You are on page 1of 8

Definisi gangguan mental.

Menurut DSM IV: Masing-masing gangguan mental dimengerti sebagai suatu sindroma atau pola perilaku atau psikologis yang secara klinis bermakna yang terjadi pada seorang individu dan yang disertai dengan adanya penderitaan (misalnya, suatu gejala yang menyakitkan) atau kecacatan (misalnya, gangguan satu atau lebih bidang fungsi yang penting) atau dengan peningkatan risiko yang bermakna untuk mengalami kematian , kesakitan, kecacatan, atau kehilangan kebebasan secara penting. Klasifikasi Gangguan Mental

Untuk menentukan jenis-jenis gangguan mental, para ahli sepakat menggunakan kalsifikasi DSM-III, atau singkatan dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders revisi ke 3 tahun 1980. Menurut DSM-III, jenis-jenis gangguan mental adalah sebagai berikut :

Disorders first evident in infancy, childhood, or adolescence atau penyimpangan/kekacauan fungsi perkembangan pada masa kanak-kanak dan remaja. Termasuk di dalamnya adalah : retardasi mental, hiperaktif, kecemasan pada anak-anak, penyimpangan perilaku makan (seperti anoreksia), dan semua penyimpangan dari perkembangan yang normal. Organic mental disorders, mencakup di dalamnya semua penyimpangan/kekacauan mental yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat pengaruh dari berbagai penyakit yang berhubungan dengan traumatik dan kecemasan seperti penyakit kelamin serta pengaruh racun yang masuk ke dalam tubuh seperti penggunaan alkohol yang kelewat batas. Substance use disorders, mencakup di dalamnya semua peyimpangan/kekacauan mental yang disebabkan oleh pengaruh zat-zat kimia, seperti penggunaan narkotika, zat-zat adiktif, psikotropika, alkohol, nikotin, dan sebagainya. Schizophrenic disorders, atau kelompok penyimpangan/kekacauan kepribadian sehingga tidak mampu berhubungan lagi dengan realitas atau kenyataan. Paranoid disorders, atau perasaan curiga terhadap segala sesuatu yang berlebihan seperti perasaan seakan-akan dirinya diintai terus-menerus, perasaan seakan-akan semua orang membencinya, dan sebagainya. Affective disorders, atau depresi berat yang membuat seseorang selalu tidak bergairah murung, dan apatis. Anxiety disorders, atau kecemasan yang berlebihan seperti kecemasan akan harga diri, kecemasan akan masa depan, dan sebagainya. Somatoform disorders, yaitu kerusakan pada organ tubuh atau timbulnya penyakit parah yang disebabkan oleh faktor psikologis seperti kecemasan yang berlarut-larut, tetapi bila diteliti secara medis tidak ditemukan adanya penyakit atau gangguan medis lainnya. Dissociative disorders, gangguan temporal yang menyebabkan gagalnya fungsi memory atau hilangnya kontrol terhadap emosi, seperti amnesia dan kasus kepribadian ganda (multiple personality).

Psychosexual disorders, termasuk di dalamnya semua penyimpangan identitas seksual (transexual), kemampuan seksualitas (impoten, ejakulasi dini, frigiditas), dan kelainan seksual (menikmati hubungan seks dengan anak kecil, dengan binatang, atau dengan mayat). Homoseksualitas termasuk di dalamnya jika orang tersebut tidak menikmati keadaannya sebagai seorang homoseks. Conditions not attributable to a mental disorder, atau kondisi-kondisi yang tidak termasuk dalam kegagalan/kekacauan mental, seperti masalah-masalah rumit yang membuat seseorang harus mencari jalan keluarnya (seperti masalah perkawinan), hubungan orang tua dengan anak, atau kekerasan terhadap anak-anak. Personality disorders, ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku dan mengatasi stress, seperti perilaku antisosial

Menurut DSM III, gangguan mental organik adalah gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Ciri-ciri umum gangguan mental organik: 1. Fungsi intelektual atau ingatan menurun (merosot), mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami, menghitung, dan kehilangan pengetahuan umum. 2. Kehilangan ingatan terhadap peristiwa-peristiwa yang baru saja terjadi dan bukan terhadap peristiwa-peristiwa yang sudah lama terjadi, lebih merupakan ciri khas kerusakan oraganik. 3. Adanya disorientasi dan gangguan motor (misalnya kesulitan berjalan atau otot gemetar yang tidak berada di bawah kendali kemauan). 4. Gangguan penilaian atau kesulitan dalam mengambil keputusan dengan tepat, seperti berpakaian secara tidak tepat atau meninggalkan rumah pada waktu hujan lebat dan angin ribut. 5. Suasana hati yang tidak stabil dan agitasi emosional, misalnya peralihan yang terjadi dengan cepat dari tertawa ke menangis atau sebaliknya.

