You are on page 1of 113

KRITIK SOSIAL REDAKSI BERITA KOTA MENGENAI KINERJA

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA YANG DIKEMAS


DALAM KARIKATUR

SKRIPSI

Diajukan sebagai Syarat Akhir untuk Memperoleh Gelar Sarjana


pada Jurusan Ilmu Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi

Oleh

BOMA BONDAN SUHARTO


NRP : 2000110063

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JAKARTA


JAKARTA – 2009
ABSTRAK

(A) BOMA BONDAN SUHARTO / 2000110063


(B) Kritik Sosial Redaksi Berita Kota Mengenai Kinerja Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta yang Dikemas dalam Karikatur
(C) vi + 101 halaman ; 4 gambar ; 9 lampiran ; 2009
(D) Kata Kunci : Kritik Sosial; Karikatur; Semiotik. Tujuan : Untuk
mengetahui kritik sosial redaktur Berita Kota terhadap kinerja Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta yang dikemas dalam karikatur dengan cara
mengidentifikasi melalui tanda-tanda (gambar dan teks). Metode
Penelitian : Semiotik dengan dua tahap signifikasi Roland Barthes. Tahap
pertama Denotasi, tahap kedua Konotasi dan Mitos. Hasil Penelitian :
Berita Kota mencoba mengkritisi kinerja Pemprov DKI Jakarta. Apa yang
dijanjikan saat kampanye Pilkada hanyalah sekedar janji. Masih banyak
permasalahan di DKI Jakarta yang belum terselesaikan bahkan semakin
parah. Kesimpulan : Berita Kota mengkritik kinerja Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta yang belum mencapai tahap memuaskan. Bahkan terkesan
jalan ditempat, karena belum terlihat perubahan berarti semenjak Fauzi
Bowo menjabat menjadi gubernur DKI Jakarta. Berita Kota mencoba
menyuarakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat Jakarta dari semua
lapisan dengan tujuan menjadikan Jakarta yang lebih baik. Saran : Kritik
sosial dalam karikatur pada Berita Kota sebaiknya lebih ditingkatkan,
karena karikatur merupakan produk jurnalistik yang mudah dipahami oleh
pembaca. Karikatur dalam penyajiannya dikemas secara jenaka,
menghibur namun informatif, komunikatif dan situasional dengan
pengungkapan yang hangat dan aktual terhadap sebuah peristiwa. Berita
Kota sebagai koran kota yang menjembatani kepentingan masyarakat
dengan pemerintah, khususnya pemerintah provinsi DKI Jakarta
sebaiknya porsi tentang kinerjanya ditingkatkan, Dengan sudut pandang
yang berbeda dan lebih tajam sesuai dengan idiologi Berita Kota. Meski
karikatur merupakan karya individu dari karturis, namun karikatur tetap
mewakili ideologi Berita Kota. Redaksi juga perlu memberi pemahaman
pada pembaca, bahwa rubrik karikatur ini merupakan kartun opini dan
berbeda dengan karikatur. Hal ini dimaksudkan penulis untuk memberi
wawasan pembaca dan pemahaman. Sehingga pembaca dapat lebih
memahami kritik apa yang disampaikan redaksi dan ditujuan pada siapa
kritik tersebut
(E) Buku : 21, Sumber Lain : 2
INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JAKARTA
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN ILMU JURNALISTIK

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : Boma Bondan Suharto

NRP : 2000110063

Judul Skripsi : Kritik Sosial Redaksi Berita Kota Mengenai


Kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang
Dikemas dalam Karikatur.

Jakarta, 10 Januari 2009

Mengetahui, Menyetujui

Ketua Jurusan Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Mulharnetti Syas, M.S. Dra. Widyastuti, M.Si


Lembar Pernyataan Mahasiswa

Bersama ini, saya :

Nama : Boma Bondan Suharto

NRP : 2000110063

Judul : Kritik Sosial Redaksi Berita Kota Mengenai Kinerja Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta yang Dikemas dalam Karikatur.

Meyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Skripsi ini adalah orisinil dan bukan plagiat.

2. Semua keterangan yang berkaitan dengan data primer dan sekunder adalah

sah.

Bila kemudian hari ditemukan bukti bahwa terdapat peniruan dan pemalsuan

pada sebagian atau keseluruhan skripsi ini maka saya siap mempertanggungjawabkan

secara akademik maupun di depan hukum.

Jakarta, 10 Januari 2009

Boma Bondan Suharto


5

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JAKARTA


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN ILMU JURNALISTIK

TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

Telah diuji di Jakarta, 16 Januari 2009 dan dinyatakan LULUS

NAMA : Boma Bondan Suharto

NRP : 2000110063

Judul Skripsi : Kritik Sosial Redaksi Berita Kota Mengenai


Kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang
Dikemas dalam Karikatur.

Penguji,

Drs. Purwanto Abd, M.Si.


(Ketua)

Dra. Widyastuti, M.Si Drs. Asrul M. Mustaqim, M.S.


(Anggota) (Anggota)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T yang telah

meridoi penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

Skripsi ini berjudul ”Kritik Sosial Redaksi Berita Kota Mengenai Kinerja

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang Dikemas dalam Karikatur”. Kritik sosial

dalam kerikatur mudah dipahami oleh pembaca. Karikatur dalam penyajiannya

dikemas secara jenaka, menghibur namun informatif, komunikatif dan situasional

dengan pengungkapan yang hangat dan aktual terhadap sebuah peristiwa. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui makna karikatur lebih dalam guna

mengetahui bagaimana redaksi memberikan kritik dalam masalah sosial terhadap

pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam karikatur di Berita Kota.

Skripsi ini bisa selesai tak lepas dari dorongan dan dukungan orang– orang

terdekat. Dan penulis berharap skripsi dapat berguna bagi dunia Jurnalistik. Pada

kesempatan kali ini, penulis ingin sekali mengucapkan terima kasih kepada beberapa

orang yang telah banyak berjasa selama penulis kuliah dan akhirnya menyelesaikan

tugas akhir di kampus tercinta IISIP Jakarta, yaitu:

1. Kepada kedua orang tua yang selalu memberikan doa, dukungan dan

dorongan untuk menyelesaikan tugas ini.

2. Ira Sakinah yang sabar menanti dan calon mertua yang senantiasa

memberi doa dan dorongan semangat.

i
3. Rektor IISIP Jakarta Dr. Ir.Maslina W. Hutasuhut, M.M, terimakasih atas

kesempatan dan pengertiannya yang telah diberikan.

4. Dra. Widyastuti, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu, tenaga, pikiran dan kesabarannya tanpa lelah untuk membantu

penulis.

5. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim berita kota yang telah

membantu memperlancar tugas akhir penulis, terutama kepada bapak

Joko selaku karikaturis, bapak Johnny selaku pimpinan redaksi Berita

Kota, dan ibu Dewi selaku staf SDM.

6. Drs. Omar Abidin, yang telah membantu penulis dari segi psikologi,

sehingga bisa bertahan sampai skripsi ini selesai.

7. Dra. Nurlina Bangun, terimakasih untuk setiap support yang di berikan

juga senyum cerianya dan ceritanya yang membuat penulis bersemangat.

8. Terimakasih untuk Fatul Bahri, Ferdi, Uci, Nia yang sudah mau menjadi

guru privat untuk penulis.

9. Trimakasih yang sebesar-besarnya untuk Indonesian Dreams Production

crew,Budi, Jenal, Ira, Faisal, Ulin, Dede, Riko Anggara, dan semua pihak

yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Jakarta, 10 Januari 2009

Penulis,

Boma Bondan S
ii
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERNYATAAN MAHASISWA
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Masalah Pokok ............................................................................... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 8
D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 8
E. Sistematika Penulisan .................................................................... 8

BAB II KERANGKA TEORI ..................................................................... 10


A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 10
1. Surat Kabar .............................................................................. 10
2. Kritik Sosial ............................................................................ 12
3. Karikatur .................................................................................. 14
4. Semiotik .................................................................................... 18
B. Definisi Konseptual ........ .......................................................... 27
C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 32


A. Metode Penelitian ........................................................................... 32
B. Unit Analisis .................................................................................. 34
C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 34
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 37
E. Metode Analisis Data ……………………………………………. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………………. 41


A. Subjek Penelitian ………………………………………………… 41
1. Sejarah Singkat Harian Umum Berita Kota ............................. 41
2. Data Teknis Harian Umum Berita Kota ................................... 43
iii
3. Struktur Organisasi Redaksi Harian Umum Berita Kota ......... 44
4. Struktur Organisasi Redaksi ..................................................... 45
5. Bagan Alur Karikatur Berita Kota .............................................. 47
B. Hasil Penelitian .............................................................................. 48
C. Pembahasan ................................................................................. 68

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 72


A. Kesimpulan ............................................................................... 72
B. Saran ........................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75


LAMPIRAN ........................................................................................................ 77

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 101

iv
DARTAR BAGAN

1. Bagan Signifikasi Dua Tahap Teori Barthes ........................................ 21


2. Proses Signifikasi Dua Tahap Teori Barthes ........................................ 24
DAFTAR GAMBAR

1. Karikatur edisi 6 Desember 2007 ...................................................................... 49


2. Karikatur edisi 16 Februari 2008 ...................................................................... 53
3. Karikatur edisi 24 Februari 2008 ...................................................................... 58
4. Karikatur edisi 31 Maret 2008 ............................................................................ 63

vi
DAFTAR LAMPIRAN

A. Sejarah Singkat Berita Kota ..... ................................................................... 77


B. Struktur Organisasi Redaksi Berita Kota .................................................... 79
C. Daftar Nama dan Jabatan Redaksi Berita Kota ........................................... 80
D. Bagan Alur Karikatur Berita Kota ................................................................ 82
E. Wawancara dengan Karikaturis Berita Kota ................................................ 83
F. Wawancara dengan Pemimpin Redaksi Berita Kota ...................................... 92
G. Karikatur ........................................................................................................ 96
H. Surat Keterangan Penelitian dari Berita Kota ................................................

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia secara tidak langsung

menjadikannya tolak ukur dari kemajuan negara Indonesia di mata dunia

internasional dan juga menjadi acuan untuk daerah-daerah lain di nusantara, baik itu

dalam segi ekonomi, politik, sosial, budaya, keamanan dan kenyamanan.

Sejak pergantian gubernur DKI Jakara pada 7 Oktober 2007 lalu, meski

banyak mengundang aksi protes di masyarakat, seakan memberikan angin segar

pada masyarakat Jakarta dengan harapan akan adanya perubahan kota yang lebih

baik, dari segi ekonomi, politik, sosial, budaya, keamanan dan kenyamanan. Dalam

kampanyenya pada pemilihan kepala daerah lalu, Fauzi Bowo dan pasanganya

Priyanto atau yang akrab disapa Foke ini berjanji akan menuntaskan semua

permasalahan yang ada di DKI Jakarta, seperti masalah banjir, kemacetan,

transportasi umum, pengangguran, kemiskinan, pendidikan dan kesehatan.

Namun sampai 100 hari kedua masa jabatanya sebagai Pemprov DKI Jakarta

banyak permasalahan Jakarta yang tak mampu diselesaikan bahkan kondisinya

semakin parah, seperti masalah banjir. Pemprov malah menuding kontaraktor

drynase yang tidak becus dalam bekerja yang mengakibatkan Jakarta kembali

terendam banjir. Begitu pula dengan masalah kemacetan yang seakan tidak ada

solusinya.
1
Berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemprov DKI Jakarta, tentunya

tidak terlepas dari peran media massa dalam menyajikan informasi, mendidik,

menghibur, serta melakukan kritik sosial. Kebutuhan ini dapat diperoleh oleh

masyarakat baik melalui media elektronik maupun cetak. Media elektronik yaitu,

televisi dan radio, sedangkan media cetak yaitu, surat kabar, majalah dan tabloid.

Ada beberapa surat kabar yang beredar di Indonesia seperti, Kompas,

Tempo, Media Indonesia, Pos Kota, Suara Pembaharuan, Indo Post, Sinar Harapan,

Seputar Indonesia, Berita Kota, Lampu Merah, dan lain-lain. Penulis memfokuskan

pada media massa cetak Berita Kota. Alasannya, Berita Kota secara berkelanjutan

memberitakan permasalahan serta memberikan opini redaksi yang berhubungan

dengan permasalahan dan kebijakan kinerja pemprov DKI Jakarta. Media ini juga

memberikan kritik sosial atas apa yang terjadi di masyarakat terhadap kinerja

pemprov DKI Jakarta.

Amin Rais, “ Kritik sosial biasanya dinilai sebagai barometer sosial politik

suatu masyarakat. Adanya pendapat-pendapat yang menginginkan koreksi,

perbaikan dalam masyarakat menjelaskan adanya perubahan” 1

Dari kutipan di atas penulis memahami, bahwa pendapat-pendapat yang

terdapat pada media bisa menjadi barometer bagi masyarakat untuk mengetahuai

berbagai masalah khususnya di DKI Jakarta. Media juga sebagai alat kritik yang

memiliki gaya tersendiri dalam penyampaiannya. Dan Amin Rais menambahkan

mengenai kritik sosial, “Kritik melalui pers merupakan suatu proses yang ditinjau
1
Amin Rais, Demokrasi Dan Proses Politik, LP3ES, Jakarta,1986, h 101
dari tradisi komunikasi. Dari segi pengkritik, pers mungkin dapat sebagai saluran

yang dapat menghilangkan kericuhan yang akan timbul bila kritik disampaikan

secara langsung. Dan saluran pers juga tidak langsung komunikasi dengan bentuk

pesan yang tak langsung dengan hati-hati karena pers adalah media massa yang

mempunyai gaya komunikasi tersendiri.” 2

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami, hadirnya media massa ini

dapat menjadi jembatan antara masyarakat dengan pemerintah dan instansi lainnya

dalam meyampaikan kritikan, sehingga kritikan yang ada tidak akan menyebabkan

keributan karena media massa memiliki gaya komunikasi tersendiri.

Dari berbagai rubrik yang ada di Berita Kota, penulis memilih Karikatur

sebagai bahan penelitian penulis untuk menjawab masalah pokok penelitian, karena

karikatur dapat menggambarkan semua situasi yang sedang terjadi termasuk

permasalahan yang penulis teliti.

Karikatur merupakan karya jurnalistik yang sudah lama dikenal di dunia

pers. Karikatur dalam mengungkap persoalan tidak jauh dari berita atau situasi yang

sedang terjadi. Semua persoalan itu dimuat dalam bentuk gambar yang memberi

makna kritis terhadap masalah tersebut agar opini redaksi lebih menarik dan mudah

dipahami oleh pembaca.

Menurut GM. Sudharta yang dikutip Pramono R. Pramoedjo menjelaskan,

“Perkembangan karikatur sebagai wacana jurnalistik dapat menggiring interpretasi

pembaca pada hal-hal yang lebih imajinatif. Bahkan tidak tertutup kemungkinan
2
Amin Rais, ibid, h 110
interpretasi si pembaca melampaui imajinasi karikaturisnya. Secara positif hal ini

menjadi pendewasaan kita terutama dalam menghadapi kritik.” 3

Dari kutipan di atas penulis memahami, karikatur dapat mengiringi

interpretasi pembaca pada hal yang imajinatif dan pembaca bisa saja

menginterpretasikan melampaui apa yang dipikirkan oleh karikaturisnya.

Berita Kota menyajikan karikatur berupa gambar yang biasanya mewakili

berbagai makna, sehingga kekuatan karikatur terletak pada bentuk visual yang

menghemat kata dan tidak memerlukan keterangan.

Gambar yang ada dalam karikatur sudah lebih dari kata-kata dan komentar,

apalagi karikatur yang didalamnya penuh muatan yang bernuansa humor dan kritik.

Setiap karya karikatur pada prinsipnya juga merefleksikan isi dari pemikiran yang

berkembang di masyarakat.

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik meneliti karikatur, karena dengan

membongkar makna yang tersurat maupun tersirat dalam bentuk tanda non verbal

maupun verbal yang ada dalam karikatur, maka penulis dapat memahami berbagai

permasalahan yang dihadapi oleh Pemprov.

Muhammad Nashir Setiawan menganalogikan karikatur:

Untuk mengungkap interpretasi maksud suatu karikatur kurang lebih tingkat


kesulitannya sama dengan menafsirkan tindakan sosial. Ini merupakan
penegasan bahwa pada sisi lain tindakan manusia terdapat makna yang harus
ditangkap dan dipahami, sebab manusia melakukan interaksi sosial melalui
bentuk komunikasi yang menggunakan media simbol-simbol. Lebih lanjut
3
Muhammad Nashir Setiawan, Menakar Panji Koming : Tafsiran Komik
Karya Dwi Koendoro Pada Masa Reformasi tahun 1998, Penerbit Buku Kompas,
Jakarta, 2002, h. 50.
dikatakan bahwa karikatur merupakan salah satu karya seni yang dapat dijadikan
rujukan untuk memahami dinamika sosial yang sedang terjadi dalam
masyarakat. 4

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan, untuk memahami

karikatur sama sulitnya dengan mendalami tindakan sosial. Sebab manusia di dalam

tindakan komunikasinya ada yang menggunakan simbol-simbol seperti karikatur,

bentuk karikatur merupakan karya seni yang dapat dijadikan rujukan untuk

memahami dinamika sosial yang sedang terjadi di masyarakat.

Dari keterangan di atas penulis berpendapat, perlu diungkapkannya

interpretasi suatu karikatur guna memahami dinamika sosial yang sedang terjadi

dalam masyarakat. Salah satunya adalah kritik sosial redaksi Berita Kota terhadap

kinerja Pemprov DKI Jakarta yang berdasarkan makna denotasi, makna konotasi,

dan mitos dari tanda-tanda visual dan teks dalam karikatur.

Berhubungan dengan tanda dan makna yang ada pada karikatur, ilmu yang

berkaitan dengan tanda dikenal dengan semiotika.

