You are on page 1of 7

DEPRESIASI Depresiasi atau penyusutan dalam akuntansi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu

aset selama umur manfaatnya.[1]. Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan. Depresiasi atau penyusutan dalam akuntansi adalah penyebaran biaya asal suatu aktiva tetap (bangunan, alat, komputer) selama umur perkiraannya. Penerapan depresiasi akan mempengaruhi laporan keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan. Seluruh aktiva usaha, kecuali tanah, mengalami depresiasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi adalah fisik dan fungsional. Depresiasi fisik muncul dari penggunaan aktiva usaha yang sebenarnya. Depresiasi fungsional berhubungan dengan faktor-faktor keusangan seperti kemajuan teknologi dan kebutuhan yang kurang akan suatu produk. Tujuan mencatat depresiasi adalah untuk menunjukkan penurunan kegunaan dari suatu aktiva, bukan penurunan dari nilai pasarnya. Depresiasi hanya mengurangi nilai perkiraan aktiva usaha, dia tidak mengurangi perkiraan kas atau mempengaruhi aliran kas. Metode yang paling mudah dan paling sering digunakan untuk menghitung penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus (straight-line depreciation). Tapi selain itu, ada pula metode penghitungan lain yang bisa juga digunakan, seperti metode penyusutan dipercepat, penyusutan jumlah angka tahun, dan saldo menurun ganda. Penyusutan adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya pada setiap periode akuntansi. Dari definisi diatas, jelas menunjukkan bahwa penyusutan bukanlah merupakan suatu proses penilaian aktiva atau prosedur pengumpulan dana untuk mengganti aktiva. melainkan merupakan suatu metode untuk mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap ke periode-periode akuntansi berikutnva. Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan. Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut: 1. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan. 2. Harus mempunyai umur manfaat tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari setahun. 3. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/ kehancuran, usang, atau mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya. 4. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi. Penyusutan yang biasa diistilahkan sebagai Depresiasi digunakan untuk menunjukkan alokasi harga perolehan aktiva tetap berwujud yang dapat diganti, seperti mesin. peralatan-peralatan dan lain-lain. Penyusutan merupakan pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud.

Walaupun terdapat beragam istilah untuk proses alokasi harsa perolehan aktiva tetap. konsep-konsep dan prinsip-prinsipnya semua sama yaitu untuk mempertemukan secara layak antara pendapatan dan biaya-biayanya. Tuiuan utama dari akuntansi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan sedangkan kegunaann lainnva adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannva Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita menjumpai istilah-istilah yang berhubungan dengan keuangan, baik melalui berita, komunikasi sehari-hari ataupun melalui farum-forum diskusi. Istilahistilah tersebut seperti deflasi, defresiasi, apresiasi, inflasi terbuka, sanering, revaluasi, inflasi dan masih banyak lagi. Istilah - istilah yang berhubungan dengan keuangan : 1. DEFLASI, daya beli uang yang mengalami peningkatan, karena jumlah uang yang beredar relatif lebih sedikit dari jumlah barang dan jasa yang tersedia. Tujuan dari devaluasi adalah untuk meningkatkan ekspor barang, neraca pembayaran menjadi surplus. 2. DEFRESIASI, penurunan nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang. 3. APRESIASI, kenaikan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang. 4. INFLASI TERBUKA, keadaan dimana harga-harga bergerak tak terkendali, serta terdapat kelebihan permintaan terhadap barang. 5. SANERING, pemotongan nilai mata uang yang dilakukan oleh pemerintah. 6. REVALUASI, kebijakan pemerintah untuk menaikan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing. 7. DEVALUASI, kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing dengan sengaja. Deflasi dapat di atasi dengan cara pemerintah menambah pembelanjaan, masyarakat menambah pengeluaran. 8. INFLASI, diartikan sebagai kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara terus-menerus akibat tidak seimbangnya arus barang dan arus uang. 9. KEBIJAKAN MONETER, segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. 10. KEBIJAKAN FISKAL, kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan pajak, pengaturan pemasukan dan pengeluaran pemerintah dan kebijakan pinjaman pemerintah. 11. KEBIJAKAN NON MONETER, kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan peningkatan produksi, kebijakan upah buruh dan pengawasan harga. Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi: - Nyata (tangible): dapat dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti personal (personal property) seperti mesin-mesin, kendaraan, peralatan, furnitur dan item-item yang sejenis; dan properti riil (real property) seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau tumbuh atau berdiri di atas tanah tersebut. -Tidak nyata (intangible). Properti personal seperti hak cipta, paten atau franchise.

