You are on page 1of 27

Posted January 12th, 2010 by MUHAMMADTAQWA

o
A. Latar Belakang

Matematika Diskrit

Matematika merupakan salah satu alat yang dapat membantu mempermudah pemecahan permasalahan kehidupan sehari-hari. Salah satu cabang Matematika yang bermanfaat membantu memecahkan permasalahan adalah Teori Graf. Teori graf merupakan salah satu bidang Matematika, yang diperkenalkan pertama kali oleh ahli Matematika asal Swiss, Leonardo Euler pada tahun 1736. Ide besarnya muncul sebagai upaya menyelesaikan masalah jembatan Knigsberg. Dari permasalahan itu, akhirnya Euler mengembangkan beberapa konsep mengenai teori graf. Kemudian seiring dengan perkembangan bidang komputasi serta dalam hal ini berkembangnya perangkat lunak maupun perangkat keras komputer, teori graf banyak dijadikan model dalam memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah satu topik menarik dalam teori graf adalah lintasan dan sirkuit Hamilton. Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana graf dapat membantu mengatasi permasalahan transportasi dengan menggunakan aplikasi lintasan Hamilton. Penyedia jasa pengantar dapat menggunakan metode lintasan terpendek dan persoalan pedagang keliling dalam penghematan bahan bakar dan waktu dalam pengantaran. Kedua metode akan sangat membantu dalam merencanakan lintasan yang akan diambil oleh pengantar . Pertama kita akan mengambil metode persoalan pedagang keliling untuk mengambil beberapa macam lintasan yang dilewati untuk menyederhanakan persoalan. Hal ini agar kemungkinan lintasan yang akan didapat berkurang, sehingga memudahkan mengambil keputusan dalam pemilihan lintasan. Kedua dengan mengambil metode lintasan terpendek, kita mencoba mengurangi waktu tempuh dan bahan bakar yang digunakan. Hal ini mempertimbangkan aspek banyaknya simpul dan jumlah lintasan yang diambil. Dengan demikian kita bisa menentukan lintasan mana yang akan menghasilkan jarak tempuh terpendek. Dalam hal ini kita akan banyak menggunakan lintasan Hamilton dalam pembahasan kedua metode yang digunakan. Hal ini karena lintasan Hamilton dianggap lebih cocok untuk mengatasi permasalahan ini. Sebab pada sirkuit Hamilton simpul harus dilalui tepat satu kali. Sesuai dengan apa yang diinginkan oleh layanan jasa pengantar. Dengan menggunakan kedua metode tersebut, kita mendapatkan lintasan yang hanya dilewati sekali dan jarak yang terpendek. Sedangkan daerah lintasan penelitian berada dalam batas jalan lingkar, dan pencarian rute perjalanan tidak memperhitungkan, lebar jalan, rambu-rambu dan lampu-lampu lalu lintas, serta kondisi jalan, dan tidak memungkinkan adanya penentuan satu arah atau

dua arah, serta penutupan jalan. Jadi, metode di atas sangat berguna untuk mengurangi pengeluaran bahan bakar, jarak dan waktu tempuh di bidang transportasi khususnya untuk para jasa pengantar.

B. TEORI GRAF Teori Graf merupakan pokok bahasan yang sudah tua usianya namun memiliki banyak terapan dalam kehidupan sehari-hari sampai saat ini. Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. Banyak persoalan pada dunia nyata yang sebenarnya merupakan representasi visual dari graf. Contoh salah satu representasi visual dari graf adalah peta. Banyak hal yang dapat digali dari representasi tersebut, diantaranya adalah menentukan jalur terpendek dari satu tempat ke tempat lain, menggambarkan 2 kota yang bertetangga dengan warna yang berbeda pada peta, menentukan tata letak jalur transportasi, pengaturan jaringan komunikasi atau jaringan internet dan masih banyak lagi. Selain peta, masih banyak hal lain dalam dunia nyata yang merupakan representasi visual dari graf.

Gambar 1 Graf yang menggambarkan peta beberapa negara bagian di Amerika Serikat A. Definisi Graf Secara matematis, graf didefinisikan sebagai berikut: Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E) yang dalam hal ini : V = himpunan tidak kosong dari simpul - simpul (vertices atau node): {v1,v2,,vn} E = himpunan sisi (edges atau arcs) yang menghubungkan sepasang simpul: {e1,e2,,en} atau dapat ditulis singkat notasi G = (V, E) B. Jenis-Jenis Graf Berdasarkan ada tidaknya gelang atau sisi ganda pada suatu graf, maka secara umum graf digolongkan menjadi dua jenis: 1. Graf sederhana (simple graph) adalah graf yang tidak mengandung gelang maupun sisi-ganda dinamakan graf sederhana. 2. Graf tak-sederhana (unsimple-graph) adalah graf yang mengandung sisi ganda atau gelang dinamakan graf tak-sederhana (unsimple graph). Berdasarkan jumlah simpul pada suatu graf, maka secara umum graf dapat digolongkan menjadi dua jenis: 1. Graf berhingga (limited graph) adalah graf berhingga adalah graf yang jumlah simpulnya, n, berhingga. 2. Graf tak-berhingga (unlimited graph) adalah graf yang jumlah simpulnya, n, tidak berhingga

banyaknya disebut graf tak-berhingga. Berdasarkan orientasi arah pada sisi, maka secara umum graf dibedakan atas 2 jenis: 1. Graf tak-berarah (undirected graph) adalah graf yang sisinya tidak mempunyai orientasi arah disebut graf tak-berarah. 2. Graf berarah (directed graph atau digraph) adalah graf yang setiap sisinya diberikan orientasi arah disebut sebagai graf berarah. C. Terminologi Dasar Terdapat beberapa istilah penting yang berkaitan dengan graf. Berikut ini didefinisikan beberapa terminologi yang sering digunakan: G1 G2 G3 Gambar 2 Graf yang digunakan untuk menjelaskan terminologi pada graf 1. Ketetanggaan (Adjacent) Dua buah simpul dikatakan bertetangga bila keduanya terhubung langsung. Tinjau graf G1 : simpul 1 bertetangga dengan simpul 2 dan 3, simpul 1 tidak bertetangga dengan simpul 4. 2. Bersisian (Incidency) Untuk sembarang sisi e = (vj, vk) dikatakan e bersisian dengan simpul vj , atau e bersisian dengan simpul vk

