You are on page 1of 48

kompas

Apa kabar pembaca ?

SUSUNAN D E WA N R E D A K S I
Pelindung Direksi PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Pengarah Achmad Baroto Pemimpin Redaksi Edi Priyanto Redaktur Pelaksana Camelia Koordinator Liputan & Fotografer Wilis Aji Wiranata Administrasi Anita Setyowati Koordinator Distribusi Sumantri Alamat Redaksi Jl. Perak Timur 610 Surabaya 60165 Indonesia Telp: +62 (31) 3298631 - 3298637 Fax : +62 (31) 3295204 ; 3295207 Telex : +62 (31) 32387 PO BOX : 853 Surat Ijin Terbit Surat Keputusan Menteri Penerangan RI NO. 1428/SK/DIRJEN PPG/SIT/1989 Tanggal 27 Pebruari 1989 Dicetak Oleh : CV. Intergraf Indonesia Isi diluar Tanggung Jawab Percetakan

Genap 10 (sepuluh) tahun silam, pemisahan pelayanan petikemas di Cabang Tanjung Emas dari divisi TPK Pelindo III Cabang Tanjung Emas menjadi unit usaha baru sebagai cabang yang terpisah dari cabang Tanjung Emas yang tepatnya didirikan pada 1 Juli 2001 yang kemudian dikenal dengan sebutan Terminal Petikemas Semarang (TPKS). Dalam ulang tahunnya yang ke 10, TPKS memberikan anugerah berupa TPKS Award kepada para Customer yang dianggap memenuhi troughput tertentu dan kelancaran proses keuangan. Pada Cabang Pelabuhan lain, diungkap lebih mendalam tentang kendala-kendala yang dihadapi Pelabuhan Tanjung Wangi Banyuwangi dalam pelayanan petikemas, adanya potensi Pelabuhan Celukan Bawang sebagai pintu gerbang (gate way) perekonomian di Propinsi Bali serta potensi pelayanan curah pasir besi dengan adanya peningkatan bongkar muat pasir besi di Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap. Kiprah anak Perusahaan PT Pelindo III (Persero), dengan upaya PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI) dalam melakukan terobosan usaha dan inovasi bisnisnya dengan mengantisipasi peningkatan arus barang dengan melakukan penambahan peralatan bongkar muat, sedangkan PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia, sesuai dengan komitmennya dalam menjaga kelestarian lingkungan, kembali menyelenggarakan kegiatan penanaman pohon mangrove di lingkungan kerja TPS, Tanjung Perak. Catatan lain, di Denpasar Bali, puluhan pengusaha mikro mitra binaan Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PKBL) mengikuti Pelatihan Managerial dan Pengembangan Usaha bagi pelaku UKM mitra binaan Pelindo III untuk menggali kiat-kiat pengusaha sukses dan sharing pengalaman usaha, dengan menggandeng akademisi dari Universitas Brawijaya Malang. Sebagai negara kepulauan, peran sistem logistik nasional yang kuat merupakan hal yang sangat penting untuk memastikan tiap wilayah dapat tumbuh dengan merata. Sistem logistik ditunjang dengan transportasi yang memadai dan esien. Sehingga diperlukan transformasi transportasi menuju esiensi. Sehingga tidak mengherankan Universitas ternama di Surabaya, ITS memperkenalkan program studi transportasi laut untuk menjawab tantangan transportasi laut. Prodi tersebut mendidik mahasiswa untuk menguasai perencanaan dan analisis angkutan laut, multimoda transportasi, kegiatan kepelabuhanan, desain konseptual kapal, dan infrastruktur kepelabuhanan yang berorientasi internasional dengan demikian akan siap mendukung kebutuhan kelautan akan SDM yang berkualitas. Kupasan menarik tentang bagaimana mengurai kemacetan akses ke pelabuhan, dalam pandangan lain kemacetan lalu lintas dalam suatu kota merupakan indikator kegiatan ekonomi suatu daerah yang sedang tumbuh dan berkembang, karena pertumbuhan kendaraan sangat pesat (mengikuti deret ukur) dan prasarana jalan lambat (mengikuti deret hitung). Reeksi Peringatan Isra Miraj bagi Peningkatan Kualitas, Produktitas dan Profesionalisme Insan Pelindo III menjadi tema peringatan Isro Miroj dilingkungan PT Pelindo III (Persero) dengan menghadirkan penceramah dai sejuta umat, KH Zainuddin MZ. Kesimpulan reeksi Isra Miraj dalam peningkatan profesionalisme individu, yakni menempatkan diri sebagai insan yang benar-benar membutuhkan Allah, dengan mengerjakan shalat sebagai jalan komunikasi dengan sang Khaliq, membuat manusia disiplin, rapi dan teliti dengan tameng iman yang semakin kuat. Selain itu, karena manusia memerlukan orang lain untuk mencapai kemenangan, maka sebaiknya mengusung semangat bersanding, bukan bertanding. Akhirnya selamat membaca Majalah Dermaga dan terima kasih. Saran dan kritik kami tunggu di majalahdermaga@yahoo.com.