Depresiasi merupakan komponen penting dalam analisis ekonomi teknik, karena: 1. Dapat dipergunakan untuk mengetahui nilai suatu asset sesuai dengan waktu. 2. Dapat dipergunakan untuk mengalokasikan depresiasi (accounting depreciation) nilai asset tersebut. Pengalokasian tersebut dipergunakan untuk menjamin bahwa asset yang telah diinvestasikan dapat diperoleh kembali setelah masa layannya selesai. 3. Dengan depresiasi dapat dipergunakan untuk pengurangan pengenaan pajak dengan jalan bahwa asset yang diinvestasikan diperhitungkan sebagai biaya produksi, sehingga hal ini berkaitan dengan pajak. ISTILAH DALAM DEPRESIASI Beberapa istilah yang sering dipergunakan didalam depresiasi, adalah: 1. Depresiasi adalah penurunan nilai dari suatu asset. Jumlah depresiasi Dt selalu dihitung tahunan. 2. Biaya Awal(First Cost atau Unadjusted Basis) adalah biaya pemasangan dari asset termasuk biaya pembelian, pengiriman dan fee pemasangan, dan biaya langsung lainnya yang dapat dideprisiasikan termasuk persiapan asset untuk digunakan. Istilah unadjusted basis atau simple basis, serta simbul B dipergunakan ketika asset masih dalam keadaan baru. 3. Nilai Buku(Book Value) menggambarkan sisa, investasi yang belum terdepresiasi pada buku setelah dikurangi jumlah total biaya depresiasi pada waktu itu. Nilai buku BVt selalu ditentukan pada akhir tahun. 4. Periode Pengembalian(Recovery Period) umur depresiasi, n, dari asset dalam tahun untuk tujuan depresiasi. 5. Nilai Pasar(Market Value) Perkiraan nilai asset yang realistis jika asset tersebut dijual pada pasar bebas. 6. Tingkat Depresiasi (Depreciation Rate atau Recovery Rate) adalah fraksi dari biaya awal yang diambil dengan depresiasi setiap tahun. Tingkat ini adalah dt, mungkin sama setiap tahun yang sering disebut dengan straight-line rate atau berbeda setiap tahun pada periode pengembaliannya. 7. Nilai Sisa (Salvage Value) Perkiraan nilai jual atau nilai pasar pada akhir masa pakai dari asset tersebut. Nilai sisa SV. METODE PERHITUNGAN DEPRESIASI Metode penghitungan depresiasi ada 4 : 1. Metode Garis Lurus 2. Metode Unit Produksi 3. Metode Saldo Menurun Ganda 4. Metode Jumlah Angka Tahun

