You are on page 1of 23

LIBERALISME

OLEH :

NAMA : Dessy Bekti Utami P NIP : 3225122047

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang terus menerus melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul LIBERALISME Tujuan penulisan karya tulis ini adalah memberikan informasi tentang sejarah liberalism, pengertian liberalism, perkembangan liberalism di eropa. Penulis tidak akan mampu menyelesaikan karya tulis ini dengan baik tanpa bantuan dari pihah lain baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Ibu Esti Suntari, Selaku Dosen kewarganegaraan 2. Perpustakaan Nasional Indonesia

Penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan peneliti, karena itu penuliis sangat mengharapkan saran dan perbaikan untuk kesempurnaan penulisan karya tulis ini.

Penulis berdoa Semoga Allah Meridhoi Langkah-langkah penulis dan senantiasa memberikan Ampunan, Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita serta berkenan membalas budi baik yang telah diberikan. Akhirnya penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan perubahan dalam bermasyarakat, khususnya pada diri Penulis sebagai mahasiswa harapan bangsa dan umumnya untuk masyarakat Indonesia semoga karya tulis ini dapat memberi masukan dan bermanfaat sehingga dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Jakarta, Oktober 2012 Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul................................................................................................ i Kata Pengantar.................................................................................................ii Daftar Isi..........................................................................................................iv BAB 1 PENDAHULUAN A B C Latar Belakang.......................................................................... Perumusan Masalah ................................................................. Tujuan Penulisan.......................................................................

BAB 2 KAJIAN TEORI A B C Sejarah liberalisme.................................................................... Pengertian Liberalisme............................................................ Perkembangan Liberalisme di Eropa .

BAB 3 PENUTUP A Kesimpulan.......................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan paham-paham di Eropa semakin hari semakin mengalami kemajuan yang pesat. Dalam hal ini adalah Liberalisme dan Kapitalisme. Liberalisme mempunyai makna positif dan negative tergantung dalam kontek apa menempatkannya. Perkembangan Liberalisme di Prancis dan Inggris tidaklah sama,masing-masing dengan konteks historisme sendiri-sendiri. Liberalisme pada awalnya muncul saat dunia barat memasuki enlightment ages atau abad pencerahan (sekitar abad ke 16 sampai awal abad 19). Pada saat itu, mulai muncul industri dan perdagangan dalam skala besar yang berbasis teknologi baru. Untuk mengelola kedua hal tersebut muncullah kebutuhan kebutuhan baru seperti buruh yang bebas dalam jumlah banyak, ruang gerak yang leluasa, mobilitas yang tinggi, dan kebebasan berkreasi. Namun kebutuhan-kebutuhan ini terbentur oleh peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintahan yang feodal. Maka golongan intelektual yang mengedepankan rasionalitas memunculkan faham liberal, yang menjalankan faham liberal disebut liberalisme. Golongan intelektual ini merasakan keresahan ilmiah (rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencari pengetahuan yang baru) dan artistic umum pada zaman itu. Dalam bidang sosial ( menyangkut individu ), liberalisme klasik menciptakan masyrakat yang atomistis yang terdiri dari individu-individu yang tidak mempunyai hubungan satu dengan yang lain. Dalam bidang ekonomi, Liberalisme klasik menciptakan pengusaha dan perusahaan raksasa. Keahlian berkembang menjadi semacam ideology, sehingga amat menentukan kehidupan Negara. Dalam perkembangannya liberalisme klasik menuai badai yang ditaburkannya, prakteknya kontra produktif, kebebasan individu yang ingin dilindungi justru digerogoti sendiri. Sejarah akhirnya memaksa liberalisme klasik harus dibongkar menjadi liberalisme demokratis yaitu liberalisme yang mampu melindungi individualitas setiap orang dan memanusiakan manusia. Selain hal-hal di atas, liberalisme juga dilatar belakangi oleh terjadinya Reformasi Gereja yang memuncak pada 31 Oktober 1517. Reformasi Gereja ini membawa dampak pada munculnya paham sekularisme yang akan berujung pada revolusi dalam segala bidang, termasuk di dalamnya adalah bidang politik. Selain oleh Reformasi Gereja, faham Liberalisme juga dilatarbelakangi dengan terjadinya Revolusi Industri dan Glorious Revolution di Inggris.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Liberalisme serta perkembangannya di Eropa.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:


1. Apa itu Liberalisme ? 2. Bagaimana sejarah Liberalisme? 3. Bagaimana perkembangan Liberalisme di Eropa ? C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melalui penulisan karya tulis ini, penulis mengharapkan agar pembaca mengetahui faham liberalisme.. 2. Tujuan Khusus Tujuan penulisan karya tulis ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih tentang liberalisme, sejarah liberalism, pengertian liberalism, perkembangan liberalism di eropa

BAB II KAJIAN TEORI A. Sejarah Liberalisme

Liberalisme sebagai suatu ideologi pragmatis muncul pada abad pertengahan di kalangan masyarakat Eropa. Masyarakat Eropa pada saat itu secara garis besar terbagi atas dua, yakni kaum aristokrat dan para petani. Kaum aristokrat diperkenankan untuk memiliki tanah, golongan feodal ini pula yang menguasai proses politik dan ekonomi, sedangkan para petani berkedudukan sebagai penggarap tanah yang dimiliki oleh patronnya, yang harus membayar pajak dan menyumbangkan tenaga bagi sang patron. Bahkan di beberapa tempat di Eropa, para petani tidak diperkenankan pindah ke tempat lain yang dikehendaki tanpa persetujuan sang patron (bangsawan). Akibatnya, mereka tidak lebih sebagai milik pribadi sang patron. Sebaliknya, kesejahteraan para penggarap itu seharusnya ditanggung oleh sang patron.