Selamat Membaca
EDISI 152 I JULI I 2011

Kemudi

PENGANUGERAHAN TPKS AWARD Pada Acara HUT ke-10 Terminal Petikemas Semarang (TPKS) _______________ 8

Tros

CABANG CELUKAN BAWANG BUKAN ANAK BAWANG _______________________ 10


Pelabuhan Celukan Bawang, berpotensi menjadi gerbang perekonomian Bali

Panjarwala

MENGUSIR SEPI DARI TANJUNG WANGI _________________________ 13


Dengan keunggulan kolam -14 meter LWS, pelabuhan Tanjung Wangi masih terkendala untuk pelayanan petikemas

Kemudi

04

Palka

SISTEM LOGISTIK NASIONAL CEGAH BIAYA MAHAL _________________________ 16


Wapres: Agenda yang mendesak untuk dilaksanakan, adalah membangun sistem logistik nasional

Suar

TPKS, MAKIN TUA KIAN BERJAYA


Posisi TPKS yang terjepit antara pelabuhan Tanjung Perak Tanjung Priok justru menjadi pendorong kinerja

1 JULI 2011 HUT KE-10 TPKS:

MENGURAI KEMACETAN AKSES KE PELABUHAN ________________________ 26


Kemacetan lalu lintas dapat menjadi indikator kegiatan ekonomi suatu daerah yang sedang tumbuh

Semaphore

BANJIRI NEGERI CHINA DENGAN PRODUK INDONESIA ! __________________ 28


Lewat Inacraft diharap produk unggulan Indonesia bisa ekspansi ke pasar potensial di China

Baling-Baling BONGKAR MUAT MENINGKAT BJTI TAMBAH ALAT __________________________ 30


Mengantisipasi peningkatan arus barang, PT BJTI menambah peralatan berupa empat unit RTG

Boom

ADA EMAS HITAM DI TANJUNG INTAN ____________________________ 32


Dengan peningkatan bongkar muat pasir besi, Tanjung Intan memantapkan diri dalam pelayanan curah

K a b i n

19

Teropong Geladak

________________________________ 34

TEROBOSAN ITS PRODI TRANSPORTASI LAUT PELABUHAN TAK KALUT _______________________ 36


Untuk menjawab tantangan kelautan, ITS perkenalkan program studi transportasi laut

MEMICU MITRA BINAAN KE USAHA UNGGULAN


Lima puluh Mitra Binaan terpilih dibekali pelatihan manajemen lanjutan, menggandeng Universitas Brawijaya

Buritan 2

MENCEGAH ABRASI DENGAN MANGROVISASI _______ 44 L

EDISI 152 I JULI I 2011

H a l u a n

22

TRANSFORMASI TRANSPORTASI MENUJU EFISIENSI


China dan Taiwan membangun jalur kereta api untuk koridor ekonomi. Bagaimana dengan Indonesia ?

Jangkar

32

41

Anjungan

PESAN ZAINUDIN MZ: BERSAMA KELOLA ASET

PERINGATAN ISRA MIRAJ:

KETIKA CREW DERMAGA NGLURUG KE JAKARTA


EDISI 152 I JULI I 2011

kemudi

1 JULI 2011 HUT KE-10 TPKS:

TPKS, MAKIN TUA KIAN BERJAYA


4
EDISI 152 I JULI I 2011

Posisi TPKS yang terjepit antara pelabuhan Tanjung Perak Tanjung Priok justru menjadi pendorong kinerja