Tinjau graf G1: sisi (2, 3) bersisian dengan simpul 2 dan simpul 3, sisi (2, 4) bersisian dengan simpul 2 dan simpul 4, tetapi sisi (1, 2) tidak bersisian dengan simpul 4. 3. Simpul Terpencil (Isolated Vertex) Simpul terpencil ialah simpul yang tidak mempunyai sisi yang bersisian dengannya. Tinjau graf G1: simpul 5 adalah simpul terpencil. 4. Graf Kosong (null graph atau empty graph) Graf yang himpunan sisinya merupakan himpunan kosong (Nn). Graf N5 :

5. Derajat (Degree) Derajat suatu simpul adalah jumlah sisi yang bersisian dengan simpul tersebut. Notasi: d(v)

Tinjau graf G1: d(1) = d(4) = 2 d(2) = d(3) = 3

Tinjau graf G3: d(5) = 0 ? simpul terpencil d(4) = 1 ? simpul anting-anting (pendant vertex)

Tinjau graf G2: d(1) = 3 ? bersisian dengan sisi ganda d(2) = 4 ? bersisian dengan sisi gelang (loop)

Pada graf berarah, din(v) = derajat-masuk (in-degree) = jumlah busur yang masuk ke simpul v

dout(v) = derajat-keluar (out-degree) = jumlah busur yang keluar dari simpul v

d(v) = din(v) + dout(v)

G4 G5

Tinjau graf G4: din(1) = 1; dout(1) = 1 din(2) = 1; dout(2) = 3 din(3) = 1; dout(3) = 1 din(4) = 2; dout(3) = 0

6. Lintasan (Path) Lintasan yang panjangnya n dari simpul awal v0 ke simpul tujuan vn di dalam graf G ialah barisan berselang-seling simpul-simpul dan sisi-sisi yang berbentuk v0, e1, v1, e2, v2,... , vn 1, en, vn sedemikian sehingga e1 = (v0, v1), e2 = (v1, v2), ... , en = (vn-1, vn) adalah sisi-sisi dari graf G. Tinjau graf G1: lintasan 1, 2, 4, 3 adalah lintasan dengan barisan sisi (1,2), (2,4), (4,3). Panjang lintasan adalah jumlah sisi dalam lintasan tersebut. Lintasan 1, 2, 4, 3 pada G1 memiliki panjang 3.

7. Siklus (Cycle) atau Sirkuit (Circuit) Lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut sirkuit atau siklus. Tinjau graf G1: 1, 2, 3, 1 adalah sebuah sirkuit. Panjang sirkuit adalah jumlah sisi dalam sirkuit tersebut. Sirkuit 1, 2, 3, 1 pada G1 memiliki panjang 3. 8. Terhubung (Connected) Dua buah simpul v1 dan simpul v2 disebut terhubung jika terdapat lintasan dari v1 ke v2. G disebut graf terhubung (connected graph) jika untuk setiap pasang simpul vi dan vj dalam himpunan V terdapat lintasan dari vi ke vj. Jika tidak, maka G disebut graf tak-terhubung (disconnected graph). Contoh graf tak-terhubung:

Graf berarah G dikatakan terhubung jika graf tidak berarahnya terhubung (graf tidak berarah dari G diperoleh dengan menghilangkan arahnya). Dua simpul, u dan v, pada graf berarah G disebut terhubung kuat (strongly connected) jika terdapat lintasan berarah dari u ke v dan juga lintasan berarah dari v ke u. Jika u dan v tidak terhubung kuat tetapi terhubung pada graf tidak berarahnya, maka u dan v dikatakan terhubung lemah (weakly coonected). Graf berarah G disebut graf terhubung kuat (strongly connected graph) apabila untuk setiap pasang simpul sembarang u dan v di G, terhubung kuat. Kalau tidak, G disebut graf terhubung lemah. graf berarah terhubung lemah graf berarah terhubung kuat

9. Upagraf (Subgraph) dan Komplemen Upagraf Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graf. G1 = (V1, E1) adalah upagraf (subgraph) dari G jika V1 ? V dan E1 ? E. Komplemen dari upagraf G1 terhadap graf G adalah graf G2 = (V2, E2) sedemikian sehingga E2 = E - E1 dan V2 adalah himpunan simpul yang anggota-anggota E2 bersisian dengannya.

(a) Graf G1 (b) Sebuah upagraf (c) komplemen dari upagraf (b) Komponen graf (connected component) adalah jumlah maksimum upagraf terhubung dalam graf G.

Graf G di bawah ini mempunyai 4 buah komponen.