Aart van Zoest menjelaskan, “Semiotika adalah studi tentang tanda dan

segala yang berhubungan dengannya; cara berfungsinya, hubungannya dengan

tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang

mempergunakannya”. 5

4
Ibid, h. 10-11.
5
Aart van Zoest, Serba-serbi Semiotika, editor Panuti Sudjiman dan Aart
van Zoest , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991, h. 5.
Pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis makna konotatif,

denotatif dan mitos secara lebih cermat pertama kali diperkenalkan oleh Roland

Barthes, yang kemudian dikenal dengan istilah Semiotik.

Mengenai analisis Semiotik, Komarudin Hidayat menyatakan ;

Bidang kajian semiotik atau semiologi adalah mempelajari fungsi tanda


dalam teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam teks
yang berperan membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang
terkandung didalamnya. Dengan ungkapan lain, semiologi berperan untuk
melakukan interogasi terhadap kode-kode yang dipasang oleh penulis agar
pembaca bisa memasuki bilik-bilik makna yang tersimpan dalam sebuah teks.
6

Penulis memahami, jika dihubungkan dengan karikatur, semiotik

mempelajari fungsi tanda gambar, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang

ada dalam karikatur yang berperan membimbing pembacanya agar bisa menangkap

pesan yang terdapat di dalamnya. Dengan kata lain, semiologi berperan untuk

melakukan interogasi terhadap kode-kode yang dipasang penulis agar pembaca bisa

memasuki bilik-bilik makna yang tersimpan dalam sebuah gambar.

6
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing), PT. Remaja Rosdakarya , Bandung, 2001,
h. 106-107.
Analisis semiotik menyediakan sebuah konsep kerja yang menyeluruh dan

seperangkat metode dengan ketentuan yang bisa dipakai sejauh mungkin terhadap

tanda-tanda praktis gerak isyarat, pakaian, tulisan, fotografi, film, dan sebagainya..

B. Masalah Pokok

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan permasalahan yang dihadapi

oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta, seringkali menimbulkan pro dan kontra yang

tidak jarang menimbulkan permasalahan baru.

Setiap fenomena yang terjadi di Jakarta yang diberitakan oleh Berita Kota

secara terus menerus sampai terbentuknya kritik redaksi terhadap Pemprov DKI

Jakarta. Hal tersebut ditampilkan dalam bentuk gambar dan tulisan berupa karikatur

di Berita Kota. Kritik sosial terhadap kinerja pemerintah provinsi DKI yang

disajikan oleh redaksi berita kota akan lebih menarik dan mudah dipahami pembaca,

meski pemahaman masyarakat tidak terlalu mendalam. Hal ini menandakan

besarnya pengaruh karikatur untuk menyampaikan sikap dan pandangan redaksi

kepada pembacanya.

Berdasarkan keterangan diatas, penulis merumuskan masalah untuk

penelitian sebagai berikut:

“Bagaimana Kritik Sosial Redaksi Berita Kota Mengenai Kinerja

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang Dikemas dalam Karikatur ?”

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis menetapkan judul

sebagai berikut:
“Kritik Sosial Redaksi Berita Kota Mengenai Kinerja Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta yang Dikemas dalam Karikatur”

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna karikatur lebih dalam

guna mengetahui bagaimana redaksi memberikan kritik dalam masalah sosial

terhadap pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam karikatur di Berita Kota

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan teoritis penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan Ilmu

komunikasi khususnya dalam bidang Ilmu Jurnalistik terutama menganalisis

semiotik terhadap karikatur.

Kegunaan praktis penelitian ini sebagai masukan bagi redaksi Berita Kota

dalam penyampaian kritik sosial pada karikatur.

E. Sisitematika Penelitian

Bab I, berisi latar belakang permasalahan, masalah pokok, tujuan, kegunaan

penelitian serta sistematika penelitian.

Bab II, berisi kerangka teori. Penulis menjabarkan konsep-konsep yang akan

digunakan penulis dalam penelitian ini yang dinamakan tinjauan pustaka. Pada bab

II juga memuat definisi konseptual dan kerangka pemikiran.

Bab III, berisi prosedur penelitian, penulis akan menjabarkan metode yang

akan penulis gunakan dalam desain penelitian. Bab ini juga memuat populasi dan

sample, bahan penelitian dan unit analisis, metode pengumpulan data, serta metode

analisis data.
Bab IV, berisi tentang subjek penelitian dan hasil dari penelitian beserta

pembahasan dari permasalahan yang penulis angkat.

Bab V, berisi kesimpulan penelitian dari permasalahan yang penulis angkat.

Dan memuat saran kepada media yang dipilih penulis.


BAB II

KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Dalam pembahasan kerangka teori ini, penulis akan menjelaskan beberapa

konsep dan teori yang berhubungan dengan masalah pokok penelitian, berikut ini :

1. Surat Kabar

2. Kritik Sosial

3. Karikatur

4. Semiotik

1. Surat Kabar

Surat kabar adalah salah satu instrumen pembentukan opini yang banyak

digunakan khalayak untuk mendapatkan informasi tentang fenomena yang terjadi di

sekitarnya.

Menurut AM Hoeta Soehoet, “Media massa dibagi dua menurut

periodisitasnya (keteraturan waktu penyampaian isi pernyataan), yaitu massa media

non periodik dan massa media periodik”7

Dari pembagian kategori yang diberikan AM Hoeta Soehoet ini dapat ditarik

kesimpulan, media massa terbagi dua, yaitu media massa yang terbit secara teratur,

7
AM. Hoeta Soehoet, Media Komunikasi, Penerbit Yayasan Kampus
Tercinta IISIP Jakarta, 2003, h. 51
10
berkala, dan berkesinambungan atau terus menerus disebut media massa periodik

(mass media periodic). Sedangkan media massa yang diterbitkan secara teratur

berkala dan berkesinambungan atau terus menerus disebut media massa periodik

(mass media periodic). Sedangkan media massa yang diterbitkan secara momental,

tentative dan hanya menanggapi suatu fenomena secara reaksional disebut media

massa non periodik (mass media non periode).

Mohamad Ngafenan mengatakan, surat kabar adalah “Salah satu media

tercetak yang tidak terjilit, dalam ukuran normal tiap halaman terdiri dari 9 kolom.

Ada juga yang terbit 8 halaman, 12 halaman, 16 halaman.” 8

Penulis memahami, surat kabar adalah media massa yang tercetak

(menggunakan mesin cetak), tapi tidak dijilid seperti majalah. Tiap halaman

biasanya berisi 9 kolom, dengan jumlah halaman sekitar 8 sampai 16 halaman.

Menurut Kurniawan Junaedhie, surat kabar adalah:

Sebutan bagi penerbit pres yang termasuk dalam media massa tercetak,
berupa lembaran-lembaran berisi berita, karangan dan iklan dan diterbitkan
secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan, serta diedarkan secara umum.
Isinyapun harus actual. Juga bersifat universal, maksudnya pemberitaanya
harus bersangkut paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan. 9

Dari definisi di atas penulis memahami, surat kabar adalah media masa

tercetak yang berisi berita, karangan dan iklan yang diterbitkan secara berkala serta

diedarkan secara umum. Isinya harus aktual dan universal.


8
Mohamad Ngafenan, Kamus Jurnalistik, Dahara Prize, Semarang,
1992,h.110
9
Kurniawan Junaedhie, Enslikopedia Pres Indonesia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1991, H. 257.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, jika dikaitkan dengan penelitian maka

penulis menyimpulkan bahwa Berita Kota adalah surat kabar, karena media masa

tercetak yang berisi berita, karangan dan iklan yang diterbitkan secara berkala dan

berkesinambungan atau terus menerus serta diedarkan secara umum, berisi 9 kolom,

dengan jumlah 12 halaman, Isinya aktual dan universal.

2. Kritik Sosial

Menurut Onong Uchana Effendy

Pers adalah lembaga kemasyarakatan (sosial institution)., ...pers berada


dalam keterikatan organisasi yang bernama negara, karena eksistensi pers
dipengaruhi, bahkan ditentukan oleh falsafah dan sistem politik negara dimana
pers itu hidup. Dalam libertarian theory, mengenai hubungan posisi manusia
terhadap negara. Manusia tidak bisa lagi dianggap bebas untuk dipimpin dan
diarahkan. Kebenaran bukan lagi milik penguasa. Hak untuk mencari kebenaran
merupakan hak kodratiah manusia. Dan pers dianggap sebagai partner dalam
mencari kebenaran. 10

Sedangkan Amin Rais berpendapat

Kritik melewati pers merupakan suatu proses yang ditinjau dari tradisi
komunikasi. Dari segi pengkritik, pers mungkin dapat dianggap sebagai suatu
saluran yang dapat menghilangkan kericuhan yang akan timbul kalau
menyampaikan kritik secara langsung. Dan saluran pers juga tidak mungkin
menyampaikan komunikasi dengan bentuk pesan yang tak langsung dengan hati-
hati karena pers adalah media massa yang mempunyai gaya komunikasi
tersendiri. 11

Dapat dipahami dari kedua pendapat di atas, pers adalah lembaga yang dekat

dengan masyarakat. Lembaga yang diberikan wewenang oleh negara untuk mencari

10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek , CV
RemajaKarya, Bandung, 1999, h.188-189
11
Amin Rais, Demokrasi dan Proses Politik, LP3ES, Jakarta, 1986, h.224
kebenaran, karena pers dapat menyampaikan segala kritik yang beredar di negara ini

dengan teknik komunikasi yang terkendali dan lebih hati-hati, sehingga tidak

menimbulkan kericuhan ketika kritik itu dilayangkan kepada seseorang atau

lembaga tertentu.

Karl Mannheimin dalam Amin Rais, “....Kritik sosial perlu melembagakan

diri, menemukan saluran-saluran yang dapat menjelaskan, memfokuskan,

memperinci dan merumuskan dalam langkah-langkah operasional, mengenai apa

yang diusulkan untuk diperbaiki” 12

Penulis memahami, kritik-kritik yang ada perlu diarahkan agar lebih terfokus

dalam penyalurannya untuk melakukan perbaikan dalam masyarakat.

Kritik sosial menurut Astrid Susanto adalah “penilaian ilmiah ataupun

pengujian terhadap situasi masyarakat pada suatu saat.” 13

Berdasarkan pendapat Astrid dapat dipahami, kritik sosial itu muncul secara

natural berdasarkan situasi yang berkembang dalam masyarakat.

Dari pendapat-pendapat di atas jika dikaitkan dengan masalah penelitian,

surat kabar Berita Kota yang merupakan lembaga pers yang berperan sebagai penilai

ataupun penguji yang menyampaikan kritikan secara terfokus guna memperbaiki

sesuatu yang tidak semestinya dalam masyarakat. Dan kritik pun disampaikan

12
Amin Rais, Op.Cit, h.110
13
Ibid, h,10
dengan teknik komunikasi tertentu, sehingga pesan yang sampai ke masyarakat akan

lebih menarik dan mudah dipahami pembaca.

3. Karikatur

Karikatur merupakan salah satu bentuk penyampaian opini redaksi dalam

surat kabar yang dituangkan dalam bentuk karikatur, berbeda dengan bentuk

penyampaian opini redaksi melalui karya jurnalistik lainnya yang menggunakan

bahasa tulisan sebagai perangkat dasarnya.

Opini redaksi yang disampaikan melalui karikatur menggunakan gambar

yang menyingkap makna tertentu. Tujuan pada suatu opini dan kritik terhadap

fenomena umumnya berkaitan dengan masyarakat politik maupun sosial.

Sementara Djujuk Juyoko mengatakan “karikatur adalah pernyataan sikap,

pendapat redaksi yang dituangkan dalam bentuk gambar, ide, gagasan yang sudah

ada disimplisir, dan diskristalisir, dituangkan yang di dalamnya mengandung

argumen” 14

Hal yang hampir serupa juga disampaikan oleh Alex Sabur “karikatur adalah

bagian dari opini penerbitan yang dituangkan dalam bentuk khas.” 15

Dari kedua pendapat di atas penulis memahami bahwa karikatur adalah

penyampaian sikap dari redaksi yang dituangkan dalam bentuk gambar, ide, gagasan

yang disampaikan dalam bentuk yang khas.


14
Djujuk Juyoko, Jurnalistik Produk Sarana Penggerak Lapangan Karya
Raksasa, CV, Nurcahaya, Jogyakarta, 1985, h. 64.
15
Alex Sabur, semiatik komunikasi,Opcit, h. 139.
Djujuk Juyoko menambahkan :

“Untuk mempertegas gambar diperlukan kata-kata yang mengarah sasaran,

karikatur ini juga dibikin berdasarkan aktualitas (lain kartun), peristiwa masyarakat

kepentingan orang banyak.” 16

Gundar Banjar Jarnahor membedakan antara karikatur dengan kartun,

“gambar lelucon yang muncul di media massa hanya berisi humor tanpa memikul

kritik sosial apapun, biasanya disebut kartun. Sedangkan lelucon yang membawa

pesan kritik sosial seperti halnya isi tajuk rencana disebut karikatur.” 17

Alex Sobur menjelaskan tentang karikatur :

Bahwa sebetulnya karikatur adalah bagian dari kartun opini, tapi kemudian
menjadi salah kaprah, karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik dan
sebagainya berarti telah menjadi kartun opini. Dengan kata lain kartun yang
membawa pesan kritik sosial, yang muncul di setiap penerbitan surat kabar
adalah political cartoon atau editorial kartun, yaitu versi lain dari editorial atau
tajuk rencana dalam versi gambar humor. Inilah yang biasa kita sebut dengan
karikatur. 18

Lebih lanjut Muhammad Nashir Setiawan membagi kartun menjadi dua tipe :

Dalam kartun terdapat dua tipe yang berbeda. Pertama, kartun humor atau
sering disebut gag cartoon. Kartun ini mengangkat humor-humor yang sudah
dipahami secara umum oleh masyarakat, dan kadang juga dipergunakan untuk
menyindir kebiasaan-kebiasaan perilaku seseorang atau situasi tertentu.
Kedua, kartun politik (political cartoon), yang mengangkat topik tentang
situasi politik yang bisa dibuat lelucon, namun ada kalanya tidak bisa dibuat
sebagai lelucon. Kartun politik sangat sarat dengan kritik tajam terhadap

16
Djujuk Juyoko, Loc. Cit
17
Gundar Banjar Jarnahor, Wartawan Freplance , Randuan menulis artikel
untuk media cetak dan elektronik, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta1995, h. 167
18
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Rumiya Rosda Karya, Bandung,
2003, h. 138-139
perilaku serta kebijakan “tokoh”. Tokoh ini dapat digambarkan sebagai individu
pejabat pemerintah, aparat, politikus, lembaga, atau institusi tertentu, dan
sebagainya. 19

Berkaitan dengan kartun politik (political cartoon), GM. Sudharta

berpendapat:

Soal kartun dan karikatur memang cukup untuk diperdebatkan. Karikatur,


menurut saya, adalah bila seseorang atau lebih digambar “lebih indah” dari
aslinya. Artinya, kita mem-pletat-pletot-kan wajah orang terkenal atau
menonjolkan karakter lahiriahnya. Karikatur dan semua gambar humor adalah
kartun. Kartun politik yang kita buat, versi lain tajuk rencana, istilah di sana
adalah political cartoon atau editorial cartoon sedangkan di sini disebut
karikatur. 20

Lebih lanjut mengenai perbedaan kartun dan karikatur, menurut Pramono :

Sebetulnya karikatur merupakan bagian dari kartun opini, tetapi menjadi


salah kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik, dan sebagainya
telah menjadi kartun opini. Muatan kartun opini secara situasional berlangsung
singkat. Karena itu ada empat hal teknis yang harus diingat dalam membuat
kartun opini, yaitu: Pertama, harus informatif dan komunikatif. Kedua, harus
situasional dengan pengungkapan yang hangat. Ketiga, cukup memuat
kandungan humor. Keempat, harus mempunyai gambar yang baik. 21

Dari penjelasan GM. Sudharta di atas, penulis menyimpulkan, karikatur dan

semua gambar humor merupakan kartun. Karikatur di Indonesia dikenal dengan

nama kartun politik. Untuk memenuhi aspek karikatur maka ada empat hal teknis,

yakni pertama, harus informatif dan imajinatif. Kedua, situasional dengan peristiwa

yang ada. Ketiga, cukup memuat kandungan humor. Keempat, mempunyai gambar

yang baik. Bila dikaitkan dengan masalah penelitian, maka karikatur Pemerintah
19
Muhammad Nashir Setiawan, Op.Cit., h. 33-34
20
Majalah Prisma, NO1.1996,LP3S, h. 46
21
Majalah Prisma NO1.1996,LP3S, h. 49.
Propinsi DKI Jakarta di Berita Kota sudah memenuhi persyaratan untuk dikatakan

sebagai gambar karikatur.

Dikutip dari Augustin Sibarani, dunia karikatur dapat dibagi menjadi tiga

wadah penjelmaan, yaitu:

Personal caricature, (karikatur perorangan pribadi). Seorang tokoh


digambarkan tanpa kehadiran obyek lain atau situasi di sekelilingnya secara
karikatural dengan mengekspos ciri-cirinya dalam bentuk wajah ataupun
kebiasaannya.
Social caricature (karikatur sosial dan kemasyarakatan). Tema sentral
yang dikemukakan dan digambarkan adalah persoalan masyarakat yang
menyinggung rasa keadilan sosial. Misalnya perbedaan yang menyolok
antara si kaya dan si miskin.
Political caricature (karikatur politik). Tujuannya untuk
menggambarkan suatu situasi politik sedemikian rupa sehingga kita dapat
melihatnya dari segi humor dengan menampilkan para tokoh politik di atas
panggung dan mementaskannya dengan lucu. 22

Berdasarkan kutipan di atas, karikatur itu ada tiga jenis, yaitu karikatur

pribadi, karikatur sosial, dan karikatur politik. Bila dikaitkan dengan masalah

penelitian, maka karikatur di Berita Kota merupakan karikatur sosial dan

kemasyarakatan atau social caricature.

