You are on page 1of 59

Jurnal Pendidikan

Volume I No. 5, Oktober 2005

wadah publikasi penulisan karya ilmiah tenaga kependidikan Kota Semarang


Hubungan Pembelajaran Dengan Media Grafis Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri Tlogosari Wetan 01 02 Kecamatan Pedurungan Dyah Dwihastuti Analisis Pengaruh Kompensasi, Tingkat Pendidikan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Semarang Dwi Laswiyati Meningkatkan Kualitas Muatan Lokal Pilihan Sekolah Melalui Peran Kepala SekolahGuru Dalam Menyusun Program Sebagai Perwujudan Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi Amos Musadi, S.Pd

ISSN 1907-0810

TIM REDAKSI
PENASEHAT
Drs. Sri Santoso Dr. Rasdi Ekosiswoyo, M.Sc Drs. Suratin

REDAKSI : Ketua
Drs. Susetyo Budi Drs. YYFR Sunardjan, MS Drs. Abdul Kholiq, M.Ag

Sekretaris
Drs. Imam Priyo Subarkah, MM

Anggota
Drs. Tri Waluyo, Ir. H. Soeharmono, MM, MBA Drs. Sujono, Drs. Purwandi, M.Pd Drs. Sumirin, M.Pd, Drs. Sutomo Drs. Aryono, M.Hum, Drs. Taryono, MM

Penyunting Bahasa
Ngasbun Egar, S.Pd, M.Pd Drs. A Wiyaka Drs. Sudibyo, M.Pd

Setting / Layout
Arifin Rasyid

Pembantu Umum
Arifin Rasyid, Didin Rachmaningtyas Winaryanto Jurnal Pendidikan ISWARA MANGGALA diterbitkan pertama kali tahun 2005 oleh Forum Pemberdayaan Tenaga Kependidikan Kota Semarang, kerjasama Dewan Pendidikan Kota Semarang, Dinas Pendidikan Kota Semarang dan PGRI Kota Semarang. Redaksi menerima kiriman naskah karya tulis, penelitian, karya ilmiah dari guru dan tenaga kependidikan. Informasi lebih lanjut silahkan menghubungi Sekretariat Dewan Pendidikan Kota Semarang, Gedung Moh. Ikhsan Lt. 1, Balaikota, Jl. Pemuda No. 148 Semarang, Telp. (024) 3540974. ISSN 1907-0810

Sekapur Sirih Ketua Dewan Pendidikan Kota Semarang


Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Kita patut bersyukur bahwa atas ridho-Nya, Jurnal Pendidikan ISWARA MANGGALA sudah sampai pada Volume I No. 5 Tahun 2005. Sungguh sangat dibanggakan bahwa kehadiran jurnal ini mendapat respon yang positif dari tenaga kependidikan di Kota Semarang ini. Hal ini bisa dilihat dari bervariasinya tulisan-tulisan yang dikirimkan kepada redaksi. ISWARA MANGGALA diterbitkan bersama-sama Dinas Pendidikan Kota Semarang dan PGRI Kota Semarang, sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru melalui penulisan karya ilmiah. Sehingga diharapkan jurnal pendidikan ini dapat menjadi wadah yang dapat menampung karya ilmiah guru, baik berupa hasil penelitian selama menjalankan tugas profesinya, maupun pemikiran-pemikiran akademis guru sebagai pengemban profesi kependidikan. Di samping itu, penerbitan jurnal ini juga merupakan salah satu upaya memberi kesempatan kepada guru untuk dapat mencapai karier profesinya secara maksimal, dengan memperoleh angka kredit dari unsur penulisan karya ilmiah. Dengan demikian, para guru diharapkan memanfaatkan secara optimal kesempatan ini, dengan berupaya mengirimkan tulisan-tulisan ilmiahnya untuk dimuat di ISWARA MANGGALA. Terwujudnya penerbitan ISWARA MANGGALA juga atas kerja keras dan partisipasi banyak pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih secara tulus kami sampaikan kepada Walikota Semarang, Ketua DPRD Kota Semarang khususnya Komisi D, Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang dan Ketua PGRI Kota Semarang. Terima kasih yang mendalam juga kami sampaikan kepada Tim Redaksi atas kerja kerasnya, para penulis, serta semua pihak yang ikut andil bagi terbitnya ISWARA MANGGALA. Semoga bermanfaat.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Dr. Rasdi Ekosiswoyo, M.Sc

Daftar Isi Volume I No. 5, Oktober 2005


Hubungan Pembelajaran Dengan Media Grafis Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri Tlogosari Wetan 01 02 Kecamatan Pedurungan
Dyah Dwihastuti........................................................................................................ 5

Analisis Pengaruh Kompensasi, Tingkat Pendidikan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Semarang
Dwi 17 Laswiyati.............................................................................................................

Meningkatkan Kualitas Muatan Lokal Pilihan Sekolah Melalui Peran Kepala SekolahGuru Dalam Menyusun Program Sebagai Perwujudan Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi

Amos Musadi, S.Pd................................................................................................. 43

HUBUNGAN PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA GRAFIS TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IV SD NEGERI TLOGOSARI WETAN 01 02 KECAMATAN PEDURUNGAN Abstrak Kegiatan belajar mengajar pada saat ini masih banyak yang kurang berhasil, khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini dikarenakan karena sebagian besar guru hanya menggunakan satu metode pembelajaran yaitu ceramah, dengan metode ceramah maka dengan sendirinya hasil yang didapatkan bersifat verbalisme. Salah satu upaya untuk dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar (KBM), khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dengan menggunakan media grafis. Penggunaan media grafis dalam kegiatan belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat berupa gambar, bagan, skema, grafis, kartun, foto, gambar guntingan majalah, koran, kalender, kesemuanya ini disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan sehingga akan mempermudah seorang guru dalam menuangkan ide-ide atau gagasan guna pengembangan materi pelajaran, disamping peningkatan keberhasilan KBM penggunaan media grafis juga dapat meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa di dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kata kunci : Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Mata Pelajaran IPS, Media Grafis
Oleh : Dyah Dwihastuti

PENDAHULUAN

Dalam setiap kegiatan belajar mengajar pasti ada hambatan-hambatan yang muncul, baik yang berasal dari guru, siswa maupun lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut guru dituntut untuk memiliki kemampuan profesional yaitu kesanggupan seorang guru untuk menjalankan perannya sebagai guru, yaitu mendidik, membimbing, mengajar dan memberikan motivasi kepada siswa. Sesuai dengan perannya tersebut, guru dituntut untuk menguasai materi, metode dan juga penggunaan media pembelajaran sehingga memungkinkan perkembangan siswa secara optimal. Menyadari hal tersebut, Kepala Sekolah dan guru SD Tlogosari Wetan 01 02 berupaya untuk meningkatkan hasil dan mutu pendidikan. Salah satu caranya adalah melaksanakan kegiatan belajar mengajar/ pembelajaran dengan menggunakan media grafis. Dengan penggunaan media grafis, khususnya untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial akan dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan nyata kepada siswa sehingga verbalisme dapat dihindari disamping itu dapat mengurangi rasa jemu pada siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Sebagai landasan teori yang mendukung penelitian ini disajikan secara berturut-turut: gambaran umum tentang media pendidikan, pengertian media pendidikan, nilai dan manfaat media pendidikan, media grafis sebagai salah satu alternatif, media grafis dalam kegiatan belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). GAMBARAN UMUM TENTANG MEDIA PENDIDIKAN Segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu atau media untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat dikategorikan sebagai media, suatu contoh teknologi

dunia pendidikan tepatnya dunia sekolah dan dalam lingkup kelas yang fungsinya sebagai alat bantu atau media yang dapat meningkatkan mutu pendidikan. Teknologi adalah pengetahuan tentang proses dan metode pengajaran atau pengelolaan yang diuji dengan hasil memuaskan, dengan hasil pengujian ini dapat dijadikan standar dan merupakan penerapan sistematis dari ilmu pengetahuan dengan tujuan praktis. Di dalam perkembangannya, teknologi tidak hanya terbatas pada teknik mengajar saja namun juga mencapai bidang administrasi dan pengelolaan tentang semua hal yang menyangkut kependidikan, termasuk alat dan bahan yang membantu dan menunjang proses belajar mengajar. Seperti dikatakan bahwa Teknologi pendidikan mempersatukan segala alat (hardware) dan bahan (software) yang tepat, menunjang dan meningkatkan proses belajar mengajar. (Arif S. Sadiman..1993:19) Pengertian Media Pendidikan Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sebagai gambaran yang lebih jelas akan diketengahkan tentang ciri-ciri media pendidikan: Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan atau komunikasi dalam pengajaran antara guru dan siswa. Media pendidikan adalah alat bantu belajar mengajar baik di dalam maupun di luar kelas. Media pendidikan merupakan perantara (medium) yang digunakan dalam rangka

Media pendidikan merupakan perantara (medium) yang digunakan dalam rangka pendidikan. Media pendidikan mengandung aspek, sebagai alat dan sebagai teknik yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar. (Oemar Hamalik 1994:12) Nilai dan Manfaat Media Pendidikan Media pendidikan mempunyai manfaat yang tidak kecil dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah mengurangi verbalisme, memperbesar perhatian siswa, proses pembelajaran lebih mantap, memberikan pengalaman yang nyata, memberikan pengetahuan yang tidak diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar (Oemar Hamalik 1994:15). Di samping itu media pendidikan juga dapat memberikan nilai praktis, diantaranya dapat mengatasi perbedaan anak yang kurang dalam dalam pengalaman dengan anak yang lebih pengalamannya, dapat menggantikan objek yang terlalu besar atau terlalu kecil dan dapat dibawa ke ruang kelas, media pendidikan juga memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya serta memberikan pengalaman yang menyeluruh dan konkrit. Jenis-jenis Media Pendidikan Secara umum media pendidikan terdiri dari berbagai jenis media diantaranya: a. Media grafis yang terdiri atas: gambar/ foto, sketsa, diagram, chart, kartun, grafik, poster, peta dan globe.

