Professional Documents
Culture Documents
1 KIAT MENJADI
MUSLIM SEJATI
“Sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia dan jan-
ganlah kamu mengikuti jalan-jalan lain, karena itu akan mencerai beraikan
kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu
agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-An’am:153)
***
Menjadi seorang muslim sejati adalah cita-cita kita. Apapun status
sosial yang disandang, bila kita telah mengikrarkan diri dalam Islam,
pasti akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan syar-
i’at Islam. Walaupun tidak sedikit orang yang lalai dari keimanannya
dan terjerumus pada kesesatan.
Memasuki agama Islam memang sesuatu hal yang mudah dan sama
sekali tidak ada paksaan, sebagaimana disinyalir dalam firman Allah;
”Tidak ada paksaan dalam (memeluk) Islam.” 1
Namun, bukan berarti orang boleh begitu saja melecehkan agama.
Justeru dengan ayat ini setiap orang yang telah yakin memeluk Islam di-
tuntut agar menyadari keberadaan masing-masing diri. Karena Allah
memberikan aturan hidup ini bukan untuk kepentingan-Nya, tetapi seba-
gai jalan hidup satu-satunya yang menjaga kelangsungan serta kemasla-
hatan manusia di dunia ini.
Untuk itu manusia perlu mawas diri, apakah sudah pantas dirinya
menyandang gelar seorang muslim atau hanya menjadi benalu yang mer-
usak citra Islam itu sendiri. Dengan begitu, ia akan dipacu mendalami
dan menghayati bagaimanakah menjadi seorang muslim sejati, serta apa
karakter yang mesti dimilikinya. Urgensi dalam ber-Islam telah
dijelaskan dalam Al-Quran sebagai satu-satunya syarat meraih kebahagi-
aan. Firman Allah; “Sesungguhnya agama (yang diridlai) di sisi Allah hanya-
lah Islam...” 2
Sayyid Qutub dalam tafsirnya menjelaskan bahwa seorang muslim
tidak diberi kesempatan menerima “alternatif sintesis” (ragu) dalam men-
gikuti jalan Allah, seperti sikap plin-plannya Bani Israil.3 Menurutnya,
1
QS. 2:256
2
QS. 3:19
3
QS. 2:211
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -2
Makna Islam
Islam adalah agama dan ajaran wahyu yang diturunkan oleh Allah
SWT untuk kelangsungan dan kebahagian makhluq-Nya di dunia sampai
di Akhirat kelak. Tidak benar orang yang beranggapan Islam adalah
agama yang hanya diajarkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
mereka mengidentikkan Islam sebagai “mohamadisme”.
Islam ada sejak Nabi pertama Adam AS sampai kepada Nabi
terakhir penutup nabi dan rasul, Muhammad SAW.
Perhatikanlah ungkapan Nabi Nuh AS,
“Dan aku diperintahkan untuk menjadi golongan muslimin.” 5
Do’a Nabi Ibrahim;
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri (muslim) ke-
pada-Mu.” 6
Nasehat Nabi Ya’qub AS;
“Sesungguhnya Allah telah memilih untuk kalian agama, maka janganlah
kalian mati kecuali dalam keadaan muslim.”7
Pengakuan Nabi Yusuf AS;
“Wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan masukkanlah aku pada go-
longan orang-orang yang shalih.” 8
Demikian pula ikrar Nabi Isa AS;
“Aku beriman kepada Allah dan aku bersaksi bahwa aku adalah muslim.” 9
Setiap nabi dan rasul diutus kepada umatnya masing-masing, kecu-
ali Nabi Muhammad SAW sebagai khatamun nabiyin diutus untuk selur-
uh umat manusia10 dan hal ini telah diisyaratkan oleh kitab-kitab sebelum
Al-Quran.
4
Talbisu Iblis, 12.
5
QS. Yunus:72
6
QS. Al-Baqarah:128.
7
QS. Al-Baqarah:132
8
QS. Yunus:101.
9
QS. Ali Imran:57.
10
QS. Al-Anbiya: 107, QS. Saba: 28
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -3
11
HR. Enam orang kecuali At-Tirmidzi, menurut riwayat Abu Dawud,
“Beruntunglah dia dan bapaknya, jika benar.”
12
HR. An-Nasa-i.
13
HR. Lima orang kecuali Al-Bukhari.
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -4
14
Sa’id Hawwa, Al-Islam:10-12.
15
HR. Muslim & At-Tirmidzi.
16
HR. Muslim, An-Nasa-i & Abu Dawud
17
Sa’id Hawwa, Allah, 1995.
18
QS. 2:138
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -5
tunjuk Allah. Untuk itu ada beberapa jalan yang harus tempuh agar men-
capai shibghah Ilahiah tersebut, yaitu;
(a) Memahami Islam secara benar dan menyeluruh
(b) Bertauhid kepada sumber petunjuk hakiki
(c) Menerapkan ajaran-ajaran Islam
(d) Membersihkan jiwa dan menegakkan kebenar-an Islam
(e) Menda’wahkan Islam
Kedua, Memiliki kepekaan dan ketajaman jiwa.
Apabila shibghah telah membentuk pribadinya, seorang muslim se-
jati selalu berusaha menyingkap kegelapan dan kesesatan dalam dirinya,
yaitu dengan “bashirah” (kepekaan akan cahaya kebenaran).
Cahaya Islam menjadi penerang yang menuntunnya dalam kebaik-
an. Firman Allah; “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Al-Quran)
dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidak mengetahui apakah kitab itu
dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Quran
itu cahaya yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami.” 19
Ketiga, Memiliki kebanggaan terhadap Islam. Karena Islam adalah
agama kebenaran yang universal dan harus disebarluaskan ke seluruh
pelosok negeri, sebagaimana firman Allah; ”Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang mengajak kepada Allah dan beramal shalih
dan berkata; “Sesungguhnya kami termasuk orang yang berserah diri
(muslim).”20
Keempat, Berpegang teguh pada kebenaran.
Seorang muslim yang telah meyakini akan kebenaran Islam akan
berusaha tetap mempertahankannya, apapun rintangan yang meng-
godanya. Sebuah Hadits menyebutkan ciri muslim sejati; ”...dia akan benci
untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci manakala terlempar ke
dalam neraka.” 21
Kelima, Mujahadah
Muslim sejati tidak hanya berda’wah lewat lisan saja, tetapi juga
berjama’ah dalam melaksanakan syari’at serta mempertahankannya. Ini-
lah yang dimaksud mujahadah, yaitu bersungguh-sungguh membela
kebenaran dari tangan-tangan kebatilan.
Keenam, Disamping kelima ciri di atas ialah membina kesinam-
bungan muslim mutlak dipelihara. Sebab tidak mustahil keimanan kita
rontok akibat derasnya godaan. Sehingga Rasulullah SAW selalu berdo’a;
“YAA MUQALLIBAL QULUB TSABBIT QALBY ‘ALA DINIKA” (Ya Al-
lah Yang membolakbalikkan hati manusia, tetapkanlah hati kami atas agama-
Mu.)
19
QS. Asy-Syura:52
20
QS. Fushilat:33
21
HR. Muslim
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -6
Alangkah indahnya ungkapan Ibnu Umar RA.: “Aku telah hidup pada
zamanku dengan sebuah penjelasan. Seorang diantara kami ada yang beriman
sebelum turunnya al-Quran serta surat demi surat kepada Muhammad SAW,
kemudian ia mempelajari halal dan haram darinya, ia-pun berpegang teguh ata-
snya sebagaimana kalian mengetahui al-Quran. Aku juga menyaksikan orang
yang diturunkan al-Quran sebelum beriman, kemudian ia membaca dari awal
Al-Fatihah sampai akhir, ia tidak mengetahui apa yang diperintahkan dan yang
diperingatkan di dalamnya, ia-pun berpegang dengannya dan menyebarkannya
seperti tersebarnya kurma busuk dan buruk.”23
***
22
Disarikan dari “Ma’alimu Syakhshiah Al-Islamiah”, Dr. Otman Sulaiman Al-Asygar.
23
HR. At-Thabrany dalam Al-Ausat, rijalnya shahih seperti dalam Majma’ Al-Zawaid
I:165.
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -7
2 MEMBINA
MUSLIM PARIPURNA
“Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya (kaffah), dan janganlah kamu turuti langkah-langkah
syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagi kamu.”
(QS. Al-Baqarah:208)
***
Tidak sedikit di antara kita yang mengaku sebagai muslim namun
belum merasakan apa bedanya antara muslim dengan yang bukan. Ban-
yak di antara ummat Islam yang menjadi muslim karena memang di-
lahirkan dari orang tua Islam, kemudian menjadi muslim keturunan dan
ikut-ikutan. Tidak pernah merasakan nikmatnya beragama Islam
maupun bertanggungjawab akan agama yang dianutnya.
Kesadaran inilah yang harus segera diperingatkan sebelum kita di-
mintai pertanggungjawaban keIslaman kita di hadapan Allah SWT.
Memang Islam agama yang tidak dipaksakan untuk memeluknya,
tetapi apabila kita telah siap untuk memasukinya, di dalamnya ter-
kandung beberapa syari’at dan ajaran yang mau tidak mau harus ditaati
dan dilaksanakan. Ibaratnya Islam adalah sebuah rumah, setiap orang
yang lewat dipersilahkan menengok dan memperhatikannya serta tidak
ada paksaan untuk memasukinya. Namun jika telah yakin untuk memas-
ukinya, maka dia menjadi penghuni rumah itu dan harus mematuhi se-
tiap aturan yang diberlakukan oleh tuan rumah.
Demikian pula agama Islam. Janganlah kita seperti orang yang han-
ya melihat Islam dari jendelanya saja. Artinya hanya mengamalkan seba-
gian syari’at saja, atau memilih-milih mana yang menguntungkan dir-
inya, ia laksanakan dan yang merugikan kehidupan materinya, ia buang
jauh-jauh. Seperti yang disitir Allah dalam firman-Nya; “Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu
mereka membunuh atau terbunuh. Itu telah menjadi perjanjian yang benar dari
Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -8
janjinya selain Allah. Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu
lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar.”24
Dengan jelas ayat ini mengemukakan tentang kewajiban seorang
mu’min yang telah mengadakan perjanjian dengan Allah SWT yaitu un-
tuk melaksanakan syari’at-Nya dan akan dibalas dengan kebahagiaan
surga yang kekal abadi. Demikian pula ayat yang penulis kutip di atas,
menjelaskan seruan Allah SWT kepada seluruh kaum mu’minin dan
mu’minat agar menjalani Islam dengan kaffah, artinya secara sempurna
dari “A” sampai “Z”, baik dalam kehidupan pribadi, rumah tangga,
masyarakat serta bagaimana menghubungkan diri dengan Khaliq (Pen-
cipta dan Pemelihara seluruh makhluk). Karena apabila kita lengah dan
lalai dalam mengamalkan syari’at Islam, di sanalah pintu syetan akan
terus mengintai kehidupan kita. Padahal Allah menegaskan bahwa
syetan adalah musuh yang nyata. Mengapa kesadaran tersebut belum
kunjung datang ? Jawabnya, karena kita belum sempurna mempelajari
dan mengamalkan syari’at Islam dalam setiap langkah kita. Maka untuk
mengantisipasi khutwaat syetan (strategi syetan dalam menyesatkan
manusia) ada beberapa aspek penting yang harus menjadi acuan setiap
muslim agar terwujud seorang muslim yang paripurna.
Pertama: Meluruskan aqidah yang telah kita yakini.
Aqidah adalah masalah yang prinsipil dalam Islam, karena hal ini-
lah yang membedakan antara muslim dengan manusia lainnya. Aqidah
atau yang kita kenal dengan iman merupakan syarat diterimanya amal
baik serta perbuatan kita, sebagaimana firman Allah; “Barangsiapa yang
mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beri-
man, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”25
Ayat ini menegaskan bahwa hanya dengan iman-lah amal kita diter-
ima oleh Allah dan mendapat balasan di sisi-Nya. Supaya aqidah dan
keimanan kita tetap terpelihara, maka ada beberapa amalan yang harus
dilaksanakan, yaitu;
a. Mengetahui seluk beluk tauhid sebagai intinya aqidah yang ter-
kandung dalam Al-Quran dan As-Sunnah, baik tauhid uluhiah yaitu men-
jadikan Allah sebagai Yang berhak disembah dan dipertuhankan. Atau
tauhid Ubudiah yaitu menjadikan Allah SWT yang berhak diibadahi, seba-
gaimana firman Allah; “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada tiap-
tiap ummat seorang rasul (untuk menyerukan); “Sembahlah Allah saja, dan
jauhilah thaghut itu !”, maka di antara mereka ada orang yang diberi petunjuk
oleh Allah dan ada pula orang yang sesat. Maka berjalanlah kamu di muka
24
QS. 9:111
25
QS. An-Nahl/16:97
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -9
26
QS. An-Nahl:36
27
HR. Al-Bukhari & Muslim dari Abu Hurairah RA
28
QS An-Nur:53
29
QS. 13:28
30
QS. Ibrahim:37
31
QS. 4:110
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 10
Apabila ia meminta pasti aku akan memberinya dan apabila ia mohon per-
lindungan pasti Aku melindunginya.”32
b. Menerapkan ikhlas dalam seluruh ibadah dan khusyu’ melaksan-
akannya. Artinya tujuan dan niat kita harus lurus dan sejalan dengan ke-
hendak Allah sebagaimana yang selalu kita ikrarkan; “Sesungguhnya shal-
atku, Ibadahku, hidupku dan matiku hanya bagi Allah, Pengurus semesta
alam.” 33
Ketiga, Memperbaiki akhlaq serta perilaku hidup sehari-hari.
Banyak sekali akhlaq mulia dalam Islam yang belum kita laksana-
kan, yang meliputi;
a. akhlaq terhadap diri sendiri.
b. akhlaq terhadap Allah dan Rasul-Nya dan
c. akhlaq terhadap sesama makhluk.
Dengan jelas Rasulullah SAW menyatakan, bahwa Allah mengu-
tusnya untuk membenahi akhlaq-akhlaq manusia. Inti dari akhlaq ialah
selalu menjaga diri dari syubhat (yang meragukan) dan syahwat yang
selalu dihembuskan syetan la’natullah. Sabda Rasulullah SAW; “Perkara
yang halal telah jelas dan perkara yang haram pun telah jelas, dan di antara ke-
duanya ada perkara yang syubhat dan kebanyakan manusia mengetahuinya.
Barangsiapa yang berhati-hati dari syubhat, maka ia telah memelihara agama
dan kehormatannya. Tetapi barangsiapa yang melakukan syubhat, maka ia ter-
jerumus pada yang haram. Ingatlah, dalam setiap diri ada segumpal daging, ap-
abila ia baik maka baik pula seluruh jasadnya dan apabila ia rusak, maka Binas-
alah jasadnya. Ingatlah bahwa itulah hati.”34
Maka selayaknya kita selalu menjaga seluruh aktifitas kita dari se-
suatu yang syubhat apalagi yang haram, menjaga pandangan kita, pen-
dengaran kita, ucapan kita serta bisikan hati kita dari syahwat yang selalu
menggoda.
Keempat, Menerapkan kehidupan Islami dalam keluarga dan
rumahtangga.
Setelah kita mampu menjaga diri serta membereskan aqidah, ibadah
dan akhlaq pribadi, maka kewajiban kita selanjutnya ialah menjaga kelu-
arga serta kerabat dekat kita agar menjadi muslim kaffah. Hal ini
merupakan tanggung jawab bersama, apapun status yang kita sandang,
apakah sebagai anak, ayah, ibu, suami atau isteri tetap berkewajiban
mengajak keluarga ke dalam kebaikan. Prinsip kita dalam ber-amar
ma’ruf nahi munkar kepada keluarga ini ialah “Lebih baik memaksa mereka
ke dalam surga daripada membiarkan mereka menuju neraka.” Dengan de-
mikian keluarga kita telah menjadi keluarga sakinah (tenteram), mawad-
32
HQR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah RA
33
QS. Al-An’am:163
34
Muttafaq ‘Alaih
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 11
dah (saling menyayangi dalam kebaikan) dan rahmah (penuh kasih sayang
Allah).
Empat aspek ini yang termasuk kurikulum atau tingkatan menuju
muslim paripurna. Insya Allah, dengan mengamalkan seluruhnya akan
lahir generasi yang selalu konsisten terhadap keIslamannya serta ber-
tanggung jawab atas agama yang dianutnya.35
***
3 KESEMPURNAAN
IMAN
Rasulullah SAW bersabda: “Tiga Perkara yang merupakan puncak
nikmatnya iman yaitu; Pertama, orang yang mencintai kepada Allah dan
Rasul-Nya melebihi cintanya kepada orang lain. Kedua, orang yang
mencintai sesamanya karena Allah semata. Dan Ketiga, orang yang benci
kembali kepada kekafiran seperti merasa takut dilemparkan ke dalam
neraka.”
(HR. Al-Bukhari dari Anas RA)
***
Mahabbah atau cinta merupakan amaliah batin yang membuat
manusia terlena dan berani berkorban demi sesuatu yang dicintainya,
sekalipun nyawa taruhannya. Sejak manusia pertama Adam as dan
Hawa, masalah cinta telah membuat kehidupan penuh dengan dinamika
dan keramaian. Kisah Kabil dan Habil merupakan salah satu di antara
sekian banyak peristiwa cinta yang romatis sekaligus mendebarkan.
Keinginan manusia mencurahkan cintanya adalah naluri yang sifatnya
alamiah dan merupakan sunnatullah yang wajar. Sebagaimana firman Al-
lah: “Dihiaskan kepada manusia mencintai syahwat (keinginan nafsu) seperti
perempuan-perempuan, anak-anak dan harta benda yang banyak dari emas,
perak kuda yang bagus, binatang-binatang ternak dan tanaman-tanaman. De-
mikianlah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah adalah tempat kembali
yang sebaik-baiknya.”36
Namun, terkadang orang keliru memilih objek yang dicintai dan
cara mencintai, sehingga tidak sedikit yang terjerumus menjadi korban
cinta yang salah kaprah tadi. Hal ini sebagaimana disinyalir dalam fir-
35
Disarikan dari Limadza Ya’ni Al-Intima-i Al-Islami, Fathi Yakan.
36
QS. 3:14
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 12
man Allah SWT. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik ba-
gimu. Dan boleh jadi pula, kamu mencintai sesuatu padahal ia amat buruk ba-
gimu, Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”37
Ayat ini secara jelas mengemukakan tentang perasaan cinta manusia
yang relatif kebenarannya sehingga salah memilih objek yang dicin-
tainya. Oleh karena itu, ada baiknya bila kita memahami sifat yang layak
kita cintai dan bagaimana mengekspresikan cinta kita kepadanya, supaya
kita tidak terseret arus dan menjadi korban cinta yang buta akan keben-
aran.
Kecenderungan manusia untuk mencintai makhluk sebagaimana
disebutkan pada ayat di atas, menunjukkan bahwa dunia dan segala
isinya merupakan objek cinta yang mudah melekat pada setiap manusia.