Jika dihubungkan dengan masalah penelitian, karikatur merupakan produk

jurnalistik yang memuat opini redaksi mengenai fenomena yang terjadi dengan

penyampaian yang jenaka, menghibur, informatif, komunikatif, situasional dengan

pengungkapan yang hangat dan sarat dengan kritikan yang tajam.

22
Augustin Sibarani, Karikatur dan Politik, Institut Studi Arus Informasi,
Jakarta, 2001, H. 20-27.
4. Semiotik

Alex Sobur berpendapat tentang semiotika, yaitu “secara etimologis, istilah

semiotik berasal dari kata Yunani Semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri

didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun

sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.” 23

Sedangkan secara terminologis, Aart Van Zoest mendefinisikan semiotik

sebagai, “Studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya; cara

berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan

penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya” 24

Sedangkan semiotik menurut Preminger adalah, “Ilmu tentang tanda-tanda.

Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial / masyarakat dan kebudayaan itu

merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan

konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.” 25

Tanda menurut Peirce adalah, “Segala sesuatu yang ada pada seseorang

untuk menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas.” 26

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan semiotik adalah studi

tentang tanda-tanda. Tanda yang dimaksud merupakan segala sesuatu yang

23
Alex Sobur, Op.Cit., h. 95.
24
Aart van Zoest, Serba-serbi Semiotika, editor Panuti Sudjiman dan Aart
Van Zoest , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991, h. 5.
25
Alex Sobur, Op.Cit., h. 96.
26
Aart van Zoest, Op.Cit., h. 43.
terbentuk dari konvensi dan dapat mewakili sesuatu yang lain. Termasuk didalam

tanda, yaitu fenomena sosial dan kebudayaan juga semua hal yang berhubungan

dengan tanda seperti cara berfungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain,

pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka juga yang menggunakannya itu

didasarkan pada sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan

tanda itu mempunyai arti.

Berkenaan dengan studi semiotik, pada dasarnya pusat perhatian pendekatan


semiotik adalah pada tanda (sign). Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting
dalam studi semiotik, yakni:

1. The Sign itself. This consist of the study of different varieties of sign, of the
different ways they have of conveying meaning, and of the way they relate to the
people who use them. For sign are human construct and can only be understood
is terms of the uses people put them to.(Tanda itu sendiri. Hal ini berkaitan
dengan beragam tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan makna serta
cara menghubungkannya dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah
buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang
menggunakannya.)
2. The codes or systems into which signs are organized. This study covers
the ways that a variety of codes have developed in order to meet the needs of a
society or culture. (Kode atau sistem di mana lambang-lambang disusun. Studi
ini meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk
mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan).
3. The culture within these codes and signs operate. (Kebudayaan di mana
kode dan lambang itu beroperasi). 27

Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan, ada tiga area penting dalam

semiotika terkait dengan tanda itu sendiri dengan ragamnya yang berbeda dan hanya

dimengerti oleh orang-orang yang menggunakannya. Lalu kode dan lambang itu

disusun serta kebudayaan tempat lambang dan kode itu beroperasi. Sedangan

27
Alex Sobur, Op.Cit., h. 94
Kebudayaan membentuk lambang dan kode, seperti apa yang berlaku di suatu

wilayah tertentu yang menentukan makna bagi masyarakatnya.

Bila dikaitkan dengan masalah penelitian, yakni mengenai karikatur

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Berita Kota, maka pada area pertama yaitu

tanda itu sendiri adalah gambar karikatur. Pada area yang kedua kode atau sistem

dimana lambang disusun adalah gambar fenomena sosial yang berada dalam

karikatur. Sedangkan area ketiga kebudayaan dimana kode dan lambang itu

beroperasi adalah karikatur pemerintah Propinsi DKI Jakarta yang berada di dalam

lingkup media massa cetak yaitu surat kabar.

Berkaitan dengan kode, Barthes membagi lima jenis kode pembacaan untuk

menganalisis sebuah tanda :

1. Kode Heurmeneutik (heurmeneutic code) adalah satuan-satuan yang


dengan berbagai cara berfungsi untuk mengartikulasikan suatu persoalan,
penyelesaiannya, serta aneka peristiwa yang dapat memformulasi persoalan
tersebut, atau yang justru menunda-nunda penyelesaiannya, atau bahkan yang
menyusun semacam teka-teki dan sekadar memberi isyarat bagi
penyelesaiannya.
2. Kode semik (code of semes) atau konotasi adalah kode yang
memanfaatkan isyarat, petunjuk, atau “kilasan makna” yang ditimbulkan oleh
penanda-penanda tertentu.
3. Kode simbolik (symbolic code) merupakan kode “pengelompokkan” atau
konfigurasi yang gampang dikenali karena kemunculannya yang berulang-ulang
secara teratur melalui berbagai cara dan sarana tekstual.
4. Kode Proairetik (proairetic code) merupakan kode “tindakan” (action).
Kode ini didasarkan atas konsep proairesis, yakni “kemampuan untuk
menentukan hasil akibat dari suatu tindakan secara rasional.
5. Kode kultural (cultural code) merupakan semacam suara kolektif yang
anonim dan otoritatif; bersumber dari pengalaman manusia, yang mewakili atau
berbicara tentang sesuatu yang hendak dikukuhkannya sebagai pengetahuan atau
kebijaksanaan yang “diterima umum”. 28

Dari penjelasan tersebut jika dikaitkan dengan masalah penelitian penulis,

dapat disimpulkan bahwa dalam menganalisa tanda-tanda dalam karikatur tentang

Pemprov DKI Jakarta di Berita Kota harus melalui tahap-tahap seperti yang

diungkapkan oleh John Fiske yaitu tiga area penting dalam tanda dan membacanya

dengan lima kode pembacaan yang diutarakan oleh Barthes.

Untuk menganalisis makna dari tanda-tanda dalam karikatur di Berita Kota,

penulis menggunakan semiotika dengan pendekatan Roland Barthes. Roland

Barthes, membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-

tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju pada gagasan tentang signifikasi dua

tahap (two order of signification) seperti terlihat pada bagan dibawah ini.

28
Kris Budiman, Semiotika Visual, Penerbit Buku Baik, Yogyakarta, 2003,
h. 55-57
Bagan II. 1 Signifikasi Dua Tahap Teori Barthes 29

First Order Second order

Reality Signs
Culture

Form Konotasi
Signifier
Denotation
Signified Content Mitos

Berdasarkan gambar di atas Barthes, seperti dikutip Fiske, menjelaskan :

Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified


didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai
denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang
digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini
menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan
atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya . Dengan kata
lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek;
sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya.30

Lebih lanjut seperti dikutip Alex Sobur, Barthes menjelaskan tahap kedua

dari signifikasinya :

Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja
melalui mitos (myth). Mitos adalah “sebuah bagaimana kebudayaan
menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.

29
Alex Sobur, Op.Cit, h. 127
30
Loc.Cit.
Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi.
Mitos primitif misalnya, mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa, dan
sebagainya. Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai feminitas,
maskulinitas, ilmu pengetahuan, dan kesuksesan. 31

Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan, bagi Barthes faktor penting

dalam konotasi adalah penanda dalam tahapan pertama. Penanda pertama itu

merupakan tanda konotasi. Sementara itu unsur-unsur pembentuk dalam mitos harus

diarahkan pada asal-usul atau pembentukan sistem semiotik tingkat dua dengan

melihat unsur (konotator) sebagai unsur pembentuk makna.

Mitos menurut Barthes adalah, “sebuah sistem komunikasi yang dengan

demikian dia adalah sebuah pesan.” 32

Lebih lanjut tentang mitos, menurut Barthes :

Mitos terletak pada sistem tanda tingkat dua penandaan. Setelah sistem
tanda-penanda-petanda terbentuk, tanda tersebut akan menjadi penanda baru
yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Konstruksi
penandaan pertama adalah bahasa, sedang konstruksi penandaan kedua
merupakan mitos. Konstruksi penandaan tingkat kedua ini dipahami Barthes
sebagai metabahasa. 33

Bila dikaitkan dengan masalah penelitian maka, setidaknya ada perbedaan

antara konotasi dan denotasi. Denotasi merupakan apa yang digambar Berita Kota

tentang kinerja Pemprov DKI Jakarta, sedangkan konotasi adalah bagaimana redaksi

Berita Kota melakukan kritik Pemprov DKI Jakarta.

31
Ibid, h. 128
32
Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, Yayasan Indonesia Tera,
Magelang, 2001, h. 84.
33
Ibid, h. 22-23.
Sementara itu, berkaitan dengan tahapan kedua, yaitu mitos. Barthes

membuat skema mengenai pemusatan sistem analisis tentang sistem signification

pada tingkat konotasi.

Bagan II. 2 Proses Signifikasi Dua Tahap Teori Roland Barthes 34

1. Signifier 2. Signified
[Penanda Denotatif] [Petanda Denotatif]

3.Sign (Meaning)
[Tanda Denotasi] II.SIGNIFED
CONCEPT
I.SIGNIFIER [Penanda Konotatif]
FORM
[Penanda Konotatif]

Expression Content

Form Substance Form Substance

III. SIGN

SIGNIFICATION
[Tanda Konotatif]

Makna denotatif dikaji pada tahap pertama (1) Signifier, (2) Signified, (3)

Sign (Meaning), sedangkan makna konotatif dikaji pada tahap dua I.SIGNIFIER, II.

SIGNFIED, III. SIGN. Form (bentuk) pada signifer memiliki form dan substance,

begitu pula Concept (konsep) pada signifier memiliki form dan substance.

Mengenai mitos sebagai bagian dari sistem semiotik tingkat dua , St. Sunardi

berpendapat, “Sebagai sistem semiotik, mitos dapat diuraikan ke dalam tiga unsur,

yaitu: signifier, signified, dan sign. Untuk membedakan istilah-istilah yang sudah

34
St. Sunardi, Semiotika Negativa, Penerbitan Buku Baik, Yogyakarta, 2004,
h.105
dipakai dalam sistem semiotik tingkat pertama, Barthes menggunakan istilah

berbeda untuk ketiga unsur itu, yaitu, form, concept, dan signification”. 35

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa mitos sendiri diuraikan dalam tiga

unsur dengan menggunakan penamaan yang sama dengan sistem semiotik tahap

pertama, yaitu signifier (penanda), signified (petanda), dan sign (tanda) itu sendiri.

Namun, Barthes membedakannya dengan sistem semiotik tahap dua, yaitu dengan

nama form (bentuk), concept (konsep), serta signification (signifikasi) antara bentuk

dan konsep.

Lebih lanjut Sunardi mengatakan, “Dengan kata lain, form sejajar dengan

signifier, concept sejajar dengan signified, dan signification sejajar dengan sign”. 36

Dari skema di atas, Sunardi melihat bahwa sistem mitos sebagai sistem

semiotik tingkat dua dapat dijabarkan secara lebih rinci untuk kepentingan analisis,

yaitu :

Sebagai sistem mitos, dia terdiri dari SIGNIFICATION, FORM, dan


CONCEPT. Karena sistem mitos adalah juga sistem semiotik, kita dapat
membuat skema : III. SIGN, I. SIGNIFIER (expression), dan II. SIGNIFIED
(content). Expression dan content ditambahkan dalam skema tersebut agar
dapat mengenali lebih rinci watak FORM (signifier) dan CONCEPT (signified).
Dengan menambahkan expression di sini, kita tahu bahwa FROM (signifier)
mempunyai form dan substance. Dengan melihat skema diatas dan penjelasan
ini, kita mendapatkan sedikit kesulitan dalam menggunakan dua macam form :
FORM (pada tingkat mitos, jadi pasangan dari CONCEPT) dan form (pada
linguistik). Dalam kesulitan ini ternyata kita justru mendapatkan terang: kita

35
Ibid, h.89
36
Ibid, h. 89
dapat mempunyai FORM karena justru dalam diri expression sudah
mempunyai form. 37

Dari bagan signifikasi dua tahap Barthes maka penulis menyimpulkan bahwa

pemaknaan tanda melalui dua tahap pemaknaan. Tahap pertama, makna denotasi

yang mengungkap makna paling nyata dari tanda. Lalu tahap kedua, makna konotasi

terkait erat dengan tanda dan pemakainya, yaitu budaya pemakainya. Dari makna

konotasi tersebut akan didapatkan mitos, yakni saat budaya tersebut diceritakan dan

diberikan penilaian dengan melakukan pemaknaan terhadap tanda.

Jadi pada dasarnya Karikatur di Berita Kota berisi tanda-tanda yang dapat

dimaknai berbeda tergantung di mana konteks budaya itu berlaku. Lambang-

lambang di dalamnya pun akan lebih mudah bila pembaca yang memaknai

memahami keterkaitan antara konteks budaya dan daerah di mana lambang tersebut

dimaknai. Praktik pemaknaan bisa terbentuk melalui konteks budaya yang berlaku

Dikutip dari St. Sunardi, menurutnya ada tiga kemungkinan untuk membaca

mitos, yakni :

Satu, menganalisis secara kritis. Dengan membaca mitos dengan sikap kritis
mengikuti petunjuk-petunjuk di atas, kita sebenarnya mengupas mitos sampai
kita tahu betul bagaimana mitos yang kita hadapi menjalankan fungsinya, yaitu
distorsi.
Kedua, membuat mitos dengan mengembalikan signification ke makna
literal, oleh karena itu kita mengembalikan kekuatan simbolis dari tanda tingkat
pertama.
Ketiga, menjadi konsumen mitos dengan menikmati mitos sampai kita
merasakan kehadiran, membiarkan mitos melakukan fungsinya. 38
37
Ibid, h.106
38
Ibid, h. 111-112
Dari penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa untuk membaca

mitos ada tiga kemungkinan, yaitu dengan menganalisis secara kritis,

mengembalikan kekuatan simbolis ke tahapan pertama, dan menjadi konsumen

mitos.

Berkaitan dengan masalah penelitian yaitu, kritik sosial redaksi Pemerintah

Propinsi DKI Jakarta dalam karikatur di Berita Kota, maka karikatur di Berita Kota

dapat dianalisis dengan pendekatan semiotika Barthes yang menitik beratkan pada

penandaan tingkat kedua yaitu mitos. Dengan kata lain suatu kritik yang

disampaikan telah dibuat sedemikian rupa untuk berkomunikasi. Karena semua

materi mitos, apakah berbentuk gambar dan tulisan mengisyaratkan sebuah

kesadaran akan pemaknaan. Dimana kebijakan dan permasalahan pada pemprov

DKI Jakarta menurut Barthes adalah “Hasil konstruksi di depan mata pembaca yang

selalu menimbulkan ilmu pengetahuan tentang masa depan.” 39

B. Definisi Konseptual

Dalam definisi konseptual, penulis akan menjelaskan tentang konsep yang

dibahas dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut :

Surat kabar merupakan media massa periodik yang berisi berita, karangan

dan iklan yang aktual dan universal dan disebarluaskan secara umum serta menjadi

kontrol sosial.

39
Roland Barthes, Mitologi, penerjemah Nurhadi & A. Sihabul Millah,
Penerbit Kreasi Wacana, 2004, Yogyakarta. h.4-5.
Kritik sosial merupakan penilaian redaksi Berita Kota melalui kritik, koreksi

dan kontrol terhadap kegiatan yang dilakukan pemerintah provinsi DKI Jakarta.

Dalam hal ini yang diteliti adalah kritik sosial redaksi Berita Kota terhadap kinerja

pemerintah provinsi DKI Jakarta melalui karikatur.

Karikatur merupakan bagian dari opini redaksi dalam bentuk gambar yang

mengandung makna dan tujuan tertentu, yang didalamnya berisi pernyataan sikap

redaksi, ide dan gagasan yang disampaikan dalam bentuk yang khas. Karikatur harus

situasional, inovatif dan imajinatif. Memiliki kandungn humor dan gambar yang

baik.

Semiotika merupakan studi tentang tanda, termasuk didalam tanda tersebut

fenomena sosial dan kebudayaan yang didasarkan pada sistem, aturan-aturan,

konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda mempunyai arti.

Pendekatan analisis yang penulis gunakan adalah pendekatan semiotik

Roland Barthes, untuk mengetahui kritik atau makna tanda yang ada pada karikatur

kebijakan Pemprov DKI Jakarta dan fenomena di DKI Jakarta dalam Berita Kota

pada tahap penandaan kedua, yaitu mitos. Adapun elemen yang dipakai adalah

signifikasi dua tahap Barthes, yaitu:

1. Signifikasi tahap pertama :

Makna denotasi : makna paling nyata dari tanda yang terdiri dari dari

hubungan antara signifier atau aspek material (berupa suara, bentuk, huruf,

gambar , gerak) dan signified atau aspek mental, yaitu konseptual dari aspek
material, dimana hubungan keduanya dinamakan sigfication (upaya dalam

memberikan makna).

2. Signifikasi tahap kedua :

Makna konotasi : merupakan bukan makna sebenarnya, yang merupakan

interaksi yang terjadi saat tanda bertemu dengan perasaan atau emosi serta nilai-

nilai budaya dari pembaca dalam memahami sebuah fenomena. Konotasi

memiliki makna subyektif. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang

digambarkan tanda terhadap suatu obyek, sedangkan konotasi adalah bagaimana

cara menggambarkannya.

Mitos : sebuah cerita yang menjelaskan tentang kebudayaan atau cara

kebudayaan menilai sesuatu, sebuah jalan dalam mengkonseptualisasikan atau

memahaminya. Budaya berhubungan dengan mitos, dan mitos juga memiliki

keterkaitan dengan ideologi.

Untuk membaca kode pada tanda dan makna konotasi yang akan

memunculkan mitos dalam karikatur kebijakan pemprov DKI Jakarta dan fenomena

di DKI Jakarta penulis juga menggunakan elemen pembantu yaitu, lima kode

pembacaan tanda yaitu kode heurmenutik, kode semik, kode simbolik, kode

proairetik, kode kultural dan tiga kemungkinan membaca mitos.