c. Media proyektor still terdiri dari: slide, filmstrip, overhead proyektor, opaque proyektor, mikro proyektor. d. Film loop e. Televisi f. Vidio tape recorder Media grafis sebagai salah satu alternatif Dalam uraian di atas disampaikan bahwa media grafis terdiri dari: Gambar/ foto : dengan media gambar/ foto akan lebih realitis menunjukkan pokok masalah. Chart: penyajian bergambar dan grafik untuk mendaftar sejumlah besar informasi. Grafik: media grafik adalah suatu jenis grafik yang menggunakan titik-titik atau garis untuk menyampaikan informasi statistik yang saling berhubungan. Beberapa manfaat/ kelebihan media grafik adalah dapat untuk mempelajari dan mengingat data kualitatif, dapat dengan cepat mengadakan analisis interprestasi dari data perbandingan, merangsang minat anak siswa untuk mempelajari sesuatu hal. MEDIA GRAFIS DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Untuk mencapai tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dibutuhkan penanaman keterampilan proses pada diri siswa dan keterampilan proses ini dapat diwujudkan dengan

fisik, kemampuan bersosial, disamping itu dalam penyajian bahan pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ini alat pelajaran mutlak diperlukan dan salah satu langkah yang tepat adalah dengan penggunaan media grafis, selain memberikan banyak kemudahan bagi guru, media grafis lebih murah sehingga dapat dijangkau baik oleh guru sekolah maupun siswa. Dengan menggunakan media grafis yang berupa gambar, bagan, skema, grafis, kartun akan mempermudah seorang guru dalam menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasan guna mengembangkan materi pengajaran yang ingin disampaikan. Ilmu Pengetahuan Sosial memang memerlukan suatu usaha yang lebih dari mata pelajaran yang lainnya karena materi Ilmu Pengetahuan Sosial senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Dengan demikian dapat dilihat bahwa media grafis mempunyai peranan yang besar dalam menyampaikan materi pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dalam upaya meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen. Karena penelitian ini untuk menyelidiki hubungan sebab akibat antara yang menggunakan media grafis dan yang tidak menggunakan media grafis maka metode yang tepat adalah metode eksperimen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutrisno Hadi (1990:427) bahwa Metode eksperimen merupakan salah satu metode yang paling tepat untuk menyelidiki sebab akibat. Adapun pola eksperimen yang digunakan adalah pola the static group comparison: randomized control group only design, yaitu sekelompok subjek yang diambil dari populasi tertentu dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok

Kelompok eksperimen dikenai variabel tertentu dalam jangka waktu tertentu lalu kedua kelompok ini dikenai pengukuran yang sama. Perbedaan yang timbul dianggap bersumber pada variabel perlakuan. Sebagai populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Tlogosari Wetan 01 02. Dari populasi yang ada peneliti mengambil sampel sebanyak 40 siswa, selanjutnya secara random mana yang menjadi kelompok eksperimen mana yang menjadi kelompok kontrol. Sebagai langkah pelaksanaan penelitian disusun urutan sebagai berikut: Tahap pertama adalah matching/ pemasangan dalam penelitian ini. Prosedur matching yang digunakan adalah prosedur pemasangan kelompok (group matching) berdasar kelas masing-masing. Tahap kedua adalah langkah penyusunan perangkat tes penelitian. Tahap ketiga mengadakan pengumpulan data dengan menggunakan teknik dokumentasi dan tes sedangkan tahap keempat adalah menganalisa data yang sudah ada menggunakan analisis statistikdengan menggunakan teknik korelasi t-tes. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan awal dari penelitian ini relatif sama dilihat dari uji normalitas jenis kelamin, tingkat pendidikan orang tua, nilai Ilmu Pengetahuan Sosial di raport, kesamaan umur, dan guru pengajar. Hasil pengamatan awal tentang jenis kelamin antara dua kelompok sampel menunjukkan bahwa kedua sampel tidak ada perbedaan dalam faktor jenis kelamin, dengan penghitungan x2 hitung kedua sampel lebih kecil dibanding dengan x2 tabel. Hasil pengamatan tingkat pendidikan orang tua juga tidak ada perbedaan antara hasil

Hasil pengamatan awal tentang jenis kelamin antara dua kelompok sampel menunjukkan bahwa kedua sampel tidak ada perbedaan dalam faktor jenis kelamin, dengan penghitungan x2 hitung kedua sampel lebih kecil dibanding dengan x2 tabel. Hasil pengamatan tingkat pendidikan orang tua juga tidak ada perbedaan antara hasil penghitungan antara siswa dalam kelompok sampel. Hasil penghitungannya x2 empiris = 0; x2 ts 5% = 3,841. Hasil belajar siswa dari dua kelompok sampel dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menunjukkan bahwa hasil belajar kedua kelompok sampel tidak ada perbedaan yang mencolok dengan hasil penghitungan varians 0,206896 dan harga f hitung sebesar 19,4 sedangkan f tabel sebesar 19,4 sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kelompok sampel tidak ada perbedaan dalam hasil belajar dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dari hasil penghitungan tentang umur kedua kelompok sampel dapat disimpulkan bahwa umur keduanya tidak ada perbedaan, dengan hasil penghitungannya f hitung sebesar 1, 178571 untuk f empiris. Hasil pengamatan tentang guru pengajar kedua kelompok sampel tersebut menunjukkan kesamaan dari segi tingkat pendidikan (lulusan D2), kepegawaian (sama-sama pegawai negeri sipil), waktu mengajar sama yaitu pagi hari. PELAKSANAAN PENELITIAN/ PEMBAHASAN Di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sehari-hari kelas IV SD Negeri

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 pertemuan, 5 kali pertemuan untuk menyampaikan materi sedangkan 1 pertemuan untuk mengadakan evaluasi. Adapun cara penyajian materi pelajaran untuk kedua kelompok sampel adalah kelas IV SD SD Negeri Tlogosari Wetan 01 sebagai kelompok eksperimen menggunakan media grafis sedangkan untuk kelas IV SD Negeri Tlogosari Wetan 02 dalam menyampaikan materi pelajaran tidak menggunakan media grafis. SD Negeri Tlogosari Wetan 02 bertindak sebagai kelompok kontrol. Materi pelajaran yang disampaikan selama 5 pertemuan untuk kelompok eksperimen (SD Negeri Tlogosari Wetan 01) dan kelompok kontrol (SD Negeri Tlogosari Wetan 02) sama, yaitu: Pertemuan pertama: a. Penjelasan pembagian propinsi di Indonesia b. Propinsi di pulau Sumatra, Jawa dan ibukotanya Pertemuan kedua: a. Mempelajari propinsi di Kalimantan dan Sulawesi b. Batas propinsi dan ibukotanya Pertemuan ketiga: a. Propinsi di Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya. b. Batas propinsi, ibukota, luas daerah, dan kepadatan penduduk Pertemuan keempat: Persamaan tiap propinsi, keadaan fisik, sosial, budaya Pertemuan kelima: Perbedaan tiap propinsi baik fisik, sosial, budaya, kepadatan penduduk

Pertemuan keenam: Evaluasi hasil belajar Dari hasil penelitian ini yang dilihat dari hasil belajar antara kelompok eksperimen (SD Negeri Tlogosari Wetan 01) yang menggunakan media grafis dan kelompok kontrol (SD Negeri Tlogosari Wetan 02) tanpa menggunakan media grafis dalam penyampaian materi pelajaran dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan media grafis lebih baik daripada hasil belajar yang tidak menggunakan media grafis, hal ini ditunjukkan oleh ratarata nilai yang diperoleh. Untuk rata-rata nilai dari kelompok eksperimen (SD Negeri Tlogosari Wetan 01) yang menggunakan media grafis adalah 6, 27 sedangkan nilai rata-rata dari kelompok kontrol (SD Negeri Tlogosari Wetan 02) yang tidak menggunakan media grafis adalah 5,02. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Setelah mengadakan penelitian tentang Pengaruh Pembelajaran dengan Media Grafis Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Tlogosari Wetan 01 dan Sekolah Dasar Negeri Tlogosari Wetan 02 Kecamatan Pedurungan Kota Semarang dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang penyampaiannya menggunakan media grafis lebih baik dari hasil belajar dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang penyampaiannya tidak menggunakan media grafis. Dengan hasil penghitungan t a = 3,5452, tt 1% = 2,74

Saran Berdasarkan simpulan yang dikemukakan di atas maka peneliti menyampaikan saran-saran sebagai berikut: * Untuk guru dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar akan lebih baik apabila dilengkapi dengan menggunakan media terutama media grafis, baik media elektronik yang pengadaannya harus dengan membeli maupun media grafis sederhana yang dapat dibuat sendiri oleh guru dengan biaya yang tidak mahal. Sehingga dengan demikian guru disamping dituntut untuk menguasai materii pelajaran juga dituntut untuk dapat mendesain alat peraga atau media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. * Pembelajaran dengan menggunakan media grafis selain memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran juga memberikan motivasi bagi anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga hasil belajar bisa lebih optimal. * Untuk Kepala Sekolah diharapkan dapat memberikan motivasi kepada guru untuk menyediakan media grafis dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Motivasi yang dapat diberikan kepada guru oleh Kepala Sekolah diantaranya memberikan saran dan masukan tentang penyediaan media grafis ini, menyediakan dana untuk pembuatan media grafis, mengadakan supervisi terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. * Diharapkan dengan hasil penelitian ini dan saran yang disampaikan penulis akan dapat menambah wawasan seorang guru dalam menyampaikan pelajaran,

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1994. GBPP Ilmu Pengetahuan SD tahun 1994. Jakarta: Depdikbud .1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta .1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Sadiman. 1993. Media Pendidikan. Jakarta: Pustakkom dan Raja Grafindo Persada Sudjana, Nana. 1997. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Sutrisno Hadi. 1990. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset

Oleh : DWI LASWIYATI ABSTRACT Employers Performance is a description of the officers in conducting their duties and function, employers performance level will change by many factors, such as Compensation, Education Level, office environment occured in the office and by the Employers Performance sorrounding the office. Considering that reality, to maximalize the employers performance Local Government Agency Of Finance Management Semarang, we observe the impact among the variables. This research took place in office of Local Government Agency Of Finance Management Semarang and it will answer the problems of : 1. How is the impact of compensation towards the employers performance ? 2. How is the impact of education level towards the employers performance ? 3. How is the impact of office environment towards the employers performance ? 4. How is the impact of compensation, education level and office environment towards the employers performance ? This research is directed to describe and analisys the impact of compensation, education level and office environment towards employers performance that will gain the solution to set the policy of office of Local Government Agency Of Finance Management Semarang. The hypothese is there is impact of compensation, education level and office environment to employers performance in Local Government Agency Of Finance Management Semarang. Meanwhile, the researchs type is explanatory research and the population who asking service for Local Government Agency Of Finance Management are as the sample, which is determined as many as 40 people. The research use qualitative analisys to analize the tables and the quantitative analisys use multiple regression methode by T & F test. It found that there was no heteroskedastisitas and multikolinaritas through

Analisis Pengaruh Kompensasi, Tingkat Pendidikan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Semarang

