You are on page 1of 11

Latar Belakang Olahraga yang teratur merupakan suatu pilihan gaya hidup yang sehat.

Aktivitas fisik yang teratur dan berkesinambungan dapat memperpanjang umur, mencegah diabetes, hipertensi, trauma, kanker, depresi, gangguan jiwa, mengontrol berat badan dan meningkatkan kesehatan otot dan tulang serta masih banyak manfaat-manfaat lainnya. Dokter spesialis mata mungkin akan menghadapi pertanyaan dari pasien mengenai manfaat dan resiko olahraga terhadap mata mereka. Jurnal ini menjelaskan tentang respon mata terhadap olahraga meliputi pengaruh fisiologi dari aktivitas fisik yang akut dan efek kronik dari aktivitas fisik yang berulang-ulang. Pengaruh olahraga pada penyakit mata dan resiko cidera pada bola mata yang berkaitan dengan olahraga juga dipaparkan pada jurnal ini. Hal ini ditujukan agar dapat membantu para klinisi untuk merekomendasikan kepada pasien tentang manfaat dan resiko suatu program olahraga. Tujuan a. Diharapkan dengan membaca jurnal ini pembaca mendapatkan informasi tentang pengaruh olahraga terhadap fisiologi dan penyakit pada mata b. Membantu para klinisi untuk dapat memberikan informasi yang tepat kepada pasien tentang manfaat dan resiko suatu olahraga terhadap penyakit mata tertentu Metodologi Berbagai data-data penelitian berupa artikel-artikel penelitian terdahulu yang terkait diperoleh dari Medline and Embase database terhitung dari tahun 1950-2007. Pada artikel ini dipaparkan mengenai pengaruh olahraga terhadap fisiologi dan penyakit pada mata. Dalam artikel ini lebih banyak diuraikan tentang pengaruh olahraga terhadap TIO (tekanan intraokuler), aliran darah bola mata, beberapa penyakit tertentu yang berkaitan dengan aktivitas olahraga serta olahraga yang dapat menyebabkan trauma pada mata. Metodelogi penelitian yang digunakan pada artikel-artikel terdahulu adalah case-control, cohort, prospective dan retrospective.

Hasil a. Pengaruh terhadap tekanan intraokular (TIO) Tipe olahraga yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda pula pada TIO. Olahraga yang dinamik seperti Jogging menyebabkan peningkatan aktivitas isotonic otot secara predominan sehingga metabolismenya berupa metabolism aerobik. Selama olahraga dinamik yang akut TIO turun dan setelah istirahat 1 jam TIO akan kembali ketekanan awal. Hal tersebut telah dicobakan pada dewasa muda yang sehat, orang tua, orang yang aktivitasnya minimal/tidak beraktivitas, atlit terlatih, dan pada subjek dengan peningkatan TIO atau glaukoma. Jika dibandingkan dengan individu yang terlatih penurunan TIO yang lebih besar terdapat pada subjek dengan TIO istirahat lebih tinggi dan pada subjek yang tidak melakukan aktivitas apapun. Penurunan TIO lebih berhubungan dengan intensitas olahraga dibandingkan dengan durasi olahraga. Olahraga dinamik meningkatkan tekanan koloid dimana hal tersebut berhubungan erat dengan penurunan TIO dan kemungkinan merupakan factor determinan yang penting dalam penurunan TIO. Adapun mekanisme atau teori lainnya akan tetapi teori tersebut telah banyak diabaikan. Olahraga yang statis seperti handgripping menyebabkan aktivitas isometric otot yang lebih dominan dan metabolism selnya berupa metabolism anaerobic. Selama kontraksi otot berlangsung maka selama itu pula peningkatan TIO dapat terjadi dan pada saat relaksasi TIO akan turun secara perlahan-lahan kembali ke TIO awal dalam waktu beberapa menit. Jika dibandingkan secara langsung penurunan TIO pada olahraga static lebih sedikit dibandingkan dengan olahraga dinamik, hal ini berhubungan dengan intensitas olahraga atau energy yang dikeluarkan (expenditure energy). Mekanisme penurunan TIO setelah olahraga static tidak diketahui secara pasti dan hubungan antara TIO dengan tekanan osmotic koloid tidak berhubungan secara bermakna pada olahraga static. Adapun pelatihan fisik yang dapat direkomendasikan untuk menurunkan TIO istirahat dalam jangka waktu menengah atau dalam jangka waktu panjang. Telah dilakukan obesrvasi bahwa subjek dengan keadaan fisik yang lebih fit memiliki TIO istirahat yang lebih rendah dibandingkan dengan subjek yang tidak melakukan aktifitas apapun, akan tetapi hal tersebut tidak selalu ditemukan.Penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa dengan program pelatihan yang intensif dapat menurunkan TIO istirahat akan tetapi kejadian tersebut ditemukan pada