C. Kerangka Pemikiran

Karikatur
Roland Barthes

Produksi Teks
Kritik Sosial

Ideologi Media

Penjelasan :

Lahirnya pemikiran media dikuasai oleh kelompok dominan atau pemilik

modal. Hal inilah yang menyebabkan media tidak pernah bebas dari kekuasaan

dominan yang akibatnya hasil dari produknya merupakan konstruksi realitas yang

dibangun oleh pelaku media yang dikuasai oleh kelompok dominan.

Karikatur sebagai produk jurnalistik merupakan penggambaran terhadap fakta

dan bukan fiktif. Hanya saja bentuknya melalui tanda-tanda atau simbol-simbol

yang divisualisasikan ke dalam bentuk gambar yang mempunyai fakta dan

aktualitas.

Karikatur kinerja Pemprov DKI Jakarta termasuk produk jurnalistik, yang

materinya hangat dan aktual dan menangkap gejala sosial yang ada di masyarakat
Jakarta. Terkait dengan penelitian, maka gejala yang tertangkap dalam bahasa visual

dalam karikatur di Berita Kota adalah keritik sosial redaksi Pemerintah Provini DKI

Jakarta.

Berkaitan dengan konteks sosial yang meliputi kebudayaan, maka ideologi

yang sifatnya tersembunyi melalui semiotik pendekatan Barthes dengan mitosnya

dapat menelusuri dimana suatu budaya berkembang di masyarakat. Kebudayaan dan

ideologi berkaitan erat menjadi acuan proses kritik sosial redaksi.


BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Untuk mengetahui makna dan tanda yang terkandung dalam karikatur di

Berita Kota, penulis menggunakan analisis semiotik dengan pendekatan kualitatif.

Aart Van Zoest mengatakan, “Media massa pada instansi pertama, badan

pers-mudah digunakan untuk penelitian semiotik. Obyek penelitian ini kebanyakan

adalah mengusut ideologi yang melalui pemberitaan . . . ” 40

Mengenai pendekatan kualitatif pada analisis semiotik, Aart Van Zoest

menjelaskan, “Pada analisis kualitatif, tanda-tanda yang diteliti tidak, atau hampir

tidak, dapat diukur secara matematis. Analisis semacam ini sering menyerang

masalah yang berkaitan dengan arti atau tambahan dari istilah yang digunakan.” 41

Dalam penjelasan lain Lexy J. Moleong mengungkapkan, “Penelitian

kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan

perhitungan.” 42

40
Aart Van Zoest, Semiotika : Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang
Kita Lakukan Dengannya, Alih Bahasa Ani Soekowati, Yayasan Sumber Agung,
Jakarta, 1993, h. 146.

2. Ibid., h. 147

3. Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,


Bandung, 2004, h. 2.
Dikutip dari Dedy Mulyana, Bogdan dan Taylor mendefinisikan, “Metode

kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut

mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik

(utuh).” 43

Berkaitan dengan teks yang ada dalam karikatur, M. Nashir Setiawan

menjelaskan, “Tentu akan menyentuh bidang kesusastraan, untuk keperluan ini

dipinjam teori pengkajian fiksi, khususnya pendekatan heurmeneutik dengan

meminjam pola semiotik” 44

Menurut Kris Budiman, “Semiotik merupakan suatu pendekatan teoritis yang

sekaligus berorientasi kepada kode (sistem) dan pesan (tanda-tanda dan maknanya),

tanpa mengabaikan konteks dan pihak pembaca (audiens).” 45

Penulis menyimpulkan, bahwa analisis semiotik digunakan untuk mengusut

ideologi sebuah institusi media massa dengan pendekatan kualitatif yang mencari

tahu arti atau arti tambahan yang tidak diukur secara matematis dengan melakukan

penghitungan dari tanda-tanda dalam teks. Penjelasan ini relevan dengan masalah

4. Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu


Komunikasi dan Ilmu Lainnya, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, h. 156
44
Muhammad Nashir Setiawan, Menakar Panji Koming: Tafsiran Komik
karya Dwi Koendoro Pada Masa Reformasi Tahun 1998, Penerbit Buku Kompas,
Jakarta, 2002, h. 18.
45
Kris Budiman, Op.Cit, 2003, h.12
pokok penelitian penulis, yakni Bagaimana Kritik Sosial Redaksi Berita Kota

Mengenai Kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang Dikemas dalam Karikatur.

Metode penelitian yang digunakan dalam analisis semiotika adalah

interpretatif terhadap kajian persoalan lambang atau simbol.

B. Unit Analisis

Berdasarkan latar belakang masalah pada Bab I, penelitian ini terfokus pada

pengungkapan tanda dalam bahasa verbal maupun non verbal dalam karikatur

tentang kinerja Pemerintah provinsi DKI Jakarta.

Bahan penelitian yang digunakan penulis adalah karikatur pada Berita Kota

edisi Desember 2007 - Juli 2008 yang berkaitan dengan kinerja Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta.

Untuk mendapatkan hasil analisis yang diinginkan, maka penulis akan

menganalisis karikatur tentang kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut

satu persatu.

Subyek penelitian penulis adalah karikatur yang mengangkat Kinerja

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan unit analisisnya adalah sistem tanda dalam

karikatur.

C. Populasi dan Sampel

Jalaluddin Rakhmat mengatakan, “Bagian yang diamati itu disebut sampel,

sedangkan kumpulan objek penelitian disebut populasi. Obyek penelitian dapat


berupa orang, organisasi, kelompok, lembaga, buku, kata-kata, surat kabar, dan lain-

lain. Dalam penelitian, objek penelitian ini disebut satuan analisis (units of analys)

atau unsur-unsur populasi.” 46

Dari pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa populasi merupakan

keseluruhan dari objek yang diteliti, meliputi individu perorangan, organisasi

kelompok, dan benda seperti buku, tabloid atau pun surat kabar.

Populasi dari penelitian ini adalah karikatur pada Berita Kota edisi

Desember 2007 – Juli 2008 yang berkaitan dengan kinerja Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta, antara lain :

1. Sudah diserahkan pada ahlinya Jakarta tetap banjir edisi kamis, 6 Desember

2007

2. Jakarta banjir tahunan edisi kamis, 3 Januari 2008

3. Penyebab banjir Jakarta edisi sabtu, 2 Februari 2008

4. DBD serang Jakarta edisi sabtu, 16 Februari 2008

5. Pemadaman listrik di Jakarta edisi minggu, 24 Februari 2008

6. Jalan Jakarta yang rusak edisi kamis, 13 Maret 2008

7. Ulang tahun Jakarta ke 481 edisi selasa, 24 Juni 2008

8. Musim kampanye Jakarta pemadaman bergilir edisi minggu, 13 Juli 2008

46
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, cet-11, Remaja
Rosdakarya Bandung, 2002, h. 78.
Sampel menurut Kartini Kartono yaitu, “Contoh representan atau wakil dari

satu populasi yang cukup besar jumlahnya, yaitu sebagian dari keseluruhan yang

dipilih dan representatif sifatnya dari keseluruhan.” 47

Menurut Lexy J. Moleong purposive sampling pada penelitian kualitatif :

Maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin
informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions).
Dengan demikian tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-
perbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi. Tujuannya
adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik.
Maksud kedua dari sampling ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar
dari rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu , pada penelitian kualitatif
tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sampling).” 48

Dari pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa teknik sampling dalam

penelitian kualitatif adalah dengan menentukan sampel yang dipilih dari suatu

populasi sehingga bertujuan untuk merinci kekhususan dalam konteks yang unik dan

menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.

Berkaitan dengan purposive sampling, Suharsimi Arikunto mengatakan :

Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan


didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya
alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat menarik sampel
yang besar dan jauh. Walaupun cara seperti ini diperbolehkan, yaitu bahwa
peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-
syarat yang harus dipenuhi :
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b. Subyek yang diambil sebagai sampel, benar-benar merupakan subyek yang
paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key

47
Kartini Kartono, Pengantar Metode Riset Sosial, Mandar Maju, Jakarta,
1996, h. 129.
48
Lexy J. Moleong, Op.Cit., h. 224.
subject).
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan 49

Dari keterangan di atas, purposive sampling digunakan karena didasarkan

pada tujuan penelitian yakni mengungkap makna yang termuat dalam tanda pada

kriteria tertentu, yakni teks dan karikatur yang berkaitan dengan kinerja Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta.

Dikutip dari Dedy Mulyana, “Purposive sampling termasuk salah satu dari

beberapa jenis pengambilan sampel non probabilitas (non probability sampling)

yang Biasanya disebut dalam penelitian kualitatif. Disebut non probabilitas karena,

anda sebagai peneliti tidak bertujuan untuk menggeneralisasikan temuan penelitian.


50

Dari pendapat di atas penulis memahami bahwa tujuan dari penelitian tidak

untuk menggeneralisasi melainkan melakukan interpretasi terhadap temuan

penelitian.

Dengan demikian, untuk mengumpulkan data penulis menggunakan teknik

purposive sampling (sampel bertujuan), dengan tujuan untuk mengetahui makna dari

tiap-tiap karikatur yang berhubungan dengan kinerja Pempov DKI Jakarta.

Dari 8 karikatur di atas, penulis mengambil 4 karikatur sebagai sampel yang

akan diteliti, yaitu sempel 1, 4, 6, 7, dengan alasan keempat sampel ini berkaitan

49
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Cet-
11, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1998, h. 127-128.
50
Dedy Mulyana, Op.Cit., h. 187.
langsung dengan kinerja Pemprov DKI Jakarta, sedangkan 4 diantarnya lebih

bersifat umum atau menjadi permasalahan Nasional.

D. Metode Pengumpulan Data

Pada pengumpulan data, penulis akan menggunakan teknik pengumpulan

data seperti :

b. Penulis mengumpulkan karikatur Berita kota yang berkaitan dengan kinerja

Pemerintah Propinsi DKI Jakarta.

c. Untuk menganalisis karikatur, penulis menggunakan dua tahap signifikasi

Roland Barthes untuk melihat kinerja pemprov DKI yang ditampilkan dalam

karikatur kinerja pemerintah provinsi DKI Jakarta sebagai subyek

penelitian.

d. Dalam hal penerapannya metode ini menghendaki pengamatan menyeluruh

dari semua isi pesan/teks, baik berupa gambar maupun tulisan.

e. Penulis melakukan wawancara untuk memperoleh interpretasi pihak Berita

Kota mengenai kinerja pemprov DKI Jakarta yang ditampilkan Berita Kota

melalui karikatur.

f. Penulis juga melakukan penelitian kepustakaan untuk mengambil data-data

yang terkait dengan penelitian seperti buku-buku, jurnal, majalah, dan hasil

dari penelitian sebelumnya.


E. Metode Analisis Data

Untuk memperoleh jawaban bagaimana redaksi Berita Kota memberi kritik

sosial terhadap kinerja Pemprov DKI Jakarta melalui karikatur, maka teknik analisis

yang digunakan adalah mengamati dan memahami karikatur Berita Kota yang

dijadikan sampel dengan mengidentifikasi tanda-tanda (gambar dan teks) dari

karikatur tersebut yang menunjukkan adanya pesan tersirat yang disampaikan

redaksi. Menurut Dedy Mulyana untuk analisis data pada perspektif subjektif

(kualitatif), yakni : “induktif ; berkesinambungan sejak awal hingga akhir ; mencari

model, pola, atau tema.” 51

Dari keterangan di atas bila dikaitkan dengan masalah penelitian, maka

penulis harus membuat analisis yang sifatnya khusus menuju hal-hal yang umum.

Dengan demikian penulis akan menganalisis dari yang sifatnya khusus ke dalam

tema-tema tertentu yang sifatnya lebih umum. Saat menganalisis, makna yang

termuat dalam karikatur Berita Kota hasil analisisnya harus berkesinambungan

karena analisis kualitatif melakukan analisis secara holistik (utuh). Untuk

menjelaskan secara jelas, penulis menyajikan penelitan kualitatif menggunakan

analisis data secara induktif.

Menurut Lexy J. Moleong ada beberapa alasan menggunakan analisis data

secara induktif, yaitu sebagai berikut:

Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan


ganda sebagai yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat

51
Ibid, h. 148
membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan
akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh
dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan
kepada suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan
pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. Dan terakhir,
analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai
bagian dari struktur analitik. 52

Penulis akan melakukan penelahan atas tanda-tanda berupa gambar dan teks

dalam karikatur Berita Kota dengan membuat interpretasi berdasarkan makna

konotatif dari karikatur tersebut. Perangkat analisis yang penulis gunakan adalah

elemen signifikasi dua tahap Roland Barthes. Elemen tersebut menyediakan

perangkat analisis untuk mengetahui makna di balik tanda-tanda gambar dan teks

yang terdapat dalam karikatur tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis menempatkan diri sebagai peneliti dan

sekaligus pembaca, hal ini dimaksudkan agar lebih leluasa melakukan penelitian dan

memberi interpretasi terhadap karikatur Berita Kota tersebut. Pendekatan melalui

dua tahap signifikasi yang diberikan Barthes menjadi acuan penulis dalam meneliti

karikatur tentang kinerja pemprov DKI Jakarta.

52
Lexy J. Moleong, Op.Cit., h. 10
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Pada bab ini, penulis akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan.

Hasil penelitian dan pembahasan penulis, berkaitan dengan sejarah singkat Berita

Kota, data teknis Berita Kota, struktur organisasi Berita Kota, struktur redaksi Berita

Kota, bagan alur karikatur Berita Kota, dan keempat karikatur pada Berita Kota,

edisi 6 Desember 2007, 16 Februari, 13 Maret, 24 Juli 2008 yang menjadi sampel

penelitian penulis

1. Sejarah Singkat Harian Umum Berita Kota

PT. Dinamika Info Media yang bergerak dibidang penerbitan pers, didirikan

oleh Rudy Susanto pada tahun 1988. Ada dua buah media dibawah naungannya

yaitu Tabloid Mingguan Dinamika yang terbit awal tahun 1998 dan tutup pada

Maret 1999, dan Berita Kota yang terbit mulai 15 November 1999 sampai sekarang.

Dengan tutupnya Tabloid Mingguan Dinamika, maka Berita Kota berdiri sendiri

dibawah naungan PT. Pena Mas Pewarta yang beralamat di Jalan Suryopranoto 1-9

Delta Building Blok A 44-45, Petojo Selatan, Gambir, Jakarta Pusat. Pada awal

berdiri Berita Kota mempunyai karyawan 40 orang yang merupakan limpahan dari

karyawan tabloid Mingguan Dinamika yang sudah tutup, selanjutnya ada beberapa

41
karyawan tambahan dari luar dan sampai saat ini jumlah karyawannya mencapai 160

orang.

Visi media ini yaitu mewakili hati nurani rakyat dan bersama rakyat

membangun bangsa melalui informasi-informasi aktual dan terpercaya. Misi

media ini memperjuangkan kepentingan rakyat melaui pesan dan berita terkini.

Menyajikan berita-berita yang tajam dan terpercaya seputar politik, ekonomi,

sosial budaya dan Hamkam. Sebagai alat kontrol pemerintah guna mewujudkan

tatanan pemerintahan yang transparan, bersih dan bebas dari KKN.

Budaya perusahaan ini yaitu kerjasama tim. Keberhasilan usaha harus

mendapat dukungan penuh dari seluruh anggota organisasi yang tergabung dalam

manajemen Berita Kota. Kerja keras, seluruh insan yang bekerja tergabung dalam

manajemen Berita Kota harus bekerja keras untuk menghadapi tantangan dan

persaingan antar media sejenis sehingga menghasilkan prestasi yang optimal.

Rendah hati, setiap insan yang bekerja pada Berita Kota perlu bersikap rendah hati

namun tetap profesional menjalankan kegiatannya sesuai kompetensi yang dimiliki

masing-masing individu. Rasa peduli, setiap individu perlu memiliki rasa peduli

baik terhadap perusahaan maupun relasi, rekan kerja, pimpinan dalam kegiatan

pekerjaan yang menuntut ketrampilan dan disiplin.