It found that there was no heteroskedastisitas and multikolinaritas through classic assumption. The hypothese was not accepted. In detail, there is value of 0,431 for the impact of compencation towards employers performance in 0,05 level of signification, and 0,021 for the impact of educational level towards employers performance was not accepted, 3.190 for the impact of office environment towards employers performance, also 4,254 for the impact among the variables. Based on its result, we concluded that environment variable has 43,1% impact to the level of employers performance, meanwhile the variable of compentation an education level has 46,9%. Determination coefficient of 0,200 mean that dependant variables have 20% impact value, and the rest procentage 80% by other variabless impact, such as motivation and moral of the officers. We recommended to make research of these variables to deepen the employers performance observation. PENDAHULUAN Pembangunan suatu bangsa memerlukan sumber daya (resources) baik sumber daya manusia (Human resources) atau sumber daya alam (Natural resources). Kedua sumber daya tersebut sangat penting di dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan. Tetapi apabila dipertanyakan mana yang lebih penting diantara kedua sumber daya tersebut, maka menurut peneliti adalah sumber daya manusialah yang lebih penting. Hal ini dapat kita amati dari kemajuan-kemajuan suatu negara sebagai indikator keberhasilan pembangunan bangsa tersebut. Seperti yang telah kita amati negara-negara yang potensial miskin sumber daya alamnya (Jepang, Korea), tetapi usaha peningkatan sumber daya manusianya luar biasa, maka kemajuan bangsa tersebut dapat kita saksikan dewasa ini, sebaliknya negara-negara yang potensial kaya sumber daya alamnya (Negara-negara Timur Tengah) tetapi kurang memetingkan pengembangan sumber daya manusianya, maka kemajuannya tidak secepat negara-negara tersebut diatas. Sumber daya manusia sebenarnya dapat dilihat dari dua aspek yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut sumber daya manusia (penduduk). Sedangkan kualitas menyangkut mutu sumber daya manusia, yaitu kemampuan fisik maupun kemampuan non fisik (kecerdasan dan mental). Oleh sebab itu untuk kepentingan

akselerasi suatu pembangunan di bidang apapun, maka peningkatan kualias sumber daya manusia merupakan suatu prasyarat utama. Memasuki era globalisasi, arus informasi tidak mengenal ruang dan waktu. Persoalan yang sering bangsa ini hadapi adalah ketertinggalan kita dalam teknologi dan penguasaannya pada bagian lain. Era reformasi menuntut kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan secara adil dan kontinue. Yang menjadi persoalan adalah : mampukah sumber daya manusia yang ada menjawab berbagai perubahan dan menyesuaikan diri dengan tantangan tersebut. Berbagai perkembangan zaman seperti diatas menuntut sumber daya yang ada, baik secara organisasi maupun individu untuk meningkatkan kemampuan. Peningkatan kemampuan kerja bagi pegawai, memerlukan perhatian pada beberapa hal; karena banyak faktor yang berpengaruh pada kemampuan kerja pegawai, diantaranya adalah ketrampilan, imbalan (kompensasi), kepemimpinan, tingkat pendidikan pegawai dan lingkungan kerja. Pada hakekatnya manusia (pegawai) mempunyai kebutuhan untuk berprestasi, kebebasan mengeluarkan pendapat, menjalankan tugas, memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan pekerjaannya. Kompensasi yang diterima atas pekerjaan mempunyai kadar pengaruh yang tinggi terhadap moral dan disiplin kerja. Disamping faktor kompensasi, faktor lain lain yang berpengaruh pada kemampuan kerja pegawai adalah faktor tingkat pendidikan. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap perkembangan manusia, yang bertujuan agar manusia mempunyai kelengkapan yang diperlukan agar pada tiap-tiap tahap selalu mampu menghadapi tantangan hidup, baik kelengkapan fisik, emosional maupun intelektual, yang akan tercermin pada kualitas profesionalisme pegawai. Penelitian ini akan dilakukan pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Semarang. DPKD mempunyai karakteristik yang cukup berbeda apabila dibandingkan dengan instansi lainnya pada lingkungan instansi pemerintah. Hal ini disebabkan karena fungsinya yang cukup vital sebagai pengelola serta pengatur keuangan daerah. Karena fungsi tersebut setiap pegawai yang ada di lingkungan DPKD mempunyai perbedaan penghasilan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan pegawai instansi lain. Kalau dilihat dari sisi gaji pokok yang diterima akan sama berdasarkan pangkat serta golongan apabila dibandingkan dengan pegawai

dibandingkan dengan pegawai instansi lain. Kalau dilihat dari sisi gaji pokok yang diterima akan sama berdasarkan pangkat serta golongan apabila dibandingkan dengan pegawai pada instansi lain, tetapi jumlah bonus, maupun tambahan penghasilan lain diluar gaji pokok akan jauh lebih besar, diharapkan dengan kondisi seperti ini pegawai di lingkungan DPKD mempunyai kinerja yang lebih baik.

KERANGKA TEORITIS 1. Landasan Teori 1.2. Kompensasi dan Pengertiannya Dalam membahas pengertian kompensasi ini alangkah baiknya kita mengetahui lebih dahulu tentang imbalan jasa. Adapun imbalan jasa adalah sebagai berikut : Imbalan jasa merupakan balas jasa yang diberikan perusahaan pada karyawan yang menyangkut upah atau gaji, tunjangan-tunjangan baik berupa uang atau natura, fasilitas atau kemudahan, hak istimewa atau lainnya seperti tunjangan presentase untuk eksekutif, rumah dinas, cuti khusus, keanggotaan dalam hal khusus dan lain-lain (Ruky A.S : 1997 , hal. 63) Dari pengertian tentang imbalan jasa tersebut di atas, tidak jauh berbeda dengan pengertian kompensasi, oleh karena itu kompensasi dapat disamakan dengan imbalan jasa. Terdapat beberapa pengertian tentang kompensasi yang dikemukakan oleh para ahli yang pada dasar dan intinya sama. Kompensasi adalah imbalan jasa pada pegawai-pegawai yang layak atas bantuan mereka dan untuk tujuan-tujuan organisasi (Mukiyat : 1983, hal. 92). Dari pengertian tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kompensasi selain dapat berupa uang atau gaji dapat pula berupa tunjangan atau fasilitas yang dinilai dengan uang serta memberikan secara tetap oleh perusahaan kepada karyawannya. 1.3. Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah proses sistematik dari penambahan pengetahuan menuju perubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan organisasi. Biasanya pendidikan dianggap sebagai proses transformasi pengetahuan secara formal di sekolah, akademi atau perguruan tinggi dengan tujuan mewakili suatu perluasan individu sehingga dia dapat dipersiapkan untuk menilai berbagai situasi dan memilih respon yang paling tepat.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi karena dengantingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi kemampuan seseorang atau pegawai dalam melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya. Pendidikan saat ini merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Mashuri mengutarakan pentingnya pendidikan sebagai berikut : Pada hakekatnya sejarah peradaban manusia adalah sejarah perjuangan manusia yang berlangsung dari abad ke abad untuk mewujudkan kepribadiannya dan mengembangkan hidupnya, dengan menggunakan setiap kemungkinan, baik yang ada maupun yang terbuka sebagai hasil budidayanya mengahadapi segala hambatan-hambatan dan keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi sepanjang perjalanan hidupnya, sebagai halnya dimasa lampau dalam perjuangan untuk masa yang akan datang. Dalam proses itu, pendidikan senantiasa merupakan faktor yang menentukan, baik dalam arti peranan maupun kegunaannya, sebab tidak lain pendidikan bertujuan agar manusia mempunyai kelengkapan yang diperlukan agar pada tiap-tiap tahap selalu mampu menghadapi tantangan, baik fisik, emosi maupun intelektualnya (Mashuri : 2000). Untuk langkah selanjutnya pendidikan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu : pendidikan formal dan pendidikan non formal. Tentang pendidikan ini Combs dan Ahmed menjelaskan sebagai berikut : Istilah pendidikan formal, dipakai untuk menyebut sistem pendidikan yang sangat di lembagakan bertahap kronologis dan bertata tingkat, mulai dari sekolah dasar, sampai pada tingkat-tingkat tertinggi pendidikan, universitas; istilah pendidikan non formal dipakai untuk menyebut kegiatan pendidikan berorganisasi dan sistematis, yang berlangsung di luar kerangka pendidikan formal untuk menyediakan beraneka ragam pelajaran tertentu kepada kelompok pendidikan; (Philip H. Comb : ) Dengan melihat batasan di atas dapat dipertegas bahwa pendidikan formal lebih menekankan pada pengembangan kemampuan secara menyeluruh (overall), penekanan area kemampuan kognitif, afektif, dan psychomotorik. Jangka waktu pelaksanaannya panjang (long term), materi yang diberikan lebih umum, menggunakan metode belajar mengajar yang konversial, penghargaan akhir proses adalah gelar (degree). Sedangkan pendidikan non formal lebih pada pengembangan kemampuan khusus (specific), area kemampuan penekanannya pada psikomotor, jangka waktu pelaksanaan lebih pendek, materi yang diberikan lebih khusus, menggunakan metode belajar mengajar inconvensional, penghargaan akhir proses adalah sertifikat (non degree).

diberikan lebih khusus, menggunakan metode belajar mengajar inconvensional, penghargaan akhir proses adalah sertifikat (non degree). 1.4. Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja akan berpengaruh terhadap jalannya organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan Kerja kerja yang buruk akan mendorong ke arah lemahnya aktivitas-aktivitas pekerja dan tingkat absensi yang tinggi, dan pada akhirnya akan mengarah pada ketidak efisienan pekerjaan. Secara umum yang dimaksud dengan lingkungan kerja adalah lingkungan yang ada disekitar dimana karyawan menjalankan pekerjaannya (Saul W Gallermen, 1984 : 237) memberikan definisi lingkungan kerja sebagai segala sesuatu yang didasarinya atau menurut perkiraannya dapat mempunyai pengaruh terhadapnya. Definisi lain lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi tugas-tugas yang dibebankan (Alex S. Nitisemito, 1988 : 167). Lingkungan kerja tidak terbatas pada apa yang dapat dilihat saja, tetapi juga dapat dirasakan misalnya suasana nyaman dalam bekerja. Umumnya karyawan menginginkan tempat kerja yang aman, udara yang selalu segar. Lingkungan yang bersih dan jam kerja yang tidak terlalu lama. Dalam lingkungan kerja manapun, keamanan, keselamatan dan kondisi kerja yang baik adalah sangat penting untuk kelancaran dalam bekerja sehingga hasil kerja yang dicapai diharapkan dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan. 1.5. Kinerja Setiap individu mempunyai perbedaan dalam sikap, perilaku, pendidikan, kemampuan dan pengetahuan. Hal ini mencerminkan bahwa pada prinsipnya manusia berbeda antara manusia yang satu dengan yang lainnya, lambang kemampuan setiap individu inilah yang biasa disebut dengan kinerja. Seperti yang diungkapkan oleh Richard M. Steer (1995 : 527) bahwa Kinerja/ job performance adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Sementara Suyudi Prawirosentono (1999 : 2) memberikan batasan pengertian kinerja sebagai berikut : Melakukan suatu kegiatan dan penyempurnaannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan; oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu

Melakukan suatu kegiatan dan penyempurnaannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan; oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum serta sesuai dengan moral dan etika. Dengan kinerja diharapkan mampu menjelaskan apakah seseorang itu mampu melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi yang dibebankan kepadanya, dan secara optimal berhasil di dalam mempengaruhi keadaan kelompok dalam organisasi. Untuk bisa menjelaskan apakah seseorang mampu melaksanakan tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya, diperlukan kegiatan mengevaluasi pelaksanaan kerja individu; yang dalam istilah manajemen disebut dengan penilaian kinerja (performance appraisal) yang menurut Henry Simamora ada beberapa dimensi kinerja : a). Memikat dan menahan orang dalam organisasi. b). Penyelesaian tugas yang terandalkan c). Perilaku inovatif dan spontan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan lingkungan kerja dan kebijaksanaan pemerintah secara keseluruhan. Adapun faktor-faktor utama yang menentukan kinerja pegawai adalah : 1. Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran, dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim. 2. Tingkat ketrampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi serta ketrampilan dalam teknik industri. 3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu dan panitia kerja unggul. 4. Manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas 5. Efisiensi tenaga kerja, seperti : perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas 6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalan yang benar dalam berusaha.