sebagian kecil subjek dan juga ditemukan pada subjek yang tidak menjalankan pelatihan secara lengkap. Pada penelitian lainnya menyebutkan dengan menjalankan olahraga rutin selama 6 bulan, didapatkan TIO menurun pada kelompok yang mendapatkan dan tidak mendapatkan pelatihan. Suatu penelitian melakukan follow up terhadap partisipan setelah penghentian pelatihan, dimana ditemukan bahwa TIO istirahat kembali menjadi TIO sebelum melakukan pelatihan dalam kurun waktu 3 minggu. Tidak terdapat adanya bukti yang kuat bahwa dengan melakukan pelatihan akan memberikan pengaruh terhadap nilai TIO istirahat. Terkadang dengan berolahraga atau melakukan kegiatan rekreasi dapat meningkatkan TIO saat beraktivitas. TIO akan meningkat pada saat melakukan olahraga angkat beban. Aktivitas lain yang dapat meningkatkan tekanan intravena telah dilaporkan dapat meningkatkan TIO, seperti memainkan alat musik pukul atau yoga pada saat head stand. Aktivitas ini tidak direkomendasikan pada pasien glaukoma karena terkadang hal ini dapat menyebabkan ekskavasasi glaukomatos. b. Pengaruh terhadap Aliran darah bola mata Olahraga meningkatkan tekanan darah sistolik melalui stimulasi simpatik dan akan menghasilkan peningkatan tekanan perfusi bola mata. Banyak peneliti telah menggunakan olahraga sebagai metode untuk meningkatkan tekanan perfusi bola mata yang digunakan untuk mengetahui regulasi aliran darah bola mata. Aliran darah retina, koroid, dan saraf optik otak diregulasi untuk mempertahankan aliran tersebut tetap konstan pada saat olahraga. Pada olahraga dengan level yang tinggi dapat meningkatkan tekanan perfusi bola mata sebesar 40-60% dimana menurut penelitian pada level olahraga yang sedang aliran darah pada setiap pembuluh darah di tubuh tetap konstan. Regulasi aliran darah bola mata tidak berfungsi pada beberapa penyakit meliputi, diabetic autonomic neurophaty, pasien dengan penyakit tersebut menunjukkan adanya adanya vasokonstriksi retinal dan regulasi aliran darah pada bola mata yang minimal jika dibandingkan dengan pasien tanpa neuropati diabetes. Diabetic autonomic neurophaty juga berhubungan dengan diabetic retinopati, dimana tidak terdapat bukti langsung bahwa olahraga dalam jangka waktu menengah dan jangka waktu panjang memiliki manfaat atau efek membahayakan pada aliran darah bola mata. c. Pengaruh Olahraga pada penyakit mata

