You are on page 1of 45

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

I. NOMOR PERCOBAAN II. NAMA PERCOBAAN

: IV : TITRASI ASAM BASA : VOLUMETRI

1. Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam 2. Menstandarisasi larutan penitrasi. IV. DASAR TEORI Beberapa pandangan mengenai perilaku asam basa dapat dijelaskan melalui teori yang dikembangkan oleh arhenius. Menurut Arhenius asam adalah senyawa yang melepaskan ion hidrogen dalam larutan berair. Asam memiliki sifat berasa asam, mengubah . Sifat khas suatu asam sebenarnya merupakan sifat

lakmus dari biru menjadi merah, dan bereaksi dengan logam aktif menghasilkan gas dari ion

Dengan kata lain ion adalah pembawa sifat asam. Arrhenius mendefinisikan basa sebagai senyawa yang melepaskan hidroksida dalam larutan berair. Contoh NaOH. Ion hidroksida ini diyakini Arrhenius sebagai pembawa sifat khas basa yaitu,pahit, terasa licin dikulit,dan sebagainya. Jika sejumlah tertentu asam dan basa dicampurkan sifat khas asam dan basa tersebut akan hilang. Reaksi antara asam dan basa dinamakan reaksi netralisasi,pada reaksi tersebut akan dihasilkan suatu garam dan air. Semua asam Arrhenius juga diklasifikasikan sebagai asam oleh Browsted Lowry. Sebagai contoh pada reaksi gas hidrogen klorida, HCL dengan air untuk menghasilkan asam klorida, gas hidrogen klorida berperan sebagai pemberi proton. Berdasarkan Bronsted Lowry, asam adalah donor proton, sedangkan basa merupakan akseptor proton. Menurut Bronsted lowry suatu reaksi asam basa dapat berlangsung tanpa adanya medium air, contohnya pada reaksi berikut ini : HCL + + Menurut Lewis reaksi yang melibatkan amonia atau air terjadi dikarenakan adanya pemakaian elekteron bersama pasangan elektron bebas yang dimiliki keduanya untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan spesi lain sehingga amonia dan air dalam reaksi tersebut bertindak sebagai basa.secara singkat dapat dijelaskan,menurut Lewis asam merupakan suatu spesies yang dapat menerima pasangan elektron bebas, sedangkan basa merupakan suatu spesies yang dapat mendonorkan pasangan elektron bebas. Jadi, yang tidak memiliki pasangan elektron bebas adalah asam sedangkan yang memiliki pasangan elektron bebas adalah basa. Menurut teori asam basa Lewis, asam merupakan spesi yang menerima pasangan elektron bebas. Sedangkan berdasarkan reaksi diatas, HCl bertindak sebagai asam menurut Lewis. Atom Klor merupakan atom yang lebih elektronegatifan dibandingkan dengan atom H. Jadi molekul HCl merupakan molekul yang polar. Pasangan atom yang dimiliki bersama antara H dan Cl cenderung lebih tertarik ke atom Cl sehingga Cl bersifat lebih negatif. Ketika molekul HCl menjadi semakin dekat keatom Cl , maka akibatnya ikatan kovalen koordinasi antara atom H dan N terbentuk, dan ikatan antar atom H dengan Cl terputus. Oleh karena itu, molekul HCL bertindak sebagai asam menurut Lewis karena menerima pasangan elektron bebas dari NH3. Asma lewis tidak harus memiliki orbital kosong. 1

( http://www.chemistry.org.//teori-asambasa.html ) Dalam air murni terdapat ion dan ion . dalam koordinasi konsentrasi yang sama, yang sangat kecil. Bila

konsentrasi sama dengan konsentrasi OH- maka larutan tersebut disebut dengan larutan netral. Bila konsentrasi yang diketahui ( Atau sebaliknya penambahan asam kedalam basa untuk mencapai titik akhir). Titik ekivalen adalah titik asam dimana asam tepat bereaksi denga semua basa. Idikator digunakan untuk membantu kita kapan kita mengetahui titrasi harus dihentikan didekat titik ekivalen . saat titrasi dihentikan disebut dengan titrasi akhir (titik akhir titrasi). Titik akhir titrasi berbeda dengan titik ekivalen, tetapi perbedaannya tidak terlalu besar sehingga digunakan indikator yang tepat yaitu yang memiliki trayek PH sekitar titik ekivalen. Prinsip titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan yang diperlukan untuk bereaksi dengan larutan lainyang mempunyai volume tertentu atau zat terlarut dengan konsentrasi tertentu. Titrasi asam basa merupakan metode analitis untuk menentukan jumlah jumlah asam atau basa dalam suatu sampel. Hitungan titrasi yaitu ekivalen asam basa dengan ekivalen basa. VA . NA . Nb Konsentrasi asam basa sering menggunakan Molaritas sehingga : Analisa volumetri adalah analisa kuantitatif dimana kader komponen dari zat uji ditetapkan berdasarkan volume reaksi pereaksi ( konsentrasi diketehui ) yang ditambahkan kedalam larutan zat uji, hingga komponen yang akan ditetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Proses yang dikenal juga dengan analisa tirimetri. Suatu pereaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi syarat syarat sebagai berikut yaitu reaksi harus berlangsung sesuai persamaan reaksi kimia tertentu, harus tidak ada reaksi samping. Yang kedua reaksi harus berlangsung sampai benar-benar lengkap pada titik tinggi dari pada konsentrasi sama denga konsentrasi OH- maka larutan tersebut disebut larutan netral. Bila konsentrasi maka larutan tersebut adalah larutan yang bersifat asam,sedangkan bila konsentrasi lebih

lebih rendah

dari pada konsentrasi maka larutan tersebut bersifat basa. pH atau kadar larutan yang bersifat netral sama dengan tujuh. Larutan yang bersifat asam pH nya kurang dari tujuh. Semakin kurang dari tujuh maka larutan tersebut mempunyai sifat asam yang semakin kuat. Sedangkan bila PH nya lebih dari tujuh, maka laritannya bersifat basa, semakin pH nya lebih dari tujuh maka semakin kut basanya. Pada titrasi biasanya digunakan suatu indikator yang memberikan tanda kepada kita bahwa campuran asam basa yang ada dalam larutan memiliki pertandingan yang benar untuk mencapai suatu keadaan larutannya yang netral. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari inikator atau kenaikan penurunan PH nya yang tiba-tiba. Idealnya perubahan warna indikator akan terjadi pada saat kita mencampurkan larutan itu padsa proporsi ya ng sama, tepat. Keadaan ini disebut titik ekivalen. Kurva yang menunjukkan perubahan

warna pH versus volume larutan titrasi disebut dengan kurva titrasi. Bentuknya tergantung pada nilai Ka dan konsentrasi asam basa yang digunakan.2 Prosedur untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan larutan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titrasi. Jika yang dilihatkan adalah larutan asam dan larutan basa, titrasi itu disebut dengan titrasi asam basa. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan baku ( larutan standar ). Pada bagian ini akan dibahas bagaimana perubahan pada berbagai titrasi asam basa. Titrasi asam basa merupakan penambahan secara hati-hati sejumlah larutan basa dengan konsentrasi tertentu. Ekivalen suatu indikator harus ada untuk menunjukkan titik 2 ekivalen. Yang ketiga adalah reaksi. ( http://www.google.co.id/titrasi.html ) Beberapa jenis reaksi dapat digunakan untuk titrasi yaitu pengendapan, reaksi oksidasi-reduksi,reaksi asam-basa,dan reaksi pembentukan kompleks. Pada percobaan ini akan dilakukan titrasi asam basa. Pertamakali akan dilakukan standarisasi (pembakuan) terhadap larutan basa. Yang selanjutnya digunakan untuk menganalisis contoh yang mengandung asam. Bila sebagai titrasi adalah larutan baku asam,maka endapan tersebut dinamakan Asidimetri dan apabila larutan baku basa sebagai titran maka disebut Alkalimetri. Secara ringkas reaksi asma basa atau netralisasi disebabkan oleh proton dari asam yang bereaksi dengan OH- dari basa. Reaksi yang terjadi adalah : + O Pereaksi yang digunakan digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan titeratau larutan beku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat baku yang ditimbangkan secara seksama atau dengan penetapan yang dikenal dengan standarisasi atau pembekuan. Larutan standar (baku) dibagi menjadi standar primer dan standar sekunder. Kedua jenis larutan standar (baku) ini dapat digunakan analisa kuantitatif suatu larutan senyawa. Pereaksi pada kebanyakan titrasi asam basa perubahan larutan pada titik ekivalen tidak jelas. Untuk mengatasi hal ini maka digunakan indikator yaitu suatu senyawa organik asam atau basa lemah yang mempunyai warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa), dimana indikator ini memperlihat perubahan warna pH tertentu. Secara umum untuk titrasi asam basa indikator yang digunakan adalah indikator venotalin yang mempunyai trayek pH 8,3 10.5 dimana indikator senyawa ini tidak berwarna pada larutan asam dan berwarna merah muda dalam larutan basa. Bila kuantitas ekimolar dari suatu asam kuat seperti asam klorida (HCL) dan suatu basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) Dicampurkan dalam satu larutan, maka ion hidrinium dari asam dan ion hidroksida dari basa akan bersenyawa membentuk air (H2O). Reaksi antara ion hidronium dari asam dengan ion hidroksida dari basa sehingga membentuk senyawa air tadi merupakan reaksi penetralan. Setelah reaksi antara asam klorida dengan natrium klorida hidroksida maka akan tinggal larutan dari ion dan . Meskipun kedua ion ini tidak terlihat dalam proses penetralan dapat dikatakan bahwa larutan NaCl terbentuk sebagai hasil dari suatu reaksi antara asam klorida dengan natrium klorida atau dapat pula dikatakan reaksi asam basa. Reaksi asam basa yang sama kekuatannya akan menghasilkan larutan yang bersifat netral. Asam dan basa bereaksi dapat berasal dari suatu asam lemah ataupun basa kuat. Reaksi asam basa kekuatannya berlainan akan menghasilkan larutan dengan sifat satu asam lemah dan yang saytu lagi bersifat basa lemah. Itu semua tergantung pada kekuatan atom asam konjugasinya dan basa konjugasinya yang dihasilkan. Semua itu bertitik tolak pada larutan standar yang digunakan. Larutan standar yang digunakan atau dipakai NaOH. Perbedaan antara titik akhir titrasi dengan titik ekivalen adalah titik ekivalen yang terjadi pada saat reaksi asam dan basa mulai menetral, dimana asma menuju basa. Sedangkan titik akhir titrasi terjadi karena pada saat dimana dari ion-ion asam dan basa telah lengkap bereaksi maka hasilnya akan membentuk suatu senyawa air. Proses yang dikenal dengan titrasi oleh karena dikenal juga dengan analisis titrimetri suatu pereaksi dapat digunakan sebag ai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi syarat-syarat berikut :reaksi harus berlangsung sesuai persamaan reaksi kimia tertentu harus tidak ada reaksi samping,reaksi harus berlangsung sampai benar-benar lengkap pada titik ekivalen, reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi diperlakukan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. 3 3( Rivai,Bakti.2010. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Inderalaya : Universitas Sriwijaya) V. ALAT DAN BAHAN Alat yang dipergunakan pada praktikum kali ini adalah: 1. Gelas Ukur 2. Beker Gelas 3. Labu ukur 250 mL 4. Tabung Erlemeyer 5. Statif 6. Pipet Tetes Bahan yang dipergunakan pada praktikum kali ini adalah: Biuret Larutan NaOH Larutan Cuka Makan Asam Oksalat Air Suling

1. 2. 3. 4. 5.

VI. PROSEDUR PERCOBAAN Dicuci dengan baik buret 50 mL, dibilas dengan air suling , tutup ceratnya lalu dimasukkan kira-kira 5 ml NaOH yang akan distandardisasi.

A. Standardisasi arutan NaOH 0,1 ml

Dimiringkan dan diputar buret untuk membasahi permukaan buret. Keluarkan larutan dari buret dan ulangi pembilasan hinga skala 0, alirkan larutan untuk mengeluarkan gelembung udara.

Dicuci erlemeyer 250 ml kemudian dbilas dengan air suling. Pipet pertama 15 ml larutan HCl standar 0,1 M kedalam setiap erlemeyer.Ditambahkan kedalam erlemeyer masing-masing 15 ml air suling dan 3 etes indicator fenolffalein.dicatat NaOH pada buret kemudiandialirkan sedikit demi sedikit NaOH pada erlemeyer pertama. Dicatat volume akhir, hitunglah Molaritas larutan standar NaOH

Dicatat volume akhir, hitunglah Molaritas larutan standar NaOH

B. Menentukan persentase asam asetat dalam cuka. Cuka dapur mengandangi asam asetat 4 6 %.

Dimasukkan

pipet 1 ml asam cuka setiap erlyemeer tambahkan 10 ml air suling, 3 tetes indicator fenolftalein .

Dihitung persentase massa pada tiap-tiap contoh

VII. PERTANYAAN PRA PRAKTEK 1. Apa yang dimaksud dengan asam,basa,titik ekivalen,indikator? Jawab: a. b. c. d. Asam adalah zat yang melarut ke dalam air untuk membiarkan ion-ion .

a. b.

Basa adalah zat yang melarut ke dalam air untuk memberikan ion-ion . Titik ekivalen dimana titer dan titran tepat bereaksi ditandai dengan perubahan warna yang belum konstan. Indikator adalah senyawa organik asa atau basa lemak yang mempunyai warna moekul berbeda degan warna ionnya dimana indikator akan memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. 2. Jelaskan perbedaan titik akhir titrasi dan titik ekivalen? Jawab: Titik akhir titrasi merupakan titik dalam reksi titrasi yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik ekivalen dimana titer dan titran tepat bereaksi ditandai dengan perubahan warna yang belum konstan. 3. Sebanyak 0,7742 g kalium hidrogen sitrat dimasukan ke dalam erlemyer dan dilarutdengan air suling, kemudian titrasi dengan dengan larutan NaOH. Bila terpakai 33,60 mL larutan NaOH, berapa molaritas larutan NaOH tersebut? Jawab: Massa = 0,7742 V NaOH = 33,6 mL = 0,0336 L Mol M NaOH = = = = 0,003 mol = 0,089

VIII. DATA HASIL PENGAMATAN V1 = 3,8 ml V2 = 7,9 3,8 = 4,1 ml V3 = 12,1 4,1 = 8 ml

IX. REAKSI DAN PERHITUNGAN

a. Reaksi NaOH + HCl b. Perhitungan V= = = = 5,3 ml NaCl + H2O

V NaOH . M NaOH = V HCl . M HCl 5,3 . M NaOh = 10 . 0,1 M NaOH = = 0,188 M

% Kesalahan =

X 100 %

= x 100 % = - 0,88 . 100 % = 88 %

X. PEMBAHASAN Pembahasan kali ini mengenai percobaan titrasi asam basa. Disini asam basa sendiri dibagi atas pandangan, menurut Arrhenius, Brownsted-Lowry, dan Lewis. Menurut Arrhenius asam didefinisikan senyawa yang apabila bereaksi dengan air akan menghasilkan ion . sedangkan basa senyawa yang apabila bereaksi dengan air akan menghasilkan ion . Menurut Brownsted Lowry berpendapat bahwa asam bertindak sebagai donor , sedangkan basa bertindak sebagai akseptor proton. Menurut Lewis sendiri berpendapat bahwa asam sebagai spesi yang menerima pasangan elektron bebas, sedangkan basa sebagai spesi yang mendonorkan pasangan elektron bebas. pH yang memiliki di bawah 7 merupakan sifat dari asam, sifat dari asam ini berasa asam dan mengubah lakmus biru menjadi merah. Sedangkan yang memiliki pH di atas 7 merupakan basa, basa bersifat pahit dan licin dikulit serta dapat membirukan lakmus merah. Pada prosos pencampuran antara titer dan titran di dapat titik ekivalen dan titik akhir titrasi.. Titik saat di mana asam basa dan basa tepat bereaksi , namun perubahan warna yang terjadi belum konstan disebut dengan titik ekivalen. Inilah yang membedakan antara titik ekivalen dengan titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi di tandao dengan perubahan warna indikator yang sudah konstant. Pada percobaan ini, pada titrasi larutan terbagi dua, larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer yang mana larutan tersebut konsentrasinya telah diketahui sehingga tidak perllu di standarisasi. Sedangkan larutan standar sekunder atau yang bertindak sebagai titran. Larutan ini konsentrasinya belum diketahui sehingga perlu di standarisasi, larutan standar sekunder ini memiliki ciri ciri maassa molekul yang rendah dan hidroskopis. Sedangkan larutan standar primer mempunyai massa molekul relatif tinggi, konsentrasinya diketahui dan mudah untuk di dapat. Percobaan ini analisa yang dipakai analisa volumetri, analisa yang di dasarkan pada volume. Percobaan titrasi asam basa ini merupakan suatu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam basa, didapatkan hasil berupa larutan berwarna merah muda dari campuran titran berupa NaOH dengan titernya yang terdiri dari asam klorida, air suling dan indikator. Percobaan titrasi asam basa ini dilakukan dalam tiga kali pengulangan, dan masing masing titrasi volume NaOH berbeda beda, karena itu kita ambil rata rata volume dari ketiga volume yang di dapat untuk digunakan dalam perhitungan. Persen kesalahan yang didapat mencapai 88 % . kesalahan bisa terjadi saat menggunakan alat yang digunakan. Seharusnya sebelum melakukan percobaan, pastikan alat alat tersebut telah bersih dan kering sehingga tidak mempengaruhi molaritas larutan. Karena dalam penambahan air merupakan salah satu cara untuk mengubah molaritas larutan. Dalam penggunaaan alat berupa buret, pipet gondok, dan erlenmeyer pun harus sangat hati hati. Di dalam laboratorium pun kita harus berhati hati sebab banyak bahan bahan yang berbahaya, dan alat alat nya juga harus kita jaga dengan baik. Indikator merupakan senyawa organik asam basa lemah yang memiliki warna berbeda dengan ionnya. Indikator berguna untuk menunjukkan perubahan warna. Pada percobaan titrasi asam basa ini digunakan indikator fenolftalein dengan pH trayeknya 8,3 10,5 . Pada indikator ini perubahan warna pada senyawa asam yaitu being ( tidak berwarna ) dan pada basa berubah menjadi warna merah muda.