Karena Rasulullah SAW mengingatkan ummatnya, akan dampak yang
ditimbulkan bila kita terlalu mencintai dunia, sabdanya: “Akan datang
suatu masa dimana ummat Islam akan diperebutkan dan dikoyak-koyak seperti
hidangan oleh ummat lainnya, padahal jumlah mereka banyak tetapi mereka
seperti busa lautan, hal ini terjadi karena telah terjangkit penyakit”, para
shahabat menanyakan apa penyakit tersebut, Nabi menjawab, “Yaitu cinta
dunia dan takut mati.” 38 Hadits ini menyebutkan bahwa salah satu akibat
dari terlalu mencintai dunia, maka kaum muslimin akan lalai dari tu-
gasnya sebagai hamba Allah yang diciptakan hanya untuk beribadah ke-
pada-Nya. Jadi, cinta seseorang kepada sesuatu yang menjadi kekasihnya
itu dapat membuat dirinya melupakan yang lain selain dirinya. Seba-
gaimana diungkapkan dalam firman Allah SWT yang mengingatkan
manusia agar berhati-hati mencintai sesuatu, “Hai orang-orang yang beri-
man jangan sampai harta dan anak-anak mu melalaikan kamu dari ingat kepada
Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, merekalah orang-orang yang
rugi...” 39
Secara tegas ayat ini menegur kaum mu’minin untuk tetap men-
gingat Allah dan jangan sampai harta dan anak serta perhiasan duniawi
melalaikannya dari dzikir dan mahabbah kita kepada-Nya. Bagaimana
sebenarnya hakikat cinta itu ? Dari penjelasan di atas, kita dapat sedikit
menyimpulkan makna cinta serta konsekuensinya bila kita jatuh cinta.
Lebih jelas lagi, Rasulullah SAW menggambarkan sikap dan karakter
cinta, sabdanya: “Cinta sejati akan terwujud dalam tiga bentuk: Pertama, le-
bih mementingkan perintah kekasihnya daripada perintah yang lain, Kedua, le-
bih mementingkan pertemuan dengan kekasihnya daripada pertemuan dengan
yang lain dan Ketiga, lebih mementingkan mendapat keridlaan kekasihnya dari-
pada keridlaan yang lainnya.” 40
37
QS. 2:216
38
HR. Bukhari
39
QS. 63:9
40
Nashaihul ‘Ibad:76
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 13
man; “Mereka yang berteman satu sama lain karena Aku, berhak memperoleh
cinta-Ku. Dan tiada seorang mu’min yang berserah diri kepada-Ku atas kema-
tian tiga orang anak kandungnya yang belum dewasa, niscaya Allah memas-
ukannya ke dalam surga dengan limpahan karunia dan rahmatnya.”44
Dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang menyinggung masalah
cinta kasih. Di antara orang yang dicintai Allah ialah;
(1) Orang yang shabar 45
(2) Orang yang bersatu dalam jihad fi sabilillah 46
(3) Orang yang adil 47
(4) Orang yang bertawakal kepada-Nya48
(5) Orang yang berbuat baik49
(6) Orang yang taqwa50
Ketiga; ciri yang terakhir dari orang yang mendapat kelezatan iman
ialah mereka yang benci untuk kembali kapada kekafiran dan maksiat
setelah Allah melepaskannya dengan mengabulkan taubatnya, seba-
gaimana dia benci dilemparkan ke dalam neraka. Sikap seperti ini mutlak
dimiliki oleh setiap muslim sejati yang memilih Allah sebagai
kekasihnya. Karena Dia menghendaki dan mencintai orang-orang yang
selalu menjauhi dosa serta membersihkan jiwa. Firman Allah: “Sesung-
guhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu
adalah sebaik-baiknya makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhannya ialah surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah
meridlai mereka dan merekapun ridla kepada-Nya.” 51
Inilah ayat yang mendorong kita untuk selalu berusaha meraih
keridlaan-Nya dengan iman dan amal shalih, supaya kita mendapat
kasih sayang Allah SWT yang tidak ada bandingannya. Dengan tiga
sikap dan sifat di atas, mudah-mudahan kita termasuk salah seorang di
antara mereka yang mendapat kelezatan iman. Amien.
***
44
HQR. Thabrani dari Amr Anbasah RA
45
QS. 3:146
46
QS. 61:4
47
QS. 49:9
48
QS. 3:159
49
QS. 2:195
50
QS. 3:76
51
QS. 98:8
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 15
4
DASAR-DASAR
AQIDAH ISLAM &
KONSEP IBADAH
“Adalah kamu (kaum muslimin) sebaik-baiknya ummat yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada
kebaikan dan mencegah kemunkaran dan beriman kepada Allah.” (QS.
3:110)
***
Max Weber dalam bukunya “The Protestant Ethic And Spirit Of
Capitalism” (Etika Protestan dan Roh Kapitalisme) mengemukakan
tentang terdapatnya kaitan antara afiliasi keagamaan dan stratifikasi so-
sial dengan mendasarkan pada penjelasan akan pengaruh doktrin teologi
pada berbagai sekte keagamaan terhadap etos kerja para pemeluknya.
Beberapa contoh membenarkan teori Max Weber ini. Di antaranya hasil
penelitian Yamamoto Shichihei terhadap pendeta Budha Zen Suzuki
Shashan (1879-1955). Sebagaimana diketahui, Jepang merupakan negara
Timur yang mampu menandingi Barat dalam kemajuan industri dan
perekonomian sehingga mampu menguasai dunia. Ternyata kemajuan Je-
pang sangatlah unik karena kesuksesan yang diraihnya tidak semata-
mata mengikuti dan mengambil unsur-unsur ilmu pengetahuan dan
teknologi Barat, melainkan dengan memelihara dan mendekatkan diri
pada nilai budaya tradisionalnya yaitu sistem kepercayaan Budhisme
Zen. Ajaran Budhisme Zen ini menekankan bahwa dengan niat yang ben-
ar, maka setiap gerak kerja adalah amal budhis sehingga seluruh penga-
nutnya memiliki etos kerja yang bersumber pada nilai-nilai agama, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bisnis.52
Islam adalah agama wahyu yang diyakini dan dianut kebanyakan
ummat manusia dari berbagai etnis dan suku bangsa. Perbedaan warna
kulit dan bahasa tidak menjadi masalah karena semuanya merujuk pada
52
Jurnal U. Q. 1989:23
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 16
satu azas yang telah disepakati yaitu Al-Quran sebagai satu-satunya kit-
ab suci dan dijelaskan dengan Sunnah Nabawiah sebagai interpretasinya.
Kedua konsep ini menjadi sumber hukum dan pedoman hidup setiap
muslim baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun masyarakat
dan bernegara. Inilah yang dimaksud dengan Muslim Kaffah atau muslim
paripurna yang selalu mengaplikasikan kedua azas tadi dalam setiap ak-
tifitas hidupnya.
Al-Quran dan Sunnah telah terbukti sebagai sumber ajaran yang
menganjurkan kerja keras dan optimisme dalam menjalani kehidupan
dunia. Firman Allah;
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” 53
Petikan ayat ini secara tegas mengajarkan optimisme walaupun
tidak dipungkiri adanya konsep taqdir dalam hal ini. Namun jika pema-
haman taqdir diletakkan pada makna yang sesungguhnya, maka akan
sampai pada kesimpulan bahwa Islam menghargai kerja keras dan ke-
sungguhan niat dalam berikhtiar, serta Islam mencela ummatnya yang
hanya berpangku tangan menanti nasib atau hanya bangga dengan
setumpuk konsep tanpa dibuktikan dengan aplikasinya. Dalam sebuah
Hadits dijelaskan; “Allah tidak akan menerima ucapan seseorang melainkan
diiringi dengan amalnya, serta Allah tidak akan menerima ucapan dan amal
melainkan dengan niat, serta Allah tidak akan menerima ucapan, amal dan niat
melainkan harus sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.” 54
Ummat Islam sesungguhnya punya potensi besar seperti yang di-
capai oleh bangsa Jepang sekarang yang juga berangkat dari sistem ke-
percayaannya. Al-Quran menyebut kaum muslimin sebagai ummatan
wasatha, khairul ummah, golongan yang terbaik seperti dijelaskan dalam
firman Allah: “Adalah kamu (kaum muslimin) sebaik-baiknya ummat yang di-
lahirkan untuk manusia, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran
dan ber-iman kepada Allah.” 55
Masalahnya sekarang ialah, sejauh mana ummat Islam memahami
konsep-konsep ini sehingga bisa membawa pada kemajuan dan bisa
meningkatkan etos kerja yang kini pasang surut.
Jika kita memperhatian ayat 11 surat Ar-Ra’du di atas maka sesung-
guhnya ajaran Islam tidak statis, bahkan membantah paham fatalism
(jabariah) dalam masalah predetinations (taqdir). Kemudian dipertegas
dengan beberapa Hadits yang mengisyaratkan bahwa Islam menghargai
ummatnya yang optimis menjalani hidup di dunia.
Dengan beberapa penjelasan ini, ada beberapa hikmah yang harus
kita pahami, bahwa seharusnya setiap muslim memiliki etos kerja yang
53
QS. 13:11
54
HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud RA
55
QS. 3:110
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 17
tinggi dan sikap optimis. Namun mengapa kondisi sekarang justeru se-
baliknya ?
Ada beberapa hal yang menjadi penghambat kemajuan ummat Is-
lam dewasa ini. Salah satu di antaranya ialah masih memandang saktari-
an dan sempit makna ibadah serta ada salah paham dalam menjalankan
konsep ajaran Islam. Golongan tradisional sebagian menganggap ibadah
itu hanya shalat, dzikir di sudut masjid dan berdo’a belaka. Ibadah
dibatasi oleh ruang dan waktu, dan di luar itu sama sekali tidak ada
pengaruhnya dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat. Padahal
antara keduanya memiliki keterkaitan dan merupakan satu kesatuan
yaitu ibadah, sebagaimana firman Allah; “Tidak ada kebaikan pada bisikan
mereka kecuali bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah
atau berbuat kebaikan atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan
barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridlaan Allah maka kelak
Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.” 56
Dalam hal ini, seluruh aktifitas manusia bisa bernilai ibadah dan
disediakan pahala yang besar apabila diiringi niat mencari keridlaan Al-
lah. Karenanya niat atau motivasi merupakan faktor yang dapat membe-
dakan satu perbuatan bernilai ibadah atau tidak, bukan masalah jenis
perbuatannya. Sabda Rasulullah SAW; “Sesungguhnya sah atau tidak suatu
amal itu tergantung pada niat. Bagi setiap orang akan menerima balasan sesuai
dengan apa yang telah diniatkannya. Maka barangsiapa berhijrah dengan niat
semata-mata karena Allah dan Rasul-Nya, pastilah diterima di sisi Allah dan
Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena keuntungan duniawi, maka
dia akan mendapatkannya. Serta barangsiapa yang berhijrah karena wanita, dia-
pun akan mendapatkannya. Adalah hijrah itu sesuai dengan niatnya.” 57
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah mengemukakan konsep ibadah seba-
gai penafsiran dari QS. Adz-Dzariyat:56 yaitu segala bentuk aktifitas
manusia yang dicintai Allah dan yang diridlai-Nya baik dalam bentuk
ucapan maupun perbuatan lahir dan batin. Definisi ini bersifat universal
sehingga memungkinkan kita memasukkan berbagai macam aktifitas
manusia setiap saat.
Lebih rinci lagi definisi yang dikemukakan Ibnul Qayim seorang
tokoh salaf, bahwa ibadah memiliki lima belas kaidah. Dengan penjelas-
an antara lain; Ibadah meliputi tiga aktifitas, yaitu (1) hati, (2) lisan dan
(3) anggota badan. Setiap aktifitas ini masing-masing memiliki lima
hukum yaitu; (1) Wajib, (2) Sunnah, (3) Mubah, (4) Makruh dan (5)
Haram. Contohnya, lisan dikenai oleh wajib menyampaikan yang haq
dan dikenai haram mengucapkan dusta, dan seterusnya. 58
56
QS. 4:114
57
HR. Al-Bukhari dari Umar Bin Khattab RA
58
Al-Fawaid:37
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 18
***
59
QS. 51:56
60
Syahadat, Shalat, Zakat,Puasa dan Haji
61
Iman kepada Allah,Malaikat,Kitab,Nabi, Hari Akhir dan Qadla/Qadar
62
QS. 28:77
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 19
5 WASPADA TERHADAP
SYIRIK
65
QS. Al-Ikhlas: 1-4
66
Tafsir Al-Maraghi X/30:267
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 21
kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami ke-
pada Allah dengan sedekat-dekatnya.” 67
Keempat; Syirik Taqlid, yaitu melakukan upacara atau penyembahan
tertentu karena mengikuti atau melestarikan nenek moyang walaupun
bertentangan dengan akal dan syara’. Seperti upacara yang dilakukan
oleh kaum watsaniah.
Kelima; Syirik Asbab, ialah meyakini adanya penyebab selain Allah
dan menyandarkan segala kejadian kepada selain Allah. Misalnya masih
ada keyakinan bahwa sapi merupakan binatang suci pembawa (penye-
bab) berkah.
Keenam; Syirik Aghrad, yaitu apabila melakukan suatu perbuatan
mengharap maksud selain dari Allah SWT atau disebut syirik niat. Sep-
erti melaksanakan puasa tertentu dengan niat untuk mendapat jodoh dan
lain-lain.
Kemudian secara garis besar, Al-Qasimi mengklasifikasikan bentuk
syirik menjadi:
1. Syirik Fil af’al; ialah bentuk syirik yang merupakan perbuatan ang-
gota badan seperti membungkukkan badan ketika menyembah berhala
dan sebagainya.
2. Syirik Fil Aqwal; ialah menyekutukan Allah dengan perkataan atau
ucapan baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya ber-
sumpah dengan selain nama Allah dan sebagainya.
3. Syirik Fil Iradah wan Niah; berupa syirik dalam hati yang seringkali
tidak terasa kita melakukannya, misalnya riya (ingin diperhatikan
manusia), sum’ah (ingin didengar orang) atau berbentuk keyakinan ter-
hadap kekuatan selain Allah.68
Beberapa contoh di atas hanyalah contoh kecil dari sekian banyak
syirik yang masih dianut dan dilakukan masyarakat kita. Terkadang se-
cara tidak disadari, masih ada beberapa unsur syirik yang masih melekat
pada kita.69
Demikianlah bahaya dan ancaman syirik yang bertebaran pada
masyarakat kita dan meracuni aqidah ummat Islam yang masih awam
dalam ketauhidannya. Padahal kemurnian tauhid serta keimanan
merupakan jaminan utama sebuah negara aman sentosa, sebagaimana
firman Allah SWT: “Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa
pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.
Tetapi bila mereka mendustakan (ayat-ayat) Kami, maka Kami siksa mereka dis-
ebabkan perbuatannya.” 70
67
QS. 39:3
68
Mahasinut Ta’wil V:212
69
Apabila anda ingin mendalami lebih jauh syirik-syirik tersembunyi ini bisa dikaji
pada buku “Parasit Aqidah; Selintas Perkembangan dan sisa-sisa Agama Kultur”
Karya A. D. Elmarzdedeq terbitan Yayasan Ibnu Ruman Bandung
70
QS. 7:96
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 22
***
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 23
6 KONSEP TAQDIR
Suraqah datang kepada Nabi SAW, lalu berkata: Ya Rasulallah, apakah kita
akan beramal hari ini dengan apa yang telah ditulis qalam dan telah kering
tintanya serta berdasar taqdir dari Allah ataukah terhadap apa yang akan ter-
jadi? Nabi Menjawab: “Kita beramal sekalipun telah tertulis dengan qalam dan
telah ditaqdirkan.” Suraqah berkata: Kalau begitu untuk apa kita beramal? Nabi
menjawab: “Beramallah, setiap orang dimudahkan dengan apa yang telah dicip-
takan untuknya.(HR. Muslim dari Jabir)
***
Sudah lama perbedaan pendapat masalah taqdir dibahas dan dicari
penyelesaiannya oleh para ulama, namun selalu saja mendapat jalan
buntu dan belum dapat terselesaikan. Masalah taqdir merupakan sesuatu
yang esensil dalam Islam, karena salah satu dalam rukun iman itu adalah
meyakini taqdir Allah yang baik dan jelek. Dengan demikian para ulama
tidak pernah berhenti mengungkap rahasia-rahasia taqdir ini sesuai
dengan kemampuan mereka. Dr. Abdullah Nashih Ulwan, seorang
ulama terpandang di Universitas King Abdul Aziz Jeddah menulis se-
buah buku khusus tentang taqdir ini "Af'al Al-Insan bain Al-Jabr wa Al-
Ikhtiar" yang diterjemahkan oleh GIP menjadi "Jawaban Tuntas Masalah
Taqdir.” Benarkah dengan membaca buku ini masalah taqdir jadi selesai?
Jawabnya, belum, namun setidaknya keberadaan buku ini menambah
khazanah pemikiran teologi Islam sekaligus membuka satu jalan keluar
bagi penyelesaiannya.
Memang, ketika membicarakan masalah taqdir ini, kita harus lebih
berhati-hati, karena sedikit saja kita le-ngah, tidak mustahil kelalaian itu
membawa kepada kemusyrikan. Pernah suatu malam Rasulullah SAW
datang ke rumah Ali, lalu beliau bertanya: "Apakah kamu sudah shalat?"
Ali menjawab: "Wahai Rasulullah, jiwa kami ada dalam genggaman Allah,
apabila Allah menghendaki, tentulah kami dibangunkan-Nya untuk shalat.”
Mendengar jawaban Ali, Rasulullah SAW meninggalkannya tanpa
berkata-kata. Sambil keluar Nabi memukul pahanya sambil membacakan
ayat: "Dan adalah manusia lebih banyak berdebatnya.” Demikianlah sikap
Rasulullah SAW ketika mempermasalahkan taqdir, beliau lebih baik
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 24
71
QS. 22:70
72
HR. Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash
73
QS 28:68, lihat juga QS. 4:90, QS. 6:137, QS. 14:27.
74
QS 25:2
75
t.th.:55
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 25
dua perbuatan. Sebagai contoh, seorang berada di antara dua jalan, jalan
pertama sangat berbahaya dan jalan kedua tidak berbahaya. Jika Allah
telah menentukan dia memilih jalan pertama, apakah ikhtiar masih ber-
laku? Sebelum menerapkan makna taqdir dan ikhtiar pada contoh di
atas, harus dipahami dulu beberapa faktor yang memperjelas masalah
ini.
Pertama, Allah memang telah menulis qadar dan pilihan seseorang,
tetapi manusia tidak mengetahui putusan yang telah Allah tulis berdasar
kemaha tahuan-Nya itu.
Kedua, Allah SWT memberikan penjelasan tentang perbuatan dan
akibat-akibatnya melalui para Rasul. Firman Allah: "Mereka Kami utus se-
bagai Rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada
alasan bagi manusia membantah Allah setelah diutusnya rasul-rasul itu.” 76
Ketiga, Secara syara', Allah SWT menyuruh manusia beramal baik
dan memilih jalan yang selamat sesuai dengan kemampuannya. Ia
mendapat pahala dari kebaikan yang diperbuatnya dan ia mendapat
siksa dari kejahatan yang dilakukannya.77
Keempat, berdasarkan kenyataan yang terjadi, sesungguhnya
manusia tidak menyadari bahwa dirinya telah ditentukan untuk melak-
ukan perbuatannya, karena mereka diberi akal untuk menimbang dan
memutuskan.
