You are on page 1of 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Palolo terletak di Jl. Tadulako Desa Ampera Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi. Secara administrasi SMA Negeri 1 Palolo dibangun pada tahun 2000 dan beroperasi pada tahun 2001. Sekolah ini memiliki fasilitas berupa ruang kelas berjumlah 15 rombongan belajar, Perpustakaan, Laboratorium IPA (Fisika dan Biologi), Ruang

Keterampilan, Ruang Kesenian, Ruang Guru, Aula (Gedung serbaguna) dan Kantor. Memiliki tenaga edukasi (guru) sejumlah 33 orang, dengan klasifikasi guru PNS sebanyak 23 orang dan guru non PNS sebanyak 10 orang. Tenaga Administrasi (Tata Usaha) PNS sebanyak 3 orang dan non PNS (honorer0 sebanyak 14 orang. Data jumlah siswa pada Tahun Pelajaran 2011/2012 tercatat sebanyak 546 orang dan pada Tahun Pelajaran 2012/2013 tercatat sebanyak 574 orang siswa. Sejak beroperasi tahun 2001 SMA Negeri 1 Palolo telah dipimpin oleh 3 (tiga) orang Kepala Sekolah. Kepala sekolah saat ini adalah seorang perempuan. Adapun Kepala Sekolah yang telah menjabat sebagai pimpinan pada SMA Negeri 1 Palolo dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

53

54

Tabel 4.1 Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Palolo Sejak Tahun 2001 s/d sekarang No. 1. 2. 3. Nama Kepala Sekolah Drs. H. Hamzah Kara Ahlan, S.Ag Elvina Trisyawati, M.Pd Tahun Jabatan 2000 s/d 2007 2007 s/d 2011 2011 s/d sekarang

Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Sekolah sebagai jenjang satuan pendidikan merupakan unit penyelenggara pendidikan harus memperhatikan perkembangan dan tantangan zaman saat ini dan masa yang akan dating. Oleh karena itu sekolah harus mempunyai visi dan misi yang jelas sebagai acuan mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan oleh masyarakat dan pemerintah. Visi sekolah diharapkan nantinya sesuai dengan arah perkembangan IPTEK dan pengaruh globalisasi. Visi yang dimaksud merupakan citra modal yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan dimasa yang akan dating. Namunpun demikian Visi sekolah harus tetap pada koridor kebijakan Pendidikan Nasional. Adapun Visi SMA Negeri 1 Palolo yaitu:
MEMBENTUK SMA NEGERI 1 PALOLO DAN TERAMPIL YANG DILANDASI IMTAQ YANG BERPRESTASI,

BERWAWASAN LINGKUNGAN, BERKARAKTER, BERAKHLAK MULIA,

Sedangkan Misi SMA Negeri 1 Palolo adalah: a. Berupaya meningkatkan prestasi akademik dan non akademik secara optimal melalui pemberdayaan kurikulum yang berlaku. b. Menyiapkan lulusan yang dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

55

c. Meningkatkan semangat dan komitmen seluruh warga sekolah untuk mewujudkan sekolah Adiwiyata (Berwawasan Lingkungan). d. Meningkatkan semangat cinta tanah air dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. e. Mampu melaksanakan nilai-nilai agama dan budi pekerti luhur dalam kehidupan sehari-hari dan menciptakan toleransi antar umat beragama. f. Memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, sekolah, dan masyarakat. g. Mampu mengembangkan keterampilan dan kecakapan yang unggul sesuai potensi daerah sehingga mempunyai daya saing tinggi di dunia kerja. Tujuan SMA Negeri 1 Palolo adalah: a. Memaksimalkan fungsi dan peran warga sekolah untuk meningkatkan prestasi akademik dan non akademik. b. Meningkatkan persentase kelulusan peserta didik dan perolehan rata-rata nilai ujian nasional secara bertahap serta meningkatkan alumni yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. c. Mengoptimalkan semangat dan komitmen seluruh warga sekolah untuk mewujudkan sekolah Adiwiyata (Berwawasan Lingkungan). d. Mewujudkan semangat cinta tanah air dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. e. Dapat mengimplementasikan nilai-nilai agama dan budi pekerti luhur dalam kehidupan sehari-hari dan menciptakan toleransi antar umat beragama. f. Mewujudkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, sekolah, dan masyarakat. g. Dapat mengimplementasikan keterampilan dan kecakapan yang unggul sesuai potensi daerah sehingga mempunyai daya saing tinggi di dunia kerja