6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalan yang benar dalam berusaha. METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Design Penelitian. Agar memudahkan dalam penetapan sumber data yang ingin diperoleh, maka perlu ditetapkan tipe penelitian yang akan digunakan, sehingga memudahkan dalam proses pelaksanaan penelitian. Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanatory/penjelasan. Oleh karena itu dinamakan juga penelitian pengujian hipotesis atau testing research. Walaupun uraiannya juga mengandung deskriptif, tetapi sebagai penelitian rasional fokusnya adalah pada penjelasan hubungan-hubungan antara variabelvariabel. 2. Operasionalisasi Variabel Berdasarkan kerangka pemikiran dan hipotesis dimuka, dalam penelitian ini terdapat tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Sebagai variabel dependen adalah kinerja pegawai dan independen adalah kompensasi, tingkat pendidikan dan lingkungan kerja. 2.1. Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan kepada pegawai berupa gaji, tunjangan innatural, fasilitas, tunjangan kesehatan, tunjangan keluarga dengan kesemuanya dapat dinilai dengan uang (Bedjo Siswanto, 1987, hal. 115), dengan indikatornya adalah : a. Gaji, diukur besar kecilnya gaji yang diterima b. Tunjangan, diukur dari banyak macamnya tunjangan yang diterima c. Fasilitas, diukur dari macam-macam fasilitas yang diterima pegawai. 2.2. Tingkat Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan, dengan indikatornya adalah pendidikan formal, diukur dari tahun masa studi atau dengan angka tahun. 2.3. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja atau pegawai dimana ia bekerja baik kondisi fisik maupun non fisik (psikologis) yang dapat mempengaruhi pegawai dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.

2.4. Kinerja Pegawai adalah gambaran kemampuan seseorang pekerja di dalam menyelesaikan pekerjaan dan beban tanggung jawabnya 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan digunakan data sebagai berikut : 3.1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber yang asli dan dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan yang telah disediakan sesuai dengan topik dan tujuan peneliti 3.2. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diterbitkan oleh organisasi yang bukan merupakan pengolahnya (Anto Djajan, 1983 : 19). 3.3. Pengujian Uji Coba Kuisioner 3.3.1. Uji Validitas Uji validitas menurut Masri Singarimbun (1995 : 123) digunakan untuk menguji sejauh mana suatu alat pengukur mengungkapkan ketepatan gejala yang dapat diukur. Dalam hal ini uji validitas dilakukan dengan menggunakan perhitungan korelasi produk moment dengan rumus sebagai berikut : Dimana : r = Koefisien korelasi n = jumlah sampel X = indikator tiap variabel (skor tiap pernyataan / indikator ) Y = variabel (skor total) Setelah perhitungan dilakukan (dalam hal ini proses perhitungan dibantu dengan program

Setelah perhitungan dilakukan (dalam hal ini proses perhitungan dibantu dengan program SPSS). Kemudian nilai r yang diperoleh dibandingkan nilai r tabel sesuai dengan baris n dan taraf signifikansi ( - 5 %). Dalam pengujian validitas, kuesioner dikatakan valid apabila r hitung > r tabel. 3.3.1. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas menurut Suharsini Arikunto (1996 : 168) menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Cara menghitung tingkat reliabilitas suatu data yaitu dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, dengan standar nilai Alpha Cronbach > 60% berarti realibel. Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut : Dimana : = Koefisien reliabilitas k = jumlah item per-veriabel x r = mean korelasi antar item 3.3.3. Uji Asumsi Klasik Dalam analisis regresi linier perlu dihindari asumsi klasik supaya variabel independen sebagai estimator atas variabel dependen tidak bias. Keandalan (realibilitas) parameter-parameter dilihat melalui ada tidaknya penyimpangan terhadap regresi linier klasik yaitu, non-multikolinearitas, normalitas, dan autokorelasi dan non-heteroskedastik (Gujarati, 1995, hal. 153) METODE ANALISA DATA Tahapan kegiatan statistik yang merupakan tindak lanjut dari data yang telah dikumpulkan untuk dianalisis. Dalam penelitian ini menggunakan analisis data sebagai berikut :

1. Analisa Kualitatif Dalam hal ini analisis kualitatif digunakan untuk menginterpretasikan data yang sudah diolah menjadi suatu informasi yang berguna bagi kantor tersebut. 2. Analisa Kuantitatif Analisa data kuantitatif adalah analisis yang digunakan untuk menguji data dalam bentuk angka. Analisa data kuantitatif yang dipergunakan adalah regresi berganda dan koefisien determinasi. 3. Pengujian Hipotesa 3.1. Uji t Untuk pengujian signifikansi pengaruh antara variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat menggunakan uji t. Adapun langkah-langkah pengujinya adalah sebagai berikut : 1). Menggunakan Hipotesis berarti tidak ada pengaruh antara X1 terhadap Y, X2 terhadap Y, atau X3 terhadap Y. berarti ada pengaruh antara X1 terhadap Y, X2 terhadap Y, atau X3 terhadap Y. 2). Menentukan level of sigbificance sebesar 95% ( 0,05) DF = n 1 k, dimana n = sampel, k = variabel bebas t tabel = 1 ( n 1 k; = 0,05) 3). Perhitungan untuk t hitung. Dimana : th = tabel hitung b1 = koefisien regresi SEb1 = standar error koefisien regresi

4). Kesimpulan : Dari hasil pengujian tersebut di atas dapat dilakukan uji t : Apabila t hitung > t tabel atau th < -t tabel, Ho ditolak Apabila t hitung < t tabel dan t hitung - > t tabel, Ho diterima Adapun gambar sebagai berikut : 3.2. Uji F Untuk pengujian pengaruh variabel bebas secara simultas terhadap variabel terikat menggunakan uji F Rumus : Dimana : F = F hitung k = jumlah variabel tak terikat R = Koefisiensi determinasi berganda n = jumlah responden HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pengujian Instrumen

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pengujian Instrumen 1.a. Pengujian Validitas Uji validitas pada penelitian ini menggunakan korelasi product moment, di dapat hasil perhitungan; r-hitung > r-tabel, maka kuestioner valid atau sahih. Berdasarkan hasil; variabel kompensasi, tingkat pendidikan, lingkungan kerja dan kinerja adalah sebagai berikut :

1.b. Pengujian Reliabilitas Uji reliabilitas pada pengujian ini menggunakan uji statistik cronbach alpha (a). Jika cronbach alpha > 0,6 maka kuestioner dikatakan konsisten atau reliabel. Berdasarkan perhitungan dengan program SPSS 10.00 masing-masing perhitungan variabel nampak pada tabel sebagai berikut : 1.c. Uji Asumsi Klasik 1.c.1. Uji Multikolinearitas Untuk menguji ada tidaknya koloniaritas ganda, jika hasil hitung nilai varian inflation faktor (VIF) di bawah 10 dan tolerance variable bebas di atas 10 %. Berdasarkan hasil perhitungan yang tampak pada table 5.3 di atas menunjukkan bahwa angka tolerance di atas 10 % dan V.I.F di bawah 10, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak ada multikolinaritas dalam penelitian ini terpenuhi.

1.c.2. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda di disebut Heteroskedastisitas, model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas. Cara untuk mendekteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas adalah melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat ( Z PRED ) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SREID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residualnya. Tidak adanya Heteroskedastisitas pada gambar 5.1 di bawah ini adalah adanya penyebaran titik-titik secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi Heteroskedastisitas atau bebas Heteroskedastisitas atau homoskedastisitas. 2. Analisa Deskriptif Dalam analisis ini menekankan pada penjabaran data dengan menggunakan angka-angka atau menggunakan tabel-tabel sebagai alat bantu. Analisis ini berguna untuk mengetahui tanggapan responden terhadap kuesioner yang diberikan baik untuk kompensasi, tingkat pendidikan, lingkungan kerja maupun kinerja pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Semarang.

Pada pembahasan disini tidak kami uraikan secara detail mengingat terbatasnya ruang, namun jika diperlukan penulis mempunyai uraian rincinya beserta table-tabel yang merupakan hasil penelitian yang meliputi analisa : a. Kompensasi b. Tingkat Pendidikan c. Lingkungan Kerja d. Kinerja Pegawai 3. Pengujian Hipotesa Berdasarkan perhitungan regresi berganda dengan program SPSS 10.00, hasilnya nampak dalam tabel di bawah ini : Berdasar tabel V.28 di atas dapat dijelaskan analisis-analisis dibawah ini:

3.1. Analisa Regresi Berganda Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu variabel kompensasi, tingkat pendidikan, lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai di DPKD Kota Semarang. Dari hasil perhitungan regresi berganda (lampiran) diperoleh hasil sebagai berikut : Y = 10,909 + 0,065 X1 + 0,008 X2 + 0,490 X3 Dari hasil regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa : 1. Konstanta a = 10,909 mempunyai arti bahwa rata-rata kinerja pegawai (Y) sebelum dipengaruhi variabel bebas (kompensasi, tingkat pendidikan dan lingkungan kerja) adalah sebesar 10,909 2. Koefisien 1 = 0,065, menunjukkan bahwa kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai artinya bila kompensasi semakin baik, maka kinerja pegawai akan meningkat. 3. Koefisien 2 = 0,008 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai, artinya bila tingkat pendidikan semakin tinggi maka kinerja pegawai semakin tinggi. 4. Koefisien 3 = 0,490 menunjukkan bahwa lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai, artinya bila lingkungan kerja semakin baik maka kinerja pegawai akan meningkat. 3.2. Uji t Digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh kompensasi, tingkat pendidikan dan lingkungan kerja secara parsial terhadap kinerja pegawai. 3.2.a. Pengujian Hipotesa 1 : kompensasi (X1) terhadap kinerja pegawai (Y) Ho : = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap kinerja pegawai Ha : 0, berarti ada pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap kinerja pegawai Kriteria pengujian : 1. Taraf uji signifikansi (a) = 0,05 2. Dengan d.f = n-4 3. Nilai t-tabel = 1,688 4. Perhitungan t-hitung = 0,431