2. Data Teknis Harian Umum Berita Kota

Nama media : Harian Umum Berita Kota

Slogan : Bukan Sekedar Berita

Penerbit : PT. Pena Mas Pewarta

Terbit : Setiap Hari

Ukuran : 37cm x 55cm

Jumlah Halaman : 16 halaman

Harga : Rp 1500

Alamat Redaksi : Delta Building Blok 44-45. Jl. Suryopranoto No.1 – 9,

Jakarta

Pusat. 10160. Telepon : 3803115, Faximili : 3803026


3. Struktur Organisai Redaksi Harian Umum Berita Kota

Pimpinan Redaksi

Wk.Pimpinan Redaksi

Redaktur Eksekutif

Ass.Red.Eksekutif I

Ass.Red.Eksekutif II

1. Red.Olahraga 1. Red.Hiburan 1. Red.Ekbis 1. Red.Perkotaan 1. Red.Bodetabek 1. Red.Hukum 1. Red.Mingguan


2. Ass.Red 2. Ass.Red 2. Ass.Red 2. Ass.Red 2. Ass.Red 2. Ass.Red 2. Ass.Red
3. Reporter 3. Reporter 3. Reporter 3. Reporter 3. Reporter 3. Reporter 3. Reporter

KA. Sekret KA.Perpusdok KA.Produksi 1. Koord.Fotografer Suplemen 1. Red.Nasional


2. Fotografer 2. Ass.Red.Nasional
4. Struktur Organisasi Redaksi

 Pemimpin Umum : Rudi Susanto

 Wakil Pemimpin Umum : H. Johnny Hardjojo

 Redaktur Eksekutif : Syahlan Bhaytansyon

 Asisten Redaktur Eksekutif : Syahlan Bhaytansyor

 Asisten Redaktur Eksekutif : Hasanudin, Suhartono,Sarjoto

 Redaktur : Aldinar Sinaga, H. Ahmad Rapiudin,

Donaldus Atu Abu, Markon, Piliang, Songa

Siagian, Nurudin, Yohanes Tenang

 Asisten Redaktur : Cecep Alrasyid, Lindawati, Mesti Amanda,

Nasution, Yubelnin, Pardamean Siagian,

Irwan Siswanto, Agus Sulaeman, Bambang

Supriyatna, Esdon Siringo-ringo

 Penasihat : H. Lukman Hakim Hasibuan

 Anggota Redaksi : Didi Krisna, Edison Siahaan, Batari Siregar,

Ema Kusuma Ali, Fidelia Setyawati, Mukmin

Yusuf, Dody Pranowo, TP Moan

Simanjuntak, Naomy Chandra Sari, Ariesmen

Herozy, Hesti Hening YB, Pophy Anita,

Lakksmi Wuryaningtyas, Hatorangan

Erickman Manurung,Teruna Jaya Ginting, M

Iskandar Zulkarnain, Dadang Sugandi, Ralian


Jawalsen, Rohman, Yudi Kurniawan,Ferry

Noviandi, Moh Sidik Permana, M Nor

Abubakar, Rawdhatul Ifadah, Andika Tirta

Saputra, Novi Nadya Pratiwi, Aria Triyudha,

Sumber Ginting

 Koresponden : Lyster Marpaung (Bandung), Adam

Adhariyudin (Serang-Cilegon), Asep Ali

Buni (Rangkas Bitung- Pandeglang)

 Fotografer : Muhamad Adiyansyah (Koordinator),

Lamhot Aritonang, Tri Handiyatno

 Koordinator Kartunis : Joko Luwarso

 Kepala Produksi : R Tjahjo Soekmono

 Koordinator IT : Verdi Tarandeli

 Sekretaris Redaksi : Soemarsono D

 Pemimpin Perusahaan : Ny Sinahwati Sutanto

 Wakil Pemimpin Perusahaan/

Manager Keuangan : Andi Darmawan

 Manager Sirkulasi : Onni Husein

 Manager SDM & Umum : Triyo Prasojo

 Manager Iklan : Erik Y Aradena


5. Bagan Alur Karikatur Berita Kota

Redaksi

Karikaturis Permasalahan yang Sedang Aktual Gambar

Lay Out Pra Cetak Plat Making Cetak

Sirkulasi Agen Pengecer Pembaca

Keterangan Bagan Alur Karikatur Berita Kota :

Dari bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa karikaturis membuat karikatur

berdasarkan permasalahan yang sedang aktual dan ide yang diperoleh merupakan

hasil imajinasi karikaturis dan masukan dari redaksi.

Setelah karikatur tersebut dituangkan dalam bentuk gambar, kemudian

dimasukkan ke bagian lay out untuk didisain di halaman surat kabar Berita Kota.

Setelah dinyatakan siap dicetak maka, diserahkan pada bagian pra cetak dan

selanjutnya ke bagian plat making untuk dikemas. Dan akhirnya diserahkan pada

bagian percetakan untuk di cetak. Lalu setelah siap untuk diedarkan, maka koran

berikut karikatur di dalamnya pun ikut dipasarkan ke agen, pengecer dan pada

akhirnya sampai pada si pembaca.


B. Hasil Penelitian

Untuk melihat bagaimana kritik sosial pada karikatur tentang Pemprov DKI

Jakarta yang disampaikan oleh redaksi Berita Kota, penulis menggunakan teori

Roland Barthes, yaitu analisis berdasarkan dua tahap signifikasi.

Dari analisis Roland Barthes ini dapat dimengerti secara aplikatif dan

operasional. Kedua tahapan ini dimulai dari pengungkapan makna denotatif

(signifikasi tingkat I), pengungkapan makna konotatif (didukung oleh penggunaan

kode-kode pembacaan meliputi kode hermeunetik, kode semik, kode simbolik, kode

proairetik dan kode kultural) dan pengungkapan mitos (signifikasi tingkat II), lihat

bab II.

Berdasarkan pengamatan atas karikatur di Berita Kota mengenai kritik sosial

redaksi terhadap Pemprov DKI Jakarta, empat karikatur sebagai populasi yang

terjaring untuk dijadikan bahan penelitian, yang sebelumnya telah dijelaskan di Bab

III mengenai alasan pemilihan populasi tersebut, berikut hasil penelitiannya.


Sampel 1. Sudah diserahkan pada ahlinya Jakarta tetap banjir edisi kamis, 6

Desember 2007

a. Signifikasi Tahap Pertama

Makna Denotasi : Di bagian tengah yang condong ke kiri bingkai karikatur,

terdapat gambar tugu monas yang pada bagian samping kiri kanannya dan atas

terdapat guratan garis acak yang banyak sehingga memberi kesan lebih gelap, dan

dibawahnya terlihat seperti gedung-gedung dan dibawahnya lagi terlihat sebuah

rumah kecil yang dipinggirnya terlihat beberapa garis bergelombang yang hampir

membentuk lingkaran.

Pada bagian tengah bingkai terdapat dua orang yang digambarkan setengah

badan tanpa bagian kaki, yang dikelilingi dengan beberapa garis bergelombang
yang hampir membentuk lingkaran. Pada bagian kepala terdapat beberapa helai

rambut di bagian depan kepala. Bentuk alis dengan garis horisontal melengkung

membentuk huruf ”n”. Sepasang mata yang digambarkan titik tebal. Bentuk hidung

yang membentuk seperti tiga buah huruf ’u’ yang berjajar dan berdempetan. bagian

mulut digambarkan dengan dua garis horisontal melengkung huruf ”u” dan kedua

garis merapat pada sudut sebelah kiri. Dengan empat gigi atas. Telinga yang terlihat

hanya bagian sebelah kiri saja yang digambarkan dengan dua garis vertikal

melengkung seperti huruf ”c” terbalik. Dengan menggunakan baju dengan potongan

lengan pendek. Tampak digambar tangan manusia tersebut terangkat ke atas dan

tangan sebelah kiri memegang sepatu yang digambarkan dua lingkaran lonjong yang

bertumpuk. Sedangkan pada bagian tangan sebelah kanan memegang bungkusan.

Dibagian atas kepala terdapat garis horisontal miring yang mengarah pada teks

”UDAH DISERAHIN SAMA AHLINYA, JAKARTA MASIH BANJIR JUGA YA,

PAK,..?”

Dibagian tengah bingkai yang condong kesebelah kanan, manusia yang

ukuran tubuhnya terlihat lebih besar dengan rambut yang tampak hanya bagian

belakang kepala. Dengan beberapa garis horisontal. Pada bagian atas kepala terlihat

kasur. Benda tersebut di sanggah dengan kedua tangannya. Terlihat pada gambar

tersebut seorang laki-laki yang menggunakan baju tangan panjang yang digulung

hingga siku, dan sebelah kirinya terdapat garis horison miring yang terarah pada teks

” AUK AH LAP..”
Pada bagian bingkai yang lebih condong ke bawah, dari kanan bingkai

terdapat garis tebal horisontal dan diikuti sedikit beberapa garis tipis. Garis tersebut

memanjang hingga ketengah dan membelakangi gambar dua manusia pada bingkai

tersebut. Pada bagian kanan atas bingkai karikatur terdapat beberapa garis horisontal

bergelombang yang tidak sama panjang.

b. Signifikasi Tahap kedua

Makna Konotasi: Gambar monas yang terhalang oleh kotak kotak diindikasikan

sebagai gedung-gedung yang menghalangi tugu monas bila dilihat dari kejauhan.

Gambar ini juga mengindikasikan bahwa peristiwa ini terjadi ditengah kota Jakarta

yang terdapat gedung-gedung bertingkat dan merupakan pusat perekonomian.

Gambar kedua manusia ini menceritakan seorang bapak dengan anaknya

yang menjadi korban banjir hingga rumahnya terendam dan tidak dapat ditempati

untuk beberapa waktu. Pada gambar ini, menggambarkan bapak dan anak hendak

mengungsi dan sedang mengangkuti barang-barang yang masih bisa di selamatkan.

Pada karikatur ini pun terlihat seorang bapak sedang membawa kasurnya diatas

kepala karena tubuhnya terendam hingga sebatas dada. Dan anaknya membawa

sepasang sepatu dan perlengkapanya yang dikemas dalam bungkusan.

Pada gambar di atas bapak dan anak sedang berdialog, sang anak

mengatakan ”UDAH DISERAHKAN PADA AHLINYA, JAKARTA BANJIR

JUGA YA, PAK,..?” dengan wajah yang tampak senang karena banjir. Sedangkan

sang bapak terlihat musam dan lelah sambil membalas pertanyaan anaknya ”AUK

AH LAP”.
Mitos : Kota Jakarta yang merupakan ibu kota negara Indonesia. Tentunya akan

menjadi tolak ukur bagi negara lain sebagai barometer kemajuan Indonesia. Pada

pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2007 merupakan ujung tombak untuk menuju

Jakarta yang lebih baik. Masalah banjir di Jakarta yang sudah berlarut larut sekian

lama ini seakan menjadi momok bagi warga Jakarta, baik yang terkena banjir atau

pun yang hanya terkena macet karena jalan tertutup banjir. Pada Pilkada lalu, Fauzi

Bowo mengatakan bahwa dirinya adalah ahlinya pada masalah Jakarta. Tentuya

janji ini memberi angin segar bagi warga Jakarta yang sudah jenuh dengan masalah

banjir yang terjadi tiap musim hujan. Slogan ”serahkan pada ahlinya” merupakan

kata-kata andalan ada saat musim kampanye pilkada yang lalu.

Karikaturis Joko Luarso mengatakan ”ini merupakan penagihan janji,

tentang Jakarta yang sudah ditangani ahlinya masih tetap banjir....dimana janji-janji

yang diucapkan itu” saat mengingat masa pilkada.

Namun hingga 100 hari kedua pemerintahan Fauzi Bowo masalah banjir

tidak ada perubahan yang berarti. Saat hujan lebat turun tetap saja banjir masih

melanda Jakarta. Bahkan ketika media mulai mengusik ketenangannya dalam

bekerja mengurus kota, saat diminta pertanggung jawaban masalah banjir FOKE

malah menyalahkan kontraktor pemegang tender perbaikan draynase yang tidak

becus dalam mengerjakan proyek ini, hingga Pemprov mengeluarkan nama-nama

kontraktor yang termasuk dalam daftar hitam yang tidak akan diikut sertakan lagi

dalam tender perbaikan draynase.


Tiap banjir datang warga yang menjadi korban tentunya merasa sangat jenuh

dan banyak yang dirugikan. Harus mengungsi, tidak dapat bekerja, kesulitan air

bersih, makan dan obat-obatan. Tapi bagi anak-anak saat banjir datang belum tentu

menjadi peristiwa yang menyedihkan bagi mereka, karena saat banjir datang berarti

tidak sekolah dan dapat bermain air atau berenang dihalaman rumah. Tapi kondisi

ini malah menimbulkan masalah baru bagi korban banjir. Karena banyak terserang

penyakit karena banjir.

Memang idealnya para korban banjir pindah ketempat yang tidak banjir agar

tidak menjadi korban setiap banjir datang. Namun, pemerintah provinsi kurang

memperhatikan masalah tersebut.

Sampel 2 . DBD serang Jakarta edisi sabtu, 16 Februari 2008


a. Signifikasi Tahap Pertama

Makna Denotasi : Pada bingkai karikatur, bagian kanan atas bingkai terdapat

gambar nyamuk yang berwarna lebih gelap. Ada tiga bagian pada nyamuk ini yaitu

kepala, badan, dan buntut. Dengan enam kaki dan dua sayap. Seluruh bagian

nyamuk terdapat guratan garis yang padat sehingga memberi kesan warna yang

lebih gelap. Pada bagian kepala berbentuk lingkaran, dan kedua matanya terbentuk

seperti angka delapan yang berputar sembilan puluh derejat dengan dua titik tebal

pada bagian dalam yang condong berada di kiri bawah. Pada bagian mulut

berbentuk lonjong yang pada bagian sebelah kanan mengkerucut lancip. Bentuk

giginya segitiga yang berjajar keatas dan kebawah berselang-seling pada bagian

hidung ada buah garis horisontal yang pada ujung kirinya membentuk sudut.

Sedangkan pada bagian atas kepala terdapat antena yang digambarkan dua garis

vertikal panjang yang melengkung, dan pada pinggir garis terdapat garis vertikal

kecil-kecil.

Pada bagian badan hampir membentuk lingkaran, ukuranya lebih besar dari

ukuran kepala. Bagian atasnya terdapat beberapa garis vertikal yang condong ke kiri

bingkai bagian atas garisnya. Ditengahnya terdapat teks yang mengisi hampir

seluruh ruang badan, yang bertuliskan ”DBD”.

Pada bagian ekor ukurannya lebih besar dari bagian tubuh manapun.

Berbentuk seperti belah ketupat pada bagian sebelah kanan lebih mengkerucut dan

memanjang. Didalam bagian buntut terdapat empat lingkaran yang berbeda ukuran
terjejer ditengah secara horisontal. Diantara selah lingkaran-lingkaran ini terdapat

kotak persegi panjang yang lebih panjang di bagian atas.

Pada bagian sayap, berbentuk lonjong yang memanjang horisontal, disini

hanya sayap sebelah kiri yang tampak jelas. Sedangkan bentuk sayap sebelahnya

hanya digambarkan ujungnya saja. Pada bagian dalam sayap terdapat guratan garis

vertikal dan horisontal yang tidak sempurna dan renggang. Di depan kepala nyamuk

terdapat balon kalimat yang mengarah ke bagian kepala nyamuk. didalamnya

terdapat teks ”..MANA AHLINYA YANG MAU MEMBERANTAS GUA...”

Pada dua kaki tengahnya mengapit tugu monas yang berada di tengah

bingkai sedikit condong ke kanan. Disamping tugu monas terdapat tujuh bentuk

balok yang didalamnya beberapa kotak kecil dan beberapa garis siku-siku. Balok-

balok ini lebih bertumpuk ke bagian kanan bingkai. Sedangkan di sebelah kiri

terdapat atap-atap rumah yang berbentuk piramida yang memanjang kebelakang

dengan garis vertikal dan horisontal yang saling menyilang hingga tampak kotak-

kotak ketupat.

Dibagian pojok kiri bawah terdapat gambar orang. Pada bagian kepala,

wajah nya menghadap ke sebelah kanan. Pada bagian rambut digambarkan dengan

garis- garis vertikal yang mengkerucut disudutnya sehinga membentuk gambar

bergerigi.

Bagian mata dengan dua lingkaran yang masing-masing ditengahnya

terdapat titik yang lebih condong ke kiri. Bentuk hidungnya membentuk tiga huruf

”u” berjejer dan berdempetan. Bentuk mulut seperti huruf ”J”. Pada pipinya terdapat
tiga titik kecil. Didepan mulut terdapat dua titik dan sebuah koma terbalik.

Sedangkan dibelakang kepala ada dua garis verikal melengkung membentuk hampir

huruf ”A” diatas kepala ada bintik yang mirip dengan bentuk ketupat dengan bagian

atasnya bergelombang, diujung kiri kotak terdapat dua haris horisontal yang

melengkung. Dibawah kotak terdapat tiga pasang garis miring vertikal.

Gambar terlihat kedua tangan orang merentang horisontal kearah kiri. Dan

menggunakan baju dengan potongan tangan pendek.

b. Signifikasi Tahap kedua

Makna Konotasi: Pada gambar karikatur ini terlihat nyamuk besar dan bergaris

sedang mencengkeram Monas dan terlihat orang dengan pakaian sederhana yang

lari karena takut melihat nyamuk besar tersebut. Karikatur ini mengindikasikan

tentang Jakarta yang diserang wabah penyakit Demam Berdarah. Keadaan ini

banyak menyerang kalangan masyarakat bawah. Kondisi ini terjadi karena pola

hidup masyarakat bawah yang kurang bersih.

Perhatian pemerintah terhadap pencegahan wabah demam berdarah kurang

serius. Dalam karikatur ini terdapat teks ”..MANA AHLINYA YANG MAU

NGEBERANTAS GUA..”ini seperti tantangan seekor nyamuk kepada yang pernah

menantangnya lebih dulu. Pada saat kampanye pilkada Foke juga mengatakan, dia

ahli untuk masalah-masalah di Jakarta termasuk juga masalah demam berdarah. Tapi

pada kenyataanya selama pemerintahannya tidak ada tindakan atas pemberantasan

atau pencegahan masalah ini. Pada bingkai karikatur digambarkan keadan kota yang
padat yang digambarkan susunan gambar atap rumah yang tidak beraturan dan

padat.

Mitos : Wabah demam berdarah yang terjadi di Jakarta pada saat itu muncul setelah

banjir datang ke Jakarta dan peralihan pancaroba, dari musim hujan ke musim

kemarau. Semestinya Pemprov sebagai ahlinya memahami betul tentang cara

pencegahan masalah ini. Korban banjir yang kurang mendapat perhatian, dan

penanganan sampah sisa banjir juga tidak ditangani dengan baik. Inilah yang

memicu terjadi peningkatan jumlah korban DBD di Jakarta.

Joko Luarso menerangkan ”Ketika wabah DBD sedang meningkat

pemerintah malah melambat dalam menangani masalah ini”. Dari kutipan ini penulis

memahami karikaturis menganggap pemerintah provinsi seakan tutup mata dengan

masalah ini.

Saat korban DBD di Jakarta meningkat, banyak rumah sakit yang kewalahan

untuk menampung korban. Seperti dikutip detiknews.com ” Empat velbed (tempat

tidur darurat) telah di gelar di RS tersebut. Velbed terpaksa digunakan karena tempat

tidur yang tersedia telah penuh terisi. Seperti yang diberitakan detik.com, Rabu, 13

Februari 2008 11:36 WIB "Terpaksa empat pasien ditempatkan di velbed," kata

Kepala Humas RS Fatmawati Lili Nunung Amalia. Bahkan tak jarang rumah sakit

yang terpaksa menolak pasien penderita DBD untuk dirawat, karena sudah terlalu

banyak pasien yang dirawat, bahkan harus sampai dirawat dilorong.

