You are on page 1of 25

Mata Kuliah : Pengembangan Sumber Daya Air Modul No.

4 : Air Limbah Dan Sistim Drainase

Tujuan Instruksional Umum (TIU) : Mahasiswa mengetahui dan memahami secara umum pengolahan air limbah dan mengatasi kelebihan dari pengaliran air permukaan atau air lebih dari sisa peruntukannya dalam rangka pengembangan sumber daya air. Tujuan Instruksional khusus (TIK) : Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, tujuan serta merencanakan tahapan untuk mengatasi air limbah dan air lebih kedalam sistim drainase terpadu untuk penyelamatan kualitas dan kuantitas sumber daya air secara keseluruhan.

IV - I

4.

AIR LIMBAH DAN SISTEM DRAINASE

4.1 Pengertian Umum Didalam Undang-undang Sumber Daya Air No. 7 tahun 2004 belum disebutkan pentingnya Konservasi sumber daya air, yaitu upaya keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian air, kawasan hutan, dan kawasan pantai. Pengaturan konservasi sumber daya air yang berada didalam kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan hutan, dan kawasan pantai diatur berdasarkan peraturan perundang - undangan. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air ditujukan untuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang ada pada sumber - sumber air. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air. Pengendalian pencemaran air dilakukan dengan cara mencegah masuknya pencemaran air pada sumber air dan prasarana sumber daya air. Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa setiap orang berkewajiban menggunakan air sehemat mungkin, tidak merusak kualitas air yang tersedia, dengan jalan tidak mencampur/mengalirkan air limbah atau buangan masuk kedalam sumber air yang bersih. Kelebihan air hujan dan air sisa pemakaian sesuai fungsinya harus dikelola dan dialirkan kedalam sistem drainase yang terencana tanpa merusak lingkungan disekitarnya. 4.2 Pengolahan Air Limbah a. Definisi (Abreviasi) Air buangan atau Limbah (Waste Water) adalah air yang telah selesai digunakan oleh berbagai kegiatan manusia. (Rumah tangga, Industri, Bangunan umum, dan lain-lain) Sewer adalah pipa atau perpipaan atau jaringan perpipaan yang pada umumnya tertutup dan normalnya tak membawa aliran air buangan secara penuh Sewage adalah cairan buangan yang dibawa melalui sewer Sewerage sistem adalah suatu sistem pengelolaan air limbah mulai dari pengumpulan (sewer), pengelolaan (treatment) sampai dengan pembuangan akhir (disposal) Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Combined sewer (Sistem tercampur atau Kombinasi) adalah sistem yang direncanakan untuk membawa domestic sewage, Industrial Waste dan Storm Sewage (Air hujan) Self purification adalah kemampuan alamiah dari suatu badan air atau sungai untuk menguraikan zat - zat organik menjadi zat yang stabil DO (Disolved Oxygen) adalah oksigen yang terlarut dalam air yang digunakan untuk metabolisme binatang dan tumbuh - tumbuhan didalam air BOD (Bio chemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan zat organik pada kondisi aerobik Kondisi Aerobik = Kondisi suatu badan air yang mengandung O2 Kondisi Anaerobik = Kondisi auatu badan air yang tidak mengandung Oksigen. Karakteristik Air Buangan [1] Karakteristik Fisik - Warna - Bau - Suhu - Kekeruhan [2] Karakteristik Kimia - Zat Organik (Zat yang dapat terurai atau mudah terurai menjadi Zat yang stabil oleh manusia secara alamiah). Umumnya terdiri dari senyawa C.H.N.OPS (Protein dan Karbohirat) - Zat Anorganik (Zat yang tak dapat terurai oleh bakteri) Contohnya : Besi (Fe) Mangan (Mn) Air Raksa (Hg) Timah Hitam (Pb) Logam berat lainnya Pestisida Detergent [3] Karakteristik Biologi - Aerobik bakteri (Bakteri yang hidup bila ada O2) - Anaerobik bakteri (Bakteri yang dapat hidup tanpa O2) - Fakultatif (Bakteri yang hidup antara ada dan tak ada O2)

b.

Secara umum terdiri dari :

c.

Proses Self Purifikasi di Sungai (Self Purification)

Proses terjadinya pembersihan diri sendiri oleh sungai secara alamiah. Reaksi yang terjadi : - Zat Organik + O2 bakteri zat-zat yang stabil + CO2 - O2 diperoleh dari Badan air dan Udara. Keadaan I Disebut Zone Degradasi, Air Buangan dengan tingkat pencemaran yang tinggi dibuang ke sungai menyebabkan perubahan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Karakteristik : fisik, kimia dalam kehidupan rantai makanan (Food Chain) didalam air, bakteri menggunakan oksigen yang ada untuk menguraikan pencemaran, terjadi defisit oksigen, ikan dan tumbuh - tumbuhan mati yang hidup adalah jamur, gas CO2,dan CH4 dan H2S. Keadaan II Disebut Zone Dekomposisi. Tidak ada oksigen terlarut dalam sungai, bakteri yang hidup adalah bakteri Anaerobik; air menjadi busuk berwarna hitam dan bau (H2S); timbul endapan lumpur tebal berwarna hitam. Keadaan III Disebut Oksigen mulai busuk ke badan air (dari udara bebas, pengenceran, mekanis, hidrolis) CO2 berkurang berubahnya NH3 + O2 NO2 NO3 bakteri aerobik mulai hidup (Protozoa porifera). Keadaan IV - Keadaan aerobik dimulai kondisi membaik seperti semula, tumbuh tumbuhan dan ikan mulai hidup dan berkembang. d. Dampak Pembuangan Air Limbah Terhadap Lingkungan