Sulit untuk mengukur aktivitas fisik secara akurat dalam jangka waktu yang lama. Khususnya dengan penelitian retrospektif. Sebagian besar penelitian epedemiologi tersebut menemukan bahwa tidak dilaporkan adanya keterkaitan aktivitas fisik sebagai faktor resiko terjadinya penyakit pada mata. Terdapat data yang kurang mengenai pengaruh aktivitas terhadap timbulnya penyakit pada mata. 1. Glaukoma Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, terdapat bukti yang lemah bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan TIO dalam jangka waktu yang lama, akan tetapi tidak terdapat penelitian yang menemukan bahwa suatu program olahraga akan merubah keadaan pada hipertensi bola mata dan glaukoma. Suatu penelitian komparatif melaporkan bahwa pada orang yang tidak melakukan aktivitas apapun termasuk dalam kelompok yang menderita glaukoma, tapi pada penelitian ini juga terdapat banyak bias dan tidak diketahui apakah ada pengaruh antara olahraga atau aktivitas yang dilakukan subjek terhadap kejadian atau progresifitas glaukoma. Pada pasien dengan Pigment dispersion syndrome (PDS) dapat mengalami peningkatan TIO dan mengakibatkan hilangnya penglihatan secara tiba-tiba setelah berolahraga. Pada kelompok yang terdiri dari 24 pasien dengan PDS atau glaukoma pigmentasi, Jogging dapat meningkatkan dispersi pigmen pada 40% pasien akan tetapi TIO menurun pada sebagian besar pasien. Disarankan pada pasien dengan PDS yang akan menjalani aktivitas berat harus mempunyai perkiraan keadaan mata sebelum dan sesudah olahraga.

2. Penyumbatan vena retina Pada penelitian sebelumnya didapatkan data bahwa dengan melakukan aktivitas fisik dapat menurunkan resiko terjadinya penyumbatan vena retina, hal ini sesuai dengan kejadian penyumbatan vena cabang retina ( n= 270 kasus, 1142 kontrol). Akan tetapi hal ini tidak akan sesuai jika kita berbicara masalah penyumbatan vena hemiretinal, dimana menurut penelitian kejadian penyumbatan vena hemiretinal tidak berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan. Trombosis vena retina sentral berhubungan dengan olahraga-olahraga berat misalnya lari marathon, kejadian ini pernah dilaporkan pada empat pasien sebelumnya. Satu dari keempat

pasien tersebut didapatkan peningkatan viskositas darah akibat olahraga, akan tetapi ini merupakan variasi dari karakteristik individual. 3. Age related macular degeneration Sebagian besar penelitian menyajikan data yang menggambarkan bahwa kejadian ARMD tidak berkaitan dengan aktivitas fisik. Pernah dilakukan penelitian yang hasilnya pada 421 orang dengan aktivitas fisik yang minimal menderita ARMD, kontrol sebanyak 615 orang ( dengan aktivitas yang tinggi). Akan tetapi tetap saja tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian ARMD. Penelitian sebelumnya juga memaparkan hasil bahwa aktivitas fisik 3 kali atau lebih perminggu atau berjalan beberapa blok perhari dapat menurunkan insidensi ARMD selama 15 tahun, akan tetapi penelitian ini butuh konfirmasi lebih lanjut lagi karena memiliki banyak bias. 4. Diabetes retinopati Olahraga dapat meningkatkan pengangkutan glukosa dari darah ke organ target. Aktivitas yang teratur dapat meningkatkan level glukosa darah dan sensitivitas terhadap insulin, jadi aktivitas fisik merupakan bagian yang sangat penting pada managemen diabetes militus tipe 2. Akan tetapi aktivitas fisik yang intens dapat menjadi hal yang berbahaya bagi orang yang diabetes terutama diabetes tipe 1. Resiko yang sangat penting yang dapat terjadi yaitu hipoglikemia akibat terapi insulin, aritmia, serangan jantung dan luka pada kaki pada saat berolahraga. Pengontrolan gula darah dan tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting dalam mengontrol progresifitas diabetes retinopati, akan tetapi efek langsung suatu aktifitas terhadap progresifitas diabetes retinopati sulit untuk diukur. Menurut penelitian sebelumnya dikemukakan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara aktifitas dengan kejadian retinopati. Akan tetapi penelitian tersebut memiliki banyak bias. Dimana orang dengan diabetes yang berat dan diabetes dengan komplikasi memiliki kemapuan untuk beraktifitasnya sangat minimal.

