You are on page 1of 56

POLA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

DENGAN KENAKALAN REMAJA

(Studi Korelatif Di Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang

Jawa Tengah Tahun 2007)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Dalam Ilmu Tarbiyah

: Oleh

NUR YADDIEN
______________________________

NIM : 111 04 011

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN
SALATIGA
2008
1
2
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah.

Dalam kehidupan manusia, pada hakikatnya semua manusia ingin

memenuhi kebutuhannya seperti kebutuhan kesehatan, kekuasaan, pendidikan,

kedudukan dan peranan baik dalam segi biologis lahiriah maupun batiniah.

Kebutuhan manusia itu tidak lepas dari tindakan komunikasi. Berdasarkan

hubungan komunikasi tersebut manusia dapat diterima atau ditolak sesuai

dengan sikap perilakunya. Komunikasi menyebabkan berbagai konsekuensi

hubungan sosial masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling

berhubungan, sehingga terjadi interaksi di masyarakat.

Masyarakat terbentuk dari kumpulan unit terkecil yaitu keluarga.

Sebagai komunitas masyarakat, keluarga memiliki arti penting dan strategis

dalam pembangunan komunitas masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu,

kehidupan keluarga yang harmonis perlu dibangun di atas dasar sistem

interaksi yang kondusif sehingga pendidikan dapat berlangsung dengan baik.

Peran komunikasi dalam keluarga sangat penting sebagai wahana

untuk mentransfer nilai-nilai dan sebagai agen transformasi kebudayaan.

Komunikasi tersebut dapat berlangsung secara vertikal maupun horizontal.

Kedua model komunikasi ini berjalan silih berganti; bisa dari orang tua ke

anak atau anak ke orang tua, dari anak ke anak serta interaksi dengan

lingkungan yang lebih luas.

1
4

Begitu juga komunikasi dalam masyarakat yang terdiri dari

sekelompok keluarga dan dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak yang

pada realitanya tidak terlepas dari aspek komunikasi.

Pada umumnya, masyarakat mengangap bahwa tugas orang tua di

rumah adalah mendidik dan menanamkan nilai-nilai positif yang menyadarkan

serta mengarahkan anak bersifat positif karena pada kenyataannya anak

merupakan amanat dari Sang Pencipta bagi kedua orang tua. Seorang anak

membutuhkan komunikasi yang intim, perhatian dan motivasi yang maksimal

dari orang tuanya untuk menentukan kepribadiannya. Orang tua mengemban

tugas dan tanggung jawab dalam proses pembentukan kepribadian anak

tersebut.

Proses pembentukan kepribadian anak dapat terjadi dengan

menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan untuk bersikap

komunikatif yang baik, kurangnya komunikasi, keintiman, keakraban,

keterbukaan dan perhatian dalam keluarga akan menganggu dalam proses

pembentukan perilaku anak, terutama setelah anak mencapai usia remaja.

Hadirnya orang tua akan tetap dirasakan utuh oleh anak sehingga

memungkinkan adanya kebersamaan serta dapat membantu membentuk

kepribadian anak terutama membentuk akhlakul karimahnya.

Peran orang tua terhadap anak dalam pembentukan kepribadiannya

melebihi peran guru di sekolah, kyai di pesantren dan lembaga-lembaga

pendidikan lainnya. Ketika perhatian orang tua dan pola komunikasi terhadap

anak kurang baik, orang tua sibuk dengan pekerjaan, jarang bercengkrama
5

dengan anak-anak di rumah tentu bagi anak akan merasa kesepian, menjadi

pendiam, bingung, cemas, gelisah dan sulit dalam proses pembentukan

perilaku anak. Akibatnya sikap perilaku anak lebih cenderung anarkis dan

mengarah ke tindakan juvenile deliquency dalam segala hal, terutama dalam

pergaulan, bersosialisasi dengan masyarakat dan bahkan menjalin hubungan

dengan keluarga.

Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan keluarga

yang kurang kondusif dan sikap komunikatif yang kurang baik akan menjadi

pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan

negatif yang melanggar norma-norma di masyarakat, disebut dengan

kenakalan remaja.

Untuk mengetahui latar belakang perilaku delinquency, penulis perlu

membedakan perilaku menjadi dua kelompok. Pertama, perilaku menyimpang

yang tidak disengaja, maksudnya adalah pelaku kurang memahami norma-

norma yang ada di daerahnya dan tidak dikenai sangsi hukum. Kedua,

perilaku menyimpang yang disengaja, maksudnya adalah pelaku secara sadar

mengetahui tindakan yang di lakukan melanggar aturan-aturan di mana ia

hidup dan pelaku dikenai sangsi hukum.

Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti

mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi sebagian

orang tidak menyatakan melakukan penyimpangan perilaku (Behaviour

Disorder), sebab mereka dianggap normal, dan dapat menahan diri dari

dorongan-dorongan untuk berbuat nakal.


6

Mussen dkk (1994), mengungkapkan bahwa kenakalan remaja sebagai

perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang dilakukan oleh anak

remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang

dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.1 Kenakalan-kenakalan yang

dilakukan oleh remaja di desa Timpik usia 16–18 tahun sangat beragam mulai

dari perbuatan amoral dan anti sosial.

Sebagaimana yang telah dikemukakan salah satu pejabat desa (Hansip)

bahwa pada tahun 2007 di desa Timpik telah terjadi beberapa tindak

kenakalan remaja usia 16–18, dan bentuk - bentuk kenakalan tersebut antara

lain : kabur dari rumah, membawa senjata tajam, menentang orang tua,

perkelahian kelompok remaja antar desa, penyimpangan seksual, dan tidak

mentaati peraturan yang ada di daerahnya, bahkan sampai pada perbuatan

yang mengarah kepada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar

hukum seperti; pembunuhan, pencurian, pemerkosaan, seks bebas, dan tindak

kekerasan lainnya.

Terungkapnya aksi kekerasan yang dilakukan Geng Nero

mencerminkan dua sisi yang dilematis. Pada satu sisi aksi kekerasan yang

dilakukan remaja terhadap remaja lain yang usianya lebih muda itu akan

berefek domino kekerasan. Pada sisi lain, dan tidak kalah mencemaskannya,

1
Ulfah Maria, Kecenderungan Kenakalan Remaja, (Online),
(http://www.dimandiri.or.id/file/ulfahmariaugm/bab2.pdf/tinjauanpustaka/hlm9).15:30:29
7

mulai muncul aksi-aksi kekerasan sistematis di kalangan remaja. Mudah-

mudahan kejadian di Pati menjadi aksi terakhir.2

Berdasarkan beberapa fakta di atas, maka ditemukan

bahwa salah satu faktor yang menimbulkan kenakalan remaja

adalah tidak berfungsinya orang tua sebagai figur tauladan

serta tidak fungsinya komunikasi dalam keluarga, Selain itu

suasana keluarga yang meninbulkan rasa tidak aman dan

tidak menyenangkan serta hubungan komunikasi keluarga

yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi

setiap usia terutama pada masa remaja. Orang tua dari

remaja nakal cenderung memiliki aspirasi yang minim

mengenai anak-anaknya, menghindari keterlibatan masalah

dan kurangnya bimbingan orang tua terhadap anak remaja.

Faktor lain yang memungkinkan anak bertindak nakal adalah

kurangnya komunikasi yang akrab orang tua dengan anak. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh W. A. Gerungan sebagai berikut : 63% dari anak yang nakal

dalam suatu lembaga pendidikan adalah anak yang berasal dari keluarga tidak

utuh. 70% dari anak yang sulit dididik adalah dari keluarga yang tidak teratur,

tidak utuh atau mengalami tekanan yang terlampau berat.3 Dalam hal ini orang

tua dituntut untuk memdidik anak-anaknya dengan baik.

Sebagaimana Hadis Nabi Muhammad saw, beliau bersabda :

‫كلو مولود يولد على الفطرة السلم ال ان ابواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه‬
2
Paulus Mujiran, 17 Juni,2008. Geng Nero dan Dendam Tersembunyi, Suara Merdeka,
hlm. L
3
W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, PT. Rineka Cipta Aditama, Bandung, 2000, hlm.13
8

( ‫) رواه ابو يعلى و تبارنى و بيها قى‬

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang

tuanyalah yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani atau

Majusi."