Dampak yang timbul antara lain : [1] Timbulnya bau busuk, karena pencemaran yang tinggi sehingga air menjadi septik. Penghuni disepanjang badan air menjadi tidak nyaman. [2] Kehidupan akuatik (ikan dan lain sebagainya) menjadi terganggu bahkan dapat punah karena kadar oksigen di dalam air menjadi sedemikian rendahnya. [3] Dalam jumlah yang tidak terlalu besar dapat memperkaya kadar Nutricyt (zat makanan) dalam air yang memungkinkan timbulnya Algae (ganggang) dan water Hyacynth (eceng gondok). [4] Bila kualitas air pada badan air penerima sedemikian buruknya maka diperlukan proses pengolahan yang kompleks dan mahal untuk dapat digunakan kembali. [5] Badan air penerima akan menjadi tempat berkumpulnya Vektor, penyakit di samping bakteri - bakteri penyakit (cacing, penyakit perut). [6] Menurunnya kualitas air tanah dangkal, pencemaran yang meresap ke dalam tanah dan kontak dengan air tanah. [7] Berkurangnya air baku untuk air minum karena kualitasnya yang tidak memenuhi syarat air baku. [8] Kualitas kesehatan lingkungan menjadi menurun. Jenis penyakit yang timbul akibat penularan melalui air buangan antara lain : Penyakit saluran pencernaan (typhus, para typhus, dysentri, cholera, schistozominasis, dan lain sebagainya. e. Faktor - faktor yang Berpengaruh dalam Pengelolaan Lingkungan

[1] Kebiasaan hidup manusia [2] Tingkat pendidikan masyarakat [3] Tingkat kesejahteraan masyarakat [4] Peraturan perundangan tentang air buangan [5] Dana yang tersedia [6] Industri pengelola [7] Peran serta masyarakat

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

f.

Sistem Pengelolaan Air Buangan dan Pengolahan Air Buangan

Pengelolaan air buangan meliputi kegiatan antara lain : - Penyambungan rumah - Pengumpulan dan membawa air buangan - Pengolahan air buangan - Pembuangan akhir air buangan [1] Cara Pengolahan Air Buangan Dapat dibagi menjadi : - Sistem Individual Yaitu buangan tinja dari unit WC langsung disalurkan ke dalam lubang penampung dan diolah/diuraikan secara Anaerobik. - Sistem Komunal (Sewerage sistem) Yaitu buangan rumah tangga disalurkan ke jaringan Sewerage kota (Jaringan saluran air buangan) dan berakhir pada Instalasi pengolahan air buangan, untuk kemudian air yang telah memenuhi syarat dibuang ke badan air pemerima. [2] Proses Pengolahan Air Buangan Bahan baku yang masuk berupa buangan rumah tangga dan buangan Industri. Air buangan rumah tangga mengandung buangan tinja, buangan pencuci, buangan dapur (cair) yang kesemuanya terutama yang berupa buangan organik. Air Buangan Industri mengandung bahan - bahan buangan kimia dan bahan - bahan buangan organik berupa buangan organik dan anorganik. Pada prinsipnya proses pengolahannya dilakukan dalam 4 (empat) tahap yaitu : 1) Tahap pengolahan awal : Berupa penyaringan terhadap benda - benda kasar dan terdiri dari unit saringan kasar dan pengendapan pasir. 2) Tahap pengolahan Pertama : Berupa pengurangan benda - benda atau partikel - partikel padat dan terdiri dari unit pengendapan. 3) Tahap pengolahan Kedua : Berupa penguraian bahan - bahan organik dalam air buangan, dengan bantuan mikro organisme, Oxygen dan/atau berupa pemisahan bahan kimia yang tidak dikehendaki dengan mengikat bahan tersebut dengan bahan kimia lain agar terbentuk FLOK yang dapat mengendap. Unit pengolahan terdiri dari unit Biologi dan unit Kimia dan unit pengendapan - pengendapan. 4) Tahap pengolahan Lumpur : Penstabilan endapan Lumpur dari unit pengendapan yang terjadi dan terdiri dari unit pencerna dan pengering. Air buangan secara partial terdiri dari Cairan dan Padatan sedangkan air buangan secara fisik, kimia dan bakteriologi mengandung senyawa organik senyawa P, senyawa K dan bakteri (Patogen dan tidak pathogen) Mendasarkan atas prosesnya, maka dalam pengolahan air buangan dikenal 3 (tiga) proses, yaitu : a) Proses Fisik : Berupa pemisahan antara cairan dan padatan dengan cara pengendapan dan penyaringan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Contoh : Unit saringan, pengendapan pasir, pengendapan 1 dan 2. b) Proses Biologi : Berupa penguraian senyawa organik komplek menjadi bentuk sederhana dengan bantuan aktivitas mikro organisme dengan cara Aerasi dan penambahan Lumpur aktif bila diperlukan. Contoh : Unit Biologi. c) Proses Kimia : Berupa pengikatan unsur - unsur kimia yang tidak dikehendaki dan tidak dapat terpisah dalam proses fisik, dengan cara : Membunuh bahan kimia sebagai koagulan. Contoh : Unit Koagulasi dan Flokulasi. d) Proses Kimia/Biologi : Berupa membunuh bakteri pathogen dengan membubuhkan desinfektan. Contoh : Chlorinasi. Mendasarkan atas hasilnya, dikenal pengolahan air buangan lengkap dan tidak lengkap. Pada pengolahan air buangan lengkap, hasil olahannya telah aman, sedangkan hasil olahan tidak lengkap masih belum terlalu aman. g. Sistem Pengolahan Air Limbah di Daerah Khusus Ibukota

Sistem pengolahan air limbah di DKI pada umumnya memakai Sistem Individual untuk Fecal Manusia yaitu Septic tank (Cubluk) yang overflownya dibuang ke badan air dan tidak memenuhi persyaratan kualitas yang berlaku. Sedangkan air cuci/kamar mandi dan buangan dapur dibuang langsung ke saluran mikro drainase pemukiman, yang mengakibatkan saluran air hujan pada musim kemarau berisi buangan dan menjadi sarang nyamuk. Sistem komunal (Sewerage Sistem) baru merupakan pilot proyek di Kecamatan Setiabudi.