Setelah pemerintah Provinsi terlambat dengan pencegahan DBD di Jakarta

Pemprov juga kurang kordinasi dengan rumah sakit. Seharusnya Pemprov


mengkordinasikan pada rumah sakit yang tidak dapat menampung merujuk korban

kerumah sakit lain, bukan sekedar menolak.

Untuk rumah sakit swasta semestinya pemerintah memberi keringanan

kepada korban dengn memberi jaminan kepada masayarakat tentang perawatan.

Penumpukan hanya tertuju pada rumah sakit tertentu saja hanya pada rumah sakit

yang terjangkau oleh masyarakat kelas bawah. Saat pasien sudah melampai batas

tampung. Maka tidak ada yang bisa di lakukan. Akibatnya penderita DBD dari kelas

menengah kebawah banyak yang terlantar.

Kondisi yang semakin sulit dikendalikan ini, seolah wabah penyakit ini

menantang pemerintah daerah yang menganggap enteng permasalahan kesehatan

warga. Kemana ahlinya yang menjanjikan mampu memberantas DBD.

Sampel 3. Jalan Jakarta yang Rusak edisi kamis, 13 Maret 2008


a. Signifikasi Tahap Pertama

Makna Denotasi : Pada karikatur sebelah kanan condong ke atas bingkai terdapat

gambar monas yang samping kanannya terdapat dua gambar balok vertikal yang

tidak tegak lurus. samping kiri monas ada gambar yang menyerupai busur vertikal

yang didalamnya terdapat garis horisontal yang padat susunannya.

Pada bagian kanan bawah karikatur terdapat gambar laki-laki menggunakan

helem berwarna putih dengan dua garis ditengahnya dari depan kebelakang dan tiga

garis lebih tebal berbentuk horisontal berjajar tidak sama panjang disamping kiri

helem. Menggunakan baju potongan tangan panjang berwarna putih dan celana

potongan panjang berwarna hitam. Posisi kepala dibawah dan kaki diatas, dagu dan

telapak tangan menyentuh kebawah sedangkan didekat dagu terdapat tiga garis
melengkung yang saling berlawanan seolah membentuk huruf ”X”. Kaki kirinya

lurus keatas dan kaki sebelah kanan menekuk hingga betis menyilang dilutut kiri,

didekat siku, lengan dan telapak kaki terdapat garis-garis melengkung. Pada bagian

wajah bentuk lidah diantara gigi berbentuk kotak-kotak, bentuk mata garis

horisontal miring. Bentuk hidung seperti angka ”3” miring 130 derajat.

Dibelakang gambar laki -laki tersebut terdapat gambar sepeda motor dengan

dua roda yang tidak menyentuh tanah, dengan sepakbor roda depan, jok motor, stang

dan sebuah sepion sebelah kiri. Didekat roda depan dan belakang, stang kiri dan jok

motor bagian belakang terdapat garis melengkung seperti gelombang.

Ditengah bingkai yang lebih condong kekiri terdapat gambar mobil dengan

tiga ban berbentuk lingkaran bergelombang berwarna hitam dengan dua lingkaran

yang mengecil pada bagian dalam pada dua ban sebelah kiri. Pada gambar posisi

ban tidak menyentuh tanah, dan terdapat garis horisontal melengkung seperti

gelombang. Terdapat bemper depan dan sedikit tampak sebelah kiri bemper

belakang. Dua buah lampu depan dikiri gambar terdapat mobil berbentuk bulat dan

lampu sen bulat yang lebih kecil dari lampu mobil, dan dibelakang terlihat lampu

sen sebelah kiri. Terlihat tutup kap depan berbentuk huruf ”u”. Pada gambar mobil

terdapat dua buah kaca spion dikiri dan kanannya, terdapat dua buah jendela didepan

dan kiri pada gambar mobil.

Didalam mobil terdapat dua orang laki-laki disebelah kanan mobil dan

perempuan disebelah kiri. Pada gambar karikatur laki-laki sedang memegang setir

mobil, dengan mata bulat besar dengan titik di kanan tengah. Bentuk alis dengan
garis horisontal melengkung. Mulut yang agak terbuka sehingga terlihat bentuk

giginya. Lekukan dagu yang membentuk seperti huruf ”V” dan telinga kiri yang

dibentuk dengan dua huruf ”c” terbalik.

Sedangkan sosok perempuan digambarkan, dengan bentuk bibir atas seperti

huruf ”M” dan terbuka, bentuk mata yang bulat dan ditengahnya terdapat titik di

sebelah kiri tengah, dengan tiga garis vertikal pada pinggir lingkaran masing-masing

mata. Alis mata kanan dengan garis horison melengkung, bentuk rambut dengan

garis belombang berwarna hitam. Kedua telapak tangan tampak kearah atas.

Pada bagian bawah terdapat garis bergelombang besar dari kiri kekanan

dengan garis-garis. Pada gambar di atas mobil, terdapat balon dengan kata yang

terarah ke sosok lelaki yang didalamnya terdapat teks ”..KAYA NAIK KUDA

YA..”. pada sebelah kanan terdapat balon kata yang lebih kecil yang terarah pada

sosok perempuan yang didalamnya terdapat teks ”..KUDA BINAL..!”. disekitar

balon kata hingga dekat gambar monas terdapat garis-garis arsir yang memberi

kesan lebih gelap.

b. Signifikasi Tahap kedua

Makna Konotasi: Dibagian kanan atas bingkai karikatur terdapat gambar tugu

monas yang dikiri-kanannya terdapat gedung-gedung. Gambar ini mengindikasikan

bahwa peristiwa yang terjadi di karikatur ini berada di Jakarta.

Pada sebelah kanan bawah karikatur terdapat gambar orang yang terjatuh

dari sepeda motornya karena kondisi jalan yang bergelombang dan tidak rata. Dagu
si pengendara terbentur dijalan saat terjatuh dari motornya. Sedangkan motor yang

dikendarainya terpental kebelakang pengemudi.

Pada bagian tengah sebelah kiri karikatur terdapat gambar mobil dengan dua

penumpang laki-laki dan perempuan, pada gambar tersebut terlihat lelaki yang

mengemudi dan perempuan sebagai penumpangnya. Posisi ban mobil yang tidak

menempel ke tanah diindikasikan melompat karena kondisi jalan yang tidak rata.

Pengemudi terlihat menggenggam erat kemudi agar tetap dapat mengendalikan

mobil. Sedangkan penumpang perempuan mengangkat kedua tangannya keatas

karena terpental saat mobil melompat.

Teks yang terdapat dalam balon kata merupakan ledekan terhadap keadan

saat itu. Karena pada saat berada didalam mobil yang kenyataannya mereka merasa

menaiki kuda liar karena kondisi jalan yang tidak rata yang membuat mobil

melompat lompat.

Mitos : Karikatur ini masih ada kaitanya dengan banjir, namun lebih pada akibat

yang disebabkan oleh banjir, karena genangan air yang menyebabkan jalan aspal

menjadi mudah rusak, sehingga banyak jalan-jalan yang berlubang. Pantauan Traffic

Managemen Center Polda Metro Jaya pada Maret 2008 terdapat 129 titik kerusakan

jalan diseluruh Jakarta

Akibat keadaan jalan ibukata yang rusak banyak warga Jakarta yang

mengeluhkan keadan ini. Pengendara mobil banyak yang mengeluhkan seringnya

mobil mereka rusak karena terjeblos dilubang saat dalam keadan ngebut.
Semestinya jalan-jalan di Jakarta merupakan jalan terbaik di Indonesia,

seharusnya pemerintah provinsi DKI Jakarta cepat tanggap dengan permasalahan

ini. Kondisi jalan yang rusak di Jakarta merupakan hal yang aneh bagi masyarakat

Jakarta bila jalan di Jakarta sampai tidak terawat.

Yang lebih parahnya lagi adalah pengendara sepeda motor banyak korban

jiwa karena kerusakan jalan ini. Hampir setiap hari ada korban jiwa atau pun korban

luka akibat kerusakan jalan pada saat itu.

Pemerintah provinsi berjanji pada akhir Maret 2008 akan membetulkan

seluruh jalan di Jakarta, namun banyak pihak yang menyayangkan sikap pemprov

DKI yang menunda perbaikan, dengan alasan menungu sampai habis musim hujan.

Karena akan sia-sia bila memperbaikinya bila masih musim hujan. Namun, dalam

masa penantian hingga akhir maret tentunya akan banyak korban-korban baru yang

diakibatkan buruknya kondisi jalan di ibu kota.

Pada saat pemerintah provinsi mengatakan, bahwa akhir Maret baru

dilakukan perbaikan pada jalan-jalan di ibu kota ada salah satu LSM yang

menyarankan masyarakat yang menjadi korban akibat kerusakan jalan untuk tidak

segan meggugat pemprov DKI ke pengadilan. Masyarakat juga dijamin oleh

undang-undang menyangkut masalah ini yang tercantun dalam Undang-Undang

nomor 38 tahun 2004.

Meski sejauh ini belum ada yang terdengar akan memeja hijaukan Pemprov

DKI. Namun pertengahan Juli belum semua jalan di Jakarta diperbaiki, bahkan
banyak kondisi jalan yang setelah diperbaiki malah rusak dan mengakibatkan jalan

menjadi bergelombang.

Sampel 4. Ulang tahun Jakarta ke 481 edisi selasa, 24 Juni 2008

a. Signifikasi Tahap Pertama

Makna Denotasi : Pada karikatur edisi ini terdapat sosok laki laki. Kedua matanya

bulat dengan titik ditengahnya, kedua alis matanya terbentuk dengan garis horisontal

yang miring agak keatas. Tampak telinga sebelah kiri dan empat buah gigi pada

bentuk mulut lurus horisontal. Kumis yang digambarkan dengan garis lurus

horisontal dibawah hidung, dagu yang digambarkan dengan huruf ”U”.

Menggunakan peci dan baju berwarna hitam. Tampak tangan sebelah kiri

memegang kue, diatas kue terdapat lilin yang memberntuk angka 4 8 1.


Disamping kiri atas sosok lelaki tersebut terdapat teks yang bertuliskan

”TAMBAH UMUR KOK MALAH TAMBAH KEMACETANYA, BANJIRNYA,

KEMISKINANNYA, KRIMINALITASNYA’’’’CK,,,CK,,,CK,,,”.

Disamping kiri sosok laki-laki tersebut, terdapat gambar monas yang

ukuranya dua kali lebih besar dari sosok laki-laki tersebut. Dengan arsir miring di

belakang gambar monas.

b. Signifikasi Tahap kedua

Makna Konotasi: Gambar Monas pada karikatur diindikasikan sebagai kota

Jakarta, sedangkan sosok laki-laki berkumis yang mengenakan peci dan baju

berwarna hitam dengan membawa kue pada karikatur, diindikasikan sebagai pejabat

pemprov DKI Jakarta yang sedang membawa kue ulang tahun untuk Jakarta ke 481

tanggal 22 Juni 2008 yang digambarkan dengan lilin diatas kue yang membentuk

angka 4 8 1.

Teks ”TAMBAH UMUR KOK MALAH TAMBAH KEMACETANYA,

BANJIRNYA, KEMISKINANNYA, KRIMINALITASNYA’’’’CK,,,CK,,,CK,,,”

pada karikatur sebagai suara sindiran yang tidak diketahui dari mana asalnya, karena

teks tersebut tidak terdapat dalam balon kata. Indikasi teks ini merupakan kritik bagi

pemerintahan ataupun gubernur DKI Jakarta. Pemerintah provinsi seakan tidak mau

belajar dari pengalaman dan kesalahan tentang permasalahan yang terjadi di Jakarta.

Kemacetan, banjir, kemiskinan dan kriminalitas hanya sebagian saja dari

sekian banyak permasalahan yang berada di masyarakat. Penyebab dari lahirnya

permasalahan tersebut juga menjadi permasalahan yang sulit dituntaskan.


Masalah kemacetan misalkan, menurut data Badan Pusat Statistik (2006),

jumlah kendaraan bermotor tersebut sudah mencapai 7.773.957 unit, terdiri atas

mobil 1.816.702 unit, sepeda motor 5.136.619 unit, angkutan barang 503.740 unit,

sedangkan bus hanya 316.896 unit. Sementara itu, luas ruas jalan di Jakarta hanya

27.340.000 meter persegi.

Bila semua kendaraan bermotor yang ada di Jakarta saat ini dikeluarkan, ruas

jalan yang tersedia itu tidak akan mampu menampung semua kendaraan.

Berdasarkan data tersebut, jelas sekali bahwa kemacetan di Jakarta terjadi karena

memang jumlah kendaraan bermotor yang ada sudah berlebih, melebihi kapasitas

jalan. Adapun jumlah angkutan umumnya hanya 2 persen dari total jumlah

kendaraan yang ada. Tapi ironisnya, angkutan umum yang hanya 2 persen itu justru

mengangkut 54 persen dari total perjalanan di Jakarta. Sementara itu, kendaraan

pribadi hanya

mengangkut 46 persen. Dengan kata lain, keberadaan kendaraan pribadi yang sudah

mencapai 7 juta itu tidak efisien.

Pada masalah banjir masalah yang sudah ada sejak dulu ini seakan tidak

pernah ditemukan solusinya. Ada banyak masalah penyebab terjadinya banjir di

Jakarta, seperti kepadatan penduduk, bangunan liar dipinggiran sungai. Penumpukan

sampah dialiran sungai, tata letak kota yang kurang meperhatikan dampak buruk

pada lingkungan, sampai sistem drainase yang tidak baik yang menjadi penyebab

banjir.
Pada masalah kemiskinan berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik

(BPS) DKI Jakarta pada bulan Maret 2008, jumlah penduduk miskin menurun 26,1

ribu (0,19 persen) Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2007

yang berjumlah 405,7 ribu (4,48 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun

sebesar 26,1 ribu (0,19 persen). Dengan perhitungan kriteria penduduk miskin pada

2008 ini ditentukan berdasarkan besaran penghasilan sebulan yang tidak kurang dari

Rp 290.268. Jika ada warga yang berpenghasilan di bawah angka itu maka ia

dikatakan penduduk miskin.

Jadi kalau seseorang memiliki gaji Rp 1 juta rupiah maka ia tidak masuk

dalam kelompok penduduk miskin. Tetapi jika dalam satu keluarga terdapat lima

anak dan penghasilan kepala keluarga hanya Rp 1,5 juta maka keluarga itu sudah

dapat dikatakan miskin karena penghasilannya harus dibagi lima yang hasilnya

berada di bawah Rp 290.268.

Jumlah penduduk miskin ini belum dihitung semenjak kenaikan BBM pada

bulan Mei lalu, tentunya ada kemungkinan bertambahnya penduduk miskin di

Jakarta.

Pada masalah kriminalitas di Jakarta juga menjadi momok bagi warga

Jakarta. Pada data 2007 Angka kriminalitas Jakarta 2007: 60.983 dengan rasio

kriminalitas 310 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan jumlah penduduk Jakarta

yang memiliki KTP 7.5 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk Jakarta dari

pantauan satelit 12 juta jiwa.


Mitos : Dari paparan konotasi diatas usia Jakarta yang 481 tahun ini yang dipimpin

oleh Gubernur Fauzi Bowo belum juga membuat Jakarta menjadi kota yang nyaman

sebagai ibukota negara. Masih banyak permasalahan yang belum terselesaikan.

Kemacetan yang semakin parah setiap tahunnya, upaya pemerintah kota

menyediakan Transjakarta untuk mengurangi kemacetan malah menjadi penyebab

utama kemacetan dibeberapa titik di Jakarta. Begitu pula pelebaran jalan yang hanya

menyesuaikan jumlah kendaran bermotor di Jakarta.

Transjakarta yang dimaksud agar warga Jakarta yang menggunakan

kendaran pribadi menggunakan kendaraan umum belum bisa menarik minat

penduduk Jakarta. Banyak alasan yang membuat warga Jakarta yang memiliki

kendaran pribadi enggan beralih ke angkutan umum seperti Transjakarta, seperti

pelayanannya yang tidak tepat waktu, tidak nyamannya karena terlalu penuh karena

armadanya yang belum mencukupi kebutuhan warga Jakarta dan masih banyak

alasan lain yang membuat pengadaan transportasi alternatif di Jakarta tidak berjalan

sesuai dengan yang diharapkan.

Begitu juga masalah banjir yang tiap tahun selalu melanda Jakarta. Dengan

alasan yang berbeda pemerintah selalu membela diri tiap kali banjir melanda, seperti

siklus lima tahunan, kontraktor drainase yang tidak becus membuat drainase sampai

pembuatan banjir kanal timur yang belum selesai menjadi alasan pembelaan banjir

di Jakarta.

Meski menurut survei Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta pada bulan

Maret 2008, jumlah penduduk miskin menurun 26,1 ribu (0,19 persen)
Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang berjumlah

405,7 ribu (4,48 persen) namun banyak pihak yang meragukan data tersebut,

pasalnya data ini dikumpulkan sebelum terjadinya kenaikan BBM pada bulam Mei

2008. ketika setelah kenaikan BBM pada Liputan 6.com tanggal 21 Mei 2008

Kantor-kantor kelurahan di Jakarta, mulai memverifikasi data Badan Pusat Statistik

tentang penerima dana Bantuan Langsung Tunai. Tetapi, data tersebut sudah tidak

akurat dan jumlah orang miskin jauh lebih banyak dibandingkan data BPS. Di

Kelurahan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, misalnya dari data BPS terdaftar 426 warga

miskin yang layak menerima BLT. Namun, kenyataannya jumlah warga miskin di

kelurahan ini jauh lebih banyak. Hal ini pula yang dialami Sukiat, warga miskin di

Pisangan, Jakarta Timur. Dia dipastikan tidak akan menerima dana BLT karena data

BPS di Kelurahan Pisangan menyebutkan hanya 104 warga yang layak menerima

kompensasi BBM tersebut.

