You are on page 1of 25

Makalah Gizi Buruk

Posted on December 4, 2012 by dirgaultra KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul Asuhan Keperawatan Gizi Buruk tepat waktu. Makalah ini disampaikan untuk memenuhi kelengkapan syarat penilaian mata kuliah Keperawatan Anak I. Adapun kata-kata yang terdapat dalam makalah ini penulis ambil dari sumber-sumber referensi yang berkaitan dengan judul yang telah ditentukan.Tak lupa penulis juga menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah lebih banyak wawasan dan pengetahuan bagi pembaca. Disamping itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kekeliruan pada makalah ini.

Padang, April 2011

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zatzat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tanpa adanya gizi yang adekuat, maka kualitas hidup tidak akan optimal dan tentunya akan mempenagruhi proses tumbuh kembang. 1.2 Tujuan Tujuan umum dibuatnya makalah ini adalah mengetahuinya gangguan gizi pada anak. Sedangkan tujuan khusus dari pembuatan makalah ini meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mengetahui patofisologi dari gangguan gizi. Mengetahui manifestasi klinis dari tiap malnutrisi. Menegtahui masalah yang dialami anak dan penatalaksanaan malnutrisi. Mengetahui dampak malnutrisi. Mengetahui proses tumbuh kembang anak usia sekolah terkait masalah. Menerapkan proses keperawatan dari malnutrisi. Mengetahui promotif dan prefentif dari malnutrisi.

1.3 Batasan Masalah Padamakalah ini penyusun memberikan batasan masalah yaitu hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini terkait dengan gangguan gizi pada anak (malnutrisi atau underweight). Adapun malnutrisi yang akan dibahas disini adalah marasmus dan kwashiorkor beseta dampaknya.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Gizi Buruk Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi. Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi dihabiskan dan nutrisi serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat. Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.

2.2 Penyebab Gizi Buruk 1. Penyebab langsung Penyakit infeksi 1. Penyebab tidak langsung 1. Kemiskinan keluarga 2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah

3. Sanitasi lingkungan yang buruk 4. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai Selain itu ada beberapa penyebab dari gizi buruk seperti : 1. Balita tidak mendapat makanan pendanping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau lebih 2. Balita tidakmendapat ASI ekslusif (ASI saja) atau sudah mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan 3. Balita tidakmendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau lebih 4. MP-ASI kurang dan tidak bergizi 5. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui 6. Balita menderita sakit dalam waktu lama,seperti diare,campak, TBC, batukpilek 7. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor. 2.3 Klasifikasi Gizi Buruk Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat) Berat badan <60% : marasmus (MEP berat) Berat badan <60% : marasmik kwashiorkor (MEP berat) Gizi Baik(%) 80-100 95-100 90-100 85-100 85-100 Gizi Kurang(%) 60-80 85-95 70-90 70-85 75-85 Gizi Buruk(%) <60 <85 <70 <70 <75

Keterangan BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB

2.4 Tipe Gizi Buruk 1. Marasmus Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. Mempunyai Individu dengan marasmus mempunyai penampilan yang sangat kurus dengan tubuh yang kecil dan tidak terlihatnya lemak.(Dorland, 1998:649). Marasmus biasa menyerang siapa saja atau bias menyerang semua usia. 1. Etiologi

Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan malformasi kongenital. 1. Tanda dan Gejala Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput, serta wajah seperti orang tua. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, tekanan darah dan frekuensi napas menurun, kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan sedikit. 1. Patofisiologi Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. 1. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Fisik

Mengukur TB dan BB Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter) Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.

Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LILA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).

Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

1. Kwashiorkor Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ) yang merupakan sindrom klinis yang diakibatkan defisiensi protein berat dan kalori yang tidak adekuat. Walaupun sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara. 1. Etiologi Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati. 1. Patofisiologi Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Bila diet cukup mengandung karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta- lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati terganggu, dengan akibat adanya penimbunan lemak dalam hati.