Keempat faktor ini mempermudah dalam memahami taqdir dan
ikhtiar. Maka pada contoh di atas bisa dijelaskan sebagai berikut: kepu-
tusan yang ia ambil sebagai ikhtiar, sekaligus taqdirnya. Dia memilih
(ikhtiar) jalan pertama, itulah taqdirnya. Sehingga kalau kedua-duanya
adalah taqdir, maka tentu seharusnya memilih jalan yang selamat.
Dikisahkan dalam Al-Bukhari, suatu ketika Umar bin Khathab dan
shahabat lainnya hendak ke Syam. Di tengah perjalanan mereka bertemu
dengan pasukan yang baru pulang dari Syam dan mengabarkan bahwa
di Syam sedang dilanda wabah penyakit tha’un. Maka Umar memu-
tuskan untuk kembali ke Madinah. Tapi Abu Ubaidah menolak dengan
mengatakan: "Tidakkah kita lari dari taqdir Allah?" Umar menjawab:
"Kita lari dari taqdir Allah ke taqdir Allah yang lain. Bukankah jika kamu
menggembalakan untamu dan melihat dua lembah yang satu subur dan satu
lagi kering, kamu memilih yang subur. Karena masing-masing keputusan ada-
lah taqdir.”
Kisah lainnya, Umar akan menghukum seorang pencuri dengan po-
tong tangan. Lalu pencuri itu membela: "Aku mencuri karena taqdir Allah"
kemudian Umar menghukumnya dengan cambukan tiga puluh kali dan
76
QS 4: 165
77
QS 2:286
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 26
78
Hasbi 1986:107
79
QS. 57: 22-23
80
HR. Muslim
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 27
7 PERISTIWA
RABI’UL AWAL
85
QS. Al-Ahzab:21, QS. Al-An’am:90
86
QS. Al-An’am:130-131
87
QS. Al-Ankabut:64
88
QS. An-Nisa:165.
89
hlm.16
90
Lihat kolom “Maulid Nabi SAW”
91
Lihat At-Tahdzir Min Al-Bida’, 1400 H: 3-6
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 29
8 AGENDA INTERNAL
UMMAT
96
Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok, Dr. Musthafa as-Siba’i, 1992
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 33
97
QS. 2:24
98
QS. 2:85
99
QS. 59:21
100
QS. 36:69
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 34
terhadap Al-Quran dan Sunnah yang benar dan lurus, sebagaimana fir-
man Allah; “Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali (agama) Allah
dan janganlah kamu bercerai berai. Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, maka Allah menjinakkan antara hati
kamu, lalu jadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka. Lalu Allah menyelamatkan kamu dar-
inya. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya agar kamu
mendapat petunjuk.” 101
Tafarruq (perpecahan) ini bermula dari perbedaan konsep ibadah
yang sebenarnya masalah furu’iah (bukan ushul/ aqidah) dan sifatnya
ijtihadi (interpretasi). Tetapi kenyataannya menjadi sumber perpecahan
yang maha dahsyat. Kemudian terjadilah sikap saling curiga dan ber-
musuhan antar golongan/organisasi tanpa pandang bulu, sehingga
ukhuwah Islamiah tak kunjung terwujud bahkan semakin kronis men-
jalar di tubuh ummat Islam.
B. Faktor Eksternal
Adapun faktor eksternal, berupa faham dari luar yang meng-
gerogoti aqidah ummat Islam sebagai akibat dari lemahnya kondisi in-
tern di atas seperti sekularisme, kristenisasi, westernisasi, imperialisme,
feodalisme atau kapitalisme serta faham lainnya yang menerapkan
strategi Ghazwul Fikri (Invasi Pemikiran) untuk mengacaukan dan mera-
cuni pemikiran ummat dari dalam sehingga terbentuk ummat Jahiliah
Qarnul ‘Isyrin (Jahiliah Abad XX), meminjam istilah Muhammad Qutb.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh musuh Islam sebagaimana
yang ditulis Prof. Abdurrahman Habankah dalam bukunya “Ajihatul
Maktris Tsalatsah Wa khawafiha.” (Metode Merusak Akhlaq dari Barat)
antara lain;
Langkah Pertama, merusak ajaran Islam dari segi aqidah, ibadah,
etika dan akhlaq di antaranya dengan mengacaukan dan mencemarinya
(tasywih).
Kedua, memecah belah kaum muslimin dengan sukuisme dan nas-
ionalisme sempit.
Ketiga, menjelek-jelekkan Islam dan ummatnya sekarang dan
mengaburkan sejarah tempo dulu.
Keempat, menyebarkan opini publik bahwa kemajuan itu hanya
dapat dicapai dengan meninggalkan ajaran Islam.
Pada Konferensi Missionaris V, Zummer -seorang missionaris
Kristen mengatakan; “Kerja kita hari ini tidak mengkristenkan ummat Islam,
tetapi menjauhkan mereka dari Al-Quran dan Sunnah. Jadikan mereka tidak
bangga dengan Nabi Muhammad SAW dan jauhkan mereka dari sejarah ummat
Islam. Jadikan mereka malu mengakui keIslamannya, buatlah mereka jauh dari
ulama mereka.”
101
QS. 3:103
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 35
9 ASAS-ASAS
UKHUWAH
“Sesungguhnya orang-orang mu’min itu
bersaudara, maka baiklah antara saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah
supaya kamu
mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat:10)
***
MUKADIMAH
Ukhuwah Islamiah, sebuah istilah yang tidak asing lagi. Setiap for-
um dan kegiatan selalu menggunakan istilah ini untuk merangkul orang
lain. Bisa jadi ukhuwah diselewengkan maknanya untuk kepentingan-
kepentingan pihak tertentu. Namun, pernahkah kita menganalisa kem-
bali, sejauh mana penggunaan istilah ini dalam kamus ‘daulah Islamiah’
baik pada masa Rasulullah SAW dan para shahabatnya atau masa
keemasan khilafah Islamiah, sehingga maknanya menempati proporsi
yang sesungguhnya, tidak kabur atau disalah artikan.
Dari kajian-kajian berdasarkan Al-Quran maupun as-Sunnah, kita
akan memahami lebih mendalam karakteristik dan asas (dasar-dasar)
ukhuwah yang telah diterapkan serta dibina oleh Rasulullah SAW, juga
oleh simbol ukhuwah yang paling masyhur, yaitu shahabat Muhajirin
dan Anshar.
Allah SWT telah meneguhkan kedudukan Islam bagi generasi per-
tama dari ummat ini, yaitu generasi shahabat. Mereka berhasil dalam
meyakini syari’at Islam, melahirkan jiwa manusia sesuai metode Islami,
dan dalam membukhulkan Islam sebagai dasar persatuan mereka.
Kemudian mereka maju, beramal dengan landasan Islam untuk
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 37
105
QS. An-Nur 55
106
HR. Muslim dari Abu Hurairah RA
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 38
Merujuk pada ayat Al-Quran serta Hadits Rasulullah SAW dan juga
atas para Shahabat salafussalih, ada lima hal yang menjadi dasar-dasar
ukhuwah Islamiah, antara lain:
1. Iman, tauhid dan berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah
Landasan pertama dan utama dalam ukhuwah Islamiah ialah; kei-
manan yang terpatri kuat pada setiap pribadi muslim dan aqidah yang
lurus terhadap Allah SWT, serta menjadikan Rasulullah SAW sebagai tel-
adan yang baik. Tauhid adalah pendorong yang menggerakkan setiap
muslim menuju tujuan yang lurus dan menjadi pemandu arah, jangan
sampai menyimpang apalagi berbalik arah. Apabila aqidah itu telah tim-
pang ataupun lemah di hati, maka daya dorongnya pun lenyap sehingga
seorang Muslim tidak akan mampu meraih tujuannya bahkan menjadi
sesat dan menyesatkan. Pada kondisi ini, kadang kala ia mengingat Allah
dan kadang berpaling jauh. Kalau imannya masih ada maka ia akan kem-
bali kepada Allah, tapi jika hilang, maka syetanlah yang akan men-
ariknya jauh dari kebenaran. Allah SWT berfirman “Sesungguhnya orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itulah sebaik-baiknya
makhluk.” 107
Aqidah adalah suatu keyakinan yang meresap di hati, kemudian
memantul dalam bentuk amal perbuatan. Aqidah yang benar akan me-
lahirkan bekas yang tampak, dan inilah bukti kebenaran pengakuan
iman. Ukuran kebenaran iman serta aqidah ini adalah Al-Quran dan
Hadits, sebagaimana firman-Nya: ”Dan berpeganglah kamu semuanya ke-
pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepada kamu ketika dulu bermusuhan maka Allah mempersatukan
hatimu. Dan dengan nikmat-Nya, jadilah kamu bersaudara.” 108
2. Cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan sesama Muslim.
Landasan ukhuwah yang tidak kalah pentingnya ialah cinta kasih
yang tumbuh dari kesadaran serta tanggung jawab. Cinta kepada Allah
dan Rasul-Nya ialah dengan selalu memperhatikan setiap kehendak-Nya,
karena cinta yang sejati menuntut pengorbanan yang tidak ringan. Fir-
man Allah: ”Hai orang-orang yang beriman, jika kamu ada yang murtad, Al-
lah akan mendatangkan satu kaum yang Dia cintai dan mereka mencintai-Nya,
lemah lembut kepada sesama muslim serta keras kepada orang-orang kafir, berji-
had di jalan Allah, tidak takut celaan. Itulah karunia Allah kepada yang Dia ke-
hendaki.” 109
Di antara bukti kecintaan itu adalah sikap saling percaya dan loyalit-
as yang kuat kepadanya. Jika benih-benih cinta kepada Allah, Rasul-Nya
serta sesama muslim benar-benar terhujam kuat, maka janji Allah, akan
terwujud ukhuwah yang melahirkan kemenangan. Firman Allah:
107
QS. Al-Bayinah:7
108
QS. 3:103
109
QS. 5: 54
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 39
ing rendah adalah berlapang dada, bersih hatinya dari iri dan dengki,
sedangkan tingkatan cinta yang paling tinggi adalah itsar, yaitu selalu
mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya
sendiri.
Keempat asas di atas saling terkait satu sama lainnya dan harus
terpadu dalam pribadi muslim dengan sempurna agar lahir ukhuwah Is-
lamiah dalam arti sesungguhnya. Karena mewujudkan ukhuwah Islami-
ah adalah kewajiban setiap muslim, dan jika tidak dilaksanakan, Allah
SWT sangat mengecamnya. Rasulullah SAW menegaskan: “Hendaklah
kamu meluruskan barisanmu, atau nanti Allah merubah bentuk-bentuk wajah-
mu.” 116
“Dia-lah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para
mu’min, dan Yang telah mempersatukan hati orang-orang yang beriman.
Walaupun kamu membelanjakan semua kekayaan yang ada di muka bumi, nis-
caya kamu tak akan bisa mempersatukan hati mereka. Akan tetapi Allah telah
mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bi-
jaksana.” 117
***
116
HR. Al-Bukhari, Muslim dari Abi Abdullah
117
QS.Al-Anfal:62-63.
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 41
1
DA’WAH ;
MENEBAR SUNNAH
MENANGKAL BID’AH
“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan Taatilah Rasul-Nya dan
Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sun-
nah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Yang de-
mikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (QS. 4:59)
***
Banyak di antara kita -kaum muslimin, jika mendengar kata
“bid’ah” langsung tutup kuping. Ada juga orang yang phobi terhadap
istilah yang satu ini walaupun mereka terkenal seorang da’i atau ulama,
sehingga ketika melihat perbuatan yang sudah jelas menyalahi ketentuan
syari’at Islam, mereka tidak berani menegur atau memperingatkan bah-
wa hal itu termasuk bid’ah yang dilarang. Inilah sedikit illustrasi bahwa
opini masyarakat terhadap kata “bid’ah” cukup negatif, bahkan diang-
gap sebagai penghalang terwujudnya ukhuwah Islamiah yang sekarang
menjadi tema sentral era kebangkitan Islam.
Apa sebenarnya istilah yang menyeramkan ini ? Patutkah kita
menghapusnya dalam kamus da’wah, sehingga dengan demikian
ukhuwah Islamiah dalam konteks lain tetap utuh dan berjalan mulus ?
Beberapa ulama kita ada yang memandang bahwa memvonis suatu
masalah agama dengan ungkapan bid’ah termasuk menyalahi metoda
da’wah yang seharusnya dengan lemah lembut atau dengan hikmah dan
mau’idzah hasanah. Benarkah demikian ?
Uraian dalam tulisan ini dimaksudkan untuk mengungkap apa dan
bagaimana pengertian bid’ah yang sesungguhnya serta meluruskan
persepsi yang keliru tentang penerapan kata “bid’ah” dalam masalah
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 42
120
Al-Bid’ah Fil ‘Aqidah Wat-Tashawuf 1993:9-11.
121
lihat juga QS. 46:9, QS. 2:177, QS. 6:101
122
At-Ta’rifat, Al-Jarjany:43
123
1990:30, semakna dengan definisi As-Syathiby.
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 44
124
Saiful Qathi’ Nin-Niza, Muhammad Al-Marzuq Ibnu Abdil Mu’min Al-Fallaty:125.
125
HR. Ahmad dari Irbadh Bin Sariah
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 45
membenci Sunnahku sungguh dia bukan dari golonganku.”129 Dari Hadits ini
bisa difahami bahwa ibadah dan amal shalih tidak bisa sekehendak hati
dan perasaan, karena banyak juga perbuatan yang tidak sejalan dengan
kehendak hati tetapi termasuk amal shalih. Maka dalam hal ini keimanan
kita harus mantap agar perbuatan kita tidak sia-sia.
Hal ini terjadi karena beberapa faktor;
Pertama, ingin lebih (baik) dalam melaksanakan Ibadah dan kedua,
Ingin merasa ringan dalam ibadah. Kedua faktor ini diakibatkan oleh
ketidak tahuan terhadap Al-Quran, As-Sunnah dan dalil syara’ serta
ilmu pendukungnya, disamping karena taqlid buta dan mengikuti hawa
nafsu.130
Ihya as-Sunnah dan Kewajiban Da’i
Adalah menjadi tugas setiap muslim untuk menyerahkan jiwa
raganya fisabilillah dalam rangka menegakkan kalimatullah setinggi-ting-
ginya, dan inilah yang membuat ummat Islam unggul di atas ummat
lainnya sehingga mereka berhak mendapat julukan ummatan wasathan,
khairul ummat atau ummat yang terbaik.131
Maka dalam rangka Amar Ma’ruf Nahi Munkar inilah, selayaknya
setiap muslim menyadari untuk menjalankan kewajibannya ini sesuai
dengan kemampuannya serta mengetahui sikap yang harus diambil
ketika menghadapi rintangan da’wah dan penyakit-penyakit ummat se-
tiap saat. Bid’ah merupakan penyakit ummat yang paling kronis mewa-
bah ummat pada setiap masa. Adapun sebagai upaya menangkalnya ia-
lah dengan gerakan Ihya as-Sunnah sebagai lawan bid’ah dan merupakan
metode Rasulullah SAW serta para Salaf as-Shalih baik shahabat maupun
para ulama. Ihya as-Sunnah berarti menghidupkan kembali Sunnah, mak-
sudnya menjalankan setiap tapak lacak kehidupan Rasulullah SAW
dalam seluruh perilaku setiap muslim. Dengan demikian pintu bid’ah
akan tertutup dan tidak mendapat kesempatan mengganggu kehidupan
ibadah ummat Islam. Namun, bukan berarti perbuatan bid’ah tersebut
hilang sama sekali, karena selama syetan menghembuskan bisikannya,
maka bid’ah akan terus hidup dan mengintai kehidupan Sunnah. Sabda
Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya syetan telah putus asa mengajak kalian rela menyem-
bahnya, tetapi dia akan terus menyesatkan kalian dengan jalan lain, yaitu meru-
sak amal-amal kalian. Maka berhati-hatilah, aku tinggalkan bagi kalian apa
yang tidak akan menyesatkan jika kalian pegang teguh selamanya yaitu Kit-
abullah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi-Nya.”132
129
Al-Bukhari III: 237
130
Al-Bid’ah 1993:24.
131
QS. 3: 110
132
HR. Al-Hakim dari Ibnu Abbas
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 47
1 ESENSI DA’WAH
Panduan Praktis Para Da’i
"Dan katakanlah, bekerjalah! Maka Allah, Rasul-Nya dan orang-orang
Mu'min akan melihat amal kamu dan kamu akan dikembalikan ke alam
ghaib dan alam syahadah. Kemudian Allah akan memberitahukan tentang
apa yang telah kalian kerjakan"(QS. At-Taubah: 105)
***
Sejalan dengan munculnya kesadaran kaum muslimin akan pent-
ingnya kebangkitan Islam dewasa ini, maka upaya ke arah pemantapan
da’wah dan strateginya mutlak diperlukan. Kesadaran inilah yang dapat
menyingkap tabir tipu daya dan konspirasi musuh Islam dan antek-
anteknya. Dampaknya semakin nyata de-gan munculnya yel-yel dan
gema pembebasan kaum muslimin dari berbagai pengaruh penjajahan.
Di mana-mana terdengar seruan untuk berjuang dan berjihad. Demikian
pula seruan untuk menegakkan daulah Islamiah dan mengembalikan
khilafah Islamiah yang dapat merebut kembali setiap tanah kaum
muslimin yang dirampas, terutama bumi Palestina dan Masjidil Aqsha
serta menyelesaikan problema ummat Islam Bosnia Herzegovina. Sebab,
dengan tegaknya khilafah Islamiah, nyawa, kehormatan dan tanah serta
harta kaum muslimin dapat terlindungi. Bahkan dengan daulah Islamiah,
136
Talbisu Iblis, 14.
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 49
Nya, tidak seorangpun dari umatku yang mendengar da’wahku, baik seorang
Yahudi atau Nasrani, kemudian ia mati dengan tidak beriman kepada risalahku,
maka ia akan menjadi penghuni api neraka.” 139
3. Mengajarkan masalah-masalah agama dan dunia kepada setiap orang.
Urusan keagamaan yang harus diajarkan oleh seorang da’i, secara
ringkas ada tiga;
a. Mengajarkan tauhid, “Maka ketahuilah, sesungguhnya tidak ada
Tuhan selain Allah.”140
b. Mengajarkan cabang-cabang iman. Dalam sebuah hadits
dijelaskan tentang rincian dari iman: “Iman adalah, engkau beriman kepada
Allah, Malaikat, Kitab, para Rasul, hari akhir dan engkau beriman kepada qadla
dan qadar”.
c. Mengajarkan rukun Islam, makna ihsan, dan menjelaskan halal
dan haram.
Sedangkan urusan keduniaan yang harus diajarkan sangatlah ban-
yak, semuanya bersumber dari dua prinsip dalam Islam, yaitu al-mashla-
hah al-mursalah dan saddudzari’ah. Dalam arti, kaidah seorang da’i dalam
menilai suatu urusan keduniaan yang tak ada nashnya dalam agama,
baik tentang halal atau haramnya adalah, jika mendatangkan maslahat
bagi umat manusia maka hukumnya halal. Tetapi jika sebaliknya jika
mendatangkan madarat, maka hukumnya menjadi haram.