4. Perhitungan t-hitung = 0,431 5. Gambar pengujian Dari hasil perhitungan t-hitung (0,431) < t-tabel (1,688) tingkat signifikansi 0,05, dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh positif yang signifikan antara kompensasi terhadap kinerja pegawai. 3.2.b. Pengujian Hipotesa 2 : tingkat pendidikan (X2) terhadap kinerja pegawai (Y) Ho : = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap kinerja pegawai Ha : 0, berarti ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap kinerja pegawai Kriteria pengujian : 1. Taraf uji signifikansi (a) = 0,05 2. Dengan d.f = n-4 3. Nilai t-tabel menunjukkan = 1,688 4. Perhitungan t-hitung = 0,021 5. Gambar pengujian :

Dari hasil perhitungan t-tabel (1,688) > t-hitung (0,021) pada taraf signifikansi 0,05, dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima. Maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap kinerja pegawai. 3.2.c. Pengujian Hipotesa 3 : lingkungan kerja (X3) terhadap kinerja pegawai (Y) Ho : = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai Ha : 0, berarti ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai Kriteria pengujian : 1. Taraf uji signifikansi (a) = 0,05 2. Dengan d.f = n-4 3. Nilai t-tabel menunjukkan = 1,688 4. Perhitungan t-hitung = 3,190 5. Gambar pengujian :

Dari hasil perhitungan t-hitung (3,190) > t-tabel (1,688) pada taraf signifikansi 0,05, dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai. 3.3. Uji F Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh kompensasi, tingkat pendidikan dan lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai. Ho : = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara kompensasi, tingkat pendidikan dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai. Ha : 0, ada pengaruh positif yang signifikan antara kompensasi, tingkat pendidikan dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai. Kriteria pengujian : 1. Taraf uji signifikansi (a) = 0,05 2. Dengan d.f = ( n k - 1 ) = 36 3. Nilai t-tabel menunjukkan = 3,2594 4. Nilai t-hitung menunjukkan = 4,254 5. Gambar pengujian

Dari hasil perhitungan F-hitung (4,254) > F-tabel (3,259) pada taraf signifikansi 0,05, dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara kompensasi, tingkat pendidikan dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai. 3.4. Koefisien Determinasi Nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,200 yang artinya besarnya pengaruh kompensasi, tingkat pendidikan dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai di DPKD Kota Semarang adalah 20 %, sedangkan sisanya 80 % dipengaruhi oleh faktor lain. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara parsial variabel kompensasi dan variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh pada variabel kinerja pegawai, terbukti t-hitung < t-tabel, sedangkan variabel lingkungan kerja dari perhitungan disimpulkan ada pengaruh terhadap kinerja pegawai (t-hitung > t-tabel) pada taraf signifikansi 0,05. Secara simultan ke 3 variabel (kompensasi, tingkat pendidikan, lingkungan kerja) berpengaruh terhadap kinerja pegawai, terbukti F-hitung > F-tabel pada taraf 0,05. 1. Kompensasi (X1) Kompensasi tidak memberikan pengaruh pada kinerja pegawai di DPKD Kota Semarang, karena sebagian besar pegawai menganggap bahwa tunjangan (kompensasi) adalah hal yang

wajar diterima pegawai, bahkan sebagian berpendapat bahwa tunjangan yang diterima selama ini tidak memuaskan, namun demikian kinerja pegawai cukup tinggi. 2. Tingkat Pendidikan (X2) Demikian juga tingkat pendidikan tidak berpengaruh pada optimasi kinerja pegawai di DPKD Kota Semarang 3. Lingkungan Kerja (X3) Lingkungan kerja memberikan pengaruh pada optimasi kinerja pegawai di kantor DPKD Kota Semarang, karena pegawai menghendaki lingkungan kerja yang mendukung pada proses kerja yaitu pengaturan tata ruang, tata cahaya, tata letak yang tetap yang dapat menimbulkan keleluasaan bergerak, kenyamanan berada dalam kantor dan kelancaran dalam menyelesaikan tugas pekerjaan. 4. Pengaruh Kompensasi, Tingkat Pendidikan, Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kompensasi, Tingkat Pendidikan dan Lingkungan Kerja secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai di DPKD Kota Semarang, hal ini dikarenakan gaji yang diterima dapat mencukupi kebutuhan hidup para pegawai, pemberian beban pekerjaan pada pegawai sesuai dengan ketrampilan atau tingkat pendidikan, demikian juga penataan ruang yang baik akan menciptakan kenyamanan dan keleluasaan aktivitas pegawai di dalam menjalankan tugas, diharapkan akan tercapai tingkat efektivitas dan efisiensi kerja, serta pengaturan tata cahaya dalam ruangruang kantor, akan menciptakan kenyamanan dan kejelasan bagi pegawai untuk bisa menterjemahkan dan mengerjakan pekerjaan dalam bentuk tulisan; diharapkan akan tercapai tingkat efektivitas dan efisiensi pekerjaan. Begitu juga penataan tata letak kantor dan ruang-ruang kantor akan tercipta suasana ketenangan bagi pegawai untuk bisa berkonsentrasi penuh dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari diharapkan dengan kemampuan konsentrasi tinggi dapat tercapainya tingkat efisiensi dan efektivitas pekerjaan. Pencapaian tingginya efisiensi dan efektivitas adalah gambaran dari tingginya kinerja pegawai.

SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, maka yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut : 1. Hipotesis pertama yang menyatakan diduga ada pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Semarang ditolak, dikarenakan nilai koefisien regresi lebih kecil dari t-tabel (0,431 < 1,688) pada taraf signifikansi 0,05 berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel kompensasi terhadap kinerja pegawai di Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Semarang. 2. Hipotesis kedua yang menyatakan diduga ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Semarang ditolak, terbukti nilai koefisien regresi lebih kecil dari nilai tabel (0,021 < 1,688) pada taraf signifikansi 0,05, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable tingkat pendidikan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Semarang. 3. Hipotesis ketiga yang menyatakan diduga ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Semarang diterima, dibuktikan nilai t-hitung lebih besar dari nilai ttabel (3,190 > 1,688), berarti ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai di Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Semarang. 4. Hipotesis ke empat yang menyatakan diduga ada pengaruh yang signifikan antara kompensasi, tingkat pendidikan, lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Semarang diterima, terbukti nilai Fhitung lebih besar dari nilai F-tabel (4,254 > 3,259), pada taraf signifikansi 0,05; berarti ada pengaruh yang signifikan antara kompensasi, tingkat pendidikan, lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai di Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Semarang. 2. Saran 1. Terbukti tidak adanya pengaruh antara variabel kompensasi dan tingkat pendidikan terhadap kinerja pegawai, barangkali untuk dapat mengoptimalisasi kinerja pegawai perlu adanya peninjauan aturan pemberian kompensasi serta pemberian kesempatan bagi para pegawai di lingkungan DPKP Kota Semarang.

peninjauan aturan pemberian kompensasi serta pemberian kesempatan bagi para pegawai di lingkungan DPKP Kota Semarang. 2. Sangat berharap akan ada penelitian tentang kinerja pada DPKP Semarang yang dianalisis dengan variabel yang lain selain variabel Kompensasi, Tingkat Pendidikan dan Lingkungan Kerja DAFTAR PUSTAKA Ahzari, Agus. 1979. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi, Yogyakarta : BPFE. Dajan, Anto. 1983. Pengantar Metode Statistik Jilid I, Jakarta : LP3ES 1984. Pengantar Metode Statistik Jilid II. Jakarta : LP3ES. Donald R. Cooper dan C. William Emory, 1996, Metode Penelitian Bisnis, Jakarta : Erlangga. Gellermen. Saul W. 1984. Motivasi dan Produktivitas, Jakarta : PT. Pustaka Binaman Presindo, Ghozali. Imam. 2001. Aplikasi Analisa Multivariate Dengan Program SPSS, Jakarta : Erlangga. Gujarati. Demodar; Zain. Sumarno. 2002. Ekonometrika Dasar, Jakarta : Erlangga. Handoko. Hani. 1989. Manajemen, Yogyakarta : BPFE. Kartini. Kartono. 1985. Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan dan Industri, Jakarta : CV. Rajawali. Kussriyanto. Bambang. 1994. Meningkatkan Produktivitas Karyawan, Jakarta : Seri Manajemen. Maskuri, 2000, Kebijaksanaan dan Langkah-Langkah Pembangunan Pendidikan, Jakarta : Prisma. Moekijat. 2001. Manajemen Personalia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. M. Steer, Richard. 1995. Efektivitas Organisasi, Jakarta, Erlangga. Nasir. Moh. 1988. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia Nitisemito. Alex. S. 1988. Manajemen Personalia, Jakarta : Ghalia Indonesia Notoatmodjo, Soekadijo, 1992. Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta : Rineka Cipta. Prawirosentono, Suyudi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan, Kiat Membangun Organisasi Kompetitif, Yogyakarta, BPFE. UGM. Sarwoto. 1977. Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, Jakarta : Ghalia Indonesia

Siswanto. Bedjo. 1987. Manajemen Tenaga Kerja, Bandung : Sinar Baru. Soegiyastuti, Janti. 2000. Hubungan Kompensasi dan Lingkungan Kerja dengan Produktivitas Kerja Pada PT. Jamu Jago Semarang, Semarang; Hasil Penelitian Sudjana. 1989. Statistik Untuk Ekonomi dan Niaga II, Bandung : Tarsito Sugiono. 1997. Statistik Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta. Suharsini. Arikunto.1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta. Wijaya. Ir. 2000. Statistik Non Parametrik, Bandung : Alfabeta Winardi. 1994. Konflik Perubahan dan Pengembangan, Bandung : CV. Mandar Maju.

