You are on page 1of 12

TEORI BIAYA

A. KONSEP DASAR Teori biaya pada dasarnya merupakan kumpulan dari penalaran, gagasan, dan penjelasan lain yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan biaya. Dalam pengertian ekonomi, biaya (yang juga dikenal dengan ongkos) didefinisikan sebagai semua beban yang harus ditanggung produsen untuk menyediakan barang agar siap untuk digunakan konsumen ( Iswardo, 1990; Sudarman, 1996). Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya teori biaya biasanya disusun dengan asumsi bahwa biaya penyediaan barang bagi konsumen termasuk dalam biaya produksi. Konsep biaya produksi dalam analisis ekonomi adalah berpijak pada prinsip biaya produksi alternatif atau prinsip biaya opportunitas. Prinsip biaya produksi menjelaskan bahwa jika kondisi perekonomian berada dalam kondisi kesempatan kerja penuh (tidak ada tenaga kerja yang menganggur) dan input input telah dialokasikan secara efesien di antara barang-barang dan atau jasa, kenaikan jumlah output (produksi) tertentu harus diikuti dengan penurunan jumlah output alternatif lain (Pandangan Lipsey dan Courant (1996). Dalam konsep biaya opportunitas di bagi menjadi dua macam yaitu Constan Opportunity Cost dan Increasing Opportunity Cost. Teori Biaya memegang peranan penting dalam analisa prilaku konsumen, karena prinsip biaya yang seminimum mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal.

Asumsi asumsi yang digunakan dalam analisa model prilaku biaya jangka pendek adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan menggunakan masing-masing satu jenis input tetap dan input variable. 2. Perusahaan beroperasi pada priode produksi jangka pendek 3. Perusahaan menggunakan input input untuk menghasilkan satu jenis output. 4. Perusahaan beroperasi pada tingkat teknologi tertentu dalam memproduksi outputnya. 5. Perusahaan beroperasi dengan cara yang efesien di setiap tingkat output. 6. Perusahaan beroperasi pada pasar persaingan input yang sempurna sehingga harga input yang terjadi dalam konstan dan produsen relatif mudah untuk mendapatkan beberapa factor produksi di pasar. 7. Fungsi produksi jangka pendek yang dihadapi, dipengaruhi oleh hokum semakin menurunnya hasil. Ada tiga konsep tentang ongkos, yaitu : 1. Ongkos Alternatif (Opportunity cost); biasa disebut juga dengan ongkos sosial) Ongkos ini relatif paling penting bagi para ekonom, karena timbulnya ongkos ini berkaitan dengan adanya kelangkaan dan keterbatasan sumber daya. Misalnya, bila produsen memutuskan untuk membuat yang telah ditentukan maka inputnya sebetulnya bisa untuk barang lainnya, sehingga ada yang dikorbankan.

2. Ongkos Akuntansi (Account Cost) yaitu Ongkos-ongkos yang besar dikeluarkan oleh produsen untuk sebuah produksi. Misalnya, ongkos depresiasi, ongkos historis.

3. Ongkos Ekonomi (Economic Cost). Yaitu Ongkos yang menunjukkan berapa biaya yang harus dikeluarkan agar sumber daya dapat digunakan pada suatu proses produksi. Menurut jangka waktu, biaya dibedakan menjadi dua yaitu Biaya dalam jangka pendek dan Biaya dalam jangka penjang. Biaya dalam jangka pendek yaitu keadaan dimana sebagian factor- factor produksi ( tanah, bahan mentah, tenaga kerja, modal dan keahlian ) tidak dapat ditambah jumlahnya, sehingga apabila jumlah sesuatu factor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka ongkos produksi yang dikeluarkan juga berubah-ubah nilainya dan sebaliknya. Misalnya tenaga kerja adalah factor produksi yang berubah-ubah jumlahnya sedangkan factor produksi lain jumlahnya tetap. Biaya dalam jangka panjang yaitu keadaan dimana semua factor- factor produksi ( tanah, bahan mentah, tenaga kerja, modal dan keahlian ) jumlahnya dapat mengalami perubahan. Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua factor produksi yang akan digunakan. Dengan demikian biaya produksi tadak perlu dibedakan lagi antara biaya tetap dan biaya variable, karena dalam jangka panjang semua biaya merupakan biaya variable, dan tidak ada biaya tetap. B. JENIS JENIS BIAYA a. Biaya Eksplisit dan Biaya Implisit Biaya Produksi Eksplisit yaitu biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk input input yang harus dibeli atau disewa dari pihak luar, termasuk di dalamnya adalah biaya akuntansi. Misalnya pembayaran untuk membeli bahan-bahan mentah atau setengah jadi, upah tenaga kerja, pengeluaran untuk penyusutan.