6. Perubahan-perubahan kepribadian dalam kehidupan kemudian.

Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler, intoksifikasi obat). Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak ada dasar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia. Depresi) Dari sejarahnya, bidang neurologi telah dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut organik dan Psikiatri dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut fungsional.

Didalam DSM IV diputusakan bahwa perbedaan lama antara gangguan organik dan fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama. Bagian yang disebut Gangguan Mental Organik dalam DSM III-R sekarang disebut sebagai Delirium, Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan Gangguan Mental karena suatu kondisi medis umum yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.

PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan Gangguan Mental Organik. Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan sindrom (gejala) psikologik atau perilaku tanpa kaitan dengan etiologi. Gangguan Mental Organik dipakai untuk Sindrom Otak Organik yang etiolognnya (diduga) jelas Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau menahun berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak atau Sindrom Otak Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala atau lamanya penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik akut ialah kesadaran yang menurun (delirium )dan sesudahnya terdapat amnesia, pada Sindrom Otak Organik menahun (kronik) ialah demensia.

Delirium Delirium menurut DSM IV adalah sindrom yang memiliki banyak penyebab dan berhubungan dengan derajat kesadaran serta gangguan kognitif.

Penyebab utama delirium adalah penyakit system saraf pusat (contohnya; epilepsi), penyakit sistemik (contohnya; gagal jantung), dan intoksikasi maupun putus dari agen farmakologis atau toksik.

Tanda/gejala delirium: Gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif secara global. Gangguan Psikiatrik : Kelainan mood, Gangguan persepsi, Gangguan perilaku. Gangguan Neurologik : Tremor, Asteriksis, Nistagmus, Inkoordinasi, Inkontinensia urine.

Penatalaksanaan

Jika kondisinya adalah toksistas antikolirgenik dapat digunakan physostigmine salicylate (Antilirium). Memberikan bantuan fisik, sensorik, dan lingkungan. Bantuan fisik diperlukan sehingga pasien delirium tidak masuk ke dalam situasi dimana mereka mungkin mengalami kecelakaan. pasien dengan delirium tidak boleh dalam lingkungan dengan stimulasi yang berlebihan. Biasanya pasien delirium dibantu dengan meminta teman atau sanak keluarga di dalam ruangan atau oleh adanya penunggu yang teratur. Gambar dan dekorasi yang akrab, adanya sebuah jam atau kalender, dan orientasi yang teratur terhadap orang, tempat, dan waktu membantu pasien delirium menjadi nyaman.

Untuk gejala psikosis dapat dignakan obat antipsikotik seperti haloperidol (Haldol) atau dapat juga digunakan Droperidol (inapsine) sebagai alternatif. Untuk mengobati insomnia dapat digunakan golongan benzodiazepine dengan waktu paruh pendek atau dengan hydroxyzine (Vistaril)

Demensia

Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.

Tanda/gejala Demensia/disorder Ggn fungsi kognitif : * Inteligensia umum, belajar & ingatan. * Bahasa. * Memecahkan masalah. * Orientasi. * Persepsi.

* Perhatian & konsentrasi. * Pertimbangan & kemampuan sosial. Kepribadian juga terpengaruh. Tanpa adanya gangguan kesadaran.

Penyebab Demensia : Demensia vaskuler: penyakit serebrovaskuler yg multipel & multi infark, Obat dan toksin, Massa intrakaranial: tumor, massa subdural, abses otak, Anoksia , penyakit Pick, penyakit creutzfeldt-Jakob, penyakit Huntington, penyalit Parkinson, HIV , dan trauma kepala. Pentalaksanaan: Pemeliharaan kesehtan fisik pasien, lingkungan yang mendukung, dan pengobatan simptomatik. Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi,latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan auditoris, dan pengobatan maslah medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perahtian khusus harus dib erikan pada pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama. Jika diagnosis demensia vaskuler dibuat, factor risiko yang berperan pada penyakit kardiovaskuler harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik. Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesita penyakit jantung, diabetes, ketergantungan alcohol. Pesien yang merokok harus diminta untuk berhenti merokok. Thioridazine (Mellaril) merupakan obat efektif dalam mengontrol perilaku pasien demensia jika diberikan dalam dosis kecil. Untuk tujuan sedatif dapat digunakan Benzodiazepin atau zolpidem (Ambien). Tetrahydroaminoacridine (Tacrine) dapat digunakan untuk penyakit Alzheimer Gangguan Amnestik Ditandai terutama oleh gejala tunggal suatu gangguan daya ingat yang menyebabkan gangguan bermakana dalam fungsi social atau pekerjaan. Penyebabnya ialah defisiensi tiamin, hipoglikemia, cedera kepala, dan penggunaan alkohol. Gangguan Mental karena kondisi medis umum 1. Epilepsi 2. Tumor otak 3. Trauma kepala

4. Gangguan demielinasi 5. Penyakit infeksi 6. Gangguan kekebalan 7. Gangguan endokrin 8. Gangguan metabolism 9. Gangguan nutrisional Pencegahan