Industri dikelola dalam bentuk gilde-gilde yang mengatur secara ketat, bagaimana suatu barang diproduksi, berapa jumlah dan distribusinya. Kegiatan itu dimonopoli oleh kaum aristokrat. Maksudnya, pemilikan tanah oleh kaum bangsawan, hak-hak istimewa gereja, peranan politik raja dan kaum bangsawan, dan kekuasaan gilde-gilde dalam ekonomi merupakan bentuk-bentuk dominasi yang melembaga atas individu.

Dalam konteks perkembangan masyarakat itu muncul industri dan perdagangan dalam skala besar, setelah ditemukan beberapa teknologi baru. Untuk mengelola industri dan perdagangan dalam skala besar-besaran ini jelas diperlukan buruh yang bebas dan dalam jumlah yang banyak, ruang gerak yang leluasa, mobilitas yang tinggi dan kebebasan berkreasi. Kebutuhan-kebutuhan baru itu terbentur pada aturan-aturan yang diberlakukan secara melembaga oleh golongan feodal. Yang membantu

golongan ekonomi baru terlepas dari kesukaran itu ialah munculnya paham liberal. Ada tiga hal yang mendasar dari Ideologi Liberalisme yakni Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty and Property).

Dibawah ini, adalah nilai-nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar Liberalisme tadi:

Kesempatan yang sama. (Hold the Basic Equality of All Human Being). Bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama, di dalam segala

bidang kehidupan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Namun karena kualitas manusia yang berbeda-beda, sehingga dalam menggunakan persamaan kesempatan itu akan berlainan tergantung kepada kemampuannya masing-masing. Terlepas dari itu semua, hal ini (persamaan kesempatan) adalah suatu nilai yang mutlak dari demokrasi. Dengan adanya pengakuan terhadap persamaan manusia. Dimana setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, maka dalam setiap penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi baik dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan dan kenegaraan dilakukan secara diskusi dan dilaksanakan dengan persetujuan dimana hal ini sangat penting untuk menghilangkan egoisme individu.( Treat the Others Reason Equally.) Pemerintah harus mendapat persetujuan dari yang diperintah. Pemerintah tidak boleh bertindak menurut kehendaknya sendiri, tetapi harus bertindak menurut kehendak rakyat.(Government by the Consent of The People or The Governed) Berjalannya hukum (The Rule of Law). Fungsi Negara adalah untuk membela dan mengabdi pada rakyat. Terhadap hal asasi manusia yang merupakan hukum abadi dimana seluruh peraturan atau hukum dibuat oleh

pemerintah adalah untuk melindungi dan mempertahankannya. Maka untuk menciptakan rule of law, harus ada patokan terhadap hukum tertinggi (Undang-undang), persamaan dimuka umum, dan persamaan sosial. Yang menjadi pemusatan kepentingan adalah individu.(The Emphasis of Individual) Negara hanyalah alat (The State is Instrument). Negara itu sebagai suatu mekanisme yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih besar dibandingkan negara itu sendiri. Di dalam ajaran Liberal Klasik, ditekankan bahwa masyarakat pada dasarnya dianggap, dapat memenuhi dirinya sendiri, dan negara hanyalah merupakan suatu langkah saja ketika usaha yang secara sukarela masyarakat telah mengalami kegagalan. Dalam liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse Dogatism). Hal ini disebabkan karena pandangan filsafat dari John Locke (1632 1704) yang menyatakan bahwa semua pengetahuan itu didasarkan pada pengalaman. Dalam pandangan ini, kebenaran itu adalah berubah.

B. Pengertian Liberalisme Kata 'liberal', menurut Ensiklopedi Britannica (2001), diambil dari bahasa Latin liber. Kata ini pun, menurut Oxford English Dictionary, bermakna sesuai untuk orang bebas, murah hati dalam seni liberal (liberal arts). Salah satu rekaman pertama mengenai contoh kata 'liberal' muncul pada 1375 yang memang digunakan untuk memerikan liberal arts. Dalam kehidupan sehari-hari, kata Libereralisme mempunyai dua pengertian ( arti positif dan arti negatif ). o Arti Positif Liberalisme dalam arti positif adalah faham yang menjunjung tinggi kemerdekaan batin, yang menolak segala macam pembatasan ( berlawanan dengan faham determinisme dan naturalisme ).

o Arti Negatif Dalam arti negatif, Liberalisme adalah faham yang mengajarkan sikap orang untuk berbuat semaunya, keluar dari norma yang berlaku dan pemberontakan terhadap hal-hal yang tradisional. Cara lain untuk melihat Liberalisme adalah dengan menempatkannya dalam konteks yang tepat. Kontekskonteks tersebut adalah :
o

Konteks Personal Liberalisme dalam konteks personal ingin mengatakan bahwa para penganut liberalism atau orang liberal adalah orang yang mempunyai sikap, ara berpikir, mentalitas yang kritis terhadap adat-istiadat, tradisi dan konvensi. Ia tidak mau terikat pada yang sudah dditetapkan atau yang sudah mapan, tetapi terbuka kepada kemungkinan-kemungkinan lain yang menurut pertimbangan akalnya akan lebih baik dan bermanfaat. Dalam arti ini liberalism merupakan suatu method dan bukan suatu ajaran , doktrin ataupun ideologi.