56

4.2 Hasil Penelitian Siklus 1 Pada siklus 1 dilaksanakan dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, peneliti mengadakan pra siklus sebagai tindakan memeriksa lapangan dengan menggunakan strategi konvensional, yaitu dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Pertemuan selanjutnya, peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI IS3. a. Pra Siklus (Pertemuan I) 1) Rancangan pra siklus Pra siklus dirancang sebagai tindakan observasi lapangan untuk mengetahui situasi pembelajaran sebelumnya yaitu pembelajaran konvensional. Adapun beberapa persiapan dalam melaksanakan pre test antara lain: a) Membuat rencana pembelajaran Rencana pembelajaran konvensional dibagi menjadi tiga tahap yaitu apersepsi, kegiatan inti dan penutup. (1) Terlebih dahulu peneliti berkenalan dengan siswa serta mengungkapkan maksud dan tujuan kedatangan peneliti. (2) Pada kegiatan inti, guru menuliskan materi yang akan disampaikan di papan tulis serta menerangkan materi pelajaran di depan kelas dan dilanjutkan dengan tanya jawab. (3) Penutup dilakukan dengan memberikan test kepada siswa.

57

b) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi yang digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa. 2) Pelaksanaan pra siklus Pra siklus dilaksanakan pada hari Senin tanggal 04 Pebruari 2013 dengan menggunakan pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah dan tanya jawab seperti yang dilakukan pengajar sebelumnya. Pada pertemuan pertama ini peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu tentang pengertian hubungan internasional. Pembelajaran konvensional ini dilaksanakan tanpa menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu belajar. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa mendengarkan sedangkan guru menerangkan dan berceramah di depan kelas sesekali mendikte materi yang disampaikan sehingga siswa menulisnya dalam buku pelajaran. Dalam kondisi demikian, siswa terlihat bosan, mengantuk, kurang bergairah sehingga ada beberapa siswa yang mengalihkan perhatiannya dengan bermain sendiri dan berbicara dengan temannya pada saat guru menerangkan. Setelah guru (peneliti) selesai menerangkan, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempertanyakan materi pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru (peneliti) yang belum dipahami dengan cara

mengacungkan tangannya. Pada sesi tersebut tidak ada satu siswapun yang mengacungkan tangannya untuk bertanya. Melihat kondisi yang seperti itu akhirnya peneliti yang memberikan pertanyaan kepada siswa agar situasi di kelas itu tetap berjalan. Dari pertanyaanpertanyaan yang telah diajukan oleh peneliti, siswa tampaknya masih ragu-ragu

58

dalam menjawab pertanyaan. Bahkan ada siswa yang sedang asyik berbicara sendiri dengan temannya, sehingga kelas terkesan tidak hidup karena tidak ada interaksi edukatif antara guru dan siswa. Pada akhir pembelajaran tidak dilaksanakan evaluasi dan refleksi. Selanjutnya guru membagikan soal pre test kepada siswa dan dikerjakan selama kurang lebih 20 menit untuk mengetahui efektifitas dari pembelajaran konvensional. Dalam mengerjakan soal pre test siswa tampak kurang bersemangat dan kurang bergairah. Kemudian pembelajaran ditutup dengan salam. 3) Observasi dan hasil pra siklus Dari hasil pra siklus yang telah dilaksanakan, pengamatan hasil belajar pada lembar nilai hasil belajar pembelajaran konvensional menunjukkan rata-rata 66 yang mengindikasikan masih rendahnya siswa dalam menjawab pertanyaanpertanyaan dan soal yang telah diberikan oleh guru (peneliti). Dapat diamati pada lembar jawaban yang terkumpul ada beberapa item yang dikosongi karena tidak bisa menjawab atau memang malas menjawab. Dari hasil pra siklus hasil belajar itu dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa masih dibawah standar ketuntasan minimum. Berikut hasil belajar siswa berupa nilai ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

59

Tabel 4.2 Hasil Test Pra Siklus


No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Nama Siswa Earl Klugh Eka Susirawati Fergie Aulin Fitrin Hendra Hendra Igoyanto Jelin Lisdayanti Jerry Juani Mikail Omrin Moh. Afandi Moh. Fadil Musdianto Nicodemus Saleh Nidi Pernando Otniel Mangin Ovan Nilai 70 80 65 65 70 65 50 70 65 65 77 80 70 70 75 77 70 No. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. Nama Siswa Palda Rombeng Pelni Remchi Pricilia Reynaldo Rizal Zulkarnaim Rusdin Selvia Reniwati Sepryanto Sri Purwanti Sri Wahyuni Stephan Ryan Stevanus Suharman Sultoni Yuliani Yulianti Astrid Jumlah Rata-Rata Nilai 65 65 70 90 60 75 77 65 65 77 50 65 60 40 30 65 2.203 66,76

4) Refleksi pra siklus Dari hasil pra siklus dapat diambil kesimpulan bahwa strategi konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab tidak cocok diterapkan pada pembelajaran PKn. Karena strategi ini masih bersifat pasif, tidak menarik bagi siswa dan kurang dikaitkan dengan kebutuhan siswa dalam kehidupan seharihari. Pembelajaran yang demikian kurang mendorong siswa untuk aktif, menghambat kreatifitas dan kurang menyenangkan sehingga menjadikan siswa kurang bergairah dalam mengikuti pelajaran PKn. Berdasarkan data empiris dan menyikapi hasil pre test yang telah dilaksanakan, maka perlu adanya improvisasi sebagai berikut: 1. Mengaktifkan dan memotivasi siswa dengan model pembelajaran cooperative tipe jigsaw.