Biaya Produksi Implisit yaitu biaya produksi yang berasal dari penggunaan inputinput yang dimiliki sendiri oleh produsen tersebut. Misalnya rumah pribadi digunakan untuk usaha, modal usaha bersumber dari dari kekayaan pribadi, biaya kerusakan lingkungan karena pencemaran sisa-sisa produksi. b. Biaya Tetap dan biaya Variabel Biaya Tetap (FC) yaitu biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya jumlah output yang dihasilkan. Biaya tetap ini timbul akibat dari pembelian input tetap. Bahkan bila untuk sementara waktu produksi dihentikan, biaya tetap ini harus dibayar dalam jumlah yang sama. Misalnya sewa tanah, penyusutan mesin, sewa gedung dan peralatan kantor, gaji karyawan tetap. Biaya Variabel (VC) yaitu biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung pada perubahan jumlah produksi (output) yang dihasilkan. Makin besar jumlah produksi yang inginkan maka makin besar pula biaya variabel yang akan dihadapi. Misalnya Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, biaya eksploitasi pemanfaatan input tetap seperti bahan bakar, dan biaya perawatan lain.

Persamaan : Biaya Total (TC) = Biaya Tetap + Biaya Variabel TC = FC + VC Tabel : Hubungan antara Output dengan Biaya Tetap, Biaya Variabel, dan Biaya Total.

Jumlah Output (Q) 0 1 2 3

TFC

TVC

TC

50 50 50 50

0 30 55 75

50 80 105 125

4 5 6

50 50 50

105 155 225

155 205 275

Dari table diatas terlihat beberapa tingkat biaya total (TC) pada tingkat output yang berbeda. Jika diperhatikan jumlah output (Q) dan biaya total (TC), biaya total mengalami kenaikan sebagai akibat dari meningkatnya jumlah output. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan output yang tentu saja harus diikuti dengan penambahan tenaga kerja atau input lain dan berkonsukuensi pada biaya yang dikeluarkan perusahaan. Dalam hal ini, biaya tetap total harus dibayar walaupun perusahaan tidak menghasilkan produknya dan biaya tersebut tidak akan berubah bila tingkat output mengalami perubahan. Hal ini terlihat pada kolom TFC dimana biaya tetap adalah sebesar 55 berapaun tingkat output yang dihasilkan. Di sisi lain, biaya variabel adalah biaya yang berubah bila terjadi perubahan pada tingkat output. c. Biaya rata-rata dan Biaya Marginal Biaya rata-rata (Average Cost) meliputi Biaya tetap rata-rata dan Biaya variable ratarata: Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost) yaitu besarnya biaya tetap total untuk setiap unit output yang dihasilkan dan diperoleh dengan membagi biaya tetap total dengan output yang dihasilakan atau AFC = TFC/Q. Biaya variable rata-rata (Average Variable Cost) yaitu besarnya biaya variable total untuk untuk setiap unit output yang dihasilkan dan diperoleh dengan membagi

biaya variable total terhadap jumlah produksinya, atau AVC = TVC/Q. Sedangkan Biaya keseluruhan per unit output (AC) dapat diperoleh dengan membagi TC terhadap jumlah output yang dihasilkan (AC = TC/Q) atau dengan menjumlahkan besarnya AFC dengan AVC atau AC = AFC + AVC. Biaya Marjinal adalah perubahan biaya total yang diakibatkan oleh perubahan output sebesar satu unit atau MC = dTC/dQ. Istilah tersebut sering pula didefinisikan sebagai perubahan biaya variable yang diakibatkan oleh perubahan satu unit output. Hal ini disebabkan karena perubahan unit output dapat menyebabkan perubahan pada biaya variable dan biaya total dalam jumlah yang sama. Contoh: Diketahui besarnya harga tenaga kerja yang digunakan (upah) setiap orang serta biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh pak Toni. Bila upah per orang untuk setiap harinya adalah Rp.15.000 dan biaya tetap adalah Rp.30.000 per hari, tentukan besarnya biaya variable rata-rata (AVC), biaya tetap ratarata(AFC), biaya rata-rata (AC), dan biaya marjinal (MC). Jawab: Secara matematis, biaya variable total (TVC) merupakan hasil perkalian antara tingkat upah per tenaga kerja dengan banyaknya jumlah tenaga kerja yang digunakan. Sedangkan biaya variable rata-rata adalah hasil bagi antara biaya variable total (TVC) dengan banyaknya output yang dihasilkan atau AVC = TVC : Q. Dengan demikian, perusahaan menghadapi TVC sebesar Rp.60.000 per hari untuk penggunaan 4 tenaga kerja dan biaya variable ratarata untuk setiap unit tas yang dihasilkan adalah Rp. 60.000 : 12 = Rp.5.000.

