenzoat Bebas(%) Terikat(%) 89 11 87 13 81 19 64 36 16 84 14 10 86 90

Suatu model matematik dasar diperlukan untuk memahami hubungan antara konsentrasi pengawet dan aktivitas mikrobiologis yang dikembangkan oleh Garrett. Konsep dasar ini diperjelas oleh Kazmi dan Michell dengan bantuan metode analisis, dan oelh Shimotomo serta teman-temannya dengan bantuan teknik ultrafiltrasi. Interprestasi yang berhubungan dengan inaktivasi pengawet dengan surfaktan

didasarkan pada konsep bahwa sebagian pengawet tidak tersedia untuk aktivitas berdasarkan penggabungan menjadi misel-misel surfaktan atau fase surfaktan lainnya yang relatif stabil. Konsep ini tidak berbeda dari rasional yang diusulkan untuk ketidakberadaan suatu obat yang melarut yang secara singkat diuraikan sebelumnya. Sebagai kompensasi atas hilangnya pengawet dengan interaksi, bida ditambahkan suatu jumlah yang setara dengan bahan yang tergabung. Ternyata pula bahwa penambahan berbagai alcohol tampak mengaktifkan ester-ester phidroksibenzoat dalam adanya zat-zat non ionic; propilen glikol terutama tampak berguna. Beberapa factor lainnya dapat mengbah kemampuan pengawet untuk melindungi suatu produk terhdapa kontaminasi mikroba. PH dikenal menghasilkan pengaruh besar pada kemampuan pengawet asam atau fenol untuk mengganggu pertumbuhan bakteri. Zat ini hampir secara sempurna diinaktifkan dengan mengubahnya menjadi anion. Factor-faktor lain meliputi rasio fase, derajat aerasi selama pembuatan dan terutama adanya sifat-sifat antimikroba. Kombinasi pengawet seringkali digunakan, karean kombinasi tersebut terbukti menigkatkan efektivitas kerja pengawet, baik dengan penambahan spectrum aktivitas atau dengan beberapa sifat sinergis. Walaupun telah banyak ditulis tentang pengawet dan tentang penggunaan pengawet tertentu atau kombinasi pengawet, pemiihan suatu pengawet untuk penggunaan actual dalam emulsi spesifik agak empiris. Formulator diperingatkan untuk menetapkan agar tidak tergantung pada availabilitas pengawet yang ditentukan secara kimia untuk menetapkan kebersihan mikrobiologis dari suatu produk. Malah dibutuhkan pengujian yang ketat terhadap komposisi akhir untuk menetapkan apakah suatu emulsi yang diawetkan dengan tepat. Jadi pengawet yang digunakan adalah metil paraben (0,2%) dan propil paraben (0,1%)

URAIAN BAHAN 1. Lanolin Anhidrat (Exp;183) Nama resmi : Adeps lanae Sinonim : Lanolin, cera lanae Pemerian : Serbuk putih, kekuningan, berbentuk batang, bahan-bahan dengan pembau yang khas, larut dalam alcohol panas Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam eter, mudah larut dalam kloroform, larut dalam alcohol panas. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu kamar terendah Kegunaan : Sebagai emolien 2. Cetyl alcohol (Exp;63; MD 32 th;1383) Nama resmi : Cethyl alcohol Sinonim : Cetanol, alcol cetilia RM/BM : C16H34O / 242,44 Pemerian : Massa manis, putih, bentuk serbuk atau granul dengan pemberi bau yang khas. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam alcohol, mudah larut dalam eter. Tidak larut jika dilarutkan pada minyak, paraffin cair.

