You are on page 1of 18

ISSN 0215 - 8250

76

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH STATISTIKA MATEMATIK I TAHUN 2006/2007 oleh I Gusti Putu Sudiarta Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitan tindakan bertujuan meningkatkan (1) pemahaman konsep dan (2) hasil belajar mahasiswa pada perkuliahan Statistika Matematik I Tahun 2006/2007 melalui penerapan strategi pembelajaran berorientasi pemecahan masalah dengan pendekatan metakognitif. Lemahnya pemahaman konsep dan prestasi belajar mahasiswa untuk mata kuliah ini pada tahun-tahun sebelumnya menjadi latar belakang utama penelitian ini. Penerapan strategi pembelajaran berorientasi pemecahan masalah dengan pendekatan metakognitif diharapkan dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, terutama yang menuntut kemampuan tingkat tinggi, yaitu kemampuan berfikir divergen dan kritis. Jumlah subjek penelitian adalah sebanyak 39 orang yang dalam pembelajaran dan asesmen serta evaluasinya dilakukan dengan membentuk kelompok kooperatif yang masing-masing terdiri dari 4-5 orang. Data diambil dengan menggunakan lembar rubrik penskoran kinerja untuk mengukur tingkat pemahaman konsep dalam memecahkan masalah Matematika dan dengan tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar mahasiswa. Penelitian dilaksanakan sebanyak 3 siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 4 kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran berorientasi pemecahan masalah dengan pendekatan metakognitif pada perkuliahan Statistika Matematik I tahun 2006/2007 dapat meningkatkan pemahaman konsep dan meningkatkan hasil belajar Matematika mahasiswa.
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

77

Peningkatan pemahaman konsep Matematika terjadi secara signifikan, yaitu dari skor rerata 1, 91 (pemahaman parsial) pada siklus I, menjadi 3,18 (pemahaman dasar) pada siklus II, dan menjadi 3,58 (pemahaman lengkap) pada akhir siklus III. Di samping itu, peningkatan hasil belajar Matematika berhasil mencapai rerata 6,76 (C) pada siklus I, menjadi 7,76 (B) pada siklus II, dan menjadi 8,25 (B) pada siklus III. Kata kunci : strategi pembelajaran, pemecahan masalah Matematika, pendekatan metakognitif, berpikir tingkat tinggi, berpikir divergen dan kritis ABSTRACT The objectives of this classroom action research were to improve (1) the mathematical conceptual understanding and (2) the learning outcomes of mathematics students in the Mathematical Statistics I on the year of 2006/2007. This research was designed to implement the teaching and learning strategy which is oriented on the mathematical problem solving and metacognitive approach. This is to give the students more opportunity for doing mathematics meaningfully and solving mathematical problem in various ways. It is believed that this learning strategy can enhance the students mathematical creativity, especially can improve their high order thinking, namely competence of divergent and critical thinking. The subject of the research was 39 students and grouped into some cooperative learning groups consist of 4-5 students respectively. The data for the mathematical conceptual understanding were gathered using scoring rubrics, while using achievement test for the students learning outcomes. The results showed that the implementation of the teaching and learning strategy which is oriented on the mathematical problem solving and metacognitive approach has improved significantly the students mathematical conceptual understanding as well as their learning outcomes. The improvements of students conceptual understanding are indicated by the average score of 1.91 (partial understanding) for the first cycle, 3.18 (basic understanding) for the second cycle and 3.58 (comprehensives understanding) for the third cycle of the action research. While the students learning outcomes increased significantly from 6.76 (C) in the
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

78

first cycle to 7.76 (B) in the second cycle and finally to 8.25 (B) in the third cycle of action research. Key words : teaching and learning strategy, mathematical problem solving, meta cognitive approach, higher order thinking, divergent thinking, critical thinking