60

2. Membuat LKS (Lembar Kerja Siswa) dengan tujuan mempermudah siswa dalam belajar secara mandiri. 3. Menggunakan media/alat pembelajaran sebagai alat bantu dalam penggunaan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw. 4. Mengadakan refleksi pada setiap pertemuan. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan memberikan refleksi dengan tujuan merefleksikan nilai-nilai yang terkait dengan materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. b. Rencana Tindakan Siklus 1 Pada perencanaan tindakan siklus 1, peneliti menerapkan penggunaan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw. Metode tersebut diupayakan agar siswa mampu berperan aktif dalam memecahkan masalah serta mengalihkan perhatiannya pada kelompok sehingga siswa tidak bermain sendiri dan bertanggung jawab. Selanjutnya peneliti melakukan tahap-tahap persiapan untuk penerapan penggunaan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw. Adapun beberapa tahap persiapan tersebut sebagai berikut: 1. Menyiapkan LKS. 2. Menyiapkan pertanyaan yang sudah tertulis pada lembar soal yang nantinya akan dijawab oleh siswa melalui eksperimen dan demonstrasi. 3. Untuk menerapkan penggunaan metode eksperimen, maka perlu dibuat kelompok-kelompok, yaitu membagi 6 kelompok kerja yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa.

61

4. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. 5. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibagi menjadi tiga tahap yaitu pendahuluan (kegiatan awal), kegiatan inti dan penutup (kegiatan akhir). a. pendahuluan dilakukan selama 10 menit dengan memberi motivasi kepada siswa, mengabsen siswa, menanyakan pelajaran sebelumnya,

mengungkapkan tujuan pembelajaran, metode pembelajaran dan indikator yang akan dicapai hari ini. b. Pada kegiatan inti, siswa melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw dimana guru membagi siswa dalam kelompok dan menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan masing-masing anggota kelompok. c. Membuat evaluasi sebagai upaya mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw serta memberikan refleksi dengan tujuan merefleksikan ajaran dan nilai yang terkandung pada materi pelajaran PKn tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 Pada pelaksanaan siklus 1 ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw. Pertemuan ke II ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 11 Pebruari 2013.

62

Pada siklus 1 dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya, yaitu: 1. Pada siklus 1 peneliti membagikan LKS untuk membantu dan mempermudah siswa belajar PKn. 2. Menyampaikan materi pada pertemuan II ini, yaitu: a) Pengertian hubungan internasional b) Pentingnya hubungan internasional. 3. Membagi siswa menjadi 6 kelompok dan merubah posisi tempat duduk menjadi bundar agar dalam tiap kelompoknya dapat berinteraksi lebih mudah. 4. Mencatat semua peristiwa-peristiwa penting pada saat pembelajaran berlangsung pada lembar observasi hasil belajar. 5. Melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai berikut: Pertemuan II Pada pertemuan ke II, peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw. Model pembelajaran ini diupayakan agar siswa dapat mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun indikator pencapaian yang harus dicapai pada pertemuan ke II ini adalah: a) Mendeskripsikan pengertian hubungan internasional. b) Mendeskripsikan pentingnya hubungan internasional. Pembelajaran dilakukan seperti biasanya yaitu dengan apersepsi yang dibuka dengan salam, menanyakan keadaan siswa hari ini, mengabsen, mengulang

63

sedikit tentang materi sebelumnya, menyampaikan indikator pencapaian dan mengungkapkan metode pembelajaran. Pembelajaran siap dimulai dengan guru (peneliti) membagi kelompok. Ada 6 kelompok yang masing-masing kelompok itu terdapat 5 atau 6 orang dengan masing-masing kelompok tersebut menentukan ketua kelompoknya. Pembelajaran dilanjutkan dengan pemberian tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran oleh peneliti pada masing-masing kelompok yang dalam tugas tersebut dan dikerjakan dengan diskusi dalam kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompoknya memahami tugas yang telah diberikan oleh peneliti dan ketua kelompok bertanggung jawab untuk memimpin jalannya diskusi tersebut. Tugas ketua kelompok bukan untuk mendominasi dalam kelompok, melainkan untuk merangsang anggota kelompoknya untuk berperan aktif dalam diskusi, dimana guru tetap mengontrol dan membimbing siswa jika ada yang merasa kesulitan. Selanjutnya setelah siswa melakukan diskusi dalam kelompok masing, setiap anggota kelompok mengambil undian tugas secara individual yang telah disediakan oleh guru. Undian berisi materi-materi yang telah didiskusikan. Siswa diminta menemui teman lain yang mempunyai tugas sama untuk membentuk kelompok baru yang dinamakan kelompok ahli. Setiap anggota kelompok baru bertindak sebagai ahli yang harus mencatat, ikut serta secara aktif memberikan informasi dan berdiskusi. Kemudian kelompok ahli kembali ke kelompok semula, bertugas memberikan informasi dari hasil diskusi kelompok ahli. Guru meminta

