You are on page 1of 6

GAMELAN BALI

Seorang penari yang diiringi gamelan Bali Gamelan Bali adalah salah satu jenis Gamelan yang ada di Indonsia. Gamelan ini memiliki perbedaan dengan gamelan jawa yaitu bentuk wilah (bilah pada saron) lebih tebal, bentuk pencon (bentuk gamelan seperti bonang) lebih banyak dari pada wilah, ritme lebih cepat.[1] Rincikan

Ryong Gamelan bali disebut dengan rincikan dan berikut adalah nama-nama gamelan Bali:[2] 1. Jiyng, 2. Ryong, 3. Kanthil, 4. Gangs, 5. Jigog, 6. Jublak, 7. Gong, Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Gong ini digunakan untuk alat musik tradisional. Saat ini tidak banyak lagi perajin gong seperti ini. Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis. Di Korea Selatan disebut juga Kkwaenggwari. Tetapi kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jari dan dimainkan dengan cara dipukul sebuah stik pendek. Cara memegang kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan. 8. Kenong, Kenong merupakan unsur instrumen pencon gamelan yang paling gemuk, dibandingkan dengan kempul dan gong yang walaupun besar namun berbentuk pipih. Kenong ini disusun pada pangkon berupa kayu keras yang dialasi dengan tali, sehingga pada saat dipukul kenong tidak

akan bergoyang ke samping namun dapat bergoyang ke atas bawah, sehingga menghasilkan suara. Bentuk kenong yang besar menghasilkan suara yang rendah namun nyaring dengan timber yang khas (dalam telinga masyarakat Jawa ditangkap berbunyi ning-nong, sehingga dinamakan kenong). Dalam gamelan, suara kenong mengisi sela-sela antara kempul. 9. Kethuk, 10. Cng-cng(Kecrak), 11. Kendhang, Kendang, kendhang, atau gendang adalah instrumen dalam gamelan Jawa Tengah yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu. Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa disebut kendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran ,ladrang irama tanggung. Untuk wayangan ada satu lagi kendhang yang khas yaitu kendhang kosek.

Kendang kebanyakan dimainkan oleh para pemain gamelan profesional, yang sudah lama menyelami budaya Jawa. Kendang kebanyakan di mainkan sesuai naluri pengendang, sehingga bila dimainkan oleh satu orang denga orang lain maka akan berbeda nuansanya. 12. Gendr 13. Suling Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu atau terbuat dari bambu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik.

DEGUNG Degung adalah kumpulan alat musik dari sunda. Ada dua pengertian tentang istilah degung:

degung sebagai nama perangkat gamelan degung sebagai nama laras bagian dari laras salendro ( berdasarkan teori Raden Machjar Angga Koesoemadinata).

Degung sebagai unit gamelan dan degung sebagai laras memang sangat lain. Dalam teori tersebut, laras degung terdiri dari degung dwiswara (tumbuk: (mi) 2 (la) 5) dan degung triswara: 1 (da), 3 (na), dan 4 (ti). Gamelan Degung Ada beberapa gamelan yang pernah ada dan terus berkembang di Jawa Barat, antara lain Gamelan Salendro, Pelog dan Degung. Gamelan salendro biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang, tari, kliningan, jaipongan dan lain-lain. Gamelan pelog fungsinya hampir sama dengan gamelan salendro, hanya kurang begitu berkembang dan kurang akrab di masyaraka dan jarang dimiliki oleh grup-grup kesenian di masyarakat. Hal ini menandakan cukup terwakilinya seperangkat gamelan dengan keberadaan gamelan salendro, sementara gamelan degung dirasakan cukup mewakili kekhasan masyarakat Jawa Barat. Gamelan lainnya adalah gamelan Ajeng berlaras salendro yang masih terdapat di kabupaten Bogor, dan gamelan Renteng yang ada di beberapa tempat, salah satunya di Batu Karut, Cikalong kabuki Bandung. Melihat bentuk dan interval gamelan renteng, ada pendapat bahwa kemungkinan besar gamelan degung yang sekarang berkembang, berorientasi pada gamelan Renteng.