Pada graf berarah, komponen terhubung kuat (strongly connected component) adalah jumlah maksimum upagraf yang terhubung kuat. Graf di bawah ini mempunyai 2 buah komponen terhubung kuat:

10. Upagraf Rentang (Spanning Subgraph) Upagraf G1 = (V1, E1) dari G = (V, E) dikatakan upagraf rentang jika V1 =V (yaitu G1 mengandung semua simpul dari G). (a) graf G, (b) upagraf rentang dari G, (c) bukan upagraf rentang dari G ? 11. Cut-Set Cut-set dari graf terhubung G adalah himpunan sisi yang bila dibuang dari G menyebabkan G tidak terhubung. Jadi, cut-set selalu menghasilkan dua buah komponen. 12. Graf Berbobot (Weighted Graph) Graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberi sebuah harga (bobot). D. Beberapa Graf Khusus 1. Graf Lengkap (Complete Graph) Graf lengkap ialah graf sederhana yang setiap simpulnya mempunyai sisi ke semua simpul lainnya. Graf lengkap dengan n buah simpul dilambangkan dengan Kn. Jumlah sisi pada graf lengkap yang terdiri dari n buah simpul adalah n(n 1)/2.

K1 K2 K3 K4 K5 K6

2. Graf Lingkaran Graf lingkaran adalah graf sederhana yang setiap simpulnya berderajat dua. Graf lingkaran dengan n simpul dilambangkan dengan Cn. 3. Graf Teratur (Regular Graphs) Graf yang setiap simpulnya mempunyai derajat yang sama disebut graf teratur. Apabila derajat setiap simpul adalah r, maka graf tersebut disebut sebagai graf teratur derajat r. Jumlah sisi pada graf teratur adalah nr/2. 4. Graf Bipartite (Bipartite Graph) Graf G yang himpunan simpulnya dapat dipisah menjadi dua himpunan bagian V1 dan V2, sedemikian sehingga setiap sisi pada G menghubungkan sebuah simpul di V1 ke sebuah simpul di V2 disebut graf bipartit dan dinyatakan sebagai G(V1, V2). E. Lintasan Terpendek (Shortest Path) Lintasan terperndek adalah lintasan minimum yang diperlukan untuk mencapai suatu tempat dari tempat tertentu. Lintasan minimum yang dimaksud dapat dicari dengan menggunakan graf. Graf yang digunakan

adalah graf yang berbobot, yaitu graf yang setiap sisinya diberikan suatu nilai atau bobot. Dalam kasus ini, bobot yang dimaksud berupa jarak dan waktu kemacetan terjadi. Ada beberapa macam persoalan terpendek, antara lain : a. Lintasan terpendek antara dua buah simpul tertentu. b. Lintasan terpendek antara semua pasangan simpul. c. Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain. d. Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul tertentu. Aplikasi persoalan penentuan lintasan terpendek ini banyak sekali kita jumpai dalam kehidupan seharihari : a. Menentukan rute atau jalur terbaik yang harus ditempuh dari suatu kota untuk menuju ke kota lain. b. Menentukan jalur komunikasi dua buah terminal komputer. c. Menentukan jalur penerbangan dunia yang paling efektif untuk dilakukan. d. Menentukan jarak terpendek/waktu tempuh tersingkat/ongkos termurah antara dua buah kota e. Menentukan waktu tersingkat pengiriman pesan (message) antara dua buah terminal pada jaringan komputer. Algoritma Lintasan Terpendek Algoritma Dijkstra ditemukan oleh Edger Wybe Dijkstra. Algoritma ini merupakan algoritma yang paling terkenal untuk mencari lintasan terpendek. Algoritma Dijkstra diterapkan pada graf berarah, tetapi selalu benar untuk graf tak-berarah. Algoritma Dijkstra untuk mencari panjang lintasan terpendek dari vertek a ke vertek z di sebuah graf berbobot G = (V, E, W). 1. Pertama-tama misalkan S = {a} dan B = V - {a}. Untuk setiap verteks t di B tentukan, L(t) = W(a,t), (W(a,t) = ? bila (a,t) ? E). 2. Pilih verteks x di B yeng memiliki label terkecil terhadap S. 3. Jika x adalah verteks yang ingin dicapai, yaitu z, maka stop. Jika tidak, bentuk S = S ? {x} dan B = B - {x}. Untuk setiap verteks t di B tentukan labelnya terhadap S dengan rumus L(t) = min [L(t), L(x) + W(x,t)] 4. Ulangi langkah 2) dan 3) dengan memakai S sebagai S dan B sebagai B. F. Lintasan dan Sirkuit Hamilton Dalam teori graf, siklus yang menggunakan semua titik dan kembali ke titik semula dikenal dengan siklus

Hamilton (Hamilton Cycle). Sedangkan jika semua titik dilewati tepat satu kali tetapi tidak kembali ke titik semula disebut Lintasan Hamilton (Hamilton Path). Graf yang memiliki lintasan atau siklus Hamilton disebut Graf Hamilton sebagaimana disampaikan oleh Sir William Rowan Hamilton pada tahun 1856. Sedangkan graf yang hanya memiliki lintasan Hamilton disebut graf semi-Hamilton.

(a) (b) (c)

Gambar : (a) graf yang memiliki lintasan Hamilton (misal: 3, 2, 1, 4) (b) graf yang memiliki lintasan Hamilton (1, 2, 3, 4, 1) (c) graf yang tidak memiliki lintasan maupun sirkuit Hamilton

Teorema Dasar Teorema 1 Syarat cukup (jadi bukan syarat perlu) supaya graf sederhana G dengan n (? 3) buah simpul adalah graf Hamilton ialah bila derajat tiap simpul paling sedikit n/2 (yaitu, d(v) ? n/2 untuk setiap simpul v di G). Teorema 2 Setiap graf lengkap adalah graf Hamilton. Teorema 3 Di dalam graf lengkap G dengan n buah simpul (n ? 3), terdapat (n - 1)!/2 buah sirkuit Hamilton. Teorema 4 Di dalam graf lengkap G dengan n buah simpul (n ? 3 dan n ganjil), terdapat (n - 1)/2 buah sirkuit Hamilton yang saling lepas (tidak ada sisi yang beririsan). Jika n genap dan n ? 4, maka di dalam G terdapat (n - 2)/2 buah sirkuit Hamilton yang saling lepas. Contoh : Untuk graf G = (V,E) dalam Gambar 10.1, carilah sebuah siklus Hamilton.