Meningkatkan Kualitas Muatan Lokal Pilihan Sekolah Melalui Peran Kepala SekolahGuru Dalam Menyusun Program Sebagai Perwujudan Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi Oleh : Amos Musadi, S.Pd Abstraksi Muatan Lokal merupakan mata pelajaran yang diberikan kepada anak didik untuk mengembangkan pengenalan terhadap daerah sekitar lingkungan sekolah. Pembelajaran Mulok dikelompokkan dalam Mulok wajib dan Mulok pilihan sekolah. Pembelajaran Mulok belum memenuhi harapan karena sering diganti dengan mata pelajaran lain. Mulok pilihan sekolah paling tertingggal karena sulitnya menyusun program, langkanya buku sumber. Tujuannya meningkatkan apresiasi Kepala Sekolah dan Guru terhadap Mulok pilihan sekolah. Metoda yang digunakan untuk mengetahui permasalahan Mulok pilihan adalah pengamatan dan wawancara dengan rekan sejawat saat KKG. Hasilpembahasan, melaksanakan Mulok pilihan sekolah sesuai dengan alokasi waktu, anak didik tidak tercabut dari akar budaya bangsa. Simpulan hasil, Mulok pilihan sekolah memiliki nilai edukatif, mendekatkan sekolah dengan masyarakat, dan menempatkan peran Kepala Sekolah dan Guru. Saran yang diajukan, pelaksanaan tepat waktu, manfatkan nara sumber, dan berikan nilai angka kredit bagi yang telah membuat program. Kata kunci: Muatan lokal ( Mulok ), KBK, Kurikulum I. Pendahuluan Pendidikan sebagai usaha mencerdaskan bangsa diperlukan perangkat dan tingkatan / jenjang pelaksanaan yang berkelanjutan agar tujuan pendidikan tercapai secara menyeluruh. Perangkat dimaksud berupa lembaga lembaga yang menjalankan kebijakan pendidikan sebagai penjabaran Pendidikan Nasional. Implementasi ini terwujud dalam jenjang Pendidikan Dasar , Menengah, dan Tinggi. Setiap tingkatan pendidikan memiliki sasaran yang tertuang dalam Tujuan Institusional. Sekolah Dasar ( SD ) memiliki tujuan menyiapkan anak ke jenjang pendidikan SLTP

Sekolah Dasar ( SD ) memiliki tujuan menyiapkan anak ke jenjang pendidikan SLTP sebagai wujud pelaksanaan Program Wajib Belajar , atau menyiapkan bekal untuk terjun ke dalam masyarakat karena tidak melanjutkan pendidikan. Untuk mencapai Tujuan Institusional SD menggunakan instrumen berupa 9 mata pelajaran sebagai acuan program. Mata pelajaran itu meliputi: Pendidikan Agama, PPKN, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, Kertangkes, Penjaskes, dan Muatan Lokal ( Wahjosumidjo, 2001: 214 ). Tujuan yang akan dicapai setiap mata pelajaran dinamakan Tujuan Kurikuler. Mata pelajaran Muatan Lokal ( Mulok ) diberikan kepada anak didik untuk mengembangkan pemahaman akan daerah sekitar lingkungan sekolah. Mulok berfungsi memberikan peluang untuk mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan ( Wahjosumidjo, 2001: 213 ). Selanjutnya ditulis oleh Wahjosumidjo ( id ) , bahwa Mulok yang diberikan dapat berupa bahasa daerah, Bahasa Inggris, kesenian daerah, kerajinan daerah, pengetahuan berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar , serta hal-hal lain yang dianggap perlu oleh sekolah atau daerah yang bersangkutan. Dalam struktur program Kurikulum 1994 beserta Suplemennya, alokasi waktu Mulok meliputi: Kelas I = 2 , II=2, III= 4, IV=5, V=7, dan VI=7 jam pelajaran. Dinas Pendidikan Kota Semarang mengimplementasikan Mulok dalam kelompok Mulok Wajib dan Mulok Pilihan. Mulok wajib tingkat Propinsi berupa Bahasa Daerah Jawa, Mulok tingkat Kota berupa Kepedulian Diri Sendiri dan Lingkungan ( KPDL ). Sedang Mulok pilihan menjadi otonomi sekolah untuk menentukan sendiri bentuk dan macamnya sesuai dengan kedekatan sekolah degan lingkungan.

Mulok pilihan sekolah disesuaikan dengan kondisi perikehidupan yang ada dan berkembang di tengah masyarakat tempat sekolah itu berada. Hal ini berakibat pada lahirnya keanekaragaman Mulok pilihan sekolah . Tiap unit SD melaksanakan Mulok pilihan sekolah yang berbeda. Kondisi ini dimungkinkan berkembang karena berlakunya desentralisasi pendidikan dan otonomi sekolah. Metoda yang digunakan untuk menjawab permasalahan pokok Mulok pilihan sekolah dengan menggunakan pengamatan 5 SD yang ada di Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Semarang Barat secara sepintas, melalui kegiatan KKG dan wawancara kecil-kecilan terhadap rekan-rekan guru. Kelemahan yang dihadapi , sekolah dalam menentukan bentuk Mulok pilihan sekolah hanya untuk memenuhi pertanyaan apa. Artinya, Kepala Sekolah dan Guru dalam menentukan bentuk Mulok pilihan sekolah mengambil dari bentuk aktifitas kehidupan masyarakat tanpa memberikan pengkajian yang mendalam. Demikian pula lemahnya kompetensi Kepala Sekolah Guru dalam memahami kurikulum Mulok pilihan sekolah dalam bentuk konsep, landasan filosofi, dan psikologis. Kelemahan ini terjadi karena kebiasan menggunakan perangkat dan materi kurikulum yang telah jadi sehingga kurang terpacu untuk mencipta sendiri; dan tingkat kompetensi yang belum tergali. Merencanakan, menyusun, dan mengimplementasikan rancangan program Mulok belum menjadi tradisi stakeholder pendidikan. Para pelaksana lapangan lebih disibukkan pada kegiatan rutin yang kurang memberi kesempatan untuk mengembangkan sebagaimana kebiasaan yang terjadi pada negara lain. Kegiatan riset dan pengembangan tentang dunia pendidikan belum mendapat tempat. Riset hanya dianggap sebagai kegiatan yang wajib bagi lembaga Perguruan Tinggi. Persoalan ini menyebabkan lambatnya pembaharuan dan

bagi lembaga Perguruan Tinggi. Persoalan ini menyebabkan lambatnya pembaharuan dan penemuan yang banyak tersebar pada institusi pendidikan SD. Termasuk di dalamnya Mulok pilihan sekolah lebih disebabkan persoalan dari pada kebutuhan pengembangan. Akibat yang timbul : (1) guru mengalami kesulitan dalam menentukan tujuan kurikuler, (2) guru mengalami kesulitan mengatasi batasan-batasan bahan ajar, (3) guru mengalami kesukaran dalam mengembangkan bahan ajar. Keputusan yang harus diambil untuk menentukan bahan Mulok pilihan sekolah seharusnya memenuhi pertanyaan bagaimana. Maksudnya, penentuan pilihan Mulok pilihan Sekolah harus dikaji dalam segi nilai-nilai, tradisi, kepercayaan, dan kekuatan lain yang berpengaruh terhadap bentuk dan kualitas pendidikan yang akan diberikan sekolah kepada anak didik. Landasan tersebut berupa filosofi, psikologis, dan historis ( Ansyar, 1991: 20 ). Dengan menyiapkan Mulok pilihan sekolah secara matang akan mempermudah guru dalam menentukan batasan tujuan dan pengembangannya. Masalah yang akan diungkap dalam bahasan ini adalah, bagaimana meningkatkan kualitas Mulok pilihan sekolah dan meningkatkan peran Kepala Sekolah Guru dalam menyusun program Mulok ? Adapun tujuan yang akan dicapai dalam tulisan ini: Pertama, meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dan guru dalam menyusun dan menentukan Mulok pilihan sekolah. Kedua, menambah wawasan Kepala Sekolah dan guru untuk menggali dan meningkatkan mutu pembelajaran Mulok pilihan sekolah. Ketiga, menentukan alternatif pengganti terhadap bahan ajar Mulok pilihan sekolah yang dirasa kurang up to date.

II. Kajian teori. Berkaitan dengan permasalahan yang akan dijawab diperlukan landasan berpikir untuk memenuhi pertanyaan pada pokok permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, kajian teori dipaparkan untuk mendapatkan diskripsi yang jelas tentang seputar Mulok pilihan sekolah beserta perangkatnya. 1. Mulok di Sekolah Dasar. Mulok merupakan sejumlah pelajaran yang diajarkan kepada siswa untuk mengembangkan potensi di daerah. Tambunan ( 1994: 329 ) mendifinisikan Mulok sebagai program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkunga sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah yang perlu diajarkan kepada siswa. Berdasarkan difinisi tersebut, Mulok memiliki ciri-ciri menjadi bagian dalam warga sekolah, kedekatakan dengan sekolah, potensi daerah yang memiliki ciri khas. Dalam pelaksanaannya dikenal Mulok wajib dan Mulok pilihan. Mulok wajib harus diberikan berdasarkan ketentuan tingkat Propinsi dan tingkat Kota / Kabupaten. Mulok pilihan pelaksanaannya berdasarkan pilihan sekolah. Mulok pilihan sekolah artinya pemanfaat alokasi waktu mata pelajaran Mulok berdasarkan pada unit sekolah yang akan memilih bahan ajar sesuai dengan kehidupan lingkungan sekolah berada. SD yang berada di pesisir pantai dapat memilih Mulok sekolah tentang periknan laut atau nelayan. SD yang berada di lereng bukit dapat memilih Mulok berupa pertaniaan. Dengan demikian tiap unit sekolah miliki mulok pilihan yang tidak sama. 2. Kurikulum Berbasis Kompetensi di Sekolah Dasar.

2. Kurikulum Berbasis Kompetensi di Sekolah Dasar. Secara umum, kurikulum dipahami sebagai sejumlah mata pelajaran yang diberikan pada anak didik. Lebih tegas lagi, Ansyar ( 1984: 19 ) mendifinisikan kurikulum sebagai konstan atau isi pelajaran yang akan diajarkan atau dipelajari peserta didik. Kompetensi dasar pendidikan meliputi mambaca, menulis, dan berhitung. Sedang kompetensi tamatan SD adalah memiliki pengetahuan, nilai dan sikap, kemampuan melaksanakan tugas atau mempunyai kemampuan untuk mendekati dirinya dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan kebutuhan daerah perlu dipelajari serta mempunyai kemampuan dasar baca, tulis, dan berhitung ( Suriamihardja, 1994:10 ). 3. Peran Kepala Sekolah dan Guru di Sekolah Dasar. Kepala Sekolah selaku pimpinan memiliki wewenang dan tanggung jawab terhadap sekolah yang dipimpinnya. Kepala Sekolah berfungsi sebagai manajer, supervisor, dan administrator. Sebagai pimpinan, Kepala Sekolah didifinisikan : seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2001: 83 ). Guru merupakan tenaga kependidikan yang keseharian berhadapan langsung dengan anak didik. Dalam tugasnya, guru dibekali ilmu pendidikan sehingga memiliki kemampuan profesional. Guru profesional, seorang guru yang mempunyai keahlian, tanggung jawab, mempunyai rasa kejawatan dan berjanji akan mengabdikan dirinya dan selalu berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan profesinya. Sedang