1. Pendahuluan Mengembangkan kompetensi matematis tingkat tinggi yang meliputi berpikir kritis, kreatif dan produktif di kalangan pebelajar merupakan hal yang sangat penting dalam era persaingan global ini, karena tingkat kompleksitas permasalahan dalam segala aspek kehidupan modern ini semakin tinggi. Kompetensi tingkat tinggi (high order competencies) ini dapat dipandang sebagai kelanjutan dari kompetensi dasar. Kompetensi dasar dalam pembelajaran Matematika biasanya dibangun melalui aktivitas yang bersifat konvergen dan cenderung terbatas pada strategi kognitif secara parsial. Strategi kognitif ini sering hanya berorientasi pada pencapaian tujuan tertentu, tanpa refleksi, kontrol dan regulasi diri yang memadai (self reflection, self control, self-regulated) terhadap proses dan aktivitas kognitif tersebut. Aktivitas kognitif ini umumnya cenderung berupa latihan-latihan Matematika yang bersifat algoritmik, mekanistik, dan rutin. Namun kompetensi tingkat tinggi, seperti berpikir kritis, divergen dan kreatif menuntut strategi metakognitif, yaitu strategi yang melibatkan proses refleksi, kontrol, dan regulasi diri terhadap semua aktivitas kognitif yang digunakan untuk mencapai tujuan. Penerapan strategi metakognitif dalam pemecaham masalah Matematika tidak semata-mata bertujuan untuk mencari jawaban yang benar, tetapi bertujuan bagaimana self-awareness, self-control, self-assesment, dan self-regulated terhadap
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

79

seluruh proses kognitif yang digunakan untuk mengkonstruksi segala kemungkinan pemecahannya yang reasonable dan viabel. Strategi metakognitif diyakini membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna, dan pemahaman siswa menjadi lebih mendalam, dan lebih luas penerapannya. Dalam kenyataannya pembelajaran Matematika di Indonesia, bahkan di banyak negara masih didominasi oleh aktivitas latihan-latihan untuk pencapaian mathematical basics skills semata yang terbatas pada penggunaan strategi kognitif. Sudiarta (2006) menemukan bahwa siswa sering berhasil memecahkan masalah Matematika tertentu, tetapi gagal jika konteks masalah Matematika tersebut sedikit diubah. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa berpikir tingkat metakognitif. Hasil penelitan lainnya juga menunjukkan hal yang sama, yaitu adanya defisit dalam penerapan strategi metakognitf dalam pembelajaran Matematika (Baker, L., & Brown, A. L.,1984; Corno, L, 1986;1989). Hal ini berakibat pada rendahnya prestasi dan minat belajar Matematika siswa. Tak sulit menemukan data statistik tentang rendahnya prestasi belajar Matematika siswa. Walaupun strategi pembelajaran kognitif sangat penting, tetapi dalam era persaingan bebas ini pembelajaran Matematika yang berorientasi pada pengembangan kompetensi dasar (basic skills) yang hanya melalui strategi kognitif, tidaklah memadai. Dengan demikian pembelajaran Matematika, kini dan di masa datang tidaklah boleh berhenti hanya pada pencapaian basic skills (melaui penerapan strategi kognitif), tetapi sebaliknya harus dirancang untuk mencapai kompetensi matematis tingkat tinggi, misalnnya melalui penerapan strategi metakognitif. Secara umum penelitan ini merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki kualitas perkuliahan, terutama melakukan inovasi pembelajaran untuk peningkatan pemahan konsep dan hasil belajar mahasiswa. Hasil pengamatan dan refleksi terhadap pengalaman peneliti
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

80

dalam mengasuh matakuliah Statistika Matematika I menunjukkan bahwa pemahaman konsep dan hasil belajar mahasiswa masih perlu ditingkatkan. Hal ini ditunjukkan oleh misalnya (1) prosentase ketidaklulusan mahasiswa pada matakuliah ini masih cukup tinggi. Hal ini didukung oleh data 3 tahun terakhir yang menyatakan bahwa cukup banyak mahasiswa yang tidak lulus (rerata 15-20%) dan harus mengulang pada tahun berikutnya, dan (2) tingkat pemahaman konsep mahasiswa terhadap materi kuliah ini masih rendah dan cenderung baru sebatas ingatan fakta-fakta dan algoritmaalgoritma. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya kemampuan memecahkan masalah-masalah Matematika non-rutin, lemahnya kemampuan untuk mengkomunikasikan ide-ide, konsep, dan pemilihan strategi pemecahan masalah secara tepat. Di samping kedua masalah di atas, refleksi secara objektif terhadap proses pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar mahasiswa selama ini menunjukkan bahwa proses perkulihan selama ini (1) belum memberikan penekanan terhadap pengembangan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah (problem posing and problem solving), (2) cenderung hanya berorientasi pada strategi kognitif untuk pencapaian tujuan pembelajaran, dan (3) belum berorientasi pada pengembangan kreativitas dan produktivitas berpikir (creative and productive thinking) untuk pencapaian pemahaman yang tinggi (depth understanding). Walaupun metode perkuliahan selama ini telah memberi peran tinggi pada keaktivan mahasiswa, misalnya melalui pembentukan kelompok belajar (cooperative learning), untuk mempresentasikan sub-sub pokok bahasan secara mandiri dan bergiliran, namun ternyata dampaknya terhadap kemampuan problem solving dan kemampuan penalaran (mathematical reasoning),serta kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication) mahasiswa belum terlihat. Hal ini tentu berpengaruh yang
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

