Professional Documents
Culture Documents
By Setia Wirawan
Coal Global
120
quadrillion Btu/year
100 80
60 40 20 0 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030
Global Market
Pertambangan batubara adalah industri global dimana coal telah digunakan di lebih dari 70 negara. Dunia saat ini mengkonsumsi batu bara sekitar 4050 Jt metrik ton. Batu bara digunakan diberbagai sektor termasuk pembangkit listrik, produksi besi dan baja, pabrik semen dan sebagai bahan bakar cair. Batu bara kebanyakan digunakan untuk alat pembangkit listrik batu bara ketel uap atau lignit atau produksi besi dan baja batu bara kokas.
Produksi batubara mengalami perkembangan yang signifikan dalam kurun waktu 20 tahun belakangan ini. Asia merupakan benua yang mengalami kemajuan terpesat sedangkan eropa mengalami penurunan produksi yang cukup tajam.
Produsen terbesar batubara dunia adalah AS, China, Australia, Afrika Selatan dan Indonesia.
Asia merupakan pasar batubara terbesar, terutama China dan India, dimana saat ini mengkonsumsi 54% dari konsumsi batu bara dunia. Jepang, Cina Taipei dan Korea, mengimpor batubara untuk membangkitkan listrik dan batubara kokas untuk produksi baja dalam jumlah yang besar. Bukan hanya kekurangan pasokan batubara yang membuat negaranegara mengimpor batu bara, tapi untuk memperoleh batubara dengan jenis tertentu. Contohnya penghasil batu bara terbesar seperti Cina, AS dan India, juga mengimpor batu bara karena alasan mutu dan logistik. Australia adalah pengekspor batu bara terbesar di dunia; mengekspor lebih dari 207 Jt antrasit di tahun 2003, dari jumlah total produksinya sebesar 274 Jt.
Transportasi batubara
Indonesia Coal
Pentingnya batubara dimasa depan bisa dilihat dari tabel tabel dibawah ini
Oil Consumption
Batubara
Batubara merupakan sumber energy fossil yang cukup melimpah dimiliki Indonesia. Penyebaran batubara di Indonesia hampir menyentuh seluruh propinsi. Meskipun terpusat (terbanyak) tersimpan di Kaltim dan Sumatra Utara. Ekploitasi batubara terus meningkat setiap tahunnya dan perusahaan perusahaan utama batubara dunia mulai melirik Indonesia.
UU Minerba no 4 Tahun 2009 merupakan salah satu upaya pemerintah dalam rangka menarik investor global di sektor coal mining.
Prospektivitas vs Eksplorasi
Dasar Hukum
Historical UU Pertambangan RI
1907 : Indonesische Minjnwt 1907
UU Pertambangan No 37 Prp Tahun 1960
Kewajiban Pemegang IUP dan IUPK Terkait dengan Pendapatan Negara dan Daerah
Pajak Penerimaan negara Bukan Pajak Pendapatan daerah
Pajak pajak yang menjadi kewenangan pemerintah sesuai UU perpajakan dan Bea masuk dan cukai
1.Iuran Tetap, 2. Iuran Eksplorasi, 3. Pajak Daerah, retribusi daerah dan Iuran Produksi. 4. Kompensasi data pendapatan lain sesuai aturan yang Informasi. Besarnya iuran produksi berlaku. tergantung dari skala tambang, level produksi dan harga komoditis. Selain itu khusus untuk pemegang IUPK wajib membayar sebesar 4 persen ke pemerintah pusat dan 6 persen ke pemerintah daerah dari keuntungan bersih sejak berproduksi. Pemegang IUP, IUPK dan IPR wajib membayar royalty pada negara dengan besaran tergantung pada kualitas batubara serta harga jual batubara dengan acuan Open PIT 3 % - 7 % dari harga jual. Underground 2% - 6 %.
Pemberi Ijin
Antar propinsi: Menteri ESDM, Antar Kabupaten: Gubernur, di dalam kabupaten dan kota Bupati /Walikota
Masa B erlaku
7 tahun (IUP eksplorasi). 20 Tahun IUP untuk IUP Produksi dan bisa diperpanjang sebanyak 2 kali masing masing 10 tahun.
7 tahun (IUP Eksplorasi). Tahap Produksi 20 tahun dan dapat diperpanjang 2 kali masing masing 10 tahun.