Ternyata kemiskinan di Jakarta belum bisa diatasi oleh Pemprov DKI, maka

permasalahan kriminal masih hinggap di Jakarta. Data dari bicararumah.com, Kasus

pencurian dengan pemberatan 3502 kasus penganiyaan berat 959 kasus pencurian

dengan kekerasan 880 kasus ancaman 276 kasus pembunuhan 33 kasus.

Dalam karikatur ini karikaturis ingin meyampakan kritikan tentang kondisi

Jakarta yang belum berubah sejak pergantian gubernur. Jakarta pada ahlinya pun

belum bisa teratasi masalahnya dengan baik dalam kesempatan hari ulang tahun

Jakarta ke 481 ini karikatusis coba mengingatkan kembali tentang permasalahan


yang terjadi di Jakarta, dengan tujuan untuk segera memperbaiki keadan menjadi

lebih baik seperti janji gubernur pada masa kampanye pilkada.

C. Pembahasan

Dari keseluruhan hasil penelitian terhadap empat karikatur yang terdapat

dari Desember 2007 – Juli 2008 penulis akan membahas bagaimana kritik sosial

redaktur terhadap kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dikemas dalam

karikatur.

Pada sempel 1 edisi kamis, 6 Desember 2007 redaksi mengkritik tentang

permasalahan banjir di Jakarta yang belum ada penyelesaiannya. Redaksi juga

menyinggung tentang janji gubernur Fauzi Bowo pada masa kampanye pilkada,

tentang pernyatan bahwa dirinya adalah ahli dalam permasalahan Jakarta.

Pada karikatur, redaksi coba menggambarkan bagaimana lelahnya penduduk

Jakarta dengan masalah banjir di Jakarta. Disini juga digambarkan meski mereka

lelah akan banjir yang melanda, warga tidak bisa berbuat banyak akan keadan ini,

dan terkesan pasrah dengan keadaan.

Kinerja pemerintah provinsi DKI Jakarta yang seakan tidak sigap dan

lambat dalam menyelesaikan permasalahan ini, redaksi berita kota mencoba

mengungkapkan dengan karikatur pada edisi ini.

Permasalahan yang terjadi pada Jakarta akibat dari masalah banjir juga

disampaikan oleh redaksi pada sempel 2, demam berdarah yang terjadi di Jakarta

menjadi momok bagi warga kota. Sikap pemerintah provinsi yang tidak tegas dan
lamban dalam bersikap dan mengambil keputusan membuat banyak permasalahan

sosial yang timbul di masyarakat.

Permasalan DBD pada sempel 2 edisa sabtu, 16 Februari 2008 juga sangat

memperihatinkan, banyaknya korban DBD juga mengakibatkan banyak pasien yang

tidak dapat ditampung oleh rumah sakit yang terjangkau oleh masyarakat bawah.

Permasalahan ini juga ada kaitannya dengan penagihan janji di redaksi

dengan janji gubernur DKI pada masa kampanye kritik yang disampaikan redaksi

lagi-lagi tentang kelambatan pemerintah tentang penanggulangan terhadap sebuah

masalah yang sudah sering terjadi. Pemerintah terlihat mengabaikan tentang korban

yang berjatuhan karena DBD ini. Sepanjang Januari-Juli 2008 sudah 7.593 warga

terjangkit DBD dan 65 kelurahan di Jaktim, 31 kelurahan diantaranya masuk zona

merah

Pada sempel 3 edisi kamis, 13 Maret 2008 yang diungkap redaksi merupakan

masalah yang ada kaitanya dengan sempel 1, ini juga merupakn akibat banjir yang

melanda Jakarta yang menimbulkan masalah baru seperti kerusakan jalan-jalan di

Jakarta. Pemerintah kota lamban dalam membenahi masalah ini.

Korban jiwa yang banyak berjatuhan karena masalah ini tidak juga membuat

pemerintah provinsi segera membenahi masalah ini. Pemerintah lebih baik

menunggu hingga musim hujan berhenti. Adapun alasan pemprov untuk menunda

perbaikan jalan-jalan di Jakarta adalah akan sia-sia bila memperbaikinya sekarang

bila masih sering hujan, menurut pemerintah provinsi hal ini tidak akan bertahan

lama bila masih sering hujan dan akan mengeluarkan banyak biaya. Redaksi
mencoba mengangkat tentang ketidakpedulian pemerintah Provinsi DKI Jakarta

tentang keadan jalan yang rusak dan banyak memakan korban. Bahkan Pemerintah

Propinsi DKI Jakarta menyatakan pos anggaran untuk perbaikan jalan di wilayah ibu

kota tidak tercantum dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah tahun 2008.

Pada sempel 4 edisi selasa, 24 Juni 2008 dalam kesempatan ulang tahun

Jakarta yang ke 481 redaksi mengkritik pemerintah provinsi DKI Jakarta tentang

berbagai masalah yang ada di Jakarta. Redaksi mengingatkan kembali pada

gubernur sebagai pemimpin pemerintahan provinsi bahwa masih banyak pekerjaan

rumah yang belum dikerjakan. Redaksi berharap permasalahan yang terjadi dapat

diatasi bukannya semakin parah. Karena pada kenyataannya permasalahan yang

menahun di Jakarta semakin parah, seperti masalah kemacetan, masalah ini tidak

ada perubahan sedikit pun sejak pemerintahan Fauzi Bowo. Belum lagi

permasalahan-permasalahan lain yang ada di Jakarta, banjir, kemiskinan, kriminal

dan berbagi masalah sosial lainya yang belum teratasi.

Berdasarkan penelitian penulis tentang kinerja Pemerintah provinsi DKI

Jakarta, redaksi Berita Kota sangat membela warga Jakarta akan segala

permasalahan yang terjadi di Jakarta. Dan sangat vokal dalam mengkritik

pemerintah kota. Redaksi juga membuka wawasan dan ide bagi pembaca tentang

permasalahan yang terjadi di Jakarta. Bagi redaksi Berita Kota Pemerintah provinsi

DKI Jakarta belum maksimal dalam mengentaskan permasalahan yang ada di

Jakarta, terutama terhadap penagihan janji-janji pada saat kampanye pilkada Fauzi

Bowo.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Karikatur merupakan produk jurnalistik yang memuat opini redaksi

mengenai fenomena yang terjadi dengan penyampaian yang jenaka, menghibur,

informatif, komunikatif, situasional dengan pengungkapan yang hangat dan sarat

dengan kritikan yang tajam.

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah kritik sosial redaksi

Berita Kota dalam karikatur pada edisi Desember 2007 - Maret 2008 yang berkaitan

dengan kinerja pemerintah provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kritik sosial redaktur Berita Kota yang dikemas dalam karikatur.

Rubrik karikatur pada Berita Kota lebih tepat dikatakan sebagai kartun opini,

karena yang disajikan oleh redaksi lebih banyak tentang fenomena yang terjadi

dimasyarakat. Ini merupakan bentuk lain dari penyajian pendapat redaksi, yang

berisikan kritik sosial serta ideologi media yang tersirat dalam karikatur dan ingin

disampaikan kepada pembaca.

Untuk mengetahuai kritik sosial redaksi Berita Kota mengenai kinerja

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, penulis menggunakan analisis semiotik sebagai

metode analisis. Penulis menggunakan dua tahap signifikasi Roland Barthes, yaitu

denotasi pada signifikasi tahap pertama, konotasi dan mitos pada signifikasi tahap

kedua.
72
Bahan penelitian yang penulis gunakan dalam karikatur pada Berita Kota

yang berkaitan dengan kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan untuk

mengetahui kritik sosial tersebut, penulis mengamati dan memahami karikatur

Berita Kota yang dijadikan sampel dengan mengidentifikasikan tanda-tanda (gambar

dan teks) dari karikatur tersebut yang menunjukkan adanya pesan tersirat yang

disampaikan redaksi.

Pada metode pengumpulan data penulis mendapatkan enam karikatur yang

berkaitan dengan kinerja Pemprov DKI Jakarta. Dari 8 karikatur di atas, penulis

mengambil 4 karikatur sebagai sampel yang akan diteliti dengan alasan keempat

sampel ini berkaitan langsung dengan kinerja Pemprov DKI Jakarta, sedangkan 2

diantaranya lebih bersifat umum atau menjadi permasalahan Nasional.

Penulis menyimpulkan nilai-nilai kritik sosial pada karikatur di Berita Kota

bersifat mengajak masyarakat DKI Jakarta untuk bersikap kritis terhadap kinerja

pemerintah provinsi DKI Jakarta dan permasalahan yang terjadi di masyarakat,

redaksi mengingatkan terhadap janji-janji pemprov pada saat kampanye pada saat

masa pemerintahannya.

Karikatur pada Berita Kota selalu mengkritik segala fenomena yang terjadi

di Jakarta dengan penyajian yang lebih berimbang dan obyektif. Berkaitan dengan

kinerja pemerintah provinsi DKI Jakarta. Redaksi tidak hanya menampilkan apa

yang terjadi tapi disertai pengaruh yang ditimbulkan dari suatu peristiwa.

Dari sampel hasil penelitian penulis, maka dapat diketahui bagaimana kinerja

Pemprov DKI Jakarta, peristiwa yang menjadi isu penting di Jakarta akibat yang
ditimbulkan dari peristiwa yang terjadi dan kebijakan yang diambil oleh Pemprov

DKI Jakarta.

Dari paparan tersebut, maka dapat diketahui redaksi Berita Kota mencoba

mengkritisi kinerja Pemprov DKI Jakarta. Apa yang dijanjikan saat kampanye

Pilkada hanyalah sekedar janji. Masih banyak permasalahan di DKI Jakarta yang

belum terselesaikan bahkan semakin parah.

Penulis menyimpulkan redaksi mengkritisi kinerja Pemerintah Propinsi DKI

Jakarta yang belum mencapai tahap memuaskan. Bahkan terkesan jalan ditempat,

karena belum terlihat perubahan yang berarti semenjak Fauzi Bowo menjabat

menjadi gubenur DKI Jakarta. Berita kota coba menyuarakan apa yang menjadi

kebutuhkan masyarakat Jakarta dari semua lapisan dengan tujuan menjadikan

Jakarta yang lebih baik.

B. Saran

Kritik sosial dalam kerikatur pada Berita Kota sebaiknya lebih ditingkatkan,

karena karikatur merupakan produk jurnalistik yang mudah dipahami oleh pembaca.

Karikatur dalam penyajiannya dikemas secara jenaka, menghibur namun

informatif, komunikatif dan situasional dengan pengungkapan yang hangat dan

aktual terhadap sebuah peristiwa.

Berita Kota sebagai koran kota yang menjembatani kepentingan masyarakat

dengan pemerintah, khususnya pemerintah provinsi DKI Jakarta sebaiknya porsi

tentang kinerjanya ditingkatkan, dengan sudut pandang yang berbeda dan lebih
tajam sesuai dengan idiologi Berita Kota. Meski karikatur merupakan karya individu

dari karturis, namun karikatur tetap mewakili ideologi Berita Kota.

Penulis merasa redaksi perlu memberi pemahaman pada pembaca, bahwa

rubrik karikatur ini merupakan kartun opini dan berbeda dengan karikatur. Hal ini

dimaksudkan penulis untuk memberi wawasan pembaca dan pemahaman. Sehingga

pembaca dapat lebih memahami kritik apa yang disampaikan redaksi dan ditujuan

pada siapa kritik tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Aart, van Zoest, Serba-serbi Semiotika, editor Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991

Alex, Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing), PT. Remaja Rosdakarya , Bandung, 2001

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Cet-11, PT.


Rineka Cipta, Jakarta

Barthes, Roland, Mitologi, Penerjemah Nurhadi & A. Sihabul Millah, Penerbit


Kreasi
Wacana, 2004, Yogyakarta

Budiman, Kris, Semiotika Visual, Penerbit Buku Baik, Yogyakarta, 2003

Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek , CV RemajaKarya,


Bandung, 1999

Jarnahor, Gundar Banjar, Wartawan Freplance , Randuan menulis artikel untuk


media cetak dan elektronik, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta1995

Juyoko, Djujuk, Jurnalistik Produk Sarana Penggerak Lapangan Karya Raksasa,


CV, Nurcahaya, Jogyakarta, 1985

Kartono, Kartini, Pengantar Metode Riset Sosial, Mandar Maju, Jakarta, 1996

Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, Yayasan IndonesiaTera, Magelang, 2001

Moleong, Lexy J., Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,


Bandung, 2004

Mohamad, Ngafenan, Kamus Jurnalistik, Dahara Prize, Semarang, 1992

Mulyana, Dedy, Metode Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi


dan Ilmu Lainnya, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000
Rais, Amin, Demokrasi Dan Proses Politik, LP3ES, Jakarta,1986

Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, cet-11, Remaja Rosdakarya


Bandung, 2002

Setiawan, Muhammad Nashir, Menakar Panji Koming : Tafsiran Komik Karya Dwi
Koendoro Pada Masa Reformasi tahun 1998, Penerbit Buku Kompas,
Jakarta, 2002

Sibarani, Augustin Karikatur dan Politik, Institut Studi Arus Informasi, Jakarta,
2001

Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, PT. Rumiya Rosda Karya, Bandung, 2003

Sunardi, St., Semiotika Negativa, Penerbitan Buku Baik, Yogyakarta, 2004

Soehoet, Hoeta AM., Media Komunikasi, Penerbit Yayasan Kampus Tercinta IISIP
Jakarta, 2003

Zoest, Aart Van, Semiotika : Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita
Lakukan Dengannya, Alih Bahasa Ani Soekowati, Yayasan Sumber Agung,
Jakarta, 1993

Sumber lain :

Junaedhie, Kurniawan, Enslikopedia Pres Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta, 1991

Majalah Prisma NO1.1996,LP3ES


Lampiran A
Sejarah Singkat Harian Umum Berita Kota

PT. Dinamika Info Media yang bergerak dibidang penerbitan pers, didirikan

oleh Rudy Susanto pada tahun 1988. Ada dua buah media dibawah naungannya

yaitu Tabloid Mingguan Dinamika yang terbit awal tahun 1998 dan tutup pada

Maret 1999, dan Harian Umum Berita Kota yang terbit mulai 15 November 1999

samapi sekarang. Dengan tutupnya Tabloid Mingguan Dinamika, maka Harian

Umum Berita Kota berdiri sediri dibawah naungan PT. Pena Mas Pewarta yang

beralamat di Jalan Suryopranoto 1-9Delta Building Blok A 44-45, Petojo Selatan

Gambir, Jakarta pusat. Pada awal berdiri Harian Umum Berita Kota mempunyai

karyawan 40 orang yang merupakan limpahan dari karyawan tabloid Mingguan

Dinamika yang sudah tutup, selanjutnya ada bebebrapa karyawan tambahan dari luar

dan sampai saat ini jumlah karyawannya mencapai 160 orang.

Visi media ini yaitu mewakili hati nurani rakyat dan bersama rakyat

membangun bangsa melaui informasi-informasi actual dan terpercaya. Misi

media ini memperjuangkan kepentingan rakyat melaui pesan dan berita terkini.

menyajikan berita-berita yang tajam dan terpercaya seputar politik, ekonomi,

social budaya dan hamkam. sebagai alat kontrol pemerintah guna mewujudkan

tatanan pemerintahan yang transparan, bersih dan bebas dari KKN.

Budaya perusahaan ini yaitu kerjasama tim. Keberhasilan usaha harus

mendapat dukungan penuh dari seluruh anggota organisasi yang tergabung dalam

manajemen Harian Umum Berita Kota. Kerja keras, Seluruh insan yang bekerja
tergabung dalam manajemen Berita Kota harus bekerja keras untuk menghadapi

tantangan dan persaingan antar media sejenis sehingga menghasilkan prestasi yang

optimal. Rendah hati,setiap onsan yan gbekerja pada Harian Umum Berita Kota

perlu bersikap randah ahti namun tetap professional menjalankan kegiatannya sesuai

kompetensi yang dimiliki masing-masing individu. Rasa peduli,setiap individu perlu

memliki rasa peduli baik terhadap perusahaan maupun relasi, rekan kerja, pimpinan

dalam kegiatan pekerjaan yang menuntut ketrampilan dan disiplin.