81

kurang baik pula terhadap pencapaian tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan, yang akhirnya berpengaruh juga pada rendahnya hasil belajar masiswa dan cukup tingginya angka ketidaklulusan pada matakuliah ini. Berdasarkan uraian diagnosa akar permasalahan tadi, dapat dilakukan langkah perbaikan proses perkuliahan melalui penerapan strategi pembelajaran yang berorientasi pemecahan masalah Matematika dengan pendekatan metakognitif untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar mahasiswa pada Matakuliah Statistika Matematik I Semester Ganjil Tahun 2006/2007. Beberapa argumentasi mengapa pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas perkuliahan Statistik Matematika I adalah (1) pembelajaran berorientasi pemecahan masalah menyediakan konteks untuk investigasi (Lynch et al., 2001; Land, 2000; Foong, 2000; Sudiarta, 2001; 2003b), yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis dan produktif. Pendekatan ini dapat mendorong siswa untuk belajar mencari alasan terhadap solusi yang benar (learn to reason to correct solutions) dan lebih mendorong siswa untuk membangun, mengkontruksi dan mempertahankan solusi-solusi yang argumentatif dan benar (learn to construct and defend reasonable solutions), dan (2) kegiatan-kegiatan metakognitif sangat berpotensi untuk menghasil pebelajar yang memiliki kompetensi berfikir tingkat tinggi (higher order thinking), karena strategi meta kognitif memberikan ruang seluas-luasnya bagi pebelajar untuk merefleksi dan mengontrol seluruh proses kognitif yang terjadi. Hal ini menyebakan pebelajar memiliki kebermaknaan yang dalam terhadap apa yang dipelajari. Kegiatan metakognitif dapat merangsang intelegensi, sehingga memegang peranan penting terhadap kesuksesan siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa Metacognition is the
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

82

ability to control one's cognitive processes (self-regulation) has been linked to intelligence (Borkowski et al., 1987; Brown, 1987; Sternberg, 1984, 1986a, 1986b). Berdasarkan uraian di depan dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut. (1) Apakah penerapan strategi pembelajaran berorientasi pemecahan masalah dengan pendekatan metakognitif dapat meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa terhadap materi perkuliahan Statistika Matematik I semester ganjil 2006/2007 ?, (2) Apakah penerapan strategi pembelajaran berorientasi pemecahan masalah dengan pendekatan metakognitif dapat meningkatkan hasil belajar Matematika mahasiswa pada mata kuliah Statistika Matematik I semester ganjil 2006/2007 ? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) peningkatan pemahaman konsep Matematika, dan (2) peningkatan hasil belajar mahasiswa pada perkuliahan Statistika Matematika I pada semester ganjil 2006/2007. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa yaitu untuk meningkatkan pemahaman konsep mereka terhadap materi perkuliahan dan hasil belajar Matematika mereka khususnya, dan umumnya untuk meningkatkan kompetensi pemecahan masalah dan berpikir tingkat tinggi melalui strategi metakognitif. Manfaat bagi dosen terutama berupa kesempatan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan menggali pengalaman, serta mengembangkan inovasi model-model pembelajaran Matematika. 2. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tindakan berupa penerapan strategi pembelajaran berorientasi pemecahan masalah dengan pendekatan metakognitif. Subjek penelitiannya adalah sebanyak 39
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

