You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Maksud Mendeskripsikan kenampakan dan penyusun batuan sedimen klastik pada sayatan tipis. Menentukan lingkungan pengendapan batuan sedimen klastik dari pengamatan mikroskopis. Pemberian nama batuan sedimen klastik pada sayatan tipis.

1.2 Tujuan 1.2.1 Dapat mendeskripsikan kenampakan dan penyusun batuan sedimen klastik pada sayatan tipis. 1.2.2 Dapat menentukan lingkungan pengendapan batuan sedimen klastik dari pengamatan mikroskopis. 1.2.3 Dapat memberikan nama batuan sedimen klastik pada sayatan tipis. 1.3 Pelaksanaan Praktikum Selasa, 26 April 2012 Pukul 18.30 20.00 Laboratorium Geooptik

BAB II DASAR TEORI


2.1 Definisi dan Klasifikasi Batuan Sedimen Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau dari hasil aktivitas kimia ataupun organisme, yang diendapakan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan (Pettijohn et al, 1904). Sedangkan Raymond (1943) memberikan definisi bahwa batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di permukaan bumi dalam kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini dihasilkan dari akumulasi dan pemadatan dari sedimentasi, material yang tertransport oleh air, udara, atau es. a. Proses Pembentukan Batuan Sedimen Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada sebelumnya oleh kekuatan-kekuatan yaitu pelapukan, gaya-gaya air, pengikisan-pengikisan angina, serta proses litifikasi, diagnesis, dan transportasi, maka batuan ini terendapkan di tempat-tempat yang relatif lebih rendah letaknya, misalnya: di laut, samudera, ataupun danau-danau. Mula-mula sedimen merupakan batuan-batuan lunak, akan tetapi karena proses diagenesis sehingga batuan-batuan lunak tadi akan menjadi keras. Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendapkan dan terlitifikasikan, sedangkan litifikasi adalah proses perubahan material sedimen menjadi batuan sedimen yang kompak. b. Transportasi dan Deposisi 1. Transportasi dan deposisi partikel oleh fluida Pada transportasi oleh partikel fluida, partikel dan fluida akan bergerak secara bersama-sama. Sifat fisik yang berpengaruh terutama adalah densitas dan viskositas air lebih besar daripada 2

angin sehingga air lebih mampu mengangkut partikel yang mengangkut partikel lebih besar daripada yang dapat diangkut angin. Viskositas adalah kemampuan fluida untuk mengalir. Jika viskositas rendah maka kecepatan mengalirnya akan rendah dan sebaliknya. Viskositas yang kecepatan mengalirnya besar

merupakan viskositas yang tinggi. 2. Transportasi dan deposisi partikel oleh sediment gravity flow Pada transportasi ini partikel sedimen tertransport langsung oleh pengaruh gravitasi, disini material akan bergerak lebih dulu baru kemudian medianya. Jadi disini partikel bergerak tanpa batuan fluida, partikel sedimen akan bergerak karena terjadi perubahan energi potensial gravitasi menjadi energi kinetik. Yang termasuk dalam sediment gravity flow antara lain adalah debris flow, grain flow dan arus turbid. Deposisi sediment oleh gravity flow akan menghasilkan produk yang berbeda dengan deposisi sedimen oleh fluida flow karena pada gravity flow transportasi dan deposisi terjadi dengan cepat sekali akibat pengaruh gravitasi. Batuan sedimen yang dihasilkan oleh proses ini umumnya akan mempunyai sortasi yang buruk dan memperlihatkan struktur deformasi. Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen dan penamaan batuan sedimen telah ditemukan oleh para ahli, baik berdasarkan genetik maupun deskriptif. Secara genetik dapat disimpulkan dua golongan. (Pettijohn,1975 dan W.T.Huang,1962) c. Litifikasi dan Diagnesis Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batupasir. Seluruh proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam dan terlitifikasi disebut sebagai diagnesis. Diagnesis terjadi pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi

daripada kondisi selama proses pelapukan, namun lebih rendah daripada proses metamorfisme. Proses diagnesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan proses yang mengontrolnya, yaitu proses fisik, kimia, dan biologi. Proses diagenesis sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter akhir batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses diagnesis akan menyebabkan perubahan material sedimen. Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik, mineralogi dan kimia. Secara fisik perubahan yang terjadi adalah terutama perubahan tekstur, proses kompaksi akan merubah penempatan butiran sedimen sehingga terjadi kontak antar butirannya. Proses sementasi dapat menyebabkan ukuran butir kwarsa akan menjadi lebih besar. Perubahan kimia antara lain terdapat pada proses sementasi, authigenesis, replacement, inverse, dan solusi. Proses sementasi menentukan kemampuan erosi dan pengangkatan partikel oleh fluida. Pengangkutan sedimen oleh fluida dapat berupa bedload atau suspended load. Partikel yang berukuran lebih besar dari pasir umumnya dapat diangkut secara bedload dan yang lebih halus akan terangkut oleh partikel secara kontinu mengalami kontak dengan permukaan, traksi meliputi rolling, sliding, dan creeping. Sedangkan pada saltasi partikel tidak selalu mengalami kontak dengan permukaan. Deposisi akan terjadi jika energi yang mengangkut partkel sudah tidak mampu lagi mengangkutnya. Adapun beberapa proses yang terjadi dalam diagenesa, yaitu : 1.Kompaksi Kompaksi terjadi jika adanya tekanan akibat penambahan beban. 2.Anthigenesis Mineral baru terbentuk dalam lingkungan diagnetik, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu

sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silika, klastika, illite, gypsum dan lain-lain. 3. Metasomatisme

Metasomatisme yaitu pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal. Contoh : dolomitiasi, sehingga dapat merusak bentuk suatu batuan karbonat atau fosil. 4. Rekristalisasi

Rekristalisasi yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagnesa atau sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukkan batuan karbonat. Sedimentasi yang terus berlangsung di bagian atas sehingga volume sedimen yang ada di bagian bawah semakin kecil dan cairan (fluida) dalam ruang antar butir tertekan keluar dan migrasi kearah atas berlahan-lahan. 5. Larutan (Solution) Biasanya pada urutan karbonat akibat adanya larutan menyebabkan terbentuknya rongga-rongga di dalam jika tekanan cukup kuat menyebabkan terbentuknya struktur iolit. (Diktat Petrologi UPN ; 2001) D. Sifat-sifat Batuan Sedimen Menurut Endarto (2004), batuan sedimen memiliki sifat-sifat pokok yaitu: 1. Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses sedimentasi 2. Sifat klastik/fragmen yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas, terutama pada golongan detritus 3. Sifat jejak atau adanya bekas-bekas tanda kehidupan (fosil) 4. Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya gypsum, kalsit, dolomit, dan rijing

E. Penggolongan dan Penamaan Batuan Sedimen Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah

dikemukakan oleh para ahli, baik berdasarkan genetis maupun deskriptif. Secara genetis disimpulkan dua golongan (Pettijohn et al, 1904 dan Huang, 1962), yaitu batuan sedimen klastik dan batuan sedimen nonklastik. 1 Batuan Sedimen Klastik Merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf, atau batuan sedimen itu sendiri. Batuan sedimen ini diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk di lingkungan darat maupun di lingkungan air (laut). Batuan berukuran besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunung api dan diendapakan di sekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapakan di lingkungan air seperti sungai, danau, atau laut. Konglomerat biasanya diendapkan di lingkungan sungai dan Batupasir dapat terjadi di lingkungan laut, sungai, danau, maupun delta. Semua batuan tersebut di atas termasuk dalam detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari Batulanau, serpih, Batulempung, dan napal. Batuan yang termasuk dalam golongan ini pada umumnya diendapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai ke laut dalam. Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis (disintegrasi) maupun secara kimiawi (dekomposisi), kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah fragmentasi berlangsung sedimen mengalami diagenesa, yakni proses perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses merubah sedimen menjadi batuan keras. Proses diagenesa antara lain:

a.