4. Mendorong manusia untuk melakukan kebajikan.
Kewajiban ini merupakan tugas da’wah yang paling asasi, karena
melakukan kebajikan dalam hidup akan membuat hidup manusia aman
tenteram, terbebas dari rasa cemas dan takut, dan sebagai upaya untuk
memberantas kejahatan dan permusuhan. Oleh karena itu maka Allah
memerintahkan orang-orang mu’min untuk berbuat kebajikan: “Wahai
orang-orang yang beriman, ruku’ dan sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan
berbuat baiklah, semoga kamu beruntung.” 141
5. Menumbuhkan loyalitas terhadap Islam dalam hati umat manusia.
Loyalitas terhadap Islam berarti merasa bangga sebagai seorang
muslim. Bukan sekedar bangga dengan nama Islamnya, tetapi bangga
dengan mengerjakan ajaran-ajaran Islam. Konsekwensi dari kebanggaan
ini adalah menanggalkan rasa bangga dari selain Islam, baik harta, kelu-
arga, kemashuran dan sebagainya, yang biasa dijadikan sumber kebang-
gaan oleh orang-orang yang lupa bahwa semua itu hanyalah sementara.
Sedangkan kebanggaan dengan Islam, berarti bangga dengan Allah,
ajaran dan Kitab-Nya akan abadi. Bukan saja akan terasa berkahnya di
dunia, tetapi juga pahalanya di akhirat kelak.
139
HR. Muslim dari Abu Hurairah.
140
QS. Muhammad: 19
141
QS. Al-Hajj: 77
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 51
wajiban, syarat dan akhlaqnya. Untuk itu nilai-nilai Islam harus diter-
angkan dengan sejelas-jelasnya, mendalam dan menyeluruh, dengan
pemahaman yang menyentuh segala aspek yang terjadi di sekelilingnya.
Ciri utama dari fase ini adalah sifatnya yang umum, diarahkan ke-
pada semua orang yang sudah melewati fase tamhidi. Sebab setiap orang
harus mengetahui Islam secara benar, jelas dan mendalam.
Hal-hal yang harus dilakukan seorang da'i pada fase ini secara
umum adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan ushulul Islam dan kaidah-kaidahnya.
Yang termasuk ushulul Islam adalah al-Qur'an, Sunnah termasuk di
dalamnya Sirah nabawiah, ijma, qiyas, jalbul mashalih dan daf'ul mafasid.
Sedang kaidah-kaidah Islam mencakup: iman, Islam, ihsan, kead-
ilan, amar ma'ruf, nahyi munkar dan berjuang di jalan Allah.
2. Menafsirkan nash-nash Islam (al-Qur'an dan Sunnah) dengan penafsir-
an yang sesuai dengan dinamika zaman dan lingkungan di mana ia hidup dan
berjuang.
Dengan demikian seorang da'i -yang berarti seorang ulama, dituntut
untuk selalu melihat kembali penafsiran-penafsiran lama terhadap nash,
dengan analisa yang tajam terhadap seluruh dilalah nash, agar ia bisa
membawa kehidupan manusia sejalan dengan nilai, dan akhlaq Islam.
Tentu saja dengan syarat tidak berlebihan dalam menafsirkan nash.
Di antara kaidah-kaidah menafsirkan ayat antara lain adalah sesuai
dengan kaidah-kaidah bahasa Arab (nahwu, sharaf dan fiqih lugah), dilalah
lafadl dan ibarah, menafsirkan al-Qur'an dengan hadits, mengetahui asb-
abun nuzul dan nasakh-mansukh. Sedangkan untuk menafsirkan hadits
harus sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab dan merujuk kepada ri-
jal dan ulama hadits yang tsiqat.
3. Memerangi syubuhat dan kebohongan-kebohongan tentang Islam.
Ketidakmampuan seorang da'i dalam melaksanakan kewajiban ini
akan memalingkannya dari tanggung jawab da'wah, lebih dari itu akan
menggoncangkan keimanan dan loyalitasnya terhadap Islam. Untuk itu
seorang da'i dituntut untuk cerdas, sehingga dengan cara-cara yang met-
odologis dan mujadalah billati hiya ahsan bisa membedakan mana yang
benar dan mana yang batil.
4. Mengenali hambatan-hambatan da'wah dan menghilangkannya.
Hambatan-hambatan ini di antaranya dibuat musuh-musuh Islam
untuk merintangi jalannya da'wah. Hambatan ini ada yang bersifat
pribadi dan ada yang bersifat jama'ah. Yang bersifat pribadi ini bisa
dalam bentuk menakut-nakuti atau mengancam seorang Muslim agar
tidak melaksanakan amal islami; sedang yang bersifat jama'ah di ant-
aranya mencampakan label-label negatif kepada jama'ah yang melaksan-
akan ajaran-ajaran Islam. Seperti misalnya masyarakat yang terbelakang,
fanatik, fundamentalis, teroris dan banyak lagi istilahnya. Semua itu
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 54
dalam makan, minum, pakaian, urusan rumah tangga, dan seluruh kegi-
atan kesehariannya.
c. Mempunyai pengetahuan dan kebudayaan Islam yang mendalam.
Pengetahuan dan kebudayaan ini mencakup:
• Menguasai betul kondisi dunia Islam, baik menyangkut sosial,
politik, ekonomi dan pemikiran. Bagian dunia Islam yang paling
penting tentu saja negerinya sendiri.
• Memahami betul segala problematika yang sedang dihadapi oleh
dunia Islam. Mengenali sebab-sebab, akibat-akibat, mempelajari dan
mencarikan pemecahannya.
• Mempelajari masalah-masalah minoritas Muslim, dari segi kondisi,
problematika dan kebutuhan-kebutuhannya, serta diusahakan pe-
mecahannya.
• Mempelajari gerakan-gerakan reformasi yang terjadi di dunia Islam
dan mengambil pelajaran darinya.
4. Mempunyai pengalaman praktek lapangan yang luas.
5. Mempunyai kepribadian yang berdimensi banyak, dalam arti
cakap dalam banyak hal.
Ada dua muqadimah yang melandasi keterdesakan umat untuk
melakukan pembinaan:
a. Kondisi umat yang tak berdaya dalam menghadapi arus ke-
hidupan, maka diperlukan pembinaan sehingga umat mempunyai arus
dan gelombangnya sendiri.
b. Ilmu dalam pandangan syariat itu terbagi dua: fardu 'ain dan
fardu kifayah. Yang pertama dituntut dari setiap Muslim dalam bentuk
ilmu-ilmu syariat, dan kedua diperlukan umat untuk bisa mengurusi
persoalan-persoalan duniawi dan agama. Kelalaian umat dalam melak-
sanakan dua kewajiban ini menjadikannya terbelakang dari segi
peradaban: segala barang-barang kebutuhan hidupnya diproduksi
bangsa lain dan karenanya menjadi sangat tergantung kepada orang lain.
Dan karenanya umat Islam tetap terbelakang dari segi budaya.
Dari tiga muqadimah ini, pembinaan kepribadian Muslim mencak-
up tiga bidang: bidang kebudayaan (tsaqafah), kepribadian (khasaish) dan
komitmen (iltizam).
a. Budaya. Pembentukan budaya ini terfokus pada empat hal:
1. Ilmu-ilmu keislaman.
-Sebelum menguasai ilmu-ilmu yang lain seorang Muslim dituntut
untuk mempelajari ushul al-tsalasah (ma'rifat kepada Allah, Rasul dan Is-
lam). Ini merupakan Sunnah Rasul dalam metode pendidikannya ter-
hadap para Sahabat. Karena Rasul mengajarkannya sebelum menga-
jarkan al-Qur'an itu sendiri, seperti yang disinyalir sebuah Hadits yang
diriwayatkan oleh Ibn Umar ra.
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 57
Ada dua bentuk ibadah yang bisa mendidik ruh: 1) ibadah fardu
seperti, thaharah, shalat, puasa, zakat dan haji; dan 2) ibadat dalam
artinya yang luas, yang mencakup segala aktifitas manusia, dari yang
dilaksanakan dan ditinggalkannya, bahkan seluruh perasaan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hasil akhir yang bisa dicapai dari pendidikan ruh ini adalah: 1)
memperkuat hubungan manusia dengan Allah; 2) memperbaiki
hubungan manusia dengan dirinya sendiri; 3) memperjelas hubungan
manusia dengan al-kaun; 4) membuat kecintaan manusia terhadap
saudaranya sesama Muslim; 5) membuat kecintaan manusia terhadap
makhluk-makhluk Allah; 6) membuat kecintaan manusia untuk melak-
ukan segala bentuk kebajikan; 7) bisa menundukan syahwatnya; 8) bisa
mengendalikan kekuatan materi; 9) bisa mengekang segala kekuatan ma-
teri dan non-materi yang bisa mengancam manusia untuk memal-
ingkannya dari Allah SWT.; dan 10) mengharapkan segala kekuatan
datang dari Allah SWT.
2. Pendidikan akal
Adalah membangun kemampuan akal untuk berpikir, merenung
dan tadabur yang membuatnya mampu mengemban beban da'wah.
Pendidikan Islam terhadap akal ini diarahkan kepada hal-hal seba-
gai berikut:
a. Manusia harus bisa membebaskan akalnya dari segala hal yang bi-
asa diterima orang secara sederhana, yang dibangun di atas prasangka,
perkiraan atau taqlid.147
b. Ketetapan akal untuk selalu berhati-hati dalam menyikapi dan
mempercayai segala persoalan, sebelum menjadi suatu keyakinan.
c. Mengajak akal untuk selalu merenungi dan mentafakuri alam
semesta.
d. Mengajak akal untuk merenungkan hikmah dari segala ajaran
yang disyari’atkan Allah kepada hamba-Nya, baik ibadah, mua'malah,
akhlaq dan sebagainya.
e. Mengajak akal untuk merenungkan sunnah Allah terhadap
manusia sepanjang sejarah umat manusia.
Hasil yang bisa diharapkan dari pendidikan akal adalah: membersi-
hkan akal dari waham dan khurafat, mengokohkan kematangan akal agar
selalu berhati-hati, membiasakan akal untuk menggali hakikat dan ra-
hasia al-kaun yang dihuninya, komitmen akal untuk mengetahui keben-
aran dari dekat dan dengan ainul yakin, membuat akal untuk merenun-
gkan dan memikirkan hikmah-hikmah dari segala yang disyari’atkan Al-
lah kepada manusia, dan membuat akal selalu merenungkan sejarah
umat manusia.
147
QS. an-Najm: 28; QS. al-Baqarah: 170
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 61
3. Pendidikan akhlaq.
Pertama-tama yang dimaksud dengan ahklak adalah setiap per-
buatan yang bisa disifati dengan baik atau buruk. Maka pendidikan akh-
laq yang dimaksud di sini adalah nilai-nilai kebajikan yang harus
menghiasi setiap manusia secara umum, dan Muslim pada khususnya.
Akhlaq yang mulia ini akan selalu sejalan dengan kebenaran yang datang
dari Allah SWT. lewat wahyu-Nya, dan akan selalu terkait dengan ter-
ciptanya kemanfaatan bagi manusia di dunia dan di akhirat.
Pendidikan akhlaq dalam Islam itu menekankan beberapa hal:
1. Manusia mempunyai kebebasan kehendak dalam melaksanakan
segala perbuatannya.
2. Manusia akan diminta pertanggung jawaban di hadapan Allah
terhadap segala sesuatu yang dilakukannya, dan akan mendapat balasan
sesuai dengan ketaatan atau kemaksiatan yang dilakukannya.
3. Akhlaq dalam Islam bersumber dari wahyu Allah SWT. yang bisa
dibaca dalam Kitab-Nya, dan dari Sunnah Rasulullah SAW. yang bisa
dibaca dalam kitab-kitab Hadits dan sirah nabawiah.
4. Akhlaq dalam Islam berdiri di atas dua dasar: yaitu keadilan (adil
dengan Allah, dengan diri sendiri dan dengan sesama manusia) dan ih-
san.
5. Amar ma'ruf dan nahyi munkar. Dalam arti, seorang Mu’min yang
berakhlaq mulia, ketika mengetahui suatu perbuatan baik mesti menger-
jakan dan mengajak orang untuk mengamalkannya. Demikian seba-
liknya, ketika ia mengetahui sesuatu yang munkar, ia meninggalkanya
dan mencegah orang dari mengerjakannya. Sehingga baik dan buruk
menjadi semacam karakter, untuk selalu dilaksanakan atau ditinggalkan,
baik untuk dirinya maupun untuk orang lain.
Sehingga secara ringkas pendidikan Islam terhadap akhlaq me-
nekankan dua hal: al-takhliyah dan al-tahliyah. Yang pertama membersi-
hkan diri dari setiap bentuk kejelekan, kejahatan dan memunkaran atau
dari setiap yang diharamkan Allah kepada hamba-Nya, baik yang nam-
pak maupun yang tersembunyi. Sedangkan yang kedua, menghiasi diri
dengan segala bentuk kebaikan yang datang dari Islam.
4. Pendidikan fisik
Fisik merupakan potensi manusia yang ketiga, sekaligus menjadi
penyangga potensi ruh dan akal. Pendidikan ini jelas sangat mendesak,
sebab diperlukan keseimbangan di antara ketiga potensi tadi, sehingga
terjadi keserasian yang harmonis, yang satu sama lain saling meng-
uatkan. Karenanya al-Quran dan Sunnah begitu memperhatikan kebu-
tuhan-kebutuhan fisik, tentang makanan, pakaian, tempat tinggal, istira-
hat dan sebagainya.
Jika pendidikan fisik ini diterapkan dengan benar sesuai dengan
tuntutan-tuntutan Islam, maka akan melahirkan masyarakat Muslim
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 62
148
QS. al-Kahfi: 84
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 67
“Dan Allah telah menjanjikan bagi orang-orang yang beriman di antara kalian
dan beramal shalih, bahwa Allah akan memberikan kepada mereka kekuasaan di
atas bumi, sebagai mana Allah telah memberikan kepada orang-orang yang se-
belumnya, dan bahwa Allah akan mengukuhkan bagi mereka agama yang telah
diridlai-Nya bagi mereka, dan akan memberikan rasa aman dan tenteram setelah
mereka merasa takut. Mereka menyembah-Ku dan tidak menyekutukan-Ku
dengan sesuatu apapun, dan barang siapa yang kufur setelah itu, mereka adalah
orang-orang yang fasiq. Dan dirikanlah shalat, berikanlah zakat dan taatlah
kalian kepada Rasul semoga kalian mendapat rahmat.”149 Dalam pengertian
ayat-ayat inilah kurang lebih cita-cita fase tamkin.
Hanya saja, walaupun memang fase ini merupakan fase puncak dari
marhalah da’wah, tidak berarti perjuangan da’wah terus berhenti. Ada
perjuangan untuk menjaga keberlangsungan tahapan yang sudah di-
capai. Dan lebih dari itu, fase-fase ini tidak mesti dipahami sebagai mar-
halah-marhalah yang terpisah, sesungguhnya bisa jadi dilakukan secara
serentak, bagi anggota da’wah yang berbeda.
Untuk selanjutnya, tentang fase ini hanya akan disebutkan kerangka
umum.
Kerangka umum yang harus dilakukan dalam fase ini:
1. Melaksanakan kekuasaan hukum yang telah diturunkan Allah, al-
Qur’an dan Sunnah, dalam seluruh urusan kehidupan, sehingga umat
manusia merasakan hidup aman, tenteram dan mendapatkan keadilan
yang sesungguhnya.
2. Mencetak kehidupan sehari-hari secara islami.
3. Membentuk lembaga-lembaga yang menyentuh segala sektor ke-
hidupan umat secara islami.
4. Mempersiapkan para ahli, secara akademis, dalam seluruh sektor
kehidupan.
5. Mempersiapkan para ahli yang bisa merancang lapangan kerja
untuk menutupi kebutuhan kerja Islam dalam seluruh fase da’wah.
III. Ushul al-Tsalatsin
(Tiga puluh prinsip dalam berda'wah)
1. Islam adalah sistem syumul yang mengurusi seluruh sendi ke-
hidupan, dari kenegaraan dan kebangsaan, etika dan kekuasaan, ke-
budayaan dan hukum, materi dan kekayaan, perjuangan dan da'wah. Se-
bagaimana ia adalah aqidah dan ibadah yang benar.
2. Al-Qur'an dan Sunnah adalah rujukan setiap Muslim dalam men-
getahui seluruh hukum Islam. Al-Qur'an itu harus difahami sesuai
dengan kaidah-kaidah bahasa Arab tanpa berlebihan dan serampangan.
Dan dalam memahami sunnah ia harus dikembalikan kepada Rijalul
hadits yang tsiqat.
149
QS. al-Nur:55-56
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 68
150
QS.Ali Imran: 7
151
Yang disebut idzafi adalah sesuatu yang mempunyai dasar dalam syariat atau
pada dasarnya disunatkan, tetapi kemudian dilaksanakan dalam sifat dan ben-
tuknya yang berbeda dengan cara yang telah disebutkan oleh syara’. Sedang tark-
ibi adalah sesoarang yang meninggalkan sesuatu yang dihalalkan dengan ang-
gapan tadayun, atau karena alasan agama.
152
Para auliya adalah mereka yang disebutkan oleh al-Qur'an (adalah orang-orang
yang beriman dan bertaqwa). Karamah yang biasa dinisbatkan kepada mereka
juga ada, hanya dengan syarat-syarat syar'iyah. Dengan keyakinan bahwa mereka
tidak bisa mendatangkan manfaat dan madarat bagi dirinya sendiri, baik ketika
masih hidup atau sesudah meninggal, apalagi memberikan keramat itu kepada or-
ang lain.
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 70
153
Namun termasuk masalah yang dikhawatirkan menjadi syirik.
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 71
uslub dan bahasa Arab, atau melakukan suatu perbuatan yang tidak bisa
dita'wil lagi kecuali memang perbuatan itu benar-benar suatu kekufuran.
21. Wanita adalah saudaranya laki-laki. Mencari ilmu dan demikian
pula amar ma'ruf dan nahyi munkar adalah kewajiban bersama.
Dan wanita dalam batas-batas etika Islam mempunyai hak dan ke-
wajiban untuk bersama-sama membangun dan melindungi masyarakat.
22. Keluarga adalah pondasi bangunan akhlaq dan sosial umat, dan
merupakan basis yang alami untuk pertumbuhan generasi umat
manusia. Karena itu kedua orang tua mempunyai kewajiban bersama un-
tuk menciptakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan anak.
Lelaki adalah pemimpin rumah tangga. Meski demikian kewenan-
gan dan tanggung jawabnya terbatas pada hal-hal yang disyari’atkan Al-
lah bagi seluruh anggota keluarga.
23. Manusia mempunyai hak-hak materi (madi) dan moral (adabi)
yang sebanding dengan kemuliaan dan kedudukan yang telah di-
anugerakan Allah kepadanya. Islam telah menjelaskan hak-hak ini dan
mengajak untuk menghormatinya.
24. Para pemimpin dan penguasa bekerja untuk mengabdi kepada
rakyatnya, demi menjaga kemaslahatan agama dan dunianya. Maka ke-
beradaan mereka dalam jabatannya sangat tergantung pada komitmen
mereka dalam menjalankan dan menjaga kewajiban ini, serta kerelaan
rakyat atas mereka. Sama sekali seorang pemimpin tak berhak untuk me-
maksakan suatu keputusan secara despotik kepada rakyat.