Penyelesaian : Sebuah siklus Hamilton untuk graf G adalah siklus (a, b, c, d, e, f, g, a). Masalah Perjalanan Wiraniaga Soal perjalanan wiraniaga berkaitan dengan masalah pencarian siklus Hamilton dengan panjang minimum dalam sebuah graf berbobot G. Jika kita menganggap verteks-verteks dalam graf berbobot sebagai kota dan bobot rusuk sebagai jarak, masalah perjalanan wiraniaga adalah mencari sebuah rute terpendek sehingga wiraniaga tersebut dapat mengunjungi setiap kota satu kali, berawal dan berakhir pada kota

yang sama. Persoalan Perjalanan Pedagang (Travelling Salesperson Problem - TSP) Diberikan sejumlah kota dan jarak antar kota. Tentukan sirkuit terpendek yang harus dilalui oleh seorang pedagang bila pedagang itu berangkat dari sebuah kota asal dan menyinggahi setiap kota tepat satu kali dan kembali lagi ke kota asal keberangkatan (menentukan sirkuit Hamilton yang memiliki bobot minimum). Aplikasi TSP: 1. Pak Pos mengambil surat di kotak pos yang tersebar pada n buah lokasi di berbagai sudut kota. 2. Lengan robot mengencangkan n buah mur pada beberapa buah peralatan mesin dalam sebuah jalur perakitan. 3. Produksi n komoditi berbeda dalam sebuah siklus. Jumlah sirkuit Hamilton di dalam graf lengkap dengan n simpul: (n - 1)!/2.

Graf di atas memiliki (4 1)!/2 = 3 sirkuit Hamilton, yaitu: I1 = (a, b, c, d, a) atau (a, d, c, b, a) ==> panjang = 10 + 12 + 8 + 15 = 45 I2 = (a, c, d, b, a) atau (a, b, d, c, a) ==> panjang = 12 + 5 + 9 + 15 = 41 I3 = (a, c, b, d, a) atau (a, d, b, c, a) ==> panjang = 10 + 5 + 9 + 8 = 32 Jadi, sirkuit Hamilton terpendek adalah I3 = (a, c, b, d, a) atau (a, d, b, c, a) dengan panjang sirkuit = 10 + 5 + 9 + 8 = 32. Jika jumlah simpul n = 20 akan terdapat (19!)/2 sirkuit Hamilton atau sekitar 6 ? 1016 penyelesaian.

C. APLIKASI TEORI GRAF

a. Metode Pedagang Keliling Metode ini diambil dari persoalan pedagang keliling yang harus mendatangi setiap kota tepat satu kali. Kota akan kita anggap sebagai tempat tujuan pengantaran, selanjutnya akan kita sebut sebagai simpul. Sedangkan jalan yang bisa dilewati akan kita sebut sebagai sisi. Sisi memiliki jarak tempuh yang kita sebut sebagai bobot. Persoalannya tidak lain adalah menentukan lintasan Hamilton yang memiliki bobot minimum pada graf yang kita dapatkan. Menurut teori graf, persoalan semacam ini , jika setiap simpul memiliki sisi ke simpul lainnya maka graf ini disebut graf lengkap dengan N buah simpul, maka Sirkuit Hamilton yang kita dapatkan mempunyai rumus:

Rumus ini dihasilkan karena (n-1) untuk simpul pertama, (n-2) untuk simpul kedua, dan seterusnya untuk simpul berikutnya. Dan perlu dibagi dua karena lintasan Hamilton yang terjadi terhitung 2 kali. AB

DC Misal pada gambar di atas, jarak A ke B 10, jarak A ke C 12, jarak A ke D 6, Jarak B ke C 5, jarak B ke D 11, jarak C ke D 9. A adalah kantor jasa pengantar, B, C, D adalah tempat tujuan. Lintasan Hamilton ada = 3 sirkuit. Artinya kita mendapatkan 3 lintasan.

Lintasan pertama (A-B-C-D-A) atau (A-D-C-D-A) AB

DC Lintasan kedua (A-C-B-D-A) atau (A-D-B-C-A) AB

DC Lintasan ketiga (A-C-D-B-A) atau (A-B-D-C-A) AB

DC Dari ketiga lintasan yang ada akan menjadi referensi bagi metode selanjutnya. b. Metode Jarak Terpendek Pada metode ini yang akan kita gunakan adalah bobot yang ada pada graf tersebut. Kita akan menggunakan algoritma Dijkstra. Algoritma ini juga sudah terkenal diantara teori lintasan terpendek. Dengan pendekatan greedy kita dapat mendapatkan lintasan terpendek dengan membandingkan seluruh lintasan yang kita miliki. Yang perlu diketahui kita menggunakan istilah lintasan untuk mewakili sirkuit Hamilton yang didapat melalui metode sebelumnya. Dengan melihat gambar lintasan pertama (A-B-C-D-A) atau (A-D-C-D-A) A 10 B

65

D9C Lintasan pertama yaitu (A-B-C-D-A) memiliki jarak tempuh sebesar 10+5+9+6=30 Lintasan kedua (A-C-B-D-A) atau (A-D-B-C-A) AB 12 11

65

DC Lintasan kedua yaitu (A-C-B-D-A) memiliki jarak tempuh sebesar 12+5+11+6=34 Lintasan ketiga (A-C-D-B-A) atau (A-B-D-C-A) 10 AB 12 11

DC 9 Lintasan ketiga yaitu (A-C-D-B-A) memiliki jarak tempuh sebesar 12+9+11+10=42 Dari ketiga lintasan pilih lintasan (A-B-C-D-A) karena memiliki jarak terpendek dari ketiga lintasasan.