Konteks Ekonomi Liberalisme dalam konteks ekonomi ingin mengatakan bahwa hidup perekonomian merupakan bidang yang harus dikembangkan sesuai dengan kodrat manusia yang bebas, sehingga perekonomian itu memang seharusnya berdasar atas prinsip pasar bebas ( free market). Artinya semua hubungan ekonomi tercipta oleh pasar bebas ; campur tangan dari pihak manapun tidak dibenarkan.

Konteks Politik Liberalisme dalam konteks politik mengandung makna menentang segala bentuk pemerintahan yang otoriter, seperti dalam monarkhi absolute atau diktatur. Faham ini mencurigai segala bentuk kuasa karena kuasa cenderung berkembang menjadi semakin besar dan menindas, maka harus diberi harus di beri saluran dan dibatasi. Konstitusi adalah pembatasan bagi kekuasaan. Dasar filosofisnya adalah pandangan bahwa manusia individual itu tercipta dengan hah-hak yang tidak dapat diambil oleh orang lain. Liberalisme pada awalnya muncul saat dunia barat memasuki enlightment ages atau abad pencerahan (sekitar abad ke 16 sampai awal abad 19). Kata liberal memperoleh penekanan positif secara lebih menentukan dengan makna "bebas dari prasangka yang dangkal" pada 1781 dan"bebas dari kefanatikan" pada 1823. Dan di pertengahan abad ke-19, kata 'liberal'mulai digunakan sebagai istilah yang sangat politis.Sebagai kata sifat, kata `liberal' sering dipakai untuk menunjukkansikap anti feodal, anti kemapanan, rasional, bebas merdeka, berpikiran luas lagiterbuka, dan karena itu dianggap hebat.Ini terkait dengan penentangan untuk tunduk kepada kewibawaan apa pun,termasuk Tuhan, kecuali dirinya sendiri.

Di Eropa, semangat liberalisme sudah muncul sejak masa renaissance (Perancis); berasal dari kata "rinascita" (bahasa Italia) yang artinya: kelahiran kembali. Mulanya, istilah ini dikenalkan pertamakali oleh Giorgio Vasari padaabad ke-16 untuk menggambarkan semangat kesenian Italia mulai abad ke-14sampai ke-16. Menurut Jacob Buchard, Renaissance, bukan sekedar kelahiran kembali kebudayaan Romawi danYunani kuno tetapi juga kebangkitan kesadaran manusia sebagai individu yang rasional, sebagi pribadi yang otonom, yangmempumyai kehendak bebas dan tanggung jawab.Setelah Renaissance, manusia telah meninggalkan zaman kegelapan abad Pertengahan yang didominasi kekuasaan dan nilai-nilai agama, tetapi telah menjadi manusia yang bebas, rasional, mandiri, dan individual. Inilah yang konon disebut sebagai "prototipe manusia modern". Manusia modern adalah manusia yang sanggup dan mempunyai keberanian untuk memandang dirinya sebagai pusat alam semesta (antroposentris) dan bukan Tuhan sebagai pusatnya (teosentris).Manusia modern tidak lagi berpegang pada prinsip memento mori(ingatlah bahwa engkau akan mati) tetapi diganti dengan semboyan carpe diem(nikmatilah kesenangan hidup). Kata mereka: "Man can do all thing if they will." ( Manusia dapat mengerjakan apa saja, asalkan mereka mau). (Tentang Renaissance dan manusia modern, lihat, Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat. Sedangkan liberalisme sendiri merupakan paham yang berusaha memperbesar wilayah kebebasan individu dan mendorong kemajuan sosial. Liberalisme merupakan tata pemikiran yang berlandaskan pada kebebasanmanusia. Bebas, karena manusia mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan apayang diinginkan. Dan ini berarti bahwa liberalisme adalah paham pemikiran yang optimistis tentang manusia. Dari pengertian liberalisme ini maka terlihat dua agenda besar yang diperjuangkannya, yaitu; (1) mengandalkan rasio dan kesadaran individu, (2) mengandalkan pembangunan mandiri masyarakattanpa intervensi berlebihan dari negara. Dua agenda besar ini digulirkan dalam wacana Hak Asasi Manusia (HAM) dan masyarakat sipil (civil society). Pemikiran John Locke (1632-1704) John Locke, secara luas dipandang sebagai Bapak Liberalisme. Ia berperan penting dalam pengembangan filsafat liberal. Locke secara sepadu memberikan beberapa asas dasar pergerakan liberal di awalmulanya, seperti hak kepemilikan pribadi dan persetujuan dari orang yang diperintah.