: Sebagai sediaan topical untuk emollient, mempunyai sifat emulsifying yang lemah. Stabilitas : Stabil dalam asam dan alkali, cahaya dan udara, dan tidak menjadi tengik. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Incompability : Tidak tertera dalam berbagai literature Konsentrasi : Emulsifier 2-5% Pelembut 2-10% Emolien 2-5% Penyerap 5% 3. Asam stearat (FI.III;57) Nama resmi : Acidum stericum Sinonim : Asam stearat RM/BM : C18H36O2/284,77 Pemerian : Zat padat keras mengkilat, menunjukkan susunan hablur putih atau kuning pucat, mirip lemak/lilin Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%) P dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : Emulgator 4. Beeswax (RPS 18 th;1131; Exp;345) Nama resmi : Beeswax Sinonim : Yellow wax Pemerian : Padat, kuning jingga coklat keabuan, rasa khas bau seperti madu, gelap, jika dingin warnanya berkilau dan jika rusak warnanya memudar, granular, patahan berkristal, menjadi lunak jika ditaruh di tangan. Kelarutan : Tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alcohol dingin, larut sempurna dalam kloroform, eter atau campuran keduanya, minyak menguap, sebagian larut dalam benzen dingin atau karbondisulfida, larut sempurna dalam campuran pda suhu sekitar 30C Titik lebur : 62 - 65C Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya Kegunaan : Penstabil emulsi, pengental BJ : 0,950 0,96 g/cm3 Incompability : Bahan-bahan yang bersifat oksidatif Konsentrasi : Bahan pengental 5 20% 5. Minyak Mineral (FI. III : 474) Nama resmi : Mineral oil Sinonim : Parafin cair Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak beracun, hampir tidak larut, hampir tidak mempunyai rasa. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan alcohol (95%) P, larut dalam kloroform P dan eter P Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya Kegunaan : sebagai pelarut BJ : 0,870 0,89 g/cm3

Kegunaan

6. Span 40 (Exp : 281) Nama resmi : Sorbitan monopalmitat Sinonim : Span-40 RM/BM : C16H34O6/346 Pemerian : Cairan atau padatan, berwarna krem hingga kekuningan, agak berbau dan berasa yang khusus. Stabilitas : Berangsur-angsur membentuk sabun oleh asam kuat atau basa kuat, tapi stabil dalam asam atau basa lemah Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Incompability : Tidak terdaftar dalam literature Konsentrasi : 1 10% (digunakan dalam kombinasi dengan pengemulsi hidrofilik dalam emulsi o/w) Kegunaan : Emulgator fase minyak 7. Tween 40 (Exp : 255) Nama resmi : Polisorbate-40 Sorbitan, Polyoksiethylen sorbitan monopalmitat Sinonim : Tween-40 RM/BM : C64H125O26/1309 Pemerian : berbau khas dan hangat, beberapa berasa pahit. Pada suhu 25 C, warna dan bentuk fisiknya yaitu cairan kuning berlemak Stabilitas : Stabil pada elktrolit sebaik asam dan basa lemah. Saponifikasi terbentuk sedikit demi sedikit oleh adanya asam atau basa kuat Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dan ditempatkan pada kondisi dingin. Incompability : Perubahan warna (perusakan) dan atau pengendapan terjadi dengan beberapa bahan, khususnya dengan fenol, tannin, tar dan atau senyawa seperti tar. Konsentrasi : 1 10% Kegunaan : Emulgator fase air 8. Propilenglikol (Exp ; 241) Nama resmi : Propylene glycol Sinonim : Propilen glikol RM/BM : C3H8O2/76,09 Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau; rasa agak manis; higroskopis Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapt campur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya Kegunaan : Sebagai humektan Incompability : Dengan bahan pengoksidasi seperti kalium permanganat Kestabilan : Dalam wadah biasa, propilen glikol stabil dalam wadah tertutup baik, tetapi pada suhu tinggi dalam pembukaan dia cenderung teroksidasi, meningkat hingga menghasilkan senyawa seperti propionaldehid, asam laktat, asam piruvat dan asam asetat. Secara kimia stabil ketika dicampur dengan gliserin, air atau alcohol. Konsentrasi : sebagai humektan hingga 15%

You might also like