4.3 Dasar Perencanaan Sistem Drainase a. Pola Arah Aliran

Dengan melihat peta topografi dapat ditentukan arah aliran yang merupakan sistem natural drainase, secara alamiah, dan dapat mendata toleransi lama genangan dari suatu area rencana. Topografi adalah informasi yang diperlukan untuk menentukan arah penyaluran dan batas wilayah tadahnya. Pemetaan kontur di suatu daerah urban dilakukan pada skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000 dengan beda kontur 0,50 meter pada area datar dan beda kontur 1,00 meter pada area curam. Pemetaan kontur dengan skala 1 : 50.000 atau 1 : 100.000 juga mungkin diperlukan untuk menentukan luas DAS (Daerah Aliran Sungai) di hulu kota, dengan beda kontur 25 meter. b. Situasi dan Kondisi Fisik Kota

Informasi situasi dan kondisi fisik kota, baik yang telah ada (eksisting) maupun yang sedang direncanakan, perlu diketahui data :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

2) 3) 4) 5)

1) Sistem jaringan yang ada (drainase, irigasi, air minum, telepon dan listrik). Batas-batas area pemilikan. Letak dan jumlah prasarana yang ada. Tingkat kebutuhan drainase yang diperlukan. Gambaran prioritas area secara garis besar.

Data tersebut diatas dimaksudkan agar dalam penyusunan tataletak sistem jaringan drainase tidak terjadi pertentangan kepentingan (conflict of interest). Penentuan tataletak dari jaringan drainase bertujuan untuk : 1) Sistem jaringan drainase dengan sasaran dapat berfungsi perencanaan. 2) Dampak lingkungan seminim mungkin. 3) Nilai pakai setinggi mungkin ditinjau dari segi konstruksi dan fungsi. 4) Biaya pelaksanaan seekonomis mungkin. c. Langkah Perencanaan

sesuai

Data perancangan yang diperlukan untuk desain drainase adalah : 1) Data masalah a) Lokasi genangan b) Lama genangan c) Tinggi genangan d) Nilai kerugian akibat genangan. 2) Data topografi 3) Data Tata Guna Lahan Data tata guna lahan sangat berkaitan dengan besar aliran permukaan. Aliran permukaan menjadi besaran dari aliran drainase. Besar aliran permukaan tergantung debit air hujan yang run off di muka tanah. Besar air yang meresap (infiltrasi) tergantung angka pori (e) atau porositas (n,p), dan ini berkaitan dengan penggunaan lahan. 4) Jenis Tanah Jenis tanah untuk menentukan daya tahan menyerap air. 5) Master Plan Kota 6) Data prasarana dan utilitas Yaitu data jaringan air minum, telepon, pipa gas, pipa bahan baker, kabel listrik, dan lain-lain. 7) Biaya produksi drainase 8) Data kependudukan Dimaksudkan untuk menganalisis jumlah air buangan, untuk pendimensian saluran pada musim kemarau. 9) Kelembagaan Instansi pemerintahan yang terkait dalam sistem drainase. 10) Peraturan penggunaan 11) Aspirasi masyarakat dan peran pemerintah 12) Data sosial ekonomi penduduk 13) Kesehatan lingkungan pemukiman 14) Banjir kiriman, jika ada 15) Peta situasi dan pengukuran jalur saluran 16) Data hujan 17) Data bahan bangunan lokal.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

4.4 Prasarana Sistem Drainase

4.4.1

Saluran Drainase Muka Tanah a. Kapasitas Aliran Akibat Hujan Hujan yang terjadi menyebabkan adanya air hujan yang kemungkinan, sebagian besar menggenang dan mengalir di permukaan tanah (run off) dan sebagian kecil meresap (infiltrasi) ke dalam lapisan tanah. Jika pada permukaan tanah terjadi genangan lebih besar dari infiltrasi, maka untuk pengaliran air digunakan drainase muka tanah. Kapasitas (debit) aliran maksimum dianalisis berdasarkan metode rasional : Q = . . It . A Keterangan : Q = debit aliran (m3/dt) = koefisien run off = koefisien penyebaran hujan It= Intensitas hujan A = luas area aliran ..(4.1)

[1] Koefisien pengaliran / run off


Koefisien run off merupakan nilai banding antara bagian hujan yang run off di muka bumi dengan hujan total terjadi. Berikut ini disampaikan berbagai nilai koefisien run off dari permukaan bumi. Koefisien run off tersebut sebagian besar mempunyai nilai antara, tetapi sebaiknya untuk analisis, dipergunakan nilai terbesar atau nilai maksimum. Atau nilai pada sisi kanan dari tabel yang digunakan. Tabel 4.1. Koefisien run off untuk Drainase Muka Tanah Tipe Area Pegunungan yang curam Tanah yang bergelombang dan hutan Dataran yang ditanami Atap yang tidak tembus air Perkerasan aspal, beton Tanah padat sulit diresapi Tanah agak mudah diresapi Taman / lapangan terbuka Kebun Perumahan tidak begitu rapat (20 rumah / ha) Perumahan kerapatan sedang (21 60 rumah / ha) Koefisien run off 0,75 0,90 0,50 0,75 0,45 0,60 0,75 0,90 0,80 0,90 0,40 0,55 0,05 0,35 0,05 0,25 0,20 0,25 0,40 0,40 0,70