Pembangun tradisi filsafat liberalisme ini menggunakan konsep hak alamiah dan kontrak sosial untuk menyatakan bahwa aturan hukum seharusnya menggantikan pemerintahan autokratik, bahwa pengatur menjadi ada di bawah persetujuan yang diatur, dan bahwa individu sebagai pribadi memiliki hak mendasar untuk hidup, bebas, dan berkepemilikan. Dasar dari konsep konsep Kontrak Sosial adalah dakwaan bahwa manusia secara alamiah bersifat bebas dan setara (lihat Two Treatises of Government). Hal ini menjadi dasar pembenaran dalam memahami pengesahan pemerintahan politik sebagai hasil kontrak sosial. Sifat bebas dan setara yangdimiliki manusia sejak awal kehidupannya, memberikannya hak "suara" dalam pendirian suatu pemerintahan. Pemerintahan bertujuan utama untuk melindungihak-hak manusia seperti hak hidup, kebebasan, dan kepemilikan.Sifat bebas dan setara ini begitu penting karena dapat diperluas keranah kehidupan lainnya, seperti budaya, ekonomi, dan agama. Sehingga, untuk memahami kebebasan ini secara singkat adalah bebas dari paksaan kewibawaanapa pun yang menghilangkan sifat kemanusiaan .Setelah John Lock, John Stuart Mill (1806-1873) dikenal juga sebagai seorang pemikir besar liberal yang juga sangat berpengaruh. Laki-laki kelahiran Pentonville ini melanjutkan filsafat utilitarianisme Jeremy Bentham. Hanya saja kekhasan Mill terletak pada konsep asas kemanfaatan (utility) dalam bingkai liberalisme. Gagasannya jelas memiliki kesamaan dalam penekanan tentang kebebasan individu. Hanya saja, kebebasan bukanlah sebuah tujuan akhir, melainkan sebuah sarana. Tujuan kebebasan dan tindakan insan adalah manfaat, baik kualitatif dan kuantitatif. Dan manfaat akan mengantarkan kepadakebahagiaan.Tindakan manusia tidak hanya sesuatu yang tanpa tujuan. Sebab, jikademikian maka tindakan seseorang menjadi tidak bermakna. Manfaat, sebagai tujuan tindakan, dilihat dari hasrat seseorang dan terdapatkriteria objektif yang mendasarkan dirinya pada nilai kemanfaatannya bagi manusia khususnya bagi keseluruhan manusia Penekanan Mill terhadap aspek individualitas dari individu merupakanalasan terpenting keberadaan sebuah lembaga apa pun, termasuk pemerintah.Karena individualitas adalah susunan utama dari kebahagiaan manusia yang harusdijamin pemerintah. Jika tidak, maka pemerintah tersebut harus diganti. Maka,k e b e b a s a n a d a l a h h a k m a n u s i a y a n g m e n d a s a r . D a r i k e b e b a s a n i n i l a h a k a n muncul kreativitas dan kemajuan sosial serta intelektual.Jika ditelaah secara mendasar, para pemikir liberal sejatinya berawaldari trauma terhadap "Tuhan" dan aturan-aturan agama yang pernah mendominasimasyarakat Barat di zaman Pertengahan.

Mereka berpikir, dengan membuangTuhan dalam kebebasan mereka, maka mereka akan merasakan kebahagiaan, yang tak lain adalah kebebasan. Karena itu,tak heran, jika filosof terkenal Perancis, Jean-Paul Sartre (1905-1980) memekikkan slogan yang menolak eksistensi Tuhan. Sebab, ide tentang Tuhan membatasi kebebasan manusia: "even if Godexisted, it will still

necessary to reject him, since the idea of God negatesourfreedom." Asas Pemikiran Liberal Secara umum asas liberalisme ada tiga; a)Asas pertama: Kebebasan Yang dimaksud disini adalah setiap individu bebas dalam perbuatannya dan mandiri dalam tingkah lakunya tanpa diatur dari negara atauselainnya. Mereka hanya dibatasi oleh undang-undang yang mereka buat sendiridan tidak terikat dengan aturan agama. Dengan demikian liberalisme disini adalahsisi lain dari sekulerisme secara pengertian umum yaitu memisahkan agama danmembolehkan lepas dari ketentuannya. Sehingga menurut mereka manusia itu bebas berbuat, berkata, berkeyakinan dan berhukum sesukanya tanpa batasan syariat Allah. Sehingga manusia menjadi tuhan untuk dirinya dan penyembahhawa nafsunya serta bebas dari hukum ilahi dan tidak diperintahkan mengikutiajaran ilahi. b)Asas kedua: Individualisme (Al-Fardiyah) Dalam hal ini ada dua pemahaman dalam Liberalisme: o Individual dalam pengertian ananiyah (keakuan) dan cinta diri sendiri. Pengertian inilah yang menguasai pemikiran eropa sejak masa kebangkitaneropa hingga abad kedua puluh masehi. o Individual dalam pengertian kemerdekaan pribadi. Inilah pemahaman baru dalam agama liberal yang dikenal dengan Pragmatisme. c)Asas ketiga: Mendewakan Akal (Aqlaniyah) Dalam pengertian kemerdekaan akal dalam mengetahui dan mencapai kemaslahatan dan kemanfaatan tanpa butuh kepada kekuatan diluarnya. Hal ini dapat tampak dari hal-hal berikut ini: Kebebasan adalah hak-hak yang dibangun diatas dasar materi bukan perkara diluar dari materi yang dapat disaksikan dan cara mengetahuinya adalah dengan akal, panca indra dan percobaan.