Apabila Pak Toni menambah tenaga kerjanya menjadi 5 orang muka TVC yang dihadapi adalah sebesar Rp.75.000 dan AVC nya adalah sebesar

Rp.75.000 : 15 = Rp.5.000. Biaya tetap rata-rata merupakan hasil bagi biaya tetap total dengan banyaknya output yang dihasilkan atau AFC = TFC : Q. Dengan demikian biaya tetap rata-rata untuk setiap unit tas pada penggunaan tenaga kerja sebanyak 4 orang adalah Rp.30.000 :12 =Rp.2.500. Sedangkan biaya tetap rata-rata untuk setiap unit tas pada penggunaan tenaga kerja senbanyak 5 orang adalah Rp.30.000 : 15 =Rp.2.000. biaya rata-rata total merupakan penjumlahan biaya variable rata-rata dengan biaya tetap rata-rata atau AC = AVC + AFC. Besarnya biaya rata-rata total unit tas pada penggunaan 4 orang tenaga kerja adalah sebesar Rp.5.000 + Rp. 2.500 = Rp.7.500. Di sisi lain biaya rata-rata total untuk penggunaan 5 orang tenaga kerja adalah sebesar Rp.5.000 + 2.000 =Rp.7.000. Biaya marginal merupakan hasil bagi antara perubahan biaya total dengan perubahan tingkat output atau MC = dTC:dQ. Biaya total yang dihadapi saat tingkat output sebanyak 12 unit tas adalah Rp 90.000 dan saat tingkat output sebanyak 15 unit tas adalah Rp105.000. dengan demikian besarnya biaya marjinal adalah (Rp.105.000 Rp.90.000) : 15 12 =Rp.5.000 untuk satu unit perubahan produksi tas. Contoh : Sebuah perusahaan dapat memproduksi 1000 compact disk setiap minggu dengan biaya total yang dihadapi sebesar Rp.9.000.000. bila perusahaan menghadapi biaya total sebesar Rp.9.100.000 dan jumlah Compact Disk yang dihasilkan adalah sebanyak 1001 unit maka tambahan biaya total yang dikeluarkan perusahaan untuk tambahan satu unit compact disk adalah sebesar

Rp.100.000. jadi biaya produksi marjinal yang dihadapi perusahaan adalah sebesar Rp.100.000 untuk produksi compact disk yang ke-1001. Tabel : Hubungan antara Biaya Tetap, Biaya Variabel, Biaya Total, dengan Biaya Tetap Rata-rata, Biaya Variabel Rata-rata, dan Biaya Rata-rata Jumlah FC VC TC AFC AVC AC MC Output (Q) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 0 30 55 75 105 155 225 315 425 555 55 85 110 130 160 210 280 370 480 610 * 55 27.5 18.3 13.67 11 9.17 7.86 6.87 6.1 0 30 27.5 25 26.25 31 37.5 45 53.12 61.67 * 85 55 43.3 40 42 46.67 52.86 60 67.77 * 30 25 20 30 50 70 90 110 130

*= undefined
Dari tabel diatas menunjukkan besarnya biaya tetap rata-rata yang mengalami penurunan apabila tingkat output yang dihasilkan bertambah besar dan semakin mendekati sumbu mendatar output. Perlu diperhatikan bahwa sifat kurva AC dan AVC hampir sama, yakni menurun dengan cepat pada kuantitas produksi tertentu, kemudian laju penurunannya semakin lambat sampai pada kuantitas produksi tertentu. Penurunan AC ini disebabkan karena terjadi kenaikan produktifitas pada kuantitas produksi yang masih rendah. Atau dengan kata lain semakin banyak jumlah yang diproduksi maka akan semakin menurun produktifitas inputnya sehingga laju penurunan AC makin lambat.