XI. 1. 2. 3. 4. 5.

KESIMPULAN Titik ekivalen dimana titer dan titran mengalami reaksi ditandai perubahan warna yang belum konstan . Pada percobaan kali ini kita dapat menstandarisasi larutan. Analisa yang digunakan pada percobaan kali ini adalah kuntitatif dan volumetri. Indikator termasuk senyawa organik asam lemah yang memiliki warna berbeda dengan ionnya. Digunakan indikator fenolftalein dengan pH trayeknya 8,3 10,5 .

DAFTAR PUSTAKA Anonim.2010.Teori Asam Basa.http://www.chemistry.org.//teori-asambasa.html Diakses pada tanggal 26 November 2010. Pukul 15:30 WIB Anonim.2010.titrasi.http://www.google.co.id/titrasi.html Diakses pada tanggal 26 November 2010. Pukul 15:00 WIB Petrucci, R.H,dkk.1987.Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern (terjemahan). Jakarta : Erlangga Rivai,Bakti.2010. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Inderalaya : Universitas Sriwijaya Posted 21st April 2012 by RAHMAT PRATAMA Asam klorida Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Asam klorida merujuk pada larutan HCl dalam air, untuk senyawa HCl dalam keadaan murni (gas), lihat Hidrogen klorida Asam klorida

Nama IUPAC[sembunyikan] Asam klorida Nama lain[sembunyikan] Klorana Identifikasi Nomor CAS PubChem Nomor EINECS Nomor RTECS [7647-01-0] 313 231-595-7 MW4025000 Sifat Rumus molekul Massa molar Penampilan HCl dalam air (H2O) 36,46 g/mol (HCl) Cairan tak berwarna sampai dengan kuning pucat 1,18 g/cm3 (variable) 27,32 C (247 K) larutan 38%

Densitas Titik lebur

Titik didih

110 C (383 K), larutan 20,2%; 48 C (321 K), larutan 38%. Tercampur penuh 8,0 1,9 mPas pada 25 C, larutan 31,5% Bahaya

Kelarutan dalam air Keasaman (pKa) Viskositas

MSDS Klasifikasi EU Indeks EU NFPA 704

External MSDS Korosif (C) 017-002-01-X

0 3 1 COR Frasa-R Frasa-S Titik nyala R34, R37 (S1/2), S26, S45 Tak ternyalakan. Senyawa terkait Anion lainnya Asam terkait F-, Br-, IAsam bromida Asam fluorida Asam iodida Asam sulfat Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku pada temperatur dan tekanan standar (25C, 100 kPa) Sangkalan dan referensi Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakancairan yang sangat korosif. Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam awal sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia Abu Musa Jabir bin Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan sepanjang abad pertengahan oleh alkimiawan dalam pencariannya mencari batu filsuf, dan kemudian digunakan juga oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber, Priestley, and Davy dalam rangka membangun pengetahuan kimia modern. Sejak Revolusi Industri, senyawa ini menjadi sangat penting dan digunakan untuk berbagai tujuan, meliputi produksi massal senyawa kimia organikseperti vinil klorida untuk plastik PVC dan MDI/TDI untuk poliuretana. Kegunaan kecil lainnya meliputi penggunaan dalam pembersih rumah, produksigelatin, dan aditif makanan. Sekitar 20 juta ton gas HCl diproduksi setiap tahunnya. Daftar isi [sembunyikan]

1 Sejarah 2 Kimia 3 Sifat-sifat fisika 4 Produksi o 4.1 Pasar industri 5 Keberadaan dalam organisme hidup 6 Keselamatan

7 Referensi 8 Pranala luar [sunting]Sejarah Asam klorida pertama kali ditemukan sekitar tahun 800 sesudah masehi oleh ahli kimia Jabir bin Hayyan (Geber) dengan mencampurkan natrium klorida dengan asam sulfat ("vitriol").[1][2] Jabir menemukan banyak senyawa-senyawa kimia penting lainnya, dan mencatat penemuannya ke dalam lebih dari dua puluh buku. Penemuan Jabir atas air raja yang dapat melarutkan emas mengandung asam klorida dan asam nitrat.[1][2][3] Pada Abad Pertengahan, asam klorida dikenal oleh ahli kimia Eropa sebagai spirits of salt atau acidum salis (asam garam). Istilah asam garam ini pun masih digunakan di beberapa bahasa dunia, misalnya dalam bahasa Jerman Salzsure, bahasa Belanda Zoutzuur, bahasa Mandarin (yansuan), dan bahasa Jepang (ensan). Gas HCl disebut sebagai udara asam laut. Produksi asam klorida secara signifikan dicatat oleh Basilius Valentinus pada abad ke-15. Pada abad ke-17, Johann Rudolf Glauber dari Karlstadt am Main, Jerman menggunakan natrium klorida dan asam sulfat untuk membuat natrium sulfat melalui proses Mannheim. Proses ini akan melepaskan gas hidrogen klorida sebagai produk sampingannya. Joseph Priestley dari Leeds berhasil menghasilkan hidrogen klorida murni pada tahun 1772, dan pada tahun 1818, Humphry Davy dari Penzance, Inggris, membuktikan bahwa komposisi kimia zat tersebut terdiri dari hidrogen dan klorin.[1][2][3]

Jabir bin Hayyan dalam gambar abad pertengahan Semasa Revolusi Industri di Eropa, permintaan atas senyawa-senyawa alkalin meningkat. Proses industri baru yang mengijinkan produksi natrium karbonat (soda abu) dalam skala besar berhasil dikembangkan olehNicolas Leblanc. Dalam proses Leblanc, natrium klorida diubah menjadi natrium karbonat menggunakan asam sulfat, batu kapur, dan batubara. Proses ini melepaskan hidrogen klorida sebagai produk samping. Sebelum diberlakukannya Undang-Undang Alkali tahun 1863 oleh Britania, HCl yang berlebih dilepaskan ke udara bebas. Setelah berlakunya undang-undang ini, produsen soda abu diwajibkan untuk melarutkan gas ini ke dalam air dan menghasilkan asam klorida dalam skala industri.[1][3][4] Pada abad ke-20, proses Leblanc digantikan oleh proses Solvay yang tidak menghasilkan asam klorida sebagai produk sampingan. Setelah tahun 2000, asam klorida kebanyakan dihasilkan dari pelarutan produk samping hidrogen klorida dari produksi industri senyawa organik.[3][4][5] Sejak tahun 1988, asam klorida telah dimasukkan ke dalam Tabel II Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika karena ia dapat digunakan dalam produksi heroin, kokaina, dan metamfetamina.[6] Konvensi ini disahkan di Indonesia oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997.[7] [sunting]Kimia

Titrasi asam

Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+:[8][9] HCl + H2O H3O+ + Cl Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl. Asam klorida oleh karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adalahasam kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air.[8][9] Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka, yang mengindikasikan tingkat disosiasi zat tersebut dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, nilai Ka cukup besar. Beberapa usaha perhitungan teoritis telah dilakukan untuk menghitung nilai Ka HCl.[10] Ketika garam klorida seperti NaCl ditambahkan ke larutan HCl, ia tidak akan mengubah pH larutan secara signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa Cl adalah konjugat basa yang sangat lemah dan HCl secara penuh berdisosiasi dalam larutan tersebut. Untuk larutan asam klorida yang kuat, asumsi bahwa molaritas H+ sama dengan molaritas HCl cukuplah baik, dengan ketepatan mencapai empat digit angka bermakna.[8][9] Dari tujuh asam mineral kuat dalam kimia, asam klorida merupakan asam monoprotik yang paling sulit menjalani reaksi redoks. Ia juga merupakan asam kuat yang paling tidak berbahaya untuk ditangani dibandingkan dengan asam kuat lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan tidak beracun. Asam klorida dalam konsentrasi menengah cukup stabil untuk disimpan dan terus mempertahankan konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, asam klorida merupakan reagen pengasam yang sangat baik. Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan jumlah basa. Asam yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh karena titik akhir yang jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat digunakan sebagai standar primer dalam analisis kuantitatif, walaupun konsentrasinya bergantung pada tekanan atmosfernya ketika dibuat.[11] Asam klorida sering digunakan dalam analisis kimia untuk "mencerna" sampel-sampel analisis. Asam klorida pekat melarutkan banyak jenis logam dan menghasilkan logam klorida dan gas hidrogen. Ia juga bereaksi dengan senyawa dasar semacam kalsium karbonat dan tembaga(II) oksida, menghasilkan klorida terlarut yang dapat dianalisa.[8][9] [sunting]Sifat-sifat fisika Ciri-ciri fisika asam klorida, seperti titik didih, titik leleh, massa jenis, dan pH tergantung pada konsentrasi atau molaritas HCl dalam larutan asam tersebut. Sifat-sifat ini berkisar dari larutan dengan konsentrasi HCl mendekati 0% sampai dengan asam klorida berasap 40% HCl [8][9][12] Kapasitas kalor jenis kJ/(kgK) 3,47 2,99 2,60 2,55 2,50 2,46 2,43

Konsentrasi

Massa jenis

Molaritas

pH

Viskositas

Tekanan uap

Titik didih

Titik leleh

kg HCl/kg kg HCl/m3 Baum 10% 20% 30% 32% 34% 36% 38% 104,80 219,60 344,70 370,88 397,46 424,44 451,82 6,6 13 19 20 21 22 23

kg/l 1,048 1,098 1,149 1,159 1,169 1,179 1,189

mol/dm3 2,87 6,02 9,45 10,17 10,90 11,64 12,39 0.5 0,8 1,0 1,0 1,0 1,1 1,1

mPas 1,16 1,37 1,70 1,80 1,90 1,99 2,10

Pa 0,527 27,3 1.410 3.130 6.733 14.100 28.000

C 103 108 90 84 71 61 48

C 18 59 52 43 36 30 26

Suhu dan tekanan referensi untuk tabel di atas adalah 20 C dan 1 atm (101,325 kPa). Asam klorida sebagai campuran dua bahan antara HCl dan H2O mempunyai titik didih-konstan azeotrop pada 20,2% HCl dan 108,6 C (227 F). Asam klorida memiliki empat titik eutektik kristalisasi-konstan, berada di antara kristal HClH2O (68% HCl), HCl2H2O (51% HCl), HCl3H2O (41% HCl), HCl6H2O (25% HCl), dan es (0% HCl). Terdapat pula titik eutektik metastabil pada 24,8% antara es dan kristalisasi dari HCl3H2O. [12] [sunting]Produksi Asam klorida dibuat dengan melarutkan hidrogen klorida ke dalam air. Hidrogen klorida dapat dihasilkan melalui beberapa cara. Produksi skala besar asam klorida hampir selalu merupakan produk sampingan dari produksi industri senyawa kimia lainnya.[3]

[sunting]Pasar industri Asam klorida diproduksi dalam bentuk larutan 38% HCl (pekat). Konsentrasi yang lebih besar daripada 40% dimungkinkan secara kimiawi, namun laju penguapan sangatlah tinggi, sehingga penyimpanan dan penanganannya harus dilakukan dalam suhu rendah. Konsentrasi HCl yang paling optimal untuk pengantaran produk adalah 30% sampai dengan 34%. Kandungan asam klorida pada kebanyakan cairan pembersih umumnya berkisar antara 10% sampai dengan 12%.[3] Cairan pembersih tersebut harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Produsen asam klorida terbesar di dunia adalah Perusahaan Dow Chemical dengan total produksi sebesar 2 juta ton per tahun (pengukuran dalam bentuk gas HCl). Produksi HCl dunia diperkirakan sebesar 20 juta ton per tahun, dengan 3 juta ton berasal dari sintesis langsung, dan sisanya merupakan hasil dari produk sampingan sintesis organik.[3] [sunting]Keberadaan dalam organisme hidup Asam lambung merupakan salah satu sekresi utama lambung. Ia utamanya terdiri dari asam klorida dan mengasamkan kandungan perut hingga mencapai pH sekitar 1 sampai dengan 2. [13] Ion klorida (Cl) dan hidrogen (H+) disekresikan secara terpisah di bagian fundus perut yang berada di bagian teratas lambung oleh sel parietal mukosa lambung ke dalam jaringan sekretori kanalikulus sebelum memasuki lumen perut. [14] Asam lambung berfungsi untuk membantu pencernaan makanan dan mencegah mikroorganisme masuk lebih jauh ke dalam usus. pH asam lambung yang rendah akan mendenaturasi protein, sehingga akan lebih mudah dicerna oleh enzim pepsin. pH yang rendah ini juga akan mengaktivasi prekursor enzim pepsinogen. Setelah meninggalkan lambung, asam klorida dalam kim akan dinetralisasi oleh natrium bikarbonat dalam usus dua belas jari.[13] Lambung itu sendiri terlindung dari asam kuat oleh sekresi lapisan mukosa yang tebal dan penyanggaan oleh natrium bikarbonat yang diinduksi oleh sekretin. Nyeri ulu hati dan sakit maag dapat berkembang apabila mekanisme perlindungan ini gagal bekerja. Obat-obat antihistamin dan inhibitor pompa proton dapat menghambat produksi asam dalam perut, dan antasid digunakan untuk menetralisasi asam yang ada.[13][15] [sunting]Keselamatan Tanda bahaya

Asam klorida pekat (asam klorida berasap) akan membentuk kabut asam. Baik kabut dan larutan tersebut bersifat korosif terhadap jaringan tubuh, dengan potensi kerusakan pada organ pernapasan, mata, kulit, dan usus. Seketika asam klorida bercampur dengan bahan kimia oksidator lainnya, seperti natrium hipoklorit (pemutih NaClO) atau kalium permanganat (KMnO4), gas beracun klorin akan terbentuk. NaClO + 2 HCl H2O + NaCl + Cl2 2 KMnO4 + 16 HCl 2 MnCl2 + 8H2O + 2 KCl + 5 Cl2 Alat-alat pelindung seperti sarung tangan PVC atau karet, pelindung mata, dan pakaian pelindung haruslah digunakan ketika menangani asam klorida. [1] Bahaya larutan asam klorida bergantung pada konsentrasi larutannya. Tabel di bawah ini merupakan klasifikasi bahaya larutan asam klorida Uni Eropa.[16] Konsentrasi Klasifikasi berdasarkan berat 1025% > 25% Iritan (Xi) Frasa R R36/37/38

Korosif (C) R34 R37

Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (United States Environmental Protection Agency) memasukkan asam klorida sebagai bahan beracun.[17] Laporan hasil pengamatan penentuan konsentrasi larutan asam klorida dan larutan natrium hidroksida

PENENTUANKONSENTRASI LARUTAN ASAM KLORIDA DAN LARUTAN NATRIUM HIDROKSIDA A. TUJUANPENGAMATAN/PENELITIAN. 1. 2. B. Menentukankonsentrasi larutan HCL. Menentukankonsentrasi larutan NaOH O,1 M.

LANDASAN TEORI.

Terdapat duacara dalam menentukan konsentrasi (kemolaran) suatu larutan:

Cara pertama, membuatlarutan dengan konsentrasi tertentu, yaitu dengan menimbang zat secara tepatdengan menggunakan peralatan yang akurat. Cara kedua,menggunakan perkiraan jumlah zat yang terlarut dan perkiraan jumlah zatpelarut,kemudian konsentrasinya ditentukan dengan metode titrasi.