83

orang yaitu mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Undiksha yang memrogramkan matakuliah Stattistika Matematika I tahun 2006 / 2007. Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti model penelitian tindakan pendidikan (educational action research) menurut Kemmis dan Taggart (1986) yang memandang bahwa penlitian tindakan sebagai upaya yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan secara spiral melalui tahapan perencanaan (plan), tahapan tindakan (act), tahapan observasi dan (observe) dan tahapan refleksi (reflect) diteruskan dengan perencanaan ulang (revised plan) sebagai basis pemecahan masalah (Kemmis & Taggart, 1986). Penelitian ini dilakukan tiga siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan secara siklis yaitu perencanaan-tindakan-observasirefleksi. Masing-masing siklus pelaksanaan penelitian terdiri dari 4 kali pertemuan tatap muka (3 pertemuan pembelajaran dan 1 pertemuan asesmen, evaluasi dan refleksi) dengan masing-masing tatap muka terdiri dari 3 jam kuliah (150 menit). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain (1) Lembaran Observasi untuk mendokumentasikan proses pembelajaran. Data ini semata-mata akan digunakan dalam melakukan refleksi kecil pada setiap akhir tindakan, yang antara lain berisi tentang kelemahan-kelemahan atau pun keunggulan-keunggulan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Kajian balik ini dimaksudkan untuk mengontrol kualitas proses pembelajaran secara kontinu. Hal ini sangat diperlukan, dengan asumsi bahwa dengan terkontrolnya proses kegiatan pembelajaran dengan baik dan kontinu, maka faktor-faktor pengganggu (noise facktor) pada kegiatan unjuk kerja mahasiswa dalam pemecahan masalah-masalah Matematika dapat dikendalikan, (2) Lembaran Rubrik Penskoran Kinerja mahasiswa yang memuat butir-butir aspek kompetensi ranah pemahaman konsep Matematika yang dinilai, dan (3) Tes Hasil Belajar berupa tes Sumatif (setara Tes Akhir Semester). Data-data yang
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

84

diperlukan dalam penelitan ini ada 2 jenis, yaitu (1) Data berupa skor tingkat pemahaman mahasiswa terhadap konsep-konsep Matematika, dikumpulkan dengan menggunakan lembaran Rubrik Penskoran Kinerja mahasiswa, dan (2) Data berupa skor hasil belajar mahasiswa akan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar berupa tes sumatif. Skor tentang tingkat pemahaman konsep mahasiswa meliputi skorskor terhadap butir aspek-aspek pemahaman konsep dinilai dengan skala 5 (0 sampai 4) dengan kriteria sebagai berikut. Tabel 01 : Skor Pemahaman Konsep Skor 3,5 < x 4 2 < x 3,5 1,5 < x 2 1 < x 1,5 0 x 1 Kategori Pemahaman Pemahaman Lengkap Pemahaman dasar Pemahaman parsial Pemahaman coba-coba Tidak ada Pemahaman

Selanjutnya skor untuk masing masing aspek ini akan dijumlahkan, kemudian dicari reratanya dan dipakai sebagai skor tingkat pemahaman mahasiswa (yang dimaksud di sini adalah skor tingkat pemahaman secara kelompok). Dengan demikian akan didapat skor tingkat pemahaman mahasiswa untuk setiap kali tindakan. Untuk melihat seberapa jauh adanya peningkatan pemahaman mahasiswa, maka skor tingkat pemahaman kelompok ini akan dianalis secara deskriptif dengan melihat rentangan peningkatan pemahaman kelompok mahasiswa, yaitu selisih antara skor pemahaman pada tindakan ke -2 dengan skor pada tindakan ke-1, skor pada tindakan ke -3 dengan skor pada tindakan ke- 2, dan seterusnya. Untuk dapat melihat dengan lebih jelas trend perkembangan tingkat pemahaman kelompok mahasiswa ini, skor-skor tersebut juga disajikan secara analisis dan grafis rentangan waktu.
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

