You are on page 1of 3

Kesenjangan Pendidikan Indonesia

Dengan segala kebutuhan manusia, bagaimana posisi pendidikan dalam kehidupan? Pendidikan memiliki arti yang sangat luas dan menjangkau seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan pendidikan, manusia memiliki kelebihan sehingga manusia mempunyai kemampuan untuk memecahkan berbagai masalah dan kesulitan hidup. Oleh sebab itu, posisi pendidikan merupakan pembangun, pembentuk, dan pengembang manusia. Arus globalisasi menuntut manusia untuk memiliki pendidikan memadai agar mampu bersaing. Sayangnya, Indonesia masih dihadapkan dengan fakta-fakta mengenai rendahnya mutu pendidikan Indonesia (sumber: http://indonesiaberkibar.org/id/fakta-pendidikan), antara lain.

Setiap menit, empat anak putus sekolah 54% guru tidak memiliki kualifikasi yang cukup untuk mengajar 34% sekolah kekurangan guru Persebaran guru tidak merata Education Development Index (EDI) berada pada posisi ke-69 dari 127 negara.

Karena pendidikan berkaitan erat dengan kemampuan manusia dalam menyelesaikan segala masalah dan kesulitan hidupnya, maka bisa diartikan bahwa kelemahan ini merupakan salah satu penyebab terpuruknya Indonesia dalam berbagai bidang. Meskipun demikian, bersama fakta-fakta yang memprihatinkan tersebut, masih banyak siswasiswi Indonesia yang telah berprestasi di tingkat dunia. Putra-putri Indonesia dari Sabang sampai Merauke telah banyak berhasil mengharumkan nama bangsa dengan prestasi internasional. Mereka-mereka yang berprestasi ini tidak hanya dari kota-kota besar, tetapi juga dari daerahdaerah yang tingkat pendidikannya masih tertinggal. Kenyataan ini membuktikan bahwa seluruh anak bangsa ini memiliki potensi tersendiri yang perlu dikembangkan tanpa terkecuali. Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas guru. Jumlah guru di Indonesia cukup memadai, namun dari sisi pemerataan dan kualitas masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya sekolah di daerah terpencil, pedesaan, bahkan sekolah di perkotaan masih ada yang kekurangan guru. Sebaliknya, di tempat lain, terjadi kelebihan guru. Selain itu, lebih dari 50% lebih guru di seluruh Indonesia, mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki dan adanya guruguru yang belum sarjana mengajar di SMU/SMK. Pada dasarnya, memang tidak semua guru sarjana lebih baik dari yang belum sarjana. Beberapa guru-guru senior yang hanya lulusan diploma bahkan memiliki kemampuan dan dedikasi yang luar biasa. Tentu saja hal ini tergantung pada kemampuan dan kepribadian dari dalam diri setiap guru. Saat ini, sangat jarang ditemui anak bangsa yang bercita-cita menjadi guru. Mereka-mereka ini tentu saja memiliki tekad kuat untuk memajukan pendidikan Indonesia. Namun, profesi yang sangat mulia ini kurang menjanjikan untuk hidup lebih sejahtera. Kualitas pendidikan memang tidak serta-merta menjadi maju jika kesejahteraan guru ditingkatkan. Namun, pada saat ini, banyak sekali guru yang tidak bisa hidup berkecukupan jika hanya berfokus pada profesinya. Para guru yang ingin menyekolahkan anak-anaknya untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik seringkali harus memiliki pekerjaan sampingan. Kondisi ini merupakan hambatan bagi

pengembangan diri guru-guru karena berakibat pada ketidakmampuan para guru mengikuti perkembangan teknologi. Hal ini terlihat dari banyaknya guru yang kurang siap untuk mengikuti uji kompetensi yang baru-baru ini dilaksanakan secara online karena belum terbiasa menggunakan komputer bahkan menyentuh komputer belum pernah sama sekali. Padahal, internet pada saat ini telah menjadi media informasi dan pembelajaran yang sangat bisa diandalkan. Proses Pembelajaran Lemahnya proses pembelajaran merupakan masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita. Dalam proses pembelajaran, para siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir, namun malah seringkali diarahkan untuk menghafal informasi tanpa memahaminya untuk dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini juga saya rasakan pada saat masih menjalani pendidikan tahap dasar. Proses pembelajaran seperti ini akan menjadi masalah yang lebih besar bagi anak yang memiliki kemampuan menghafal kurang baik. Padahal, masih ada metodemetode lain yang lebih menyenangkan untuk memudahkan pemahaman. Pada saat ini, saya berkuliah di Universitas Indonesia. Setiap dosen memiliki cara pembelajaran masing-masing. Menariknya, ada sebuah mata kuliah dimana para mahasiswa dapat memahami pelajaran melalui permainan simulasi, salah satunya adalah mata kuliah mengenai perencanaan produksi. Pada permainan ini, kami dibagi menjadi kelompok-kelompok sebagai perusahaan yang berbeda-beda. Setiap orang dalam kelompok memegang peran pada peran/divisi tertentu, misalnya pemasok, produksi, pembelian, penjualan, dan pergudangan. Selain memudahkan dalam memahami mata kuliah serta mengerti penerapannya dalam kehidupan nyata, permainan ini juga membangun kemampuan kerja sama tim, kepemimpinan, ketelitian, dan sebagainya. Hal tersebut merupakan contoh cara pembelajaran di dunia perkuliahan. Bagaimana dengan pendidikan di dasar dan menengah? Tentu saja ada cara pembelajaran aplikatif yang jauh lebih sederhana, namun tetap menyenangkan. Misalnya, proses belajar mengajar dikombinasikan dengan pembelajaran di luar kelas, ujian yang tidak monoton dengan terus-menerus melaksanakan ujian tertulis, dan sebagainya. Kesulitan bagi guru-guru untuk menerapkan cara pembelajaran yang lebih aplikatif adalah tuntutan untuk mengejar materi yang telah digariskan sehingga muncul kecenderungan untuk lebih terburu-buru. Selain itu, level pendidikan pengajar sangat menentukan kemampuan dalam menyampaikan materi. Di sinilah pentingnya kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru serta mengambil pelajaran dari bangsa-bangsa yang telah maju. Jepang misalnya, yang mengalami kehancuran karena Perang Dunia, secara nasional mengkampanyekan wajib pendidikan. Selain itu, kesuksesan Finlandia sebagai sebuah negara yang memiliki pendidikan terbaik di dunia patut dicontoh dalam hal usaha peningkatan kualitas pengajaran. Finlandia melakukan pembaruan pada tahun 1980-an dengan melakukan pelatihan guru-guru ke universitas-universitas dan mewajibkan setiap guru memiliki gelar master (S2). Bagaimanapun juga, pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam usaha memajukan bangsa ini. Presiden Amerika Serikat yang ke-35, John F. Kennedy, pernah berkata bahwa perkembangan kita sebagai suatu bangsa tidak akan bisa lebih cepat daripada kemajuan

pendidikan. Pikiran manusia merupakan sumber daya fundamental. Beliau juga berkata bahwa kita perlu memandang pendidikan sebagai jalan untuk mengembangkan kemampuan terbaik kita karena dalam setiap diri kita terdapat harapan dan impian pribadi yang jika terpenuhi dapat ditransformasikan menjadi manfaat bagi setiap orang dan kekuatan yang lebih besar bagi bangsa kita.

You might also like