Kompaksi Sedimen

Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Di sini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat. b. Sementasi antar butir sedimen dan

Yaitu turunnya material-material di ruang

secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen satu dengan yang lain. Sedimentasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan (permeabilitas relatif) pada ruang antar butir semakin besar. c. Rekristalisasi

Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atau sbelumnya. Rekristalisai sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat. d. Autiqenesis

Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel batu dalam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut: karbonat, silika, klorita, illite, gipsum, dan lain-lain. e. Metasomatisme

Yaitu penggantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal. Contoh: dolomitasi, sehingga dapat merusak bentuk suatu batuan karbonat atau fosil. F. Tekstur Batuan Sedimen Tekstur adalah kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta susunannya (Pettijohn, 1975). Butiran tersusun dan terikat oleh semen dan masih adanya rongga di antara butirnya. Pembentukannya dokontrol oleh media dan cara transportasinya (Jackson, 1970; Reineck dan Singh, 1975). Pembahasan tekstur meliputi: 1. Ukuran Butir (grain size)

Pemilahan ukuran butir didasarkan pada skala Wentworth (1922).

Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Wentworth, 1922

2.

Pemilahan (sorting) Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya, maka pemilahan semakin baik. Beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan adalah: Well sorted Medium sorted Poor sorted : terpilah baik : terpilah sedang : terpilah buruk

3.

Kebundaran Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran dimana sifat ini hanya bisa diamati pada batuan sedimen klastik kasar. Kebundaran dapat dilihat dari bentuk batuan yang terdapat dalam batuan tersebut. Tentunya terdapat banyak sekali variasi dari bentuk batuan, akan tetapi untuk mudahnya dipakai perbandingan sebagai berikut: well rounded (membundar baik) Semua permukaan konveks, hampir equidimensional, dan sferodial rounded (membundar) Pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi-tepi butiran bundar subrounded (membundar tanggung)

Permukaan umumnya datar dengan ujung yang membundar subangular (menyudut tanggung) Permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung yang tajam angular (menyudut) Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam

Gambar 2.1 Klasifikasi roundness (Power, 1953)

1. Shape Shape adalah bentuk daripada butiran tersebut, dapat dibedakan menjadi 4 macam. Golongan pertama (I) : oblate/lobular Golongan kedua (II) : equent/equiaxial

Golongan ketiga (III) : bladed/triaxial Golongan keempat (IV) 2. Porositas Porositas suatu batuan adalah perbandingan seluruh permukaan poridengan volume dari batuan. Bila dijadikan dalam presentase adalah sebagai berikut: : prolate/rod shaped

Porositas

SeluruhPermukaanPori x100% VolumeBatu an

3. Fragmen Merupakan butiran penyusun suatu batuan sedimen yang berukuran lebih besar daripada pasir. 4. Matrik Matrik adalah semacam butir (klastik), tetapi sangat halus sehingga aspek geometri tak begitu penting, tedapat diantara butiran sebagai massa dasar. 5. Semen Semen bukan merupakan butir, tetapi material pengisi rongga antar butir, biasanya dalam bentuk amorf atau kristalin. Bahan-bahan semen yang lazim adalah: klasit, solomit, sulfat, karbonatan, silika, oksida, firit, lempung, silit, dan siderite 6. Kemas (fabric) Terbagi menjadi dua: kemas terbuka yaitu butiran tidak saling bersentuhan

(mengambang dalam matriks) kemas tertutup yaitu butiran saling bersentuhan satu dengan yang lainnya G. Klasifikasi Batuan Sedimen Klasifikasi batuan sedimen klastik Klasifikasi Batupasir Folk (1980)

Gambar 2.2 Klasifikasi Batupasir Folk, 1980

10

Klasifikasi Batupasir After Dott (1964)

Gambar 2.3 Klasifikasi Batupasir After Dott, 1964

11

You might also like