You are on page 1of 10

KEUANGAN NEGARA dan KEUANGAN DAERAH DANA DEKONSENTRASI

Oleh : Kelompok 9

Nilla Gustia Shofiahilmy R Dian Irma Diani Salman Alfarezi

12975/2009 13005/2009 13009/2009 13080/2009

Mutya Tri Febriani 98609/2009 Adriansyah 98614/2009

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

DANA DEKONSENTRASI A. Dasar Hukum 1. Pasal 87 sampai dengan Pasal 93 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 2. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan

Dekonsentrasi 4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 523/KMK.03/2000 tentang Tata Cara Penganggaran, Penyaluran Dana, Pertanggungjawaban dan Pelaporan Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

B. Pengertian Dekonsentrasi merupakan salah satu cara dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia. Sesuai dengan Pasal 1 butir 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pengertian dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Daerah/gubernur mempunyai kewenangan untuk mengelolanya mulai dari

pembiayaan, perizinan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan standar, norma, dan kebijakan pemerintah. Penyelenggaraan wewenang dalam dekonsentrasi dilaksanakan oleh dinas provinsi. Penggunaan aset dekonsentrasi dimaksudkan untuk mendapatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengeleolaan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan umum, serta untuk menjamin hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta antardaerah. C. Penyelenggaraan Dekonsentrasi Penyelenggaraan dekonsentrasi diatur dalam Peraturan pemerintahan Nomor 39 Tahun 2001. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan dibagi dalam daerah yang lebih kecil, dengan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal-usul dalam daerah yang bersifat istimewa.

Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah. Provinsi mempunyai kedudukan sebagai daerah otonom sekaligus adalah wilayah kerja gubernur untuk melaksanakan fungsi-fungsi kewenangan yang dilimpahkan kepadanya. Kepala daerah otonom disebut sebagai gubernur yang berfungsi selaku kepala wilayah administrasi dan sekaligus sebagai wakil pemerintah. Gubernur memegang peranan penting sebagai unsur perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pertimbangan dan tujuan diselenggarakannya asas dekonsentrasi, yaitu: 1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelayanan terhadap kepentingan umum; 2. Terpeliharanya komunikasi sosial kemasyarakatan dan sosial budaya dalam sistem administrasi negara; 3. Terpeliharanya keserasian pelaksanaan pembangunan nasional; 4. Terpeliharanya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1. Pelimpahan Wewenang Pelimpahan kewenangan ini dilakukan kepada seluruh gubernur dan atau perangkat pusat di daerah atau kepada gubernur dan atau perangkat pusat di daerah tertentu. Daerah tertentu ini adalah daerah-daerah yang dipandang menurut kriteria departemen teknis layak dan diperlukan untuk diberi pelimpahan. Kewenangan yang dapat dilimpahkan oleh pemerintah kepada gubernur dan atau peangkat pusat di daerah meliputi sebagian kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agaman, dan sebagian kewenangan bidang lain. Kewenangan bidang lain dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 199, yaitu kewenangan perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia,

pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standardisasi nasional, yang selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor

25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom. Kewenangan pemerintah yang dilimpahkan kepada gubernur adalah sebagai berikut: a. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, dan Undang-Undang Dasar 1945 serta sosialisasi kebijaksanaan nasional di daerah. b. Koordinasi wilayah, perencanaan, pelaksanaan, sektoral, kelembagaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian. c. Fasilitas kerja sama dan penyelesaian perselisihan antardaerah dalam wilayah kerjanya. d. Pelantikan bupati/walikota. e. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah dengan daerah otonom di wilayahnya. f. Fasilitasi penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan. g. Pengondisian terselenggaranya pemerintahan daerah yang baik, bersih, dan bertanggung jawab baik yang dilakukan oleh Badan Eksekutif Daerah maupun Badan Legislatif Daerah. h. Penciptaan dan pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban umum. i. Penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintah lainnya yang tidak termasuk dalam tugas instansi lain. j. Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota. k. Pengawasan represif terhadap peraturan daerah, keputusan kepala daerah, dan keputusan DPRD serta keputusan pimpinan DPRD kabupaten/kota. l. Pengawasan pelaksanaan administrasi kepegawaian dan karier pegawai di wilayahnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. m. Pemberian pertimbangan terhadap pembentukan pemekaran, penghapusan, dan penggabungan daerah.

2. Tata Cara Pelimpahan Tata cara pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur dan atau perangkat pusat di daerah, adalah sebagai berikut: a. Dalam hal presiden melimpahkan sebagian kewenangannya kepada gubernur, dapat langsung menetapkannya melalui keputusan presiden.

b. Dalam rangka pelimpahan wewenang pemerintahan kepada gubernur dan atau perangkat pusat di daerah, menteri dan atau pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen memprakarsai dengan menentukan jenis kewenangan yang akan dilimpahkan. c. Jenis kewenangan yang akan dilimpahkan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan instansi terkait dan gubernur dan atau perangkat pusat di daerah yang bersangkutan. d. Pelimpahan wewenang ditetapkan dengan keputusan presiden.

