You are on page 1of 8

Estetika

Zainul Maarif

Definisi Estetika
Penyelidikan mengenai yang-indah Penyelidikan mengenai prinsip-prinsip yang mendasari seni. Pengalaman yang bertalian dengan seni masalah penciptaan seni, peniliaan terhadap seni atau perenungan atas seni.

Pertanyaan Utama Estetika


Apa itu keindahan? Apa pula standar bagi sesuatu disebut indah? Apakah keindahan merupakan suatu kenyataan ataukah suatu reaksi atas objek? Apa itu seni? Apa pula standar bagi sesuatu disebut seni?

Estetika Intutitif (Croce)


Bernedetto Croce adalah filsuf idealis dari Italia yang mengarang buku Aesthetic as Science of Expression and General Linguistic. Dia menyatakan: seni merupakan kegiatan kejiwaan. Seni merupakan pengetahuan intuitif (bukan rasional), yang berupa imaji (bukan konsep) yang terkait dengan hal-hal individual (bukan universal). Seni ialah hasil kegiatan intuisi yang bersangkutan dengan perasasaan, yang tidak hanya menghasilkan citra (imaji) tapi kesatuan yang dihayati perasaan. Manakala kita menangkap sebuah citra murni satu demi satu, tanpa memikirkan alasan pembenarannya, tanpa menilainya, dan tanpa mempersoalkan apakah ia sesuai dengan kenyataan atau tidak, maka kita menurut Croce, telah mengungkapkan kepada diri kita sendiri atau mengetahui secara intuitif keadaan jiwa kita sendiri dan telah mengalami keindahan. (Carrit., 1931: 232) Bagi Croce, keindahan tergantung pada kegiatan imajinasi, yaitu kemampuan seseorang untuk memahami dan mengalami hasil kegiatan intuisi dalam bentuknya yang murni.

Estetika Kenikmatan (Satayana)


George Santayana (1863-1952) mengungkapkan gagasan estetikanya di buku The Sense of Beauty. Keindahan tergantung pada pencerapan. Keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek, melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Keindahan bersangkutan dengan rasa nikmat yang dianggap sebagai kualitas barang tertentu. Rasa nikmat itu hanya bermakna jika dialami.

Estetika Rasional (Maritain)


Jacquest Maritain di buku Art et Shcholastique (yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi The Philosophy of Art), melanjutkan gagasan estetika Thomas Aquinas, mengatakan bahwa keindahan bukanlah objek perasaan, melainkan objek tangkapan akali. Yang indah adalah sesuatu yang menyenangkan akal. Syarat keindahan (yang menyenangkan akal): 1. Utuh dan sempurna 2. Tertib dan tunggal, yang tampak dalam keseimbangan. 3. Jelas.

Estetika Pengalaman (Dewey)


Keindahan dapat dikenal melalui pengalaman, dan terbentuk oleh pengalaman dengan membayangkan sesauatu. Di buku Art as Experience, John Dewey mempertanyakan: apakah kedudukan yang indah dalam pengalaman? Pengalaman adalah akibat, tanda, dan imbalan yang terjadi karena adanya keadaan saling mempengaruhi antara organisme dengan alam lingkungan. Dalam keikutsertaaan di dalam hubungan-hubungan teratur dari lingkukgan tersebut terdapat benih2 keindahan. Keindahan merupakan kualitas yang terdapat di dalam pengalaman ketika organisme mengalami hubungan-hubungan yang teratur. Pengalaman estetis merupakan pengalaman yang menyeluruh, lengkap, di dalamnya terdapat kualitas perasaan yang menimbulkan kepuasan sebagai akibat keikutsertaaan dan keberhasilan. Dewey menjadikan seni berkesinambungan dengan pengalaman hidup organismu.

Referensi
Carrit, E.F., (1931), Philosophies of Beauty, London: Oxford University Press. Croce, B. (1921), The Essence of Aesthetic, trans. Douglas Ainslie, Lonon: William Heinemann Dewey, J. (1934), Art as Experience, New York: Perigee Books. Kattsoff, L. O. (1953) Elements of Philosophy, New York: The Ronald Press Company. Maritain, J. (1947) The Philosophy of Art, trans. John OConnor, Sussex: Dominics Press. Raderl, M. (1935), A Modern Book of Aesthetic, New York: Henry Holt & Co. Santayana, G., (1955) The Sense of Beauty: Being the Outline of Aesthetic theory, New York : Dover Publication.

You might also like