5. Uhthoff Symptoms Gejala yang tidak biasa timbul akan tetapi merupakan salah satu karakteristik dari Uhthoff adalah kehilangan penglihatan secara tiba-tiba pada satu mata. Hal ini disebabkan oleh adanya hambatan konduksi yang bersifat reversibel pada demielinisasi akson akibat produk metabolik dari olahraga. Adapun penelitian yang mengemukakan bahwa terdapat juga penyebab lainnya yaitu masalah pada pembuluh darah seperti insufisiensi arteri siliaris posterior (akibat penyakit arteri karotis atau giant cell arteritis), migrain, dan vasospastic amaourosis fugax. Namun sebagian besar penelitian mengemukakan bahwa dengan melakukan olahraga tidak mempengaruhi prognosis penyakit ini, akan tetapi dikemukakan juga olahraga kemungkinan tidak akan membuat prognosis penyakit ini lebih baik. 6. Trauma pada mata yang berhubungan dengan olahraga Menurut penelitian sebelumnya persentase luka atau trauma yang terjadi pada mata akibat olahraga adalah sebesar 5%-25,1% dari keseluruhan jumlah trauma pada mata. Insiden trauma pada mata antara 17 per 100.000 pemain tenis dan 86 per 100.000 pemain sepak bola di Australia. Pada suatu Negara, olahraga yang berbeda menyebabkan jumlah trauma mata yang berbeda pula, tergantung dari olahraga yang popular disuatu Negara. Tinju, hockey dan olahraga lainnya yang menggunakan raket memiliki resiko yang tinggi untuk dapat menimbulkan trauma pada mata. Olahraga yang menggunakan bola besar seperti sepak bola, Australian rules football, dan basket tercatat sebagai penyebab terbanyak trauma pada mata. Sedangkan di Amerika serikat dikemukakan bahwa Baseball merupakan penyebab terbanyak trauma pada mata. Trauma pada mata yang disebabkan oleh olahraga sebagian besar berupa laserasi atau contusion margo palpebra atau konjungtiva, abrasi kornea, hifema, uveitis traumatika, perdarahan vitreus atau retina, dan kontusio retina. Adapun trauma mata yang tergolong trauma berat yang diakibatkan oleh olahraga seperti adanya luka yang luas, rupture bola mata, dan fraktur orbita akan tetapi ini jarang terjadi, hal ini tergantung dari tipe olahraganya.

Aspek yang paling penting dari ulasan ini adalah bagaimana melakukan pencegahan trauma secara tepat dengan memberikan alat pelindung pada kepala dan mata yang memenuhi standar keamanan terutama pada atlet.