25. Syura adalah asas pemerintahan. Bagi setiap bangsa berhak un-
tuk memilih cara yang paling tepat untuk menerapkannya. Cara yang
paling baik bagi pelaksanaan syura ini adalah yang paling mendukung
untuk ketundukan umat terhadap Allah SWT dan menjauhkannya dari
riya, penipuan dan keserakahan duniawi.
26. Hak pemilikan pribadi dijamin oleh syara’, dengan syarat-syarat
dan hak-haknya yang telah diatur oleh Islam.
Keseluruhan umat adalah ibarat satu tubuh, yang satu sama lain sa-
ling melengkapi. Karenanya satu bagian tubuhpun tak boleh diperdaya
oleh sekelompok lain. Maka persaudaraan umum adalah hukum yang
mengatur masing-masing anggota jama’ah, karenanya baik persoalan
materi ataupun moral harus tunduk pada hukum jama'ah ini.
27. Keluarga Islam internasional bertanggung jawab atas terlaksan-
anya da'wah Islam. Seperti halnya ia bertanggung jawab untuk men-
jawab tuduhan-tuduhan dan menolak kesengsaraan yang menimpa ang-
gota keluarganya. Keluarga Islam juga berkewajiban untuk mengerahkan
usahanya untuk menghidupkan kembali khilafah dalam bentuknya yang
layak dan sebanding dengan kebesaran agamanya.
28. Perbedaan agama tidak menjadi sumber permusuhan antara ses-
ama manusia. Tetapi terjadinya permusuhan, persengketaan, peperan-
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 72
gan, fitnah dan semua bentuk kezhaliman itu terjadi karena ulah
sekelompok manusia, oknumnya.
29. Hubungan muslimin dengan keluarga masyarakat internasional
didasari oleh persaudaraan kemanusiaan yang murni. Umat Islam harus
menda’wahkan agamanya hanya dengan argumentasi dan kerelaan: “La
iqraha fi al-dini qat tabayyana al-rusydu min al-ghayyi.”
30. Umat Islam bersama-sama kelompok lain --dengan perbedaan
agama dan madzhabnya-- berkewajiban untuk mewujudkan kesejahter-
aan umat manusia, baik secara materi maupun secara nilai (ma'nawi). Ini
adalah pijakan fitrah keislaman dan nilai-nilai yang kita warisi dari
pembesar para nabi, Nabi Muhammad SAW.
157
lihat QS. Ali Imran:103, 105
158
QS. At-Taubah:105
159
QS. Ar-Ra’du:11
160
Disarikan dari “Qadhaya Asasiah ‘ala Thariq Al-Da’wah,” Syekh Musthafa Masy-
hur
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 76
1 AKAR IDEOLOGI
ALIRAN PEMIKIRAN
(24) Rotary Club, (25) Ruhani Baru, (26) Zaidiyah, (27) Hizbus Salamah
al-Wathani, (28) Komunisme, (29) Sikhisme, (30) Saksi Yehova, dan (31)
Syi’ah Imamiyah (Dua Belas).
Yang menarik dari ensiklopedi ini ialah analisis yang objektif dan
terbuka dalam menelusuri setiap aliran tersebut, apalagi dikuatkan
dengan referensi yang diambil dari masing-masing aliran.
Salah satu aliran yang ada di Indonesia yaitu Rotary Club. Menurut-
nya, Rotary adalah sebuah organisasi mantel Free Massonry yang sepen-
uhnya dikendalikan Yahudi Internasional. Tokoh utamanya ialah Paul
Harris, seorang advokat yangmendirikan Rotary Club ini pada tahun
1905 di Chicago. Tiga tahun kemudian Charly Berry bergabung dan
memperluas gerakannya dengan cepat. Ia kemudian menjadi sekretaris
club dan mengundurkan diri pada tahun 1942. Paul Harris meninggal
tahun 1947 setelah gerakannya berkembang ke 80 negara dan mempun-
yai 6800 club serta 327.000 anggota.
Tentang pemikiran dan doktrin-doktrinnya, Rotary tidak menjadik-
an agama sebagai standar dalam pemilihan anggota, juga tidak diper-
masalahkan tentang kewarganegaraan. Dengan demikian memudahkan
ajaran Yahudi merasuk ke dalam berbagai aktifitas kehidupan. Terbukti
dengan dianggap perlunya keberadaan minimal dua orang Yahudi
dalam setiap club. Charles Marden yang pernah menjadi anggota Rotary
selama tiga tahun, telah melakukan studi terhadap organisasi ini. Kemu-
dian ia mengemukakan beberapa data berikut;
1.Setiap 421 orang anggota Rotary Club, 159 orang diantaranya
mempunyai keterikatan kuat dengan Free Massonry. Loyalitas mereka
terhadap Free Massonry melebihi clubnya.
2.Dalam beberapa hal, keanggotaan Rotary hanya terbatas untuk
orang-orang Free Massonry, seperti di Edinburg Inggris pada tahun
1921.
3.Dalam sebuah perkumpulan yang disebut Nan’s di Perancis dis-
ebutkan; Jika orang-orang Free Massonry membentuk organisasi yang
bekerjasama dengan golongan lain, maka urusan organisasi tidak
boleh berada di tangan orang lain. Personil organisasinya harus
dipegang orang-orang Free Massonry dan harus berjalan sesuai
dengan prinsip Free Massonry.
4.Ketika Free Massonry mengalami penyusutan, juteru Rotary
mendapat dukungan sangat besar dan aktifitasnya semakin kuat. Hal
ini dikarenakan orang-orang Free Massonry mendapat tekanan keras
dari berbagai pihak, kemudian mengalihkan segala aktifitasnya kepada
Rotary Club sampai tekanan itu hilang dan kondisinya kembali seperti
semula.
5.Rotary didirikan tahun 1905, yaitu tahun-tahun menjelang akti-
fnya Free Massonry di Amerika.
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 78
Beberapa club yang seidealitas Rotary antara lain Lions, Kiwany, Ex-
change, Meja Bundar, Pulpen dan B’Nai B’Rith. Motivasi Rotary yang
sebenarnya ialah membaurkan orang-orang Yahudi dengan bangsa lain
dengan mengatasnamakan kasih dan persaudaraan. Melalui jalan ini
mereka mampu mengumpulkan berbagai maklumat yang dapat mem-
bantu mereka dalam mendukung tujuan mereka yang bersifat ekonomis
dan politis. Juga membantu mereka dalam menyebarkan tradisi tertentu
yang akan memastikan timbulnya kemerosotan (degenerate) sosial. Ini
dapat kita lihat melalui persyaratan keanggotaan yang hanya diberikan
kepada orang-orang penting dan menonjol di masyarakat.
Ada enam belas referensi yang dijadikan bahan ensiklopedi tentang
Rotary ini, diantaranya; “Rotary And Its Brothers,” karya Charles F.
Marden (Princebton University Press, 1963), “To Wards My Neighbour”
G.R.H. Nitt, “My Rode To Rotary Ravl” P.Harris, “Al-Masuniyah Fi Ara”
Dr. Syekh Muhammad Ali Az-Za’by dan lain-lain.
Aliran lain yang dikupas dengan jelas ialah “Jama’ah Tabligh” yang
kini menyebar ke setiap pelosok Indonesia.
Jama’ah Tabligh adalah sebuah jama’ah Islamiah yang da’wahnya
berpijak pada penyampaian (tabligh) tentang keutamaan-keutamaan
ajaran Islam (Fadlilah) kepada setiap orang yang dapat dijangkau.
Jama’ah yang didirikan oleh Syekh Muhammad Ilyas Kandahlawy (1303-
1364) ini menekankan kepada setiap pengikutnya agar meluangkan wak-
tunya untuk menyampaikan dan menyebarkan da’wah dengan menjauhi
bentukbentuk kepartaian dan masalah-masalah politik. Pendiri Jama’ah
telah menetapkan enam prinsip yang menjadi asas da’wahnya, yaitu (1)
Kalimah agung, (2) Menegakkan shalat, (3) Ilmu dan dzikir, (4)
Memuliakan setiap muslim, (5) Ikhlas dan (6) Berjuang fi sabilillah.
Secara umum metode da’wah mereka antara lain; Para anggota
menyusun sebuah kelompok (halaqah) yang bertugas melakukan da’wah
di sekitar tempat diam mereka dengan membawa peralatan hidup seder-
hana. Sebagian dari mereka ada yang membersihkan tempat yang diting-
gali (biasanya di masjid) dan sebagian lagi keluar (khuruj) mengunjungi
kota, kampung, pasar dan warung-warung sambil berdzikir kepada Al-
lah. Mereka mengajak orang-orang untuk mendengarkan bayan
(ceramah). Mereka berkeyakinan, jika pribadi-pribadi telah diperbaiki
satu persatu, maka secara otomatis kemunkaran akan hilang. Mereka
memandang taqlid kepada madzhab tertentu adalah wajib. Kon-
sekuensinya, mereka melarang ijtihad dengan alasan sekarang ini tidak
ada ulama yang memenuhi syarat seorang mujtahid. Jama’ah Tabligh
banyak dipengaruhi oleh sufisme India, diantara praktek sufistiknya ia-
lah;
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 79
***
161
Disarikan dari Gerakan Keagamaan dan Pemikiran (Akar Ideologis dan Penye-
barannya, WAMI
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 80
1 AQIDAH SYI’AH
Pandangan Muhammad Malullah
162
Al-Anwarun Nu'maniah, 1: 278-279
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 82
Riwayat dari Al-Fadl bin Yassar, ia berkata: "Aku bertanya kepada Abu
Ja'far tentang menikahi “Al-Nashib” dan shalat di belakangnya, ia men-
jawab: "Janganlah menikah dengannya dan jangan shalat di belakangnya.” 167
Terdapat 39 riwayat yang senada dengan riwayat di atas.
• Syi’ah dan menikahi AhlusSunnah
Berdasarkan riwayat-riwayat Syi’ah, mereka memandang golongan
AhlusSunnah sebagai kafir, fasiq dan sesat. Sehingga dalam fiqh Syi’ah
pun terdapat beberapa hukum yang disesuaikan dengan pandangan
aqidah mereka, seperti masalah hukum menikah dengan AhlusSunnah.
Syi’ah melarang para pengikutnya menikah dengan AhlusSunnah,
bahkan mereka memandang lebih utama menikahi Yahudi, Nasrani atau
Majusi daripada menikahi Sunni. Syi’ah mengharamkan nikah dengan
AhlusSunnah secara mutlak. Karenanya, mereka tidak mengakui
Ruqayyah dan Ummu Kul-tsum karena pernah menikah dengan Utsman
bin Affan RA. Kitab-Kitab yang menjelaskan hal itu di antaranya, “Al-
Istigha-taha fi Bida'i Al-Tsalatsah” (yaitu Abu Bakar RA, Umar dan Uts-
man RA) karya Abu Al-Qasim Al-Kufi, “Anwar Al-Nu'maniah” karya
Nikmatullah Al-Jazairi dan kitab Syi’ah lainnya. Banyak sekali riwayat
yang menyatakan keharaman nikah dengan AhlusSunnah, di antara 16
riwayat tersebut adalah dari Abdullah bin SaIman dari Abi Abdillah, ia
berkata: "Ayahku bertanya kepadanya dan aku mendengarkan, tentang
menikahi Yahudi dan Nashrani. Ia menjawab: "Menikahi keduanya lebih
disukai olehku daripada menikahi Al-Nashibiah.”168
• Wajib Berbeda dengan AhlusSunnah,.
Menjadi suatu kewajiban bagi setiap pengikut Syi’ah, berbeda
dengan pengikut AhlusSunnah, baik dalam aqidah maupun hal yang ber-
hubungan dengan syari’ah. Pandangan semacam ini, bukan berdasarkan
prasangka belaka atau menurut kitab Syi’ah klasik saja. Tapi merupakan
rangkuman dari kitab kontemporer yang disusun oleh ulama Syi’ah
dengan gelar “Al-Mahdi,” “Al-Muntazhar” atau “Al-Ayat.”
Pendapat Khomaeni tentang kewajiban berbeda dengan AhlusSun-
nah telah kami tanggapi dengan kitab yang kami susun “Mauqif Al-Kho-
maeni Min AhlusSunnah.” Sebagai bahan perbandingan, kami
mengemukakan komentar Syekh Muhammad Bin Abdil Wahhab dalam
kitab “Risalah ri Al-Radd ala Al-Rafidhi”: "Sesungguhnya mereka kaum Sy-
i’ah menjadikan berbeda dengan AhlusSunnah waljamaah yang berpegang teguh
kepada Rasulullah SAW dan para shahabatnya sebagai prinsip pokok menuju
kebahagiaan. Maka setiap kali AhlusSunnah melaksanakan sesuatu, mereka sen-
gaja meninggalkannya. Dan setiap kali AhlusSunnah meninggalkan sesuatu
mereka sengaja melakukannya. Karenanya mereka keluar dari Al-dien secara bu-
lat-bulat. Syetan telah memperdaya mereka dan menghiasi angan-angan mereka
167
Wasail Al-Syi’ah III:383
168
Wasail Al-Syi’ah VIII:426
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 84
serta menyerukan pada mereka bahwa berbeda ini merupakan ciri golongan yang
selamat. Padahal Rasulullah SAW telah bersabda: "Golongan yang selamat ada-
lah himpunan terbesar dari kaum muslimin dan yang sejalan dengan apa yang
saya pegang dan para shahabatku.” Perhatikanlah golongan mereka dengan
aqidah dan amalnya sama sekali tidak sejalan dengan Nabi SAW dan para
shahabatnya tetapi mereka mengaku menjadi golongan yang selamat.
Sedangkan AhlusSunnah adalah golongan yang berpegang pada atsar Rasulul-
lah SAW dan para shahabatnya. Merekalah yang berhak menjadi golongan yang
selamat dan ciri khas keselamatan mereka adalah keteguhannya (istiqamah)
dalam Al-Dien tanpa penyimpangan. Madzhab mereka jelas, kekuasaannya ter-
lihat pada negeri yang merdeka dan keberadaan para ulama yang haq, muhad-
dits, auliya dan shalihin mereka. Sedangkan kekuasaan Rafidhah (Syi’ah) telah
hilang, penguasanya pun tak lagi terdengar.”169
• Persekongkolan Syi’ah dengan Tartarian, Yahudi dan Nashrani.
Syaikul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan: "Al-Rafidlah (Syi’ah)
sangat mempertuhankan hawa nafsu dengan kebodohan dan kezhaliman.
Mereka menyimpang dari batas awliya yang mulia setelah Nabi yaitu Al-Sabi-
qun Al-Awwalun, Muhajirin dan Anshar yang setia. Bahkan mereka menjadik-
an kuffar, munafiq dari Yahudi, Nashrani, Musyrikin, komunis seperti Nashir-
iyah, Ismailiah dan golongan sesat lainnya sebagai wali kepercayaan. Sehingga
kebanyakan mereka berbeda dalam masalah ketuhanan sebagaimana perbedaan
antara mu’min dan kafir atau orang yang berselisih tentang apa yang dibawa
para Nabi, di antara mereka ada yang percaya ada yang menolak. Baik persoalan
pendapat atau amaliah. Ketika terjadi peperangan antara muslim dengan ahli
kitab. Misalnya bantuan mereka ketika kaum musyrikin Turki menyerang pen-
duduk muslim di Khurasan, Irak, jazirah dan lain-lain. Bantuan terhadap kaum
kafir atau Yahudi sangat besar, seolah-olah mereka bagaikan keledai.”170
Persekongkolan mereka dengan kaum penjajah sangat jelas. Sampai
sekarang sikap mereka tidak berubah, karena memang demikianlah
keyakinan dan karakter mereka yang sesungguhnya. Apalagi kini bahasa
dan faham Israel meracuni mereka, khususnya di Iran. Kekuatan mereka
di bidang militer diprakarsai oleh Israel, baik kesepakatan jual beli sen-
jata dan perjanjian lainnya. Fakta dan data tentang hal itu cukup banyak
dalam kutipan majalah, surat-surat resmi dan lain-lain. Berita-berita yang
dimuat dalam berbagai surat kabar dan majalah edisi 1980 sampai
dengan 1984 membongkar seluruh persekongkolan antara penguasa Iran
(baik yang Syi’ah maupun Yahudi Iran) dengan Israel yang didalangi
mereka, termasuk peran Khomaeni dalam persetujuan-persetujuan yang
telah disepakati kedua belah pihak.
***
169
hlm. 30-31
170
Minhaj Al-Sunnah I:5
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 85
1 MASJID;
PUSAT DA’WAH
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shal-
at, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah,
maka merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. 9:18)
***
Masjid adalah sebuah tempat ibadah ritual ummat Islam dimana
dilaksanakan shalat, Jum’atan atau dzikir dan pengajian. Demikian ang-
gapan sebagian orang akan fungsi dan peranan masjid, karena pada
kenyataannya memang sebagian besar masjid dewasa ini hanya untuk
upacara ritual seperti itu. Tidak sedikit masjid yang terkunci dan hanya
dibuka ketika waktu shalat fardlu saja. Padahal jika kita memperhatikan
fungsi masjid pada masa Rasulullah SAW sangat luas. Memang diakui
jumlah masjid di Indonesia semakin hari kian bertambah. Menurut data
tahun 1990 mencapai 120.252 buah, langgar 372.243 buah dan mushalla
32.774 buah. Bahkan menurut data statistik tahunan terdapat kenaikan
5% dalam setiap tahunnya.171
Kondisi ini membuat kita merasa kagum dan bangga. Namun ada
kekhawatiran jika melihat kualitas yang biasanya jauh tertinggal dari
kuantitasnya. Sehingga ada ungkapan “Seribu masjid, satu jumlahnya.”
Kekhawatiran ini sedikit terobati dengan banyak berdirinya Dewan Kelu-
171
Al-Falah 33/Nov. 1990
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 86
arga Masjid (DKM) yang secara khusus menangani kegiatan dan organ-
isasi masjid. Memang, tidak salah bila ada yang memandang masjid se-
bagaimana pemahaman di atas. Karena menurut bahasa masjidun itu be-
rarti tempat sujud sebagai simbol ibadah mahdlah. seperti juga
dikemukakan oleh Imam Al-Maraghi dalam tafsirnya; “Masajid bentuk
jamak dari masjid artinya tempat sujud kemudian menjadi nama sebuah
bangunan yang dijadikan tempat beribadah kepada Allah SWT. Hal ini
berdasarkan firman-Nya; “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan
Allah, janganlah kamu menyeru kepada selain Allah dengan sesuatu apapun.”
,
172 173
Pada ayat di atas dengan tegas Allah SWT menyatakan bahwa yang
berhak dan berkewajiban memelihara masjid itu ialah orang yang memi-
liki lima sifat.
Pertama, beriman kepada Allah SWT dengan segala aspeknya ter-
masuk menjalankan segala titah-Nya.
Kedua, beriman pada Hari Akhir yang merupakan bagian iman yang
esensial disamping rukun iman lainnya.
Ketiga, selalu melaksanakan shalat yang memenuhi sifat shalat Nabi
SAW.
Keempat, menunaikan zakat, baik yang wajib maupun shadaqah
yang sunat.