ERMINAL Peti Kemas Semarang (TPKS) yang saat ini merupakan salah satu dari unit usaha PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) dengan status Kelas-1, menjadi fenomena khas keberhasilan pemisahan usaha pelayanan petikemas di tingkat cabang. Hal tersebut sama dengan yang terjadi di Tanjung Perak yang melakukan spinoff Usaha Terminal Serbaguna (Uster). Bedanya, kalau yang di Tanjung Perak kemudian diprivatisasi menjadi PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS), maka yang di Semarang masih tetap menjadi usaha mandiri. Tak ada keinginan untuk juga melakukan privatisasi terhadap TPKS ? Menjawab pertanyaan itu, Direktur Operasi & Teknik Pelindo III Faris Assagaf pernah berucap kepada Reporter Dermaga: Pernah muncul wacana seperti itu. Tetapi manajemen menyadari, kalau dagangan kita belum terlalu signikan, maka minat pembeli akan rendah. Karenanya, untuk TPKS akan kami lakukan pembenahan dan peningkatan, sampai apabila kondisinya tepat nanti, pasti akan ada pihak yang berminat .

Dukungan Hinterland
Sejak resmi dikeluarkannya SK Direksi PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) tentang pemisahan pelayanan petikemas di Cabang Tanjung Emas tahun 2001, layanan pengiriman barang dengan petikemas di wilayah pelabuhan Semarang tidak lagi melalui divisi TPK Pelindo III Cabang Tanjung Emas. Kegiatan pengiriman barang ekspor/impor di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Jogyakarta yang kala itu terus meningkat, mendorong manajemen Pelindo III mendirikan unit usaha baru sebagai cabang yang terpisah dari cabang Tanjung Emas. Unit usaha yang didirikan pada 1 Juli 2001 inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan TPKS. Prediksi akan melonjaknya industrialisasi berorientasi ekspor di daerah hinterland TPKS pada akhir tahun 90-an tidaklah meleset. Provinsi Jawa Tengah dengan produkproduk: furniture dan ukiran (Jepara), batik (Pekalongan), jamur (Wonosobo), hasil agro (Tegal, Slawi), makanan olahan/ minuman dalam kemasan serta kimia (Kabupaten Smarang), kerajinan (Sukoharjo), merupakan komoditi yang sampai kini mendominasi ekspor menggunakan petikemas lewat TPKS. Selain itu, masih ditambah dengan cenderamata, furniture antik/replika dan garmen dari DIJ.

EDISI 152 I JULI I 2011

kemudi
Selain dari hinterland utama di Jateng/DIJ, komoditas ekspor lewat TPKS juga datang dari perbatasan barat Provinsi Jawa Timur (Madiun, Magetan dan Ponorogo) serta perbatasan timur Provinsi Jawa Barat (Cirebon, Kuningan, Ciamis), yang memiliki akses jalan lebih dekat dengan Semarang. Kondisi TPKS yang terjepit, justru jadi salah satu kekuatan tersendiri. Banyak pemilik barang dari Jatim dan Jabar yang mengapalkan produk mereka lewat TPKS, dengan pertimbangan bahwa biaya handlingnya lebih terjangkau dan pelayanannya lebih esien karena antrian kapal di TPKS tidak terlalu lama dibanding dengan bila mengapalkan lewat Tanjung Perak atau Tanjung Priok ungkap General Manager TPKS I Putu Ariawan kepada Reporter Dermaga yang pertengahan Juni lalu meliput kegiatan di Semarang. Peningkatan arus barang dari tahun ke tahun terjadi seiring dengan munculnya berbagai industri dan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Data grafik arus pengiriman barang yang dilayani TPKS mengalami kenaikan yang stabil. Kondisi seperti itu, memicu komitmen perusahaan dalam menerapkan pelayanan PRIMA (Professional, Responsif, Inovatif, Modern, dan Akuntable), menjadi pilihan tersendiri bagi pengguna jasa.

Pencapaian bulan lalu merupakan rekor tersendiri bagi TPKS, karena selama ini pengiriman barang tidak pernah mencapai 23.000 box, ungkap Putu.