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Perumahan rapat (61 160 rumah / ha) Daerah rekreasi Daerah industri Daerah perniagaan

0,70 0,80 0,20 0,30 0,80 0,90 0,90 0,95

Selanjutnya berikut ini disampaikan koefisien penyebaran hujan dalam bentuk tabel, yang dapat digunakan untuk analisis debit hujan. [2] Koefisien Penyebaran Hujan Tabel 4.2. Koefisien Penyebaran Hujan Luas Area (Km2) 4 5 10 15 20 25 30 50 Koefisien Penyebaran Hujan 1 0,995 0,980 0,955 0,920 0,875 0,820 0,500

[3] Intensitas Hujan (t)


Intensitas hujan dianalisis berdasarkan data curah hujan dan data waktu konsentrasi hujan. Formula Mononobe : It = (R/24)(24/tc)2/3 Keterangan : It = intensitas hujan R = durasi, curah hujan Tc = waktu konsentrasi a) Curah hujan (R) Durasi, lama kejadian hujan (menit, jam, etmal) diperoleh dari hasil pencatatan alat ukur hujan otomatis. b) Waktu konsentrasi (tc) tc = to + td [ 4.3 ] keterangan : [ 4.2 ]

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

to = =

inlet time, waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di muka tanah menuju saluran drainase panjang dari sisi terluar yang sejajar dengan saluran dibagi kecepatan aliran di muka tanah dari sisi terluar tersebut sampai di saluran. Arah aliran ini tegak lurus saluran = L/v conduit time, waktu yang diperlukan air mengalir di sepanjang saluran sampai titik control di hilir panjang saluran dibagi kecepatan aliran di saluran = L/v panjang aliran kecepatan aliran.

td = = L v b. = =

Dimensi Saluran

Kapasitas aliran akibat hujan harus dialirkan melalui saluran drainase sampai ke titik rencana hilir. Debit hujan yang dianalisis menjadi debit aliran untuk mendimensi saluran. Q hujan = Q saluran = Fs.v Keterangan : Fs = luas tampang basah / desain saluran v = kecepatan aliran air di saluran Sehingga, Fs = Q / v ..[ 4.5 ] Kecepatan aliran air di saluran secara kasar dapat ditentukan berdasarkan table (i / v). Secara teliti dan ekonomis, ditentukan berdasarkan formula Manning atau formula Chezy, seperti yang telah tertera pada aspek hidrolika. 4.4.2 Drainase Sumuran a. Drainase Sumuran secara Konvensional Yaitu drainase untuk menampung air buangan dari rumah tangga. Sekarang berkembang pemanfaatan drainase sumuran untuk menampung air hujan yang mengalir di muka tanah atau di bawah muka tanah. Dengan maksud mempertahankan atau menaikkan muka air tanah untuk area yang elevasi muka air tanah cukup dalam. Drainase sumuran pada konsep awalnya adalah : 1) Saluran drainase muka tanah belum ada 2) Jika saluran drainase muka tanah ada, tetapi tidak terdapat sungai, danau atau laut sebagai hilir aliran. b. Kriteria Drainase Sumuran 1) Tidak sempurna, jika dasar sumuran tidak sampai lapisan tanah keras, cadas, rapat air, jika lapisan tersebut cukup dekat dengan muka tanah. 2) Sempurna, jika dasar sumuran menembus lapisan tanah keras, cadas, rapat air, jika lapisan tersebut cukup dekat dengan muka tanah. c.Karakteristik Drainase Sumuran [ 4.4 ]

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

1) Bentuk dan bahan sumuran dengan satu meter pasangan rapat air, di bawah satu meter pasangan rapat air, terdapat pasangan bata kosong sampai elevasi dasar rencana. 2) Fungsi, menampung air di sekitar lokasi pemukiman / perumahan, diresapkan ke dalam tanah. 3) Guna, untuk area dengan nilai koefisien permeabilitas (k) cukup besar dan untuk area dengan elevasi muka tanah dalam. 4) Multi purpose, untuk drainase muka tanah dan drainase bawah muka tanah. d. Analisis Drainase Sumuran

Q=

k(H 2 h 2 ) n(R / r )

..(1)

Keterangan : Q = H K = H = h r Gambar 4.1. h r = = R = debit aliran koefisien permeabilitas tinggi muka air maksimum rencana tinggi muka air minimum rencana jari - jari sumuran jari - jari pengaruh rembesan sumur

Tampang Tegak Sumur Drainase Sumuran

4.4.3 Drainase Bawah Muka Tanah Drainase bawah muka tanah atau drainase bawah permukaan adalah drainase berdasarkan infiltrasi air hujan yang menggenang di muka tanah meresap melalui pori-pori tanah pada lapisan tanah ke pipa-pipa drain. Kemudian oleh pipa-pipa drain yang sisi atas berlubang kecil-kecil, air dialirkan ke sumur peresapan atau saluran yang akan meneruskan aliran air ke sungai, danau atau laut. Pipa-pipa drain konvensional biasanya, dari tanah liat, pipa beton dan pipa paralon. Pipa-pipa tersebut untuk saat ini dapat digantikan dengan bahan dari geotekstil. a. Faktor yang diperhitungkan
Muka Air Muka Tanah

Pipa Drain
v

v sin

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.2. [1]