B. Kasus a. Graf Lengkap Misalkan ada sebuah perusahaan pengantar bernama PT Antar. Perusahaan tersebut mengantar 4 buah paket ke berbagai tempat. Tempat pertama adalah sebuah rumah di kawasan Pondok Indah yang berjarak 12 dari tempat pengantaran. Tempat kedua adalah sebuah toko di jalan Menteng yang berjarak 15. Tempat ketiga adalah sebuah rumah yang berjarak 24. Tempat keempat adalah rumah yang berjarak 17. Dan setiap tempat memiliki jalan ke tempat lainnya. Jarak antara tempat satu dengan tempat lainnya direpresentasikan dengan kilometer. Dengan representasi gambar didapat graf berbobot sebagai berikut: A

EB

DC Anggap kantor PT. Antar sebagai A dan Tempat tujuan sebagai B, C, D, E. Jarak direpresentasikan sebagai sisi. Dari gambar diketahui jarak dari A ke B adalah 12, dari A ke C adalah 15 dari A ke D adalah 24, dari A ke E adalah 17. Jarak masing-masing tempat: jarak B ke C adalah 6, jarak B ke D adalah 14, jarak B ke E adalah 13, Jarak C ke D adalah 8, jarak C ke E adalah 11. Jarak D ke E adalah 9. Dengan metode pertama kita mencari kemungkinan lintasan yang bisa diambil. Dengan rumus (n-1)!/2 = (5-1)!/2 = 12. Jadi ada 12 lintasan. Dengan menggabungkan dengan metode kedua kita bisa mencari jaraknya sekalian. Dengan menggunakan metode yang sudah ada diatas kita akan mengambil tempat tujuan sebagai sebuah simpul. Masing masing simpul diberi tanda Alfabet. Lalu ambil yang berupa lintasannya saja. Hilangkan sisi yang tidak dilewati. Lalu hitung bobotnya. Lintasan pertama adalah (A-B-C-D-E-A) A

EB

DC Lintasan ini mempunyai panjang 12 + 6 + 8 + 9 + 17 = 52

Lintasan kedua (A-B-C-E-D-A) A

EB

DC Lintasan ini mempunyai panjang 12 + 6 + 11 + 9 + 24 = 62 Lintasan ketiga (A-B-E-D-C-A) A

EB

DC Lintasan ini mempunyai panjang 12 + 13 + 9 + 8 + 15 = 57

Lintasan keempat (A-B-E-C-D-A) A

EB

DC Lintasan ini mempunyai panjang 12 + 13 + 11 + 8 + 24 = 58

Lintasan kelima (A-B-D-C-E-A) A

EB

DC Lintasan ini mempunyai panjang 12 + 14 + 8 + 11 + 17 = 62

Lintasan Keenam (A-B-D-E-C-A) A

EB

DC Lintasan ini mempunyai panjang 12 + 14 + 9 + 11 + 15 = 61

Lintasan ketujuh (A-C-B-D-E-A) A

EB

DC Lintasan ini mempunyai panjang 15+6+14+9+17=61

Lintasan kedelapan (A-C-B-E-D-A) A

EB

DC Lintasan ini mempunyai panjang 15 + 6 + 13 + 9 + 24 = 67

Lintasan kesembilan (A-C-D-B-E-A) A

EB

DC

Lintasan ini mempunyai panjang 15 + 8 + 14 + 13 + 17 = 67

Lintasan kesepuluh (A-C-E-B-D-A) A

EB

DC

Lintasan ini mempunyai panjang 15 + 11 + 13 + 14 + 24 = 77

Lintasan kesebelas (A-D-B-C-E-A) A

EB

DC

Lintasan ini mempunyai panjang 24 + 14 + 6 + 11 + 17 = 72

Lintasan keduabelas (A-E-B-C-D-A) A

EB

DC

Lintasan ini mempunyai panjang 24 + 8 + 6 + 13 + 17 = 68 Dengan mengambil lintasan A-B-C-D-E-A dengan panjang 52 kilometer, kita mendapatkan lintasan yang terpendek b. Graf Tak Lengkap Jika graf tak lengkap, maka persoalan tidak bisa diselesaikan dengan rumus (n-1)!/2. Harus dicari sirkuit Hamiltonnya dengan cara manual atau cara biasa. Setelah itu langkahnya tetap sama yaitu dengan membandingkan sirkuit Hamiltonnya. Contoh graf tak lengkap misalnya, PT. Antar harus mengirim paket ke 5 tempat dimana 2 tempat tidak bisa diakses langsung. 2 tempat tersebut hanya bisa diakses melewati 3 tempat lainnya dan antara kedua tempat tadi tidak mempunyai sisi. Gambar graf dari graf tak lengkap di atas BC