Pemegang IUP dan IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPK nya kepada pihak lain. Jangka waktu 7 tahun untuk ekplorasi meliputi PU 1 tahun, eksplorasi 2 tahun dan dapat diperpanjang 2 kali serta 2 tahun untuk studi kelayakan
Luasan Ijin
Eksplorasi IUPK maksimal 50.000 Ha. IUP Produksi IUPK maksimal 15.000 Ha
Diberikan kepada
Badan usaha berbadan hukum Indonesia (BUMN, BUMD dan swasta). Badan Usaha Negara dan Daerah mendapat prioritas dalam mendapatkan IUPK
Ketentuan lain yang mengikat para pemegang ijin Usaha adalah DMO (Domestik Market Obligation)
Luasan WIUP
Pemegang IUP Eksplorasi 5000 50.000 Ha. Pemegang IUP Produksi WIUP maksimal 15.000 Ha
1 WIUPK tahap eksplorasi maksimal 50.000 Ha. 1 WIUPK tahap produksi maksimal 15.000 Ha
Lelang
Badan Usaha swasta yang berminat bisa mengikuti lelangg WIUPK untuk mendapatkan IUPK
Pemohon menyampaikan surat permohonan kepada bupati atau walikota. Setelah sebelumnya pemerintah daerah menetapkan WPR yang diumumkan di kantor desa/keluarahan.
Satu Ijin Usaha Pertambangan baik IUP maupun IUPK hanya boleh untuk satu ijin satu perusahaan. Kecuali perusahaan yang sudah go public boleh memilih 2 ijin usaha pertambangan Pemegang IUP dan IUPK eksplorasi dijam in mendapatkan IUP dan IUPK Produksi sebagai kelanjutan dari kegiatan usahya pertambangan
2009
2008
2007
93,729,934.59
112,737,496.92 102,224,315.40
Kontribusi
Meskipun secara nasional kontribusi batubara masih relatif kecil namun secara regional kontribusi batubara bagi kaltim sangat besar terutama pada daerah daerah penghasil batubara. Lebih dari 70 persen APBD di daerah penghasil batubara bersumber dari eksploitasi batubara. Belum lagi dampak tak langsung yang dirasakan masyarakat Kaltim. Dimana usaha usaha terkait dengan tambang batubara tumbuh dengan pesat dan cukup banyak menyerap tenaga kerja lokal.
Lokal Berdaya
Pasca otonomi daerah dengan adanya pelimpahan kewenangan pusat ke daerah 'booming' pengusaha lokal mengurus perijinan KP mencapai puncaknya. Mudahnya perijinan dan tahapan proses perijinan yang bisa di shortcut membuat hampir semua ijin KP di Kaltim dimiliki para pengusaha lokal yang umumnya tidak memiliki latar belakang tambang.
Kedekatan dengan elite birokrasi menjadi salah satu sumber dominan atas penerbitan ijin KP. Bahkan cukup mudah dideteksi munculnya para broker ijin KP dari kalangan seputar elite birokrasi.
Akibatnya mudah ditebak, meskipun sebagian ijin KP dimiliki oleh pengusaha lokal namun dalam operasionalnya penambangan dilakukan oleh perusahaan2 yang cukup lama berkiprah ditambang. Owner KP duduk manis menerima Royalty fee
Kontraktor Tambang
Tidak hanya KP Owner , kontraktor tambang lokalpun semakin banyak jumlahnya paralel dengan makin banyaknya ijin KP yang diterbitkan pemerintah. Ada beberapa yang berkembang dengan pesat namun cukup banyak yang gulung tikar. Pemicu maraknya pengusaha lokal bergelut di tambang batubara salah satunya adalah terjadinya peralihan usaha dari kayu ke tambang menyusul makin menyempitnya usaha perkayuan.
