You are on page 1of 14

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

PERCOBAAN IV TEKNIK ASEPTIS : PEMINDAHBIAKAN

Oleh : Noormahdi Riduansyah J1E109041 Kelompok: IV

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2011

PERCOBAAN IV TEKNIK ASEPTIS : PEMINDAHBIAKAN

Oleh : Nama NIM : Noormahdi Riduansyah : J1E109041

Kelompok : IV

Tanggal praktikum : 23 Maret 2011 Dikumpul tanggal : 6 April 2011 Nilai :

Diketahui,

(Dewi Ramadhani)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari praktikum kali ini adalah : 1. Mahasiswa dapat memindahkan biakan dari satu media ke media yang lain 2. Mahasiswa mampu melakukan kerja aseptis 1.2 Dasar Teori Dunia mikroorganisme secara umum terbagi kedalam lima kelompok taksonomi, yaitu bakteria, protozoa, virus, algae, serta cendawan mikroskopis. Dalam bidang mikrobiologi yang akan kita pelajari secara umumnya adalah tentang ciri cirinya, kekerabatan antara sesamanya seperti juga dengan kelompok organisme lainnya, karakteristik dan dampaknya badi manusia, pengendaliannya, serta peranannya dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan kita. Mikroorganisme sangat erat

keterkaitannya dengan kehidupan kita, beberapa diantaranya bermanfaat, dan beberapa lainnya merugikan. Untuk itulah kita mempelajari tentang bagaimana membiakkan mikroorganisme yang menguntungkan manusia dan mengendalikan mikroorganisme yang merugikan manusia (Hadioetomo, 1993). Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media, diperlukan persyaratan tertentu, yaitu:

1. Bahwa di dalam media harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. 2. Bahwa media harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba. 3. Bahwa media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami mikroba yang dimaksud tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan (Suriawira, 2005). Agar bakteri dapat tumbuh dengan baik maka pada suatu media harus terpenuhi syarat-syarat antara lain: (a) harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, (b) harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikrobia tersebut, (c) tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan (d) harus berada dalam kondisi steril sebelum digunakan agar mikroba tersebut dapat tumbuh dengan baik (Hadioetomo, 1993). Medium cair yang biasa dipakai ialah kaldu yang disiapkan sebagai berikut. Kepada 1 liter air-murni ditambahkan 3 g kaldu daging lembu dan 5 g pepton. Pepton ialah protein yang terdapat pada daging, pada air susu, pada kedelai, dan pada putih telur. Pepton mengandung banyak N2, sedang kaldu berisi garam-garam mineral dan lain-lainnya lagi. Medium itu kemudian ditentukan pHnya 6,8 sampai 7, jadi sedikit asam atau netral; keadaan yang demikian ini sesuai bagi kebanyakan bakteri. Kaldu seperti tersebut di atas masih perlu disaring untuk kemudian dimasukkan ke dalam

tabung-tabung reaksi atau botol-botol. Penyaringan dapat dilakukan dengan kertas saring. Setelah tabung atau botol berisi medium kaldu tersebut disumbat dengan kapas, dapatlah mereka dimasukkan ke dalam alat pensteril (autoklaf) (Dwidjoseputro, 1994). Pemeriksaan akan menjadi gampang bila diadakan pemiaraan atau biakan bakteri, sehingga sewaktu-waktu perlu, bakteri itu selalu tersedia. Piaraan dapat disimpan di dalam almari es untuk waktu yang lama. Ada piaraan spesies bakteri yang sewaktu-waktu, yaitu tiap 2 atau 3 bulan sekali, perlu diremajakan, meskipun piaraan itu selalu disimpan di dalam almari es. Cara meremajakan piaraan itu sama dengan yang telah diceritakan di atas yaitu dengan memindahkan bibit dari koloni yang lama kepada medium yang baru. Tanaman baru itu dibiarkan tumbuh beberapa jam dalam temperature biasa (25o-27oC), lalu koloni baru ini dimasukkan dalam almari es, untuk diperbaharui 2 atau 3 bulan lagi (Dwidjoseputro, 1994). Media agar merupakan substrat yang sangat baik untuk memisahkan campuran mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya menjadi terpisah-pisah. Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan

mikroorganisme pada media agar memungkinnya tumbuh dengan agak berjauhan dari sesamanya, juga memungkinkan setiap selnya berhimpun berbentuk koloni, sekelompok massa sel yang dapat dilihat dengan mata bugil. Semua sel dalam koloni itu sama; dianggap kesemuanya itu merupakan keturunan (progeny) satu mikroorganisme dank arena itu mewakili apa yang disebut mikrobiologiwan biakan murni. Penggunaan agar pada media mikrobiologi yang semula diusulkan oleh laboratorium Koch

pada awal 1880-an tetap digunakan secara luas sampai kini (Pelczar & Chan, 1986). Ada beberapa metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan campuran. Dua diantarnya yang paling sering digunakan ialah teknik cawan gores dan cawan tuang. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian sehingga individu spesies dapat dapat dipisahkan dari lainnya, dengan anggapan bahwa setiap koloni terpisah yang tampak pada cawan petri setelah setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal (Hadioetomo,1993).