85

Sedangkan untuk skor tingkat pemahaman kelas dihitung dengan menjumlahkan skor-skor kelompok tadi, kemudian dicari reratanya. Analisis skor tingkat pemahaman kelas ini juga dilakukan dengan hal yang sama. Skor hasil belajar mahasiswa dianalisis dengan menghitung rerata kelas dari tes sumatif yang dilaksanakan. Untuk melihat seberapa jauh adanya peningkatan hasil belajar mahasiswa, skor rerata ini dibandingkan dan dianalisis secara rentang waktu. Kriteria keberhasilan masing-masing siklus adalah (1) jika rerata tingkat pemahaman kelas pada masing-masing siklus mencapai skor lebih dari 2 atau memiliki kategori "kompetensi dasar", dan (2) jika skor rerata tes hasil belajar kelas minimal 6,5 pada skala 11. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian Ada dua jenis data hasil penelitian yang dihasilkan dalam penelitian ini, yaitu data skor tingkat pemahaman konsep mahasiswa dan data skor hasil belajar mahasiswa. 3.1.1 Skor Tingkat Pemahaman Mahasiswa Skor ini didapatkan dengan mengisi rubrik penskoran kinerja. Pengukuran dengan rubrik penskoran kinerja ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa dalam unjuk kinerja memecahkan masalah Matematika yang diberikan dalam LKM, dan dilakukan secara berkelompok oleh mahasiswa dalam waktu 80 menit kegiatan unjuk kerja. Jumlah mahasiswa yang menjadi subjek penelitian adalah sebanyak 39 orang, dibagi menjadi 8 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4-5 orang. Pengukuran skor ini dilakukan untuk setiap akhir
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

86

siklus (yaitu dalam kegiatan asesmen dan evaluasi). Karena penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan pembelajaran dan 1 pertemuan asesmen, evaluasi,dan refleksi maka didapatkan 3 buah skor tingkat pemahaman konsep kelompok mahasiswa dalam unjuk kerja memecahkan masalah Matematika. Skor yang didapat disajikan dalam tabel 1 sedangkan trend peningkatan pemahaman konsep disajikan pada gambar 1. 3.1.2 Skor Hasil Belajar Mahasiswa Skor hasil belajar diukur dengan tes hasil belajar yang dilakukan di akhir setiap siklus yaitu pada pertemuan asesmen, evaluasi dan refleksi. Tes hasil belajar ini diberikan secara individual, dan diskor dengan skala 11 (skor maksimal 10). Skor tes individual itu direrata-reratakan berdasarkan kelompok kerja mahasiswa. Hal ini dilakukan untuk mendapat skor tes hasil belajar untuk masing-masing kelompok. Dengan demikian didapat tiga buah data skor hasil belajar untuk masing-masing kelompok disajikan dalam tabel 03, sedangkan trend peningkatan hasil belajar Matematika disajikan pada gambar 2.
Tabel 02: Skor Tingkat Pemahaman Konsep (Skala 5) Siklus -1 Siklus -2 Siklus -3 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Kelompok 7 Kelompok 8 Rerata Kategori 2.4 2.3 2.6 2.1 1.3 1.4 1.5 1.7 1.91 Parsial 3.7 3.5 3.6 3.5 2.4 2.8 2.9 3.1 3.18 Dasar 3.8 3.7 3.9 3.6 3.3 3.4 3.5 3.5 3.58 Lengkap Tabel 03 : Skor Tes Hasil Belajar Matematika (Skala 11) Siklus -1 Siklus -2 Siklus -3 Kelompok 1 7.9 8.3 8.8 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6 Kelompok 7 Kelompok 8 Rerata Kategori 7.2 8.2 6.8 5.1 5.4 6.6 6.9 6.76 C 8.1 8.5 7.5 7.0 7.8 7.1 7.8 7.76 B 8.5 9.0 8.0 7.5 8.0 7.9 8.3 8.25 B

________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

87

Gambar 01 : Trend Peningkatan Pemahaman Konsep Trend Tingkat Pemahaman Konsep Matematika
4 3.5 3

Gambar 02 : Trend Peningkatan Hasil Belajar Matematika


Trend Peningkatan Prestasi Belajar Matematika
9 8 7 6 Prestasi Belajar Matematika (Skala 11) 5 4 3 2 1 0 1 2 Siklus 3