Dari 50 kota/kabupaten yang disurvei pada tahun 2008 Samarinda IPK 5,03 berada di urutan 9 Balikpapan IPK 4,86 berada pada urutan 16 Tenggarong IPK 4,38 berada pada urutan 28 Survei dilakukan oleh
Kata Kunci
Usaha penambangan batubara merupakan satu dari sepuluh jenis usaha yang mampu memberikan return investasi yang cepat
Batubara merupakan sumber energi yang akan terus dikonsumsi produsen penghasil bahan kebutuhan manusia
Karenanya bisnis batubara tetap masih sangat prosfektif dan profiteble untuk terus dikembangan
Indentipikasi pekerjaan dan indentifikasi potensial lost jalan terbaik menghasilkan profit
Usaha penambangan batubara di KALTIM secara general dilakukan masih dengan cara tradisional. Ini bisa dilihat dari aplikasi manajemen perusahaan, aplikasi penambangan batubara, aplikasi trading dan aplikasi sumber daya manusia, aplikasi capital, aplikasi badgeting, aplikasi manajemen stockfile, aplikasi blending
2. Kegiatan Penambangan (Produksi) 3. Barging 4. Penjualan 5. Reklamasi 6. Pasca Tambang (Reklamasi final, sosialisasi, PHK karyawan)
Explorasi
Study Kelayakan Pembebasan lahan Market Riset (Penelitian pasar) Coal Preparation (Pengolahan batubara) Manajemen stocfile Coal Blending Coal Crushing Rehabilitation (rahabilitasi) Lingkungan Hidup
Pit Services Pumping (pompa) Road Contruction (kontruksi jalan) Lighting (lampu penerangan) Infrastucture Rehabilitation Reshaping Top Soil Spreading Coal Delivery Coal hauling (pengangkutan batubara) Barge/Ship Loading Coal Hauling
Biaya Kontraktor
Rata-rata Man Power Depreciation (penurunan) Fuel and Oil Consumables Tryee Drill and eksploitasi Spare path Overheads 2% 4% 29 % 14% 8% 13 % 30 % 35 %
JO (joint Operastion) merupakan bentuk kerjasama antar dua perusahaan yang berniat secara bersama-sama melakukan penambangan di areal tertentu.
TO (Take Over) merupakan peralihan seluruh saham atau sebagian saham. Pada TO pihak kedua bisanya tidak lagi memiliki keterikatan hukum dengan perusahaan miliknya terdahulu. Atau kalaupun ada prosentasenya sangat kecil dan tidak akan mempengaruhi atas jalannya perusahaan tersebut. Share Saham merupakan upaya pemilik konsesi untuk tetap menjadi pihak yang dominan dalam menjalankan usaha penambangan. Saham yang di-share biasanya jumlahnya dibawah 50 persen.
KEAMANAN INVESTASI
RETURN INVESTASI
Lama, karena verifikasi data kembali ke tahap awal Satu Sumber Pemasukan yakni selisih harga jual dengan biaya produksi
PROFIT
Sulit Diprediksi karena masih tergantung pihak Lebih cepat lain (owner). dibandingkan TO Terdapat potensi dan JO pemutusan hubungan kerjasama Satu Sumber Dimungkinkan Pemasukan: Harga Incame lebih dari jual-biaya satu sumber. Karena penambangan-fee bisa menjadi subkon KP Owner atau buyer
Problem Legalitas
Realitas
Cukup banyak investor baik lokal maupun asing yang membeli (Take Over) dengan pemilik KP Palsu. Untuk kasus seperti ini biasanya investor terkecoh dengan sikap pemilik KP yang ramah dan menawarkan KP dengan harga sangat murah dengan potensi yang luar biasa. Di Kaltim tidak sedikit pemerintah daerah setempat tetap menerbitkan KP Penambangan Eksplorasi, eksploitasi dan bahkan KP Penjualan dan Pengakutan (IUP Produksi) meskipun di kawasan tersebut jelas-jelas masuk kawasan hutan lindung, kawasan perkebunan sawit bahkan pemukiman masyarakat. Cukup banyak kerjasama (Joint Operation) di Kaltim yang tidak berjalan optimal sebagai akibat dari konflik internal yang berkepanjangan antar pemilik saham konsesi. Investor terlanjur berinvestasi tetapi penambangan tak kunjung bisa dilakukan. Relatif banyak investor di dalam dan luar negeri yang mengalami kerugian besar setelah mengambil alih (take over) tambang di Kaltim, akbat kekurang-cermatan dalam menganalisa data teknis dan kurang jeli dalam melakukan pengecekan ulang potensi.
Kondisi Actual
Sistim pembebasan lahan tambang di Kaltim umumnya dilakukan dengan cara pembebasan lahan (lahan dibeli perusahaan) namun demikian di beberapa daerah kini tengah berkembang pola yang selama ini sangat sulit ditemui di Kaltim yakni sistim royalty fee dengan acuan tonase batubara yang dihasilkan. Patokan harga pembebasan lahan bisa dibilang nyaris tidak ada, semuanya tergantung pada kesepakatan antara pemilik lahan dan penambang. Untuk mekanisme royalty fee besaranya tergantung pada kalori batubara yang dihasilkan semakin tinggi calori yang dihasilkan biasanya pemilik lahan akan meminta RF lebih besar.