1. Gejala Kwashiorkor

Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan yang sehat. Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat. Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah warna

Hilangnay massa otot Dermatitis dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi Kulit kering dengan menunjukan garis garis kulit yang mendalam dan lebar, terjadi persisikan dan hiperpigmentasi Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal, permukaannya licin dan tajam. Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita. Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang rendah, disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.

1. Pemeriksaan Labolaturium Hampir semua kasus kwashiorkor memperlihatkan penurunan kadar albumin, kolestrol dan glukosa dalam serum. Kemudian pada umumnya kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat. Meskipun kadar IgA sekretori merendah.Gangguan imunitas seluler khususnya jumlah populasi sel T merupakan kelainan imunologik yang paling sering dijumpai pada malnutrisi berat. 1. Kurang kalori dan protein ( marasmus kwashiorkor ) Etiologi, tanda dan gejalanya merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor. 2.5 Penatalaksanaan (kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi) 1. Fase inisial (resusitasi) 1. Hipoglikemia (gula darah < 54 mg/dL) Terapi: sukrosa/ glukosa 10% 50 ml per oral/ sonde lambung Berikan makan tiap 2 jam, min. 1 hari pertama . Jika tidak sadar, glukosa iv/ glukosa 10% dengan sonde 1. Hipotermia (S < 35C aksila / <35,5C rektal) Terapi: beri makan segera, selimuti termasuk kepala, dekatkan pemanas atau lampu /tempatkan anak pada dada/perut telanjang ibu selimuti. 1. Dehidrasi Dehidrasi R-S, CRO 70-100 ml/kg BB diberikan dlm 8-12 jam 1. Antibiotik Infeksi tidak nyata: kotrimoksazol (4 mg/kg/hr trimetropim dan 20 mg/kg/hr sulfametoksazol, dibagi 2 dosis) selama 5 hari Infeksi nyata: ampisilin iv 100 mg/kgBB/hr, dibagi 4 dosis (2 hr), lanjut per oral (ampisilin/amoksilin); dan gentamisin 7.6 mg/kgBB iv/im sekali sehari (7 hari)

1. Nutrisi Energi 80-100 kkal/kg/hr, cairan 130 ml/kgBB/hr, F75 /2 jam/24 jam Vitamin-mineral: vit. A hr 1 &2 200.000SI/oral atau 100.ooo SI/IM diulang dosis yang sama hari ke-14 Asam folat 5 mg hr I, selanjutnya 1 mg/hr 2 minggu MgSO4 40% 0,25 ml/kgBB/hr maks. 2 ml IM 10 hari ZnSO4 2-4 mg/kgBB/hr 2 minggu Tembaga (Cuprum): 0,3 mg/kgBB/hr 2 minggu 1. Pengobatan penyakit lain: TB, diare kronik, PJB.

1. Fase Transisi Peralihan ke energi lebih tinggi sampai 150 kkal/kgBB/hr berupa F100 secara bertahap Energi

Susu bubuk tanpa lemak Gula Tepung sereal Minyak sayur Campuran mineral Campuran vitamin

0,75 kkal/ml 25

1kkal/ml 80

70 35 27

50 60

Air

20

20

140

140

+ sampai vol total 1000 ml

+ sampai vol total 1000 ml

1. Fase Rehabilitasi 1. Diet tinggi kalori 150-220 kkal/kgBB/hr 2. Suplemen zat besi (FeSO4) 10 mg.kgBB/x, 3x/hr 3. Atasi penyebab (infeksi, miskin) 4. Pendidikan gizi dan kesehatan 2.6 Tumbuh Kembang Table 1.1 perkembangan kepribadian, moral, dan kognitif. Tahap / usia Radius hubungan Tahap Tahap bermakna(sullivan) psikoseksual psikoeksual (Freud) (Erikcson) Tetangga, sekolah Latensi Industry vs inferioriti Tahap kognitif (piaget) Tahap penilaian moral (Kohlberg) Tingkat konvensional