( HR. Abu Ya'la, Tabarani dan Baihaqi )"4

Hadist di atas menjelaskan bahwa, keluarga mempunyai peranan yang

sangat penting terhadap anak-anaknya. Dengan demikian orang tua dituntut

sadar untuk membekali dan membentengi anak-anaknya karena anak adalah

generasi masa depan, merekalah yang akan menggantikan generasi

sebelumnya.

Sebagaimana firman Allah swt

           
   
       
      
        
   
"Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah
sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar..
Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari
yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.
Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-
pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh
penghidupan."5

Berdasarkan ayat Al-Qur'an dan Al-Hadist di atas bahwa semakin

jelaslah tanggung jawab orang tua terhadap anaknya sebagai generasi masa
4
Ma'mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim Jilid IV, Wijaya, Jakarta, 1983, hlm.242
5
Lihat dan Baca Al-Qur'an Surah Al-Anfal ayat : 28 dan Al-Israa' ayat : 70
9

depan agama dan bangsanya. Maju mundurnya suatu bangsa dan agama

ditentukan oleh peran generasi muda, kita akan tahu keadaan bangsa dan

agama yang akan datang dengan melihat anak-anak muda saat ini. Secara

fitrah orang tua mempunyai naluri dan rasa tanggung jawab terhadap anak-

anaknya.

Hal ini merupakan konsekuensi logis atas karunia yang dianugerahkan

oleh Allah SWT kepada orang tua, kehadirannya adalah sesuatu yang sangat

didambakan anak Oleh karena itu sudah kewajiban orang tua untuk menjalin

komunikasi yang harmonis dengan anak-anaknya untuk menyampaikan

nasehat-nasehat, pendidikan, mengarahkan dan memotivasi anak dalam

berperilaku baik. Karena orang tua adalah pemimpin bagi anak-anaknya dan

keluarganya.

Nabi Muhammad saw bersabda

‫" ال كلكم‬: ‫عن ابن عمر رضي ال عمهما عن النبي صلي ال عليه وسلم انه قال‬

‫ وهو مسؤول عن‬,‫ وكلكم مسؤول عن رعيته فال مير الذي عل الناس راع‬, ‫راع‬

‫ والمراة راعية علي بيت‬,‫ والر جل راع علي اهل بيته وهومسؤو ل عنهم‬,‫رعيته‬

‫ ال‬,‫ وهي مسؤولة عنهم والعبد راع علي مال سيده وهو مسؤول عنه‬,‫بعلها وولده‬

" ‫ وكلكم مسؤول عن رعيته‬,‫فكلكم راع‬

"Diriwatkan dari Ibnu Umar r.a dari Nabi saw, Beliau bersabda
Ketahuilah, setiap orang dari kamu adalah pemimpin, dia akan
dimintai pertanggungjawaban tentang yang dipimpinnya, seorang
penguasa akan dimintai pertanggungjawaban tentang rakyat yang
dipimpinnya. Seorang laki-laki pemimpin keluarga akan dimintai
pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Seorang wanita
perempuan dirumah suami dan anaknya akan dimintai
pertanggungjawaban tentang mereka suami dan anaknya. Dan seorang
10

hamba juga pemimpin harta tuannya. Dia akan dimintai pula


pertanggungjawaban tentang kepemimpinanya, Ketahuilah bahwa
masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan
dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya."6

Islam sebagai agama yang membawa konsep rahmatan lil 'alamin

mewajibkan orang tua untuk mengekpresikan cinta dan kasih sayangnya

terhadap anak-anaknya karena orang tua yang baik adalah yang penyayang

terhadap keluarganya. Jika anak diberikan pendidikan dengan kasih sayang

dan perhatian persahabatan serta komunikasi yang harmonis maka dia akan

belajar menemukan cinta dan jati diri di dalamnya.

Dengan demikian penulis beranggapan bahwa anak remaja yang

dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis serta tidak memiliki pola

komunikasi yang baik, maka remaja tersebut lebih cenderung menjadi remaja

nakal, dibandingkan dengan remaja yang dibesarkan oleh keluarga harmonis

dan memiliki pola komunikasi yang baik, maka mereka lebih bisa menjadi

remaja yang baik dalam berkepribadian dan berperilaku.

Dari uraian di atas serta adanya fakta-fakta yang menunjukkan

terjadinya kenakalan remaja usia 16 - 18 tahun di desa Timpik tersebut, maka

penulis termotivasi untuk meneliti adakah korelasi pola komunikasi dengan

kenakaln remaja.

Dengan mengambil judul "POLA KOMUNIKASI DALAM

KELUARGA DAN KENAKALAN REMAJA STUDI KORELATIF DI

DESA TIMPIK, KEC. SUSUKAN, KAB. SEMARANG TAHUN 2008."

6
Al-Hafizh Zaki Al-Din 'abd Al-Azhim Al- Mundziri, Mukhtashar Sahahih Muslim,
Mizan, Bandung, 2002, hlm. 694
11

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah apakah ada korelasi antara pola komunikasi dalam

keluarga dengan kenakalan remaja di Desa Timpik, Kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang.

C.Tujuan Penelitian

Sebagai konsekuensi dari penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah : Untuk mengetahui hubungan pola komunikasi dalam keluarga dengan

kenakalan remaja di Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama

bagi :

1.Orang tua, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui pola

hubungan komunikasi orang tua terhadap anaknya, sehingga orang tua

dapat melakukan langkah-langkah lanjut yang lebih bermanfaat dalam

proses pembentukan kepribadian anak. Selain itu dapat digunakan sebagai

acuan cara-cara membina perilaku anak terutama dari keluarga yang tidak

harmonis dalam menjalin hubungan dengan anak-anaknya atau hubungan

sosial masyarakat.
12

2.Remaja, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman anak remaja,

bahwa kesadaran orang tuanya dalam proses pembentukan kepribadian

anak dapat dipengaruhi oleh komunikasi yang terjadi dalam keluarga.

3.Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi

wahana perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan

dan psikologi sosial terutama yang berhubungan dengan kenakalan remaja.


BAB II

LANDASAN TEORETIS

A.Kenakalan Remaja

Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian untuk mencari faktor-

faktor yang berhubungan dengan kenakalan remaja, faktor-faktor tersebut

antara lain indentitas, jenis kelamin, usia, kedudukan dalam keluarga,

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat serta kelas sosial ekonomi,

semua faktor tersebut memiliki kontribusi terhadap kecenderungan kenakalan

remaja.

Begitu juga mengkaji tentang permasalahan komunikasi dalam

keluarga tidak akan lepas dari pemahaman terhadap permasalahan itu sendiri.

Kajian tidak akan bermakna jika segala sesuatu yang mengenai tentang

komunikasi tidak dimengerti. Hal ini akan menimbulkan kerancauan.

Berdasarkan pengantar tersebut, penulis akan menguraikan tentang pengertian,

teori-teori, faktor-faktor, dan jenis-jenis kenakalan remaja begitu juga dengan

komunikasi dalam keluarga secara komprehensif sehingga akan ditemukan

maksud dari tujuan.

1.Pengertian Kenakalan

Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari

bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik

pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquency

berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan,

1
11

yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal,

pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain

sebagainya.

Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau

kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial

pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian

sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.

Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah

laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak

kriminal.