2.5 Tingkat Pemahaman (Skala 5) 2 1.5 1 0.5 0 1 2 Siklus 3

3.2 Pembahasan 3.2.1 Tingkat Pemahaman Konsep Matematika Pengertian pemahaman konsep Matematika dalam penelitian ini adalah suatu besaran kinerja yang meliputi kompetensi mahasiswa dalam (1) memengerti konsep, prinsip dan ide-ide Matematika yang berhubungan dengan tugas Matematika (conceptual understanding), (2) memilih dan menyelenggarakan proses dan stretegi pemecahan masalah (processes and strategies), (3) menjelaskan dan mengkomunikasikan mengapa strategi itu berfungsi (reasoning and communication), dan (4) melakukan refleksi, kontrol terhadap aktivitas kognitif sebelumnya (metacognitif process), misalnya melihat kembali alasan-alasan mengapa solusi dan prosedur menuju solusi itu adalah benar. Tingkat pemahaman sesuai dengan yang dimaksud dalam penelitian ini, diukur melalui penilaian unjuk kerja (performance assessment) dengan menggunakan rubrik penskoran atas keempat komponen-komponen pemahaman tadi. Hasil penelitian mengenai pencapaian tingkat pemahaman mahasiswa dalam melakukan
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

88

unjuk kinerja memecahkan masalah-masalah Matematika dapat dilihat pada tabel 02, sedangkan trend peningkatannya dapat dilihat pada gambar 01. Dari analisis data hasil penelitian mengenai tingkat pemahaman konsep mahasiswa dapat dirumuskan beberapa hal, sebagai berikut. Pertama, semua kelompok penelitian, kelompok I sampai dengan VIII, yang tidak lain merupakan representasi penuh dari subjek penelitian mengalamai peningkatan pemahaman konsep dari siklus ke siklus berikutnya secara signifikan, yaitu dari skor rerata 1, 91 (pemahaman parsial) pada siklus I, menjadi 3,18 (pemahaman dasar) pada siklus II, dan menjadi 3,58 (pemahaman lengkap) pada akhir siklus III. Kedua, kelompok I dan III termasuk kelompok dengan pencapaian tingkat pemahaman tertinggi, yaitu mencapai skor masing-masing 3,8 dan 3,9 dan termasuk dalam kategori pemahaman lengkap, sedangkan kelompok V merupakan kelompok dengan pencapaian akhir tingkat pemahaman paling rendah yaitu 3,3 dengan kategori pemahaman dasar. Ketiga, kelompok V dan VI termasuk kelompok yang cukup lambat dalam menyesuaikan dan mengadopsi strategi belajar pemecahan masalah dan metakognitif. Hal ini terlihat dari tingkat pemahaman konsep yang dicapai pada siklus I tergolong rendah yaitu kategori pemahaman parsial. Namun meningkat cukup meyakinkan pada siklus-siklus berikutnya yaitu mencapai kategori pemahaman dasar pada akhir siklus. 3.2.2 Tingkat Hasil Belajar Matematika Dari data hasil penelitian pada tabel 03 dapat dirumuskan hasil penelitian mengenai pencapaian hasil belajar mahasiswa, sebagai berikut. Pertama, semua kelompok yang merupakan representasi semua subjek penelitian mencapai peningkatan hasil belajar Matematika secara signifikan. Peningkatan hasil belajar tersebut mencapai rerata 6,76 (C) pada
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