64

perwakilan kelompok kooperatif untuk mempresentasikan hasil diskusi secara menyeluruh dalam diskusi kelas dan mengambil kesimpulan. Disini guru memfasilitasi jika terdapat siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan dan memberikan klarifikasi jika terjadi kesalahan konsep. Pada tahap penutupan, guru bertanya kepada siswa untuk menilai pendekatan dan metode pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa

mengungkapkan rasa senang dan bersemangat dan siswa juga ada yang mengatakan bahwa selama ini mereka belum pernah mendapatkan metode pembelajaran yang telah dilakukannya seperti saat ini. Oleh karenanya siswa merasa bahagia dan mengaku lebih bisa memahami pelajaran dengan menggunakan metode yang saat ini dilakukan daripada menggunakan metode yang dilakukan sebelumnya. Evaluasi dilakukan dengan menyimpulkan materi pembelajaran serta mengkaitkan materi dengan kehidupan siswa sehari-hari. Pada tindakan refleksi, guru (peneliti) mengajak siswa untuk berpikir kembali bahwa banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari adanya hubungan internasional. Setelah itu

dilanjutkan dengan guru (peneliti) memberi salam kepada siswa pertanda bahwa pembelajaran telah selesai. Penilaian dilakukan dengan menilai keaktifan siswa dalam

mengungkapkan pendapat, keaktifan siswa dalam bertanya, kekompakan dalam menyelesaikan tugas kelompok.

65

d. Observasi Observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung maupun di luar jam pembelajaran. Setelah dilakukan dua kali pertemuan, dapat diamati pada lembar penilaian prestasi yang menunjukkan peningkatan dari yang awalnya ratarata kelas 66 menjadi 74 atau meningkat sebesar 27,09% dari hasil pre test yang telah dilakukan. Pada saat kelompok, masih ada juga siswa yang cenderung pasif yang masih menggantungkan kepada siswa yang aktif dan cenderung membebankan tugas kepada ketua kelompoknya. Dapat dilihat dari raut wajah siswa, mereka cukup senang dan bersemangat terhadap penggunaan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw. Mereka tidak bosan dan jenuh serta tidak ada yang mengantuk walaupun pembelajaran dilaksanakan pada saat jam terakhir (setelah istirahat). e. Refleksi Dari hasil pelaksanaan tindakan pada silkus 1 dapatdiketahui bahwa ada peningkatan restasi sebesar 27,09%. Akan tetapi peningkatan tersebut belum maksimal sehingga perlu adanya revisi pembelajaran dalam upaya terus meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam belajar. Hasil observasi yang telah dilaksanakan pada siklus 1 menggambarkan adanya beberapa kendala dalam penggunaan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw, adapun beberapa kendala tersebut sebagai berikut: 1. Siswa masih belum terbiasa menggunakan pendekatan dan metode yang telah dilakukan.

66

2. Siswa masih takut untuk mengajukan pertanyaan yang sekiranya tidak mereka pahami. 3. Pada saat pembelajaran berlangsung, masih ada beberapa siswa yang berbicara atau bermain sendiri. 4. Pembelajaran masih didominasi oleh siswa yang aktif saja. Untuk menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan maka perlu membiasakan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, berani berpendapat dan tidak takut salah dalam mengungkapkan pendapatnya serta menjadikan suasana kelas menjadi enjoy. Hasil test siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Hasil Tes Akhir Siklus 1
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Nama Siswa Earl Klugh Eka Susirawati Fergie Aulin Fitrin Hendra Hendra Igoyanto Jelin Lisdayanti Jerry Juani Mikail Omrin Moh. Afandi Moh. Fadil Musdianto Nicodemus S. Nidi Pernando Otniel Mangin Ovan Nilai 77 100 70 65 80 70 70 75 75 77 80 100 77 77 75 80 75 Ket. Tuntas Tuntas Tdk tuntas Tdk tuntas Tuntas Tdk tuntas Tdk tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tdk tuntas tuntas Tdk tuntas No. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. Nama Siswa Palda Rombeng Pelni Remchi Pricilia Reynaldo Rizal Z. Rusdin Selvia Reniwati Sepryanto Sri Purwanti Sri Wahyuni Stephan Ryan Stevanus Suharman Sultoni Yuliani Yulianti Astrid Jumlah Rata-Rata Nilai 80 75 75 90 70 77 90 70 77 70 65 65 70 50 45 70 2.462 74,61 Ket. Tuntas Tdk tuntas Tdk tuntas Tuntas Tdk tuntas Tuntas Tdk tuntas Tdk tuntas Tuntas Tdk tuntas Tdk tuntas Tdk tuntas Tdk tuntas Tdk tuntas Tdk tuntas Tdk tuntas