Negara dijauhkan dari semua yang berhubungan dengan keyakinan agama,karena kebebasan menuntut tidak adanya satu yang pasti dan yakin; karenatidak mungkin mencapai hakekat sesuatu kecuali dengan perantara akal dari hasil percobaan yang ada. Sehingga -menurut mereka- manusia sebelum melakukan percobaan tidak mengetahui apa-apa sehingga tidak mampu untuk memastikan sesuatu. Ini dinamakan ideologi toleransi Hakekatnya adalah menghilangkan komitmenagama, karena ia memberikan manusia hak untuk berkeyakinan semaunyadan menampakkannya serta tidak boleh mengkafirkannya walaupun ia seorang mulhid. Negara berkewajiban melindungi rakyatnya dalam hal ini,sebab negara -versi merekaterbentuk untuk menjaga hak-hak asasi setiaporang.

Hal ini menuntut negara terpisah total dari agama dan madzhab pemikiran yang ada. Ini jelas dibuat oleh akal yang hanya beriman kepada perkara kasat mata sehingga menganggap agama itu tidak ilmiyah dantidak dapat dijadikan sumber ilmu. Undang-undang yang mengatur kebebasan ini dari tergelicir dalam kerusakan -versi seluruh kelompok liberal adalah undang-undang buatan manusia yang bersandar kepada akal yang merdeka dan jauh dari syariatAllah. Sumber hokum mereka dalam undang-undang dan individu adalah akal

C. Perkembangan Liberalisme di Eropa Kata liberalisme untuk pertama kali dipakai di Spanyol tahun 1811 sebagai sebutan untuk pengaturan Negara secara Konstitusional sebagai pengaruh Revolusi Perancis zaman Napoleon. Liberalisme baru benar-benar mulai berkembang kira-kira pada abad ke-14, tahap akhir abad pertengahan dan awal zaman Renaissance, dengan munculnya golongan baru yaitu Bourjuis. Selama berabad-abad struktur masyrakat terbagi menjadi tiga golongan: Rohaniawan, Bangsawan, dan Rakyat. Status tercipta karena system kepemilikan tanah sehingga hidup perekonomiannya terpusat pada mereka yang mempunyai tanah yang tinggal di manor ( kastil atau istana bangsawan ). Yang kemudian dikenalmanorial economy. Tetapi ketika kerajinan atau Industri perumahan dan perdagangan mulai berkembang, manorial economy beralih ke Money economy dengan pusat kegiatan ekonomi di kota-kota.

1. A.

Liberalisme di Perancis Liberalisme dalam periode Restorasi di Perancis 1815-1830

Revolusi Perancis telah menghapus kelas pengusa dari struktur masyrakat Perancis. Kelas itu adalah kaum bangsawan dan gerejawan tinggi. Sejak tahun 1792 mereka melarikan diri dari Perancis dan mengungsi ke Negara-negara yang memusuhi Revolusi ( seperti Inggris dan Australia ). Tetapi selama pemerintahan Napoleon ( 1799-1814 ) mereka berangsur-angsur pulang ke Perancis dan setelah sampai di tanah airnya mereka menjadi kelas yang terasing. Menurut perjanjian Cartar 1814, Napoleon dikalahkan dan diasingkan ke pulau Elba, sedangkan wilayah Eropa berstatus Quo seperti sebelum 1792. Carter ini merupakan konstitusi liberal yang dihadiahkan oleh Louis XVIII kepada bangsa Perancis, sehingga Raja dapat mencabutnya kembali. Setelah Napoleon meninggal di pulau St. Helena, Charter dan Louis direhabilitasi kembali pada tahun 1815. Maka Charter ini sering disebut 1815. Revolusi 1789 telah membelah bangsa perancis menjadi dua, yaitu golongan konservatif yang ingin kembali ke situasi sebelum Revolusi dan golongan Revolusioner yang bercita-cita melanjutkan Revolusi karena dianggap Revolusi belum selesai. Golongan Revolusioner ini mempunyai dua sayap yaitu Golongan Radikal dan golongan Borjuis ( golongan doctrinaire). Charter 1814 merupakan kemenangan bagi klas borjuis (upper middle class). Dimana golongan dotrainer(Borjuis) ini mempunyai cita-cita : 1. Pembagian kekuasaan yang tegas Kekuasaan Legislatif adalah kekuasaan membuat undang-undang dan undang-undang harus dimaklumkan sehingga semua warganegara mengetahuinya. Undang-undang yang tidak dimaklumkan tidak harus ditaati. Kekuasaan yudikatif mempunyai hak untuk menilai adil tidaknya suatu undang-undang tertentu. Maka badan ini harus benar-benar independent tidak dibawahkan atau dipengaruhi olek kekuasaan yang lain. 2. Kekuasaan dikontrol oleh rakyat Kekuasaan harus dapat dikontrol oleh rakyat supaya rakyat dapat menjalankan fungsi kontrolnya, maka harus ada kebebasab pers, kebebasan untuk berpikir, berbicara, berserikat. Sensor atas pers tidak dapat dibenarkan, karena keberengusan pers akan melindungi keburukan penguasa. 3. Otonomi badan-badan pemerintah daerah dan lokal Pemerintahdi daerah dan pemerintah lokal harus di beri otonom untuk mengurus kepentingan masing-masing. Kekuasaan pusat harus dibatasi,

kepentingan-kepentingan konkret daerah dan lokal tidak boleh dikalahkan oleh kepentingan pemerintah pusat. 4. Bentuk Federalisme Pemerintah swa-praja setempat diberi otonomi sendiri atas kepentingankepentingannya yang khas, tetapi pemerintah pusat menempatkan fungsionarisfungsionarisnya. Para fungsionaris dari pusat itu ditentukan oleh pemerintah pusat dengan persetujuan pemerintah daerah. 5. Hak untuk mengadakan perlawanan terhadap penindasan. Hak ini hak untuk untuk resistence to oppression. Dengan kegigihan mereka membela Charter 1814 kaum borjuis liberal ini sebenatnya sudah menjadi konservatif ( Reggiero, 1927 : 171). Mereka berusaha mempertahankan status quo dan perolehan mereka selama revolusi.