Drainase Bawah Muka Tanah dengan Pipa Drain

Daya Resap Tanah ..(1)

q1 = p v

keterangan : p = porositas tanah v = kecepatan resapan (cm / etmal, m / etmal) [2] Kapasitas Aliran Kapasitas aliran (q2) juga merupakan kapasitas drain pipa dalam permeter panjang. Lihat gambar (a) diatas : Tan = H / 0,50 L .(2) Dihasilkan sudut Td = S / v sin .(3) S = H / sin .(4) sehingga Td = H / v sin2 Volume air tanah dengan tinggi H panjang L (jarak pipa drain) dan untuk sepanjang satu meter (tegak lurus gambar) : I = 0,80 F p H .(5) keterangan : I = volume cair F=L.1 p = porositas tanah H = kedalaman pipa drain q2 = I / Td (6) Untuk setiap satuan luas 1 m2 dimana L = 1 meter (F = 1.1 m2), volume air tanah (I1) adalah : I1 = 0,80 p H (7) Untuk luas F 1 m2, kapasitas drain (q21) adalah : q21 = I1 / Td = (0,80 p H)(H / V sin2 ) q21 = 0,80 p v sin2 (8) Semakin besar nilai , q2 menjadi semakin besar. H tetap dan L memendek, nilai naik, galian tanah tetap dan jumlah pipa drain tetap. H naik / memanjang L tetap, nilai naik, galian tanah bertambah dan jumlah pipa tetap tidak bertambah. b. Lengkung Somasi Lengkung somasi adalah gerakan air dalam tanah dengan garis pada absis merupakan waktu (etmal) dan ordinal merupakan tinggi air (H, mm) atau volume air (liter, m3 atau mm3). [1] Garis Lengkung Somasi Garis lengkung somasi dengan asumsi bahwa :

a) Tidak ada / terjadi run off. b) Tanah mula-mula dalam keadaan kering
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Muka tanah kering Laju hujan R H 1 genangan

Kondisi Awal

q2 q2

T1

T2 Waktu (etmal)

T3

Gambar 4.3. T1 = H / v T2 = T3 =

Garis Lengkung Somasi

.(9)

(h 0,80pH) ..(10) q2 0,80pH q2

..(11)

Waktu yang diperlukan untuk meresapkan air dari muka tanah sampai pipa drain untuk F = 1m x 1m dengan kedalaman pipa drain H meter dari muka tanah, adalah T1 (etmal). Waktu setelah air di pipa drain sampai muka air genangan sama dengan muka tanah, adalah T2. Waktu saat air genangan sama dengan muka tanah sampai tanah kembali pada keadaan semula, adalah T3 . Waktu genangan : T genangan = T1 + T2 [2] Penentuan Debit Maksimum

Analisis untuk F = 1m x 1m, kedalaman pipa drain H meter : q1 = pvm/etmal atau q1 = pv(m/etmal) 1(m).1(m) = p v m3 / etmal. Waktu yang diperlukan oleh air meresap dari muka tanah sampai pipa drain adalah T1 etmal. Kemudian jika F = LM x 1m, waktu yang diperlukan untuk meresapkan air dari muka tanah sampai pipa drain adalah : Td =
S v sin

(12)

Kapasitas aliran pada pipa drain untuk satu meter pipa drain : q2 =
(m3 ) Td(etmal )

.(13)

Kapasitas drain untuk sepanjang pipa drain (q3) adalah : q3 = q2 . panjang pipa drain ..(14) [m3 / etmal = 1 (24 x 60 x 60) m3 / detik]. 4.4.4 Drainase Penyehatan Lingkungan Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Penyehatan Lingkungan yang dimaksud adalah upaya pemberantasan nyamuk, harus dilakukan pemutusan siklus kehidupan nyamuk di air. Telur

Nyamuk

Jentik-jentik

Kepompong Gambar 4.4. Siklus kehidupan nyamuk

Pengeringan terhadap genangan air dimaksudkan untuk memutuskan siklus genangan air, sehingga kehidupan nyamuk dihentikan. Disamping upaya pemberantasan dengan insektisida dan larvasida. Cara mengeringkan air genangan dilakukan dengan surface drainage atau jika tidak memungkinkan, dilakukan dengan sub surface drainage. Siklus kehidupan nyamuk antara 7 (tujuh) hari sampai 10 (sepuluh) hari. Sistem drainase untuk memberantas nyamuk dilakukan dengan 2 (dua) cara : 1. Jenis nyamuk yang bertelur pada waktu tidak hujan. Lama pengeringan = lama hujan + 10 hari. Jika lama hujan 5 hari, maka lama pengeringan 5 + 10 = 15 hari. Jika curah hujan 362 mm, maka curah hujan perhari adalah = 365 : 15 = 24 mm/etmal yang juga disebut sebagai pengeringan matahari. 2. Jenis nyamuk yang bertelur pada waktu hujan dan tidak hujan. Lama pengeringan = 10 hari. Jika lama hujan 5 hari, curah hujan 362 mm, maka pengeringan / hari adalah = 365 : 10 = 36,20 mm/etmal. Jika lama hujan 10 hari, misalkan 20 hari dengan curah hujan 1053 mm, maka pengeringan / hari adalah = [(10 / 20) / 10] 1053 = 52,70 mm/etmal. Drainase penyehatan lingkungan, jika dianalisis berdasarkan beberapa data curah hujan, ditentukan nilai tertinggi dari hasil analisis. Drainase bawah muka tanah, harus direncanakan dapat mengalirkan air dengan kapasitas aliran dari perencanaan. Jadi kapasitas aliran dari drainase bawah muka tanah harus lebih besar dari kebutuhan drainase penyehatan lingkungan, supaya pengeringan muka tanah dapat dilakukan. 4.4.5 Drainase Lapangan Olah Raga Lapangan olah raga yang dimaksudkan adalah Stadion Olah raga, umumnya untuk olah raga Sepak Bola dan Atletik. Drainase lapangan olah raga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan pada lapisan tanah, tidak run off pada muka tanah. Drainase lapangan olah raga dianalisis berdasarkan drainase bawah muka tanah (sub surface drainage). Tidak boleh terjadi genangan dan tidak boleh tererosi. Kemiringan lapangan harus lebih kecil atau sama dengan 0,007. Rumput di lapangan sepak bola harus tumbuh dan terpelihara dengan baik.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Batas antara keliling lapangan sepak bola dengan lapangan jalur atletik harus ada collector drain. 0,15 0,10 0,05 0,05 0,20 Top Layer Pasir Urug Pasir Murni Kerikil kerakal pipa drain Gambar pupuk : pasir urug = 2 : 1 mengandung lempung tidak mengadung lempung. Lanau D 3 mm 10 mm D 10 mm 20 mm geotekstil drain

