You are on page 1of 6

1 Segitiga Epidemiologi Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias epidemiologi merupakan konsep dasar yang

memberikan gambaran tentang hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya yaitu: Host, Agen, dan Lingkungan (Muliani, Dkk., 2010). Agent Host

Penjelasan: a. Keadaan sehat, keadaan seimbang antara host, agen dan environment. b. Keadaan sakit karena adanya peningkatan agent infeksius. Contoh: mutasi influenza virus. c. Keadaan sakit karena peningkatan suspectibility pada populasi. Contoh: peningkatan jumlah anak yang rentan terhadap campak. d. Keadaan sakit karena adanya perubahan lingungan yang mempermudah/ menguntungkan penyebaran agent. Contoh: akibat banjir. e. Keadaan sakit karena terjadinya perubahan lingkungan yang merugikan/ menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh. Contoh: polusi udara. Komponen pada segitiga epidemiologi: A. Faktor host/ penjamu (Tuan rumah) Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit. Yang termasuk faktor penjamu adalah: 1. Genetika, faktor keturunan dapat mempengaruhi status kesehatan. Misalnya: buta warna, asma, hemofilia dll. 2. Umur dan keadaan imunologis, mempengaruhi status kesehatan karena ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu. Misalnya, pada balita karena imunnya belum stabil, dan pada manula karena imunnya sudah menurun.

3. Jenis kelamin, mempengaruhi status kesehatan karena ad penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya ditemukan pada pria atau wanita saja. Misalnya, kanker serviks pada wanita. 4. Etnis/ ras/ warna kulit. Mempengeruhi status kesehatan karena terdapat perbedaan antara etnis/ ras tertentu. Misalnya, ras kulit putih lebih berisiko terkena kanker kulit dibandingkan dengan ras kulit hitam. 5. Keadaan fisiologis tubuh, mempengeruhi status kesehatan. Misalnya, kelelahan, kehamilan, pubertas, keadaan gizi dll. 6. Perilaku dan kebiasaan/ gaya hidup, mempengaruhi status kesehatan. Misalnya, personal hygiene, hubungan antar pribadi dll 7. Penyakit sebelumnya, mempengaruhi status kesehatan karena ada penyakit yang jika sudah pernah terkena maka ketika terjadinya serangan kedua menimbulkan kondisi yang lebih parah atau ada juga jika penyakit sebelumnya telah sembuh maka risiko kambuh lebih kecil atau tidak terjadi (Muliani, Dkk., 2010). B. Faktor Agen Agen atau faktor penyebab adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau masallah kesehatan lainnya Faktor lingkungan (Muliani, Dkk., 2010). Agent/ penyebab bibit penyakit terdiri dari biotis dan abiotis. 1. Penyebab biotis, khususnya terjadi pada penyakit-penyakit menular yang terdiri dari lima golongan, yaitu: Protozoa (plasmodium, amoeba), Metazoa (arthopoda, helmintes), Bakteri (salmonela, meningitis), virus (dengue, polio), Jamur (candida, tinia algae). 2. Penyebab abiotis, terdiri dari: a. Nutrient agent: kekurangan/ kelebihan gizi b. Chemical agent: pestisida, logam berat, obat dll. c. Physical agent: suhu, kelembaban, panas dll d. Menhanical agent: pukulan, kecelakaan, trauma dll (Kasjono, Dkk., 2008).

C. Environment Lingkungan adalah semua faktor diluar individu yang dapat berupa lingkungan fisik, biologis, sosial, dan ekonomi. Yang termasuk faktor lingkungan adalah lingkungan fisik, lingkungan biologis, lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi (Muliani, Dkk., 2010). Karakteristik Segutiga Utama Epidemiologi Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus menerus berinteraksi satu sama lain sehingga perubahan pada unsur trias dapat menyebabkan kesakitan yang tergantung pada karakteristik (ciri) dari ketiganya dan interaksi antara ketiganya (Muliani, Dkk., 2010). a. Karakteristik Penjamu Penjamu mempunyai karakteristik dalam menghadapi ancaman penyakit, misalnya: 1. Resistensi Resistensi merupakan kemampuan penjamu untuk bertahan terhadap infeksi tertentuh, dan penjamu mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalamk menghadapinya. 2. Imunitas Imunitas merupakan kemampuan penjamu untuk mengambangkan suatu resp[on imunologis, baik yang di dapat secar alamiah atau non alamiah sehingga tubuh kebal terhafdap penyakit tertentuh. 3. Infektifitas Infektifitas merupakan kemampuan penjamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit pada orang lain kerena kuman yang berada dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada tubuh manusia dan sekitarnya. b. Karakteristik Agen Agen mempunyai karakteristik tersendiri dalam menyebabkan terjadinya penyakit, misalnya: Patogenisti (kemampuan penyakit untuk menimbulkan reaksi pada penjamu), Virulensi (ukuran derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit penyakit). Antigenisti (kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya mekanisme imun pada host. Infektivi (kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri dan berreproduksi di dalam host (Kasjono, Dkk., 2008).