B.

Masa Setelah Revolusi

Ada sejumlah sebab yang membangkitkan reaksi golongan liberal yaitu 1. Undang-undang pemilihan diperbaharui: milik sebagai syarat bagi hak memilih dilipatkan sehingga semakin sedikit yang dapat memilih wakil di legislative akibatnya memperkokoh kedudukan golongan ultra royalis. 2. Memberikan ganti rugi kepada golongan migr sebanyak satu milyar franz, biaya diambil dengan memotong bunga uang simpanan golongan borjuis dalam bentuk surat-surat obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. 3. Pembredelan semakin ketat terhadap penerbitan golongan liberal. Sekolahsekolah dikembalikan pada yayasan gereja : Ordo Yesuit boleh kembali.

Ciri-ciri monarkhi konstitusional masa Louise Phillipe 1830-1848 : 1. Raja berdaulat atas rahmat Tuhan dan atas kehendak bangsa Prancis . 2. Syarat untu mendapatkan hak pilih diperlunak, jumlah milik/kekayaan diperkecil sehingga jumlah orang yang dapat memilih dan di pilih jumlahnya semakin besar. Jumlah pemilih naik dari 100 ribu menjadi 240 ribu.

3. Badan Legislatif hanya terdiri dar satu kamar, Majelis Bangsawan / Majelis Tinggi di hapuskan dan diganti dengan Senat. 4. Garda Nasional dibentuk ; sensor atas pers di hapus : anggaran biaya untuk keagamaan dihapus ; beberapa ordo kebiaraan dilarang ; pendidikan merupakan monopoli pemerintah.

C. 1)

Liberalisme Klasik Aristokrasi baru

Liberaisme klasik dimulai pada pemerintahan Louis Philipe sampai sebelum perang Prancis-Prusia yaitu 1870-1871. Hubungan sosial yang bersifat feudal diganti dengan hubungan yang bersifat ekonomis. Pada masa Louis Philipe Negara dianggap identik dengan pemerintah. Hal ini terlihat dalam : a) Adanya undang-undang yang membatasi kebebasan pers, supaya tidak mengkritik rezim liberal ini. b) Hak pilih dibatasi denag property qualifications; tertutup kemungkinan untuk memberlakukan hak pilih bagi semua orang. c) Undang-undang dikeluarkan oleh Assemblee National selalu mengarah pada kepentingan usaha kaum borjuis. 2) Revolusi 1848

Pada tahun 1845-1848 situasi social-ekonomi di Prancis amat buruk hal ini disebabkan karena: a)
o o

Secara ekonomi Pertanian paceklik dan gagal panen. Industri terjadi over produksi, kredit macet, PHK yang mengakibatkan pengangguran besar-besaran. Secara Sosial Buruh diradikalisir oleh golongan petite bourgeoiseie yang tidak mendapatkan tempat dalam pemerintahan kaum bourjuis liberal. Kaum buruh bourjuis kecil dan buruh jumlahnya besar tapi mereka tidak dapat memperjuangkan kepentingan mereka. Kaum komunis mulai mempengaruhi kaum buruh sehingga menyebabkan kekhawatiran kaum liberal bourjuis kecil.

b)
o

3)

Pemerintahan Louis Napoleon

Pada masa ini golongan bourjui liberal tetap bertahan meskipun ada oposisi darei borjuis kecil (bersekutu dengan buruh ), golongan sosialis dan komunis. Pada tahun1848 kelompok borjuis liberal menyodorkan konstitusi baru kepada Louis Napoleon yang isinya:
o o o

Prancis menjadi Republik Demokrasi. Badan Legislatif terdiri dari satu kamar. Pemegang kekuasaan Eksekutif adalah Presiden dengan masa jabatan empat tahundan dipilih secara langsung oleh rakyat dalam pemilu.

Namun dalam perkembangnya Louis Napoleon mengalami kesulitan dalam parlemen karena 2/3 angota parlemen terdiri dari golongan royalis borjuis.

D.

Liberalisme Demokrasi

Kaum liberalis Prancis berkeyakinan bahwa demokrasi adalah system pemerintahan yang paling rasional. Hal ini terlihat dalam konstitusi baru 1875 yaitu : a) Hak pilih untuk semua laki-laki dewasa. b) Badan perwakilan dipilih lewat pemilu. c) Senat dan badan perwakilan merupakan badan legislative yang bergabung dalam Asemblee Nationale yang berhak membuat undang-undang.

2. LIBERALISME DI INGGRIS. A. Inggris periode 1815-1830 Golongan konservatif ( Partai Tory) mendominasi pemerintahan pada awal abad-19. Keadaan ekonomi inggris dikuasai oleh kaum bangsawan. Di Inggris terdapat dua jenis bangsawan yaitu;
o

Bangasawan besar; wilayahnya besar secara otomatis menjadi anggota house of lords, menduduki kursi secara turun temurun. Bangsawan kecil; bersama orang bermilik menjadi anggota house of cammons, dipilih lewat pemilu.