4.5. Potongan lapisan tanah untuk drainase lapangan olah raga

Pasir urug koefisien rembesan k = 2.10-4 mm / detik. Pupuk : pasir urug = 1 : 4, koefisien rembesan k = 0,025 mm / detik. Pupuk : pasir urug = 1 : 2, koefisien rembesan k = 0,053 mm / detik. Koefisien rembesan ideal untuk lapangan sepak bola = 0,03 mm / detik. 0,08 0,08 0,05 0,20 special mixture : pecahan genting 5 mm + pasir urug + kapur ijuk Kerikil kerakal D 3 mm 10 mm D 10 mm 20 mm pipa drain Gambar 4.6. Potongan lapisan Tanah Drainase Jalur Atletik

Jalur atletik pada sisi atas setebal 8 cm special mixture yang terdiri dari pecahan genting dengan diameter sekitar 5 mm, pasir urug dan kapur. Lapisan kedua setebal 8 cm berupa ijuk, dan lapisan ketiga setebal 5 cm kerikil dengan diameter 3 mm sampai 10 mm. Lapisan paling bawah setebal 20 cm berupa kerikil diameter 10 mm sampai 30 mm. Special mixture terdiri dari : a. Pecahan genting halus diameter lebih kecil atau sama dengan 5 mm, agar drainase menjadi baik. b. Pasir urug merupakan kombinasi 50 persen pasir, 25 persen lanau dan 25 persen lempung. c. Kapur sebagai bahan pengikat dari campuran dan lempung akan tetap stabil jika kenyang air. Jalur Atletik Collector drain

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Jalur Atletik

Lapangan sepak bola i = 0,007

collector drain diameter 30 cm

Gambar 4.7. 4.4.6 Drainase Jalan Raya

Drainase Stadion Olah Raga

Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar perkotaan. Umumnya di perkotaan dan luar perkotaan, drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaimana di luar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak ditutup, terbuka lebar, dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan, sehingga air dapat masuk saluran dengan bebas. Drainase jalan raya di perkotaan, elevasi sisi atas saluran selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan. Air masuk ke saluran melalui inlet. Inlet yang ada dapat berupa inlet tegak ataupun inlet horizontal. a. Tata Letak Saluran Untuk jalan raya yang lurus , kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Untuk jalan raya yang lebar di mana selain terdapat trotoar atau bahu jalan, juga terdapat pembatas di tengah-tengah jalan sebagai pemisah juga antara dua jalur jalan. Pembatas ditengah ini disebut juga sebagai median. Jika jalan kearah lebar miring kearah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kearah median jalan, maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus, menikung, maka kemiringan jalan satu arah, tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan, yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan air dari saluran ini pada jarak tertentu, direncanakan adanya pipa roil yang diposisikan di bawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.
Bahu jalan i% Sal i% Median i% Sal i%

Sal

Median Bahu jalan Bahu jalan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Sal

Sal

Sal Tanah sulit diresapi

Sal

Tanah sulit diresapi Sal

Gambar 4.8.

Tampang melintang jalan raya lurus memanjang


Inlet tegak Pavement

Gambar

4.9.

Potongan tegak inlet tegak drainase jalan raya

Inlet datar

Gambar 4.10.

Potongan tegak inlet datar drainase jalan raya

Pada umumnya untuk drainase jalan raya di dalam kota, untuk mengalirkan air dari jalan raya akibat hujan, ke dalam saluran dipergunakan inlet. Inlet tegak

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

umumnya berbentuk empat persegi panjang dan inlet datar berbentuk empat persegi panjang, bujur sangkar atau lingkaran. Inlet hasil produksi pabrik umumnya mempunyai nilai efisiensi. Pada pendimensien inlet, terlebih dahulu dianalisis luas lobang berdasarkan debit inlet rencana. Dari luas lobang tersebut akan didapatkan luas inlet yang relatif selalu lebih luas dari luas lobang. Luas lobang besar sama dengan jumlah luas lobang kecil dari inlet, luas menjadi lebih besar dari luas lobang karena adanya tebal kisi-kisi inlet, sehingga luas inlet yang ada merupakan luas lobang ditambah dengan luas tebal kisi-kisi inlet. Jarak antar dari inlet biasanya direncanakan sekitar 10 meter sampai 30 meter.

Sal

Pipa riol

Gambar b.

4.11.

Drainase pada jalan raya menikung Analisis Dimensi Inlet

Analisis dimensi inlet mempergunakan formula untuk menentukan kapasitas debit hujan untuk drainase muka tanah. Ke arah melintang hampir semua parameter dipergunakan untuk analisis, tetapi untuk arah memanjang jarak inlet merupakan parameter penentu untuk menentukan luas area (Ai) yang akan di drain oleh inlet.
L1 L1

L1 = setengah lebar jalan Li = Jarak inlet Ai = L1 . Li < 4 km2


Li

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

= 1 Pavement jalan raya, Koefisien run off inlet = 0,95 (tabel)

Gambar

4.12.