89

siklus I, menjadi 7,76 (B) pada siklus II, dan menjadi 8,25 (B) pada siklus III. Kedua, kelompok I, II dan III termasuk kelompok dengan pencapaian hasil belajar tertinggi, yaitu mencapai skor masing-masing 8,8, 8,5 dan 9,0 yang termasuk dalam kategori A, sedangkan kelompok V merupakan kelompok dengan pencapaian hasil belajar paling rendah yaitu dengan skor 7,5 (B). Ketiga, hal yang mengagumkan dapat diamati, bahwa terjadi peningkatan sangat signifikan pada siklus II, dan tetap meningkat pada sikulus III. Semua kelompok berhasil mencapai level pemahaman dasar, dan mencatat hasil belajar yang bagus yaitu mencapai bahkan melebihi level minimal 7,0 pada siklus II dan tetap meningkat signifikan pada akhir siklus III. Temuan-temuan penelitian tersebut di atas merupakan bukti empiris bahwa strategi pemecahan masalah dikombinasikan dengan pendekatan metakognitif dapat meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar Matematika. Kegiatan-kegiatan pemecaham masalah memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk melakukan investigasi, explorasi, dan invensi-invensi matematis, sedangkan kegiatan metakognitif membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna. Juga sangat berpotensi untuk menghasilkan pebelajar yang memiliki kompetensi berpikir tingkat tinggi. Strategi kognitif dalam proses pembelajaran hendaknya dilanjutkan dengan strategi metakognitif, yaitu proses berfikir merefleksi dan mengontrol seluruh proses kognitif yang terjadi. Hal ini menyebabkan pebelajar memiliki kebermaknaan yang mendalam terhadap apa yang dipelajari. Kegiatan metakognitif dapat merangsang intelegensi, sehingga memegang peranan penting terhadap kesuksesan siswa dalam belajar. Dalam penelitian ini, strategi metakognitif telah digunakan secara terintegrasi dan komplementer dengan pendekatan pemecahan masalah. Artinya kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan pemecahan
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

90

masalah baik masalah Matematika terbuka (open-ended) maupun tertutup (closed-ended), kemudian dilanjutkan dengan kegiatan metakognitif untuk mengontrol, merefleksi dan mengevaluasi seluruh rangkaian kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan. Strategi metakognitif telah terbukti memberikan pebelajar kesempatan untuk melakukan refleksi-refleksi yang memadai untuk mengontrol segala aktivitas kognitif secara mandiri, yang terdiri dari: berfikir untuk merencanakan, berfikir untuk melaksanakan, berfikir untuk menginterpretasikan kembali, dan berpikir untuk mengevaluasi kembali proses pemahaman suatu konsep yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu berupa kegiatan pemecahan masalah. 4. Penutup Dari analisis dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan di depan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1) penerapan strategi pembelajaran berorientasi pemecahan masalah dengan pendekatan metakognitif dapat meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa terhadap materi perkuliahan Statistika Matematik I. Peningkatan pemahaman konsep Matematika dari siklus ke siklus terjadi secara signifikan, yaitu dari skor rerata 1, 91 (pemahaman parsial) pada siklus I, menjadi 3,18 (pemahaman dasar) pada siklus II, dan menjadi 3,58 (pemahaman lengkap) pada akhir siklus III, (2) penerapan strategi pembelajaran berorientasi pemecahan masalah dengan pendekatan metakognitif dapat meningkatkan hasil belajar Matematika mahasiswa pada mata kuliah Statistika Matematik I. Peningkatan hasil belajar Matematika tersebut mencapai rerata 6,76 (C) pada siklus I, menjadi 7,76 (B) pada siklus II, dan menjadi 8,25 (B) pada siklus III. Berdasarkan temuan-temuan penelitian dan kenyataan di lapangan dalam melaksanakan penelitian dapat dirumuskan saran-saran, antara lain
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

91

(1) hasil penelitian menunjukkan hal yang sangat positif baik dari usaha peningkatan pemahaman konsep Matematika, maupun dari segi peningkatan hasil belajar. Hasil positif ini masih perlu ditindaklanjuti, misalnya dengan melakukan pengembangan lebih banyak dan lebih berbobot terhadap masalah-masalah Matematika yang kontekstual, baik dalam bentuk open-ended maupun closed-ended problem; (2) Masalahmasalah Matematika hendaknya disiapkan, dipilih, dicoba dipecahkan dan dibuat pedoman penilaiannya lebih dulu sebelum benar-benar digunakan di dalam kelas, dan (3) Istilah strategi metakognitif masih sering membingungkan, dan sering tidak mudah membedakannya dengan strategi kognitif, untuk itu perlu dilakukan pendalaman tidak hanya terhadap teori, tetapi bagaimana implementasi kedua strategi tersebut dalam perumusan masalah-masalah Matematika. DAFTAR PUSTAKA Baker, L., & Brown, A. L. (1984). Metacognitive skills and reading. In P. D. Pearson, M. Kamil, R. Barr, & P. Mosenthal (Eds.), Handbook of reading research (pp. 353394). New York: Longman Corno, L. (1986). The metacognitive control components of self-regulated learning. Contemporary Educational Psychology, 11, 333346. Corno, L. (1989). Self-regulated learning: A volitional analysis. In B.J. Zimmerman & D. H. Schunk (Eds.), Self-regulated learning and academic achievement (pp. 111141). New York: Springer-Verlag Flavell, J. H. (1978). Metacognitive development. In J. M. Scandura, & C. J. Brainerd (Eds.), Structural/process theories of complex human behavior. The Netherlands: Sijthoff & Noordoff Foong, P. Y. (2000). Using Short Open Ended Mathematics Question to Promote Thinking and Understanding, Singapore: NIE Hiebert, J. & Carpenter, T.P. (1998). Problem Solving as a Basis for Reform of Curriculum and Instruction: The Case of Mathematics. Educational Research 25(4), 12-21.
________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