3. Penyelenggaraan Kewenangan Gubernur dalam menyelenggarakan wewenang yang dilimpahkan pemerintah

berkewajiban: a. Mengoordinasikan perangkat daerah dan pejabat pusat di daerah serta antarkabupaten dan kota di wilayahnya sesuai bidang tugas yang berkaitan dengan kewenangan yang dilimpahkan. b. Melakukan fasilitasi terselenggaranya pedoman, norma, standar, arahan, penelitian, dan supervisi, serta melaksanakan pengendalian dan pengawasan; dan c. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan kewenang pemerintahan di wilayahnya. Dalam menyelenggarakan kewenangan yang dilimpahkan, gubernur memerhatikan: a. Standar, norma, dan kebijakan pemerintah; b. Keserasian kemanfaatan, kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, dan

pembangunan; c. Standar pelayanan minimal. Kewajiban perangkat pusat di daerah dalam menyelenggarakan kewenangan yang dilimpahkan adalah: a. Melakukan koordinasi dengan gubernur dan instansi terkait dalam perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan, sesuai dengan norma, standar, pedoman, arahan, dan kebijakan pemerintah yang diselaraskan dengan perencanaan tata ruang dan program pembangunan daerah serta kebijakan pemerintah daerah lainnya;

b. Membina pegawai di lingkungannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan c. Memberikan saran dan pertimbangan kepada menteri/pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen dan gubernur berkenaan dengan penyelenggaraan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan.

D. Pembiayaan Dekonsentrasi Biaya untuk penyelenggaraan kewenangan yang dilimpahkan kepada gubernur dan atau perangkat pusat di daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara sesuai besaran kewenangan dan beban tugas yang dilimpahkan. Penentuan besaran biaya ini dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan memerhatikan pertimbangan menteri teknis dan atau pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen, gubernur dan atau perangkat pusat di daerah yang mendapat pelimpahan wewenang. Tata cara penyaluran biaya penyelenggaran wewenang yang dilimpahkan kepada gubernur dan atau perangkat pusat di daerah, dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Ketentuan tentang pemungutan dan penyetoran penerimaan disesuaikan dengan peraturan perundangundangan. E. Pembinaan dan Pengawasan Atas penyelenggaraan kewenangan yang dilimpahkan kepada gubernur dan atau perangkat pusat di daerah, dilakukan pembinaan dan pengawasan oleh menteri/pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen. 1. Penarikan Kewenangan Penarikan kewenangan yang dilimpahkan kepada gubernur dan atau perangkat pusat di daerah dapat dilakukan oleh pemerintah, sebagian maupun seluruhnya apabila: a. Kewenangan yang dilimpahkan tidak dapat dilanjutkan karena pemerintah mengubah kebijakan, dan b. Gubernur dan atau perangkat pusat di daerah mengusulkan untuk ditarik sebagian atau seluruhnya.

Tata cara penarikan kewenangan yang dilimpahkan kepada gubernur dan atau perangkat pusat di daerah adalah sebagai berikut: a. Menteri/pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen terlebih dahulu mengevaluasi penyelenggaraan kewenangan yang dilimpahkan. b. Menteri/pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen wajib menginformasikan kepada gubernur dan atau perangkat pusat di daerah hasil evaluasi. c. Berdasarkan hasil evaluasi, dapat menarik sebagian atau seluruh kewenangan yang dilimpahkan kepada gubernur dan atau perangkat pusat di daerah. d. Menteri/pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen wajib memberitahukan alasan dan pertimbangan yang dijadikan dasar perubahan kebijakan kepada gubernur dan atau perangkat pusat di daerah secepat-cepatnya enam bulan atau selambat-lambatnya satu tahun sebelum dilakukan penarikan. e. Menteri/pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen wajib memerhatikan usul penarikan penyelenggaraan kewenangan dan wajib memberikan jawaban selambatlambatnya dalam waktu tiga bulan sejak pengajuan tersebut. f. Penarikan kewenangan yang dilimpahkan kepada gubernur dan atau perangkat pusat di daerah ditetapkan dengan keputusan presiden. g. Selama keputusan presiden belum ditetapkan, penyelenggaraan kewenangan yang dilimpahkan tetap dilaksanakan oleh gubernur dan atau perangkat pusat di daerah. h. Jika dalam waktu enam bulan sejak usul penarikan belum ditetapkan keputusan presiden, gubernur dan atau perangkat pusat di daerah dapat menghentikan sepihak terhadap penyelenggaraan kewenangan yang dilimpahkan.

2. Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban penyelenggaran kewenangan yang dilimpahkan, dilakukan oleh gubernur dan atau perangkat pusat di daerah. Pertanggungajawaban yang dilimpahkan meliputi pertanggungjawaban pelaksanaan substansi kewenangan, biaya

penyelenggaraan, hasil dan dampak pelaksanaan kewenangan, yang dilihat dari ketepatan waktu, kesesuaian dengan pedoman, norma, standar, dan arahan serta kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan. Pertanggungjawaban atas

penyelenggaraan kewenangan yang dilimpahkan berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen yang

bersangkutan.

3. Ketentuan Lain-lain Rincian kewenangan yang dilimpahkan kepada gubernur dan atau perangkat pusat di daerah ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan tersendiri. Peraturan perundang-undangan tersendiri adalah pengaturan yang dapat ditetapkan dalam bentuk keputusan presiden dan atau keputusan menteri. F. Dana Dekonsentrasi Sesuai UU Nomor 33 Tahun 2004 Pendanaan dalam rangka dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat nonfisik, antara lain koordinasi perncanaan, fasilitasi, pelatihan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. 1. Penganggaran dan Penyaluran Dana Dekonsentrasi Dana dekonsentrasi merupakan bagian anggaran kementrian negara/lembaga yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga, dana dekonsentrasi disalurkan melalui rekening kas umum negara. 2. Pertanggungjawaban dan Pelaporan Dana Dekonsentrasi SKPD menyelenggarakan penatausahaan uang/barang dalam rangka dekonsentrasi secara tertib sesuai dengan peraturan perundang-undangan. SKPD menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi kepada gubernur. Selanjutnya gubernur

menyampaikan laporan pertanggungjawaban seluruh pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi kepada menteri negara/ pimpinan lembaga yang memberikan pelimpahan wewenang. 3. Status Barang dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi Semua barang yang diperoleh dari dana dekonsentrasi menjadi barang milik negara. Barang milik negara yang diperoleh dari dana dekonsentrasi dapat dihibahkan kepada daerah. Barang milik negara yang dihibahkan kepada daerah dikelola dan dutatausahakan oleh daerah. Sedangkan, yang tidak dihibahkan wajib dikelola dan ditatausahakan oleh kementerian negara/lembaga yang memberikan pelimpahan wewenang. 4. Pengawasan dan Pemeriksaan Pengawasan dana dekonsentrasi dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pemeriksaan dana dekonsentrasi dilaksanakan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan di bidang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. G. Asas Umum Pelaksanaan Dekonsentrasi Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 bertujuan untuk mengatur lebih lanjut tentang pemisahan secara tegas antara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dalam dekonsentrasi oleh gubernur, yang dilaksanakan oleh perangkat daerah provinsi yang tidak dicatat dan dikelola dalam rangkan pelaksanaan desentralisasi yang dicatat dan dikelola dalam APBD. 1. Penganggaran Pelaksanaan Dekonsentrasi Penganggaran pelaksanaan dekonsentrasi dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN. Proses penganggaran pelaksanaan dekonsentrasi dilakukan bersama perangkat pemerintah provisi yang terkait. Anggaran pelaksanaan dekonsetrasi merupakan bagian dari anggaran departemen/lembaga pemerintah nondepartemen yang bersangkutan. 2. Penyaluran Dana dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Dekonsentrasi Penyaluran dana pelaksanaan dekonsentrasi dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku bagi APBN. Ketentuan yang mengatur mengenai penyaluran dana pelaksanaan dekonsentrasi diatur dalam keputusan Menteri Keuangan Nomor 523/KMK.03/2000. Dana pelaksanaan dekonsentrasi disalurkan melalui KPKN berdasarkan DIP atau dokumen lain yang disamakan. Penyaluran dana melalui KPKN dilakukan dengan dua cara: a. Pembayaran Langsung (LS) kepada yang berhak; atau b. Penyediaan Dana UYHD (DU) Semua kegiatan pengelolaan yang dilakukan oleh gubernur dalam pelaksanaan dekonstrasi diselenggarakan secara terpisah dari kegiatan pengelolaan keuangan untuk pelaksanaan desentralisasi dan tugas pembantuan. 3. Pertanggungjawaban dan Pelaporan Pelaksanaan Dekonsentrasi

Pelaporan pelaksanaan dekonsentrasi dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN. Gubernur wajib menyampaikan laporan/evaluasi secara triwulan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dekonsentrasi kepada menteri pimpinan LPND terkait. Menteri/pimpinan LPND wajib menyelenggarakan pelaksanaan anggaran dekonsentrasi dan menyusun laporan keuangan berupa laporan realisasi anggaran dan neraca departemen/LNPD bersangkutan menurut ketentuan Menteri Keuangan c.q. Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) serta menyampaikannya kepad presiden melalui Menteri Keuangan.

You might also like