Titrasi adalah metodeanalisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan. Dalam titrasi, zatyang akan ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh larutan yang konsentrasinyadiketahui dengantepat dan disertai penambahan indikator. Larutan yang telahdiketahui konsentrasinya dengan tepat disebut Larutan baku/Larutan standar,sedangkan Indikator adalah zatyangmemberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal denganistilah titik akhir titrasi. Berdasarkan pengertiantitrasi, titrasi asam basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam denganzat peniter (zat penitrasi) suatu larutan basa atau penentuan kadar larutanbasa dengan zat peniter (zat penitrasi) suatu larutan asam. Titik akhirtitrasi adalah kondisi pada saat terjadi perubahaan warna dari indikator.Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitukondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa. Pendekatanantara titik akhir titrasi dan titik ekuivalen bergantung pada PHperubahan warna dari larutan indikator. Jika perubahan warna indikator terletakpada PH titik ekuivalen, titik akhir titrasi akan sama dengan titik ekuivalen.Akan tetapi, jika PH perubahan warna indikator setelah penambahan larutan zatpaniter sedikit berlebih, titik akhir titrasi berbeda dengan titik ekuivalen. C. BAHAN DAN ALAT.

a. Bahan. LarutanHCL LarutanNaOH 0,1 M IndikatorFenolftalein. Aquadest/ air suling b. Alat Buret/ Pipet ukur LabuErlenmeyer Pipetvolume Botolsemprot Pipettetes

D.

CARA KERJA.

a) Ukur 10 ml larutan HCL denganmenggunakan pipet volume, lalu masukkan kedalam labu erlenmeyer b) Tambahkan 2-3 tetes indikatorfenolftalein c) Masukkan larutan NaOH 0,1 M sebagai zat peniterkedalam buret, jika tidak ada buret , dapat digunakan pipet ukur. d) Catat skala awal dari larutan NaOH 0,1 M(Sebaiknya dimulai dari skala 0) e) Sambil menggoyang-goyangkan labu,teteskan sedikit demi sedikit larutan NaOH kedalam labu erlenmeyer sampai terjadiperubahan warna indikator. Catat volume larutan NaOH yangdigunakan.

f)

g) Ulangi kegiatan ini sekali lagi sehinggaanda memperoleh hasil yang hampir. Jika perbedaan hasil yang anda peroleh cukupbesar, ulangi sekali lagi.

E.

HASIL PENGAMATAN. Percobaan Volume HCL (ML) Vol NaOH 0,1 M (ML)

1 2 3

5 5 5

2,70 2,60 = 0,10 2,90 - 2,70 = 0,20 3,10 - 3,00 = 0,10

F. PEMBAHASAN. a) Percobaan pertama, larutan HCL denganvolume 5 mlditetesi dengan indikator fenolftalein sebanyak dua tetes danlarutan NaOH Vol. 0,10 ml dan berubah warna dari bening menjadi merah mudah. V.awal (Vo) = 2,60 ml V.akhir (Vt) = 2,70 ml Vt Vo = 2,70 ml 2,60 ml = 0,10 ml b) Percobaan kedua, larutan HCL dengan Vol.5 ml ditetesi dengan indikator fenoltalein sebanyak dua tetes dan larutan NaOHdengan Vol. 0,20 ml dan berubah warna dari bening menjadi merah mudah. V.awal (Vo) =2,70 ml V.akhir (Vt) = 2,90 ml Vt Vo = 2,90 ml 2,70 ml = 0,20 ml c) Percobaan ketiga, larutan HCL denganVol. 5 ml ditetesi dengan indikator fenolftalein sebanyak 2 tetes dan larutanNaOH dengan Vol. 0,10 mldan berubah warna dari bening merah mudah. V.awal (Vo) =3,00 ml V.akhir (Vt) = 3,10 ml Vt Vo = 3.10 ml 3,00 ml = 0,20 ml

Vol.NaOH =

= = 0,13 ml G. 1. 2. PERTANYAAN. Tuliskan persamaan reaksi asam-basatersebut. Jawab : HCL + NaOH NaCL + H2O H+ CL- Na+ OHTentukan konsentrasi larutan HCL tsb! Jawab : NaOH HCL= V1 M1 =V2 M2 0,13 ml . 0,1 = V2 . 0,1 0,013ml = V2 . 0,1

H.

V2 = = 0,13 ml KESIMPULAN. Dari hasil pengamatan diatas dapatdiketahui bahwa larutan HCL jika ditetesi dengan larutan N aOH akanmenghasilkan larutan NaCL dan H2O dan terjadi perubahanwarna pada larutan HCL dari warna bening menjadi warna merah muda (Pink). PENUTUP Demikianlahlaporan hasil penelitian/pengamatan ini,Akhirnya kepada Allah jua-lah kita berharap,mudahmudahan laporanpenelitian ini berguna bagi kita semua sehingga dapat meningkatkan ilmupengetahuan, keimanan danketaqwaan kita kepada Allah SWT, agar memperoleh keselamatan di dunia danakhirat. Amiin....., meanInG oF a liFe,,, Sabtu, 21 April 2012 titrasi asam basaa Titrasi adalah suatu metode penentuan kadar (konsentrasi) suatu larutan dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya. Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.

Titrasi asam basa terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Asidimetri : pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa 2. Alkalimeteri : pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Prinsip Titrasi Asam basa Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titrat yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu : 1. Asam kuat - Basa kuat 2. Asam kuat - Basa lemah 3. Asam lemah - Basa kuat 4. Asam kuat - Garam dari asam lemah 5. Basa kuat - Garam dari basa lemah Analisa kimia kuantitatif yang dilakukan dengan jalan mengukur volume suatu larutan baku yang tepat bereaksi (bereaksi sempurna) dengan larutan yang di analisis disebut dengan analisis volumetri. Misalnya akan dicari normalitas suatu larutan, maka ke dalam larutan tersebut ditambahkan larutan baku sehingga terjadi reaksi sempurna antara larutan dengan larutan baku. Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti. Larutan baku terbagi atas dua macam, yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer adalah larutan baku yang setelah dibuat dapat langsung dipakai untuk ditambahkan ke dalam larutan yang akan dicari konsentrasinya, dibuat dari senyawa yang tingkat kemurniannya tinggi(99%), stabil pada suhu kara, massa molekul relatif (berat ekivalen) tinggi, dan tidak higroskopis. Contohnya adalah asam oksalat. Syarat-syarat senyawa baku primer : Rumus molekulnya diketahui dengan pasti Kemurniannya tinggi (99%) Stabil, tidak berubah selama proses pengerjaan pembuatan larutannya, misalnya tidak hidroskopis, tidak mudah bereaksi dengan komponen-komponen udara. Mr-nya tinggi agar dapat mengurangi kesalahan penimbangan Bahan baku primer untuk asidi-alkalimetri yang paling banyak digunakan Untuk asam : Natrium karbonat kristal, Natrium bikarbonat, Natrium tetra borat Untuk basa : Kalium Ftalat asam, Asam oksalat Kristal, Kalium biodat, Asam sulfamat Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang setelah dibuat tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus di cek kembali konsentrasinya dnegan menambahkan larutan baku primer. Umumnya digunakan untuk melakukan titrasi larutan uji. Senyawa baku sekunder tidak harus memenuhi persyaratan seperti senyawa primer sehingga harganya murah dan biasa digunakan secara rutin, umumnya digunakan untuk melakukan titrasi larutan uji, contoh: asam klorida, natrium hidroksida dll Standarisasi atau pembakuan adalah proses pengecekan larutan baku sekunder dengan larutan baku primer. Titik ekivalen adalah saat banyaknya asam atau basa yang ditambahkan tepat setara secara stokiometri dengan banyaknya basa atau asam yang terdapat dalam larutan yang di analisis (pH pada saat asam dan basa tepat ekivalen). Titik akhir titrasi adalah titik pada saat tercapainya kesetaraan asam dan basa yang bereaksi atau titik pada saat larutan mengalami perubahan warna yang disebabkan oleh penambahan indikator. Untuk mengetahui tercapainya titik ekivalen dapat diukur dengan pH meter, potensiometer, atau dengan suatu zat petunjuk yang dinamakan dengan indikator pH. Indikator pH adalah asam lemah atau basa lemah organik yang menunjukan perubahan warna pada pH warna tertentu. Dalam memilih indikator untuk titrasi asam basa harus disesuaikan dengan pH saat tercapainya titik ekivalen. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi yang tinggi, maka titik akhir titrasi harus sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Oleh

karena itu, harus dipilih indikator yang mengalami perubahan warna di sekitar titik ekivalen. Pada titrasi jumlah ekivalen asam sama dengan jumlah ekivalen basa, sehingga dapat dituliskan sebagai berikut: Ekiuvalen asam = ekivalen basa V asam N asam = V basa N basa Larutan asam dapat ditentukan kadarnya melalui penambahan larutan baku basa yang tepat ekivalen (setara) dengan jumlah asam yang ada. Titik pada saat tercapainya kesetaraan asam dan basa yang bereaksi dinamakan titik akhir titrasi. Untuk mengamati titik ekivalen ini digunakan indicator asam-basa, yaitu suatu zat yang dapat berubah warnanya tergantung PH larutan. Jenis indicator yang dipilih harus tepat. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen dan selisihnya dinamakan kesalahan titrasi. Ketepatan dalam memilih indikator dapat memperkecil kesalahan titrasi. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk suatu analisis secara titrasi adalah : 1. Reaksi harus berlangsung dengan cepat 2. Reaksi kimia yang terjadi harus sederhana dan persamaan reaksinya mudah ditulis 3. Tiitrasi harus memiliki keberulangan dengan perbedaan hasil tidak lebih dari 0,5% 4. Titik akhir titrasi harus dapat diamati dengan jelas 5. Kadar atau konsentrasi larutan baku atau standar harus diketahui dengan tepat Larutan asam dapat ditentukan kadarnya melalui penambahan larutan baku basa yang tepat ekivalen (setara) dengan jumlah asam yang ada. Titik pada saat tercapainya kesetaraan asam dan basa yang bereaksi dinamakan titik akhir titrasi. Untuk mengamati titik ekivalen ini digunakan indicator asam-basa, yaitu suatu zat yang dapat berubah warnanya tergantung PH larutan. Jenis indicator yang dipilih harus tepat. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen dan selisihnya dinamakan kesalahan titrasi. Ketepatan dalam memilih indikator dapat memperkecil kesalahan titrasi.

1. Titrasi Asam Kuat-Basa Kuat Contoh : -Asam Kuat : HCL -Basa Kuat NaOH Persamaan Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O Reaksi ionnya : H+ + OH- H2O 2. Titrasi Asam Kuat Basa lemah Contoh : - Asam kuat : HCl - Basa lemah : NH4OH Persamaan Reaksi :HCl + NH4OH NH4Cl + H2O Reaksi ionnya :H++ NH4OH- H2O + NH4+ 3. Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat

Contoh : - Asam lemah : CH3COOH - Basa kuat : NaOH Persamaan Reaksi :CH3COOH + NaOH NaCH3COO + H2O Reaksi ionnya :H++ OH- H2O 4. Titrasi Asam Kuat - Garam dari Asam Lemah

Contoh : - Asam kuat : HCl - Garam dari asam lemah : NH4BO2 Persamaan Reaksi : HCl + NH4BO2 HBO2+ NH4Cl Reaksi ionnya :H++ BO2- HBO2 5. Titrasi Basa Kuat - Garam dari Basa Lemah

Contoh : - Basa kuat : NaOH - Garam dari basa lemah : CH3COONH4 Persamaan Reaksi :NaOH + CH3COONH4 CH3COONa + NH4OH Reaksi ionnya :OH-+ NH4- NH4OH

Diposkan oleh syinta apriyanti di 21.48 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Senin, 26 Maret 2012

raNgkuman tiTrassii Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah di ketahui konsentrasinya. Pada proses titrasi ini di gunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang di tambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang di nyatakan dengan perubahan warna,perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi. Titrasi biasanya di bedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, contoh: jika melibatkan asam basa maka di sebut reaksi asam basa,titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi. Sedangkan titrasi asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa,sedangkan alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam,oleh karena itu keduanya di sebut juga sebagai titrasi asam basa. Dalam suatu titrasi zat yang akan di tentukan kadarnya di sebut sebagai titran dan biasanya di letakan di dalam erlenmeyer, sedangkan zat yang telah di ketahui konsentrasinya di sebut sebagai titer dan biasanya di letakkan di dalam buret,baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.

Cara membaca volume larutan yang di keluarkan oleh buret adalah dengan melihat miniskus bawah sejajar dengan mata. Titrasi di hentikan saat tercapainya titik equivalen,tapi karena titik equivalen ini sulit di amati maka titrasi di hentikan saat terjadi titik akhir titrasi yang di tandai dengan perubahan warna indikator di dalam larutan sample.

Hanya ini yang bisa saya sampaikan,, Semoga bermanfaatt^_^ Diposkan oleh syinta apriyanti di 22.52 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Senin, 12 Maret 2012 tata nama senYawa>> Kita mulai aja yahh!! Tau gak senyawa ion itu terdiri atas suatu kation dan anion lohh!! Yuk kita bahas!!!! Kation umumnya adalah suatu ion logam, sedangkan anion dapat berupa anion non logam. 1. Rumus senyawa Unsur logam di tulis di depa contohnya natrium klorida di tulis NaCl bukan ClNa kan?? Ini adalah rumus senyawa ion: b Xa+ + a Yb -> XbYa untuk a dan b sama dengan angka 1 tidak perlu di tulis. Rumus senyawa ion di tentukan oleh perbandingan muatan kation dan anionnya, jumlah muatan positif sama dengan jumlah muatan negatif. Contoh nya:

Na+ + Cl -> NaCl natrium klorida 2 Na+ + SO42 -> Na2SO4 natrium sulfat Fe2+ + 2Cl -> FeCl2 besi(II) klorida Al3+ + PO43 -> AlPO4 aluminium fosfat Mg2+ + CO32 -> MgCO3 magnesium karbonat 3 K+ + AsO43 -> K3AsO4 kalium arsenat Ini adalah daftar beberapa jenis kation: 1. Na+ 2. K+ 3. Ag+ 4. Mg2+ 5. Ca2+ 6. Sr2+ 7. Ba2+ 8. Zn2+ 9. Ni2+ 10. Al3+ 11. Sn2+ 12. Sn4+ 13. Pb2+ 14. Pb4+ 15. Fe2+ 16. Fe3+ 17. Hg+ 18. Hg2+ 19. Cu+ 20. Cu2+ : Natrium : Kalium : Argentum/Perak : Magnesium : Kalsium : Stronsium : Barium : Seng : Nikel : Aluminium : Timah(II) : Timah(IV) : Timbal(II) : Timbal(IV) : Besi(II) : Besi(III) : Raksa(I) : Raksa(II) : Tembaga(I) : Tembaga(II)

Ini adalah daftar beberapa jenis anion: 1. OH : Hidroksida 2. F : Fluorida 3. Cl : Klorida 4. Br : Bromida 5. I : Iodida 6. CN : Sianida 7. O2 : Oksida 8. S2 : Sulfida 9. NO2 : Nitrit 10. NO3 : Nitrat 11. CH3COO : Asetat 12. CO32 : Karbonat 13. SiO32 : Silikat 14. SO32 : Sulfit 15. SO42 : Sulfat 16. C2O42 : Oksalat 17. PO33 : Fosfit 18. PO43 : Fosfat 19. AsO33 : Arsenit 20. AsO43 : Arsenat 2. Nama senyawa ion Nama senyawa ion adalah rangkaian nama kation (di depan) dan nama anion (di belakang). Contohnya: NaCl = natrium klorida CaCl2 = kalsium klorida Na2SO4 = natrium sulfat Al(NO3)3 = aluminium nitrat Jika unsur logam mempunyai lebih dari satu jenis bilangan oksidasi, maka senyawa-senyawanya di bedakan dengan menuliskan bilangan oksidasinya yang di tulis dalam tanda kurung dengan angka romawi di belakang nama unsur logam tersebut. Contoh : Cu2O = tembaga(I) oksida CuO = tembaga(II) oksida FeCl2 = besi(II) klorida FeCl3 = besi(III) klorida Fe2S3 = besi(III) sulfida SnO = timah(II) oksida SnO2 = timah(IV) oksida

Cukup sekian penjelasan dari sayaa,, Terimakasihhh... Semoga bermanfaat^_^ Asidimetri & Alkalimetri May 2, 2009 at 8:31 am (Landasan Teori) ANALISIS KUANTITATIF : ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui, unknown). Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan (Keenan, 1998: 422-423). Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1999 : 217218). Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu denga memekai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dala titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (syukri, 1999 : 428). Suatu proses didalam laboratorium untuk mengukur jumlah suatu reaktan yang bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan lainnya, dimana reaktan pertama ditambahkan secara kontinu ke dalam reaktan kedua disebut titrasi. Reaktan yang ditambahkan tadi disebut sebagai titrant dan reaktan yang ditambahkan titrant kedalamnya disebut titree. Didalam beberapa titrasi, titik ekivalen adalah titik selama proses titrasi dimana tepatnya titrat telah cukup ditambahkan untuk bereaksi dengan titree. Salah satu masalah tekhnis dalam titrasi adalah titik dimana suatu perubahan dapat diamati, terjadi yang untuk mengindikasikan pendekatan yang paling baik ke titik ekivalen. Secara ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya jarang sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut dapat diabaikan (Snyder, 1996 : 597-599). Kadang-kadang kita perlu mengetahui tidak hanya atau sekedar pH, akan tetapi perlu kita ketahui juga berapa banyak asam atau basayang terdapat didalam sampel. Sebagai contoh, seorang ahli kimia lingkungan mempelajari suatu danau dimana ikan-ikannya mati. Dia harus mengetahui secara pasti seberapa banyak asam yang terkandung dalam suatu sampel air danau tersebut. Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang disebut tirant dari buret ke suatu flask yang berisi sampel dan disebut analit. Berhasilnya titrasi asam-basa tergantung pada seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik stoikiometri. Pada titik tersebut, jumlah mol dari H3O+ dan OH- yang ditambahkan sebagai titrant adlah sama dengan jumlah mol dari OH- atau H3O+ yang terdapat dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan terdiri dari garam dan air. Larutan tersebut adalah asam apabila ion asam yang terkandung didalamnya, dan basa apabila ion basa yang terkandung didalamnya (Atkins, 1997 : 550). Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir (Petrucci, 1997 : 636). Misalkan kita ingin menentukan molaritas dari suatu larutan HCl yang tidak diketahui konsentrasinya. Kita bisa menentukan konsentrasi HCl tersebut melalui suatu prosedur yang disebut titrasi, dimana kita menetralisasi suatu asam dengan suatu basa yang telah diketahui konsentrasinya. Pada titrasi, pertama-tama kita menempatkan suatu asam yang volumenya telah ditentukan ke dalam suatu flask. Dan tambahkan beberapa tetes indikator seperti penolftalein, kedalam larutan asam. Dalam larutan asam, penolftalein tidak berwarna. Kemudian, buret kita isi dengan larutan NaOH yang konsentrasinya telah diketahui. dan dengan hati-hati NaOH ditambahkan ke asam pada flask. Kita bisa mengetahui bahwa netralisasi telah berlangsung ketika penolftalein dalam larutan berubah warna menjadi merah muda. Ini disebut titik akhir netralisasi. Dari volume yang ditambahkan dan molar NaOH, kita dapat menentukan konsentrasi asam (Timberlake, 2004 : 354-355). DAFTAR PUSTAKA Atkins, Peter and Jones Lorette. 1997. Chemistry Molecules and Canges, 3rd Ed. New York: W. H. Freeman and Company.