Kesimpulan penulis Olahraga yang teratur mungkin merupakan pencegahan terjadinya berbagai penyakit serta memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh secara umum. Aktifitas fisik mungkin dapat mengurangi resiko dari penyumbatan vena retina sentral dan ARMD. Sedangkan pengaruh suatu aktivitas terhadap TIO dalam waktu yang lama serta pengaruhnya terhadap galukoma membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dokter spesialis mata seharusnya memberikan saran kepada pasien untuk melakukan olahraga secara teratur, akan tetapi sebagian pasien juga perlu untuk diberikan peringatan tentang olahraga atau aktivitas fisik yang dilakukan kecuali pada pasien dengan pigment dispersion syndrome, uhthoff symptom, dan glaukoma dimana dengan melakukan olahraga dinamik tidak akan membahayakan mata. Pasien dengan diabetes perlu melakukan konsultasi dengan para ahli terlebih dahulu sebelum menjalani suatu program olahraga. Sedangkan untuk olahraga yang dapat menimbulkan trauma pada mata perlu dilakukan pencegahan agar trauma tersebut tidak terjadi yaitu dengan memberikan alat pelindung untuk kepala dan mata terutama pada atlet. Rangkuman pembaca Olahraga yang teratur merupakan suatu pilihan gaya hidup yang sehat. Aktivitas fisik yang teratur dan berkesinambungan dapat memperpanjang umur, mencegah diabetes, hipertensi, trauma, kanker, depresi, gangguan jiwa, mengontrol berat badan dan meningkatkan kesehatan otot dan tulang serta masih banyak manfaat-manfaat lainnya. Pada artikel ini dipaparkan mengenai pengaruh olahraga terhadap fisiologi dan penyakit pada mata. Adapun pengaruhnya sebagai berikut: a. Efek terhadap tekanan intraokular (TIO) Selama olahraga dinamik yang akut TIO turun dan setelah istirahat 1 jam TIO akan kembali ketekanan awal Olahraga yang statis seperti handgripping menyebabkan aktivitas isometric otot yang lebih dominan dan metabolism selnya berupa metabolism anaerobic. Selama kontraksi otot berlangsung maka selama itu pula peningkatan TIO dapat terjadi dan

pada saat relaksasi TIO akan turun secara perlahan-lahan kembali ke TIO awal dalam waktu beberapa menit b. Pengaruh terhadap Aliran darah bola mata Pada olahraga dengan level yang tinggi dapat meningkatkan tekanan perfusi bola mata sebesar 40-60% dimana menurut penelitian pada level olahraga yang sedang aliran darah pada setiap pembuluh darah di tubuh tetap konstan c. Pengaruh Olahraga pada penyakit mata 1. Glaukoma Terdapat bukti yang lemah bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan TIO dalam jangka waktu yang lama, akan tetapi tidak terdapat penelitian yang menemukan bahwa suatu program olahraga akan merubah keadaan pada hipertensi bola mata dan glaukoma 2. Penyumbatan vena retina Trombosis vena retina sentral berhubungan dengan olahraga-olahraga berat misalnya lari marathon, kejadian ini pernah dilaporkan pada empat pasien sebelumnya 3. Age related macular degeneration Sebagian besar penelitian menyajikan data yang menggambarkan bahwa kejadian ARMD tidak berkaitan dengan aktivitas fisik 4. Diabetes retinopati Menurut penelitian sebelumnya dikemukakan bahwa terdapat hubungan yang 9egative antara aktifitas dengan kejadian retinopati Penelitian tersebut memiliki banyak bias. Dimana orang dengan diabetes yang berat dan diabetes dengan komplikasi memiliki kemapuan untuk beraktifitasnya sangat minimal. 5. Uhthoff Symptoms

Sebagian besar penelitian mengemukakan bahwa dengan melakukan olahraga tidak mempengaruhi prognosis penyakit ini, akan tetapi dikemukakan juga olahraga kemungkinan tidak akan membuat prognosis penyakit ini lebih baik

6. Trauma pada mata yang berhubungan dengan olahraga Insiden trauma pada mata antara 17 per 100.000 pemain tenis dan 86 per 100.000 pemain sepak bola di Australia Trauma pada mata yang disebabkan oleh olahraga sebagian besar berupa laserasi atau contusion margo palpebra atau konjungtiva, abrasi kornea, hifema, uveitis traumatika, perdarahan vitreus atau retina, dan kontusio retina Aspek yang paling penting adalah bagaimana melakukan pencegahan trauma secara tepat dengan memberikan alat pelindung pada kepala dan mata yang memenuhi standar keamanan terutama pada atlet.

LAPORAN JOURNAL READING Jesse Gale, MB ChB, Anthony P. Wells, Franzco, and Graham Wilson. Effects of Exercise on Ocular Physiology and Disease. Surv Ophthalmol 54: 349-355, 2009.

Jenis Artikel: Review

Oleh: Sindi Antika H1A006043

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 2010

You might also like