BAB II METODE PRAKTIKUM 2.1 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah lampu spiritus dan jarum ose. Bahan-bahan yang digunakan pada praktiku kali ini adalah nutrient agar miring, kaldu nutrient, dan kultur dalam agar miring. 2.2 Prosedur Kerja 1. Sebelum dan sesudah melakukan plating tangan deisemprotkan dengan alkohol. 2. Plating dilakukan didalam laminari flow dan pengerjaan dilakukan dibelakang bunsen. 3. Ose disterilkan dengan cara memanaskannya dengan bunsen sampai merah pijar. 4. Tabung reaksi yang berisi media serta mikrobia yang akan diinokulasi dibuka dan mulut tabung disterilkan dengan cara dipanaskan pada bunsen spiritus. 5. Ose yang sudah dingin dicelupkan ke dalam tabung untuk mengambil mikrobia (jangan sampai merusak media jika medianya padat). 6. 7. Mulut tabung disterilkan dan ditutup kembali. Cawan petri yang berisi media permukaannya (mulut cawan)

dipanaskan. 8. Cawan dibuka sedikit dan ose yang telah mengandung mikrobia digoreskan pada media perlahan lahan tanpa merusak media.

9.

Setiap kali hendak menggoreskan ose pada media, ose disterilisasi terlebih dahulu dengan bunsen spiritus, baru dapat digoreskan kembali.

10. Goresan pada media selanjutnya dibuat dengan membentuk lingkaran dengan garis tepi berbentuk zig zag, namun jangan sampai kedua ujung bertemu. Selanjutnya goresan terakhir dibuat ketengah tanpa menyentuh ujung goresan yang telah dibuat sebelumnya. 11. Setelah selesai, cawan petri ditutup dan tepi tepinya dipanaskan dengan bunsen. Selanjutnya tepi tepinya dibungkus dengan plastik celing dan dipanaskan kembali dengan bunsen. 12. Hasil inokulasi (plating) dimasukkan ke dalam inkubator. 13. Percobaan diulang kembali dengan menggunakan media dan biakkan mikrobia yang berbeda.

BAB III HASIL PERCOBAAN

3.1 Hasil Pengamatan

No. 1.

Gambar

Keterangan Bacillus subtilis

2.

Bacillus subtilis

3.

Bacillus subtilis

4.

PDA

5.

PDA

6.

PDA

BAB IV PEMBAHASAN

Pada saat proses pemindahbiakan dilakukan, harus dikerjakan secara aseptis. Yang dimaksud dengan secara aseptis disini adalah bahwa seluruh mekanisme yang dilakukan harus tanpa terjadi kontaminasi dari lingkungan sekitar, sehingga pada saat diteliti nantinya pada media tidak ditemukan adanya kontaminan dari luar, sehingga tidak sulit nantinya untuk membedakan apakah perubahan yang terjadi merupakan proses yang wajar atau dikarenakan adanya kontaminan dari luar di dalam biakkan. Biakan murni adalah medium yang mengandung bakteri dimana pertumbuhan bakteri terjadi terpisah dari organisme lain dan dalam biakan yang ditumbuhkan. Biakan murni sangat diperlukan dalam kegiatan mikrobiologi, misalnya untuk keperluan diagnostic, karakteristik mikroorganisme, industry mikrobiologi, dan lain-lain. Untuk mendapatkan kultur yang murni selain nutrisi, dan lingkungan yang menunjang pertumbuhan mikroorganisme tersebut juga perlu dicegah adanya kontaminan dalam biakan. Untuk itulah teknik aseptis sangat diperlukan. Fungsi inkubasi disini adalah untuk mengkondisikan media tempat tumbuhnya bakteri tersebut sesuai dengan kondisi tumbuh sebagaimana yang seharusnya. Untuk suhu yang yang biasa digunakan dalam proses inkubasi, biasanya sekitar 37C dan diinkubasi selama satu malam. Fungsi alkohol disini adalah agar mikroba tidak menular dari tangan praktikan ke medium kultur, karena pada tangan pasti terdapat bakteri bakteri yang mungkin dapat mengkontaminasi alat-alat ataupun media media yang akan praktikan sentuh dalam kerja, karena kesterilan dan hasil percobaan ini sangat dijaga. Ose yang

akan digunakan dalam memindahkan kultur pun harus disterilkan terlebih dahulu, yaitu dengan memanaskannya pada api bunsen hingga ujung ose menyala atau membara, kemudian didinginkan sebentar untuk mencegah bakeri mati dengan menggunakan ose yang panas, sehingga dibiarkan hingga ose kira-kira dingin, baru digoreskan pada media. Selain itu pendinginan pun bertujuan untuk mencegah rusaknya nutrisi yang ada pada media karena terdenaturasi oleh panas ose. Seluruh proses pengerjaan ini dilakukan harus di belakang nyala bunsen, karena ada mikroba yang tidak tahan pemanasan, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan maka dilakukan dibelakang bunsen.

BAB V PENUTUP

4. 1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut : 1. Pemindahbiakan dari satu media ke media lainnya harus dilaksanakan dalam keadaan steril. 2. Teknik aseptis adalah suatu teknik untuk memindahkan suatu biakan dari satu media ke media yang lain dengan tujuan agar tidak terjadi kontaminan pada biakan. 3. Dalam praktikum harus selalu dilakukan dengan hati hati dan dalam keadaan steril, untuk menghindari terjadinya kontaminan. 4.2 Saran Dalam melakukan kegiatan praktikum selanjutnya perlu diperhatikan ketelitian dan kebersihan dari alat-alat maupun dari praktikan yang melakukan kegiatan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, O.1994, Dasar-dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta Fujiati. 2004, Seminar Pembekalan Etika dan Keselamatan Kerja di Laboratorium, Bagian Kimia Kedokteran Fakultas Kedokteran Unlam, Banjarbaru. Hadioetomo, R. S. 1993, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta.

You might also like