92

Land, S.M. (2000). Cognitive requirements for learning with open-ended learning environments. Etr &D-Educational Technology Research and Development 48:61-78. Lynch, C. L., Wolcott, S. K., & Huber, G. E. (2001). Tutorial for optimizing and documenting open-ended problem solving skills [On-line]. Available: http://home.apex.net/~leehaven Paris, S. G., & Winograd, P. W. (1990). How metacognition can promote academic learning and instruction. In B.J. Jones & L. Idol (Eds.), Dimensions of thinking and cognitive instruction (pp.1551). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates Pressley, M. (1995). More about the development of self-regulation: Complex, long-term, and thoroughly social. Educational Psychologist, 30, 207212 Parnes, S. J. (1992). Source book for creative problem solving. Buffalo, NY: Creative Education Foundation Press Schoenfeld, A. (1994). What do we know about curriculum?. In: the Journal of Mathematical Behaviour 13, p. 55-80. Schoenfeld, A. (1997). Learning to think mathematically: Problem solving, metacogniton, and sense making in Mathematics. In: D.A. Grouws(Ed.), Handbook of research on mathematics teaching and learning (pp 334-367), New York: Macmillan Shimada, S. & Becker, P., (1997). The Open-Ended Approach: A New Proposal for Teaching Mathematics. NY: NCTM Soedjadi, R. & Sutarto Hadi, (2004). PMRI dan KBK dalam Era Otonomi Pendidikan. Sudiarta, P. (2003a). Impulse der Schule des Konstruktivismus Fuer Neuere Konzepte des Lehrens und Lernens: Am Beispiel Mathematikunterricht. Dissertation: Uni Osnabrueck, Jerman

________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

ISSN 0215 - 8250

93

Sudiarta, P. (2003b). Pembangunan Konsep Matematika Melalui "OpenEnded Problem": Studi Kasus Pada Sekolah Dasar Elisabeth Osnabrueck Jerman, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, IKIP Negeri Singaraja: Edisi Oktober 2003 Sudiarta, P. (2005a), Pengembangan Kompetensi Berpikir Divergen dan Kritis Melalui Pemecahan Masalah Matematika Open-Ended, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Mei 2005 Sudiarta, P. (2005b), Paradigma Baru Pembelajaran Matematika: Refleksi Terhadap Tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Juli 2005 Sudiarta, P. (2005c), Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual Open-Ended, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Oktober 2005 Sudiarta, P. (2006 a), Pengembangan Pembelajaran Berpendekatan Tematik Berorientasi Pemecahan Masalah Matematika Terbuka Untuk Mengembangkan Kompetensi Berpikir Divergen, Kritis, dan Kreatif Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Mei 2006 Sudiarta, P. (2006b), Prospek Pengembangan dan Penerapan Model Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah OpenEnded Di Sekolah Dasar di Propinsi Bali Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Juni 2006 Sudiarta, P. (2006c), Penerapan Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah dengan Pendekatan Metakognitif dalam Perkuliahan Statistika Matematik I untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar Mahasiswa, Laporan Penelitan (Desember 2006) Zimmerman, B. J., & Schunk, D. (Eds.) (1989). Self-regulated learning and academic achievement; Theory, research, and practice. New York: Springer-Verlag.

________________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXX Juli 2007

You might also like