Denah area drainase untuk inlet

Hitung waktu konsentrasi inlet : tc = to + td = Z detik = (Z/3600) jam

(1)

Hitung intensitas hujan untuk inlet : Iti = {R (mm / jam / 24)} {(24 / tc (jam)}2/3 = X mm / jam = X . 10-3 m / jam Debit akibat hujan untuk inlet : Qi = i . I . Iti (m / jam) . Ai (m2) = Y m3 / jam = (Y / 3600) m3 detik.

.(2)

..(3)

Debit akibat hujan harus dialirkan melalui inlet, sehingga debit hujan akan menjadi debit inlet untuk menganalisis luas inlet. Sebelum menganalisis luas inlet terlebih dahulu dianalisis luas lobang : Qi = Flbg . vi .(4) keterangan : Qi = debit inlet Flbg = luas lobang vi = kecepatan aliran berdasarkan luas kemiringan arah lebar jalan, juga dapat ditentukan dengan formula Manning atau Chezy. Menentukan vi jika berdasarkan tabel i / v, adalah sesuai dengan kemiringan saluran arah memanjang. Setelah luas lobang didapatkan, luas inlet dapat dihitung : Finlet = Fi / keterangan : Fi = luas lobang = efisien inlet, 0,70-0,90 H .(5)

B Perhatikan gambar inlet. Luas inlet : Fi = B . H ..(6) Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Keliling basah inlet : Pi = 2B + 2 H (7) Radius hidrolik inlet : Ri = Fi / Pi (8) Kecepatan aliran inlet dapat dianalisis berdasarkan formula Manning dan Chezy, berdasarkan Radius Hidrolik inlet (Ri) dan kemiringan saluran (li). 4.4.7 Drainase Pelabuhan Udara Drainase pelabuhan udara, pembahasan difokuskan pada drainase area run way dan shoulder. Run way pelabuhan udara digunakan untuk take off dan landing pesawat terbang, merupakan konstruksi perkerasan dari aspal atau beton. Shoulder yang berada pada sisi kiri dan kanan run way, merupakan area tanah yang sulit diresapi yang ditanami dengan rumput, sehingga air mengalir lebih banyak dipermukaan tanah dan sedikit infiltrasi. Shoulder merupakan area untuk pesawat udara yang mengalami kesulitan saat mendarat atau mengudara. Lebar shoulder lebih besar dari runway. Pada area shoulder yang umumnya terdiri dari dua kemiringan, pada pertemuan perbedaan kemiringan tersebut pada jarak tertentu direncanakan inlet, sesuai dengan analisis perencanaan. Karena run way dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi, maka analisis kapasitas / debit hujan mempergunakan formula drainase muka tanah atau surface drainage.

Shoulder

Run Way

Shoulder

Gambar 4.13.

Dua tipe tampang melintang pelabuhan udara

Kemiringan ke arah melintang untuk run way umumnya lebih kecil atau sama dengan 1,50 persen, kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50 persen sampai 5 persen. Kemiringan ke arah memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10 persen. Ketentuan dari FAA Amerika Serikat, genangan air di permukaan run way maksimum 14 cm, dan harus segera di drain alirkan. Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling run way dan shoulder, harus ada saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (interception ditch) dari sisi luar pelabuhan udara. Tujuan drainase pelabuhan udara : 1. Meminimalisasi air masuk ke dalam lapisan tanah, sehingga kuat / daya dukung tanah tetap stabil untuk menahan beban pesawat udara yang sangat berat. 2. mencegah adanya genangan air pada run way dan taxi way.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

3.

Menjaga seluruh area pelabuhan udara, run way, taxi way, dan terminal building tidak tergenang air.