Di Inggris tidak terjadi sentralisasi karena letak geografisnya adalah kepulauan. Awal abad ke-19 aristokrasi menguasai parlemen Inggris. Ketika terjadi perang Inggris-Perancis berdampak pada Inggris yaitu: a) b) c) Terjadi depresi ekonomi yang amat parah, dalam wujud jatuhnya hargaharga dan pengangguran. Perekonomian bersandar semata-mata pada pertanyaan Rakyat semakin terhimpit yang menyebabkan timbulnya berbagai kerusuhan. Kaum buruh menganggap mesinlah yang menyebabkan kesengsaraan mereka.

B. Kebangkitan kaum liberal/Whig Revolusi Juli 1830 di Perancis juga berpengaruh di Inggris. The ruling class di Inggris yang berhaluan liberal mulai melancarkan usaha untuk memajukan kepentingan mereka dengan programnya: a) b) C. Menerapkan prinsip-prinsip liberal dalam bidang ekonomi Memenuhi tuntutan buruh untuk mendapatkan jaminan social dan hakhak politis.

Liberalis klasik dan kelompok intelektual Radikal

Perumus teori liberalism Ingris adalah kaum filsuf radikal yaitu: a) b) c) d) Jeremy Bentham (1748-1832) David Ricardo (1772-1823) Thomas Malthus (1766-1834) James Mill (1733-1836); ayah John Stuart Mill (1806-1873)

Pertama faham mereka bersifat rasional yang menghendaki masyarakat di reformasi, diperbaiki berdasarkan suatu konsep yang rasional dengan cara pendidikan bagi seluruh rakyat dan perundangan yang adil serta demokratis. Kebijakan pemerintah selama kaum liberal mendominasi parlemen; 1) Reform Act 1832 Reform Act merupakan tanda kemenangan kaum liberal. Tokoh-tokoh faham free light liberalism ekonomi merupakan intelektual yang radikal antara lain; Malthus (soal kep[endudukan), Ricardo (upah buruh) yang sangat berpengaruh terhadap kebijakan pemerintahan ingris. Menurut faham ini; orang yang bebas dalam masyarakat kontraktual adalah orang yang dilepaskan dari kewajiban-kewajiban dan perlindungan yang berasal dari status pada golongan tertentu. Undang-undang yang dikeluarkan oleh kaum liberal antara lain;
o

Wakil-wakil dibrough yang telah kosong dikurangi dan diserahkan kepada pusat-pusat industry (Mancester dan Birmingham). Hak pilih didasarkan atas kualifikasi.

Motivasi ekonomis tampak jelas bahwa bila perbudakan diteruskan, maka yang diuntungkan adalah para pengusaha. Dengan sistemperbudakan para pengusaha tidak mengeluarkan biaya, karena tenaga kerja murah. 2) Factory Laws 1833

Anak-anak usia 9-13 tahun hanya boleh bekerja 9 jam perhari, dua hari merupakan hari untuk bersekolah. Anak-anak usia 13-18 tahun hanya boleh bekerja 12 jam perhari, malam tidak dibenarkan untuk bekerja. 3) New Poor Laws 1834

Dengan undang-undang ini buruh menjadi barang dagangan. Kaum liberal yakin pasar akan menentukan harga komoditi. Prinsipnya biarkan mereka yang tidak bekerja tidak makan. D. Liberalism Demokrasi dan Welfare

Ketika liberalism klasik banyak mendapat serangan dan kritik, mereka terpecah terlebih mengenai imoperialisme, perdagangan bebas dan soal irlandia utara.liberalisme klasik telah menghasilkan pengusaha raksasa, konglomerat besar, dan ternyata menghancurkan kebebasan individual, hal ini diluar perhitungan kaum liberal. Pengkritik liberalism klasik adalah Thomas Hill Green, melalui karyanya Lectures on the principles of political Obligation, yang menegaskan

bahwa tugas terpenting dari Negara adalah menjadi saran bagi terciptanya common good. Bila commond good tercipta oleh Negara, individual good akan tercipta juga sebagai konsekuensinya. John Stuart Mill memajukan leberalisme demokrasi lewat Considerations on Representative Government. Menurutnya Universal Suffrage harus dijalankan supaya pemerintahan tidak hanya pemerintahan oleh kaum bermilik semata. Menurut Mill, kemiskinan yang dialami oleh para buruh bukan semata karena hokum alam, melainkan kesalahan manusia yang membuat distribusi tidak adil. Karena itu serikat buruh perlu didukung untuk kesejahteraan dan tingkat pendidikan yang lebih baik. John Stuart Mill mengajukan argumen yang lebih mendukung pemerintahan berdasarkan demokrasi liberal. Dia mengemukakan tujuan utama politik ialah mendorong setiap anggota masyarakat untuk bertanggung jawab dan menjadi dewasa. Hal ini hanya dapat terjadi manakalah mereka ikut serta dalam pembuatan keputusan yang menyangkut hidup mereka. Oleh karena itu, walaupun seorang raja yang bijaksana dan baik hati, mungkin dapat membuat putusan yang lebih baik atas nama rakyat dari pada rakyat itu sendiri, bagaimana pun juga demokrasi jauh lebih baik karena dalam demokrasi rakyat membuat sendiri keputusan bagi diri mereka, terlepas dari baik buruknya keputusan tersebut. Ciri-ciri ideologi liberal sebagai berikut :

Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk diri sendiri. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan dicurigai sebagai hal yang cenderung disalahgunakan, dan karena itu, sejauh mungkin dibatasi. Suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian besar individu berbahagia. Kebaikan suatu masyarakat atau rezim diukur dari seberapa tinggi indivivu berhasil mengembangkan kemampuan-kemampuan dan bakat-bakatnya. Ideologi liberalisme ini dianut di Inggris dan koloni-koloninya termasuk Amerika Serikat.