Dengan demikian pengertian kenakalan adalah suatu perbuatan yang

bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia

hidup atau suatu perbuatan anti-sosial dimana di dalamnya terkandung unsur-

unsur anti-normatf.7 Definisi lain mengungkapkan bahwa kenakalan adalah

tingkah laku yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam suatu

masyarakat.8

Musen dkk (1994), mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku


yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh
anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan
oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. Hurlock
(1973) juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan
tersebut dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk
penjara.9
7
B. Simanjutak, S.H., Pengantar Kriminologi dan Sosiologi, Aksara Baru, Jakarta, 1984,
hlm.25
8
Sri Rumini dan Siti Sundari, H.S. M.Pd, Perkembangan Anak dan Remaja, Rineka Cipta,
Jakarta, 2004, hlm.53

9
Ulfah Maria, Kecenderungan Kenakalan Remaja, (Online),
(http://www.dimandiri.or.id/file/ulfahmariaugm/bab2.pdf/tinjauanpustaka/hlm10).15:45:2
12

Sama halnya dengan Conger (1976) & Dusek (1977) mendefinisikan


kenakalan remaja sebagai suatu kenakalan yang dilakukan oleh
seseorang individu yang berumur di bawah 16 dan 18 tahun yang
melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman. Sarwono
(2002) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang
menyimpang dari norma-norma hukum pidana, sedangkan Fuhrmann
(1990) menyebutkan bahwa kenakalan remaja suatu tindakan anak
muda yang dapat merusak dan menggangu, baik terhadap diri sendiri
maupun orang lain. Santrock (1999) juga menambahkan kenakalan
remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari perilaku yang
tidak dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal.10

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk

melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan

kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang

dilakukan remaja usia 16 -18 tahun.

2.Teori – Teori Tentang Kenakalan Remaja

a.Teori Sosiologi Modern

Dalam pandangan para ahli sosiologi, baik penjahat maupun bukan

penjahat, kedua-duanya mengalami gangguan emosi. Kelakuan jahat dipelajari

dari pergaulan kelompok sama seperti halnya tehnis, kesopanan. Sedangka

pangkalnya sama yaitu mendapatkan pengargaan teori sosiologi modern,

menggunakan pendekatan ekologi (The Ecological Approach) dalam

masyarakat.11

b.Teori Paduan

10
Ibid, (http://www/dimandiri.or.id?file/ulfahmariaugm/bab2.pdf/tinjauanpustaka/hlm10),
15:50:51
11
B Simandjuntak S.H., Latar Belakang Kenakalan Remaja, Penerbit Alumni, Bandung,
1984, hlm. 85
13

Dari kenyataan sehari-hari tidak ada satu pun yang mutlak, tetapi

dipadu. Penyelidikan kriminologi umumnya cendrung menuju kearah electic

theory atau analisa proses. Dan ini merupakan approach yang benar.12

3.Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja

Setelah membahas tentang etiologi kriminal (juvenile delinquency),

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menyebabkan kenakalan remaja di

Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang terletak pada faktor-

faktor sebagai berikut :

A.Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang datangnya dari dalam tubuh

manusia itu sendiri, tanpa pengaruh lingkungan sekitar, yang termasuk dalam

faktor ini adalah :

1.Personality ( kepribadian ).

Tidak ada pribadi atau personaliti anak yang sama tetapi mempunyai

perbedaan.13 G.W Allport mengatakan bahwa kepribadian adalah suatu

organisasi yang dinamis pada sistem psikosomatis dalam individu yang turut

menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan

lingkungannya.14 Dari uraian yang dikemukakan G.W. Allport bahwa

prsonaliti seseorang dapat menjadi penyebab melakukan kenakalan.

a.Inteligensi Quontienti ( IQ).

12
Ibid, hlm. 110
13
Martin H. Neumeyer, Juvenile Deliquency In Modern Society, Van Nostrand Coy, Inc.,
Toronto, New York, London, Hlm. 87
14
B Simanjuntak, S.H, Op Cit, hlm. 113
14

Inteligensi quontient adalah kemampuan seseorang untuk

menyesuaikan diri dengan situasi atau memecahkan suatu problema yang

dihadapi. Menurut peyelidikan Prof. Ciryl Burt, anak yang menpunyai

inteligensi quontient 85 s/d 90 (bodoh) paling banyak menjadi juvenile

delinquent.15 Mereka sering melaukan kenakalan karena tidak dapat

memperhitungkan akibat-akibat perbuatannya.

b.Usia.

Faktor usia ini memiliki pengaruh dalam berbuat kenakalan

Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan

penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua

anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku

kenakalan.

Sebagaimana hasil penelitian dari McCord (Kartono, 2003) yang

menunjukkan bahwa pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal dapat

meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Paling sedikit 60% dari

menghentikan perbuatannya pada usia 21 sampai 23 tahun.16

2.Kelamin.

Perbedaan sex memang dapat mempengaruhi tindakan kriminal anak.

Remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada

perempuan. Menurut penelitian L.P.P. IKIP Bandung di LPC Tanggerang

menyebutkan bahwa anak laki-lai 96% dan perempuan 4% dari jumlah

juvenile delinquent.17 Hal ini sangat jelas terjadi pada periode pubertas anak.
15
B Simanjuntak, S.H, Op.Cit, Hlm. 115
16
http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=534/12:35:01
17
B. Simanjuntak, Op Cit, Hlm. 116
15

3.Kedudukan Dalam Keluarga.

Kedudukan yang dimaksud adalah urutan-urutan kelahiran dari nucleas

famili. Berdasarkan dari penelitian Bigot bahwa anak sulung lebih

memungkinan menjadi recidivist dibandingkan dengan anak bungsu.

B.Faktor Extern ( extragenic )

1.Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan wadah yang pertama dan merupakan dasar yang

fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Kebiasaan dan way

of life orang tua memberikan warna dasar terhadap pembentukan kepribadian

anak. Dan ini dapat mengarah kearah positif atau negatif. Lingkungan

keluarga ini bermacam-macam keadaannya yang secara potensial dapat

menghasilkan anak nakal.

a.Disharmoni Keluarga dan Broken Home.

Keadaan rumah tangga yang berantakan dapat membawa pengaruh

psikologis buruk bagi perkembangan mental dan pendidikan anak. Karena

dasar pribadi anak terutama dibentuk dalam lingkungan keluarga. Jika

kehilangan salah satu dari kedua orang tua atau kehilangan keduannya karena

meninggal maupun bercerai dan lain-lainnya, menyebabkan anak kehilangan

contoh model orang dewasa. Kehilangan kasih sayang, kehilangan pendidik

atau pemimbing yang sangat ia butuhkan.

b.Sikap Perlindungan Yang Berlebihan Orang Tua Dalam Mengasuh dan

Mendidik Anak-Anaknya.
16

Memanjakan anak secara berlebihan dimana anak selalu memdapatkan

segala sesuatu dari orang tuanya walaupun hal itu tidak sesuai dengan norma

pendidikan. Tidak sedikitpun anak merasa kesulitan dalam hidupnya. Sikap

Perhatian orang tua yang berlebihan ini dapat menumbuhkan sifat malas,

apatis kepada anak dalam menghadapi problema hidup yang sebenarnya

sangat penting dan membantu bagi perkembangan dan kematangan anak itu

sendiri. Sehingga anak tidak percaya akan dirinya, merasa dirinya berpribadi

kecil. Akhirnya anak lebih cendrung kearah kenakalan (juvenile delinquency).

c.Pendidikan Anak-Anak Terlantar.

Pendidikan keluarga dan cinta kasih sangat dibutuhkan. Pendidikan

anak dapat terlantar karena orang tuanya kaya dan sibuk dengan kekayaannya.

Tetapi pendidikan anak juga dapat terlantar karena kemiskinan orang tua.

Segala keperluan anak tidak terpenuhi secara sempurna. Sehingga anak

cenderung untuk berbuat hal-hal yang menyeleweng dari norma. Dengan kata

lain timbulnya kenakalan karena hilangnya atau berkurangnya fungsi keluarga

sebagai pendidik, pembentuk kepribadian anak dan tempat berlindung.18

2.Lingkungan Sosio Budaya

Lingkungan tempat anak berpijak sebagai makhluk sosial adalah

masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari

masyarakat. Pembentukan kepribadian anak dipengaruhi oleh lingkungan

masyarakat. kalau masyarakat baik maka akan membawa pembentukan

18
Ibid, hlm. 119
17

tingkah laku yang baik pula. Lingkungan yang tidak baik dapat membuat

seseorang menjadi jahat karena anak-anak sifatnya meniru.19

a.Ligkungan Sekolah

Lingkungan sekolah adalah salah satu lingkungan pendidikan yang

formal. Situasi dan kondisi sekolahan, sistem pengajaran di sekolah yang tidak

menguntungkan anak, dapat menjurus kepada juvenile delinquency. Sebab-

sebab timbulnya kenakalan anak di sekolah, antara lain : sekolah yang

berusaha memandaikan anak-anak yang sebenarnya kurang mampu, guru

bersikap reject (menolak), sekolah atau guru yang mendisiplin anak dengan

cara yang kaku dan tanpa menghiraukan perasaan anak, suasana sekolahan

buruk. Hal ini menimbulkan anak suka membolos, segan atau malas belajar,

melawan peraturan sekolah atau melawan guru, anak meninggalkan sekolah

(drop-out) dan lain-lainnya.20 Ada tiga lingkungan yang mempengaruhi

pertumbuhan anak yaitu lingkungan keluarga (rumah), sekolah dan

masyarakat.