Kelima, mereka yang merasa takut hanya kepada Allah SWT, se-
hingga ikhlas dalam beramal shalih. Ayat ini secara khusus berkaitan
dengan pemeliharaan Masjidil haram oleh kaum musyrikin saat itu.
Ketika perang Badar, kaum muslimin menawan beberapa tokoh musyr-
ikin di antaranya Abbas Bin Abdul Muthalib.
Kemudian Ali Bin Abi Thalib RA menyampaikan kejelekan-ke-
jelekan mereka memerangi Rasulullah SAW serta memutuskan per-
saudaraan. Kemudian Abbas membantah: “Mengapa kamu sebut kejelekan
kami, padahal kami adalah pemelihara masjidil haram dan menghijabi Ka’bah
serta menyediakan minuman bagi yang berhaji.” Maka turunlah ayat ini
berkaitan dengan hak dan kewajiban pemeliharaan masjid.174
Pedoman Ta’mirul Masjid
Abu Hayyan menjelaskan bahwa memakmurkan masjid (Ta’mirul-
masjid) ialah menjaga kebersihan bangunan dan fisik masjid, mengun-
junginya untuk beribadah, mudzakarah atau menuntut ilmu, serta men-
jauhkannya dari masalah duniawi yang menyalahi fungsi masjid. Dalam
hal ini, Abu Hayyan memandang makna ibadah dalam masjid secara
luas termasuk pengajian dan majlis ta’lim guna mempersiapkan generasi
Rabbani yang berilmu. Bahkan menurut Jumhur Ulama, pengertian
172
QS. 72:18
173
Tafsir Al-Maraghi IV/10:72
174
Ash-Shabuni I: 570
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 87
175
HR. Ahmad dari Ibnu Abbas
176
QS. 24:36
177
Lihat Ahkamul Quran, Al-Jashash II:87
178
Salam No. 21 Th. IV/1411 H
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 88
Ketua Umum
Penasehat
Wakil Ketua
Sekretaris Bendahara
1 PERPUSTAKAAN
MASJID
“Bacalah dengan nama Tuhan-Mu yang telah menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu amat
pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Yang mengajarkan kepada
manusia apa yang mereka tidak ketahui.”
(QS. Al-‘Alaq:1-5)
***
Dewasa ini, keberadaan masjid sangat berperan dalam menunjang
program-program pembangunan dan pembinaan iklim keagamaan
masyarakat kita, terutama setelah pihak pemerintah melibatkan diri
dalam membangun dan menyemarakkan kegiatan masjid. Jumlah masjid
yang diperkirakan sudah mencapai 150.000 masjid merupakan potensi
yang sangat besar dalam me-ningkatkan kualitas hidup dan kesejahter-
aan ma-syarakat.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan perubahan sosial dan
ilmu pengetahuan, maka pengelolaan masjidpun perlu dibenahi kembali.
Agar fungsi masjid sebagai realisasi pesan Islam rahmatan lil ‘alamin
dapat diupayakan semaksimal mungkin.
Perpustakaan masjid adalah wadah pelestarian ilmu pengetahuan
sekaligus sebagai penyebar informasi, khususnya yang berhubungan
dengan syi’ar Islam dan secara lengkap memuat pula informasi yang
dibutuhkan oleh anggota jama’ah masjid.
Dalam makalahnya yang disampaikan pada pelatihan perpustakaan
masjid biro perpustakaan masjid Al-Furqan IKIP Bandung, Drs. Dudung
Gumilar MSc. Lib. mengemukakan akan pentingnya perpustakaan
masjid dikelola secara profesional dan terarah dengan beberapa alasan.
Pertama, perpustakaan masjid merupakan salah satu unit pen-
dukung yang vital demi tercapainya misi dan tujuan masjid.
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 91
179
Horrison And Beenham 1985:2
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 92
1
PEMUDA &
PROBLEMATIKA
DA’WAH
180
QS. Al-Hadid: 25
181
HR. Bukhari
182
Mengapa Muslimin Mundur 1985:6
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 97
dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari kekafiran-
mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.”183
Sikap yang dimiliki Ibrahim as. adalah iman yang kuat kepada Allah
dan yakin akan Hari Akhir184 serta tegar dalam mempertahankan keben-
aran tauhid walaupun beresiko kematian dengan ancaman dibakar
hidup-hidup. Namun semua itu tidak menggoyahkan tekadnya untuk
menyerukan da’wah agama tauhid kepada penguasa yang musyrik saat
itu. Ia yakin akan janji Allah; “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu
menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan mengokohkan
kedudukan kalian.” 185
Kepribadian Ibrahim as yang shabar dan penuh semangat menjadi
jundullah yang tegar dan militan.
2. Ismail as.
Dia adalah putra Ibrahim as dari Hajar. Keimanannya dibentuk se-
jak ia masih kecil dengan mu’jizat air zamzamnya. Allah SWT berfirman;
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka kisah Ismail (yang tersebut)
dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang rasul dan Nabi. Dan ia
menyuruh ahlinya (ummatnya) untuk shalat dan menunaikan zakat dan ia ada-
lah seorang yang diridlai di sisi Tuhannya.” 186
Ismail termasuk figur pemuda Islam yang taat kepada Allah, se-
hingga berani mengorbankan jiwa raganya untuk memenuhi perintah Al-
lah lewat bapaknya Ibrahim as. Dengan penuh keikhlasan dan
keshabaran serta iman yang kokoh terhadap jaminan Allah kelak.
3. Ashabul Kahfi
Mereka adalah para pemuda yang berjihad menentang penguasa
yang dzalim. Namun, karena kekuatan mereka lemah, akhirnya mereka
bersembunyi di balik gua sampai beberapa tahun lamanya. Allah
mengabadikan nama mereka dalam 18 ayat-Nya dan Dia memberikan
nama untuk sebuah surat Al-Quran dengan Al-Kahfi.
4. Yusuf as.
Kisah Yusuf yang terkenal ialah ketika ia tumbuh menjadi seorang
pemuda yang tampan. Namun dengan ketampanannya ia tidak tergoda
oleh rayuan dan bisikan syetan. Ia dengan tegas menolak melakukan per-
buatan yang dilarang Allah SWT dan tegar menghadapi penguasa saat
itu. Sebagaimana diceritakan dalam Al-Quran; “Dia (Yusuf) berkata;
“Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada apa yang akan mereka ajak aku ke-
padanya.”187
183
QS. 60:4
184
QS. 60:6
185
QS. 47:7
186
QS. 19:54-55
187
QS. Yusuf:33
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 98
188
QS. Al-Baqarah: 214
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah - 99
189
QS. 2:24
190
QS. 2:85
191
QS. 36:69
192
HR. Al-Bukhari dan Muslim
193
Peranan Mahasiswa Islam Membangun Masa Depan 1988:21
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah
-
100
sekulerisme, westernisme, kapitalisme, marksisme, serta faham lainnya
yang menerapkan strategi ghazwul fikri (invasi pemikiran).
Menghadapi problematika ini, pemuda Islam dituntut untuk lebih
waspada karena secara halus faham-faham ini merasuk ke dalam dan
tidak terasa akan meracuni pola pikir ummat Islam, kemudian akan sa-
ling berpengaruh. Bahkan Rasulullah SAW pernah mengingatkan; “Or-
ang mu’min senantiasa berada di antara lima ancaman amat berat yaitu: (1)
mu’min yang mendengkinya, (2) munafik yang membencinya, (3) kafir yang
memeranginya, (4) syetan yang menyesatkannya dan (5) nafsu yang
melawannya.”194
Kiat Pemuda Islam dalam Harakah Da’wah
Menegakkan risalah Islamiah bukanlah tugas ringan dan mudah.
Demikian juga bagi para pemuda Islam yang terlibat dalam harakah
da’wah. Hal ini menuntut kesungguhan dan jihad serta pengorbanan
sepenuhnya.
Untuk itu ada beberapa kiat yang selayaknya dihayati oleh setiap
pemuda Islam, supaya risalah Islam tetap tegak berdiri di antara bentur-
an-benturan da’wah yang tiada henti. Di antara langkah tersebut ialah;
1. Membangkitkan semangat ruhaniah (Al-Yaqdzah Ar-Ruhiah)
Pemuda Islam bagai lelap tertidur sehingga lupa akan tugasnya se-
bagai pengemban panji-panji Islam. Oleh karena itu, dengan membangun
kembali mentalitas pemuda Islam, Insya Allah, harakah Islam akan tetap
kokoh. Upaya menuju kebangkitan rohani ini dilakukan dengan beberapa
metode, antara lain:
a. Penanaman Pendidikan Islam (Tarbiah Islamiah)
Pendidikan Islam merupakan kewajiban bagi setiap para pengem-
ban da’wah, karena tanpa itu akan menimbulkan dampak negatif ter-
hadap harakah da’wah Islam itu sendiri. Sehingga pantas Allah
mengemukakan dalam firman-Nya: “Allah mengangkat orang-orang yang
beriman dan berilmu beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” 195
Dengan menguasai ilmu dan hikmah, para pemuda Islam akan se-
makin mapan melaksanakan program da’wahnya, baik untuk pribadi
maupun masyarakatnya. Tarbiah Islamiah ini mencakup setiap ilmu yang
dapat mempertebal keimanan kepada Allah SWT serta meningkatkan
akhlaq qurani yang luhur. Abu A’la Al-Maududi memberikan petunjuk
kepada para pemuda; “Hendaknya diketahui dengan sempurna hidayah Allah
yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Imani hidayah tersebut dengan tulus
dan ikhlas sepenuh hati. Jadikan iman sebagai bagian dari kehidupan di dunia,
agar kalimatullah membumbung tinggi dan kalimatul kufri terhina dan tercam-
pakkan. Hendaknya para pemuda mempersenjatai dengan akhlaq dan budi
194
HR. Abu Bakar Bin La-i dari Hadits Anas ra dalam Makarimul Akhlaq
195
QS. 58:11
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah- 101
pekerti sehingga kaum diktator yang dzalim mengubah haluan hidupnya dan
para pengikut mereka kembali kepada kebenaran yaitu jalan yang lurus bagi
fitrah manusia.”
Al-Maududy juga memberikan tiga aspek ajaran yang harus difa-
hami oleh para pemuda agar dapat bergerak mengangkat peradaban Is-
lam, yaitu ;
1. Tauhid, 2. Risalah dan 3. Hari kemudian setelah mati.196
b. Penguasaan Wawasan KeIslaman (Ta’ammuq Tsaqafah Islamiah)
Ustadz Husni Adham Jawarar pernah mengatakan; ”Seorang da’i di-
tuntut untuk memiliki tsaqafah (wawasan) Islam terus menerus dikembangkan
dan bahkan tidak cukup sumber itu jika diambil dari buku saja, koran, majalah
ataupun bulletin dapat juga dijadikan sebagai sumber informasi.” Diharapkan
dengan keluasan wawasan Islam setiap pemuda Islam akan menyadari
ketertinggalannya dari ummat lain dan bangkit membangun harakah
da’wah yang bertujuan menegakkan kalimatullah.
Syekh Sa’id Hawwa dalam “Al-Madkhal Ila Da’watil Ikhwan Al-
Muslimin” menguraikan tentang wawasan ilmu Islam yang harus dikua-
sai seorang da’iah muda yaitu ma’rifatullah, ma’rifaturrasul, ma’rifatul Is-
lam, ‘ulumul quran dan Hadits, aqa’id, fiqh dan ushul fiqh, lughah Ara-
biah, fiqh da’wah, wawasan tentang dunia Islam dan wawasan tentang
konspirasi musuh-musuh Islam. Insya Allah, dengan menguasai dasar-
dasar wawasan Islam ini, pemuda Islam semakin berani tampil menyuar-
akan haq.
2. Membina Kaderisasi Kepemimpinan Harakah Islam (Qiyadah
Harakiah Islamiah)
Pemuda Islam adalah calon pemimpin masa depan yang harus ber-
tanggung jawab kepada Allah atas ummat yang dipimpinnya. Allah SWT
sendiri mengatakan; “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pe-
mimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka shabar
dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” 197
Kepemimpinan pemuda Islam harus sudah dikader sejak usia aqil
baligh, agar mereka bisa memimpin. Dalam hal ini ada beberapa bentuk
kaderisasi yang mendukung terwujudnya pemimpin-pemimpin Islam,
antara lain;
a. Menanamkan kepribadian militan (Syakhsiah Jundiah)
Para pemuda Islam diperkenalkan dengan pribadi-pribadi yang
tangguh, cepat tanggap dan penuh kedisiplinan, baik melalui figur
shahabat atau para Nabi yang memimpin ummatnya.
b. Membentuk organisasi yang rapi (Bina Quwwatut Tandzimiah)
Tiada lain tujuan dari pembentukan organisasi ini ialah untuk meng-
galang rasa ukhuwah Islamiah di antara sesama pemuda Islam, sehingga
196
1991:14.
197
QS. As-Sajdah:24
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -
102
terjadi saling nasehat dalam haq dan keshabaran. Dengan demikian,
upaya membina kepemimpinan Islam harus berlanjut sampai tercapainya
tujuan yaitu pelaksanaan amal jama’i yang benar dan terarah.
3. Melatih para pemuda Islam agar berjiwa istiqamah dan shabar
(Itsbatul Istiqamah was shabri)
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya tentang figur-figur pemuda
Islam yang patut diteladani, di antara sifat yang selalu melekat dalam
pribadi mereka ialah istiqamah dan shabar. Istiqamah adalah sikap tetap
dalam pendirian yang diyakini kebenarannya. Firman Allah SWT; “Maka
tetapkanlah pendirianmu pada agama yang hanif, itulah agama Allah yang di-
jadikannya manusia sesuai dengan-Nya, tiadalah tertukar perbuatan Allah. Itu-
lah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”198
Adapun sikap shabar dapat dibentuk dengan memperhatikan be-
berapa faktor, antara lain:
a. Menyadari bahwa Allah SWT selalu memberikan cobaan kepada
para pengemban da’wah supaya semakin kuat keshabaran kita menghad-
apinya. Oleh karena itu setiap pemuda harus tahan uji dan tawakkal (ber-
serah diri kepada Allah setelah berusaha keras) agar menjadi manusia
yang shabar.
b. Meneladani keshabaran para ulama terdahulu, karena dengan de-
mikian akan menghibur kesulitan yang akan dihadapi. Rasulullah SAW
pernah bersabda menghibur para shahabatnya; “Di antara orang-orang se-
belum kamu dahulu ditanam hidup-hidup, ada yang dibelah kepalanya, ada
yang disisir tubuhnya dengan sisir besi yang tajam sampai kulitnya terkelupas,
tetapi siksaan itu tidak menggoyahkan tekad mereka untuk tetap memperta-
hankan diennya. Demi Allah, pasti Allah akan mengakhiri semua cobaan itu se-
hingga orang berani berjalan dari Shan’a ke Hadratul Maut tanpa rasa takut ke-
pada siapapun selain kepada Allah dan takut kambingnya diserang srigala.
Tetapi kalian tampak terburu-buru dan kurang bershabar.”199
c. Mengendalikan diri dari sifat yang dapat merusak keshabaran
seperti pemarah, pendendam, mengeluh dan putus asa.
Jadi, kunci dari keberhasilan harakah da’wah bagi pemuda Islam itu
di antaranya tergantung dari kuat tidaknya sikap istiqamah dan shabar.
Demikianlah uraian sekitar problematika da’wah dan langkah
pemuda Islam dalam mengantisipasinya. Semoga lahir generasi Islam
yang tangguh untuk mempertahankan dan menyebarkan kalimatullah ke
seluruh pelosok dunia.
Wallahu A’lam
***
198
QS. 30:30
199
HR. Al-Bukhari
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah- 103
1 PERAN MUSLIMAH
200
Pesan Untuk Muslimah:31
201
Al-Ghazwul Fikri 1987:74
202
HR. Al-Bukhari
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah- 105
203
QS. Yusuf:111
204
Nasihat Untuk Para Wanita, 1991:53
205
Khalwat: berduaan antara seorang pria dan seorang wanita yang bukan
muhrim. Ikhtilath: keadaan dimana kaum wanita bercampur dengan kaum pria
bukan muhrim tanpa hijab yang menghalangi, baik dalam pekerjaan maupun tem-
pat lainnya
206
Pesan Untuk Muslimah, 1992:52
207
QS. 3:36
208
hlm. 141.
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah
-
106
yang ditiru dalam perilaku, dan sebaliknya, wanita yang buruk akh-
laqnya sebagai cermin bening agar kaum wanita tidak terjerumus ke
dalam kesesatan.
Di antara kisahnya adalah (1) Raithah,209 sosok wanita yang putus
asa dan pesimis, tidak tabah menghad
210
211 212
213
214
a dan tunduk pada suaminya. (7) Khulah
Binti Tsa’labah,215 isteri yang taat beribadah dan ikhlas berbakti pada
suaminya (Aus Ibnu Shamit) sehingga ucapannya didengar oleh Allah
SWT (8) Zainab Binti Jahsy,216 wanita yang bersyukur atas keadaan yang
menimpanya, berhati lembut dan kasih sayang. (9) Aisyah RA Ummul
Mu’minin,217 figur wanita cerdas yang memelihara kehormatan, amanah
dan tahan uji (ketika menghadapi kasus Haditsul Ifki) (10) Mariah Al-Qib-
tiah,218 isteri Rasulullah yang melahirkan Ibrahim, wanita terhormat
namun penuh khidmat kepada suaminya. (11) Shafura Binti Syu’aib, is-
teri Musa as,219 wanita yang menyayangi suaminya dan selalu meneman-
inya dalam kesusahan (12) Asia isteri Fir’aun, 220 wanita yang kuat me-
megang prinsip dalam kebenaran. (13) Maimunah Binti Harits, 221 seorang
wanita yang berserah diri kepada suaminya. (14) Masikah,222 wanita tuna
susila yang bertaubat dan kuat pendiriannya untuk kembali ke jalan yang
benar. (15) Hawwa,223 figur wanita pertama yang beristighfar (16) Sarah
isteri Nabi Ibrahim,224 wanita yang rela dimadu untuk kebaikan suam-
inya serta wanita yang mendidik puteranya sendiri menjadi generasi sha-
lih. (17) Ummu Kultsum Binti ‘Aqabah,225 pelopor wanita pertama bagi
kaumnya untuk hijrah ke Madinah karena Allah dan Rasul-Nya, memi-
liki semangat jihad yang tinggi. (18) Kabisyah Binti Ma’an,226 wanita yang
209
QS. 16:92
210
QS. 111:1-5
211
QS. 33:10
212
QS. 12:30
213
QS. 3:45
214
QS. 27:20-40
215
QS. 59:1
216
QS. 33:37
217
QS. 24:11
218
QS. 66:1
219
QS. 28:26
220
QS. 66:11
221
QS. 33:50
222
QS. 24:33
223
QS. 2:35
224
QS. 11:72
225
QS. 60:10
226
QS. 4:19
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah- 107
227
QS. 28:13
228
QS. 4:11
229
Muttafaq ‘Alaih
230
Pesan Untuk Muslimah 1992:22
231
HR. Al-Bukhari & Muslim
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -
108
1 KELUARGA
RABBANI
“Katakanlah; “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang
yang menyiksa diri mereka sendiri dan demikian pula keluarganya pada
Hari Kiamat.” Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.”