Ada gamelan yang sudah lama terlupakan yaitu KOROMONG yang ada di Kp. Lamajang Desa Lamajang Kec. Pangalengan Kab. Bandung. Gamelan ini sudah tidak dimainkan sejak kira-kira 35 - 40 tahun dan sudah tidak ada yang sanggup untuk menabuhnya karena gamelan KOROMONG ini dianggap mempunyai nilai mistis. Gamelan KOROMONG ini sekarang masih ada dan terpelihara dengan baik. Untuk supaya gamelan KOROMONG ini dapat ditabuh, maka kata yang memegang dan merawat gamelan tersebut harus dibuat Duplikatnya. GAMELAN JAWA

Beberapa instrumen gamelan Jawa Gamelan Jawa adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Musik yang tercipta pada Gamelan Jawa berasal dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama musik umumnya lembut dan mencerminkan keselarasan hidup, sebagaimana prinsip hidup yang dianut pada umumnya oleh masyarakat Jawa. Gamelan Jawa terdiri atas instrumen berikut:

Kendang Kendang, kendhang, atau gendang adalah instrumen dalam gamelan Jawa Tengah yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu. Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa disebut kendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran ,ladrang irama tanggung. Untuk wayangan ada satu lagi kendhang yang khas yaitu kendhang kosek.

Bonang Bonang Penerus Bonang Penerus adalah Bonang yang paling kecil, beroktaf tinggi.[1] Pada teknik tabuhan pipilan, bonang panerus berkecepatan dua kali lipat dari pada bonang barung.[1] Walaupun mengantisipasi nada-nada balungan, bonang panerus tidak berfungsi sebagai lagu tuntunan, karena kecepatan dan ketinggian wilayah nadanya.[1] Dalam teknik tabuhan imbal-imbalan, bekerja sama dengan bonang barung, bonang panerus memainkan pola-pola lagu jalin menjalin. [1]

Demung Demung adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan. Dalam satu set gamelan biasanya terdapat 2 demung, keduanya memiliki versi pelog dan slendro. Demung menghasilkan nada dengan oktaf terendah dalam keluarga balungan, dengan ukuran fisik yang lebih besar. Demung memiliki wilahan yang relatif lebih tipis namun lebih lebar daripada wilahan saron, sehingga nada yang dihasilkannya lebih rendah. Tabuh demung biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu, lebih besar dan lebih berat daripada tabuh saron.

Cara menabuhnya ada yang biasa sesuai nada, nada yang imbal, atau menabuh bergantian antara demung 1 dan demung 2, menghasilkan jalinan nada yang bervariasi namun mengikuti pola tertentu. Cepat lambatnya dan keras lemahnya penabuhan tergantung pada komando dari kendang dan jenis gendhingnya. Pada gendhing Gangsaran yang menggambarkan kondisi peperangan misalnya, demung ditabuh dengan keras dan cepat. Pada gendhing Gati yang bernuansa militer, demung ditabuh lambat namun keras. Ketika mengiringi lagu ditabuh pelan. Ketika sedang dalam kondisi imbal, maka ditabuh cepat dan keras.

Saron Saron atau yang biasanya disebut juga ricik ,adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan. Dalam satu set gamelan biasanya mempunyai 4 saron, dan semuanya memiliki versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu. Dari kiri-kanan; saron panerus, saron barung, dan demung, dari STSI Surakarta Cara menabuhnya ada yang biasa sesuai nada, nada yang imbal, atau menabuh bergantian antara saron 1 dan saron 2. Cepat lambatnya dan keras lemahnya penabuhan tergantung pada komando dari kendang dan jenis gendhingnya. Pada gendhing Gangsaran yang menggambarkan kondisi peperangan misalnya, ricik ditabuh dengan keras dan cepat. Pada gendhing Gati yang bernuansa militer, ricik ditabuh lambat namun keras. Ketika mengiringi lagu ditabuh pelan. Dalam memainkan saron, tangan kanan memukul wilahan / lembaran logam dengan tabuh, lalu tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya untuk menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya. Teknik ini disebut memathet (kata dasar: pathet = pencet)