Dalam hubungannya dengan guru, Kepala Sekolah merupakan teman sejawat yang memiliki tanggung jawab sama dalam berperan untuk memajukan pendidikan. Kepala Sekolah berkewajiban menciptakan hubungan yang sebaik-baiknya dengan guru, staf dan siswa sebagi esensi kepemimpinan adalah kepengikutan. III. Pembahasan. Mulok sebagai mata pelajaran dalam Kurikulum 1994 merupakan suatu kebutuhan dalam dunia pendidikan agar siswa memahami lingkungan sekolah beserta masyarakatnya. Hubungan ini membentuk lingkungan pendidikan. Mulok berisi bahan ajar yang menentukan keunikan daerah. Dalam penyajian kepada siswa memerlukan proses belajar-mengajar yang khas pula ( Nasution, 1993: 5 ). Ini dilakukan agar bahan ajar yang disampaikan menarik, menyenangkan bagi anak bukan sebaliknya. Mulok tidak lagi menjadi mata pelajaran kelas dua, tetapi memiliki kesejajaran dengan mata pelajaran lain. Dan, alokasi waktu yang tersedia dimanfaatkan secara optimal, tidak hilang diganti pelajaran lain seperti yang telah diduga. Pelaksanaan struktur program Mulok terbagi atas Mulok wajib dan Mulok pilihan. Mulok wajib diisi untuk tingkat Propinsi berupa Bahasa Daerah, tingkat Kota berupa KPDL. Mulok pilihan sekolah disesuaikan dengan lokasi sekolah, di mana terdapat sendi perikehidupan yang berkembang dan hidup serta layak untuk dikembangkan karena memiliki nilai edukatif. Implementasi Mulok menunjukkan bahwa belum memposisikan Mulok sebagai mana mestinya. Artinya, Mulok masih dianggap mata pelajaran kelas dua, sering dikesampingkan, terbukti jam-jam Mulok dimanfaatkan pelajaran lain walau sudah tersedia GBPP dan buku materi ajar.

Lebih parah lagi keberadaan Mulok pilihan sekolah yang beraneka ragam dalam penyajiannya kurang memenuhi standar minimal sebuah mata pelajaran. Kekurangan ini ditunjukkan pada tak adanya bentuk program pengajaran, sulitnya mencari buku sumber yang sesuai, kurang pemahaman Guru dan Kepala Sekolah pada Mulok pilihan, sulitnya mencari nara sumber yang ahli pada bidangnya, lemahnya stakeholder untuk menggeluti Mulok pilihan sekolah , dan tumbuhnya pemahaman bahwa Mulok pilihan merupakan mata pelajaran yang tidak bermanfaat Pemecahan terhadap hambatan dimaksud diperlukan untuk menghidupkan kembali semangat pelaksanaan pendidikan agar melaksanakan Mulok pilihan sesuai alokasi waktu yang tersedia pada struktur program Kurikulum 1994. Langkah yang diperlukan untuk memposisikan Mulok pilihan sekolah Agar sejajar dengan mata pelajaran lain adalah : 1. Kepala Sekolah dan Guru menyusun program Mulok pilihan sekolah dengan memperhatikan kedekatan sekolah dengan masyarakat. Dengan mendekatkan sekolah-masyarakat akan mudah mencari nara sumber yang diperlukan. 2. Program disusun berdasarkan azas-azas kurikulum seperti filosofis, psikologis, sosiologis, dan historis. Mulok pilihan sekolah disusun berdasarkan filsafat bangsa yakni Pancasila; memperhatikan tingkat perkembangan anak; mengembangkan budaya masyarakat; memiliki nilai sejarah bagi perkembangan dan kemajuan bangsa. 3. Rumusan Mulok pilihan memperhatikan sturtur yang ada, seperti tujuan kurikuler, institusional umum, pokok bahasan, alokasi waktu, materi dan metoda. 4. Segera membuat program Mulok pilihan dan tidak ditunda.

Pelaksanaan Mulok pilihan secara runtut, sistematis, berkelanjutan akan mengembangkan poensi daerah. Perikehidupan yang berciri khas daerah akan tumbuh dan ter-proteksi dari kepunahan. Dengan demikian anak didik tidak tercabut dari akar budaya bangsa. Keputusan tehnis kependidikan memberi ruang unit sekolah mengembangkan diri sesuai keberadaab lingkungan dimana sekolah berada, adalah bagian dari Muatan Lokal yang harus jadi bagian dalam proses pendidikan sekolah dimaksud dan harus diadakan. Kedekatan sekolah terhadap lingkungan sekitar memperjelas bahwa telah terjadi rasa peduli pihak sekolah dengan kehidupan yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian napas kehidupn sekolah tak tercabut dari akar masyarakat. Mulok sebagai organisasi mata pelajaran lebih bersifat terbuka untuk menampung option materi ajar yang memiliki nilai edukatif bagi perkembangan anak didik. Tentu saja tidak semua apa yang ada boleh masuk di dalamnya. Dengan menggunakan skala sasaran, seandainya di masyarakat sekitar sekolah terinventaris 2 atau 3 model kegiatan perikehidupan maka penentuannya diambil dari apa yang paling menonjol. Misal, masyarakat Kelurahan Tawang Mas, Kecamatan Semarang Barat sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan. Disini ditemukan pula sentra produksi ikan asin dan pembuatan terasi, ada pula kegiatan kerajinan pembuatan jala dan wuwu untuk menangkap ikan, dan perbengkelan motor karena dekat pula dengan alur jalan raya. Dengan paparan data ini tentu saja sekolah terdekat sudah berkewajiban mengangkat salah satu perikehidupan yang ada dijadikan bahan ajar Mulok. Pembuatan ikan asin, terasi, dan kerajinan wuwu atau jala dapat jadi satu paket pembelajaran yang perlu diangkat bagi sekolah dibanding pilihan Mulok lain. Persoalan akan muncul manakala sekolah mengangkat materi ajar Mulok melebihi lintas batas wilayah sekolah. Banyak kasus ditemukan, penentuan Mulok pilihan sekolah oleh stokeholder pendidikan lebih dititikberatkan pada kesenangan pihak sekolah. Akibatnya, ditemukan perwajahan

pendidikan lebih dititikberatkan pada kesenangan pihak sekolah. Akibatnya, ditemukan perwajahan materi ajar Mulok tidak mencerminkan kandungan keberadaan lingkungan sekitar sekolah. Maka ditemukan sekolah dilingkungan nelayan mempelajari kerajinan mebel, lingkungan perkebunan mempelajari peternakan, dan lingkungan pertanian mempelajari bahasa asing. Pilihan tersebut memang tidak salah. Hal ini lebih disebabkan tidak dibakukannya pemahaman tentang Mulok. Multi tafsir Mulok mengahsilkan beragan jenis muatan bahan ajar. Untuk itu diperlukan redifinisi Mulok agar tepat pada sasaran. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, lokal artinya setempat (Poerwodarminto, 1984: 605). Oleh karena itu, daerah setempat mau-tidak-mau, suka-tidak-suka harus jadi orientasi bahan ajar Mulok pilihan sekolah. Memasuki Kurikulum Berbasis Kompetensi, sekolah perlu mengembangkan diri, termasuk di dalamnya mengembangkan Mulok pilihan sekolah yang dapat dijadikan kebanggaan sekolah dalam berkompetensi mutu dengan unit SD lainnya. Pengembangan Mulok pilihan sekolah memberi manfaat nilai tambah bagi stakeholder dan bahan saji Mulok pilihan tidak usang tertinggal, tetapi terus di up grade untuk tetap up to date. Permasalahan yang muncul, sekolah dihadapkan pada satu pilihan diantara dua atau lebih model perikehidupan yang berlaku di lingkungan sekitar sekolah. Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit sekolah harus megambil begitu saja salah satu model kegiatan yang dijadikan bahan ajar. Keputusan tanpa pertimbangan masak berakibat pada proses KBM Mulok sekolah berlangsung tanpa arah dan tujuan yang pasti. Hal ini menyulitkan bagi program pembaharuan Mulok pilihan sekolah. Untuk itu diperlukan perencanan yang matang oleh komponen sekolah dalam menentukan model yang tepat agar Mulok pilihan sekolah keberadaannya dapat dipertanggungjawabkan dalam segi mutu, kebutuhan masyrakat, dan nilai-nilai edukatif. Penyusunan rencana Muatan Lokal Sekolah juga kurikulum pada umumnya harus mencakup prinsip-prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, efektifitas (Nana, 2000: 150). Prinsip

Penyusunan rencana Muatan Lokal Sekolah juga kurikulum pada umumnya harus mencakup prinsip-prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, efektifitas (Nana, 2000: 150). Prinsip relevansi artinya penyusunan Kurikulum Muatan Lokal Sekolah harus menyesuaikan dengan kebutuhan, tuntutan, dan perkemangan masyarakat. Prinsip fleksibilitas artinya dapat mengantarkan anak didik dalam kehidupan sekarang dan akan datang, di sini dan tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Prinsip kontinuitas berarti pembelajaran yang disampaikan merupakan bentuk yang berkelanjutan , tidak terputus, pengalaman yang diperoleh merupakan bentuk berkesinambungan sesuai tingkat usia dan tingkatan kelas. Proses KBM mempermudah anak dalam mengikuti, baik menggunakan peraga sederhada maupun modern dan memiliki nilai praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dikatakan efektif jika tepat mengenai sasaran pada tujuan yang akan diraih. Dasar psikologis ajar Mulok pilihan sekolah tidak berbeda dengan pelajaran lain. Latar belakang dipilihnya bentuk Mulok pilihan sekolah didasarkan pada kebutuhan sekolah, kedekatan , kesatuan masyarakat terhadap sekolah, dan kemungkinan tindak lanjut perkembangannya. Sekolah membutuhkan jenis mulok pilihan, karena keberadaannya tidak berseberangan dengan sekolah melainkan memiliki daya dorong dan dukung kepada sekolah sehingga bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan pendidikan pada tingkat mikro. Kedekatan masyarakat dengan sekolah menggambarkan suatu simbiosis mutualisme. Sekolah diuntungkan dalam kemudahan mengakses pengetahuan yang tersedia pada lingkungan terdekat. Masyarakat dapat memperoleh informasi inovatif sebagai hasil pengamatan langsung dunia pendidikan. Dengan demikian terjadi umpan balik diantara kedua belah pihak dan saling menguntungkan. Derasnya pengaruh global berdampak pula pada Mulok pilihan sekolah. Mulok pilihan sekolah akan menjadi tidak menarik lagi, tradisional oriented, serta mengalami ketertinggalan manakala tidak