b.Media Komunikasi Masa

Sebelum membahas tentang media yang mempengaruhi juvenile

delinquency, maka perlu diberikan pengertian sebagai berikut :

Media adalah segala alat yang berfungsi sebagai penghubung antara

seseorang dengan orang lain yang dapat berupa kalimat-kalimat atau suara

19
Ibid, hlm. 120
20
Kartini kartono, Bimbingan Bagi Anak Dan Remaja Yang Bermasalah, Rajawali Pers,
Jakarta, 1991, hlm. 107
18

orang tersebut, tulisan atau gambar. Dengan demikian termasuk surat kabar,

buku, radio dan TV.21

Massa adalah sekumpulan manusia bergabung atau berhubungan

karena sesuatu tetapi tidak mempunyai sesuatu bentuk atau jumlah yang tetap.

Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : media massa

adalah komunikasi pers atau radio, film dan televisi, yang ditunjukkan kepada

khalayak dengan menitik beratkan pada penggunaan media.

c.Koflik kebudayaan.

Sutherland mengemukakan bahwa seseorang menjadi bertindak

kriminal, hal itu mulai terjadi dalam proses riwayat seseorang sebelum

menjadi juvenile delinquent. Penjelasan ini di sebut genetic explanation.22

Seseorang menjadi juvenile delinquent dapat diketahui dari pergaulan yang

intim pada masa lalu dengan jalan meniru masyarakat pada saat terjadi

interaksi yang intim.

1.Jenis-Jenis Kenakalan Remaja

Ditinjau dari sudut pandang pelaku delinkensi remaja, Ernest R.

hilgard dalam bukunya "Introduction to Psychology" mengelompokkan

delinkensi remaja menjadi 2 golongan :

a."social delinquency", yaitu delinkensi yang dilakukan oleh sekelompok

remaja, misalnya "gang."

b."individual delinquency", yaitu delinkensi yang dilakukan oleh seorang

remaja sendiri tanpa teman.23


21
B Simanjuntak, S.H., Op.Cit, Hlm. 122
22
Ibid, hlm. 123
23
Kartini kartono, Op.Cit, hlm. 115
19

Ditinjau dari sudut pandang perbuatan delinkensi remaja, dari

beberapa sumber yang dapat dirumuskan beberapa jenis perbuatan juvenile

delinquent, yaitu:

a.Pengrusakan dengan kasar dan kejam (vandalism).

b.Sering membolos sekolah dan berkeliaran mengganggu keamanan

masyarakat sekitarnya serta kadang-kadang melakukan perbuatan kurang

ajar terhadap guru dan orang tua.

c.Penggunaan obat-obat peransang, narkotika, alat-alat kontrasepsi dan

minuman keras.

d.Peredaran foto-foto, cerita-cerita, dan film-film cabul.

e.Ngebut dan melakukan perkelahian kelompok.

f.Mencuri, menganiaya dan mengganggu gadis-gadis.

g.Penyelenggaraan pesta-pasta yang berkelebihan; hal ini terutama dilakukan

oleh golongan "the Have."24

A.Komunikasi

Adanya berbagai makna dalam mendefinisikan pengertian komunikasi,

sudah barang tentu menimbulkan kesulitan dalam mengkonseptualisasi

komunikasi sebagai suatu kajian ilmiah. Kesulitan ini langsung bisa terlihat

dari lahirnya sejumlah definisi mengenai komuikasi. Untuk mengurangi

kesuliatan dalam definisi komunikasi maka penulis akan menyajikan beberapa

pendapat ahli tentang pengertian komuniksai tersebut.

1.Pengertian Komunikasi.

A.Pengertian komunikasi secara umum.


24
Ibid, hlam. 115
20

Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bagun tidur sampai

tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya

komunikasi adalah sebagai konsenuensi hubungan sosial. Masyarakat paling

sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lainnya, yang

karena berhubungan dapat menimbulkan interaksi sosial. Terjadinya interaksi

sosial disebabkan interkomunikasi.

1.Pengertian komunikasi secara etimologis.

Secara etimologis atau asal katanya, istilah komunikasi berasal dari

bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber kepada kata

communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna,

yaitu sama makna mengenai suatu hal. Komunikasi berlangsung apabila antara

orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang

dikomunikasikan.25

2.Pengertian komunikasi secara terminologis.

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.26 Yang dimaksud disini adalah

komunikasi manusia atau human communication, bukan komunikasi hewan.

B.Pengertian komunikasi secara paradigmatis.

Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan

tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui

media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televise atau film, maupun
25
Onong Uchjana Efendy, M.A., Dinamika Komunikasi, P.T Remaja Rosdakarya, Bandung,
1993, hlm. 3
26
Ibid, hlm. 4
21

media non massa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster,

spandoek dan sebagainya.27

Mengenai pengertian komunikasi paradigmatis ini banyak para ahli

yang mendefinisikan, tetapi dari sekian definisi dapat diambil kesimplan

secara lengkap dengan menampakkan makna yang hakiki, yaitu : komuniasi

adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain

untuk memberi tahu untuk mengubah sikap, pendapat,atau perilaku, baik

langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media.28

1.Teori-Teori Komunikasi.

Harold D. Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk

menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan " Who, Says

What In Which channel To Whom With What Effet?".29

•What ( Siapakah komunikatornya )

•Says What ( Pesan apa yang dinyatakan )

•In Which Channel ( Media apa yang digunakannya )

•To Whom ( Siapa komunikannya )

•With What Effet ( Efek apa yang diharapkannya ).

Rumus lasswell tersebut tampaknya sederhana tetapi mengandung

pertautan dengan berbagai teori komunikasi lainnya. Pertama-tama fokus

perhatian perlu ditujukan kepada komponen komunikan.

27
Ibid, hlm 5
28
Ibid, hlm. 6
29
Ibid, hlm 29
22

Teori komunikasi Melvin L. Defleur, dalam bukunya yang berjudul

Theories of massa Communication, ia mengemukakan empat teori yang

masing – masing disebut Individual Differences Theory, Social Catagories

Theory, Social Relationship Theory dan Cultural Norms Theory.

a.Individual Differences Theory

Teori ini menyatakan bahwa khaayak yang secara selektif

memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya apabila bersangkutan

dengan kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya, kepercayaannya, dan

nilai-nilainya. Tanggapan terhadap peasan komunikasi seperti iru akan diubah

oleh tataan psikoogisnya.30

b.Social Categories Theory.

Teori sosial katagoris ini konsisten dan bersumber kepada teori

sosiologi umum mengenai massa. Asumsi dasar dari teori tersebut bahwa

kendatipun masyarakat modern sifatnya heterogen, orang yang mempunyai

sejumlah sifat yang sama akan memiliki pola hidup tradisional yang sama.

Kesamaan orientasi dan perilaku ini akan mempunyai kaitan dengan gejala

yang diakibatkan media massa.

c.Social Relationship Theory.

Menurut teori ini, sebuah pesan kmunikasi mula-mula disiarkan

melalui media massa kepada sejulah perorangan yang terang-lengkap (well-

informed), dan dinamakan "pemuka pendapat" (opinion leaders). Kemudian


30
Ibid, hlm. 30
23

pesan tersebut diteruskan penyampaianya melalui saluran antar persona,

kepada orang-rang yang kuang keterpaanmedia massa.

d.Cultural Norms Theory.