Mencapai Rekor
Bulan Apr il ini terjadi peningktan yang signikan pada arus barang impor. Hal tersebut terpicu oleh masuknya barang

impor dari Korea. Barang impor yang mendominasi adalah produk-produk seperti handphone dan barang elektronik jelas GM TPKS. Dituturkan, dalam dua tahun terakhir ini arus petikemas terjadi dalam kisaran 17.912 sampai 22.417 box atau 29.805 sampai 37.763 TEUs per bulan dengan rata-rata ekspor 10.475 box atau 17.286 TEUs dan rata-rata impor 9.211 box atau 14.757 TEUs. Namun pada April 2011, terjadi peningkatan hingga 23.650 box atau 39.241 TEUs dengan jumlah impor sebesar 11.873 box atau 19.294 TEUs. Pencapaian bulan lalu merupakan rekor tersendiri bagi TPKS, karena selama ini pengiriman barang tidak pernah mencapai 23.000 box, ungkap Putu. Selain terjadinya peningkatan dalam arus petikemas, juga telah terjadi peningkatan produktivitas alat dalam melakukan bongkar muat. Performansi kemampuan peralatan Box/ Crane/Hour mencapai 34 B/C/H, atau 100% dari target. Sementara peformansi bongkar/ muat Box/Ship/Hour tercapai 50 B/S/H atau 109% di atas target.

EDISI 152 I JULI I 2011

PERBANDINGAN ARUS PETIKEMAS DI TPKS 2010 2011 Petikemas Impor


Bulan SHIP CALL
192 200 104.17

G.T.

FULL CONTAINER
20 40 45 12.212 16.150 41 14.567 18.446 62 119,28 114,22 0,00

EMPTY CONTAINER
20 765 705 40 45 5.662 531 4.774 485

TOTAL IMPOR
BOX TEUS 361.361 57.745 39.039 62.806 110,40 108,76

(s/d Apr 2010) s/d Apr2011) TREND (%)

2.994.252 2.969.815 99,18

92,16 84,32 91,34

Petikemas Ekspor
Bulan SHIP CALL
192 200 104.17

G.T.

FULL CONTAINER
20 40 45 11.515 27.170 630 11.515 28.153 537 100,00 103,62 85,24

EMPTY CONTAINER
20 40 1.916 169 2.877 532 150,16 314,79 45 0 0 0

TOTAL EKSPOR
BOX TEUs 400.400 69.369 43.614 72.836 105,35 105,00

TOTAL EKS/IMP
BOX TEUS 761.761 127.114 82.653 135.642 107,68 106,71

(s/d Apr 10) s/d Apr 11) TREND (%)

2.994.252 2.969.815 99,18

Tambah Fasilitas & Alat


Menyikapi pertumbuhan yang terus meningkat, menurut GM TPKS I Putu Ariawan, saat ini sudah terasa perlunya dilakukan penambahan fasilitas dan peralatan. Rencananya, TPKS akan menambah fasilitas dermaga dari yang semula 490 meter, menjadi 600 meter, sedangkan penambahan peralatan berupa RTG sebanyak enam unit untuk menunjang pengangkutan peti kemas. Selain itu juga akan ditambah CC sebanyak 3 unit. Dengan penambahan fasilitas dermaga menjadi 600 meter, nantinya TPKS akan mampu melayani dua unit kapal sekaligus. Sementara itu kalau ada penambahan alat, otomatis CC juga harus ditambah, terang Putu.

Menurutnya, pengadaan tambahan fasilitas sudah mendapat persetujuan dari Direksi Pelindo III, sedangkan untuk penambahan alat tinggal menunngu proses sertifikasi. Jelas GM TPKS: Karena harus menjalani serangkaian tes, maka proses sertikasi agak memakan lama, yaitu kurang lebih satu tahun, tapi sekarang sudah mulai proses. Kalau itu semua sudah terealisasi, maka TPKS yang usianya semakin tua, akan mampu kian berjaya, yang pada gilirannya akan mampu memberi kontribusi kepada perusahaan dengan lebih signikan . Dalam perjalanan waktu, TPKS memang telah membuktikan kemampuan mencapai berbagai prestasi yang menunjukkan kehandalan kinerjanya. Di antara sertikasi dan penghargaan yang pernah diterima TPKS antara lain: 1. Sertikasi ISPS Code Compliance 2. ISO 9001:2008 untuk Pelayanan Jasa Terminal Petikemas 3. ISO 14001:2004 untuk Perlindungan Lingkungan 4. SMK3 implementasi K-3 di lingkungan perusahaan 5. Prima Madya 2006 Pelayanan Publik Terminal Petikemas dari Menhub 6. Prima Madya 2007 Pelayanan Publik Terminal Petikemas dari Menhub 7. Prima Madya 2010 Pelayanan Publik Terminal Petikemas dari Menhub 8. Piala Citra Pelayanan Prima dari Presiden RI untuk jasa pelayanan publik berkinerja sangat baik tahun 2009 9. Penghargaan zero-accident tahun 2011. (Kalimas1)