Brady, James E. 1999. Kimia Universutas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara Keenan, C. W, dkk. 1998. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. Petrucci, Ralph H and Willias S. Harwood. 1997. General Chemistry. New Jersey: Prentice Hall. Snyder, Milton K. 1996. Chemistry Structure and Reaction. New York: Holt, Rinehart And winston. Inc. Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung ITB. Timberlake, Karen C. 2004. General, Organic and Biological Chemistry Structure Of Life. San Fransisco: Pearson Benjamin Cummings. Laporan Kimia Dasar II Asidi Alkalimetri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai ion positif. Sedangkan basa secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion OH-sebagai ion negatif. Kesetimbangan asam basa merupakan suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran dan pertanian. Titrasi yang menyangkut asam dan basa sering disebut asidimetri alkalimetri. Sedangkan untuk titrasi atau pengukuran lain-lain sering juga dipakai akhiran ometri menggantikan imetri. Kata metri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu atau proses atau seni mengukur. Pengertian asidimetri dan alkalimetri secara umum ialah titrasi yang menyangkut asam dan basa. Pereaksi atau larutan yang selalu dijumpai di laboratorium dimana pembakuannya dapat ditetapkan berdasarkan pada prinsip netralisasi asam basa (melalui asidi alkalimetri) diantaranya adalah HCl, H2SO4, NaOH, KOH dan sebagainya. Asam dan basa tersebut memiliki sifat-sifat yang menyebabkan konsentrasi larutannya sukar bahkan tidak mungkin dipastikan langsung dari proses hasil pembuatan atau pengencerannya. Larutan ini disebut larutan standar sekunder yang konsentrasinya ditentukan melalui pembakuan dengan suatu standar primer. Asidi-alkalimetri berperan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, untuk lebih memahami konsep peniteran asidi alkalimetri dan mengetahui konsentrasi standar dari zat yang dianalisa maka perlu dilakukan peniteran dengan menggunakan suatu standar primer, misalnya larutan asam oksalat. 1.2 Tujuan percobaan Mengetahui konsentrasi NaOH standar Mengetahui kadar CH3COOH perdagangan Mengetahui volume titran (NaOH) yang digunakan untuk menetralkan CH3COOH 1.3 Prinsip percobaan Menentukan kadar atau konsentrasi suatu larutan dengan menggunakan larutan yang konsentrasinya diketahui dengan cara mentitrasi suatu zat yang konsentrasinya tidak diketahui dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui sehingga jumlah mol kedua zat sama antara satu dengan lainnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa dan garam. Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Sebenarnya ion hidrogen (proton) tak ada dalam larutan air. Setiap proton bergabung dengan satu molekul air dengan cara berkoordinasi dengan sepasang elektron bebas yang terdapat pada oksigen dari air, dan terbentuk ion-ion hidronium : H+ + H2O H3O+ Basa, secara paling sederhana dapat didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion negatif. Hidroksida-hidroksida logam yang larut, seperti natrium hidroksida atau kalium hidroksida hampir sempurna berdisosiasi dalam larutan air yang encer :

Karena itu basa-basa ini adalah basa kuat. Di lain pihak larutan air amonia, merupakan suatu basa lemah. Bila dilarutkan dalam air, amonia membentuk amonium hidroksida, yang berdisosiasi menjadi ion amonium dan ion hidroksida :

Namun lebih tepat untuk menulis reaksi itu sebagai

Karena itu, basa kuat merupakan elektrolit kuat, sedang basa lemah merupakan elektrolit lemah. Tetapi tak ada pembagian yang tajam antara golongan-golongan ini, dan sama halnya dengan asam, adalah mungkin untuk menyatakan kekuatan basa secara kuantitatif. Menurut definisi yang kuno, garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Proses-proses semacam ini disebut netralisasi. Definisi ini adalah benar, dalam artian, bahwa jika sejumlah asam dan basa murni ekuivalen dicampur, dan larutannya diuapkan, suatu zat kristalin tertinggal, yang tak mempunyai ciri-ciri khas suatu asam maupun basa. Zat-zat ini dinamakan garam oleh ahli-ahli kimia zaman dulu. Jika persamaan reaksi dinyatakan sebagai interaksi molekul-molekul.

Pembentukan garam seakan-akan merupakan hasil dari suatu proses kimia sejati. Tetapi ini sebenarnya tidak tepat. Kita tahu bahwa baik asam (kuat) maupun basa (kuat), serta pula garam hampir sempurna berdisosiasi dalam larutan.

Sedangkan air, yang juga terbentuk dalam proses ini, hampir-hampir tak berdisosiasi sama sekali. Karena itu, lebih tepat untuk menyatakan reaksi netralisasi sebagai penggabungan ion-ion secara kimia :

Dalam persamaan ini, ion Na+ dan Cl- tampil pada kedua sisi. Karena dengan demikian tak ada terjadi apa-apa dengan ion-ion ini, persamaan ini dapat disederhanakan menjadi

Yang menunjukkan bahwa hakekat suatu reaksi asam-basa (dalam larutan air) adalah pembentukan air. Ini ditunjukkan oleh fakta, bahwa panas netralisasi adalah kurang lebih sama (56,9 KJ) untuk reaksi suatu mol setiap asam kuat dan basa kuat yang sembarang. Garam adalah wujud padat dibangun oleh ion-ion, yang tersusun dalam pola yang teratur dalam kisi kristalnya. Zat-zat amfoter, atau amfolit, mampu melangsungkan reaksi netralisasi baik dengan asam maupun basa (lebih tepatnya, baik dengan ion hidrogen maupun ion hidroksil). Misalnya, aluminium hidroksida bereaksi dengan asam kuat, pada mana ia melarut dan ion aluminium terbentuk :

Dalam reaksi ini aluminium hidroksida bertindak sebagai basa. Di lain pihak, aluminium hidroksida juga bisa dilarutkan dalam natrium hidroksida :

Pada mana ion tetrahidroksoaluminat terbentuk. Dalam reaksi ini aluminium hidroksida berperilaku sebagai asam. (G. Shevla, Ph.D, D.Sc, F.R.I.C. 1985) Bila suatu asam dan suatu basa yang masing-masing dalam kuantitas yang ekuivalen secara kimiawi, dicampur akan dihasilkan suatu reaksi penetralan, yang menghasilkan suatu larutan garam dalam air. Larutan ini akan benar-benar netral jika asam dan basa itu sama kuat ; kalau tidak, akan diperoleh larutan asam lemah atau basa lemah. Konsentrasi suatu larutan asam atau basa yang anu (unknown) dapat ditentukan dengan titrasi dengan larutan yang konsentrasinya diketahui. Teknik semacam itu disebut analisis volumetri. (Kleinfetter. 1987) Volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan pereaksi berkepekatan tertentu yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit, sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi akivalen satu sama lain. Pada saat titran yang ditambahkan tampak telah ekivalen, maka penambahan titran harus dihentikan; saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambah titran itu disebut titrat. Dengan jalan ini, volume/berat titran dapat diukur dengan teliti dan bila konsentrasi

juga diketahui, maka jumlah mol titran dapat dihitung. Karena jumlah titrat ekivalen dengan jumlah titran, maka jumlah mol titrat dapat diketahui pula berdasar persamaan reaksi dan koefisiennya. Perhatikanlah sekali lagi arti ungkapan pereaksi telah ekivalen, yang berarti: telah tepat banyaknya untuk menghabiskan zat yang direaksikan. Titran dan titrat tepat saling menghabiskan; tidak ada kelebihan yang satu maupun yang lain. Ini tidak selalu berarti, bahwa pereaksi dan zat yang direaksikan telah sama banyak, baik volume maupun jumlah gram atau mol-nya. Hal ini jelas, sebab jumlah yang bereaksi ditentukan oleh persamaan reaksi. (Harjadi. 1987) Salah satu macam titrasi adalah titrasi asidimetri-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut asam dan/atau basa. Bila kita mengukur berapa mL larutan bertitar tertentu yang diperlukan untuk menetralkan larutan basa yang kadar atau titernya belum diketahui, maka pekerjaan itu disebut asidimetri. Peniteran sebaliknya, asam dengan basa yang titernya diketahui disebut alkalimetri. Dalam titrasi ini perubahan terpenting yang mendasari penentuan titik akhir dan cara perhitungan ialah perubahan pH titrat. Reaksi-reaksi yang terjadi dalam titrasi ini ialah : asam dengan basa (reaksi penetralan); agar kuantitatif, maka asam dan/atau basa yang bersangkutan harus kuat. asam dengan garam (reaksi pembentukan asam lemah); agar kuantitatif, asam harus kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali. basa dengan garam; agar kuantitatif, basa harus kuat dan garam harus terbentuk dari basa lemah sekali; jadi berdasar pembentukan basa lemah tersebut. (Harjadi. 1987) Berikut syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil : 1. Konsentrasi titran harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan standar. 2. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui. 3. Titik stoikhiometri atau ekivalen harus diketahui. Indikator yang memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tujuan : memilih indikator yang memiliki titik akhir bertepatan dengan titik stoikhiometri. 4. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahui setepat mungkin. (Hardjono Sastrohamidjojo. 2005) Proses titrasi asam basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan. Gambar yang diperoleh tersebut disebut kurva pH, atau kurva titrasi. KURVA TITRASI Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan pH. Misalnya bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH (pH-meter) pada awal titrasi, yakni sebelum ditambah basa dan pada waktu-waktu tertentu setelah titrasi dimulai, maka kalau pH dialurkan lawan volume titran, kita peroleh grafik yang disebut kurva titrasi. Bila suatu indikator pH kita pergunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka : 1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi. 2. Perubahan warna itu harus terjadi dengan mendadak, agar tidak ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan.

Untuk memenuhi pernyataan (1), maka trayek indikator harus mencakup pH larutan pada titik ekivalen, atau sangat mendekatinya; untuk memenuhi pernyataan (2), trayek indikator tersebut harus memotong bagian yang sangat curam dari kurva. Indikator Asam Basa Indikator asam basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Misalnya biru bromtimol (bb); dalam larutan asam ia berwarna kuning, tetapi dalam lingkungan basa warnanya biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dari indikator (kuning untuk bb), sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa disebut warna basa. Akan tetapi harus dimengerti, bahwa asam dan basa disini tidak berarti pH kurang atau lebih dari tujuh. Asam berarti pH lebih rendah dan basa berarti pH lebih besar dari trayek indikator atau trayek perubahan warna yang bersangkutan. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda. (Khopkar. 2003) Kebanyakan indikator asam basa adalah molekul kompleks yang bersifat asam lemah dan sering disingkat dengan HIn. Mereka memberikan satu warna berbeda bila proton lepas. (Hardjono Sastrohamidjojo. 2005) Contoh : Fenolftalein, indikator yang lazim dipakai, tak berwarna dalam bentuk Hin-nya dan berwarna pink dalam bentuk In, atau basa. Struktur Fenolftalein, sering disingkat PP, adalah sebagai berikut :

tak berwarna PP dalam bentuk asam (HIn)

merah basa konjugat PP dalam bentuk basa (In-)

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat-alat Buret Pipet volume 10 ml Labu ukur 100 ml Pipet tetes Erlenmeyer 100 ml 3.2 Bahan-bahan Asam cuka perdagangan NaOH 0,1 N Asam oksalat dihidrat Indikator PP 3.3 Prosedur Percobaan 3.3.1 Asidimetri Dituang asam oksalat 0,1 N kedalam buret Dipipet 10 ml NaOH lalu dituangkan kedalam erlenmeyer Ditambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes Dititrasi dengan larutan asam oksalat 0,1 N hingga terjadi perubahan warna Dicatat volume oksalat yang diperlukan Dihitung konsentrasi NaOH 3.3.2 Alkalimetri Dituang larutan NaOH yang telah distandarisas kedalam buret Dipipet 10 ml cuka perdagangan lalu diencerkan hingga 100 ml Dipipet 10 ml cuka yang telah diencerkan lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer Ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes Dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna Dicatat volume NaOH yang digunakan Dihitung kadar cuka perdagangan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Asidimetri No. Perlakuan 1. Dituang asam oksalat 0,1 N kedalam buret Dipipet 10 ml NaOH lalu dituangkan kedalam 2. erlenmeyer Ditambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes 3. Dititrasi dengan larutan asam oksalat 0,1 N hingga -

Pengamatan

warna titrat menjadi merah lembayung

4.

terjadi perubahan warna Dicatat volume asam oksalat yang diperlukan Dihitung konsentrasi NaOH

- perubahan warna dari merah lembayung menjadi tidak berwarna - V1 = 6,4 ml , V2 = 6,1 ml - Vrata-rata = 6,25 ml

5. 6. N NaOH = = 0,0625 N

4.1.2 Alkalimetri No. Perlakuan Pengamatan 1. Dituang larutan NaOH yang telah distandarisasi kedalam buret 2. Dipipet 10 ml cuka perdagangan lalu diencerkan hingga 100 ml 3. Dipipet 10 ml cuka yang teah diencerkan lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer Ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes 4. Dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan - Larutan tetap berwarna bening warna - perubahan warna dari bening menjadi merah lembayung 5. Dicatat volume NaOH yang digunakan Dihitung kadar cuka perdagangan - V = 13,6 ml 6. 7. C=

= = 51 gr/mL 4.2 Reaksi

4.3 Perhitungan 4.3.1 Konsentrasi NaOH

V1 = 6,4 ml V2 = 6,1 ml

V rata-rata =

N NaOH = = 0,0625 N 4.3.2 Kadar CH3COOH perdagangan V = 13,6 ml

C=

= = 51 gr/mL

4.4 Pembahasan Titrasi asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Reaksi dasar dalam titrasi asam-basa adalah netralisasi atau penetralan, yaitu reaksi asam dan basa, yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi seperti berikut : H+ + OH- H2O Bila kita mengukur berapa ml larutan asam bertitar tertentu yang diperlukan untuk menetralkan larutan basa yang kadar atau titernya belum diketahui, maka pekerjaan itu disebut asidimetri. Peniteran sebaliknya, asam dengan basa yang titernya diketahui disebut alkalimetri. Dalam titrasi sampel direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga jumlah kedua zat tersebut ekivalen. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk padat, maka beratnya harus diketahui dengan tepat. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk larutan, maka volume dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan standar. Larutan standar dibagi menjadi dua yaitu, larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang kadarnya dapat diketahui secara langsung dari hasil penimbangan. Contohnya K2Cr2O7 dan Na2B4O7. Syarat-syarat larutan standar primer adalah : 1. Sangat murni atau mudah dimurnikan 2. 3. 4. 5. Stabil dalam keadaan biasa, setidak-tidaknya selama ditimbang Sedapat mungkin mempunyai berat ekivalen tinggi untuk mengurangi kesalahan penimbangan Dalam titrasi akan bereaksi menurut syarat-syarat reaksi titrasi Mempunyai rumus molekul yang pasti

Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan cara pembakuan. Contohnya NaOH dan HCl. Pelaksanaan penentuan kadar zat dengan jalan titrasi yaitu, larutan peniter diteteskan sedikit demi sedikit kedalam larutan contoh sampai tercapai titik akhir titrasi yaitu, titik dimana indikator tepat berubah warna. Hendaknya diusahakan agar titik akhir ini sedekat mungkin pada titik ekivalen yaitu, titik dimana titran dan titrat tepat saling menghabiskan, tidak ada kelebihan yang satu maupun yang lain. Dalam penentuan titik akhir titrasi digunakan indikator yaitu, senyawaan yang digunakan sebagai penunjuk visiual pada saat tercapainya titik setara titrasi antara dua larutan tertentu. Dalam asidi-alkalimetri indikator yang digunakan adalah indikator pH yaitu zat

yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Sebenarnya telah terjadi reaksi antara indikator dan asam atau basa yang bersangkutan. Beberapa penunjuk yang biasa digunakan untuk titrasi asam-basa: Warna Larutan Penunjuk Trayek pH Asam Sindur Metil Lakmus Merah netral ( SM ) (L) ( MN ) Merah Merah Merah Merah Tak berwarna Tak berwarna Basa Sindur Kuning Biru Kuning Merah lembayung Biru 3,1 - 4,4 4,2 - 6,2 5,0 - 8,0 6,8 - 8,0 8,2 - 10,0 9,3 - 10,5

Merah Metil ( MM )

Phenolphthalein ( PP ) Thymolphthalein ( TP )

Pada percobaan titrasi antara NaOH dan CH3COOH yaitu titrasi asam lemah dengan basa kuat digunakan indikator PP. Dikarenakan trayek pH indikator PP mencakup pH titik ekivalen antara asam lemah dengan basa kuat. Jadi ketika indikator tepat berubah warna atau titik akhir titrasi telah tercapai, ini berarti jumlah titrat telah ekivalen dengan jumlah titran. Oleh karena itu, indikator PP sangat tepat digunakan untuk penunjuk titrasi asam lemah dengan basa kuat. Pada peniteran asidimetri pada percobaan yang dilakukan adalah penetapan kenormalan NaOH dengan menggunakan asam oksalat sebagai larutan standar primer yang berfungsi sebagai titran. Indikator yang digunakan adalah indikator PP. Indikator PP ditambahkan 2 tetes pada larutan NaOH 10 ml, menyebabkab warna larutan NaOH berwarna merah lembayung. Perubahan warna menjadi merah lembayung dikarenakan indikator bereaksi dengan basa (NaOH). Setelah ditambah indikator, lalu titrat dititrasi dengan titran hingga mencapai titik akhir ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi tidak berwarna. Hal ini dikarenakan penambahan [H+] sehingga [OH] berkurang dan keseimbangan bergeser ke kiri, perubahan ini menjadi HIn hingga titik akhir warna tidak terlihat. Pengerjaan titrasi dilakukan secara duplo untuk lebih meyakinkan bahwa titik akhir sudah tercapai dan hasil dari dua kali titrasi hendaknya jangan berbeda lebih dari 0,05 ml. Setelah didapat titik akhir pada volume asam oksalat 6,4 ml dan 6,1 ml, maka dapat dihitung kenormalan NaOH standar yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar asam yang akan ditetapkan kadarnya. Dari perhitungan didapatkan konsentrasi NaOH sebesar 0,0625 N. Pada peniteran alkalimetri pada percobaan ini yang akan ditetapkan kadarnya adalah asam cuka perdagangan. Sebanyak 10 ml asam cuka diencerkan didalam labu ukur hingga 100 ml. Dari 100 ml larutan asam cuka yang telah diencerkan dipipet 10 ml dan ditambahkan 2 tetes indikator PP. Larutan asam cuka yang ditambahkan indikator PP tidak mengalami perubahan warna. Lalu asam cuka dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi. Pada saat titik akhir telah tercapai warna larutan berubah menjadi merah lembayung dikarenakan penambahan [OH-], menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser ke kanan, perubahan HIn menjadi In -. Sehingga warna larutan berubah menjadi merah lembayung yang disebut warna basa indikator. Setelah didapat titik akhir pada volume NaOH 13,6 ml, maka dapat dihitung kadar CH3COOH perdagangan. Dari perhitungan didapatkan kadar CH3COOH sebesar 51 gr/mL. Pada saat melakukan titrasi banyak kemungkinan faktor kesalahan yang terjadi diantaranya : Kebersihan alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan harus bersih dan kering agar tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat sisa yang tertinggal pada alat-alat yang digunakan. Kelebihan titran sehingga volume titik akhir melebihi yang seharusnya. Kesalahan praktikan pada pembacaan miniskus buret. Dalam kehidupan sehari-hari asidi alkalimetri memiliki peranan penting. Misalnya dalam bidang kesehatan basa (Mg(OH) 2) digunakan sebagai antasida untuk menetralkan asam lambung (HCl). Dalam bidang farmasi asidi alkalimetri digunakan untuk menentukan gugus obat sulfa. Warna No. Nama Asam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Asam pikurat Biru Timol 2,6-Dintrofenol Kuning metil Jingga metil Hijau bromkresol Merah metil Lakmus Purpus bromkresol Biru bromtimol Merah fenol p- - Naftolflatein Purpus kresol Fenolftalein Timolftalein tidak berwarna merah tidak berwarna merah merah kuning merah merah kuning kuning kuning kuning kuning tidak berwarna tidak berwarna Basa kuning kuning kuning kuning jingga biru kuning biru purpur biru merah biru biru merah biru 0,1 - 0,8 1,2 - 2,8 2,0 - 4,0 2,9 - 4,0 3,1 - 4,4 3,8 - 5,4 4,2 - 6,3 4,5 - 8,3 5,2 - 6,8 6,0 - 7,6 6,4 - 8,0 7,0 - 9,0 7,4 - 9,6 8,2 - 10,0 9,3 - 10,5 Trayek pH

16 17

Kuning alizarin R 1,3,5- Trinitrobenzen

kuning tidak berwarna

violet jingga

10,1 - 12,0 12,0 - 14,0

Pada peniteran asam dan basa, setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam dan peniteran dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan jumlah mol OH-. Pada saat ini larutan bersifat netral, atau [H+] = [OH-] = 107. Pada peniteran asam lemah-basa kuat. pH nya pada titik ekivalen > 7 karena kebasaan konjugat asam lemah CH3COO-. Indikator yang tepat untuk titik akhir titrasi ini salah satunya adalah fenolftalein yang memiliki trayek pH 8,2 10,00.

BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Konsentrasi NaOH standar yang digunakan dalam percobaan adalah 0,0625 N Kadar asam asetat perdagangan yang dipakai dalam percobaan adalah 51 gr/mL Volume NaOH terpakai pada peniteran CH3COOH sebanyak 13,6 ml

5.2 Saran Dalam melakukan percobaan dapat digunakan asam kuat-basa kuat atau asam kuat-basa lemah agar praktikan lebih dapat memahami titrasi asam-basa dan dapat digunakan indikator yang berbeda.

LAporan ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI Posted by For Indonesiaku 15.46, under | 1 comment ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI TUJUAN Mahasiswa dapat membuat larutan HCl 0,1 N Mahasiswa dapat melakukan standarisasi larutan HCl 0,1 N Mahasiswa dapat membuat larutan NaOH 0,1 N Mahasiswa dapat melakukan standarisasi larutan NaOH 0,1 N Mahasiswa dapat melakukan standarisasi cuplikan (sampel) DASAR TEORI Asidimetri : Analisis (volumetri) yang menggunakan asam sebagai larutan asam sebagai larutan Standart. Alkalimetri : Analisis (volumetri) yang menggunakan alkali (basa) sebagai larutan asam sebagai larutan standart. Analisis anorganik secara kuantitatif yaitu proses atau operasi analisis hanya digunakan untuk mengetahui atau mengidentifikasi penyusun-penyusun dari suatu zat dan pengembang-pengembang metoda-metoda pemisahan masingmasing penyusun yang terdapat dalam suatu campuran. Analisis anorganik secara kuantitatif yaitu proses analisis untuk menentukan atau mengidentifikasi banyaknya atau perbandingan banyaknya tiap-tiap penyusun yang terdapat suatu zat atau persenyawaan. Secara garis besar, analisis kuantitatif terbagi menjadi : 1.Analisis berdasarkan Gravimetri. 2.Analisis berdasarkan Volumetri. Analisis secara Volumetri adalah analisis kimia kuantitatif utuk menentukan banyaknya volume suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti yang bereaksi secara kuantitatif dengan larutan/zat yang akan kita tentukan konsentrasinya. Larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti disebut Larutan Standart, larutan standart ini tiap liternya mengandung sejumlah gram ekivalen tertentu. Banyaknya zat yang akan ditentukan konsentrasinya dapat dihitung dari banyaknya volume standart dengan hukum ekivalen biasa. Proses penambahan larutan standart ke dalam larutan yang akan ditentukan normalitasnya sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut Titrasi. Sedang larutan yang akan ditentukan normalitasnya disebut larutan yang dititrasi. Saat dimana terjadi reaksi yang sempurna tercapai disebut saat Titik Ekivalen atau titik Stoikiometri biasanya titik akhir titrasi disebut juga titik akhir teoritis. Titik akhir titrasi ini dapat dilihat denga adanya perubahan warna yang terdapat dalam larutan yang dititrasi. Perubahan warna dalam larutan ini akan lebih jelas bila dalam proses titrasi ditambahkan sedikit indicator. Reaksi dalam analisis volumetri terbagi menjadi : Reaksi-reaksi yang tidaj menimbulkan / mengakibatkan terjadinya perubahan valensi, hanya penggabungan ion-ion saja.

Reaksi-reaksi yang tidaj menimbulkan / mengakibatkan terjadinya perubahan valensi, misalnya pada reaksi Oksidasi dan Reduksi. Proses titrasi Asidimetri dan Alkalimetri merupakan salah satu proses titrasi netralisasi. Asidimetri suatu titrasi terhadap larutanlarutan basa bebas atau garam yang berasal dari basa lemah dengan larutan standart asam.Dalam proses ini yang terjadi adalah penggabungan antara ion-ion H+dengan ion-ion OH- membentuk molekul air. Sedang alkalimetri adalah suatu proses titrasi larutan-larutan asam bebas atau larutan-larutan garam yang berasal dari asam lemah dengan larutan standar basa. Dalam perhitungan selanjutnya kita gunakan persamaan antara volume dan konsentrasi masing-masing zat yang dititrasi dengan zat penetrasinya dan berlaku rumus sebagai berikut : V1 x N1 = V2 x N2 Dimana, V1 : Volume zat penetrasi/standar (ml) N1 : Normalitas zat penetrasi/standar (gram ekivalen/liter) V2 : Volume zat yang dititrasi/dicari N nya (ml) N2 : Normalitas zat yang dititrasi/dicari N nya (gram ekivalen/liter) Sedangkan reaksi-reaksi yang melibatkan proses oksidasi dan reduksi akan dibahas tersendiri dalam praktikum yang menggunakan zat kimia bersifat oksidator/reduktor seperti Iodometri dan Iodimetri. ALAT DAN BAHAN ALAT : Buret 7. Pipet gondok Sendok sungu 8. Pipit ukur Gelas arloji 9. Bulbpet Labu takar 10. Erlenmeyer Corong 11. Gelas beker Pipet tetes 12. Neraca timbang BAHAN : NaOH Kristal 5. Natrium Borat kristal HCl pekat 6. Indikator MO dan PP H2SO4 pekat 7. Aquadest Asam oksalat CARA KERJA 1. Membuat larutan NaOH 0,1 N NaOH sebanyak 1,091 ditimbang dengan gelas arloji (sesuai dengan perhitungan). NaOH tersebut dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml, kemudian ditandabataskan. Disimpan di dalam botol dan ditutup rapat-rapa. 2. Penentuan normaitas larutan NaOH 0,1 N dengan Asam Oksalat. Kristal asam oksalat (H2C2O4 )ditimbang sebanyak 0,632 gram. Dilarutkan dengan air murni dalam labu takar 100 ml, kemudian ditandabataskan. Sebanyak 25 ml larutan asam oksalat tersebut dimasukkan dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 3 tetes indicator PP. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N (yang akan dicari normalitasnya). Dititrasi ulang 2-3 kali. Membuat larutan HCl 0,1 N HCl pekat dianbil sebanyak 0,83 mL. HCl pekat dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, kemudian ditambah dengan aquadest. Larutan dikocok sampai homogen, kemudian ditandabataskan. Cara menghitung (X) ml HCl sebagai berikut: x=(N x V x M)/(10n x K x L) Dimana , X : Banyaknya HCl yang diambil ( ml ) N : Normalitas larutan HCl yang dibuat ( 0,1 N ) V : Volume asamyang dibutuhkan ( 100 ml ) M : Berat molekul asam ( HCl = 36,5 ) n : Valensi asam ( HCl = 1 ) L : Berat jenis asam ( HCL = 1,3-1,4 ) K : Kadar asam HCl ( %= 35-36 ) 4. Penentuan Normalitas HCl 0,1 N Larutan natrium Borat 0,1 N dibuat sebanyak 100 ml (sesuai perhitungan). Larutan HCl (yang dibuat) diambil sebanyak 25 ml dan ditambahkan 3 tetes indikator MO. Larutan HCl tersebut dititrasi dengan Natrium Borat yang dibuat. Dititrasi ulang 2-3 kali. Ditentukan Normalitas asam tersebut. Penentuan larutan sampel Sebanyak 25 mL sampel yang sudah disediakan dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Indikator PP ditambahkan sebanyak 3 tetes. Dititrasi dengan larutan NaOH standart. Titrasi diulang sampai 3 kali. Ditentukan normalitas sampel tersebut.

DATA PENGAMATAN Pembuatan NaOH 0,1 N BM NaOH : 40,0 g/mol Berat NaOH : 1,091 gram Volume NaOH : 250 ml Standarisasi Normalitas lautan NaOH dengan garam asam oksalat ( H2C2O4 ) Massa oksalat : 0,632 gram BM oksalat : 126,07 gram/mol Volume pengenceran : 100 ml NO. Volume Oksalat Indikator Volume NaOH Perubahan warna merah muda1. 25 ml PP 3 tetes 24 ml Jernih merah muda2. 25 ml PP 3 tetes 23,6 ml Jernih merah muda3. 25 ml PP 3 tetes 24 ml Jernih Pembuatan larutan HCl 0,1 N Volume diambil HCl : 0,83 ml BM HCl pekat : 36,5 g/mol BD HCl pekat : 1,19 gr/ml Prosen HCl pekat : 37 % Volume pengenceran : 100 ml Standarisasi larutan HCl dengan larutan Na2B4O7 Massa Borat : 1,903 gram BM Borat : 381,37 g/mol Volume pengenceran : 100 ml NO. Volume HCl Volume Na2B4O7 Indikator Perubahan warna Orange1. 25 ml 30,4 ml MO 3 tetes Kuning Orange2. 25 ml 30,3 ml MO 3 tetes Kuning Orange3. 25 ml 30,9 ml MO 3 tetes Kuning Penentuan larutan sampel NO. Volume HCl/Sampel Indikator Volume NaOH Perubahan warna Merah muda1. 25 ml PP 3 tetes 18,4 ml Jernih Merah muda2. 25 ml PP 3 tetes 18,6 ml Jernih Merah muda3. 25 ml PP 3 tetes 18,8 ml Jernih PERHITUNGAN Pembuatan NaOH 0,1 N Massa NaOH yang ditimbang = 1,047 gram N NaOH=(Massa NaOH)/(BE NaOH) x 1000/(V (ml)) Massa NaOH = N NaOH x BE NaOH x V (ml) : 1000 =(0,1 N)x (40 gr/mol)/1 x (250 ml)/(1000 ml) = 1 gram Penentuan normalitas larutan NaOH 0,1 N dengan asam oksalat. Normalitas asam oksalat Massa asam oksalat = 0,632 gram BM asam oksalat = 126,07 gr/mol Volume asam oksalat = 100 ml Maka, N C2H2O4.H2O=(M C2H2O4.H2O)/(BE C2H2O4.H2O) x 1000/(V (ml)) N C2H2O4.H2O=(0,632 gram)/(126,07/2) x 1000/100 = 0,1003 N Volume NaOH V rata NaOH=( 24 +23,6 + 24 )ml/3 = 23,87 ml Normalitas NaOH V NaOH x N NaOH = V Oksalat x N Oksalat N NaOH = (V Oksalat x N Oksalat)/(V NaOH) N NaOH = ((25 ml)(0,1003))/(23,87 ml) = 0,105 N Pembuatan larutan HCl 0,1 N Volume HCl yang harus diambil : 0,83 ml BM HCl pekat : 36,5 g/mol BD HCl pekat : 1,19 gr/ml Prosen HCl pekat : 37 % Volume pengenceran : 100 ml x=(N x V x M)/(10n x K x L) x=((0,1 N)x (100)x (36,5))/(10(1)x (37)x (1,19)) x= 0,83 ml ( diencerkan menjadi 100 ml) Penentuan massa Natrium Borat yang diambil