Teori cultural norms pada hakikatnya merupakan anggapan yang

mendasar bahwa, melalui penyajian yang selektif dari penekanan pada tema

tertentu, media massa menciptakan kesan-kesan pada khalayak bahwa norma-

norma budaya yang sama mengenai topi-topi tertentu dibentuk dengan cara-

cara yang khusus. Ada tiga cara yang potensial mempengaruhi norma-norma

dan batas-batas per-orangan, yaitu :

•Pesan komunikasi bisa memperkuat pola-pola yang sudah ada (reinforce

exisiting pattnerns) dan mengarahkan orang-orang untuk percaya bahwa

suatu bentuk sosial dipelihara oleh masyarakat.

•Media massa bisa menciptakan keyakinan baru (creat new shared

convictions) mengenai topik, dengan topik mana khalayak kurang

berpengalaman sebelumnya.

•Media massa bisa mengubah norma-norma yang sudah ada (change existing

norms), dan karenanya mengubah orang-orang dari bentuk tingkah laku

yang satu menjadi tingkah laku yang lain.31

1.Jenis-Jenis Komunikasi

Sesungguhnya komunikasi bukan hanya multi makna dan multi

definisi, sebagaimana disajikan di atas, tetapi cara membaginya juga

bermacam-macam. Untuk memahami taksonomi (klasifikasi) komunikasi,

31
Ibid, hlm. 31
24

maka dapat dilacak melalui pertumbuhannya sebagai ilmu. Jenis-jenis

komunikasi tersebut, antara lain :

a.Komunikasi Lisan.

Di dalam komunikasi lisan, ada dua cara dasar dalam berkomunikasi

lisan, yaitu :

1.komunikasi verbal, Di dalam komunikasi verbal, seseorang menyampaikan

pesan menggunakan kata-kata (bahasa).

2.komunikasi non-verbal, dalam komunikasi non-verbal, seseorang

mengirimkan pesan menggunakan tanda-tanda, simbol, sikap tubuh

(gesture), ekspresi wajah, nada bicara dan tekanan kalimat.

b.Komunikasi massa, adalah komunikasi yang isinya bersifat umum atau

terbuka (bukan rahasia atau bukan masalah pribadi), sehingga mencakup

baik komunikasi denagn menggunakan media massa, maupun komunikasi

dengan langsung (retorika dan pembicaraan di tempat umum).

c.Komunikasi media massa, ialah komunikasi dengan menggunakan pers atau

radio, film dan televisi, yang ditujukan kepada khalayak.32

Jika komunikasi dititik beratkan pada penggunaan media maka

komunikasi ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

A.Komunikasi media ( beralat ).

B.Komunikasi tatap muka ( non media )

Dan apabila komunikasi dititikberatkan pada sifat pesan maka

komunikasi dapat dibagi kedalam dua jenis, yaitu :

32
Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi;sebuah pengantar ringkas, CV. Rajawali, Jakarta, 1988,
hlm. 29
25

•Komunikasi massa ( isinya bersifat umum ).

•Komunikasi persona ( isinya bersifat pribadi ).

•Komunikasi kelompok ( kelompok kecil dan kelompok besar )

•Komunikasi organisasi (komunikasi yang berlangsung di dalam organisasi)

Pembagian yang lain, didasarkan kepada tujuan dan jenis pesan.

Dalam hal ini komunikasi dapat dibedakan dalam banyak jenis, antara lain:

•Komunikasi Politik ( kampanye, agitas, propaganda )

•Komunikasi Perdagangan ( reklame, advertensi, promosi)

•Komunikasi Kesehatan ( penyuluhan keluarga berencana )

•Komunikasi Agama ( dakwah, tablig, khotbah )

•Komunikasi Kesenian ( drama, puisi, prosa, wayang )

•Komunikasi Pertanian ( penyuluhan panca usaha tani ).33

Kini jelaslah bahwa komunikasi bukan saja multi makna, dan

mempunyai beberapa definisi tetapi juga ternyata memiliki beberapa jenis.

Dengan kata lain bukan saja cara memahaminya dan mendefinisikannya

berbagai ragam, tetapi membaginya juga bermacam-macam.

1.Faktor-Faktor Komunikasi Dalam Keluarga.

Faktor – faktor yang menunjang keberhasilan berkomunikasi dalam

keluarga, antara lain adanya :

33
Ibid, hlm. 31
26

a.Komunikator, yaitu Sumber komunikasi atau Pengirim Pesan, yakni

seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi yang mengambil

inisiatif mengirimkan pesan.

b.Pesan, adalah bisa berupa lambang atau tanda, seperti kata-kata (dalam

bentuk tertulis atau lisan) gesture dll.

c.Media, yaitu sesuatu yang dipakai sebagai alat pengiriman pesan (misalnya

telepon, radio, surat, surat kabar, email, SMS, TV atau gelombang udara.

d.Komunikan atau Penerima Pesan, yaitu seseorang atau sekelompok orang

yang menjadi sasaran penerima pesan.

Di samping keempat elemen tersebut, masih ada tiga elemen atau

faktor lain yang juga penting dalam proses komunikasi, yakni:

a.Dampak atau akibat yang terjadi pada pihak penerima/komunikan.

b.Umpan balik (feedback), yakni reaksi atau tanggapan balik dari pihak

penerima/komunikan atas pesan yang diterimanya.

c.Gangguan (noise) yakni faktor-faktor eksternal maupun internal (psikologis)

yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses

komunikasi.34

A.Kaitannya Pola Komunikasi Dalam Keluarga Dengan Kenakalan Remaja.

1.Pemahaman Awal Tentang Pola Komunikasi

34
.http://209.85.173.104/search?q=cache:ZObBKm6PwhwJ:www.sabdaspace.com/memahami
_proses_komunikasi+Faktor+faktor+komunikasi+dalam+keluarga&hl=id&ct=clnk&cd=28&g
l=id&client=firefox-a/10:53:59
27

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai bentuk

(struktur) yang tetap.35 Sedangkan komunikasi adalah proses penciptaan arti

terhadap gagasan atau ide yang disampaikan.36 Komunikasi adalah pengiriman

dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara

yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapar dipahami;hubungan;kontak.37

Dengan demikian, pola komunikasi di sini dapat dipahami sebagai pola

hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan

pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan

silih berganti; dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua serta anak ke

anak. Awal terjadinya komunikasi karena adanya pesan yang ingin

disampaikan. Siapa yang berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan

berpeluang untuk memulai komunikasi. Yang tidak berkepentingan untuk

menyampaikan suatu pesan cendrung menunda komunikasi. Komunikasi

berpola stimulus-respon adalah model komunikasi yang masih terlihat dalam

kehidupan keluarga. Komunikasi seperti ini sering terjadi pada saat orang tua

mengasuh bayi. Orang tua lebih aktif dan efektif memberikan stimulus

(rangsangan), sementara bayi berusaha memberikan respon (tanggapan).

Komunikasi berpola stimulus-respon berbeda dengan komunikasi berpola

interaksional. Dalam komunikasi sama-sama aktif dan kreatif dalam

35
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1990, hlm. 692
36
Suciati Prasetya Irawan dan I.GA.K. Wardani, Teori, Belajar, Motivasi, dan Keterampilan
Mengajar, Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas
Intruksional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1994, hlm. 70
37
Departemen Pendidikan…, Op.cit., hlm. 454
28

menciptakan arti terhadap ide atau gagasan yang disampaikan via pesan,

sehingga jalannya komunikasi terkesan lebih dinamis dan komunikatif.

Pola komunikasi yang akan mempengaruhi pola asuh orang tua.

Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang

baik. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa betapa pentingnya pola asuh

orang tua dalam keluarga dan upaya untuk mendidik anak. Kegiatan

pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang

tercipta didasarkan atas cinta dan kasih saying dengan memposisian anak

sebagai subjek yang harus dibina, dibimbing dan dididik, serta bukan hanya

sebagai objek semata.

2.Pola komunikasi dalam keluarga

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan

keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan

berbicara, berdialog, bertukar pikiran, dan sebagainya. Akibatnya kerawanan

hubungan antara anggota keluarga pun sukar untuk dihindari.

Oleh karena itu, komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara

ibu dan anak serta komunikasi antara anak dan anak, perlu dibangun secara

harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik dalam keluarga.

Persoalannya adalah pola komunikasi yang bagaimana yang sering terjadi

dalam kehidupan keluarga? Berdasarkan kasuistik perilaku orang tua dan anak

sering muncul dalam keluarga, maka pola komunikasi yang sering terjadi

dalam keluarga adalah berkisar di seputar model Stimulus-Respon (S-R),

model ABX, dan Model Interaksional.