Dalam perjalanan waktu, TPKS memang telah membuktikan kemampuan mencapai berbagai prestasi yang menunjukkan kehandalan kinerjanya

EDISI 152 I JULI I 2011

k e m u d i

PENGANUGERAHAN

TPKS AWARD
Pada Acara HUT ke-10 Terminal Petikemas Semarang (TPKS)

emarang, 7 Juli 2011 malam bertempat di Grand Candi Hotel Semarang,Terminal Petikemas Semarang menganugerahkan TPKS awardkepada para pelanggannya bersamaan dengan ulang tahun ke-10 TPKS. Penghargaan diberikan kepada 2 (dua) kategori pelanggan, yaitu perusahaan pelayaran dan perusahaan forwarding. Dengan dilaksanakan acara TPKS Award ini, para pelanggan di Terminal Petikemas Semarang dapat melihat peran, kiprah dan keberhasilan perusahaan pelayaran dan perusahaan forwarding (EMKL) yang selama ini telah menunjukan kinerja yang baik. Keberhasilan berupa kinerja troughput dan terkait dengankelancaran membayar jasa pelayanan terminal, hal-hal inilah yang menjadi pertimbangan dari Tim penilai TPKS Award 2010.

Adapun pengguna jasa yang mendapatkan penghargaan dengan kategori perusahaan pelayaran adalah sebagai berikut : 1. Samudera Indonesia; 2. Evergreen Shipping Agency; 3. Andal Lautan Niaga. Sedangkan untuk kategori perusahaan forwarding (EMKL) penghargaan diberikan kepada : 1. Samudera Selaras; 2. Kalisari Putra; 3. Masaji Tatanan Laut. Realisasi kegiatan bongkar muat tahun 2010 di TPKS telah mencapai 384.522 TEUs, dimana telah terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu terealisasi sebesar 356.461 TEUs. Sedangkan yang dilakukan oleh Terminal Petikemas Semarang dalam meningkatkan pelayanan yakni dengan melakukan investasi

EDISI 152 I JULI I 2011

infrastruktur dan suprastruktur. Investasi infrastruktur dengan telah dilakuk an peningkatan kapasitas lapangan penumpukan dari 15 Ha menjadi 18 Ha pada tahun 20082009, selanjutnya pada tahun 2011 2012 berencana menambah kapasitas Container Yard (CY) seluas 3 Ha, jumlah RTG eksisiting 2010 sebanyak 13 unit, selanjutnya pada tahun 2011 ini akan melakukan penambahan RTG sebanyak 6 unit dan menambah Headtruck dan Chassis lagi sebanyak 5 unit. Pada tahun 2013 2014, TPKS juga akan melakukan investasi dengan melakukan penambahan panjang dermaga 105 m sehingga total panjangnya menjadi 600 m agar dapat menampung 3 kapal sandar ukuran 180 m dan melakukan penambahan CC (Container Crane) 1 unit lagi sehingga total menjadi 6 unit.

Kecepatan Pelayanan, Ketepatan Waktu dan Kesiapan Alat


Terminal Petikemas Semarang ( TPKS) terletak di lokasi strategis ditengah-tengah pulau jawa yang memberikan pelayanan jasa petikemas (container terminal handling) yang handal, aman, dan terintegrasi antar moda serta didukung dengan penggunaan teknologi informasi yang modern dan di desain untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa. TPKS sangat siap terhadap persaingan dan kompetisi dengan mengusung spirit memberikan pelayanan terbaik kepada pengguna jasa dengan sepenuh hati dan dengan kebersamaan meningkatkan pelayanan PRIMA, yaitu Professional, Responsif, Inovatif, Modern, dan Akuntable. Komitmen Manajemen TPKS adalah memberikan pelayanan terbaik kepada pengguna jasa dengan sepenuh hati. Komitmen tersebut direalisasikan dengan KECEPATAN PELAYANAN, KETEPATAN WAKTU, dan KESIAPAN ALAT. Komitmen tersebut utamanya bukan bertujuan untuk keuntungan individual, melainkan untuk memberikan kontribusi berupa deviden terhadap perekonomian negara tercinta, dengan mengajak seluruh jajaran dan instansi pelayanan yang berada di Pelabuhan Tanjung Emas yang terkait pelayanan di TPKS untuk melakukan tindakan reformatif dan perubahan paradigma lama.