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dikemukakan nilai hasil tes akhir siklus 1 adalah sebagai berikut:

67

Hasil nilai test diperoleh rata-rata sebesar 74,61 Siswa yang mendapat nilai 77 berjumlah = 14 orang Prosentase ketuntasan individidual 77 sebesar 14/33 x 100% = 42,42 Tabel 4.4 Data Hasil Penelitian Siklus 1 Rata-rata Nilai Tes Akhir 74,61 Persentasi Siswa yang mencapai KKM 42,42%

No. 1.

Keterangan Belum tercapai keberhasilan

Data di atas menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan siklus 1 baru mencapai ketuntasan 42,42% KKM = 77, sedangkan rata-rata nilai baru mencapai 74,61 KKM = 77. Dengan demikian pembelajaran pada siklus 1 dikatakan belum sepenuhnya berhasil, sehingga perlu dilakukan Siklus 2 untuk perbaikan pembelajaran dan hasilnya. f. Revisi Perencanaan Menyikapi hasil refleksi di atas maka perlu adanya revisi dan improvisasi, sehngga kekurangan pada siklus sebelumnya tidak terulang pada siklus selanjutnya. Adapun beberapa bentuk revisi dan improvisasi tersebut antara lain: 1. Memberikan penjelasan tentang model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw kepada siswa agar siswa dalam mengikuti pembelajaran tidak jenuh. 2. Memberi motivasi kepada siswa supaya berani dalam mengungkapkan pendapatnya dan tidak takut salah.

68

3.

Mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan siklus 2, sehingga kekurangan pada siklus 2 tidak terulangi pada siklus berikutnya.

Siklus 2 Siklus 2 dilaksanakan dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 18 Pebruari 2013 dan 25 Pebruari 2013. Untuk mengantisipasi kekurangan pada siklus 1, maka peneliti benar-benar mempersiapkan pelaksanaan siklus 2 dengan membuat rencana pada tindakan 2, sehingga kesalahan yang terjadi pada siklus 1 tidak terulang pada siklus 2. a. Rencana Tindakan Siklus 2 Rencana tindakan pada silkus 2, peneliti merencanakan akan menerapkan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw. Dengan penggunaan metode tersebut, diusahakan siswa dapat lebih paham dan mengerti dari materi yang disampaikan karena siswa dapat melihat langsung kejadian dari suatu proses dari materi yang disampaikan. Selanjutnya peneliti melakukan tahap-tahap persiapan untuk penerapan metode pembelajaran yang telah direncanakan. Adapun beberapa tahap tersebut adalah sebagai berikut; 1. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. 2. Mempersiapkan dan mencari referensi yang terkait dengan materi pelajaran pada siklus 2, adapun materi yang akan disampaikan pada siklus 2 ini adalah: a) Sarana-sarana hubungan internasional. b) Tahap-tahap perjanjian internasional

69

3. Mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran. 4. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibagi dalam tiga tahap, yaitu apersepsi, kegiatan inti dan kegiatan akhir (penutup). a. Apersepsi dilakukan selama 10 menit dengan menanyakan kesiapan siswa dalam menerima materi, mengabsen siswa, menanyakan pelajaran

sebelumnya, membahas PR, mengungkapkan tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, dan indikator yang akan dicapai pada hari ini. b. Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw. guru membagi siswa dalam kelompok dan menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan masing-masing anggota kelompok. c. Melaksanakan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw dan memberikan refleksi dengan tujuan

merefleksikan nilai-nilai yang terkandung pada materi pelajaran untuk diambil manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 Siklus 2 ini dilaksanakan dengan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 18 Pebruari 2013 dan pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25 Pebruari 2013.