29

a.Model Stimulus-Respon

Pola komunikasi yang biasanya terjadi dalam keluarga adalah model

stimulus-respon (S-R). pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses

"aksi-reaksi" yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-

kata verbal (lisan-tulisan), isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan

tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan

respon dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai

pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini dapat bersifat

timbale-balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapar mengubah

tindakan komunikasi berikutnya. Dalam realitas pola ini dapat pula

berlangsung negative.38

Pola komunikasi stimulus-respon,di sini orang tua harus lebih proaktif

dan kreatif untuk memberikan rangsangan kepada anak, sehingga kepekaan

anak atas rangsangan yang diberikan semakin membaik.

b.Model ABX

Pola komunikasi lainnya juga sering terjadi dalam komunikasi antara

anggota keluarga adalah model ABX, sebagaiman yang dikemukakan oleh

Newcomb dari perspektif psikologi-sosial. Newcomb menggambarkan bahwa

seorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai

sesuatu (X). model tersebut mengamsumsikan bahwa orientasi A (sikap)

terhadap B dan terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu

sistem yang terdiri dari empat orientasi, yaitu : (1) Orientas A terhadap X,

38
Deddy Mulyana, M.A., Ph.D., Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja rosdakarya
Offset, Bandung, 2002, hlm. 133
30

yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus didekati atau

dihindari dan atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif), (2) Orientasi

A terhadap B dalam pengertian yang sama (3) Orientasi B terhadap X, (4)

Orientasi B terhadap A. model ini lebih jelas dapat digambarkan sebagi

berikut .39

A X

c.Model Interaksional

Model interaksional ini berlawanan dengan model S-R. sementara

model S-R mengamsumsikan manusia adalah pasif, model interaksional

menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan

sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran atas peasan atau perilaku orang

lain oleh para peserta komunikasi. Beberapa konsep penting yang digunakan

adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran dan tindakan.40

Keluarga sebagai kelompok sosial terkecil dalam masyarakat,

mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian pada anak.

cukupnya dukungan keluarga atau kurangnya dukungan pada anak akan

mempengaruhi kepribadian anak. Pola terbentuknya kepribadian pada seorang

individu bukan hanya merupakan bawaan dari lahir, tetapi kepribadian

39
Ibid, hlm. 142
40
Ibid, hlm. 160
31

terbentuk melalui proses, dan proses pembentukan kepribadian tidak terlepas

dari peran keluarga. Kepribadian yang positif dan keluarga yang harmonis

diyakini akan mampu mencegah seorang remaja untuk cenderung melakukan

kenakalan atau perbuatan yang negatif.

Secara garis besar munculnya perilaku delinkuen pada remaja

disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Yang di maksud faktor internal

adalah meliputi karakteristik kepribadian, nilai-nilai yang dianut, kondisi

emosi remaja yang labil, perbedaan sex, faktor usia, kedudukan dalam

keluarga. Adapun faktor eksternal mencakup lingkungan rumah dan keluarga,

sekolah, soaial budaya, masyarakat, dan keadaan ekonomi.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dipahami bahwa kecenderungan

berperilaku delikuen pada remaja dipengaruhi oleh kepribadian individu yang

bersangkutan dengan peran komunikasi keluarga yang didapatnya. Bagaimana

pola komunikasi dalam keluarga itu terjadi? Karena pola-pola komunikasi

tersebut memiliki keterkaitan yang erat dengan terjadinya delikuensi pada

remaja.

A.Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang

diidentifikasikan.41 Berdasarkan latar belakang penelitian dan landasan teori

yang telah penulis paparkan di atas maka penulis menjadikan hipotesis

penelitian ini sebagai berikut : Adanya keterkaitan antara pola komunikasi

41
Wahyu, M.S, Petunjuk Praktis Pembuatan Skripsi, Surabaya, Usaha Nasional,1987, hlm. 33
32

dalam keluarga dengan kenakalan remaja di Desa Timpik Kecamatan Susukan

Kabupaten Semarang Tahun 2007.


26

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran

ilmu yang bersangkutan.42 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini

: adalah

Jenis Penelitian•

Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif kuantitatif,

karena penelitian ini merupakan penelitian yang mengolah angka-angka

.(dengan rumus Khai kuadrat ( χ²

Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan

: penelitiaan.43 Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel penelitian yaitu

Pola komunikasi dalam keluarga, merupakan variabel bebas.A

(variabel Independent). Adapun indikator pola kominikasi dalam

:keluarga di antaranya adalah

Adanya citra diri yang baik.A

Intensitas pertemuan yang cukup.B

Suasana psikologis yang nyaman.C

Demokratis dan saling menghargai.D


44
Kemampuan berbahasa dengan baik.E

42
Koencjoroningrat, Metode-metode Penelitian masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1985,
.hlm. 7
Roni Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia Jakarta, Cet 43
.kedua, 1983,, hlm. 39
Syaiful Bahri Dajmarah, Pola Komunikasi Orang tua & anak Dalam Keluarga, Rineka 44
.Cipta, Jakarta, Jakarta, 2004, hlm. 63-72
27

Kenakalan remaja, merupakan variabel terikat (variabel .A

:Dependent). Adapun indikator kenakalan remaja di antaranya adalah

Melakukan tindakan membolos sekolah a.

Melakukan upaya pencurian dan pemerasan b.

Mengkonsumsi narkoba c.

Melakukan tindakan kekerasan dan tawuran d.


45
Melakukan tindakan perjudian e.

Populasi dan Sampel•

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.46 Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang, dengan kisaran umur sekitar 13 sampai dengan 17

.tahun

Sementara itu, sample adalah sebagian atau wakil yang diteliti.47

Mengingat besarnya jumlah populasi dalam penelitian ini maka ditetapkan

20 remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang,

sebagai sample dalam penelitian ini. Teknik pegambilan sample dalam

penelitian ini menggunakan teknik random sampling, yaitu pengambilan


48
.sample secara acak tanpa pandang bulu

Metode Pengumpulan Data•

.Sudarsono, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 32 45


Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, 46
.Jakarta, Edisi revisi IV, 1998, hlm. 115
.Ibid., hlm. 117 47
Prof. Dr. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi 48
.UGM, Yogyakarta, 1981, hlm. 75
28

Dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan

:beberapa metode penelitian sebagai berikut

Metode Angket•

Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.49 Penggunaan angket tersebut

untuk mendapatkan data tentang pola komunikasi dalam keluarga dan

kenakalan remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten

.Semarang

Metode Observasi•

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan

sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.50 Observasi yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah kegiatan langsung ketempat/

.lokasi penelitian guna mendapatkan data tentang subyek penelitian

Metode Dokumentasi•

Dokumentasi yaitu kumpulan data verbal yang berbentuk

tulisan, monumen, artifak, foto, tape dan sebagainya.51 Metode

dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat

dokumenter misalnya: jumlah jumlah penduduk, pekerjaan orang tua,

.jumlah remaja, dan tingkat pendidikan remaja

49
.Ibid., hlm. 140
50
.Ibid., hlm. 136
51
.Koentjoroningrat, Op. Cit., hlm. 45
29

Instrument Pengukuran

.No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala


1 Pola Menggunakan lembar Kriteria jawaban ordinal

komunikasi kuisioner dengan 10 a nilai 3,

dalam item pertanyaan jawaban b nilai 2

keluarga dan jawaban c

.nilai 1
2 Kenakalan Menggunakan lembar Kriteria jawaban ordinal

remaja kuisioner dengan 10 a nilai 3,

item pertanyaan jawaban b nilai 2

dan jawaban c

.nilai 1

Metode Analisis Data

Disamping masih pengumpulan data, yang harus dilakukan

selanjutnya adalah melakukan analisis data yang telah terkumpul. Adapun

: teknik analisis yang digunakan adalah

Untuk mengetahui kualitas pola komunikasi dan tingkat kenakalan remaja.1

: digunakan rumus prosentase sebagai berikut

F
P= x100%
52 N

: Keterangan

P = Proporsi

F = Frekuensi
52
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, Radja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,
.hlm. 40
30

N = Nilai / Jumlah responden

Untuk mengetahui hubungan antara pola komunikasi dan tingkat kenakalan.2

:remaja digunakan rumus Khai kuadrat ( χ²), sebagai berikut

( fo − fh)
χ2 = ∑
53 fh

: Keterangan

χ² : Khai kuadrat

fo : Frekuensi yang diobservasi

fh : frekuensi yang diharapkan

Analisis Lanjutan.3

Merupakan interpretasi dari uji hipotesis dengan Khai

kuadrat, yaitu membandingkan nilai χ² (Khai Kuadrat

hasil hitung) dengan nilai tabel Khai Kuadrat (db) taraf

signiikansi 5 % taraf signifkansi 1 % Apabila nilai Khai Kuadrat

hasil hitung sama atau lebih besar dari nilai Khai Kuadrat tabel

maka hipotesis yang diajukan dapat diterima, tetapi sebaliknya

apabila Khai Kuadrat hasil hitung lebih kecil dari Khai Kuadrat

tabel maka hipotesis yang diajukan di tolak.