(QS. Az-Zumar/39:15)
***
Keluarga adalah bagian terkecil dari sebuah komunitas masyarakat.
Dari himpunan keluarga yang berbeda akan membentuk typologi
masyarakat tertentu. Karenanya, sebuah masyarakat akan dipandang
baik dan sejahtera apabila pada masing-masing keluarganya berperilaku
baik. Namun sebaliknya, kehancuran sebuah masyarakat mungkin saja
terjadi, bila pada masing-masing keluarga tidak lagi memperhatikan
norma-norma agama dan perilaku yang baik. Hal ini menunjukkan bah-
wa peran keluarga sangat menentukan kelangsungan hidup manusia di
dunia ini.
Kutipan ayat di atas menjelaskan bahwa kehidupan sebuah keluarga
ternyata tidak hanya dapat diraih di dunia saja tetapi sampai ke Akhirat
kelak akan dikumpulkan bersama menjadi sebuah keluarga seperti ketika
di dunia.
Ayat inipun menjelaskan bahwa manusia yang paling merugi dan
hina di hadapan Allah ialah jika dia dan keluarganya sama-sama menjadi
penghuni neraka karena perbuatan jahat yang mereka kerjakan di dunia.
Karenanya, keutuhan sebuah keluarga selayaknya dipertahankan
dan dibina ke arah yang baik mulai dari masing-masing pribadi, anggota
keluarga serta hubungan di antara mereka. Allah SWT dengan sifat
Rahim-Nya mengingatkan manusia khususnya orang yang beriman un-
tuk menjaga keutuhan keluarga ini. Firman-Nya;
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah- 109
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu.” 232
Pada ayat ini ditegaskan tentang kewajiban setiap mu’min untuk
menjaga dirinya dan setiap anggota keluarganya yang terdekat agar
selalu terpelihara dari perbuatan maksiat dan dosa kepada Allah SWT,
yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam neraka.
Maka, jika kita melihat salah seorang di antara keluarga belum
mengamalkan perintah Allah SWT, dengan dorongan ayat ini wajib kita
mengingatkannya. Insya Allah, dengan sikap demikian keutuhan keluarga
akan sampai ke Akhirat kelak.
Dalam surat lain, terdapat ayat yang semakna dengan ayat di atas,
“Dan orang-orang yang beriman berkata: “Sesungguhnya orang-orang yang
paling merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan kehil-
angan keluarganya pada Hari Kiamat,” ingatlah sesungguhnya orang-orang
yang dzalim itu berada dalam adzab yang kekal.” 233
Memang, terkadang muncul perasaan berat dan ragu, ketika kita
akan menegur saudara, ibu, bapak atau keluarga kita sewaktu mereka
melakukan maksiat. Tetapi bila didasari oleh rasa iman yang kuat dan
dorongan kasih sayang, maka sepantasnya mereka diperingatkan.
Allah SWT memerintahkan dengan firman-Nya: “Dan berilah peri-
ngatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.”234
Salah satu contohnya ialah memerintahkan anggota keluarga untuk
melakukan shalat. Firman Allah: “Perintahkanlah keluargamu shalat, dan
shabarlah atas melakukannya.”235
Secara tersirat ayat ini menyuruh setiap muslim untuk selalu meme-
lihara hubungan keluarga dengan cara saling menasehati dan saling
memperingatkan bila terjadi kesalahan, juga saling menganjurkan amal
shalih sebagai upaya menghindari panasnya api neraka.
Disamping itu, dengan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar di
antara keluarga, maka Allah akan tetap menurunkan rahmat-Nya. Tetapi
jika tidak, sebaliknya Allah menurunkan adzab-Nya karena kelalaian di
antara keluarga.
Firman Allah dalam Hadits Qudsi: “Ajaklah (manusia) berbuat kebajik-
an dan cegahlah dari berbuat kemunkaran sebelum tiba saatnya dimana kalian
berdo’a kepada-Ku tapi Aku tidak mengabulkan do’a kalian. Kalian meminta se-
suatu kepada-Ku, tapi Aku tidak akan memberinya dan kalian meminta perto-
longan kepada-Ku tapi Aku tidak akan menolong kalian.”236
232
QS. At-Tahrim:6
233
QS. Asy-Syura:45
234
QS. 26:214
235
QS. Thaha:132
236
HQR. Dailami dari ‘Aisyah RA
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah
-
110
Rasulullah SAW sendiri mengajarkan bagaimana menanamkan amar
ma’ruf nahi munkar di antara keluarganya. Sebuah Hadits yang
dikisahkan oleh Abu Hafsh (Umar) Bin Abi Salamah, anak tiri Rasulullah
SAW:
“Ketika saya masih kecil dibawah asuhan Nabi SAW, biasa waktu makan
tangan saya mengacak piring-piring hidangan, maka Rasulullah SAW mem-
peringatkan saya, sabdanya: “Hai anakku, bacalah Basmalah dan makanlah
dengan tangan kananmu, dan makanlah dari hidangan yang dekat denganmu.”
Setelah itu saya tidak lagi berlaku demikian.”237
Sikap kasih sayang Rasulullah SAW terhadap keluarganya itu patut
dijadikan suri teladan bagi keluarga muslim saat ini, dimana antara ang-
gota keluarga terjadi saling amar ma’ruf nahi munkar yang didasari kasih
sayang karena Allah SWT.
Hadits lainnya menjelaskan sabda Rasulullah SAW: “Suruhlah anak-
anakmu shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila
meninggalkan shalat jika telah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah anak
laki-laki dari anak perempuan dalam tempat tidur mereka.”238
Tanggung jawab akan keutuhan keluarga sebenarnya merupakan tu-
gas bersama setiap anggota keluarga, baik bapak, ibu, anak, suami
ataupun isteri. Karena mereka mempunyai tugas masing-masing dengan
tujuan yang sama, yaitu memelihara keutuhan keluarga dan menggapai
kebahagiaan di dunia sampai Akhirat. Sebagaimana Hadits menegaskan,
sabda Rasulullah SAW: “Kamu sekalian adalah pemimpin dan akan ditanya
tentang kepemimpinanmu. Imam adalah pemimpin dan akan ditanya tanggung
jawabnya. Seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan bertanggung
jawab atas kepemimipinannya. Isteri adalah pemimpin rumah tangga suaminya
dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Pembantu adalah pemimpin
harta majikannya dan akan ditanya tentang pemeliharaannya. Maka kalian
semua adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung jawab atas kepe-
mimpinannya.” 239
Demikianlah kiat mempertahankan keutuhan rumah tangga dan ke-
luarga sampai Hari Akhir. Sepantasnya kita semua dapat meraih kebaha-
giaan itu sebagaimana do’a kita setiap saat, RABBANA HAB LANA
MIN AZWAJINA WADZURRIYYATINA QURRATA A’YUN WA-
J’ALNA LIMUTTAQIINA IMMAMA,
(Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan ketur-
unan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami pemimpin bagi or-
ang-orang yang bertaqwa.)
***
237
HR. Al-Bukhari dan Muslim
238
HR. Abu Daud
239
HR. Al-Bukhari dan Muslim
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah- 111
1 KEWAJIBAN SESAMA
MUSLIM
2
ISA AL-MASIH DALAM
PANDANGAN ISLAM
Menjawab Missionaris,
Meneguhkan Keimanan Muslim
MUKADIMAH
Suatu hari penulis mendapat kiriman surat kaleng bercap pos
Bandung dari seorang missionaris yang berisi copian selembaran ajakan
meyakini bangkitnya Yesus Kristus yang telah mati untuk menebus dosa
manusia.
Bagi penulis, keyakinan beragama adalah hak masing-masing orang
dan sama sekali tidak ada paksaan dalam menganut suatu ajaran. Hanya
saja dalam lembaran tersebut mengutip beberapa ayat al-Qur’an untuk
mempropagandakan (baca; provokasi) keyakinan kristiani dengan
membuat “pertentangan” pada ayat-ayat al-Qur’an. Redaksi lengkapnya
sebagai berikut; “…Dalam al-Qur’an sendiri sangat jelas dituliskan
bahwa Nabi Isa itu mati lalu dibangkitkan (Baca S. Maryam : 30-33)
tetapi dalam S. An-Nisa:157 dikatakan Nabi Isa tidak disalib berarti tidak
mengalami kematian dan kebangkitan. Mengapa pewahyuan dalam al-
Qur’an bisa tidak sama ? …”
Sangat disesalkan surat tersebut tanpa alamat pengirim, sehingga
penulis terdorong membuat jawaban ini yang diharapkan membentengi
kaum muslimin dari propaganda kaum salib yang bermental seperti
pengirim surat kaleng tersebut. Karena dengan cara surat kaleng seperti
ini menunjukkan bahwa mereka sendiri meragukan
kebenaran/keyakinan mereka dengan bersikap monolog dan tertutup.
Jika mereka yakin akan kebenaran apa yang mereka yakini, mengapa
tidak dengan cara berdialog terbuka, karena di kalangan ulama Islam
juga sangat banyak yang mendalami masalah kekristenan (kristolog),
seperti Ahmed Deedat dan ulama lainnya serta yang mendapat hidayah
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -
114
Allah menjadi muslim atas dasar keyakinan akan kebenaran ajaran Islam,
daripada ajaran yang sebelumnya mereka anut.
Mudah-mudahan Allah menjadikan tulisan ini sebagai proses
dakwah seperti disinyalir dalam firman-Nya: “Katakanlah: “Hai ahli
kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak
ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak
(pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain
Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka:
“Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim. Hai ahli kitab,
mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat
dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu
tidak berpikir ? Demikianlah kalian, kalian sepatutnya berbantah tentang
hal yang kamu ketahui, maka mengapa kamu berbantahan tentang hal
yang tidak kamu ketahui ? Allah mengetahui sedang kamu tidak
mengetahui.” (QS. Ali Imran/3:64-66)
Masalah Nabi Isa termasuk masalah ghaib, sebagaimana firman
Allah: “Hal itu adalah diantara berita-berita ghaib.” (QS. Ali Imran:44).
Setiap mu’min wajib beriman akan adanya para nabi dan rasul. Beriman
kepada para utusan Allah termasuk salah satu masalah aqidah yang
harus dilandasi dalil qath’i dan mutawatir, yaitu dalil yang tegas dan kuat
dalam memutuskan segala ketentuan yang berkaitan dengannya.
Demikian halnya dengan nabi Isa Bin Maryam, untuk mengetahui
keberadaannya dibutuhkan dalil qath’i dari al-Qur’an dan hadits
mutawatir, bukan hadits ahad atau penafsiran dan pikiran. Dan sebagai
argumen tambahan, penulis merujuk pada Kitab Injil Barnabas yang
orisinalitasnya masih diakui, tidak seperti Kitab Injil versi lainnya yang
terdapat banyak kerancuan. (periksa, Dialog Masalah Ketuhanan Yesus,
KH. Bahaudin Mudhary, Pustaka Da’i, Surabaya).
AL-QUR’AN MUSTAHIL BERTENTANGAN
Penulis memaklumi adanya umat kristiani yang menyatakan al-
Qur’an bertentangan antara satu ayat dengan ayat lainnya, karena
memang karakteristik mereka yang selalu berbantahan tanpa ilmu,
sebagaimana yang disinyalir Allah : “Demikianlah kalian, kalian sepatutnya
berbantah tentang hal yang kamu ketahui, maka mengapa kamu berbantahan
tentang hal yang tidak kamu ketahui ? Allah mengetahui sedang kamu tidak
mengetahui.” (QS. Ali Imran/3:64-66) Bahkan, penyusun buku “Al-Qur’an
Berbicara tentang Kristen” menceritakan pengalamannya berdebat
dengan penganut Kristiani, berikut penuturannya : “… tanggal 11
Desember 1995 penulis menelpon Herman O.T.M Simanjuntak untuk
meminta buku “Abdul Masih Menjawab”. Dia mengatakan buku itu ada
di kantor Gema Nehemia. Penulis datang sendirian ke kantor itu dan
berbincang santai dengan beberapa misionarisnya, ternyata mereka
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah- 115
semua yang bernaung di lembaga yang dipimpin oleh dr. Suradi itu,
meskipun sudah lama melakukan kajian Alqur’an untuk dimanipulasi,
masih belum mengerti Al-Qur’an, apalagi bahasa Arab. Saat itu mereka
menunjukkan kesalahan Al-Qur’an tentang maqam Ibrahim yang disebut
dalam surat Ali Imran 96 dan 97 yang berbunyi: “Sesungguhnya rumah
yang mula-mula dibangunkan untuk manusia (beribadah) ialah (bait Allah)
yang di Makkah (Ka’bah), yang diberi berkat dan petunjuk untuk semesta alam.
Di sana ada beberapa tanda nyata, (diantaranya) makam Ibrahim. Barangsiapa
yang masuk ke negeri Makkah, niscaya aman sentosa.” Menurut anggapan
mereka, yang dimaksud dengan kata-kata “makam Ibrahim” itu adalah
“kuburan Ibrahim”. Seketika kami tertawa mendengarnya…” (1999 : ix)
Al-Qur’an adalah wahyu Allah terakhir yang diturunkan sebagai
pedoman hidup seluruh umat manusia sampai hari kiamat. Allah Sendiri
yang senantiasa menjaga otentisitas dan kemurnian al-Qur’an. (QS. Al-
Hijr:9) Isinya sama sekali tidak terdapat pertentangan karena dari Satu
Sumber Yang Maha Benar. Tidak seperti Bible atau Injil, Taurat dan
Zabur yang ada sekarang yang merupakan
ungkapan/penafsiran/terjemahan manusia, dan rentan terjadi
kekeliruan penulisan dan pemahaman dengan banyaknya versi bahasa.
Sedangkan Al-Qur’an sejak diturunkan sampai detik ini di seluruh
penjuru bumi tetap sama. Jika terdapat perbedaan terjemahan atau
penafsiran bukan al-Qur’annya yang berbeda. Allah menyatakan : “Maka
apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ? kalau kiranya al-
Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. 4:82)
Seorang orientalis mengakui: “It will be seen, from the above, that a
final and complete text of the Koran was prepared wihin twenty years
after death (A.D. 632) of Muhammad, And that this has remained the
same, without any change, or alteration by enthusiasts, translators or
interpolators, up to the present time. It is tobe regretted that the same can
not be said all the books of the Old dan New Testaments.” (FF
Arbuthnot, The Contruction of The Bible And The Koran, London, 1885,
h. 5)
“Dari uraian di atas dapat diketahui, bahwa teks al-Qur’an yang
final dan lengkap itu disiapkan dalam waktu 12 tahun setelah
Muhammad wafat (632 M.) Dan teks itu sampai sekarang tetap sama
tanpa ada perubahan atau pergantian dari pembacanya, penerjemah
maupun pemalsu. Sangat disayangkan, keaslian seperti al-Qur’an in
tidak bisa ditemui dalam Kitab Suci Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru (Bible).” (Al-Qur’an Berbicara tentang Kristen, 1999: 21-22)
PENCIPTAAN & KELAHIRAN ISA BIN MARYAM
Al-Qur’an menjelaskan secara rinci penciptaan Isa dan proses
kelahirannya, untuk memperlihatkan kekuasaan-Nya dan menunjukkan
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -
116
bahwa Isa adalah manusia –bukan tuhan atau anak tuhan sebagaimana
keyakinan kristiani. Berikut firman-Nya:
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya: “Jadilah” maka jadilah dia.” (QS. Ali Imran :59)
“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam al-Qur’an,, yaitu ketika ia
menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia
mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh
Kami (Jibril) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dengan bentuk)
manusia yang sempurna. Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung
daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang
bertakwa.” Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan
Tuhanmu untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” Maryam
berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak
pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang
pezina.” Jibril berkata: “Demikianlah Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah
mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia
dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah
diputuskan.” Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan
kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak
memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma. ia berkata: “Aduhai
alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak
berarti, lalu dilupakan”. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah:
“Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak
sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu,
niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.
Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang
manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk
Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang
manusiapun pada hari ini. Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya
dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya
kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan
Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali
bukanlah seorang pezina.” Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka
berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam
ayunan.” Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-
Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku
seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan
kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan
berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong
lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku
dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali.” Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar,
yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah- 117
mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka
Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah
adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini
adalah jalan yang lurus.” (QS. Maryam : 16-36)
Perbedaan proses kelahiran Isa yang tanpa ayah, bukanlah suatu
yang istimewa bagi Allah sehingga janganlah menimbulkan pertentangan
atau pengkultusan terhadap Nabi Isa.
Ibnu Jarir, Ibnu Ishaq, Ibnul Mundzir meriwayatkan bahwa ayat-
ayat ini (Ali Imran 1-9) dan ayat-ayat sesudahnya, yang berjumlah
delapan puluh ayat diturunkan berkenaan dengan kaum Nasrani negeri
Najran. Yaitu ketika mereka datang menemui Rasulullah SAW.
Kedatangan mereka melibatkan delapanpuluh orang penunggang kuda.
Lalu, mereka bertengkar dengan Nabi mengenai Isa Bin Maryam. Mereka
mengatakan, “Siapakah sebenarnya ayah Isa ?” Kemudian mereka
mengatakan kepada Allah akan hal-hal bohong dan tidak terbukti. Maka,
Rasulullah SAW menjawab: “Tidakkah kamu mengetahui bahwa Tuhan
kami Maha Hidup dan tidak mati ? Dan Isa, pasti akan mengalami
kematian ?” Mereka menjawab, “Sudah pasti itu benar”. Nabi bersabda:
“Tidakkah kamu mengetahui bahwa Tuhan kami Mahakuasa terhadap
segala sesuatu. Dia-lah yang menanggungnya. Dia-lah Yang
memeliharanya, dan Dia Yang memberi rezeki padanya ?” Mereka
menjawab : “Benar !” Nabi SAW bersabda, “Apakah Isa memiliki sesuatu
selain yang telah tersebut ?” Mereka menjawab: “Tidak.” Nabi bersabda:
“Tidakkah kamu tahu bahwa Allah telah menggambarkan (bentuk) Isa di
dalam rahim (ibunya) menurut yang Allah kehendaki ? Dan Tuhan kami
tidak makan, tidak minum, dan tidak pernah berhadats ?” Jawab mereka:
“Benar !” Beliau bersabda: “Tidakkah kamu tahu bahwa Isa telah
dikandung oleh ibunya sebagaimana wanita (lainnya) melahirkan
anaknya, kemudian ia diberi makan sebagaimana seorang bayi diberi
makan. Lalu, Isa makan, dan minum serta berhadats ?” Mereka
menjawab, “Benar.” Nabi SAW bersabda: “Lalu, bagaimana Nabi Isa itu
bisa seperti yang kamu duga ?”
NABI ISA BIN MARYAM AS DIUTUS KEPADA BANI ISRAIL &
MENENTANG KEYAKINAN TRINITAS
Al-Qur’an menjelaskan kenabian Isa Bin Maryam dan ajaran yang
dibawanya. Diantaranya:
1- QS. An-Nisa:171
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu,
dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya Al-masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang
diciptakan dengan) kalimat-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”,
berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -
118
Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di
langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai
Pemelihara.”