c. Karakteristik Lingkungan Lingkungan mepunyi karakteristik tersendiri dalam menimbulkan status sakit, misalnya: 1. Topografi Topografi berkaitan dengan situasi lokasi tertentu, baik yang natural atau buatan manusia yang mungkin mempengarui terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu. 2. Geografis Geografis merupakan keadaan yang berhubungn dengan struktur geologi bumi yang berhubungan dengan kejadian penyakit (Muliani, Dkk., 2010).

Upaya penanggulangan melalui sektor publik melalui:


1. Dinas Kesehatan
Peranannya

melakukan perencanaan strategis, mengambil langkah-langkah untuk

mensosialisasikan penanggulangan terhadap penyakit Malaria dan PD3I (Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Contoh: TB Paru, Campak, Tetanus, dll.
Membuat

kebijakan program atau kegiatan yang bersifat antisipasif terhadap renstra dengan baik (Pusat Promosi Kesehatan, 2009). SDM pada beberapa instansi pemerintah yang mampu

perkembangan penyakit Malaria dan PD3I


Memanfaatkan

Kendala untuk mengimplementasikan renstra: 1. Keterbatasan mengimplementasikan perencanaan strategis 2. Memadukan anggaran dengan perencanaan yang didasarkan melalui renstra 3. Pengumpulan data kinerja dan perumusan indicator kinerja 4. Rumusan sasaran belum spesifik dan belum menggambarkan hasil 5. Rumusan kebijakan pada pertimbangan kelayakan efektifitas, efisiensi dan penetapan waktu 6. Pemanfaatan renstra (Pusat Promosi Kesehatan, 2009).

Peran interpersonal stakeholder (penyedia layanan) secara langsung dari jabatannya antara lain : a. Stakeholder berdasarkan atas posisinya sebagai kepala unit organisasi harus melakukan komunikasi yang serius dan rutin b. Stakeholder harus bertanggung jawab atas kerja orang lain pada unit tersebut dengan cara mendorong dan memotivasi bawahnya c. Stakeholder berfungsi sebagai penghubung 2. Puskesmas

Puskesmas

adalah

unit

pelaksana

teknis

Dinkes

yang

bertanggung

jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya

Puskesmas melakukan pemantauan terus menerus terhadap kejadian kasus Malaria dan PD3I di masyarakat yang meliputi kegiatan pencatatan, pelaporan, penyelidikan dan penganalisaan kasus malaria dan PD3I. Hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan dalam penanggulangan Malaria dan PD3I yang meliputi kelompok umur, status imunisasi, wilayah yang bermasalah, waktu kejadian dan memprediksi kemungkinan terjadinya KLB Malaria dan PD3I (Pusat Promosi Kesehatan, 2009).

2.3.2 a.

Upaya penanggulangan melalui sektor privat Masyarakat Semua anggota masyarakat yang bersedia berminat dan mempunyai kepedulian terhadap

Upaya penanggulangan melalui sektor privat melalui:

masalah sosial dan kesehatan dalam hal ini masalah penyakit Malaria dan PD3I. Masyarakat disini bisa berperan sebagai kader dalam penanggulangan malaria dan PD3I, yaitu :

Menggerakan masyarakat untuk : 1. Memperlancar kegiatan sebelum selama dan sesudah penyemprotan rumah 2. Memberantas sarang nyamuk malaria 3. Menghindari gigitan nyamuk malaria misalnya menggunakan kelambu berinsektisida 4. Menggerakan masyarakat untuk mengikuti PIN

Melakukan penyuluhan, yang perlu disiapkan yakni 1. Mengenali dan memahami masalah disekitar masyarakat 2. Menyiapkan materi dan media penyuluhan

Menemukan penderita malaria dan PD3I melalui cara 1. Mengenal gejala klinis malaria dan PD3I 2. Meneriksa persediaan darah

Memberikan pengobatan kepada penderita khususnya untuk pencegahan Mengajak penderita Malaria dan PD3I berobat ke Puskesmas Merujuk penderita Malaria dan PD3I berat (Pusat Promosi Kesehatan, 2009).

You might also like