70

Pada tindakan siklus II, peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw. Selanjutnya peneliti melakukan tahap-tahap seperti yang telah direncanakan sebelumnya: 1. Mencatat semua peristiwa penting pada saat pembelajaran berlangsung pada lembar observasi hasil belajar belajar siswa. 2. Melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) a) Pertemuan I Pertemuan I pada siklus ke 2 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 18 Pebruari 2013. Dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw. Adapun indikator pencapaian yang harus dicapai pada pertemuan pertama ini adalah mengidentifikasi sarana-sarana hubungan internasional. Pembelajaran dimulai seperti biasanya yaitu peneliti memberi salam kepada siswa pertanda pembelajaran sudah dimulai. Pada tahap apersepsi peneliti seperti biasanya mengabsen siswa, menanyakan kesiapan, mengungkapkan tujuan pembelajaran serta metode pembelajaran dan juga mengulang sedikit pelajaran sebelumnya dengan cara peneliti memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang materi yang sudah diajarkan sebelumnya. Pada kegiatan inti, guru mengawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru, selanjutnya menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut, kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan schemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan belajar yang baru.

71

Kemudian guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, jumlah kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Kelompok ini disebut kelompok asal (home teams). Setelah kelompok asa terbentuk, guru membagikan materi tekstual pada tiap-tiap kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi yang diterima dari guru. Selanjutnnya dibentuk kelompok ahli dari kelompok asal yang berbedabeda. Setelah terbentuk kelompok ahli, guru memberikan kesempatan kepada mereka berdiskusi. Setelah diskusi kelompok ini selesai, selanjutnya mereka kembali ke kelompok asal, kemudian guru memberikan kesempatan kepada mereka berdiskusi, kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari hasil diskusi kelompok ahli. Sebelum pembelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan. Akhirnya, guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari. Pada saat penutupan, siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran hari ini dan guru mempersilahkan bertanya bagi siswa yang masih belum paham. Selanjutnya refleksi dilakukan dengan merenungkan kembali betapa banyak manfaat yang didapat dari adanya gaya gesek. Kemudian guru mengucapkan salam pertanda pembelajaran telah selesai. Penilaian dilakukan dengan menilai keaktifan siswa dalam melakukan diskusi, keberanian siswa pada saat maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusi serta tugas dari diskusi tersebut.

72

b) Pertemuan II Pertemuan ke II pada siklus ke 2 ini, peneliti mengadakan ulangan harian. Hal ini bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran PKn pada materi hubungan internasional yang selama ini sudah dipelajari. Apersepsi dilakukan dengan peneliti memberi salam kepada siswa dilanjutkan dengan mengabsen siswa. Kemudian pada kegiatan inti siswa diminta untuk membaca 5 menit sebelum ulangan harian dilaksanakan. Selanjutnya ulangan harian dilakukan dengan guru membagi soal ulangan beserta lembar jawabannya kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan soal tersebut. Setelah ulangan harian telah selesai dikerjakan, siswa diminta untuk mengumpulkannya. Selanjutnya, guru menanyakankepada siswa apakah dalam ulangan harian tadi ada kesulitan atau tidak. Sebagian besar siswa menjawab tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakannya. Sebelum pembelajaran ditutup, terlebih dahulu peneliti meminta pendapat siswa mengenai pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh peneliti. Hal ini dilakukan karena pertemuan peneliti dengan siswa kelas XI IS3 disini merupakan pertemuan terakhir dalam penelitian tindakan kelas ini. Banyak komentar dari siswa yang menyatakan bahwa metode dan pendekatan yang selama ini dilakukan oleh peneliti merupakan hal yang menyenangkan bagi mereka. Mereka mengaku bahwa mereka belum pernah mendapatkan metode dan pendekatan yang selama ini dilakukan oleh peneliti dalam pembelajaran PKn. Mereka juga mengaku selama ini dalam pembelajaran, mereka hanya diterangkan saja kemudian diminta untuk mengerjakan soal. Salah

73

satu komentar siswa (merupakan siswa yang langganan juara I di kelasnya) menyatakan Meskipun selama ini saya jadi juara kelas terus, saya tidak pernah ngerti apa maksud hubungan internasional itu, karena selama ini tidak pernah didiskusikan. Semenjak bu guru mengajar di sini saya senang dengan metode yang bu guru gunakan, karena banyak diskusi-diskusinya yang menjadikan saya lebih paham dan mengerti tentang hubungan internasional. Selanjutnya refleksi dilakukan dengan merenungkan kembali bahwa betapa banyak manfaat dan kegunaan yang didapat dari berbagai macam hubungan internasional yang bisa kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu peneliti beserta siswa berdoa bersama sebelum pulang dan dilanjutkan dengan salam penutup. Observasi Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus 2, dimana peneliti mengadakan observasi saat pembelajaran berlangsung maupun di luar jam pelajaran. Dari dua kali pertemuan, dapat dilihat hasil belajar siswa menunjuk angka 79,97 yang mengindikasikan bahwa peningkatan hasil belajar siswa meningkat sebesar 5,36%. Penerapan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw ternyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini bisa dilihat dari semangat siswa dalam melakukan diskusi maupun dalam mengerjakan tugas-tugas yang telah dberikan oleh peneliti. Raut wajah mereka juga menandakan kalau mereka itu belajar dengan senang, tidak jenuh/tidak bosan dan juga tidak mengantuk pada saat pembelajaran berlangsung.