2- QS. Al-Maidah:116-117
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putera Maryam, adakah
kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan
selain Allah ?” Isa menjawab: “Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada
pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang
ghaib-ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: “Sembahlah Allah,
Tuhanku dan Tuhanmu”. Dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka,
selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku,
Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha menyaksikan
atas segala sesuatu.”
3- QS. Az-Zukhruf: 59
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya
ni’mat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah)
untuk Bani Israil.”
(Lihat, Injil Barnabas, Fasal 21:21)
yang tidak dikuasai oleh hukum selain hukum Allah (di luar jangkauan
kekuasaan raja Romawi dan pasukan yang memburunya).
Jika kalimat RAFA’A dimaknai mengangkat jasad Isa, tidaklah
tepat, karena banyak ayat lain yang menegaskan bahwa RAFA’A adalah
mengangkat kedudukannya. Seperti ketika Allah menyatakan WA
RAFA’NAHU MAKANAN ‘ALIYYAN (dan Kami telah mengangkatnya
ke martabat yang tinggi, QS. Maryam:57) yaitu diangkatnya Nabi Idris
AS.
Makna SYUBBIHA LAHUM
Yang dimaksud kalimat SYUBBIHA LAHUM (…disamarkan atas
mereka) terdiri dari beberapa pemahaman, diantaranya :
1. Wajah Isa diserupakan dengan wajah Yudas Iskariot
Injil Barnabas Fasal 214 – 217 menceritakan : “Maka keluarlah Yesus
dari rumah kemudian membelok ke kebun untuk sembahyang, lalu ia bertelut
seratus kali sambil mengenakan wajahnya ke tanah sebagai kebiasaannya dalam
bersembahyang. Dan oleh karena Yudas mengetahui tempat di mana Yesus
beserta para muridnya berada, maka pergilah ia kepada kepala imam. Katanya:
“Apabila engkau berikan apa yang engkau janjikan maka akan kuserahkan ke
tanganmu pada malam ini Yesus yang kamu carinya itu. Karena ia sekarang
tinggal sendirian bersama sebelas temannya”. Kepala imam itu menjawab:
“Berapa yang engkau minta ?” Yudas menjawab: “Tigapuluh keping emas.”
Dan ketika itu juga kepala imam menghitung uang kontan untuknya. Lalu ia
mengutus seorang Parisi kepada Hakim dan Herodes untuk mendatangkan
barisan-barisan tentara. Maka kedua orang itu memberikan kepadanya satu
pasukan, karena mereka khawatir akan khalayak ramai. Lalu mereka memanggul
senjata mereka, dan keluarlah mereka dari Jerussalem dengan obor-obor dan
lampu-lampu di atas tongkat-tongkat. Dan ketika barisan tentara itu bersama
Yudas sudah mendekati tempat di mana Yesus berada di situ, maka terdengarlah
oleh Yesus suara mendekatnya sejumlah besar manusia. Dari itu ia mundur dan
sambil ketakutan ia memasuki rumah. Adapun kesebelas orang itu sedang tidur.
Maka ketika Allah melihat bahaya yang menghampiri hamba-Nya,
diperintahlah oleh-Nya para Malaikat-Nya Jibril, Michail, Rufail dan Uril
utusan-utusan-Nya itu untuk mengambilnya dari dunia ini. Dan tibalah para
Malaikat yang suci itu lalu diambilnyalah Yesus dari jendela yang menghadap
ke sebelah selatan. Kemudian diangkatnyalah dia dan diletakkannya di langit
yang ketiga, di tengah kawanan Malaikat yang memuji-muji Allah sepanjang
masa. Kemudian Yudas, dengan kekerasan memasuki kamar darimana Yesus
diangkat itu. Di saat mana para murid semuanya sedang tidur. Maka Allah
yang Maha Ajaib itu mendatangkan sesuatu yang ajaib pula. Lalu berubahlah
Yudas itu dalam kata-kata dan wajahnya, sehingga ia menyerupai Yesus, dan
kamipun menyangkanya Yesus. Adapun dia, maka setelah membangunkan kami
ia mencari-cari dimana gerangan guru itu. Dari itu kamipun merasa heran, lalu
kami jawab: “Engkaulah ya tuan, Guru kami. Lupakah engkau sekarang kepada
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -
124
kami ?” Adapun dia maka sambil bersenyum mengatakan: “Apakah kamu
dungu sehingga kamu tidak mengenal lagi Yudas Iskariot ?” Dan di tengah-
tengah ia mengatakan demikian itu masuklah tentara itu lalu meletakkan
tangan mereka kepada Yudas, karena ia benar-benar menyerupai Yesus dalam
segala hal. Adapun kami, maka ketika kami dengar suara Yudas dan melihat
gerombolan tentara itu larilah kami bagaikan orang-orang gila. Juga Yahya
yang tadinya memakai selimut dari katun ia terjaga dan lari. Dan ketika
seorang perajurit memegangnya dengan selimut katunnya, maka ia tinggalkan
selimutnya dan ia lari telanjang. Karena Allah telah mengabulkan doa Yesus
dan menyelamatkan kesebelas orang ini dari bahaya. Maka diangkutlah Yudas
oleh tentara dan diikatlah dia sambil mengejek-ejeknya. Karena dia mungkir
sedang ia bertutur benar bahwa dia itu bukan Yesus…”
2. Disangka telah mati disalib dan dibunuh padahal belum mati ketika
disalib/dibunuh.
“Mereka tidak membunuhnya dengan salib itu; sebab yang dinamai
menyalib yaitu orang dipaku kedua tangan dan kakinya di tiang salib sampai
mati. Kalau belum berhasil sampai mati, ini berarti belum dapat dikatakan
menyalib. Oleh karena itulah maka ketika Yesus disalib tetapi belum berhasil
sampai mati beliau baru pingsan, diduga oleh mereka bahwa Yesus sudah mati.
Inilah yang dikatakan (Syubbiha lahum) artinya diserupakan kepada mereka
seakan-akan mereka telah berhasil menyalib Nabi Isa padahal belum bisa
dikatakan menyalib.” (Imam Muchlas 1982:53)
3. Bani Israil yang menentang kenabian Isa AS akan tetap dalam
keraguan tentang peristiwa makar mereka. Inilah makar Allah yang
memadamkan makar mereka. Sebagaimana dijelaskan pada ayat
selanjutnya, “Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang
(pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu.
Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali
mengikuti persangkaan belaka.”
Dapat disimpulkan, bahwa orang-orang yang telah melakukan
makar dengan rencana busuk membunuh Nabi Isa AS. sampai akhir
hayatnya tetap ragu dan samar atas tindakan pembunuhan mereka,
benarkah yang dibunuh itu Isa atau orang lain ? dan apakah orang yang
disalib itu telah mati saat itu juga atau belum ? Keraguan inilah yang
menjadikan makar (rencana busuk) mereka dianggap gagal dan tidak
berhasil, dikalahkan oleh makar Allah menyelamatkan Rasul-Nya.
KEBANGKITAN ISA DAN TURUN KE BUMI
Salah satu keyakinan Kristiani ialah kebangkitan Yesus di akhir
zaman. Sebagian kaum muslimin pun ada yang berkeyakinan Nabi Isa
akan turun ke bumi menjelang hari Kiamat, beralasan sebagai berikut:
1- QS. Az-Zukhruf/43:61
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah- 125
Setiap mu’min wajib beriman pada hari akhir. Beriman pada hari
akhir termasuk salah satu masalah aqidah yang memerlukan dalil qath’i
dan mutawatir dalam memutuskan segala ketentuan dan seluruh aspek
yang berkaitan dengannya. Demikian halnya dengan tanda-tanda hari
akhir, untuk menentukannya dibutuhkan dalil qath’i dari al-Qur’an dan
hadits mutawatir, bukan hadits ahad. Diantara masalah yang menjadi
perbincangan adalah akan datangnya kembali Ya-juz dan Ma-juz.
Siapakah Ya-juz & Ma-juz ? Bagaimana karakter dan sifatnya ? Benarkah
akan datang lagi sebagai salah satu tanda hari kiamat ?
Ya-juj dan Ma-juj dalam al-Quran
QS. Al-Kahfi: 94
“Mereka berkata; “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya-juj dan Ma-juj itu
orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami
memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding
antara kami dan mereka ?”
QS. Al-Anbiya: 96
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya-juj dan Ma-juj, dan mereka turun
dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan
janji yang benar (Hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-or-
ang yang kafir. (Mereka berkata); “Aduhai celakalah kami, sesungguhnya kami
adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang
zhalim.”
Ya-juj dan Ma-juj dalam Hadits
Dari Zainab Binti Jahsh -isteri Nabi SAW, berkata; “Nabi SAW bangun
dari tidurnya dengan wajah memerah, kemudian bersabda; “Tiada Tuhan selain
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah -
132
Allah, celakalah bagi Arab dari kejahatan yang telah dekat pada hari kiamat,
(yaitu) dibukanya penutup Ya-juj dan Ma-juj seperti ini !” beliau melingkarkan
jari tangannya. (Dalam riwayat lain tangannya membentuk isyarat 70 atau
90), Aku bertanya; “Ya Rasulullah SAW, apakah kita akan dihancurkan
walaupun ada orang-orang shalih ?” Beliau menjawab; “Ya, Jika banyak ke-
jelekan.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim)
Jenis dan Asal Usul Ya-juj dan Ma-juj dalam QS. Al-Kahfi : 94
Ya-juj dan Ma-juj menurut ahli lughah ada yang menyebut isim
musytaq (memiliki akar kata dari bhs. Arab) berasal dari AJAJA AN-NAR
artinya jilatan api. Atau dari AL-AJJAH (bercampur/sangat panas), al-
Ajju (cepat bermusuhan), Al-Ijajah (air yang memancar keras) dengan
wazan MAF’UL dan YAF’UL / FA’UL. Menurut Abu Hatim, Ma-juj be-
rasal dari MAJA yaitu kekacauan. Ma-juj berasal dari Mu-juj yaitu
Malaja. Namun, menurut pendapat yang shahih, Ya-juj dan Ma-juj bukan
isim musytaq tapi merupakan isim ‘Ajam dan Laqab (julukan).
Para ulama sepakat, bahwa Ya-juj dan Ma-juj termasuk spesies
manusia. Mereka berbeda dalam menentukan siapa nenek moyangnya.
Ada yang menyebutkan dari sulbi Adam AS dan Hawa atau dari Adam
AS saja. Ada pula yang menyebut dari sulbi Nabi Nuh AS dari keturun-
an Syis/At-Turk menurut hadits Ibnu Katsir. Sebagaimana dijelaskan
dalam tarikh, Nabi Nuh AS mempunyai tiga anak, Sam, Ham, Syis/At-
Turk. Ada lagi yang menyebut keturunan dari Yafuts Bin Nuh. Menurut
Al-Maraghi, Ya-juj dan Ma-juj berasal dari satu ayah yaitu Turk, Ya-juj
adalah At-Tatar (Tartar) dan Ma-juj adalah Al-Maghul (Mongol), namun
keterangan ini tidak kuat. Mereka tinggal di Asia bagian Timur dan men-
guasai dari Tibet, China sampai Turkistan Barat dan Tamujin. Mereka
dikenal sebagai Jengis Khan (berarti Raja Dunia) pada abad ke-7 H di
Asia Tengah dan menaklukan Cina Timur. Ditaklukan oleh Quthbuddin
Bin Armilan dari Raja Khuwarizmi yang diteruskan oleh anaknya
Aqthay. “Batu” anak saudaranya menukar dengan negara Rusia tahun
723 H dan menghancurkan Babilon dan Hongaria. Kemudian digantikan
Jaluk dan dijajah Romawi dengan menggantikan anak saudaranya Man-
ju, diganti saudaranya Kilay yang menaklukan Cina. Saudaranya Hulako
menundukan negara Islam dan menjatuhkan Bagdad pada masa daulah
Abasia ketika dipimpin Khalifah Al-Mu’tashim Billah pertengahan abad
ke-7 H / 656 H.
Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang banyak keturunannya.Menurut
mitos, mereka tidak mati sebelum melihat seribu anak lelakinya mem-
bawa senjata. Mereka taat pada peraturan masyarakat, adab dan pe-
mimpinnya. Ada yang menyebut mereka berperawakan sangat tinggi
sampai beberapa meter dan ada yang sangat pendek sampai beberapa
centimeter. Konon, telinga mereka panjang, tapi ini tidak berdasar.
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah- 133
Pada QS. Al-Kahfi:94, Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang kasar
dan biadab. Jika mereka melewati perkampungan, membabad semua
yang menghalangi dan merusak atau bila perlu membunuh penduduk.
Karenya, ketika Dzulkarnain datang, mereka minta dibuatkan benteng
agar mereka tidak dapat menembus dan mengusik ketenangan pendu-
duk. Siapakah Dzulkarnain ? Menurut versi Barat, Dzulkarnain adalah
Iskandar Bin Philips Al-Maqduny Al-Yunany (orang Mecedonia,
Yunani). Ia berkuasa selama 330 tahun. Membangun Iskandariah dan
murid Aristoteles. Memerangi Persia dan menikahi puterinya.
Mengadakan ekspansi ke India dan menaklukan Mesir. Menurut Asy-
Syaukany, pendapat di atas sulit diterima, karena hal ini mengisyaratkan
ia seorang kafir dan filosof. Sedangkan al-Quran menyebutkan; “Kami
(Allah) mengokohkannya di bumi dan Kami memberikan kepadanya se-
bab segala sesuatu.” Menurut sejarawan muslim Dzulkarnain adalah ju-
lukan Abu Karb Al-Himyari atau Abu Bakar Bin Ifraiqisy dari daulah Al-
Jumairiyah (115 SM - 552 M.). Kerajaannya disebut At-Tababi’ah. Diju-
luki Dzulkarnain (Pemilik dua tanduk), karena kekuasaannya yang
sangat luas, mulai ujung tanduk matahari di Barat sampai Timur. Menur-
ut Ibnu Abbas, ia adalah seorang raja yang shalih. Ia seorang pengem-
bara dan ketika sampai di antara dua gunung antara Armenia dan Az-
zarbaijan. Atas permintaan penduduk, Dzulkarnain membangun ben-
teng. Para arkeolog menemukan benteng tersebut pada awal abad ke-15
M, di belakang Jeihun dalam ekspedisi Balkh dan disebut sebagai “Babul
Hadid” (Pintu Besi) di dekat Tarmidz. Timurleng pernah melewatinya,
juga Syah Rukh dan ilmuwan German Slade Verger. Arkeolog Spanyol
Klapigeo pada tahun 1403 H. Pernah diutus oleh Raja Qisythalah di An-
dalus ke sana dan bertamu pada Timurleng. “Babul Hadid” adalah jalan
penghubung antara Samarqindi dan India.
Tanda-tanda Hari Kiamat
Dalam ‘Aqidatuna dijelaskan, Ya-juj dan Ma-juj akan datang pada
masa Isa AS turun kembali ke dunia untuk membunuh Dajjal, yaitu men-
jelang datangnya Hari Kiamat. Ya-juj dan Ma-juj datang untuk membalas
dendam orang yang telah membunuh Dajjal yang jumlahnya tidak sam-
pai 20.000 orang dan berkumpul di Gunung Tursina. Keluarnya Ya-juj
dan Ma-juj adalah fitnah dan salah satu tanda Hari Kiamat. Masalah ini
menjadi polemik diantara para ahli Kalam / ‘Aqa’id. Masalah hari
Kiamat dan yang berkaitan dengannya, sebagaimana telah dijelaskan se-
belumnya, harus berdasarkan dalil qath’i dan mutawatir. Syekh Syaltut
dalam masalah diangkatnya Isa dan akan turun kembali memutuskan;
1. Hal ini tidak berdasarkan al-Quran dan Sunnah.
2. Ayat-ayat al-Quran hanya menjelaskan janji Allah bahwa Isa diwa-
fatkan dan mengangkat ruh dan jasadnya serta menjaganya dari
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah-
134
orang-orang kafir. Nabi Isa tidak dibunuh atau disalib, tapi diwa-
fatkan oleh Allah dan diangkat di sisi-Nya.
3. Orang yang menolak keyakinan akan diangkatnya Isa dan hidup
sampai kini dan akan diturunkan kembali pada akhir zaman, tidak
menjadikannya keluar dari Islam atau kafir. Maka tidak boleh
memvonisnya murtad. Ia tetap muslim dan mu’min.
Karena Ya-juj dan Ma-juj berkaitan dengan turunnya Isa, sedangkan
dalil yang berkaitan dengannya tidak kuat (kelemahan hadits-haditsnya
dimuat dalam buku Islamiyat), maka keyakinan tentang datangnya Ya-juj
dan Ma-juj pun sama. Dalil yang sharih dan bisa dipegang antara lain
menjelaskan;
- Berdasarkan QS. Al-Kahfi:94, sebelum hari Kiamat, Ya-juj dan Ma-
juj telah datang, yaitu pada masa Dzulkarnain, dengan sifat dan karakter
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
- Berdasarkan QS. Al-Anbiya:96 dan Hadits tentang dibukanya pen-
utup Ya-juj dan Ma-juj, sepanjang waktu yang tidak diketahui, sebelum
Hari Kiamat, Ya-juj dan Ma-juj akan datang lagi dan hidup seperti
manusia lainnya dan melakukan penghancuran, yaitu ketika kejahatan
semakin banyak. Para ulama ada yang menyatakan bahwa hal ini telah
terbukti, yaitu pada pertengahan abad ke-7 H, ketika bangsa Tatar dan
Mongol menjatuhkan khilafah Islamiyah di Baghdad tahun 656 H.
Kebanyakan mufassir berpendapat munculnya Ya-juj dan Ma-juj
yang kedua kalinya itu adalah pada hari Kiamat. Kemudian datang hari
Kiamat dengan tiupan Isrofil yang pertama dan pada tiupan kedua selur-
uh umat manusia termasuk Ya-juj dan Ma-juj, akan dibangkitkan dan
dikumpulkan di mahsyar untuk menghadapi hari perhitungan. QS. Al-
Waqi’ah/18:47. Jadi, keluarnya Ya-juj dan Ma-juj yang sebenarnya adalah
hari Kiamat, bukan tanda hari Kiamat.
Menurut penulis, Ya-juj dan Ma-juj yang ada pada masa Dzulkarnaen
akan muncul lagi kelak pada hari Kiamat sebagaimana umat manusia lainnya.
Adapun kemunculan Ya-juj dan Ma-juj sebagaimana mimpi Rasulullah SAW
ialah sifat dan karakter Ya-juj dan Ma-juj yang akan terjadi tanpa diketahui
waktu dan tempatnya, jika telah tersebar kejelekan.
Wallahu A’lam Bish Shawab.
Referensi:
• Az-Zuhaily, Tafsir Al-Munir.
• Dr. Thaha Ad-Dasuqy, ‘Aqidatuna Wa Shilatuha Bil Kaun Wal Insan
Wal Hayat, Darul Huda, Kairo, 1995.
• Syekh Sya’ban ‘Abdulhadi Abu Rabah, Islamiyat, Haqaiq Fi Dzilli
Tauhid Al-Ara Al-Islamiyah, Muassasah Al-’Arabiyah Al-Hadit-
siyah, Kairo, 1991.
Islam Aplikatif : Aqidah & Dakwah- 135