METODE GARIS LURUS Dalam metode garis lurus maka nilai terdepresi / nilai yang didepresiasikan dari sebuah aktiva dibagi rata sepanjang taksiran umur manfaat aktiva tersebut. Depresiasi=( Nilai Aktiva Residu ) / Taksiran Umur Manfaat METODE UNIT PRODUKSI Dalam metode ini nilai depresiasi tergantung kepada banyaknya produksi yang sudah dihasilkan oleh aktiva tersebut ( biasanya berupa mesin produksi ). Semakin banyak produksi yang dihasilkan oleh mesin tersebut maka akan semakin banyak pula depresiasinya. Depresiasi =( Produksi yang dihasilkan / Taksiran Kemampuan Berproduksi ) x Nilai Terdepresi METODE SALDO MENURUN GANDA Metode ini tidak memperhitungkan adanya nilai sisa / residu. Depresiasi tiap periode menggunakan prosentasi yang sama akan tetapi menghasilkan nilai yang berbeda karena nilai depresiasi pertama mengurangi nilai aktiva pada periode kedua dan seterusnya. Artinya nilai aktiva setiap periode selalu berbeda karena nilai aktiva menurun. Prosentasi Depresiasi =( 100% / taksiran umur manfaat )x2 Depresiasi Periode 1= Prosentase Depresiasi xNilai Aktiva Periode 1 DEpresiasi Periode 2 =Prosentase Depresiasi x Nilai Aktiva Periode2. Dimana nilai aktiva periode 2 adalah nilai aktiva awal dikurangi nilai depresiasi periode 1. METODE JUMLAH ANGKA TAHUN Dalam metode ini depresiasi pada periode pertama jumlahnya paling besar dan dan pada periode terakhir depresiasinya paling kecil. Jadi depresiasi setiap periode berkurang sesuai dengan jumlah angka tahun taksiran umur manfaatnya. Jika taksiran umur manfaat n tahun maka cara menghitungnya adalah S = n(n+1)/2 Depresiasi tahun 1 =( n / S ) x Nilai Terdepresi Depresiasi tahun 2=( ( n-1 )/ S ) x Nilai Terdepresi Depresiasi tahun 3=( ( n-2 ) / S ) x Nilai Terdepresi Seterusnya sampai habis taksiran umur manfaatnya.

Depresiasi / penyusutan
Depresiasi atau penyusutan adalah penurunan nilai dari suatu aset fisik seperti mesin, kendaraan maupun bangunan karena waktu dan pemakaian. Depresiasi dalam akuntansi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan keuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Biaya Penyusutan 1. Harga Perolehan (Acquisition Cost) Harga perolehan adalah semua biaya yang dikeluarkan selama 1 kali untuk membeli suatu peralatan. 2. Nilai Residu (Salvage Value) Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut dijual pada saat penarikan/penghentian aktiva. Ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya. 3. Umur Ekonomis Aktiva (Economical Life Time) Terdapat 2 jenis umur di dalam aktiva tetap, yaitu: a. Umur fisik: umur yang dikaitkan dengan kondisi fisik suatu aktiva. b. Umur fungsional (umur ekonomis): umur yang dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut dalam penggunaannya. 4. Pola Penggunaan Aktiva Pola penggunaan aktiva berpengaruh terhadap tingkat keausan aktiva, yang mana untuk mengakomodasi situasi ini biasanya dipergunakan metode penyusutan yang paling sesuai. Metode-Metode Penghitungan Depresiasi 1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) Dalam metode garis lurus ini maka nilai terdepresi/nilai yang didepresikan dari sebuah aktiva dibagi rata sepanjang taksiran umur manfaat aktiva tersebut. Depresiasi = ( Nilai Aktiva - Residu ) / Taksiran Umur Manfaat Contoh: Sebuah truck trailer dibeli PT. makmur abadi ekspedisi. dengan harga perolehan sebesar Rp 100.000.000,- Diperkirakan mempunyai umur ekonomis selama 10 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 10.000.000,- Maka penyusutan pertahunnya adalah: Depresiasi = ( Rp 100.000.000 - Rp 10.000.000 ) / 10= Rp 90.000.000,2. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method) Metode ini tidak memperhitungkan adanya nilai sisa/residu. Depresiasi tiap periode menggunakan prosentasi yang sama akan tetapi menghasilkan nilai yang berbeda karena nilai depresiasi pertama mengurangi nilai aktiva pada periode kedua dan seterusnya. Artinya nilai aktiva setiap periode selalu berbeda karena nilai aktiva menurun. Prosentasi Depresiasi = ( 100% / Taksiran Umur Manfaat ) * 2