Mr Na-Borat = 381,37 gr/mol Volume pelarutan = 100 ml N Na-Borat = 0,1 N 0,1 N dalam 100 ml 0,1 N = 0,1 grek/L Mol = 0,1/2 L = (0,05 mol x 381,37 gr/mol x 100 ml)/(1000 ml) = 1,907 gram (pembulatan) Penentuan Normalitas HCl : V Na-Borrat = ((30,4+30,3+30,7 ))/3 = 30,467 ml N Na-Borat = (m Na-Borat)/Be x 1000/V = (1,903 gr)/((381,37/2)(gr/mol)) x 1000/100 = 0,0998 N VHCl x NHCl = V Na2B4O7 x N Na2B4O7 NHCl = (V Na2B4O7 xN Na2B4O7)/VHCl = (30,467 ml x 0,0998N)/(25 ml) = 0,1216 N Konsentrasi HCl sesungguhnya x=(N x V x M)/(10n x K x L) K=(N x V x m)/(10n x L x X) =((0,1216 N)x (100)x (36,5))/(10(1)x (1,19)x 0,83 ) = 44,936 % Penentuan Larutan sampel (HCl) V sampel = 25 ml V NaOH = (18,4+18,6+18,8 )ml/3 = 18,6 ml N NaOH = 0,105 N Vsampel x N sampel = V NaOH x N NaOH 25 ml x N sampel = 18,6 ml x 0,105 N N sampel = (1,953 ml)/(25 ml) = 0,078 N PEMBAHASAN Percobaan ini, praktikan bertujuan untuk dapat membuat larutan HCl 0,1 N, dapat melakukan standarisasi larutan HCl 0,1 N, dapat membuat larutan NaOH 0,1 N, dapat melakukan standarisasi larutan NaOH 0,1 N, dan dapat melakukan standarisasi cuplikan (sampel). Penggunaan larutan NaOH dan HCl sendiri didasarkan pada pengertian asidimitri dan alkalimetri itu sendiri. Asidimetri yaitu analisis secara volumetric dengan larutan standar basa. Pada percobaan ini HCl distandarisasi dengan NaBorat. Sedangkan alkalimetri yaitu analisis secara volumetric dengan larutan standar asam. Pada percobaan ini, NaOH distandarisasi menggunakan asam oksalat. Tujuan dari standarisasi adalah menentukan konsentrasi larutan setepat mungkin, sebab belum tentu dalam pembuatan HCl dan NaOH didapat normalitas 0,1 N,bisa kurang bisa lebih. Pada pembuatan larutan asam oksalat 0,1 N diperoleh perhitungan 0,1003 N sebab pada saat penimbangan padatannya tidak diperoleh tepat 0,63 gr, tetapi 0,632 gr. Begitu juga pada pembuatan Na-Borat, penimbangannya 1,903 gr seharusnya 1,906 gr, sehingga diperoleh normalitas sebesar 0,0998 N. Percobaan pertama yaitu membuat larutan NaOH 0,1 N. NaOH adalah basa kuat yang dapat larut dalam air, dan biasanya digunakan untuk pembuatan larutan alkali standar, selain itu harganya juga murah. Tetapi NaOH harus di standarisasai terlebih dahulu karena tidak satupun dari hidroksida padat ini dapat diperoleh murni, sehingga suatu larutan standar tidak dapat dibuat dengan melarutkan suatu bobot yang diketahui dalam volume air tertentu. NaOH sangat higroskopis dan selalu terdapat sejumlah tertentu alkali karbonat dan air. Pada percobaan ini, NaOH distandarisasi dengan asam oksalat karena agar lebih stabil dengan adanya 2 valensi pada asam oksalat. Dan untuk mengindikasi adanya perubahan pH maka digunakan indicator PP. Dengan adanya indicator PP, maka dapat diketahui titik ekivalen dengan berubahnya warna larutan dari bening menjadi merah muda. Dari hasil percobaan diketahui bahwa volume NaOH untuk titrasi adalah 23,87 ml sehingga normalitas NaOH hasil standarisasi yaitu 0,105 N. Reaksi yang terjadi : NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + 2H2O Reaksi indicator dengan titrant : NaOH + In- NaIn- + OHUntuk pembuatan larutan HCL 0,1 N dari HCL 37% dalam 100 ml harus diambil 0,83 ml. Standarisasi HCl dengan Na-Borat menggunakan indicator MO (Metil Orange). Titrasi dihentikan setelah terjadi perubahan warna dari kuning menjadi orange. Terjadinya perubahan warna merupakan akibat reaksi yang menunjukkan perbedaan pH. Reaksi yang terjadi sebagai berikut : Na2B4O7 + 5 H2O + 2 HCl 2 NaCl + 4 H3BO3 Reaksi indicator dengan titrant : HCl + InPercobaan kedua yaitu menentukan normaitas larutan NaOH 0,1 N dengan asam oksalat.Pertama,dilakukan terlebih dahulu pengenceran asam oksalat 0,63 gram ke dalam erlenmeyer 100 ml.Setelah dilakukak pengenceran,selanjutnya dilakukan titrasi dengan maksud mencari titik ekivalen atau titik akhir titrasi guna standarisasi normalitas larutan NaOH dengan asam oksalat.titik ekivalen atau titik akhir titrasi selesai dilakukan saat terjadi perubahan warna.Untuk mengetahui adanya perubahan warna,digunakan indicator PP yang dicampur pada larutan oksalat.Saat dititrasi,larutan oksalat berwarna jernih dan setelah dititrasi dengan NaOH,ternyata terjadi perubahan warna menjadi merah muda yang menghabiskan volume NaOH sebanyak 24,7 ml. Setelah diperoleh beberapa data,didapat nilai normalitas oksalat sebesar 0,0999 N. Percobaan selanjutnya yaitu membuat larutan HCl 0,1 N.dimana akan dibuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 100 ml.Metode yang digunakan sama seperti yang sebelumnya yaitu dengan pengenceran.Hanya saja pada percobaan yang ketiga ini harus

menentukan seberapa banyak volume HCl pekat yang diperlukan.Untuk melakukan perhitungan,terlebih dahulu dicari datadata seperti volume HCl yang diambil,berat molekul HCl pekat,massa jenis HCl pekat ,serta prosen HCl pekat nya.Setelah diperoleh data tersebut,didapat hasil bahwa diperlukan HCl sebanyak 1,227 ml. Kemudian dilanjutkan dengan percobaan yang ke empat yaitu Standarisasi larutan HCl dengan larutan Na2B4O7.Dari percobaan diperoleh data massa Borat sebanyak 1,906 gram dan berat jenis Borat sebesar 381,37 gr/mol.Setelah dititrasi,diperoleh perubahan warna dari merah muda menjadi kuning.Percobaan yang terakhir yaitu penentuan larutan sampel 25% yang diambil 5ml dan diencerkan menjadi 250 ml diambil 10 ml untuk sampelnya dan setelah dilakukan titrasi ternyata dihabiskan volume NaOH rata sebanyak 12,05 ml. KESIMPULAN 1.Pembuatan larutan NaOH dan HCl 0,1 N dapat dilakukan dengan pengenceran. 2.Pembuatan NaOH 0,1 N diperlukan massa NaOH seberat 1 gram. 3.Penentuan normalitas larutan NaOH 0,1 N dengan asam oksalat diperlukan volume sebanyak 24,7 ml. 4.Normalitas HCl sebesar 0,0811 N Laporan Titrasi Asidimetri dan Alkalimetri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Titrasi merupakan suatu metode analisis kuantitatif untuk menentukan konsentrasi dari suatu larutan menggunakan larutan lain yang telah distandarisasi atau larutan yang konsentrasinya telah diketahui. Dalam metode titrimetri ini, larutan yang akan ditentukan konsentrasinya disebut larutan analit sedangkan larutan yang diketahui konsentrasinya disebut titran. Penambahan titran ke dalam analit dilakukan hingga tercapat titik ekivalen dimana akan terjadi perubahan warna dari larutan indikator. Larutan indikator yang digunakan disesuaikan dengan metode titrimetri yang dilakukan. Metode titrimetri atau yang juga dikenal dengan metode volumetri secara garis besar diklasifikasikan dalam empat kategori berdasarkan jenis reaksinya, yaitu : titrasi asidi-alkalimetri, titrasi oksidimetri, titrasi pengendapan dan titrasi kompleksometri. 1 Titrasi asidimetri dan alkalimetri merupakan titrasi netralisasi dimana pada titrasi ini digunakan larutan asam dan basa kuat ataupun lemah sehingga dihasilkan air yang bersifat netral. Titrasi ini dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi atau kadar dari asam/basa kuat ataupun lemah yang dititrasi dengan basa/asam lemah ataupun kuat. Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukan percobaan titrasi asidimetri dan alkalimetri untuk menentukan kadar asam asetat, karbonat dan bikarbonat dalam sampel yang digunakan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari percobaan ini, yaitu : 1. Berapa kadar asam asetat dalam sampel ? 2. Berapa kadar karbonat dan bikarbonat dari suatu campuran ? C. Tujuan Tujuan dari percobaan ini, yaitu : 1. Untuk menentukan kadar asam asetat dalam contoh (sampel). 2. Untuk menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dari suatu campuran.

Rabu, 03 Okt 2012

Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai ion positif. Sedangkan basa secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion OH- sebagai ion negatif. Kesetimbangan asam basa merupakan suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran dan pertanian. Titrasi yang menyangkut asam dan basa sering disebut asidimetri alkalimetri. Sedangkan untuk titrasi atau pengukuran lain-lain sering juga dipakai akhiran ometri menggantikan imetri. Kata metri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu atau proses atau seni mengukur. Pengertian asidimetri dan alkalimetri secara umum ialah titrasi yang menyangkut asam dan basa. Pereaksi atau larutan yang selalu dijumpai di laboratorium dimana pembakuannya dapat ditetapkan berdasarkan pada prinsip netralisasi asam basa (melalui asidi alkalimetri) diantaranya adalah HCl, H2SO4, NaOH, KOH dan sebagainya. Asam dan basa tersebut memiliki sifat-sifat yang menyebabkan konsentrasi larutannya sukar bahkan tidak mungkin dipastikan langsung dari proses hasil pembuatan atau pengencerannya. Larutan ini disebut larutan standar sekunder yang konsentrasinya ditentukan melalui pembakuan dengan suatu standar primer. Asidi-alkalimetri berperan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, untuk lebih memahami konsep peniteran asidi alkalimetri dan mengetahui konsentrasi standar dari zat yang dianalisa maka perlu dilakukan peniteran dengan menggunakan suatu standar primer, misalnya larutan asam oksalat.

1.2 Dasar Teori Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran yang seksama volume-volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat akan saling menetra1kan (Keenan, 1994). Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidi alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air. (Bassett, 1994). Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat dibiarkan bereaksi dengan zat yang lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping. (Khopkar, 1990). Dalam menguji suatu reaksi untuk menetapkan apakah reaksi itu dapat digunakan untuk suatu titrasi, pembuatan suatu kurva titrasi akan membantu pemahaman untuk titrasi asam basa suatu kurva titrasi terdiri dari suatu alur pH atau pOH versus mL titran. Kurva semacam itu membantu dalam mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi dan dalam memilih indikator yang tepat. (Day dan Underwood, 1999). Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa dan garam. Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna dengan pengenceran yang sedang, karena itu ia merupakan elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi hanya sedikit pada konsentrasi sedang bahkan pada konsentrasi rendah. (Svehla, 1990). Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas mereka terhadap proton yang berlainan. Makin kuat asam, makin lemah basa konjugatnya. (Keenan, 1994). Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat digunakan sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan berikut sebelum digunakan. 1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu. Tidak boleh ada reaksi samping. 2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik ekivalensi. Dengan kata lain, tetapan keseimbangan reaksi harus sangat besar. 3. Beberapa metode harus tersedia untuk menetapkan kapan titik ekivalensi tercapai. Suatu inidikator haruslah tersedia atau beberapa metode secara instrumen dapat digunakan untuk memberitahu analisis kapan penambahan titran dihentikan. 4. Reaksi berjalan cepat (dalam beberapa menit saja). (Day dan Underwood, 1999). Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut dan stabil serta akan menunjukkan perubahan warna yang kuat, biasanya merupakan zat organik (Khopkar, 1990). 1. LANDASAN TEORI

Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar maka analisis volumetrik dibagi menjadi titrasi netralisasi (asam basa) yang terdiri dari alkalimetri dan asidimetri. Asidimetri merupakan titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam terhidrolisis dari asam lemah. Sedangkan alkalimetri merupakan titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam terhidrolisis dari basa lemah. (Keenan, 1986). Semua metoda titrimetri tergantung pada larutan standar yag mengandung sejumlah reagen persatuan volume larutan dengan ketepatan yang tinggi. Metode volumetri diklasifikasikan menjadi titrasi asam-basa, titrasi redoks, titrasi pengandapan dan titrasi kompleksometri (Khopkar, 1990)

Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah kesalahan acak yang berbeda ntuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Rivai, 1995). Teknik Volumetri dan Gravimetri menjadi alternatif metoda analisis yang mempunyai ketertelusuran tertinggi, karena metoda tersebut mempunyai ketertelusuran yang terdekat ke standar nasional maupun standar internasional. Untuk dapat melakukan analisis secara volumetri dan gravimetri yang baikdan benar diperlukan pengetahuan yang cukup, karena metoda ini dapat menjadi metoda acuan untk metoda pengukuran lainnya (http://www.kimia-lipi.net/index). Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi (titrasi asam-basa) yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan asam-basanya. Jadi apabila larutan tersebut merupakan larutan asam maka harus diberikan basa sebagai larutan ujinya, begitu pula sebaliknya. Pemilihan metode ini dipakai karena merupakan metode yang sederhana dan sudah banyak digunakan dalam laboratorium maupun industri (riset dan pengembangan). Pada pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan metode titrasi asam-basa, biasanya cara umum yang sering dilakukan adalah dengan menetesi larutan yang diuji, yang sebelumnya telah diberi larutan indikator, dengan larutan uji. Ditetesi hingga terjadi perubahan warna dari larutan indikator, apabila terjadi perubahan warna yang disebut titik akhir maka penetesan larutan uji dihentikan (http://chem-is-try.org). Kemudian nilai konsentrasi larutan yang diuji dihitung berdasarkan cara yang telah ditetapkan dalam metode titrasi. Pada metode ini mata manusia memegang peranan penting dalam pengamatan terjadinya perubahan warna, juga dalam pengendalian proses yang berlangsung,dan penentuan nilai konsentrasi larutan, perhitungannya dilakukan secara manual. Dengan menggunakan cara ini terdapat beberapa kelemahan antara lain kesalahan paralaksi dan memerlukan waktu yang relatif lama untuk perhitungan atau penentuan nilai konsentrasi larutan. Karena setiap individu dengan individu yang lainnya relatif berbeda, dalam pengamatan dan penghitungannya tergantung pada ketelitian masing-masing individu (http://www.elektroindonesia.com) ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI ABSTRAK Asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa. Sedangkan alkalimetri pada prinsipnya adalah analisa titrimetri yang menggunakan basa kuat sebagai titrannya dan analitnya adalah asam atau senyawa yang bersifat asam. Percobaan ini bertujuan untuk membuat larutan standar HCl 0,1 N dan menetapkan konsentrasi larutan tersebut dengan cara standarisasi dengan larutan borax dan natrium karbonat anhidrous, membuat larutan standar primer asam oksalat dan menentukan kadar asam cuka yang diperdagangkan. Dalam percobaan ini larutan dibuat dengan cara pengenceran kemudian dilakukan titrasi dengan larutan-larutan standar tertentu sehingga didapatkan harga konsentrasi dari larutan hasil pengenceran tersebut. Selain itu dalam percobaan ini digunakan metode titrimetri untuk menganalisa kadar suatu sampel dengan proses asidimetri maupun alkalimetri. Dari hasil percobaan didapatkan larutan hasil standarisasi HCl adalah 0,0662 N dan 0,867 N dan larutan hasil standarisasi NaOH adalah 0,0113 N, Sedangkan kadar asam cuka yang diteliti adalah 0,24 %, serta kadar NH3 yang terkandung dalam 0,2 gram NH4Cl adalah sebesar 10,75 %. Kata Kunci : asidimetri, alkalimetri, larutan standar. PERCOBAAN 1 ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI

1.1 PENDAHULUAN 1.1.1 Tujuan Percobaan Tujuan percobaan ini adalah : 1. Membuat larutan standar HCl 0,1 N serta menetapkan konsentrasi larutan standar HCl dengan cara standarisasi dengan larutan borax (Na2B4O7.10H2O) dan Na2CO3 anhidrous. 2. Membuat larutan standar NaOH dan standarisasi dengan asam oksalat. 3. Menentukan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan serta menentukan kadar NH3 dalam garam ammonium (NH4Cl). 1.1.2 Latar Belakang Pada prinsipnya asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa, ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garamnya). Sedangkan alkalimetri pada prinsipnya adalah analisa titimetri yang menggunakan basa kuat sebagai titrannya dan analitnya adalah asam atau senyawa yang bersifat asam. Larutan yang biasa dipakai sebagai titran dalam alkalimetri adalah NaOH, KOH, dan Ba(OH)2 yang merupakan larutan baku standar sekunder. Larutan yang biasa digunakan dalam analisa ini adalah NaOH karena harganya relatif murah. Indikator yang sering digunakan dalam percobaan asidimetri dan alkalimetri adalah indikator metil merah dan metil orange untuk asidimetri karena skala pH pada kedua indikator memang berkisar pada larutan yang bersifat asam dan indikator PP untuk alkalimetri karena skala pH pada indikator PP berkisar pada larutan yang bersifat basa. 1.2 DASAR TEORI Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran yang seksama volume-volumenya suatu asam dan

suatu basa yang tepat akan saling menetra1kan. Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidi alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar (alkali metri). Reaksi-reaksi ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air (Bassett, 1994). Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat dibiarkan bereaksi dengan zat yang lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping (Khopkar, 1990). Dalam menguji suatu reaksi untuk menetapkan apakah reaksi itu dapat digunakan untuk suatu titrasi, pembuatan suatu kurva titrasi akan membantu pemahaman untuk titrasi asam basa suatu kurva titrasi terdiri dari suatu alur pH atau pOH versus ml titran. Kurva semacam itu membantu dalam mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi dan dalam memilih indikator yang tepat (Underwood, 1999). Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa dan garam. Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna dengan pengenceran yang sedang, karena itu ia merupakan elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi hanya sedikit pada konsentrasi sedang bahkan pada konsentrasi rendah (Svehla, 1990). Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas mereka terhadap proton yang berlainan. Makin kuat asam, makin lemah basa konjugatnya. Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat digunakan sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan berikut sebelum digunakan. 1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu. Tidak boleh ada reaksi samping. 2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik ekivalensi. Dengan kata lain, tetapan keseimbangan reaksi harus sangat besar. 3. Beberapa metode harus tersedia untuk menetapkan kapan titik ekivalensi tercapai. Suatu inidikator haruslah tersedia atau beberapa metode secara instrumen dapat digunakan untuk memberitahu analisis kapan penambahan titran dihentikan. 4. Reaksi berjalan cepat (dalam beberapa menit saja) (Day dan Underwood, 1999). Untuk indikator asam-basa biasanya dibuat dalam bentuk larutan Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut dan stabil serta akan menunjukkan perubahan warna yang kuat, biasanya merupakan zat organik (Khopkar, 1990). Air murni tidak mempunyai rasa, bau, dan warna. Bila mengandung zat tertentu, air dapat tersa asam, pahit, asin, dan sebagainya. Air yang mengandung zat lain dapat pula menjadi warna. Cairan yang berasa asam disebut larutan asam, yang terasa asin disebut larutan garam, sedangkan yang terasa licin dan pahit disebut larutan basa (Syukri, 1999). Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa, dan garam. Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satusatunya ion positif. Basa, secara paling sederhana dapat didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam iar, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion negatif (Svehla, 1979). Air mengandung ion dalam jumlah kecil sekali. Hal itu disebabkan oleh terjadinya rekasi asam basa sesama molekul air (autoionisasi) dan membentuk kesetimbangan : H2O + H2O H3O+ + OHDengan kata lain, air adalah elektrolit lemah dan bila H3O+ disederhanakan menjadi H+, maka kesetimbangan itu ditulis sebagai : H2O H+ + OHJika larutan mengandung asam, berarti menambahkan jumlah H+, dan akan menggeser kesetimbangan ke kiri sampai tercapai kesetimbangan baru. Pada kesetimbangan baru, konsentrasi H+ lebih besar dari pada OH-, tetapi perkaliannya tetap 10-14. Hal yang sama akan terjadi bila air ditambah bas sehingga dicapai kesetimbangan baru dengan nilai [OH-] > [H+] dan perkaliannya tetap 10-14. Berdasarkan konsentrasi ion tersebut, larutan dibagi tiga, yaitu : Larutan asam : [H+] > [OH-] Larutan netral : [H+] = [OH-] = 10-7 Larutan basa : [H+] < [OH-] (Syukri, 1999). Analisis titrimetrik adalah salah satu divisi besar dalam kimia analitik. Perhitungan yang tercakup di dalamnya berdasarkan pada hubungan stokiometrik dari reaksi kimia yang sederhana. Analisis dengan metode titrimetrik didasarkan pada rekasi kimia seperti : aA + tT produk Di mana a molekul analit, A, bereaksi dengan t molekul pereaksi, T. Pereaksi T, yang disebut titran, ditambahkan secara kontinu, biasanya dari sebuah buret, dalam wujud larutan yang konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebut larutan standar, dan konsentrasinya ditentukan dengan sebuah proses yang dinamakan standarisasi. Penambahan dari titran tetap dilakukan sampai jumlah T secara kimiawi sama dengan yang telah ditambahkan kepada A. selanjutnya akan dikatakan titik ekivalen dari titrasi telah dicapai. Agar diketahui kapan harus berhenti menambahkan titran, maka dapat menggunakan bahan kimia, yaitu indikator, yang bereaksi terhadap kehadiran titran yang berlebih dengan melakukan perubahan warna. Perubahan warna ini bisa saja terjadi persis pada titik ekivalen , tetapi bisa juga tidak. Titik dalam titrasi dimana indikator berubah warnanya disebut titik akhir ( Day dan Underwood). Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang pH yang sempit. Jenis indikator yang khas adalah asam organik yang lemah yang mempunyai warna berbeda dari basa konjugatnya. Indikator yang baik mempunyai intensitas warna yang sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan indikator encer yang harus ditambahkan ke dalam larutan yang sedang diuji. Konsentrasi molekul indikator yang sangat rendah ini hampir tidak berpengaruh terhadap pH larutan. Perubahan warna indikator mencerminkan pengaruh asam dan basa lainnya yang terdapat dalam larutan (Oxtoby, 2001). Reaksi kimia yang mungkin di perlakukan sebagai basis dari penentuan titrimetrik telah dikelompokan ke dalam empat tipe : a. Asam-Basa. Ada sejumlah besar asam dan basa yang dapat ditentukan oleh titrimetri. Jika HA mewakili asam yang akan ditentukan dan B mewakili basa, rekasinya adalah sebagai berikut HA + OH- A- + H2O

dan B + H3O+ BH+ + H2O b. Oksidasi-reduksi (redoks). Reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-redoksi dipergunakan secara luas dalam analitis titrimetrik. Sebagai contoh, besi dengan tingkat oksidasi +2 dapat dititrasi dengan sebuah larutan standar dari serium (IV) sulfat : Fe2+ + Ce 4+ Fe3+ + Ce3+ c. Pengendapan. Pengendapan dari kation perak dengan anion halogen dipergunakan secara luas dalam prosedur titremetrik. Reaksinya adalah sebagai berikut Ag+ + X- AgX (s) d. Pembentukan kompleks. Contoh dari reaksi di mana terbentuk suatu kompleks antara ion perak dan sianida : Ag+ + 2 CN- Ag (CN)-2 (Oxtoby, 2001). Sejauh ini, realtif sedikit reaksi kimia yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk titrasi. Sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan : a. Reaksi tersebut harus diproses sesuai persamaan kimiwai tertentu. Seharusnya tidak ada sampingan. b. Reaksi tersebut harus diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekivalensi. c. Harus tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen tercapai. d. Diharapkan reaksi berjalan cepat, sehingga titrasi dapat diselesaikan dalam beberapa menit (Day dan Underwood, 1999). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Titrasi merupakan suatu metode analisis kuantitatif untuk menentukan konsentrasi dari suatu larutan menggunakan larutan lain yang telah distandarisasi atau larutan yang konsentrasinya telah diketahui. Dalam metode titrimetri ini, larutan yang akan ditentukan konsentrasinya disebut larutan analit sedangkan larutan yang diketahui konsentrasinya disebut titran. Penambahan titran ke dalam analit dilakukan hingga tercapat titik ekivalen dimana akan terjadi perubahan warna dari larutan indikator. Larutan indikator yang digunakan disesuaikan dengan metode titrimetri yang dilakukan. Metode titrimetri atau yang juga dikenal dengan metode volumetri secara garis besar diklasifikasikan dalam empat kategori berdasarkan jenis reaksinya, yaitu : titrasi asidi-alkalimetri, titrasi oksidimetri, titrasi pengendapan dan titrasi kompleksometri. 1 Titrasi asidimetri dan alkalimetri merupakan titrasi netralisasi dimana pada titrasi ini digunakan larutan asam dan basa kuat ataupun lemah sehingga dihasilkan air yang bersifat netral. Titrasi ini dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi atau kadar dari asam/basa kuat ataupun lemah yang dititrasi dengan basa/asam lemah ataupun kuat. Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukan percobaan titrasi asidimetri dan alkalimetri untuk menentukan kadar asam asetat, karbonat dan bikarbonat dalam sampel yang digunakan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari percobaan ini, yaitu : 1. Berapa kadar asam asetat dalam sampel ? 2. Berapa kadar karbonat dan bikarbonat dari suatu campuran ? C. Tujuan 1. 2. Tujuan dari percobaan ini, yaitu : Untuk menentukan kadar asam asetat dalam contoh (sampel). Untuk menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dari suatu campuran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Titrimetri Analisis volumetri atau titrimetri merupakan suatu analisis berdasarkan pengukuran volume larutan dengan konsentrasi yang diketahui, yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit (zat yang akan ditentukan). Analisis volumetri atau titrimetri berdasarkan pada reaksi : aA + tT Hasil dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T (titran).[1] Menurut M. Sodiq Ibnu, et. al. (2005), jenis metode titrimetri didasarkan pada jenis reaksi kimia yang terlibat dalam proses titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka metode titrimetri dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: asidi-alkalimetri, oksidimetri, kompleksometri dan titrasi pengendapan. 1. 3 Asidi-alkalimetri didasarkan pada reaksi asam basa atau prinsip netralisasi. Larutan analit yang berupa larutan asam dititrasi dengan titran yang berupa larutan basa atau sebaliknya. Metode ini cukup luas penggunaannya untuk penetapan kuantitas analit asam atau basa. Jika HA mewakili asam dan BOH mewakili basa, maka reaksi antara analit dengan titran dapat dirumuskan secara umum sebagai berikut : HA + OH- A- + H2O (analit asam, titran basa) BOH + H3O+ B+ + 2H2O (analis basa, titran asam) Titran umumnya berupa larutan standar asam kuat atau basa kuat, misalnya larutan asam klorida (HCl) dan larutan natrium hidroksida (NaOH). Kompleksometri didasarkan pada pembentukan kompleks stabil hasil reaksi antara analit dengan titran. Misalnya reaksi antara Ag+ dan CNyang mengikuti persamaan reaksi : Ag+ + 2CN- Reaksi antara Ag+ dengan CN- dikenal sebagai metode Liebig untuk penetapan sianida. Reagen lain adalah EDTA (etilen diamina tetraasetat) yang banyak digunakan sebagai pengompleks berbagai ion logam melalui metode titrasi. Oksidimetri didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi antara analit dan titran. Analit yang mengandung spesi reduktor dititrasi dengan titran yang berupa larutan standar dari oksidator atau sebaliknya. Berbagai reaksi redoks dapat digunakan sebagai dasar reaksi oksidimetri, misalnya penetapan ion besi(II) (Fe2+) dalam analit dengan menggunakan titran larutan standar cesium(IV) (Ce 4+) yang mengikuti persamaan reaksi : Fe2+ + Ce4+ Fe3+ + Ce3+ Oksidator lain yang banyak digunakan dalam oksidimetri adalah kalium permanganat (KMnO 4), misalnya pada penetapan kadar ion besi(II) dalam suasana asam. Titrasi pengendapan didasarkan reaksi pengendapan analit oleh larutan standar titran yang mampu secara spesifik mengendapkan analit. Metode ini banyak digunakan untuk menetapkan kadar ion halogen dengan menggunakan pengendap Ag +, yang reaksi umumnya dapat dinyatakan dengan persamaan : Ag+ + X- AgX(s) (X- = Cl-, Br-, I-, SCN-) Dalam titrasi juga perlu diperhatikan larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer yaitu suatu zat yang sudah diketahui kemurniannya dengan pasti, konsentrasinya dapat diketahui dengan pasti dan teliti berdasarkan berat zat yang dilarutkan. Larutan standar sekunder adalah suatu zat yang tidak murni atau kemurniannya tidak diketahui, konsentrasi larutannya hanya dapat diketahui dengan teliti melalui proses standarisasi, standarisasi dilakukan dengan cara menitrasi larutan tersebut dengan larutan standart primer. Serta faktor yang paling penting adalah ketepatan dalam pemilihan indikator agar kesalahan titrasi yang terjadi menjadi sekecil mungkin.[2]

2.

3.

4.

B. Indikator Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam-basa terletak pada titik ekuivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya indikator menunjukkan warna pada range pH yang berbeda.[3] Tabel 1. menunjukkan daftar berbagai macam indikator dengan jarak perubahan warna serta warna-warna yang terjadi pada perubahan tersebut. Tabel 1. Indikator yang biasa digunakan dalam asidi-alkalimetri[4] Warna Indikator Trayek pH Asam Basa Kuning metal 2,4 4,0 Merah Kuning Biru bromfenol 3,0 4,6 Kuning Biru Jingga metal 3,1 4,4 Jingga Metil Hijau bromkresol 3,8 5,4 Kuning Biru Merah metal 4,2 6,3 Merah Kuning Ungu bromkresol 5,2 6,8 Kuning Ungu Biru bromtimol 6,1 7,6 Kuning Biru Merah fenol 6,8 8,4 Kuning Merah Merah kresol 7,2 8,8 Kuning Merah Biru timol 8,0 9,6 Kuning Biru Fenolftalein 8,2 10,0 Tak berwarna Merah Timolftalein 9,3 10,5 Tak berwarna Biru Menurut Achmad Mursyidi dan Abdul Rohman (2008), selain indikator tunggal dalam asidi-alkalimetri juga digunakan indikator campuran dengan tujuan untuk memberikan perubahan warna yang tajam pada titik akhir titrasi. Beberapa contoh indikator campuran adalah : 1. Campuran merah netral (0,1 % dalam etanol) dan biru metilen (0,1 % dalam etanol) yang sama banyak memberikan perubahan warna yang tajam dari biru violet menjadi hijau ketika beralih dari larutan asam menjadi larutan basa pada pH sekitar 7. Indikator ini dapat digunakan untuk menitrasi asam asetat dengan larutan amonia atau kebalikannya. Baik asam atau basa kekuatannya hampir sama akibatnya titik ekivalen akan berada pada pH kira-kira 7. 2. Campuran antara 3 bagian fenolftalein (0,1 % larutan dalam etanol) dengan 1 bagian alfa naftoftalein (0,1 % dalam etanol) memberikan perubahan warna yang tajam dari merah muda ke ungu pada pH 8,9. Indikator ini baik untuk titrasi asam fosfat dari tribasik menjadi dibasik yang mana titik ekivalennya terjadi pada pH 8,7. 3. Campuran dari 3 bagian biru timol (0,1 % larutan dari garam natriumnya) dengan 1 bagian kresol merah (0,1 % larutan garam natriumnya) akan memberikan perubahan warna dari kuning ke ungu pada pH 8,3. Indikator campuran ini baik untuk titrasi karbonat menjadi bikarbonat.