Kondisi Factual
Bila dikomparasikan dengan keseluruhan cost produksi maka sektor lahan bisa jadi merupakan salah satu item cost produksi yang cukup rendah/kecil. Namun bila dilihat dari resiko atau pengaruh ke kegiatan operasional tambang maka lahan menempati posisi terdepan sebagai potensial lost terbesar yang tidak saja bisa membengkakan cost produksi, lebih dari itu bisa mengakibatkan perusahaan gulung tikar. Masalah lahan tambang batubara di Kaltim merupakan sumber utama konflik dengan masyarakat Banyak investor yang tersandung lahan dan tidak bisa melakukan produksi dengan optimal.
Realitas di Lapangan
Ketidakjelasan status tanah mengakibatkan bayang-bayang komplain lahan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh aktifitas lahan. Terlebih lagi, sikap aparat dan penegakan hukum yang juga masih terkesan melepaskan tanggung jawab. Banyak aktifitas tambang ditutup karena persoalan lahan. Munculnya kembali grand sultan (tanah hibah keraton Kutai Kartanegara) Supremasi hukum yang masih lemah Investor kurang dilindungi Masyarakat cenderung anarkis dalam memperjuangkan kepentingannya.
Langkah Antisipasi
Meyiapkan tim kecil di internal perusahaan yang secara khusus akan melakukan pembebasan lahan.
Mempelajari dengan seksama, aturan hukum, kebiasaan masyarakat di sekitar tambang terkait dengan kepemilikan lahan.
Melakukan pemetaan kepemilikan lahan dengan metode kuantitatif dan kualitatif.
Melakukan pembebasan lahan dengan pola mengalihkan potensial lost kepada pihak lain, caranya :
Meminta pemerintah setempat (camat dan desa) untuk membuatkan tim pembebasan lahan yang keanggotaannya meliputi, aparat pemerintah (camat, lurah, RT), tokoh masyarakat sekitar tambang. Legalitas team pembebasan lahan harus jelas dan di SK-kan. Yang melakukan pembebasan lahan bukan perusahaan tetapi tim pembebasan lahan dimana unsur perusahaan hanya sebatas pengukur saja. Pembayaran dilakukan di kantor camat/lurah. Dokumentasi dan legalitas lahan lengkap baru dibayar. Bila ada sengketa pembayaran ditunda sampai sengketa lahan tuntas.
Membuat SOP (standar operation procedure) penangganan masalah sosial termasuk untuk menghadapi aksi unjuk rasa. Proses pembebasan lahan sebaiknya melibatkan sebanyak mungkin aparat pemerintah.
Dokumentasi dan legalitas semaksimal mungkin. Dan pembayaran/ganti rugi akan dibayarkan apabila kepemilihan lahan disertai dengan buklti-bukti yang akurat dan sah menurut hukum.
Design Tambang
Pembuatan design tambang dan infrastruktur tambang yang akan dipergunakan untuk keperluan legalitas dan penambangan sesungguhnya merupakan langkah strategis untuk pencapai profit secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pembuatan design dan infrastruktur tambang harus diarahkan dan diproyeksikan secara menyeluruh meliputi perencanaan penambangan (blok tambang) tahunan yang diparalelkan dengan rencana reklamasi tambang. Dengan demikian, sejak awal design tambang dan infrastruktur dibuat tidak hanya sekedar mengejar target produksi, tetapi juga mengejar kegiatan reklamasi yang dilakukan sejak awal kegiatan produksi. Kegiatan reklamasi yang dirancang dari awal, akan menjadi daya dukung yang kuat bagi kontinyunitas produksi dan ekploitasi batubara yang maksimal serta profit optimal akan berjalan dengan sendirinya.
Potensial lost
Design tambang dan infrastruktur tambang yang dibuat tidak paralel dengan dengan perencanaan reklamasi berpontesi menimbulkan pembengkakan cost produksi
Design tambang dan insfrastruktur tambang yang dibuat parsial dalam jangka pandang merupakan pembengkakan cost produksi terutama terkait dengan tidak maksimalnya batubara yang bakal terangkut.