C. HUBUNGAN ANTARA PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI Biaya untuk memproduksi suatu barang yang harus dikeluarkan oleh produsen tergantung pada harga setiap unit input (faktor produksi), dan jumlah input yang digunakan dalam proses produksi tersebut. Semakin banyak jumlah input yang digunakan, akan semakin besar biaya yang dikeluarkan oleh produsen tersebut. Ini berarti bahwa secara umum biaya produksi merupakan konsekuensi ekonomi yang harus ditanggung seorang produsen jika ia memutuskan untuk melakukan aktivitas produksi.

Contoh Kasus Untuk menghasilkan 1 ton gabah, seorang produsen memutuskan mengerjakan 10 orang tenaga kerja, dan menyewa 1 hektar tanah sawah. Upah setiap tenaga kerja Rp.20.000,dan sewa tanah Rp. 5.000.000,-per hektar sekali musim tanam. Berpa nilai uang (biaya) yang harus dikeluarkan produsen untuk menghasilakan 1 ton gabah?

Penyelsaian: Dengan menganggap input yang digunakan untuk menghasilkan 1 ton gabah adalah 10 orang tenaga kerja dan 1 hektar sawah, maka produsen harus membayar Rp.7.000.000, dengan untuk 10 orang tenaga kerja Rp.2.000.000 ditambah sawah Rp.5.000.000. Tinggi rendanya biaya yang dikeluarkan oleh seorang produsen adalah tergantung dari output yang akan dihasilkan . Antara biaya dan output yang dihasilkan memiliki hubungan tertentu. Naik turunnya kurva kurva produksi (TPP, APP, atau MPP) akan tercemin pula pada turun naiknya kurva-kurva biaya produksi (TVC. AVC dan MC).

Tabel : Berikut ini dijabarkan hubungan antara produksi dengan biaya produksi. Tanah (Ha) 1 1 1 1 1 1 1 TK
(orang)

TPP atau Q 100 300 700 1000 1200 1300 1350

APPL MPP

FC

TVC

TC

AC

AFC

AVC

MC

1 2 3 4 5 6 7

100 150 233 250 240 217 193

200 400 300 200 100 50

500 500 500 500 500 500 500

300 600 900 1200 1500 1800 2100

800 1100 1400 1700 2000 2300 2600

8,00 3,67 2,00 1,70 1.67 1,77 1,93

5,00 1,67 0,71 0,50 0,42 0,38 0,37

3,00 2,00 1,29 1,20 1,25 1,38 1,56

1,50 0,75 1,00 1,50 3,00 6,00

Keterangan: TK = Tenaga Kerja ( input bersifat Variabel) TPP = Q = Jumlah Produksi APPL = Produk rata-rata MPP = Produk Marjinal AVC = Biaya Variabel rata-rata FC = Biaya Tetap TVC = Biaya Variabel Total TC = Biaya Total AC = Biaya Rata-rata MC = Biaya Marginal

D. SYARAT PEMAKSIMUM KEUNTUNGAN Biaya marjinal memegang peranan yang sangat penting di dalam pertimbangan seorang produsen ketika menentukan jumlah produksi yang perlu dihasilkan. Telah dinyatakan bahwa tujuan dari setiap produsen ialah untuk memaksimumkan kuntungannya. Dua cara yang dapat digunakan untuk menentukan keuntungan yaitu:

a. Dengan memproduksikan barang pada tingkat dimana perbedaan di antara hasil penjualan total dengan biaya total adalah yang paling maksimum. Cara ini menerangkan bahwa keuntungan adalah perbedaan di antara hasil penjualan total dengan ongkos total, maka keuntungan maksimum dicapai

apabila perbedaan diantara dua factor tersebut mencapai maksimum. b. Dengan memproduksikan barang pada tingkat dimana hasil penjualan marginal = ongkos marjinal. Apabila berlaku keadaan dimana ongkos marjinal adalah sama dengan hasil penjualan marjinal, tingkat produksi yang dicapai adalah tingkat produksi yang menghasilkan keuntungan yang paling maksimum.

DAFTAR PUSTAKA

Soeratno. 2003. Ekonomi Mikro Pengantar Edisi 2. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara.

Sukirno Sadono. 2001. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada.

You might also like