Peking (Gamelan) Kenong & Kethuk Slenthem Slenthem merupakan salah satu instrumen gamelan yang terdiri dari lembaran lebar logam tipis yang diuntai dengan tali dan direntangkan di atas tabung-tabung dan menghasilkan dengungan rendah atau gema yang mengikuti nada saron, ricik, dan balungan bila ditabuh. Beberapa kalangan menamakannya sebagai gender penembung. Seperti halnya pada instrumen lain dalam satu set gamelan, slenthem tentunya memiliki versi slendro dan versi pelog. Wilahan Slenthem Pelog umumnya memiliki rentang nada C hingga B, sedangkan slenthem slendro memiliki rentang nada C, D, E, G, A, C'.

Gender Gong Gambang Gambang adalah alat musik tradisional yang terdiri dari 18 bilah bambu [1] yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik ini digunakan dalam kesenian gambang kromong Betawi.

Rebab Rebab (Arab atau - "busur (instrumen)"),[1] juga rebap, rabab, rebeb, rababah, atau al-rababa) adalah jenis alat musik senar yang dinamakan demikian paling lambat dari abad ke-8 dan menyebar melalui jalur-jalur perdagangan Islam yang lebih banyak dari Afrika Utara, Timur Tengah, bagian dari Eropa, dan Timur Jauh. Beberapa varietas sering memiliki tangkai di bagian bawah agar rebab dapat bertumpu di tanah, dan dengan demikian disebut rebab tangkai di daerah tertentu, namun terdapat versi yang dipetik seperti kabuli rebab (kadang-kadang disebut sebagai robab atau rubab).

Ukuran rebab biasanya kecil, badannya bulat, bagian depan yang tercakup dalam suatu membran seperti perkamen atau kulit domba dan memiliki leher panjang terpasang. Ada leher tipis panjang dengan pegbox pada akhir dan ada satu, dua atau tiga senar. Tidak ada papan nada. Alat musik ini dibuat tegak, baik bertumpu di pangkuan atau di lantai. Busurnya biasanya lebih melengkung daripada biola. Rebab, meskipun dihargai karena nada suara, tetapi memiliki rentang yang sangat terbatas (sedikit lebih dari satu oktaf), dan secara bertahap diganti di banyak dunia Arab oleh biola dan kemenche. Hal ini terkait dengan instrumen Irak, Joza, yang memiliki empat senar. Pengenalan rebab ke Eropa Barat telah mungkin bersamaan dengan penaklukan Spanyol oleh bangsa Moor, di Semenanjung Iberia. Namun, ada bukti adanya alat musik ini pada abad ke-9 juga di Eropa Timur: ahli geografi Persia abad ke-9 Ibnu Khurradadhbih mengutip lira Bizantium (atau lr) sebagai alat musik busur khas Bizantium dan setara dengan rabb Arab. [2]

Siter Langsung ke: navigasi, cari Alat musik Celempung di Kedutaan Besar Indonesia di Australia Siter dan celempung adalah alat musik petik di dalam gamelan Jawa. Ada hubungannya juga dengan kecapi di gamelan Sunda. Siter dan celempung masing-masing memiliki 11 dan 13 pasang senar, direntang kedua sisinya di antara kotak resonator. Ciri khasnya satu senar disetel nada pelog dan senar lainnya dengan nada slendro. Umumnya sitar memiliki panjang sekitar 30 cm dan dimasukkan dalam sebuah kotak ketika dimainkan, sedangkan celempung panjangnya kira-kira 90 cm dan memiliki empat kaki, serta disetel satu oktaf di bawah siter. Siter dan celempung dimainkan sebagai salah satu dari alat musik yang dimainkan bersama (panerusan), sebagai instrumen yang memainkan cengkok (pola melodik berdasarkan balungan). Baik siter maupun celempung dimainkan dengan kecepatan yang sama dengan gambang (temponya cepat).