Masa anakanak (sekolah) 6-12 tahun

Operasi konkrit (berfikir induktif dan Orientasi anak mulai logis) laki-laki yang baik, (4-7 tahun) perempuan manis Orientasi hokum dan perintah

1. Pengelompokkan tumbuh kembang berdasarkan teori tumbuh kembang 1. Teori psikososial Sigmund Freud

Usia sekolah merupakan tahap latensi (6-12 tahun / masa sekolah), dengan karakteristik sebagai berikut :

Energi digunakan untuk aktivitas fisik dan intelektual Ini adalah periode tenang, dimana kegiatan sexual tidak muncul (tidur). Anak mungkin terikat dalam aktivitas erogenus (perasaan erotik) dengan teman sebaya yang sama jenis kelaminnya. Penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini Konflik yang tidak diatasi pada masa ini dapat menyebabkan obsesif dan kurang motivasi diri.

1. Teori Erikson Industri vs inferior (industry vs inferiority) usia sekolah (6-12 tahun), dengan karakteristik sebagai berikut :

Indikator positif : mulai kreatif, berkembang, manipulasi. Membangun rasa bersaing dan ketekunan. Indikator negatif : hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman sebaya. Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi bendabenda serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian Anak dipengaruhi oleh guru dan sekolah. Perasaan inferior terjadi pada saat orang dewasa memandang usaha anak untuk belajar bagaimana sesuatu bekerja melalui menipulasi adalah sesuatu yang bodoh atau merupakan masalah. Perasaaan inferiorketidaksuksesan di sekolah, ketidaksuksesan dalam perkembangan ketrampilan fisik dan mencari teman.

1. Teori kognitif Piaget fase konkret operasional (7-11 tahun), dengan karakteristik sebagai berikut :

Memecahkan masalah konkret Mulai mengerti tentang suatu hubungan misalnya ukuran, mengerti kanan dan kiri Anak dapat membuat alasan mengenai apa itu, tapi tidak dapat membuat hipotesa mengenai apa kemungkinannya dan dengan demikian tidak dapat berpikir mengenai masalah ke depan.

1. Teori Moral Kohlberg Selanjutnya manusia juga harus mengalami perkembangan moral dengan baik. Seorang pakar bernama Lawrence Kohlberg mengemukakan teorinya tentang pemkembangan moral ini dengan menyatakan bahwa pada umumnya manusia mengalami tiga tingkat perkembangan moral, sebagai berikut: 2. Tingkat II (Konvensional) pada tingkat ini ada 2 (dua) tahap:

1. Tahao orientasi mengenai anak yang baik. Agar menjadi anak yang baik, perbuatannya harus diterima oleh masyarakat. 2. Tahap mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas, Di sini seseorang menyadari kewajibannya untuk ikut melaksanakan norma-norma yang ada dan mempertahankan pentingnya ada norma-norma. 3. Tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Di sini terhadap perjanjian antara diri seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ia berbuat baik agar diperlakukan dengan baik. 4. Tahap prinsip universal. Di sini terdapat berkembangnya norma etis (kata hati) untuk menentukan perbuatan moral dengan prinsip universal. 3. Tingkat III (Post Konvensional) pada tingkat ini juga ada 2 (dua) tahap:

Usia sekolah (6-12 tahun)

Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.