AD

FE

Jarak A ke B adalah 10, jarak A ke D adalah 20, jarak A ke F adalah 12, jarak B ke C adalah 7, jarak B ke E adalah 15, jarak C ke D adalah 8, jarak C ke F adalah 14, jarak D ke E adalah 9, jarak E ke F adalah 6. Sekarang kita anggap A sebagai tempat PT. Antar, sedangkan B-F adalah tempat tujuan. Cari sirkuit Hamilton yang ada. Sirkuit hamiltonnya: ? (A-B-C-D-E-F-A) ? (A-B-C-F-E-D-A) ? (A-B-E-F-C-D-A) ? (A-B-E-D-C-F-A) ? (A-F-E-B-C-D-A)

? (A-F-C-B-E-D-A) Lalu setelah ada sirkuit Hamiltonnya maka dengan cara yang sama kita buat grafnya menurut sirkuit Hamilton. Lintasan pertama (A-B-C-D-E-F-A) BC

AD

FE Mempunyai panjang lintasan sebesar 10 + 7 + 8 + 9 + 6 + 12 = 52

Lintasan kedua (A-B-C-F-E-D-A) BC

AD

FE Mempunyai panjang lintasan sebesar 10 + 7 + 14 + 6 + 9 + 20 = 66 Lintasan ketiga (A-B-E-F-C-D-A) BC

AD

FE Mempunyai panjang lintasan sebesar 10 + 15 + 6 + 14 + 8 + 20 = 73 Lintasan keempat (A-B-E-D-C-F-A) BC

AD

FE Mempunyai panjang lintasan sebesar 10 + 15 + 9 + 8 + 14 + 12 = 68

Lintasan kelima (A-F-E-B-C-D-A) BC

AD

FE Mempunyai panjang lintasan sebesar 12 + 6 + 15 + 7 + 8 + 20 = 68 Lintasan keenam (A-F-C-B-E-D-A) BC

AD

FE Mempunyai panjang lintasan sebesar 12 + 14 + 7 + 15 + 9 + 20 = 77

Dengan mengambil lintasan A-B-C-D-E-F-A dengan panjang 52 kilometer, kita mendapatkan lintasan yang terpendek.

Dengan memilih lintasan terpendek maka perusahaan jasa tersebut bisa mengurangi biaya pengeluaran untuk transportasi. Dengan begitu bisa menekan pengeluaran, dari segi bahan bakar. Akan tetapi hal ini masih di luar pertimbangan faktor-faktor yang menghambat perjalanan, seperti lebar jalan, rambu-rambu dan lampu-lampu lalu lintas, serta kondisi jalan, dan tidak memungkinkan adanya penentuan satu arah atau dua arah, serta penutupan jalan Seperti yang kita ketahui metode pedagang keliling akan mudah dilakukan jika grafnya adalah graf lengkap. Jika tidak lengkap, maka tidak bisa menggunakan rumus (n-1)!/2 untuk menentukan jumlah lintasan. Akan tetapi mencari sirkuit Hamilton masih bisa. Jika persoalan yang ditemui tidak terdapat sirkuit hamilton maka metode pertama tidak bisa digunakan. Jadi pencarian harus lewat manual. Aplikasi pada jumlah simpul yang banyak (lebih dari 5) akan membuat manusia sulit dalam menghitungnya. Jadi sebaiknya serahkan penghitungan kepada program komputer. Persoalan ini juga mengungkap permasalahan transportasi kita. Jika kita mengaplikasikan metode diatas untuk cara kita bepergian, maka kita juga bisa mendapat keuntungan dari penghematan bahan bakar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Algoritma Dijkstra. http://id.wikipedia.org/wiki/. Diakses 5 Desember 2008 pukul 19. 00 Anonim, 2008. Theorygraph http://www.en.wikipedia.org/. Diakses 5 Desember 2008 pukul 19. 00 Munir, Rinaldi. 2006. Matematika Diskrit Edisi Keempat. Bandung. Informatika Santoso, Judhi S. (1993). Catatan Kuliah Teori Graph dan Aplikasinya. Teknik Informatika, ITB.

BAB I PENDAHULUAN

Konsep informasi memegang peranan penting dalam memahami, berkomunikasi dengan aspek-aspek yang berhubungan dengan komputer. Konsep informasi ini menjadi lebih penting lagi jika dikaitkan dengan komunikasi. Tujuan proses komunikasi adalah menyampaikan atau mengirimkan informasi dari suatu sumber ke satu atau lebih tujuan. Untuk berhasilnya suatu proses komunikasi diperlukan suatu bahasa untuk menyandikan informasi terlebih dahulu sebelum informasi tersebut dikirm. Penyandian informasi ini mutlak diperlukan agar para programmer yang akan menerima informasi mengetahui dengan pasti arti dan maksud dari informasi yang dikirm. Dengan demikian, dalam menulis suatu program, yang harus diperhatikan pertama kali adalah bagaimana memahami persoalan yang dihadapi sehingga tidak salah menginterpretasikan suatu informasi ke dalam bentuk yang mempunyai nilai logical validate untuk menyelesaikan suatu masalah.

BAB II TEORI SINGKAT ALGORITMA

2.1 Pengertian Algoritma Algoritma berasal dari kata algoris dan ritmis, yang pertama kali diungkapkan oleh Abu Jafar Mohammed Ibnu Musa al Khowarizmi (825 M) dalam buku AL-Jabr Wa-al Muqabala. Sedangkan dalam bidang pemrograman, algortima didefinisikan sebagai suatu metode khusus yang tepat dan terdiri dari serangkaian langkah yang terstruktur dan dituliskan secara sistematis yang akan dikerjakan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan bantuan komputer. Hubungan antara algoritma, masalah dan solusi dapat digambarkan sebagai berikut :

MASALAH ALGORITMA SOLUSI

Proses dari masalah hingga terbentuk suatu algoritma disebut tahap pemecahan masalah, sedangkan tahap dari algoritma hingga terbentuk suatu solusi disebut dengan tahap implementasi. Solusi yang dimaksud adalah suatu program yang merupakan implementasi dari algoritma yang disusun.