Pencegahan primer Tujuannya adalah untuk mencegah onset penyakit atau gangguan, dengan demikian menurunkan insidensinya (rasio kasus baru terhadap populasi di dalam periode dan waktu tertentu. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan menghilangkan agen penyebab, menurunkan faktor risiko, meningkatkan daya tahan host, dan mengganggu transmisi penyakit. Untuk beberapa gangguan fisik, identifikasi dan modifikasi atu atau lebih faktor tersebut sangat mengubah perawatan kesehatan. Contoh : eliminasi sesungguhnya dari banyak penyakit infeksi dan keadaan defisiensi vitamin dengan menurunkan beberapa bentuk kanker, panyakit jantung, dan penyakit paru-paru. Contoh pencegahan primer untuk membantu orang mengatasi kesulitannya adalah program kesehatan masyarakat, contohnya, latihan bagi orang tua tentang perkembangan anak dan program pendidikan alkohol dan obat-obatan. Program yang bertujuan menghilangkan agen penyebab stres dan menurunkan stress. Program untuk perawatan prenatal dan perinatal untuk menurunkan insidensi retardasi mental dan gangguan kognitif pada anak-anak. Contohnya , memperbaiki nutrisi dan menghentikan alkohpol dan zat lain selama kehamilan, serta meningkatkan pelayanan obstetri. Program lainnya adalah modifikasi faktor risiko tertentu untuk gangguan mental yang tampaknya berhubungan status sosioekonomi yang rendah dan usaha menurunkan penyebaran penyakit menular seksual tertentu. Contohnya, sindroma defisiensi imun [AIDS] dan sifilis), yang dapat menyebabkan gangguan mental.

Pencegahan sekunder ialah identifikasi dini dan pengobatan segeraterhadap penyakit atau gangguan, dengan tujuan menurunkan prevalensi (proporsi kasus yang ditemukan di dalam populas yang berada dalam risiko dan periode waktu tertentu) gangguan dengan memperpendek durasinya. Di dalam psikiatri sasaran pencegahan sekunder adalh anak dengan sakit mental untuk dilakukann intervensi dini, caranya dengan mendukung struktur keluarganya dan mencegah kecacatan di kemudian hari.

Pencegahan tersier

Tujuan pencegahan tersier adalah untuk menurunkan prevalensi defek dan kecacatan residual yang disebabkan oleh penyakit atau gangguan. Pada kasus gangguan mental, pencegahan tersier memungkinkan mereka dengan penyakit mental kronis untuk mencapai tingkat fungsional tertinggi yang dimungkinkan. Kecacatan yang berhubungan dengan penyakit mental kronis adalah masalah social, ekonomi. dan kesehatan masyarakat yang utama. Penyakit mental kronis tidak hanya diderita oleh orang-orang tua yang mempunyai riwayat perawatan di rumah sakit karena penyakit mental yang lama, tetapi juga dapat diderita oleh dewasa muda yang masih dalam usia produktif. Bila tidak dirawat di rumah sakit kehidupan produktif di dalam mayarakat menjadi sangat terganggu. Rehabilitasi psikiatrik menjawab kebutuhan medis, psikiatrik, dan social dari orang yang sakit mental persisten.

Hubungan penyakit fisik dengan gangguan mental organik

Penyakit fisik dapat menyebabkan gangguan mental organik , dalam DSM IV dimasukkan dalam kategori Gangguan mental karena kondisi medis umum Contohnya pada gangguan tiroid (termasuk dalam kategori gangguan endokrin), pasien akan mengalami kecemasan, depresi, dan halusinasi. Penyebab penyakit ini adalah disfungsi kelenjar paratiroid atau sekresi hormone paratiroid yang berlebihan.

Rujukan gangguan mental organik Dokter umum dapat meresepkan obat sesuai dengan kompetensinya. Obat yang diberikan harus sesuai indikasi, jika terdapat risiko penyalahgunaaan obat, perlu dibuat aturan penyimpanan dan pemberian obat yang aman.

Gangguan mental organik biasanya disebabkan oleh penyakit-penyakit fisik tertentu. Oleh Karena itu, dokter umum memerlukan bantuan dokter spesialis terkait penyakit tersebut, misalnya spesialis ahli penyakit dalam.

Sumber:

Davier, Telfion. Craig, TKJ, 2009,ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC Dewanto, George. Suwono, Wita J. Riyanto, Budi. Turana, Yuda, 2009, Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf . Jakarta: EGC Kaplan, Harold I. Sadock, Benjamin J. Grebb, Jack A, 1997, Sinopsis Psikiatri. ed.7. Jakarta: Binarupa Aksara http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Ilmu_Kedokteran_Jiwa/Gangguan %20Mental%20Organik%20%5BCompatibility%20Mode%5D.pdf, diakses pada 12 januari pukul 16:49 Kuliah pakar Prof.Dr.H.M.Joesoef Simbolon, SpKJ(K)

You might also like