Anak usia 6-7 tahun :

Membaca seperti mesin Mengulangi tiga angka mengurut ke belakang Membaca waktu untuk seperempat jam Anak wanita bermain dengan wanita Anak laki-laki bermain dengan laki-laki Cemas terhadap kegagalan Kadang malu atau sedih Peningkatan minat pada bidang spiritual

Kebutuhan nutrisi terkait tumbuh kembang anak usia sekolah

Kebutuhan kalori anak usia sekolah adalah 85kkal/kg BB. Karakteristik : Anak dapat mengatur pola makn sendiri Adanya pengaruh teman atau jajanan

Kebiasaan menyukai satu makannan berangsur-angsur hilang

Pengaruh aktivitas bermain dapat menyebabkan keinginnanya lebih besar pada aktivitas bermain daripada makan

Pemenuhan nutrisi berdasarkan tumbuh kembang anak usia sekolah (6-12 tahun)

2.7 Akibat Gizi Buruk 1. 2. 3. 4. Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulanginoleh tenaga kesehatan Kurang cerdas Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari normal Sering sakit infeksi seperti batuk,pilek,diare,TBC,dan lain-lain.

2.8 Komplikasi Gizi Buruk 1. Hipotermi Penyebab : 1. Tidak/kurang/jarang diberi makan 2. Menderita Infeksi

Paparan angin : 1. 2. 3. 4. Genting bocor Dinding berlubang Tidur dekat pintu Selimut dan topi kurang rapat

Menempel benda yang dingin: 1. 2. 3. 4. Tidur dilantai Mandi terlalu lama Popok basah tidak segera diganti(ngompol,Diare) Hipoglikemi

Penyebab : 1. Tidak dapat/kurang/jarang dapat makan 2. Penyakit Infeksi Gejala :

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Hipotemi (<35c) Lemah Penurunan kesadaran Infeksi Diare dan Dehidrasi Syok

2.9 Tindakan untuk Mencegah Hipoglikemi dan Hipotermi 1. Suhu kamar hangat 1. Atap , bocor dinding , berlubang 2. Tidur dekat jendela 3. Jangan gunakan kipas angina 4. Tubuh anak dihangati 1. Gunakan cara kanguru 2. Gunakan selimut,topi & kaos kaki 3. Jangan mandi terlalu lama (<5> 4. Jangan gunakan botol panas,Inkubator 5. Sering diberi makan ( makan yang benar ) 6. Obati Infeksi 2.10 Diet untuk Anak dengan Berat Badan Kurang

1. Bahan makanan yang dianjurkan 1. Semua sumber hidrat arang : bubur nasi tim, bubur roti, gandum, pasta, jagung, kentang, sereal dan singkong 2. Sumber protein

Hewan : daging yang gemuk, ayam telur, ikan,kerang, udang , cumi, dan sumber laut lainnya Nabati : tempe, tahu, oncom dan kacang-kacangan

1. Semua jenis sayuran : yang berwarna hijau dan merah sebagai sumber vitamin A dan Fe seperti kangkung, daun katuk, bayam, wortel,kembang kol, sawi, selada 2. Buah-buahan atau sari buah sumber vitamin A dan vitamin C seperti ; jeruk, apel, papaya, melon, jambu air, salak, semangka, belimbing. 3. Susu penuh full cream , yoghurt, susu kacang, keju, mayones 4. Bahan makanan yang dibuat : 5. Makanan yang digoreng seperti kerupuk, kripik, kacang, karena lemak menyebabkan anak cepat kenyang sehingga susah untuk makan makanan utama 6. Minuman yang dingin seperti es dan makanan / minuman yang manis seperti sirop, dodol, permen, coklat, disamping itu makanan yang manis menyebabkan gigi cepat rusak sehingga anak menjadi susah makan/ sakit kalau makan dan anak cepat kenyang. 7. Bahan makanan yang dihindari : 8. Makanan jajanan yang tidak bersih karena akan menyebabkan sakit perut