74

Refleksi Dari hasil observasi siklus 2 dapat diketahui bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Peningkatan tersebut bisa diamati pada lembar observasi dari siklus 1 ke siklus 2, dengan peningkatan hasil belajar dari rata-rata 74,61 menjadi 79,97 yang berarti mengalami peningkatan sebesar 5,36%. Melalui pengamatan setiap siklus dapat ditarik benang merah bahwa penerapan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn).. Pengamatan tersebut dilaksanakan secara bertahap pada lembar hasil belajar yang menunjukkan adanya peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Hasil test siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Hasil Tes Akhir Siklus 2
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Nama Siswa Earl Klugh Eka Susirawati Fergie Aulin Fitrin Hendra Hendra Igoyanto Jelin Lisdayanti Jerry Juani Mikail Omrin Moh. Afandi Moh. Fadil Musdianto Nicodemus S. Nidi Pernando Otniel Mangin Ovan Nilai 77 100 77 77 80 77 70 80 77 80 90 100 80 80 77 80 77 Ket. Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tdk tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas tuntas Tuntas No. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. Nama Siswa Palda Rombeng Pelni Remchi Pricilia Reynaldo Rizal Z. Rusdin Selvia Reniwati Sepryanto Sri Purwanti Sri Wahyuni Stephan Ryan Stevanus Suharman Sultoni Yuliani Yulianti Astrid Jumlah Rata-Rata Nilai 85 77 80 95 70 80 90 85 80 80 77 77 80 77 50 77 2.639 79,97 Ket. Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tdk tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Ttuntas Tuntas Tdk tuntas Tuntas

75

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dikemukakan nilai hasil tes akhir siklus 1 adalah sebagai berikut: Hasil nilai test diperoleh rata-rata sebesar 79,97 Siswa yang mendapat nilai 77 berjumlah = 30 orang Prosentase ketuntasan individidual 77 sebesar 30/33 x 100% = 90,91 Tabel 4.6 Data Hasil Penelitian Siklus 2 Rata-rata Nilai Tes Akhir 79,97 Persentasi Siswa yang mencapai KKM 90,91%

No. 1.

Keterangan Berhasil

Data di atas menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan siklus 2 sudah mencapai ketuntasan 90,91% KKM = 77, sedangkan rata-rata nilai sudah mencapai 79,97 KKM = 77. Ketercapaian 90,91% dikatakan berhasil meskipun masih ada siswa yang perolehan nilainya kurang dari KKM yang diharapkan. Dari hasil observasi dan data empiris di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMA Negeri 1 Palolo. Hasil test menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dari pra ke siklus 1 meningkat sebesar 7,85%, dari siklus 1 ke siklus 2 meningkat sebesar 5,36%. Peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut.

76

Tabel 4.7 Rekapitulasi nilai rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar pada siklus 1 dan siklus 2 NILAI RATA-RATA 74,61 79,97 5,36 KETUNTASAN TIDAK TUNTAS TUNTAS 42,42 57,58 90,91 9,09 33,33

NO.

SIKLUS

1. 1 2. 2 PENINGKATAN

Mencermati hasil pencapaian pada Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi hubungan internasional melalui penerapan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw yang diperoleh siswa dari siklus 1 ke siklus 2 memperlihatkan adanya peningkatan yang cukup berarti yakni dari rata-rata hasil belajar siklus 1 sebesar 74,61 naik menjadi 79,97 pada siklus 2 atau naik sebesar 5,36. Akan halnya pada ketuntasan belajar secara klasikal dari 42,42% pada siklus 1 meningkat menjadi 90,91% pada siklus 2 atau mengalami peningkatan sebesar 33,33%. Adanya siswa yang mengalami ketidaktuntasan pada akhir siklus 2 sebesar 9,09% atau 3 orang siswa dapat dilakukan perbaikan melalui proses remedial dan pengayaan serta bimbingan khusus di luar kegiatan penelitian ini. Hasil yang diperoleh tersebut telah memenuhi criteria ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebagaimana yang telah ditetapkan pada indicator penelitian ini sebesar 85%.