Prosedur analisis saluran drainase pelabuhan udara : 1. Rencanakan kemiringan run way dan shoulder sesuai dengan persyaratan, baik kemiringan melintang maupun kemiringan ke arah memanjang run way/shoulder. 2. Hitung luas area, untuk analisis dimensi saluran, lebar area cukup setengahnya, karena saluran dan direncanakan di sisi kiri dan kanan run way. Jadi luas area desain adalah setengah lebar run way + shoulder kali panjang run way/shoulder. 3. Hitung waktu konsentrasi (tc) yang merupakan penjumlahan dari to run way dan to shoulder ditambah (td). 4. Hitung intensitas hujan (It) berdasarkan formula Mononobe. 5. Tentukan koefisien run off desain, merupakan gabungan dari koefisien run off () run way dan koefisien run off () shoulder. 6. Dari luas area (A) tentukan koefisien penyebaran hujan () dari tabel yang telah ditentukan. 7. Hitung debit akibat hujan berdasarkan metode drainase muka tanah. 8. Debit hujan sama dengan debit saluran. 9. Tentukan bentuk saluran, perbandingan lebar dan tinggi saluran, luas desain saluran (Fs) dan keliling basah desain saluran (Ps). Hitung radius hidrolik saluran (Rs = Fs / Ps). 10. Hitung kecepatan aliran berdasarkan tabel i / v, atau dengan formula Manning, atau dengan formula Chezy. 11. Hitung luas basah / desain saluran dari hitungan : Q = Fs v, sehingga Fs = Q / v, dan lebar dan tinggi saluran didapatkan dari luas saluran yang dianalisis. Prosedur analisis dimensi inlet : 1. Hitung luas area inlet (Ai) dari perkalian setengah lebar run way + shoulder dengan jarak inlet. 2. Dari luas area inlet (Ai) tentukan koefisien penyebaran hujan untuk inlet (i) dari tabel. 3. Tentukan waktu konsentrasi inlet (tc = to + td). 4. Tentukan intensitas hujan untuk inlet (Iti) dengan formula Mononobe. 5. Hitung koefisien run off inlet, yang nilainya sama dengan koefisien run off untuk dimensi saluran. 6. Hitung debit hujan untuk area inlet : Qi = i . i . ti . Ai 7. Hitung luas lobang dari Qi = F lobang . Vi 8. Tentukan perbandingan dari dimensi inlet, lebar dan panjang inlet tertentu. 9. Hitung luas lobang inlet F lobang = lebar x panjang. 10. Hitung keliling basah lobang P = (2 x lebar + 2 x panjang). 11. Tentukan radius hidrolik lobang : R = F / P 12. Hitung kecepatan aliran (vi) berdasarkan formula Manning atau formula Chezy. 13. Hitung luas lobang dengan : Qi = F . vi, jadi F lobang = Qi / vi 14. Hitung luas inlet (Fi) dengan luas lobang (F lobang) dibagi dengan efisien inlet, Fi = F lobang / . Kemudian panjang dan lebar inlet didapatkan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah, inlet selalu terletak di atas saluran, berarti inlet selalu terletak pada tutup saluran yang terbuat dari konstruksi beton bertulang, yang dapat mendukung roda pesawat terbang jika terpaksa harus melintasi shoulder akibat adanya problem penerbangan, misalnya kerusakan mesin pesawat udara atau adanya gangguan cuaca, berkabut, sehingga run way sulit untuk dilihat dengan mata pilot pesawat. 4.4.8 Drainase Polder Polder adalah suatu area yang cukup luas di tepi pantai dengan elevasi muka tanah di bawah muka air pasang (MAT) dari laut, danau atau sungai, yang dikelilingi oleh tanggul atau tanah-tanah tinggi, agar area tersebut dapat dicegah dari banjir. Pengendalian air dapat dilaksanakan dengan baik, tanpa terpengaruh oleh keadaan diluar tanggul. Situasi area terletak di tepi laut, danau atau tepi sungai, dimana keadaan lapisan tanah sangat jelek, berupa tanah lunak, berawa-rawa, tanah mentah dan pada kedalaman 2 meter terdapat pirit (cat play). Ciri-ciri Drainase Polder : 1. Area di reklamasi, dari tanah berawa-rawa, daerah air payau dan lapisan tanah lunak serta basah. 2. Area dikelilingi dan dilindungi oleh tanggul. 3. Area pembendungan / penanggulan di muara sungai. 4. Area di reklamasi dari suatu pantai. 5. Area terbentuk akibat adanya proses subsudince perlahan-lahan dari muka tanah semula menjadi tanah rendah, di bawah muka air laut, danau, sungai rata-rata (MAR). Perlengkapan dari drainase polder antara lain : 1. Tiga buah pompa air. (a) Jika muka air pada kolam tando didalam area terletak disisi tepi laut, danau, sungai, sampai pada elevasi batas yang mengakibatkan akan terjadi genangan di lokasi, pompa akan berfungsi. (b) Fungsi dari pompa air untuk mengalirkan air yang ada di lokasi polder ke laut, danau, sungai. Ketiga pompa bekerja selama delapan jam, sehingga dalam 24 jam, jika memang dibutuhkan pompa akan bekerja secara bergantian memompa air dari lokasi area. Pompa Air MAT MAR

Kolam Tando Tanggul

Gambar 4.14.

Potongan tegak Drainase Polder

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Tanggul

Pompa air

laut, danau, sungai Kolam Tando Duiker

Gambar

4.15.

Pandangan atas instalasi air Drainase Polder

2. Kolam tando. (a) Kolam tando direncanakan pada sisi tepi laut, danau, sungai. (b) Dimensi kolam tando berdasarkan debit dari area polder. (c) Supaya tidak tererosi, akibat ujung pipa dari pompa air, sebaiknya dasar dan tepi kolam digunakan konstruksi pasangan atau lantai dari pasangan batu kali atau beton. 3. Digunakan duiker di sisi bawah kolam tando menembus tanggul ke laut, danau, sungai. Duiker dengan tampang lingkaran, berfungsi mengalirkan air dari kolam tando ke laut, danau, sungai saat muka air laut, danau, sungai pada saat posisi air rendah (surut). Tahapan Desain Drainase Polder : 1. Analisis dimensi saluran tersier, sekunder dan primer berdasarkan formula drainase muka tanah. 2. Berdasarkan debit hujan dari saluran primer, hitung volume aliran dalam satu etmal, dalam satu minggu, dalam satu bulan. 3. Tentukan dimensi kolam tando dari volume aliran rencana (satu hari, satu minggu, dan satu bulan) sesuai dana yang tersedia dengan pertimbangan efektif dan efisien. 4. Konstruksi dalam tando ditentukan apakah : a. Dinding kolam dengan atau tanpa perkuatan. b. Alas kolam diberi lantai atau tidak. Semuanya berdasarkan biaya yang tersedia, tetapi disarankan minimal kolam diberi lantai. 5. Penentuan elevasi sisi atas panggul, berdasarkan data muka air tertinggi dari laut, danau, sungai, 6. kapasitas pompa air ditentukan berdasarkan volume air rencana, sehingga diperlukan dalam 24 jam air pada kolam tando dapat dialirkan. Keperluan pompa sebanyak 3 buah dengan masing-masing bekerja secara otomatis selama 8 jam, sebaiknya masih menggunakan satu pompa cadangan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

You might also like