Design tambang tambang dan infrastruktur tambang yang tidak terencana secara menyeluruh akan menyulitkan dalam aplikasiknya dan berujung pada cost produksi yang tidak terkontrol. Reklamasi yang disertakan dalam design perencanaan produksi/tambang akan membebani biaya reklamasi pasca tambang
FAKTOR
MANUSIA TERJEPIT
PERALATAN
MATERIAL
LINGKUNGAN
RESIKO
TERJATUH
KONDISI KEDARURATAN
TERBENTUR
KERUGIAN K3, PRODUKSI DAN KUALITAS ALAT DAN MESIN YANG BERBEDA MENGGUNAKAN ALAT DENGAN LEBIH EFEKTIF
KERUGIAN K3, PRODUKSI DAN KUALITAS MENGGUNAKAN BAHAN YANG LEBIH MURAH MENGURANGI BAHAN YANG TERBUANG
BIAYA
PENERANGAN
PRODUKSI
MEMBUAT PEKERJAAN LEBIH MUDAH
APAKAH KUALITAS DIPENGARUHI OLEH KOTORAN, DEBU, ASAP, CAHAYA DAN TEMPERATUR
KUALITAS
SELEKSI DAN PENEMPATAN DAN PETUNJUK YANG LEBIH BAIK
APAKAH AKAN MEMBANTU UNTUK MEMBUAT PEMERIKSAAN KUALITAS BAHAN YANG LEBIH SERING BAGAIMANA MENINGKATKAN HOUSEKEEPING UNTUK MENGENDALIKAN KECELAKAAN APA YANG DAPAT DIRUBAH PADA LINGKUNGAN KERJA UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN
APA POTENSI BAHAYA BAGAIMANA APA POTENSI BAHAYA YANG DAPAT MENGURANGI YANG DAPAT MENGAKIBATKAN ALAT KETERPAPARAN TERHADAP MEMBAHAYAKAN ORANG RUSAK, MELEDAK BAHAYA
KESELAMATAN
Kesimpulan
Usaha pertambangan di Kaltim masih sangat prospektif sampai lebih dari 50 tahun kedepan terkait dengan kandungan batubara perut bumi Kaltim.
Perlu kehati hati an dalam melakukan investasi. Selain masih banyak diwarnai dengan biaya undertable, persoalan legalitas data tehnis dan sosial masyarakat dan masalah masalah internal KP Owner perlu mendapatkan perhatian serius.
Pemetaan sosial masyarakat, karakteristik batuan dan tipologi khas di masing masing daerah (pemkab/pemkot) perlu terlebih dahulu dipahami sebelum investasi benar benar akan direalisasikan. Keberhasilan usaha penambangan batbara akan sangat bergantung pada kemampuan mengindentifikasi pekerjaan secara detail dan kemampuan mengelola potensial lost sekecil mungkin. Terpenting tentunya mengindentifikasi kemampuan diri sendiri (perusahaan) dalam menentukan pola atau strategi penambangan yang akan dilakukan
Tentang Penulis
Setia Wirawan
Lahir di Brebes tahun 1967 dan Sarjana Strata-1 - Universitas Nasional Jakarta tahun 1991 program study Hubungan Internasional serta aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan. Memulai perjalanan karir di Kaltim menjadi Guide turis mancanegara sampai dengan menjadi Dosen Universitas Widyagama Mahakam bidang study Filsafat Logika serta menjadi wartawan di harian Suara Kaltim dan harian Pos Kota Kaltim dengan posisi terakhir sebagai Wakil Direktur. Mendirikan East Kaltim Survey Institution (EKSI), Focus Survey dan VISI 7. Tahun 2004 VICO Indonesia mempercayai EKSI melaksanakan pekerjaan pemetaan masyarakat sekitar Lokasi Tambang Migas dan Perancangan Blue Print Comdev VICO untuk 5 tahun. Focus Survey dipercayai melaksanakan pemetaan sosial dan kebutuhan masyarakat KUKAR dalam periode 3 tahun. VISI 7 dipercayai memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah Kalimantan Timur dalam Pemberdayaan Masyarakat yang berhubungan dengan Dana Perimbangan Daerah dan Bagi Hasil Migas. Tahun 2005 diminta bergabung dengan CV Kartanegara Perkasa sebagai Kuasa Direktur Utama serta PT Borneo Emas Hitam sebagai General Manager dan dalam waktu 3 tahun, berhasil mengembangkan perusahaan-perusahaan tersebut. Tahun 2008 mengundurkan diri untuk menjalankan PT. Kamayu Biswa Ardita sebagai Direktur Utama serta dipercayai sebagai operator tambang PT. Pancaran Surya Abadi Site Marangkayu. Setahun kemudian, mengundurkan diri .
DOKUMENTASI KEGIATAN
DOKUMENTASI KEGIATAN
TERIMA KASIH
setia wirawan email : wirawan_setia@yahoo.com www.setiawirawan.com no hp : 085252305432