Derasnya pengaruh global berdampak pula pada Mulok pilihan sekolah. Mulok pilihan sekolah akan menjadi tidak menarik lagi, tradisional oriented, serta mengalami ketertinggalan manakala tidak terlihat tanda-tanda munculnya inovasi. Inovasi ini diperlukan untuk menjawab permasalahan akan ketertinggalan dan merelokasikan kembali Mulok agar tampil lebih segar serta menarik. Tampilan baru yang muncul menambah bobot dan kedalaman bahan ajar. Dalam menejemen mutu memenuhi standar kualifikasi kebutuhan para penikmat pendidikan, dalam hal ini stake holder dunia pendidikan. Kondisi di atas jika diteropong melalui model MBS telah memenuhi salah satu prinsip peningkatan mutu. Mutu pendidikan sebagai tuntutan untuk mengimbangi kemajuan teknologi yang pesat. Masyarakat merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan sangat memahami, bahwa pendidikan bermutu mampu menjawab dan mengantisipasi berbagai tantangan. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah sebagai institusi tempat masyarakat berharap tentang kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang ( Nanang, 2000: 3 ). Mutu pendidikan dapat berkembang optimal perlu adanya kebebasan para pengelola sekolah untuk berimprovisasi sesuai dengan kerangka Tujuan Pendidikan Nasional. Dengan mengacu pada kerangka yang ada, pertumbuhan dan perkembangan pembaharuan tidak lepas tanpa arah; melainkan menunjukkan semakin mantapnya arah perkembangan yang menuju pada peningkatan kualitas. Untuk itu perlu perubahan sikap pengelola sekolah / kelas untuk memiliki sikap dinamis terhadap pembaharuan yang telah menjadi suatu kebutuhan. Sultinya menggiring sikap dinamika kinerja yang semula dibingkai oleh sistem nilai yang baik dan benar adalah seragam , sementara sekarang harus membalik paradigma menjadi yang baik dan benar adalah yang berbeda (Prihatin, 2000 ). Salah satu sikap dinamik itu dapat ditunjukkan pada keberanian para Kepala Sekolah Guru memberikan penilaian terhadap tujuan kurikuler, keluasan bahan, kesesuaian, tingkatan kelas,

Salah satu sikap dinamik itu dapat ditunjukkan pada keberanian para Kepala Sekolah Guru memberikan penilaian terhadap tujuan kurikuler, keluasan bahan, kesesuaian, tingkatan kelas, dan sasaran yang lebih luas tercapainya tujuan pendidikan. Untuk memiliki kompetensi secara khusus terhadap Mulok pilihan sekolah diperlukan pengetahuan, pegalaman , dan sikap profesional. Kinerja pokok Kepala Sekolah Guru merupakan personal yang memiliki tanggung jawab terhadap kemungkinan pemilihan, perubahan, dan penggantian terhadap Mulok pilihan sekolah. Kepala sekolah dan Guru merupakan personal pendidikan yang masing-masing memiliki wewenang dan tugas di sekitar ruang lingkup pendidikan. Selaku tenaga profesional, kompetensi yang dimiliki sangat menentukan terhadap jalannya pendidikan tingkat mikro. Demikian pula jam terbang yang dimiliki mewarnai pengalaman yang sangat berguna bagi pengembangan prestasi dalam meniti karier. Secara umum, adalah bukan merupakan kemampuannya untuk menyusun kurikulum Mulok pilihan sekolah. Berlangsungnya Mulok Sekolah berdasarkan pilihan yang diputuskan secara sepihak oleh kepala sekolah ataupun hasil kolaburasi dengan guru. Hal ini disebabkan belum terbiasanya sikap untuk mencipta dan terbiasanya sikap hanya memakai yang telah ada, serta rendahnya kompetensi untuk menentukan bentuk kurikulum Muatan Lokal. Untuk itu perlu dikembangkan sikap kreatif dan daya cipta untuk memahami cara menyusun Program Mulok Pilihan Sekolah. Kemampuan ini dapat digali melalui kegiatan pelatihan, penataran, lokakarya, serta reaktualisasi pemahaman terhadap kurikulum. Konsideran nilai praktis menyusun program Mulok pilihan sekolah dapat mengacu pada GBPP yang ada. Penyusunan Mulok pilihan sekolah memperhatikan format yang tersedia. Isinya meliputi tujuan kerikuler yang dikehendaki sebagai sasaran pencapaian, alokasi waktu yang diperlukan ( 1-3 jam ), pokok bahasan serta topik bahan ajar. Proses penilaian berlangsung setelah selesainya beberapa bahasan yang berhasil ditelaah. Faktor kesulitan yang tinggi membawa kecenderungan untuk menjauhkan diri dari

Faktor kesulitan yang tinggi membawa kecenderungan untuk menjauhkan diri dari pembuatan kurikulum Mulok pilihan sekolah. Lebih mudahnya menggunakan secara terus-menerus program yang telah ada. Kelemahan ini dapat dipecahkan dengan cara mendatangkan nara sumber yang ahli dalam bidangnya untuk memberikan bekal praktis cara menyusun Mulok pilihan sekolah. Tindak lanjut pembekalan adalah menyusun Mulok pilihan sekolah yang dikehendaki. Untuk lebih meningkatkan hasil diperlukan pembanding antar unit sekolah yang memiliki mulok sama ataupun berbeda. Untuk itu diperlukan analisis pemahaman bagi pelaksana kelas. Lewat analisis mulok dapat disimpulkan faktor pendukung dan penghambat yang muncul. Dengan meningkatkan kualitas pemahaman faktor pendukung serta mengatasi faktor penghambat akan meningkatkan keahlian dalam menyusun Mulok Evaluasi diperlukan untuk mengetahui tingkat kelayakan pada Mulok pilihan sekolah yang telah berjalan. Kesemuanya itu membutuhkan hubungan sinerji antar Kepala Sekolah dan guru. Melalui penilaian secara terus-menerus dan berkelanjutan , perbaikan yang dilakukan akan membawa hasil. Hasil ini terlihat pada semakin bervariatif squen Mulok pilihan sekolah antar unit lembaga , sehingga sekolah tidak lagi monoton tetapi beragam jenis mulok yang ada , serta memberi warna tersendiri bagi tiap sekolah.

IV. Penutup Telaah singkat tentang Mulok pilihan sekolah mengingatkan para Kepala Sekolah dan guru untuk tidak lagi memandang Mulok sebagai pelajaran kelas dua, tetapi memiliki kesejajaran dengan mata pelajaran lain. Sikap ini berpengaruh besar pada siswa untuk tidak menganggap kurng pentingnya Mulok pilihan sekolah. Mulok Sekolah bersikap terbuka. Ini untuk menghindari perubahan , penggantian, atau pembaharuan orientasi bahan ajar agar sesuai dengan kemajuan jaman. Sumber Mulok perlu digali secara terus-menerus dan tidak akan habis, karena orientasi Mulok

digali secara terus-menerus dan tidak akan habis, karena orientasi Mulok merupakan bagian kehidupan yang ada di tengah masyarakat. Melalui tindakan berkelanjutan akan membawa kelengkapan program Mulok. Semakin mendekati tingkat ideal akan terlihat semakin baik. Baik dalam segi mutu, kedalaman bahan ajar, relevansi, serta kemungkinan perkembangan. Mulok Sekolah merupakan bagian dari mutu pendidikan. Berdasarkan paparan di atas, simpulan yang dapat diambil adalah : Pertama, Mulok pilihan sekolah memiliki kesejajaran dengan mata pelajaran lain. Kedua, menentukan Mulok pilihan sekolah harus mempertimbangkan kedekatan sekolah degan masyarakat. Ketiga, Kepala Sekolah dan Guru berperan sentral terhadap proses pengembangan Mulok pilihan sekolah. Berdasarkan paparan di atas, saran-saran yang dapat dikemukakan adalah: Pertama, manfaatkan alokasi waktu Mulok pilihan sekolah dengan tepat jangan sampai diganti mata pelajaran lain. Kedua, perlunya diberi tambahan nilai angka kredit bagi Kepala Sekolah dan Guru yang telah berhasil menyusun Program Mulok pilihan sekolah. Ketiga, manfaatkan nara sumber dari masyarakat untuk mengembangkan Mulok pilihan sekolah. Daftar Pustaka Ansyar, Moch. 1992, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Dirjen Dikti, Jakarta Depdikbud. 1996, Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan, Depdikbud, jakarta Fatah, Nanang. 2001, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi Pemberdayaan Sekolah Dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah, Andira, Bandung

Nasution. 1993, Pengembangan Kurikulum, Citra, Bandung Prihatin, Titi. 2000, Fisibilitas Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Dalam Persfektif Sosial Budaya, Majalah Ilmiah Edukasi:Jan-Apri 2000, Unnes, Semarang Sahartian. 1994, Profel Pendidikan Nasional, Andi, Yogyakarta Suramihardja, Basyumi. 1994, Kompetesi dan Karakteristik Tamatan Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, Grasuido, Jakarta Syaodih, Nana. 2000, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Rosda Karya, Bandung Poerwodarminta. 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Tambunan, Mananti. 1994, Persfektip Kurikulum Pendidikan Indonesia Pada Tahun 2005, Grasindo, Jakarta Wahjosumidjo. 2001, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritis dan Permasalahannya, Grafindo Persada, Jakarta Biodata Penulis: Amos Musadi, S.Pd: Kepala SD Negeri Pesantren, Kec. Mijen, Kota Semarang 1. Riwayat pendidikan: SPGN Semarang (1980), D-2 Unnes (2000), S-1 Prog PSD Unnes (2002). 2. Riwayat pekerjaan: Guru SD Negeri Krapyak 02 (1980), Guru SD Negeri Krobokan 02 (1984), Guru SD Negeri Anjasmoro 02 (1987), Kepala SD Negeri Bubakan 02 (2003), Kepala SD Negeri Pesantren (2005)

Jurnal Pendidikan ISWARA MANGGALA memberikan kesempatan seluas-luasnya dan mengajak semua kalangan pendidikan di Kota Semarang pada khususnya untuk mengirimkan tulisan-tulisan dalam bentuk Karya Ilmiah, Hasil Penelitian ataupun Kajian Ilmiah. Tulisan disusun dengan metode : 1. Judul 2. Abstrak ( bisa dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris ) 3. Kata kunci 1. Permasalahan 2. Uraian Isi secara teori 3. Uraian Isi tentang permasalahannya ( Pembahasan ) 4. Kesimpulan dan saran 1. Daftar Pustaka 2. Biodata Penulis 1. Merupakan karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan ke media lainnya 2. Ditulis dengan MS-Word 3. Jenis tulisan ( font ) : Arial 4. Tulisan dengan jarak 1,5 spasi 5. Jumlah halaman minimal 10 maksimal tidak dibatasi 6. Penyerahan naskah dalam bentuk print-out dan disket

Copyright 2005 Dicetak dan Diterbitkan oleh :

Kerjasama Dewan Pendidikan Kota Semarang, PGRI Kota Semarang dan Dinas Pendidikan Kota Semarang

Forum Pemberdayaan Tenaga Kependidikan Kota Semarang

You might also like