Lampiran B

Setruktur Organisai Redaksi Harian Umum Berita Kota

Pimpinan Redaksi

Wk.Pimpinan Redaksi

Redaktur Eksekutif

Ass.Red.Eksekutif I

Ass.Red.Eksekutif II

4. Red.Olahraga 4. Red.Hiburan 4. Red.Ekbis 4. Red.Perkotaan 4. Red.Bodetabek 4. Red.Hukum 4. Red.Mingguan


5. Ass.Red 5. Ass.Red 5. Ass.Red 5. Ass.Red 5. Ass.Red 5. Ass.Red 5. Ass.Red
6. Reporter 6. Reporter 6. Reporter 6. Reporter 6. Reporter 6. Reporter 6. Reporter

KA. Sekret KA.Perpusdok KA.Produksi 3. Koord.Fotografer Suplemen 3. Red.Nasional


4. Fotografer 4. Ass.Red.Nasional
Lampiran C

Daftar Nama dan Jabatan Redakasi Harian Umum Berita Kota

 Pemimpin Umum : Rudi Susanto

 Wakil Pemempin Umum : H. Johonny Hardjojo

 Redaktur Eksekutif : Syahlan Bhaytansyon

 Asisten Redaktur Eksekutif : Syahlan Bhaytansyor

 Asisten Redaktur Eksekutif : Hasanudin, Suhartono,Sarjoto

 Redaktur :Aldinar Sinaga, H. Ahmad Rapiudin,

Donaldus Atu Abu, Markon,Piliang,Songa

Siagian, Nurudin, Yohanes Tenang

 Asisten Redaktur : Cecep Alrasyid, Lindawati, Mesti

Amanda,Nasution, Yubelnin,Pardamean

Siagian, Irwan Siswanto, Agus Sulaeman,

Bambang Supriyatna, Esdon Siringo-ringo

 Penasihat : H. Lukman Hakim Hasibuan

 Anggota Redaksi : Didi Krisna, Edison Siahaan, Batari

Siregar,Ema Kusuma Ali, Fidelia Setyawati,

Mukmin Yusuf, Dody Pranowo, TP Moan

Simanjuntak, Naomy Chandra Sari, Ariesmen

Herozy, Hesti Hening YB, Pophy Anita,

Lakksmi Wuryaningtyas, Hatorangan


Erickman Manurung,Teruna Jaya Ginting, M

Iskandar Zulkarnain, Dadang Sugandi, Ralian

Jawalsen, Rohman, Yudi Kurniawan,Ferry

Noviandi, Moh Sidik Permana, M Nor

Abubakar, Rawdhatul Ifadah, Andika Tirta

Saputra, Novi Nadya Pratiwi, Aria Triyudha,

Sumber Ginting

 Koresponden : Lyster Marpaung (Bandung), Adam

Adhariyudin (Serang-Cilegon), Asep Ali

Buni (Rangkas Bitung- Pandeglang)

 Fotografer : Muhamad Adiyansyah (Koordinator),

Lamhot Aritonang, Tri Handiyatno

 Koordinator Kartunis : Joko Luwarso

 Kepala Produksi : R Tjahjo Soekmono

 Koordinator IT : Verdi Tarandeli

 Sekretaris Redaksi : Soemarsono D

 Pemimpin Perusahaan : Ny Sinahwati Sutanto

 Wakil Pemimpin Perusahaan/

Manager Keuangan : Andi Darmawan

 Manager Sirkulasi : Onni Husein

 Manager SDM & Umum : Triyo Prasojo

 Manager Iklan : Erik Y Aradena


Lampiran E

Wawancara Dengan Karikaturis Berita Kota

1. Apakah pengertian karikatur menurut bapak?

Jawab:

Karikatur adalah pemiyuhan gambar, atau gambar yang dipletot-pletotkan dan

suatu gambar yang dilebih-lebihkan. Seperti ada gambar seorang tokoh dengan

keadaan hidung yang sudah besar menjadi lebih besar lagi.

2. Apa perbedaan kartun dengan karikatur?

Jawab:

Sebenarnya telah terjadi salah kaprah. Sebenarnya karikatur itu adalah gambar

tokoh yang dilebih-lebihkan, sedangkan kartun adalah gambar lucu dengan

tujuan humor semata, sekarang karikatur yang memiliki tema yang biasanya

disebut sebagai editorial kartun atau kartun politik. Sedangkan karikatur berdiri

sendiri, kemudian menjadi berkembang, karikatur yang berada di media yang

sebenarnya editorial kartun atau kartun pilitik kita sebut karikatur saja.

3. Berdasarkan pernyataan bapak tadi, maka yang bapak muat di berita kota itu

apa?

Jawab:

Editorial kartun, tapi sekarang secara umum disebut dengan karikatur yang

disebut juga tajuk yang berbentuk gambar.


4. Bagaimana proses penciptaan karikatur itu sendiri?

Jawab:

1. Jadi untuk menjadi sebuah gambar itu dimulai dari pencarian ide yang

saya dapat dari membaca Koran, nonton tv, dan dari mengikuti

perkembangan isu yang berkembang di masyarakat

2. Selanjutnya itu dituangkan dalam bentuk sketsa secara manual.

3. Lalu setelah fix, gambar itu dipertajam kembali dengan menggunakan

spidol, lalu masuk ke mesin sceen dan dimasukkan ke computer lalu

akhirnya masuk ke redaksi untuk di layout.

5. Berapa kali karikatur tayang di berita kota?

Jawab:

Karikatur tayang di berita kota itu 4 kali dalam seminggu, yaitu setiap hari

selasa, kamis, sabtu, minggu.

6. Apa ada keterlibaan redaksi dalam menentukan tema pada karikatur yang bapak

buat ?

Jawab :

Kebetulan dalam menentukan ide saya diberi kebebasan, mulai dari pencarian

ide sampai eksekusi murni dari saya sendiri. Tentunya saya ada batasan yang

haris saya jaga akan dampak dari karikatur yang saya buat. Memang pada

awalnay karya yang saya buat diajukan pada atasan atau redaksai pelaksana

sebelum diterbitkan. Namun sekarang saya diberi kebebasan untuk menentukan

sendiri.
7. Pernahkah terjadi pengulangan tema atau ide pada karikatur ? Mengapa?

Jawab:

Ya, memang beberapa kali terjadi pengulangan, tetapi dengan gambar yang

berbeda. Hal ini terjadi karena memang karikatur yang dibuat itu selalu

berdasarkan isu yang beredar di masyarakat, maka jika masalah atau isu yang

beredar itu tidak selesai-selesai maka, dengan otomatis gambar karikatur yang

muncul dengan tema yang sama tetapi gambar yang berbeda itu akan muncul

kembali dan tak terhindari.

8. Adakah tujuan bapak dalam setiap pembuatan karikatur ini?

Jawab:

Tugas karikaturisa adalah mengktitisi sebuah kebijakan, peristiwa sosial, politik

sesuai dengan ”kaca mata” si karikaturis itu sendiri. Untuk tujuannya,

sebenarnya tidak ada tujuan/misi tertentu, itu semua terserah dari yang di kritik,

dan para pembaca. Bagaimana menanggapi karikatur yang saya buat. Karena itu

sudah diluar kuasa saya.

9. Apa ada tujuan bapak untuk membentuk opini pembaca?

Jawab:

sebenarnya sama dengan oreng lainya dalam menyampaikan pendapat, namun

saya punya kelebihan dalam menggambar maka pendapat saya saya ungkap

dalam gambar.
10. Menurut bapak, Apakah tugas karikaturis itu sendiri?

Jawab:

Sebenarnya tugas karikaturis itu adalah memberikan atau melayangkan kritik

social terhadap permasalahan yang muncul di Negara ini sesuai dengan isu yang

sedang berkembang, dan tentunya itu dilihat dari kacamata kartunis.

11. Selama ini wartawan dilarang keras memasukkan pendapat pribadi disetiap

tulsannya ,bagaimana dengan karikatur pak?

Jawab:

Dalam karikatur itu wajib memasukkan pendapat pribadi karena, karikatur itu

opini seperti tajuk yang merupakan opini dari redaksi. Demikian juga dengan

karikatur, didalamnya terdapat pandangan dari karikaturis itu sendiri, tentu saja

tetap dengan norma-norma yang ada.

12. Menurut bapak, karikatur yang baik itu seperti apa?

Jawab:

Karikatur yang baik adalah karikatur yang kritik sosialnya kena dan terdapat

humor juga didalamnya.

13. Kritik social buat bapak itu apa?

Jawab:

Yang kaitannya dengan karikatur adalah kritikan atas sebuah kebijakan,

kebijakan itu menyangkut ke masyarakat, masyarakat juga sebuah masyarakat

social itu sendiri. Pokoknya yang menyangkut kepentingan masyarakat, ketika


ada kebimbangan kebijakan atas kebijakan itu disitulah masuk sebuah kritik,

seandainya itu tidak sesuai dengan harapan masyarakat.

12. Apakah bapak selalu memasukan kritik sosial dalam karikatur bapak?

Jawab:

Iya, Karikatur yang baik memang seharusnya memuat kritik/harus ada daya

kritik, harus ada sesuatu yang di kritisi , tujuan karikatur memang seperti

itu.tetapi mengkritik dengan cara tidak menyakitkan, jadi karikatur yang baik

adalah kritiknya ada, humornya juga ada. Orang ketika membaca/menikmati

sebuah karikatur tidak serta merta marah apabila terkena kritikannya, tapi juga

bias tersenyum meskipun itu senyuman yang sinis.

13. Bagaimana cara membangun pembaca dengan kritikan itu sendiri dari kritikan

sosial yang bapak angkat?

Jawab:

Dari opini saya yang jelas saya membaca, saya mengikuti berita dan membentuk

opini. Artinya dalam sebuah kebijakan pasti ada celah-celah ketimpangan antara

harapan dan kenyataan itu sering kali berbeda, nah disitulah masuk kritik. dari

situ biasanya yang saya himpun juga dari suara masyarakat kebanyakan.

Misalnya masalah kemacetan, itu kan juga masalah orang banyak, nah disitulah

saya membuat karikatur yang mewakili mereka, dimana sih yang mereka

inginkan?atau mereka kritisi itu dari mananya?


14. Sehubungan dengan kebijakan pemerintah provinsi DKI Jakarta, kritikan sosial

apa yang menurut bapak pali penting untuk diangkat agar mereka tahu?

Jawab:

Biasanya atas kebijakan yang keluar, kalau kebijakan pemprov aman-aman saja

istilahnya, itu juga nggak perlu kritikan, otomatis nggak akan saya jadikan bahan

karikatur. Tapi manakala ada sebuah sikap atau kebijakan atau bahkan tidak

bersikap itu kritikan saya masuk, misalnya ketika masalah Demam Berdarah kok

tidak teratasi dari tahun ke tahun?, nah disitu saya masuk. Disitu artinya disitu

ada sesuatu yang tidak mereka jalankan. Atau contoh lain Flu burung,

dilingkungan tetap saja orang memelihara unggas di perkotaan. Nah itukan

antara harapan dan kenyataan itu selalu bertentangan atas kebijakan pemprov.

15. Mungki saja dikepala orang lain saat melihat karikatur ini akan muncul persepsi

lain, apa bapak sudah memperkirakan masalah tersebut.?

Jawab:

Sebenarnay bila karya di dilepas ke haklayak. Artinya karya tersebut merupakan

ilik masyarakat.milik setiap orang .dan setiap orang bebas

menginterpretasikan.ini merupakan hak mereka. Jadi sah sah saja jika seseorang

pembaja menikmati sebuah karikatur mengartikan sesuai dengan interpretasinya

masing masing menurut daya nalar mereka.

16. Apa bapa juga sudah memperkirakan bila karikatur yang anada buat mungkin

saja bersinggungan dengan hukum ?


Jawab:

Iya. Itu sudah saya sadari.maka itu saya punya filter, sebisa mungkin bila saya

membuat karikatur untuk menghindari sara atau hal yang bersinggungan dengan

hukum. Meskipun tanpa mengurangi daya kritik pada karikatu tersebut. Namun

bila hal tersebut terjadi ini merupakan sebuah konsekuensi yang harus saya

hadapi.

17. Apa ideologi berita kota menjadi patokan pada setiap pembuatan karikatur ?

Jawab :

Ya, tentunya saya sudah memahami kemana arah yang didinginkan redaksi

berita kota dalam pembuatan karikatur untuk pembaca.

18. Lalu bagai mana keterlibatan redaksi dengan pemilihan tema ?

Jawab :

Tema biasanya tidak jauh dari berbeda.karna karikatur dan tajuk dari redaksi

merupakan aspirasi atau catatan dari peristiwa dan kebijakan yang aktual

19. Sejak jakarta di pegang foke apa haran yang bapak harap ?

Jawab :

Secara keseluruhan saya blum melihat secara gamblang karna blum setahun, tp

bagi saya siapapun pemipin bagi seorang karikakuris tgasnya adalah untk

mengkritisi kebijakan yang perlu dikritisi. saya tidak menilai sebuah

keberhasilan, karna bagisaya keberhasilan untuk dinikmati bukan untuk dikritisi.

namun saat erjadi ketimpangan maka itulah saat seorang kritisi untuk mengkritik
20. Apa dalam pembuatan katikatur bapak pernah memberi apresiasi tentang

sesuatu?

Jawab:

Ya apresiasi memag perlu namun bukan sebagai penjilat dan terlalu subjektif.

namun bagi sebuah karikatur akan sulit untuk sebuah apresiasi. karna idealya

karikatur berisi kritik dan humor.

21. Kritik apa yang bapak sampaikan pada edisi kamis, 6 Desember 2007 ?

Jawab :

Berangkat dari bencana banjir yang selalu melanda di Jakarta. Dimana

sebelumnya adapilkada dan kampanye. Salah satu cagub bilang dia adalah

ahlinya tentang jakarta. Namun setelah menjadi gubernur. Saat jakarta masih

banjir, ini menjadi sebuah penagihan janji, tentang Jakarta yang sudah ditangan

ahlinya masih tetep banjir. Kritik pada karikatur ini dimana janji janji yang

diucapkan itu.

22. Kritik apa yang bapak sampaikan pada edisi sabtu, 16 Februari 2008 ?

Jawab :

Kejadian yang sedang hangat di beritakan.sebagi isu di masyarakat.

Ketika wabah DBD sedang meningkat pemerintah malah melambat dalam

menangani masalah ini.

23. Kritik apa yang bapak sampaikan pada edisi kamis, 13 Maret 2008 ?

Jawab :
Banyak korban karena jalan berlobang. Ko jalan Jakarta seperti ini. Mengkat

gambaran nyata.banyak jatuh korban namaun tidak segera diatasi

24. Kritik apa yang bapak sampaikan pada edisi selasa, 24 Juni 2008 ?

Jawab :

Berkaian dengan ulta jakate.penggambaran harapan warga jakarta.tambah umur

malah tambah macrt, banjir dlll.karna ini merupakanmasalah yang sering

dihadapai.

Karikaturis

Joko Luwarso
Lampiran F

Wawancara Dengan Pemimpin Redaksi Berita Kota

1. Apa ideologi Berita Kota?

Jawab :

Mengemban misi dari masyarakat dan sesuai dengan pancasila dan undang-

undang dasar.

2. Apa ideologi Berita Kota selalu digunakan dalam produk jurnalistik Berita

Kota?

Jawab :

Tidak juga, tapi kita tetap berpegang pada pancasila dan undang-undang, kita

sesuaikan dan mengedepankan aspirasi dari masyarakat.

3. Apa visi dari Berita Kota?

Jawab :

Ingin menjadi koran kota terdepan. Maksudnya lebih fokus pada masalah

perkotaan.

4. Lalu apa misi dari Berita Kota?

Jawab :

Menjembatani kepentingn masyarakat dengan peperintahan khususnya

pemerintah kota.
5. Berarti setiap pembutan berita dan opini yang dimuat di Berita Kota selalu

terkait dengan visi dan misi?

Jawab :

Kita selalu menggunakan visi dan misi kita dalam setiap produk jurnalistik

kita. Terutama peristiwa yang memiliki nilai berita yang dibutuhkan publik

6. Apa pewarta di Berita Kota menyisipkan opini dalam pemberitaan.

Jawab :

Tidak, kami memiliki rubrik khusus untuk opini.

7. Pendapat anda dengan pemerintah kota?

Jawab :

Pemerintah kota belum maksimal dalam mengentaskan permasalahan di

Jakarta seperti permasalahan kemacetan, banjir dan berbagai masalah sosial

lainya.

8. Apa Berita Kota memihak pada pemerintah provinsi DKI Jakarta?

Jawab :

Tidak, kita lebih independen dan berpihak pada masyarakat. Tapi kita

berusaha lebih berimbang dalam menyajikan berita, dan tetap memihak

kepada masyarakat.
9. Apa maksud ”Bukan sekedar berita” pada slogan koran bapak ?

Jawab :

Ini merupakan cempange statmen, semacam icon Berita Kota. Maksudnya kita

bukan mengedepankan berita lempang saja namun lebih mendalam dalam

penyajian berita. Dan kita dalam penyajin berita lebih pada gaya feture.

10. Lalu apa makna karikatur menurut bapak?

Jawab :

Sesuatu gambar yang isinya bermuatan realitas namun dituang dalam sindiran

oleh sipembuat karikatur.

11. Apa tujuan Berita Kota menyajikan karikatur ?

Jawab :

Agar pembaca tidak jenuh dengan berita. Kita menyediakan sedikit ruang

untuk karikatur agar pembaca di refresh dengan penyajian karikatur ini.

12. Apa redaksi turut menuangkan ide dalam penyajin karikatur?

Jawab :

Terkadang kita memberikan sumbangan ide, karena redaksi memberi

kebebasan pada karikaturis dalam membuat kariaktur

13. Apa arti kritik sosial bagi bapak?

Jawab :

Mengkritik tentang fenomena faktual yang berada dimasyarakat. Berupa

ketimpangan sosial dan penyimpangan-penyimpangan perilaku.


14. Apa yang anda harapkan dari tujuan dalam penyajian karikatur?

Jawab :

Supaya yang dikritik dapat berubah baik tindakan atau perilaku dalam

kebijakannya, dan pembaca merasa tersalurkan aspirasinya dan merasa

terwakili.

Pimpinan Redaksi

H. Johnny Hardjojo
Sempel 1

Sudah diserahkan pada ahlinya Jakarta tetap banjir edisi kamis, 6 Desember 2007
Sempel 4

DBD serang Jakarta edisi sabtu, 16 Februari 2008


Sempel 6

Jalan Jakarta yang rusak edisi kamis, 13 Maret 2008


Sempel 7

Ulang tahun Jakarta ke 481 edisi selasa, 24 Juni 2008


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Boma Bondan Suharto


Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1982
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Komp. DKI Blok B1 No.4 Pondok Kelapa, Jakarta
Timur.
No. Telepon / HP : 021-98299578 / 085624154244

PENDIDIKAN FORMAL

1988-1989 Tk. Islam Nurmalahikmah, Pondok Kelapa, Jakarta Timur.


1989-1995 SDN 09 Pondok Kelapa, Jakarta Timur.
1995-1997 SLTP 195
1997-2000 SMU Perguruan Rakyat 2, Pondok Kelapa, Jakarta Timur.
2000-2009 Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta

PENGALAMAN KERJA

Pengalaman Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Orange Production acara Go Show di


TPI (2005)

2007-2008 Graphic Design di Majalah Anak Jakarta

Jakarta, 10 Januari 2009

Boma Bondan Suhato

You might also like