Suling Kempul GENDING The gendhing (juga ditulis, seperti dalam ortografi lama, gending) adalah kelas gendhing struktur yang digunakan dalam musik gamelan Jawa. Gendhing juga dapat digunakan untuk merujuk kepada komposisi gamelan pada umumnya. Gendhing adalah terpanjang dan paling rumit dari struktur gendhing. Hal ini biasanya dimainkan dalam irama lambat, meskipun mungkin memiliki bagian lebih cepat. Gendhing kadang-kadang diklasifikasikan oleh yang menguraikan instrumen yang paling menonjol, yang disebut gendhing bonang atau gendhing rebab. Gendhing pernah menggunakan kempul atau gong suwukan. Gendhing memiliki dua bagian, merong dan minggah (atau "inggah"). Keduanya terdiri dari satu Gongan berlangsung empat Nongan, tapi Nongan dapat dengan panjang yang berbeda. Gendhing kemudian diklasifikasikan menurut jumlah kethuk stroke di Nongan di setiap bagian. Bagian merong tidak menggunakan kempyang, tapi bagian minggah tidak. Ada dua pola untuk kethuk di merong tersebut, arang ("jarang, jarang") dan kerep ("sering"). Keduanya memiliki kethuk memainkan hanya pada akhir gatra, tetapi dalam pola kerep, itu adalah pada akhir dari semua ganjil gatras, sedangkan pada arang, itu adalah pada akhir gatras dari dua kali lipat angka ganjil (yang adalah, gatras 2, 6, 10, 14, dll). Pada bagian minggah, yang kempyang dan kethuk bermain dalam pola yang sama seperti di Ketawang, tetapi dengan tidak ada instrumen interpunctuating lainnya.

Sebagai contoh struktur gendhing, pertimbangkan "gendhing kethuk 2 kerep minggah kethuk 4." Ini berarti bahwa dalam merong ini, akan ada dua pukulan kethuk yang terjadi pada ganjil gatra, dan minggah ini, akan ada empat gatras per Nongan. Struktur kemudian akan terlihat seperti: Merong: T ... .... ... T ... N T ... .... ... T ... N T ... .... ... T ... N T ... .... ... T ... G Minggah: PTP. PTP. PTP. PTPN PTP. PTP. PTP. PTPN PTP. PTP. PTP. PTPN PTP. PTP. PTP. PTPG mana "." menunjukkan tidak memainkan instrumen interpunctuating, p menunjukkan stroke kempyang tersebut, T ketuk, kenong N, dan G stroke simultan gong dan kenong. Dengan demikian, di setiap bagian, gong memainkan sekali, kenong membagi bahwa menjadi empat bagian, dan kemudian yang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan struktur yang diberikan. Di sini, di setiap bagian, masing-masing Nongan berlangsung 16 ketukan (keteg), dan dengan demikian Gongan berlangsung 64. Itu adalah contoh yang cukup singkat, sebuah "kethuk 4 arang" merong, misalnya, akan terlihat seperti: .... T ... .... .... .... T ... .... .... .... T ... .... .... .... T ... .... N ... .... T ... .... .... .... T ... .... .... .... T ... .... .... .... T ... .... N ... .... T ... .... .... .... T ... .... .... .... T ... .... .... .... T ... .... N ... .... T ... .... .... .... T ... .... .... .... T ... .... .... .... T ... .... G ... dan dengan demikian Nongan akan berlangsung 16 gatras (64 ketukan), dan Gongan 64 gatras (256 ketukan). Jelas, dalam struktur panjang seperti itu, terutama di tempo lambat, seorang Gongan tunggal dapat berlangsung beberapa menit. Bagian merong mungkin termasuk ngelik, yang juga akan memiliki panjang dari Gongan tunggal. Bagian minggah juga dapat menggunakan salah satu struktur lain, terutama ladrang tersebut. Jika itu terjadi, potongan akan dicatat sesuatu seperti "minggah ladrang". Jika bagian lain memiliki nama yang berbeda, yang akan diberikan juga. Antara merong dan inggah adalah bagian jembatan yang disebut ompak. Biasanya ia memiliki panjang satu Nongan, dan balungan melodi kontras untuk merong tersebut.

You might also like