Algoritma pemrograman yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Memiliki logika perhitungan / metode yang tepat dalam memecahkan masalah, Menghasilkan output yang tepat dan benar dalam waktu yang singkat, Ditulis dengan bahasa yang standar secara sistematis dan rapi sehingga tidak menimbulkan arti ganda, Ditulis dengan format yang mudah dipahami dan diimplementasikan ke dalam bahasa pemrograman, Semua operasi yang dibutuhkan terdefinisikan dengan jelas, Semua proses harus selalu berakhir setelah sejumlah langkah dilakukan. 2.2 Penyajian Algoritma

Algoritma merupakan pola pikir yang terstruktur yang berisi tahap-tahap penyelesaian masalah, tahaptahap itu dapat disajikan dengan mengunakan dua teknik, yaitu teknik tulisan dan gambar.

Penyajian algoritma dalam bentuk tulisan biasanya menggunakan metode structure english dan pseudocode, sedangkan penyajian algoritma dengan teknik gambar biasanya menggunakan metode strucuture chart, hierarchy plus input- process-output, flowchart dan Nassi Schneiderman chart.

Strucuture English merupakan alat yang cukup efisien untuk menggambarkan suatu algoritma. Basis dari structure English adalah bahasa Inggris, tetapi juga dapat digunakan dalam bahasa Indonesia. Oleh karena bahasa manusia yang digunakan sebagai dasar penggambaran algoritma, maka strucuture English lebih tepat untuk menggambarkan suatu algoritma yang akan dikomunikasikan kepada pemakai sistem.

Sedangkan pseudocode berarti kode yang mirip dengan kode pemrograman yang sebenarnya. Pseudocode berasal dari kata pseudo yang berarti imitasi atau mirip atau menyerupai, dan code berarti program. Pseudocode ditulis berbasis pada bahasa pemrograman seperti BASIC, PASCAL, atau C, sehingga lebih tepat digunakan untuk menggambarkan algoritma yang akan dikomunikasikan pada programmer. Pseudocode lebih rinci dari structure English, misalnya dalam menyatakan tipe data yang digunakan.

Dalam penulisan structure English dan Pseudocode juga mengenal struktur penulisan program seperti sequence structure selection structure dan looping structure.

2.2.1 Struktur Urut pada Structure English dan Pseudocode

Struktur ini terdiri dari sebuah instruksi atau blok instruksi yang tidak mempunyai perulangan atau keputusan di dalamnya. Contoh structure English (Indonesia) adalah sebagai berikut :

Inisiasi dan pemberian nilai awal variabel Baca data panjang dan lebar empat persegi panjang Hitung luas empat persegi panjang sama dengan panjang dikalikan dengan lebar Tampilkan hasil perhitungan Sedangkan bentuk Struktur Urut pada Pseudocode adalah sebagai berikut :

Program Hitung_Luas_Persegi_Panjang; Var Panjang : Integer; Lebar : Integer; Luas : Integer; Begin Writeln("Panjang Persegi Panjang :"); Read(Panjang); Writeln("Lebar Persegi Panjang :"); Read(Lebar); Luas:= Panjang * Lebar; Writeln("Luasnya", Luas); End.

2.2.2 Struktur Keputusan pada Structure English dan Pseudocode Selection structure merupakan struktur logika guna mengambil suatu keputusan. Pada struktur ini dapat digunakan instruksi-instruksi seperti IF-THEN atau struktur CASE. Berikut ini contoh penulisan selection strucuture pada structure English (Indonesia);

Inisiasi variabel,

Baca data nilai siswa,

Jika nilai siswa lebih besar dari 60 maka status sama dengan lulus, jika tidak maka status sama dengan gagal,

Cetak status siswa.

2.2.3 Struktur Perulangan pada Structure English dan Pseudocode Suatu perulangan diterapkan pada situasi dimana suatu instruksi atau grup dari instruksi diproses berulang kali sampai kondisi yang diinginkan terpenuhi. Pada struktur perulangan ini dapat digunakan instruksi FOR, REPEAT-UNTIL, DO-WHILE. Berikut ini contoh penulisan looping structure English (Indonesia);

Inisiasi variabel yang digunakan,

Tentukan nilai awal hitungan,

Bila sepuluh hitungan belum mencapai lebih besar dari sepuluh, maka ulangi blok instruksi berikut ini:

Cetak kata MERDEKA Hitungan ditambah satu

Selesai.

Pada structure English terdapat beberapa gaya penulisan yang telah banyak digunakan. Gaya penulisan tersebut antara lain :

Common Style (menggunakan huruf besar di awal dan selanjutnya huruf kecil semua);

Capitalized Common Style (menggunakan huruf besar semua);

Outline Common Style (dengan menggunakan nomor urut);

Narative Style (berbentuk uraian);

Gaya lain (tiap kata kunci ditulis dengan huruf besar semua).

Aturan Penulisan Pseudocode Pada pseudocode terdapat beberapa aturan penulisan agar pseudocode mudah dipahami dan dimengerti oleh para pemrogram. Aturan penulisan tersebut antara lain :

Tulis satu pseudocode suatu instruksi pada satu baris.

Pisahkan modul-modul atau kelompok pseudocode instruksi dengan memberikan spasi beberapa baris untuk mempermudah pembacaan.