77

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan penerapan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas XI IS3 SMA Negeri 1 Palolo. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus. Mulai dari siklus 1 sampai siklus 2 ada empat kali pertemuan yang masing-masing pada siklusnya terdapat dua pertemuan. Siklus 1 pada pertemuan pertama, peneliti melaksanakan pemeriksaan lapangan dan melakukan pra siklus dengan strategi pembelajaran konvensional yaitu menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dimana guru menjelaskan, mendikte di depan kelas sedangkan siswa mendengarkandan menulis apa yang diperintahkan oleh guru serta diselingi dengan tanya jawab. Melalui pra siklus, dapat diketahui bahwa pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab ternyata menjadikan siswa kurang berperan aktif dan kurang semangat dalam mengikuti pelajaran PKn serta siswa masih takut dalam mengungkapkan pendapat atau bertanya sehingga hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dapat dikatakan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, siswa akan mengingat hanya 20% dari apa yang telah dipelajarinya karena siswa hanya mendengarkan saja. Sebaliknya jika guru meminta siswa melakukan sesuatu dan melaporkannya maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Hal ini ada kaitannya dengan pendapat Confusius dalam Murni (2008, 68) bahwa apa yang

78

saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan, saya paham. Jadi sudah jelas bahwa metode ceramah dan tanya jawab sangat tidak kondusif jika diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang cenderung membutuhkan pemahaman mendalam seperti pelajaran PKn. Dari hasil pra siklus dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa sebesar 66. Berdasarkan data empiris dan hasil pra siklus, bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa dibutuhkan lingkungan belajar yang kondusif serta pendekatan dan metode-metode yang sesuai dengan materi pembelajaran yang menjadikan siswa lebih berperan aktif, tidak jenuh/bosan dan lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran serta menjadikan siswa untuk dapat berpikir ilmiah. Salah satu cara menciptakan lingkungan belajar yangmenyenangkan dalam pembelajaran PKn adalah dengan menerapkan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw. Dimana pendekatan dan metode tersebut diharapkan mampu menggugah semangat dan meningkatkan prestasi pembelajaran. Menyikapi hasil pre test, pada pertemuan selanjutnya peneliti menerapkan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw. Dengan menggunakan pendekatan dan metode ini diharapkan siswa mampu berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran PKn di kelas. Dengan model ini peserta didik bekerja sama dengan sesame peserta didik dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk belajar siswa dalam

79

mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Lie, 2007:69). Cooperative learning tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Artinya, dalam pembelajaran ini kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa untuk mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya (Slavin dalam Isjoni, 2011:54). Dengan menggunakan pendekatan dan metode tersebut dalam pertemuan ke dua pada siklus 1 ini ternyata menjadikan siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya dan lebih bersemangat dibanding dengan pertemuan sebelumnya. Ada keinginan untuk belajar PKn yang ditunjukkan dengan mengungkapkan pendapat dan bertanya walaupun sebagian besar masih didominasi oleh siswa yang aktif. Hasil observasi siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar walaupun masih belum memuaskan. Peningkatan tersebut dapat damati pada lembar hasil test belajar siswa meningkat yang semula rata-ratanya 66 menjadi 74 atau meningkat sebesar 27,9%. Pada siklus 2 pertemuan pertama dan kedua, peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw dengan materi yang akan disampaikan yaitu sarana-sarana hubungan internasional dan perjanjian internasional. Pada pertemuan pertama dalam siklus 2 ini, dapat dilihat dari raut wajah siswa yang tampak antusias dalam mengikuti pembelajaran. Apalagi saat-saat

80

siswa melakukan diskusi mengenai perjanjian internasional. Mereka menunjukkan rasa senang dan bersemangat dalam melakukan diskusi. Selain itu, siswa juga mulai tidak ragu-ragu lagi dalam mengungkapkan pendapatnya maupun dalam bertanya. Mereka juga terlihat tidak jenuh dan mengantuk walaupun pembelajaran ini dilakukan siang hari setelah istirahat. Pada pertemuan terakhir siklus ini, peneliti mengadakan ulangan harian yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman dan pengertian siswa secara kuantitatif terhadap pembelajaran yang selama ini telah dipelajari. Dari hasil ulangan harian tersebut, dapat diketahui prestasi belajar siswa selama ini. Secara umum, hasil penelitian pada siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran PKn. Dari hasil test siswa terjadi peningkatan dari rata-rata 74,61 menjadi 79,97 yang berarti meningkat sebesar 5,36%. Berdasarkan data empiris dan hasil analisis dapat diambil sebuah kesimpulan. Pertama, bentuk penerapan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Pkn adalah membimbing dan memfasilitasi siswa dalam setiap diskusi. Kedua,

penggunaan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IS3 pada mata pelajaran PKn di SMA Negeri 1 Palolo. Adapun indikator keberhasilan penerapan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:

81

1) Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat lebih bersemangat, tidak bosan/jenuh dan tidak mengantuk, 2) Dengan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw siswa lebih aktif dengan berani mengungkapkan pendapatnya dan tidak takut bertanya atau mengungkapkan ide, 3) Adanya peningkatan hasil belajar siswa sekurang-kurangnya 85% siswa dapat mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai ketuntasan hasil belajar individu minimal 77.

You might also like