C. Titrasi Asidimetri dan Alkalimetri Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.[5] Dalam titrasi asam-basa, jumlah relatif asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen ditentukan oleh perbandingan mol asam (H+) dan basa (OH-) yang bereaksi. Untuk reaksi antara HCl dengan NaOH titik ekivalen tercapai pada perbandingan mol 1:1 tetapi untuk reaksi antara H2SO4 dengan NaOH diperlukan perbandingan mol 1:2 untuk mencapai titik ekivalen. H2SO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 (aq) + 2H2O (l) Dalam titrasi asam-basa perubahan pH sangat kecil hingga hampir tercapai titik ekivalen. Pada saat tercapai titik ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH yang besai ini seringkali dideteksi dengan zat yang dikenal sebagai indikator. Titik atau kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan warna indikator dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi sering disamakan dengan titik ekivalen, walaupun diantara keduanya masih ada selisih yang relatif kecil. Semua masalah yang berkaitan dengan titrasi asam basa dapat dipecahkan dengan konsep stoikiometri dan konsentrasi larutan yang dinyatakan dengan mol, perbandingan mol, molaritas atau normalitas.[6] Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator lihat Gambar 1. Gambar 1. Titrasi alkalimetri dengan larutan standar basa NaOH[7] Analit bersifat asam pH mula-mula rendah, penambahan basa menyebabkan pH naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan mencapai titik ekuivalen (pH = 7). Penambahan selanjutnya menyebakan larutan kelebihan basa sehingga pH terus meningkat. Dari Gambar 1, juga diperoleh informasi indikator yang tepat untuk digunakan dalam titrasi ini dengan kisaran pH pH 7 10 (Tabel 1).[8] Larutan baku asam yang sering digunakan dalam asidi-alkalimetri umumnya dibuat dari asam klorida dan asam sulfat. Kedua asam ini dapat digunakan pada hampir semua titrasi, akan tetapi asam klorida lebih disukai daripasa asam sulfat terutama untuk senyawasenyawa yang memberikan endapan dengan asam sulfat seperti barium hidroksida. Asam sulfat lebih disukai untuk titrasi menggunakan pemanasan karena kemungkinan terjadinya penguapan pada pemanasan asam klorida yang dapat menimbulkan bahaya. Asam nitrat selalu tidak digunakan karena mengandung asam nitrit yang dapat merusak beberapa indikator.[9] Untuk larutan baku alkali, umumnya digunakan natrium hidroksida, kalium hidroksida dan barium hidroksida. Larutan-larutan ini mudah menyerap karbon dioksida dari udara, oleh karena itu konsentrasinya dapat berubah dengan cepat. Dengan demikian, maka larutan bali alkali dibuat bebas karbonat dan untuk melindungi itu dari pengaruh karbon dioksida dari udara maka penyimpanannya dilengkapi dengan soda lime tube. Semua larutan baku alkali harus sering dibakukan ulang.[10]

Menurut Indigo Morie (2008), ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, yaitu : 1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent. 2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan. Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan dan sangat praktis. Pemanfaatan teknik ini cukup luas, untuk alkalimetri telah dipergunakan untuk menentukan kadar asam sitrat. Titrasi dilakukan dengan melarutkan sampel sekitar 300 mg ke dalam 100 mL air. Titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N dengan menggunakan indikator phenolftalein. Titik akhir titrasi diketahui dari larutan tidak berwarna berubah menjadi merah muda. Selain itu alkalimetri juga dipergunakan untuk menganalisis asam salisilat. Teknik asidimetri juga telah dimanfaatkan secara meluas misalnya dalam pengujian boraks yang sering dipergunakan oleh para penjual bakso.[11]

BAB III METODE PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini, yaitu sebagai berikut : Hari/Tanggal : Rabu/ 30 Mei 2012 Pukul : 13.30 15.00 WITA Tempat : Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat - alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret asam 50 mL, buret basa 50 mL, erlenmeyer 250 mL, gelas kimia 250 mL dan 100 mL, labu ukur 100 mL, pipet volume 25 mL dan 10 mL, statif dan klem, bulp, corong, botol semprot, spatula dan pipet tetes. 2. Bahan Bahan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam asetat (CH 3COOH) 0,1 M, asam klorida (HCl) 0,0959 N, aquades (H2O), campuran karbonat dan bikarbonat, indikator MO, indikator PP dan natrium hidroksida (NaOH) 0,0989 N. 12

a. b. c. d. e. f. g. a. b. c. d. e. f. g. h. i.

C. Prosedur Kerja Prosedur kerja pada percobaan ini, yaitu sebagai berikut : 1. Titrasi Alkalimetri Memasukkan 10 mL asam asetat (CH3COOH) ke dalam labu ukur 100 mL. Mengencerkan larutan sampai tanda batas dengan aquades (H2O). Memipet 25 mL larutan asam asetat (CH3COOH) yang telah diencerkan dan memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Menambahkan 5 tetes indikator PP ke dalam erlenmeyer. Menitrasi larutan dengan natrium hidroksida (NaOH) sampai terbentuk warna merah muda. Mencatat volume natrium hidroksida (NaOH) yang digunakan. Melakukan secara duplo dan menghitung kadar asam asetat dalam sampel. 2. Titrasi Asidimetri Menimbang 100 mg campuran karbonat dan bikarbonat menggunakan neraca analitik. Melarutkan campuran karbonat dan bikarbonat dengan aquades (H2O) lalu memindahkan ke dalam labu ukur 100 mL. Menambahkan aquades (H2O) sampai tanda batas, menghomogenkan larutan. Memipet 25 mL larutan dan memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Menambahkan 5 tetes indikator PP ke dalam erlenmeyer. Menitrasi larutan dengan asam klorida (HCl) sampai larutan menjaid tak berwarna. Menambahkan indikator MO ke dalam erlenmeyer. Menitrasi larutan dengan asam klorida (HCl) sampai larutan berubah warna dari jingga ke merah jambu. Mencatat volume HCl yang digunakan. Melakukan secara duplo dan menghitung kadar karbonat dan bikarbonat dalam campuran.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil pengamatan dari percobaan ini, yaitu sebagai berikut : 1. Tabel Pengamatan a. Titrasi alkalimetri No. Perlakuan Hasil 1. Asam asetat (CH3COOH) + aquades Larutan berwarna bening 2. 3. Larutan asam asetat (CH3COOH) + indikator PP + titrasi dengan natrium hidroksida (NaOH) Larutan berwarna violet Larutan berwarna merah muda

Keterangan

15

b. Titrasi asidimetri No. Perlakuan 1. Campuran karbonat dan bikarbonat + aquades 2. + indikator PP 3. + titrasi dengan asam klorida (HCl) 4. + indikator MO 5. + titrasi dengan asam klorida (HCl)

Hasil Larutan berwarna bening Larutan berwarna violet Larutan berwarna bening Larutan berwarna kuning tua Larutan berwarna orange kemerahan

Keterangan

2. Reaksi CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O Na2CO3 + HCl NaHCO3 + HCl NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2 3. Analisa Data 1. Titrasi alkalimetri a. Simplo Diketahui : BE CH3COOH = 60 gram/grek Volume NaOH = 1,3 mL Konsentrasi NaOH = 0,0989 N Ditanyakan : % CH3COOH .. ? Penyelesaian : Dalam 10 mL contoh asam terdapat : 100/25 x volume NaOH x N NaOH x 60 = B mg 100/25 x 0,0013 L x 0,0989 grek/L x 60 g/grek = 0,031 gram Dalam 100 mL asam asetat = x B mg Kadar asam cuka = x gram = x 0,031 gram = 0,31 gram % CH3COOH = x 100 % = 0,31 x 100 % = 31 %

b. Duplo Diketahui : BE CH3COOH = 60 gram/grek Volume NaOH = 1,5 mL Konsentrasi NaOH = 0,0989 N Ditanyakan : % CH3COOH .. ? Penyelesaian : Dalam 10 mL contoh asam terdapat : 100/25 x volume NaOH x N NaOH x 60 = B mg 100/25 x 0,0015 L x 0,0989 grek/L x 60 g/grek = 0,036 gram Dalam 100 mL asam asetat = x B mg Kadar asam cuka = x gram = x 0,036 gram = 0,36 gram % CH3COOH = x 100 % = 0,36 x 100 % = 36 % c. Rata-rata Diketahui : BE CH3COOH = 60 gram/grek Volume NaOH = = 1,4 mL Konsentrasi NaOH = 0,0989 N Ditanyakan : % CH3COOH .. ? Penyelesaian : Dalam 10 mL contoh asam terdapat : 100/25 x volume NaOH x N NaOH x 60 = B mg 100/25 x 0,0014 L x 0,0989 grek/L x 60 g/grek = 0,033 gram Dalam 100 mL asam asetat = x B mg Kadar asam cuka = x gram = x 0,033 gram = 0,33 gram % CH3COOH = x 100 % = 0,33 x 100 % = 33 % 2. Titrasi asidimetri a. Simplo Diketahui : Berat sampel = 0,1007 gram/grek Volume HCl untuk karbonat (x mL) = 1,1 mL Volume HCl untuk bikarbonat (y mL) = 3 mL Konsentrasi HCl = 0,0959 N Ditanyakan : % karbonat dan % bikarbonat .. ? Penyelesaian : bikarbonat dalam sampel = (y x) mL HCl 0,0959 N = (3 1,1) mL = 1,9 mL = 0,0019 L karbonat dalam sampel = (2x) mL HCl 0,0959 N = (2 x 1,1) mL = 2,2 mL = 0,0022 L % karbonat = = = 0,111 x 100 % = 11,1 % % bikarbonat = = = 0,152 x 100 % = 15,2 % b. Duplo Diketahui : Berat sampel = 0,1007 gram/grek Volume HCl untuk karbonat (x mL) = 0,9 mL Volume HCl untuk bikarbonat (y mL) = 3,9 mL Konsentrasi HCl = 0,0959 N Ditanyakan : % karbonat dan % bikarbonat .. ? Penyelesaian : bikarbonat dalam sampel = (y x) mL HCl 0,0959 N = (3,9 0,9) mL = 3 mL = 0,003 L karbonat dalam sampel = (2x) mL HCl 0,0959 N = (2 x 0,9) mL = 1,8 mL = 0,0018 L % karbonat = = = 0,091 x 100 % = 9,1 % % bikarbonat = = = 0,239 x 100 % = 23,9 % c. Rata-rata Diketahui : Berat sampel = 0,1007 gram/grek Volume HCl untuk karbonat (x mL) = = 1 mL Volume HCl untuk bikarbonat (y mL) = = 3,45 mL Konsentrasi HCl = 0,0959 N Ditanyakan : % karbonat dan % bikarbonat .. ?

Penyelesaian : bikarbonat dalam sampel = (y x) mL HCl 0,0959 N = (3,45 1) mL = 2,45 mL = 0,00245 L karbonat dalam sampel = (2x) mL HCl 0,0959 N = (2 x 1) mL = 2 mL = 0,002 L % karbonat = = = 0,101 x 100 % = 10,1 % % bikarbonat = = = 0,196 x 100 % = 19,6 %

B. Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan percobaan titrasi asidimetri dan alkalimetri untuk menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dalam campuran serta kadar asam asetat (CH3COOH) dengan natrium hidroksida (NaOH). Penetapan kadar asam asetat (CH3COOH) dengan natrium hidroksida (NaOH) merupakan titrasi alkalimetri untuk menitrasi asam lemah dengan basa kuat. Dalam titrasi ini digunakan indikator phenolphthalein yang berfungsi sebagai zat penunjuk yang akan memberikan perubahan warna saat titik akhir titrasi telah tercapai. Indikator phenolphthalein digunakan dalam titrasi ini karena indikator ini memiliki rentang trayek pH pada suasana basa yaitu : 8,3 10,0 sehingga apabila larutan telah bersuasana basa maka indikator akan mengalami perubahan warna menjadi biru. Awalnya larutan bersuasana asam akibat pH dari larutan asam asetat (CH 3COOH) yang digunakan bernilai rendah. Penambahan indikator membuat perubahan warna larutan menjadi violet. Berdasarkan trayek pH indikator phenolphthalein, larutan yang memiliki nilai pH di bawah 8,3 cenderung akan memberikan larutan tak berwarna dan akan berubah menjadi merah dalam larutan yang memiliki nilai pH di atas 10. Penambahan titran natrium hidroksida (NaOH) membuat larutan mengalami perubahan warna menjadi merah muda. Dapat dikatakan bahwa, larutan telah memiliki pH di atas 7. Reaksi antara asam asetat (CH 3COOH) dengan natrium hidroksida menghasilkan garam dan air yang bersifat netral, sesuai dengan reaksi di bawah ini : CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O Berdasarkan hasil analisa data, kadar asetat yang diperoleh dari percobaan secara simplo adalah 31 % dan 36 % pada titrasi secara duplo. Untuk titrasi rata-rata diperoleh kadar asam asetat (CH3COOH) sebesar 33 %. Perbedaan kadar yang diperoleh pada titrasi secara simplo dan duplo disebabkan karena pada salah satu titrasi, larutan telah sedikit melewati titik akhirnya sehingga volume natrium hidroksida (NaOH) yang digunakan lebih banyak dan mempengaruhi perhitungan kadar asam asetat (CH3COOH) dalam sampel. Penetapan kadar karbonat dan bikarbonat dalam campuran dilakukan menggunakan metode titrasi asidimetri menggunakan larutan asam klorida (HCl). Penambahan indikator phenolphthalein pada larutan campuran berfungsi sebagai zat penunjuk yang digunakan karena larutan campuran memiliki pH di atas 7 atau berada dalam suasana basa sehingga larutan akan memberikan warna merah secara teori dalam suasana basa. Penambahan indikator pada larutan membuat larutan berubah warna menjadi violet, penitrasian dilakukan dengan asam klorida (HCl) hingga larutan berubah menjadi tak berwarna. Perubahan warna larutan menjadi tak berwarna menandakan bahwa larutan telah bersuasana asam dimana pada pH di bawah 8,3 larutan akan berubah menjadi tak berwarna. Reaksi antara larutan campuran dengan asam klorida (PP) membuat natrium karbonat bereaksi dengan asam klorida (HCl) menghasilkan natrium bikarbonat (NaHCO 3) dan natrium klorida (NaCl), menurut persamaan reaksi : Na2CO3 + HCl NaHCO3 + HCl Untuk menentukan kadar bikarbonat, maka larutan campuran tadi ditambahkan dengan metil orange (trayek 3,1 4,5). Penitrasian kembali dilakukan dengan asam klorida (HCl) sehingga larutan mengalami perubahan warna. Setelah penambahan indikator, larutan berubah warna menjadi kuning yang menandakan bahwa larutan memiliki pH di atas 4,5 karena indikator metil orange berdasarkan teori akan berwarna merah apabila memiliki pH kurang dari 3,1 dan berubah warna menjadi kuning pada pH di atas 4,5. Proses titrasi pada larutan membuat larutan berubah warna menjadi orange kemerahan sehingga dapat dikatakan bahwa larutan telah bersuasana basa. Reaksi antara natrium bikarbonat dengan asam klorida (HCl) menghasilkan garam berupa natrium klorida (NaCl), air yang bersifat netral serta uap karbondioksida, sesuai persamaan reaksi : NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2 Berdasarkan hasil analisa data, kadar karbonat dan bikarbonat pada titrasi secara simplo berturut-turut adalah 11,1 % dan 15,2 %. Pada titrasi secara duplo adalah 9,1 % dan 23,9 %. Kadar karbonat rata-rata yang diperoleh adalah 10,1 % dan kadar bikarbonat rata-rata yang diperoleh adalah 19,6 %.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari percobaan ini, yaitu sebagai berikut : Kadar asam asetat yang diperoleh secara simplo adalah 31 % dan 36 % pada titrasi secara duplo, sedangkan kadar asam asetat rata-rata yang diperoleh adalah 33 %. Kadar karbonat yang diperoleh secara simplo adalah 11,1 % serta kadar bikarbonat adalah 15,2 %. Untuk titrasi secara duplo, 9,1 % untuk kadar karbonat dan 15,2 % untuk kadar bikarbonat. Kadar karbonat dan bikarbonat rata-rata yang diperoleh masing-masing adalah 10,1 % dan 19,6 %.

1. 2.

B. Saran Saran dari percobaan ini adalah sebaiknya pada percobaan selanjutnya dilakukan titrasi alkalimetri untuk menentukan konsentrasi atau kadar dari asam poliprotik yang dititrasi dengan basa kuat sehingga dapat diketahui perbedaan titrasi alkalimetri dengan asam lemah dan asam poliprotik. 26

DAFTAR PUSTAKA Chadijah, Sitti Chadijah, Wa Ode Rustiah dan Anna Handayani. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2012 Ibnu, M. Sodiq Ibnu, et al.. Kimia Analitik I . Malang: Universitas Negeri Malang, 2005 Khopkar, S. M.. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia, 2010 Mursyidi, Achmad dan Abdul Rohman. Volumetri dan Gravimetri. Yogyakarta: UGM-Press, 2008 Morie, Indigo. Titrasi Asam Basa, belajarkimia.com. 7 April 2008. http://belajarkimia.com/2008/04/titrasi-asam-basa/. Diakses pada tanggal 31 Mei 2012 Wilyta, Intan Wilyta. Asidimetri, scribd.com. 30 Oktober 2011. http://www.scribd.com/doc/70246435/asidimetri. Diakses pada tanggal 3 1 Mei 2012 Zulfikar. Titrasi Asam Basa, Chem-is-try.org-Situs Kimia Indonesia. 27 Desember 2010. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimiakesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/titrasi-asam-basa/. Diakses pada tanggal 31 Mei 2012

[1]Sitti Chadijah, Wa Ode Rustiah dan Anna Handayani, Penuntun Praktikum Kimia Analitik (Makassar: UIN Alauddin Makassar,2012), h. 19 [2]Intan Wilyta, Asidimetri, scribd.com. 30 Oktober 2011. http://www.scribd.com/doc/70246435/asidimetri (31 Mei 2012) [3]S. M. Khopkar, Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: Universitas Indonesia, 2010), h. 46-47 [4]Achmad Mursyidi dan Abdul Rohman, Volumetri dan Gravimetri (Yogyakarta: UGM-Press, 2008), h. 104 [5]Ibid, h. 81 [6]M. Sodiq Ibnu, et al., Kimia Analitik I (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), h. 96 -97 [7]Zulfikar, Titrasi Asam Basa, Chem-is-try.org-Situs Kimia Indonesia. 27 Desember 2010. http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/titrasi-asam-basa/ (31 Mei 2012) [8]Ibid [9]Achmad Mursyidi dan Abdul Rohman, op. cit., h. 105 [10]Ibid [11]Zulfikar, loc. cit.

You might also like