Bedakan bentuk huruf dalam penuluisan pseudocode dimana pseudocode instruksi ditulis dengan huruf kapital, sedangkan komentar atau variabel dalam huruf kecil.

Berikanlah tabulasi yang berbeda untuk penulisan pseudocode instruksi-instruksi yang berada dalam kalang (loop) atau struktur kondisional.

Lakukan pembatasan jumlah baris pseudocode instruksi setiap modulnya, misalnya 50-75 baris instruksi per modul, sehingga terlalu panjang.

BAB III ALGORITMA MATRIKS ZERO ONE

Matriks zero one adalah matriks yang hanya memiliki elemen-elemen bernilai 0 (false) atau 1 (true). Suatu matriks zero one dapat memiliki sifat sebagai berikut :

reflektif

simetri

anti simetri

Kasus : Membuat matriks zero one berordo n X n berdasarkan Input yang diberikan oleh user dan dicari sifat relasi dari matriks tersebut.

Solusi :

Menerima masukan berupa jumlah titik relasi (n) dan mengalokasikan menjadi ordo dari matriks zero one yang akan dibuat (n X n)

Menerima masukan berupa identitas relasi untuk setiap titik yaitu 0 jika false/salah dan 1 jika true/benar

Membuat matriks zero one n X n dengan nilai masing-masing titik sesuai dengan input yang diberikan untuk setiap baris dan kolom

Memberikan keterangan tentang sifat dari matriks zero one tersebut

Matriks zero one tersebut akan memiliki sifat reflektif jika nilai pada semua baris - kolom yang berindeks sama adalah true (1)

Matriks zero one tersebut akan memiliki sifat simetri jika nilai pada semua [baris, kolom] sama dengan nilai pada [kolom, baris]; selain itu bersifat anti simetri

Representasi relasi dengan menggunakan matriks zero one ini dalam bahasa pemrograman Pascal adalah sebagai berikut :

Program Representasi_Relasi_Matriks_Zero_One;{ iYAN --- Beta 0.10 Oct 10, 1998 on VisiTech Lab. This computer program is protected by copyright law. Unathorized reproduction or distribution may result in severe civil and criminal penalties, and will be prosecuted to the maximum extent possible under the law. Visit "VisiTech" for updates this program. Get it now ! WorkShop : Kaliurang Street km 14.25 (Roda Jaya Group) Thank`s for evaluate this beta version, you can get full version of this program. }

Uses Crt; Var i : byte; {indeks perulangan baris } j : byte; {indeks perulangan kolom } Jml_Ttk_Relasi : byte; {input jumlah titik relasi matriks zero one yang akan dibentuk }

Identitas : array[1..100, 1..100] of boolean; {array penyimpan nilai tiap titik dari matriks zero one yang dimasukkan, ukuran matriks yang dimasukkan dibatasi hingga 100 X 100 }

Procedure Pendahuluan; Begin { not available on this beta version, okay ! } End;

Procedure Masukan; Var ID : char; {kondisi identitas masukan} Begin Repeat Write ('Jumlah titik relasi [1..150] : '); Readln(Jml_Ttk_Relasi); Until (Jml_Ttk_Relasi > 0) and (Jml_Ttk_Relasi < 151); Writeln; Writeln ('Masukkan identitas tiap titik pada matriks ', Jml_Ttk_Relasi,' X ',Jml_Ttk_Relasi,' :'); For i := 1 to Jml_Ttk_Relasi do For j := 1 to Jml_Ttk_Relasi do begin Write(' Baris ',i,', Kolom ',j,' [Y/T] : '); ID := Readkey; If Upcase(ID) = 'Y' then begin Writeln(' 1 (True/Benar)'); Identitas[i, j] := True; end else begin

Writeln(' 0 (False/Salah)'); Identitas[i, j] := False; end; end; End;

Procedure Tampilan_Matriks; Var Angka : byte; Begin Writeln; For i := 1 to Jml_Ttk_Relasi do begin For j := 1 to Jml_Ttk_Relasi do begin If Identitas[i, j] then Angka := 1 else Angka := 0; Write(' ', Angka); end; Writeln; End; End;

Procedure Proses; Var Reflektif, Simetri, AntiSimetri : boolean; R : byte; {indeks untuk cek reflektif } Begin Reflektif := False; Simetri := True; AntiSimetri := False; i := 0; j := 0; R := 0;

{Cek apakah reflektif ?} Repeat Inc(i); Inc(j); If Identitas[i, j] = True then inc(R); Until (i = Jml_Ttk_Relasi); If R = Jml_Ttk_Relasi then Reflektif := True; i := 0; j := 0; {Cek apakah simetri/antisimetri ?} For i := 1 to Jml_Ttk_Relasi do For j := 1 to Jml_Ttk_Relasi do begin If (Identitas[i, j] <> Identitas[j, i]) and not(AntiSimetri) then begin AntiSimetri := True; Simetri := False; end; end; Writeln; If Reflektif then Writeln('Matriks bersifat Reflektif'); If Simetri then Writeln('Matriks bersifat Simetri') else Writeln('Matriks bersifat AntiSimetri'); End;

{Program Utama} Begin Clrscr; Pendahuluan; Masukan; Tampilan_Matriks; Proses; Readln;

End. { Referensi : none! }

BAB IV REFERENSI

Budi Sutedjo, S.Kom dan Michael AN, ALGORITMA dan TEKNIK PEMROGRAMAN, Andi Offset, 1997

P. Insap Santosa, M.Sc., Ir., DASAR-DASAR PEMROGRAMAN PASCAL TEORI dan PROGRAM TERAPAN, Andi Offset, 1993.

You might also like