Ciri-ciri ekonomi liberal Semua sumber produksi adalah milik masyarakat individu. Masyarakat diberi kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi. Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan ekonomi. Masyarakat terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan pemilik sumber daya produksi dan masyarakat pekerja (buruh). Timbul persaingan dalam masyarakat, terutama dalam mencari keuntungan. Kegiatan selalu mempertimbangkan keadaan pasar. Pasar merupakan dasar setiap tindakan ekonomi. Biasanya barang-barang produksi yang dihasilkan bermutu tinggi. Keuntungan dari suatu sistem ekonomi liberal, yaitu: Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan ekonomi, karena masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah/komando dari pemerintah. Setiap individu bebas memiliki untuk sumber-sumber daya produksi, yang nantinya akan mendorong partisipasi masyarakat dalam perekonomian. Timbul persaingan semangat untuk maju dari masyarakat. Menghasilkan barang-barang bermutu tinggi, karena adanya persaingan semangat antar masyarakat. Efisiensi dan efektivitas tinggi, karena setiap tindakan ekonomi didasarkan motif mencari keuntungan. Kelemahan sistem ekonomi liberal, adalah: Terjadinya persaingan bebas yang tidak sehat bilamana birokratnya korup. Masyarakat yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Banyak terjadinya monopoli masyarakat. Banyak terjadinya gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi sumber daya oleh individu Pemerataan pendapatan sulit dilakuka karena persaingan bebas tersebut Negara-negara penganut paham liberal di Eropa adalah Albania, Armenia, Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Cyprus, Republik Cekoslovakia, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Islandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Macedonia, Moldova, Netherlands, Norwegia, Polandia, Portugal, Romania, Rusia, Serbia Montenegro, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Switzerland, Ukraina dan Inggris. Negara penganut paham liberal lainnya adalah Andorra, Belarusia, Bosnia-Herzegovina, Kepulauan Faroe, Georgia, Irlandia dan San Marino

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan


Kelemahan liberalisme terletak pada konsepnya yang ternyata diinterpretasikan secara berbeda oleh individu yang berbeda dalam kelompok yang memiliki kekuatan yang berbeda pula. Hal ini akhirnya menyebabkan ketidak adilan dan kemerosotan moral karena tidak ada kekuatan negara untuk mencegah ketidakadilan. Liberalisme menjadi tidak humanis, dari yang awalnya bertujuan untuk membawa kemajuan bagi masyarakat, tapi ternyata kemajuan itu berlangsung secara tidak seimbang dan ini menyebabkan kemerosotan moral dan eksploitasikelas bawah oleh kelas yang berkuasa. Individu dianggap perlu untuk mengembangkan potensi semaksimal mungkin sehingga paham individualisme dianggap sebagai hal yang terpenting karena akan menjamin kemerdekaan individu untuk melakukan pengembangan potensi dalam rangka menghadapi proses seleksi. Tapi ternyata proses seleksi berlangsung tidak seimbang karena tidak setiap individu memiliki akses untuk dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Akses ini masih hanya diniliki oleh sebagian kecil golongan yang berkuasa dalam masyarakat. Proses seleksi ini pada akhirnya berubah menjadi ketidakadilan saat negara tidak memiliki kekuatan apapun untuk mengintervensi jika terjadi hal-hal yang merugikan salah satu atau beberapa pihak yang ikut serta dalam proses seleksi tersebut. Ketidakadilan ini akhirnya menjadi sumber masalah dalam masyarakat yang ditimbulkan oleh kelemahan konsep liberalisme klasik. Faham liberalism mempunya banyak kelebihan dan kekurangan, karena faham ini mengutamakan kebebasan individu dan membuat perubahan dalam system politik di seluruh dunia. Maka faham ini banyak di anut oleh Negara Negara maju yang ada di Eropa.

DAFTAR PUSTAKA

Surbakti, Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo Husaini, Adian, dan Hidayat, Nuim. 2002 . Islam Liberal. Jakarta: Gema Insani Press http://sosbud.kompasiana.com/2011/05/06/menimbang-liberalisme-dalam-tradisitaqlid/ http://www.itsfetriyannorrahman.co.cc/2010/07/pengertian-liberalisme.html http://zaaqys.blogspot.com/2011/06/makalah-liberalisme.html http://andreaslantik.wordpress.com/2012/01/05/makalah-perkembanganliberalisme-dan-kapitalisme-eropa/ http://id.scribd.com/doc/56191128/3/Pengertian-Liberal-dan-Liberalisme http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=44:liberalis me&catid=2:hamid-fahmy-zarkasyi http://ebookbrowse.com/makalah-liberalisme-di-perguruan-tinggi-pdfd355371704 http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/liberalisme-definisi-pengertianpaham.html http://artikel.sabda.org/node/714 http://www.ekonomikabisnis.com/arsip/makalah-liberalisme-dan-sosialisme.html

You might also like