9. Minuman yang mengandung alcohol atau soda seperti : brem, soft drink, karena akan menyebabkan anak cepat kenyang dan tidak mau makan makanan utama 10. Cara mengatur diet 1. Makan dalam porsi yang kecil tapi sering dan bervariasi agar menarik minat anak untuk makan 2. Diperlukan kesabaran untuk membujuk anak agar mau makan. Misalnya sambil diajak bermain, anak tidak boleh dipaksa 3. Untuk anak dibawah 1 tahun , konsistensi makanan diberikan secara bertahap, dimulai dari anak umur 6 bulan 4. Makanlah cukup sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral 5. Untuk balita dapat diberikan makanan formula seperti formula tempe , formula ikan terutama pada anak yang menderita diare 6. Konsultasi kepada dokter untuk diperiksa kondisi kesehatannya serta mendapatkan suplemen multi vitamin dan mineral bila diperlukan. Table kecukupan energi sehari untuk bayi dan anak menurut umur. Golongan Umur ( tahun ) 0-1 1-3 4-6 6-9 10-14 14-18 Kecukupan Energi Kecukupan Energi

Laki-laki ( kkal/kg BB ) Perempuan ( kkal/kg BB ) 110-120 110-120 100 90 80-90 50-70 40-50 100 90 60-80 40-55 40

Table Contoh menu sehari-hari Pagi Nasi goreng Telur dadar Ketimun + tomat Susu Siang Nasi Ayam goreng Tempe bacem Sayur bening bayam Malam Nasi Empal daging Tahu pepes Sup sayuran

Jeruk manis

Pisang susu Pukul 21.00 Biscuit, Susu

Pukul 10.00 Bubur kacang hijau

Pukul 16.00 Puding coklat

2.11

Proses Keperawatan

1. Riwayat Keperawatan 1. Riwayat Keluhan Utama Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi. 1. Riwayat Keperawatan Sekarang Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama). 1. Riwayat Kesehatan Keluarga Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain. 1. Pengkajian Fisik Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmus-Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:

Penurunan ukuran antropometri

Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut) Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal) Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare. Edema tungkai Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha). Inspeksi

Lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau kaki Lihat warna rambut, kering dan mudah dicabut Mata cekung dan pucat Pada marasmus terlihat pergerakan usus Auskultasi dengar denyut jantung apakah terdengar bunyi S1, S2, S3 serta S4 bagaimana dengan tekanan darahnya dengarkan juga bunyi peristaltik usus bunyi paru paru terutama weezing dan ronchi

Perkusi

perut apakah terdengar adanya shitting duilnees bagaimana bunyinya pada waktu melakukan perkusi

Palpasi

hati : bagaimana konsistensinya, kenyal, licin dan tajam pada permukaannya. Berapa besarnya dan apakah ada nyeri tekan pada marasmus usus terasa dengan jelas limpa : apakah terjadi pembesaran limpa

tungkai : apakah ada pembesaran pada tungkai 1. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karenaadanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.

Pemeriksaan Labolatorium

Biokimia : Hb anemia kadar albumin yang rendah kadar globulin kadang kadang rendah dan tinggi kadar asam amino biasanya kurang dari satu Biopsi : ditemukan perlemakan pada hati, dan terjadinya nekrosis dan infiltrasi Autopsi : hampir semua organ tubuh mengalami degenerasi seperti jantung, tulang 2.12 Rencana Asuhan Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat

Tujuan : Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi. Kriteria Hasil :

1. Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang. 2. Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program dietetic

Intervensi

1. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien. Rasional :

Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi. 1. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri. Rasional : Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien. 1. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi. Rasional : Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai keadaan malnutrisi. 1. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi. Rasional : Menilai perkembangan masalah klien. 1. Kolaborasi dengan ahli gizi menyusun menu dan kalori. Rasional : Menu dan kalori dibutuhkan untuk memenuhi kekurangan nutrisi anak.

1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT. Rasional : NGT dapat membantu pemenuhan nutrisi anak walaupun keadaannya tidak memungkinkan untuk makan lewat oral. 1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.

Tujuan: Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia. Kriteria : Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia. Intervensi

1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak. Rasional : Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak. 1. Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet pemulihan. Rasional : Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan. 1. Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala. Rasional : Menilai perkembangan masalah klien. 1. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien. Rasional : Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa dan personal/sosial.

1. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (Puskesmas / Posyandu) Rasional : Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada. 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan nutrisi, dehidrasi

Tujuan: Integritas kulit kembali normal Kriteria hasil

1. Gatal hilang / berkurang 2. Kulit kembali halus, kenyal dan utuh

Intervensi

1. Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi sesering mungkin. Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi dekubitus 1. Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah atau kotor dan kulit anak tetap kering Rasional : Agar kulit anak tetap terjaga kebersihannya dan mencegah terjadinya infeksi pada kulit 1. Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan lebih lanjut. Rasional : Untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien 1. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan nutrisi

Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah Kriteria hasil

1. Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan 2. Dapat mengulangi isi penyuluhan 3. Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai di rumah

Intervensi

1. Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar Rasional : Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif 1. Jelaskan tentang nama penyakit anak, penyebab penyakit, akibat yang ditimbulkan, dan pengobatan yang dilakukan. Rasional : Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman orang tua tentang penyakit anak.

1. Jelaskan tentang pengertian nutrisi dan pentingnya pola makan yang betul untuk anak sesuai umurnya, dan bahan makanan yang banyak mengandung vitamin terutama banyak mengandung protein. Rasional : Membantu memulihkan kondisi anak 1. Beri kesempatan keluarga untuk mengulangi isi penyuluhan. Rasional : Mengetahui sampai dimana pemahaman keluarga setelah diberi penyuluhan 1. Anjurkan keluarga untuk membawa anak kontrol di poli gizi setelah pulang dari rumah sakit. Rasional : Dapat membantu mempertahankan status gizi anak dengan pengetahuan yang ada. 2.13 Implementasi

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya 2.14 Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001). Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai. Adapun hasil evaluasi yang diharapkan pada askep gizi buruk adalah : 1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan baik dan berat badan klien berada dalam batas normal 2. Klien dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi 3. Tidak ada gangguan integritas kulit 4. Keluarga dapat benar benar mengetahui tentang penyakit si anak secara etiologi dan terapi terapinya.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh. Umumnya gizi buruk ini diderita oleh balita karena pada usia tersebut terjadi peningkatan energy yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi virus / bakteri. Adapun penyebab dari gizi buruk adalah : 1. Penyebab langsung Penyakit infeksi

1. Penyebab tidak langsung 1. Kemiskinan keluarga 2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah 3. Sanitasi lingkungan yang buruk 4. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai Sedangkan tipe dari gizi buruk yaitu kurang kalori (marasmus), kurang protein (kwashiorkor) dan kurang kalori dan protein ( marasmus kwashiorkor ). 3.2 Saran Setelah menelusuri berbagai sumber pustaka, maka dapat diajukan saran-saran agar mahasiswa keperawatan dapat lebih teliti dalam menghadapi masalah gizi dan mendapatkan hasil yang diharapkan sebagai berikut : 1. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat menganalisa mengenai gizi di tiap tahap tumbuh kembang. 2. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat mempelajari masalah gizi bukan hanya dari definisi, akan tetapi dari aspek lain agar dapat mengetahui penanganan dan spesifikasi dari masalah yang dialami. 3. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat menegakkan diagnosa sesuai dengan masalah yang dialami dan dapat menegakkannya menurut prioritas serta melakukkan tindakkan berdasarkan diagnose. Dengan dibuatnya makalah ini, diharap mahasiswa paham tentang bagaimana promosi dan preventif dari masalah gizi serta bagaimana merealisasikannya terhadap diri sendiri kususnya dan mayarakat umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Documents%20and%20Settings/AAN/My%20Documents/Downloads/askep%20gizi%2 0buruk.htm

http://witrilegina.blogspot.com/2008/09/askep-malnutrisi-under.html http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/02/gizi-buruk.htm Potter & Perry, 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC. Shwartz, William M.2005. Pedoman Kinis Pediatri. Jakarta : EGC. Williams .2005. Basic Nutrition & Diet Thetapy. St. Louis : Westline Industrial Drive. Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

You might also like