Depresiasi Periode1 = Prosentasi Depresiasi * Nilai Aktiva Periode1 Depresiasi Periode2 = Prosentasi Depresiasi * Nilai Aktiva Periode2 Dimana nilai aktiva periode2 adalah nilai aktiva awal dikurangi nilai depresiasi periode1, dan seterusnya sampai selesai taksiran umur manfaat. Contoh: Harga perolehan Rp 60.000.000,- dengan taksiran nilai residu Rp 3.000.000,- Dasar penyusutan adalah Rp 12.000.000,- dengan umur pemakaian ekonomis 6 tahun. Prosentasi Depresi = ( 100% / 6 ) * 2 = 40% Depresiasi Periode1 = Rp 60.000.0000 * 40% = Rp 15.000.000,Depresiasi Periode2 = ( Rp 60.000.000 Rp 15.000.000 ) * 40% = Rp 45.000.000,3. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Years Digit Method) Metode ini adalah salah satu metode penyusutan yang dipercepat. Tarif penyusutan ditentukan dalam bentuk pecahan yang dihitung dengan cara: Apabila umur aktiva = 5 tahun maka penyebut angka pecahannya adalah jumlah angka tahun yaitu Angka pembilang pada tahun pertama s/d kelima masing-masing adalah 1,2,3,4, dan 5. Tarif penyusutan tahun pertama adalah 5/15, 4/15, 3/15, 2/15 dan 1/15 Contoh: Harga perolehan Rp 20.000.000,- dengan taksiran nilai residu Rp 1.000.000,- Dasar penyusutan adalah Rp 19.000.000,- dengan umur pemakaian ekonomis 5 tahun. Tahun Tarif Dasar Penyusutan Penyusutan 1 5/15 Rp 20.000.000,Rp 5.000.000,2 4/15 Rp 20.000.000,Rp 4.000.000,3 3/15 Rp 20.000.000,Rp 3.000.000,4 2/15 Rp 20.000.000,Rp 2.000.000,5 1/15 Rp 20.000.000,Rp 1.000.000,4. Metode Jam Jasa (Service Hours Method) Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva akan lebih cepat rusak jika digunakan full time. Dalam cara ini beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Penyusutan per jam = ( Harga Perolehan - Nilai Residu ) / Taksiran Jam Jasa Penyusutan per tahun = Penyusutan per jam * Jam Penggunaan Contoh: Sebuah motor dibeli dengan harga Rp20.000.000,- Diperkirakan akan memberikan jasa 10.000 jam jasa. Dan akan digunakan selama 500 jam penggunaan. Maka penyusutannya, Penyusutan per jam = Rp 20.000.000 / 10.000 = Rp 2.000,Penyusutan per tahun = Rp 2.000 * 500 = Rp 1.000.000,5. Metode Jumlah Unit Produksi (Productive Output Method) Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi.

Penyusutan per Unit = ( Harga perolehan - Nilai Residu ) / Taksiran Jumlah Produksi Penyusutan per Tahun = Jumlah Produksi Setahun * Penyusutan per Unit Contoh: Sebuah mesin cetak kertas mempunyai harga perolehan Rp 100.000.000,- diperkirakan mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai residu Rp 20.000.000,- serta dapat diperkirakan dapat menghasilkan unit produksi selama 5 tahun sebagai berikut: Tahun ke-1 = 2500 cetak Tahun ke-2 = 5000 cetak Tahun ke-3 = 7500 cetak Tahun ke-4 = 10.000 cetak Tahun ke-5 = 15.000 cetak Maka besar penyusutannya adalah: Penyusutan per cetak = ( Rp 100.000.000 - Rp 20.000.000 ) /40.000 = Rp 2.000 Penyusutan per Tahun = Tahun cetak. Produksi Tarif 1 2.500 Rp 2.000 2 5000 Rp 2.000 3 75000 Rp 2.000 4 10.000 Rp 2.000 5 15.000 Rp 2.000 Penyusutan Rp 4.000.000,Rp 3.500.000,Rp 3.000.000,Rp 2.500.000,Rp 2.000.000,-

You might also like