53
.Ibid., hlm. 307
31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum.A

Letak Geografis.a

Penelitian ini dilakukan di Desa Timpik, Kecamatan Sususkan,

Kabupaten Semarang, merupakan wilayah desa yang terdiri dari 13

dusun yaitu: Karang Salam, Kaibon, Gedangan, Kauman, Durenan,

Geneng, Timpik, Sumber, Ngasinan, Bogo, Lempuyangan, Jetak, dan

Cengklik. Desa Timpik memiliki jarak ke ibu kota kecamatan sejauh,

3 KM, ke ibu kota kabupaten sejauh 60 KM, dan ke ibu kota propinsi

sejauh 80 KM. Desa ini memliki wilayah dengan luas sekitar

.728,3004 HA

Wilayah tersebut mayoritas penduduknya bermata pencaharian

sebagai petani, dengan total jumlah penduduk 4,838 orang terdiri dari

2,396 laki-laki dan 2,442 perempuan. Desa Timpik memiliki batas-

:batas wiilayah sebagai berikut

Desa Ketapang : Sebelah Utara

Desa Rogomulyo : Sebelah Selatan

Desa Ngampel, Kecamatan Ampel : Sebelah Barat


32

Desa Tawang : Sebelah Timur

Karakteristik Responden

Rmaja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 40

remaja, yang tersebar di beberapa dusun di Desa Timpik, Kecamatan

Susukan, Kabupaten Semaran. Karakteristik reponden meliputi umur

:dan jenis kelamin, disajikan dalam tabel berikut ini

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasakan umur

remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang

Tahun 2008

NO UMUR JUMLAH PROSENTASE


1 tahun 13 8 % 20
2 tahun 14 10 % 25
3 tahun 15 10 25%
4 tahun 16 8 % 20
5 tahun 17 4 % 10
Jumlah 40 % 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak

yaitu remaja dengan umur 14 dan15 tahun dan responden yang paling

.sedikit yaitu remaja dengan umur 17 tahun

Tabel 4.2. Karakteristik responden berdasakan jenis kelamin remaja

Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2008

NO JENIS KELAMIN JUMLAH PROSENTASE


1 Laki-laki 25 % 62,5
2 Peremuan 15 % 37,5
40 % 100
33

Dari tebel di atas terlihat bahwa jumlah responden remaja

dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 25 responden atau 62,5 %

dari 40 responden, dan responden remaja dengan jenis kelamin

perempuan berjumlah 15 responden atau 37,5 % dari jumlah

.responden

Sajian Data Penelitian dan Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola

komunikasi dalam keluarga terhadap tingkat kenakalan remaja Desa

Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2008.

Berangkat dari tujuan tersebut, untuk memperoleh data tentang pengaruh

pola komunikasi dalam keluarga terhadap tingkat kenakalan remaja Desa

Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, maka dilakukan

pengumpulan data. Remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini

adalah remaja dengan kisaran umur 13 sampai dengan 17 tahun, yang

.berjumlah 40 anak remaja

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode angket. Angket tersebut terdiri dari dua kelompok

pertanyaan sesuai dengan variabel peneltian, yaitu veriabel pola

komunikasi dalam keluarga dan variabel kenakalan remaja. Masing-

masing kelompok terdiri dari 10 item pertanyaan yang dilengkapi dengan

3 alternatif jawaban yaitu, a, b, dan c. Sistem penilaian yang digunakan

:untuk mengolah data angket ialah


34

Jawaban a diberi nilai 3.1

Jawaban b diberi nilai 2.2

Jawaban c diberi nilai 1.3

Kemudian hasil nilai angket dari tiap-tiap responden

dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, atau rendah.

Selanjutnya untuk menganalisis tingkat pola komunikasi dalam keluarga

dan tingkat:kenakalan remaja pada remaja Desa Timpik, Kecamatan

Susukan, Kabupaten Semarang digunakan rumus prosentase sebagai

:berikut

F
P= x100%
N

: Keterangan

P = Proporsi

F = Frekuensi

N = Nilai / Jumlah responden

Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pola

komunikasi dalam keluarga terhadap tingkat kenakalan remaja pada

remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang

:digunakan rumus Khai kuadrat ( χ²) .sebagai berikut

( fo − fh)
χ2 = ∑
fh

: Keterangan

χ² : Khai kuadrat

fo : Frekuensi yang diobservasi


35

fh : frekuensi yang diharapkan

Data penelitian dan pembahasan tentang pola komunikasi dalam

keluarga terhadap tingkat kenakalan remaja disajikan dalam tiga

.kelompok berikut ini

Pola komunikasi dalam keluarga Pada remaja Desa Timpik,•

.Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang

Penelitian terhadap variabel ini dilakukan dengan

menggunakan angket yang terdiri dari 10 pertanyaan, kemudian hasil

tersebut dikrlompokkan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan

rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan metode

angket terhadap 40 responden diperolah data nilai tertinggi sebesar

26 dan terendah 18 (data terlampir). Dengan menggolongkan hasil

nilai tersebut kedalam tiga kelompok maka diperoleh data tingkat

:pola komunikasi dalam keluarga sebagai berikut

Tabel 4.3 Data pola komunikasi dalam keluarga remaja Desa Timpik,

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2008

NO INTERVAL KATEGORI JUMLAH PROSENTASE


1 26 – 24 Tinggi 12 % 30
2 23 – 21 Sedang 18 % 45
3 20 – 18 rendah 10 % 25
Jumlah 40 % 100

Dari data tabel di atas, terlihat bahwa pola komunikasi

dalam keluarga dengan kategori tinggi dinyatakan oleh 12 responden

atau 30 % dari jumlah keseluruhan responden, pola komunikasi

dalam keluarga dengan kategori sedang berjumlah 18 responden atau


36

45 %, dan pola komunikasi dalam keluarga dengan kategori rendah

berjumlah 10 responden atau 25 %. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kualitas pola komunikasi dalam keluarga remaja

Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang termasuk

.kategori sedang

Tingkat Kenakalan Remaja remaja Desa Timpik, Kecamatan.A

Susukan, Kabupaten Semarang

Penelitian terhadap variabel ini dilakukan dengan

menggunakan angket yang terdiri dari 10 pertanyaan, kemudian hasil

tersebut dikrlompokkan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan

rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan metode

angket terhadap 40 responden diperolah data nilai tertinggi sebesar

21 dan terendah 13 (data terlampir). Dengan menggolongkan hasil

nilai tersebut kedalam tiga kelompok maka diperoleh data tingkat

:kenakalan remaja sebagai berikut

Tabel 4.4 Data Kenakalan Remaja remaja Desa Timpik, Kecamatan

Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2008

NO INTERVAL KATEGORI JUMLAH PROSENTASE


1 21 - 19 Tinggi 6 % 15
2 18 - 16 Sedang 13 % 32.5
3 15 - 13 rendah 21 % 52.5
Jumlah 40 % 100

Dari data tabel di atas, terlihat bahwa kenakalan remaja

dengan kategori tinggi dinyatakan oleh 6 responden atau 15 % dari

jumlah keseluruhan responden, kenakalan remaja dengan kategori


37

sedang berjumlah 13 responden atau 32,5 %, dan kenakalan remaja

dengan kategori rendah berjumlah 21 responden atau 52.5 %. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kenakalan remaja pada

remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang

.termasuk kategori rendah

Pengaruh pola komunikasi dalam keluarga terhadap Kenakalan.a

Remaja Pada remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten

Semarang 2008

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh kenakalan remaja terhadap tingkat kenakalan remaja pada

remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang

tahun 2008, maka sesuai dengan tujuan ini langkah selanjutnya ialah

menentukan sejauh mana hubungan pola komunikasi dalam keluarga

dengan kenakalan remaja terhadap tingkat kenakalan remaja. Untuk

mengukur sejauh mana pengaruh kenakalan remaja terhadap tingkat

:kenakalan remaja digunakan rumus Khai Kuadrat, sebagai berikut

( fo − fh)
χ2 = ∑
fh

: Keterangan

χ² : Khai kuadrat

fo : Frekuensi yang diobservasi

fh : frekuensi yang diharapkan


38

Untuk dapat mengoperasionalkan rumus tersebut,

berdasarkan penelitian terhadap variabel pola komunikasi dalam

keluarga dan tingkat kenakalan remaja pada remaja Desa Timpik,

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2008 dibawah ini

.disajikan data nilai dan kategori untuk masing-masing kategori

Tabel 4.5 Data nilai dan Ketegori pola komunikasi dalam keluarga

dan Tingkat Kenakalan Remaja pada remaja Desa Timpik,

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2008

No. Pola komunikasi dalam


Kenakalan Remaja
Responden keluarga
Nilai Kategori Nilai Kategori
1 23 B 13 C
2 20 C 15 C
3 24 A 18 B
4 20 C 19 A
5 19 C 15 C
6 21 B 13 C
7 20 C 17 B
8 19 C 13 C
9 24 A 17 B
10 21 B 13 C
11 19 C 19 A
12 18 C 14 C
13 26 A 15 C
14 21 B 14 C
15 24 A 18 B
16 26 A 14 C
17 21 B 20 A
18 18 C 14 C
19 25 A 13 C
20 22 B 20 A
21 25 A 17 B
22 22 B 15 C
23 23 B 14 C
24 19 C 13 C
25 22 B 16 B
26 23 B 16 B
Kenakalan Remaja
tinggi sedang rendah total
Pola Komunuikasi

tinggi 2 6 4 39
12

sedang 2 6 10 18
27 25 A 15 C
28 rendah 22 2 B 1 16 7 B 10
29 Total
23 6
B 13
13 21
C 40
30 19 C 14 C
31 22 B 13 C
32 23 B 15 C
33 24 A 21 A
34 22 B 18 B
35 22 B 14 C
36 25 A 16 B
37 24 A 18 B
38 23 B 16 B
39 25 A 21 A
40 23 B 17 B

Berdasarkan data pada table 4.5 di atas selanjutnya diperoleh

:table kerja untuk mencari nilai Kai Kuadrat sebagai berikut

Tabel 4.6 Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai Kai Kuadrat

Selanjutnya, data nilai table kerja di atas dimasukkan ke dalam table perhitungan
:untuk mencari nilai Kai Kuadrat, di bawah ini

Tabel 4.7 Tabel perhitungan untuk mengetahui nilai Kai Kuadrat

((berdasarkan tabel 4.5


40

sel fo fh=(cN X rN)/N fo-fh (fo-fh)2 (fo-fh)2/fh

1 2 1.8 0.2 0.04 0.0222

2 6 3.9 2.1 4.41 1.1308

3 4 6.3 -2.3 5.29 0.8397

4 2 2.7 -0.7 0.49 0.1815

5 6 5.85 0.15 0.02 0.0038

6 10 9.45 0.55 0.3 0.0320

7 2 1.5 0.5 0.25 0.1667

8 1 1.5 -0.5 0.25 0.1667

9 7 1.5 5.5 30.25 20.1667

Total N = 40 N = 40 0 - 22.7100

Hasil penghitungan terhadap data pola komunikasi dalam

keluarga dan tingkat kenakalan remaja pada remaja Desa Timpik,

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2008 menggunakan

rumus Khai Kuadrat di atas di peroleh nilai χ²o (Khai Kuadrat

hasil hitung) sebesar 22,71. Nilai tersebut kemudian dikonsultasikan

dengan nilai table db = 4 taraf signifikansi 5 % sebesar 9,488 dan

.taraf signifikansi 1 % sebesar 13,277

Berdasarkan pebandingan nilai tersebut

diketahui bahwa nlai χ²o (Khai kuadrat hasil hitung) lebih besar

dari nilai konsultasi baik taraf signifikansi 5 % ataupun 1 %, dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara pola komunikasi dalam keluarga dan tingkat

kenakalan remaja pada remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan,


41

Kabupaten Semarang tahun 2008. Dengan kata lain dapat

disimpulkan bahwa semakin baik pola komunikasi dalam keluarga

.berpengaruh terhadap tingkat kenakalan remaja


42

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis atas data penelitian, maka diperoleh data

empirik tentang pola komunikasi dalam keluarga dan kenakalan remaja di

Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2008 sebagai

: berikut

Pola komunikasi dalam keluarga remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan,•

: Kabupaten Semarang sebagai berikut

Pola komunikasi dalam keluarga dengan kategori tinggi dinyatakan a.

.oleh 12 responden atau 30 % dari 40 responden

Pola komunikasi dalam keluarga dengan kategori sedang b.

.dinyatakan oleh 18 responden atau 45 % dari 40 responden

Pola komunikasi dalam keluarga dengan kategori rendah a.

.dinyatakan oleh 10 responden atau 25 % dari 40 responden

Kenakalan remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang•

: sebagai berikut

Kenakalan remaja dengan kategori tinggi dinyatakan oleh 6 a.

.responden atau 15 % dari 40 responden

Kenakalan remaja dengan kategori sedang dinyatakan oleh 13 b.

.responden atau 32,5 % dari 40 responden

Kenakalan remaja dengan kategori rendah dinyatakan oleh 21 c.

.responden atau 52,5 % dari 40 responden


43

Hasil analisis dengan menggunakan rumus Khai Kuadrat di peroleh nilai•

χ²o (Khai Kuadrat hasil hitung) sebesar 22,71. Nilai tersebut lebih tinggi dari

nilai konsultasi dengan nilai table db = 4 taraf signifikansi 5 % sebesar 9.488

dan taraf signifikansi 1 % sebesar 13,277. Hasil pebandingan nilai tersebut

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara perhatian orang terhadap

.tingkat kenakalan remaja

Berdasarkan data empirik di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai

:berikut

Pola komunikasi dalam keluarga remaja Desa Timpik, Kecamatan .1

.Susukan, Kabupaten Semarang termasuk kategori sedang

Kenakalan remaja remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, .2

.Kabupaten Semarang termasuk kategori rendah

Hasil analisis data dengan rumus komparasional Khai Kuadrat .3

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara pola komunikasi dalam

keluarga dan tingkat kenakalan remaja, sehingga hipotesis yang

menyatakan bahwa ada atau terdapat bahwa ada pengaruh pola

komunikasi dalam keluarga terhadap tingkat kenakalan remaja pada

remaja Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang terbukti

.atau diterima

Saran

Sebagaimana diketahui masa remaja merupakan fase penting

perkembangan dan mengingat pentingnya peran remaja dalam kehidupan

masyarakat baik pada masa kini ataupun masa yang akan datang, maka perlu
44

disampaikan saran-saran dalam bagian akhir skripsi ini. Saran-saran tersebut

:disampaikan kepada beberapa pihak, antara lain

Para remaja hendaknya mengoptimalkan waktu mereka untuk belajar dan•

meningkatkan kualitas keagamaannya sehingga mereka tidak terjerumus

.untuk melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum

Orang tua harus menjaga keharmonisan rumah tangga serta harus selalu•

.memonitor perilaku anak baik di luar ataupun di dalam rumah

•Anggota masyarakat hendaknya secara bersama-sama menjaga

melestarikan norma dan tata nilai yang ada sehingga mampu menjadi

pembendung masuknya pengaruh negatif budaya asing

You might also like