diperolehnya Piala Citra Pelayanan Prima dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang diserahkan secara langsung oleh Presiden RI pada tahun 2008 yang lalu. Tidak hanya dalam bidang pelayanan prima, Terminal Petikemas Semarang (TPKS) juga telah menerapkan beberapa standar internasional, diantaranya adalah dengan mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2008), kepedulian lingkungan hidup dengan menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001), memberikan jaminan keamanan pada fasilitas pelabuhan dengan memperoleh sertifikat comply ISPS Code serta memberikan jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan diperolehnya sertikat Bendera Emas SMK3. Dan yang masih hangat adalah Penghargaan Zero Accident juga diterima pada tahun 2011 dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada akhir bulan Mei 2011.

Profil TPKS
Awalnya, kegiatan bongkar muat petikemas di Pelabuhan Tanjung Emas dilakukan secara konvensional yaitu menjadi satu kesatuan dengan bongkar muat barang umum (general cargo) yang berada di bawah kendali Divisi Usaha Terminal Cabang Pelabuhan Tanjung Emas. Setelah selesainya pembangunan tahap II tahun 1997, penanganan petikemas memasuki tahap pelayanan terminal sendiri yang dikendalikan Divisi Terminal Petikemas Cabang Pelabuhan Tanjung Emas (Divisi TPK). Pada tanggal 1 Juli 2001, sebagai langkah antisipasi terhadap pertumbuhan angkutan petikemas di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, yang secara nyata memerlukan pengelolaan yang lebih profesional, manajemen PT Pelindo III (Persero) melakukan pemekaran organisasi PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Emas, menjadi 2 bagian yaitu pengelolaan Terminal Petikemas secara mandiri di bawah tanggung jawab General Manajer Terminal Petikemas Semarang dan pengelolaan pelabuhan di bawah tanggung jawab General Manajer Pelabuhan Tanjung Emas. Terminal Petikemas Semarang ( TPKS) merupakan cabang yang berdiri sendiri terpisah dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang,sehingga semua urusan handling petikemas sepenuhnya dilakukan sendiri oleh manajemen Terminal Petikemas Semarang. Pada tanggal 1 Juli 2011 yang lalu, bertepatan 10 tahun yang lalu Terminal Petikemas Semarang berdiri menjadi Terminal Petikemas yang sangat diminati para pelaku ekspor dan impor, khususnya di daerah Jawa Tengah dan DIY.

Terminal Petikemas Semarang (TPKS) telah berulang kali berprestasi dengan memperoleh penghargaan terkait dengan pelayanan jasa bongkar muat petikemas

Prestasi dan Penghargaan


Terminal Petikemas Semarang (TPKS) telah berulang kali berprestasi dengan memperoleh penghargaan terkait dengan pelayanan jasa bongkar muat petikemas diantaranya, mendapatkan penghargaan Prima Madya dari Menteri Perhubungan RI pada tahun 2006, 2007 dan 2010, dan yang membanggakan adalah

EDISI 152 I JULI I 2011

t r o s

CABANG CELUKAN BAWANG


Pelabuhan Celukan Bawang, berpotensi menjadi gerbang perekonomian Bali

BUKAN ANAK BAWANG

UANSA sejuk beserta semilir angin sepoi-sepoi ditambah garis pantai melengkung membentuk celuk dengan pasir yang masih alami menjadi potret tersendiri pada frame pantai di Celukan Bawang. Keadaan oseanogras yang dikelilingi palung laut cukup dalam, menjadikan pelabuhan ini tidak mudah tersendimitasi. Berada di pintu gerbang masuk sebelah utara Bali, Celukan Bawang dapat dikatakan cukup strategis sebagai gateway port yang menjadi tempat bongkar muat barang bagi kebutuhan daerah. Terdapat beberapa akses transportasi yang menghubungkan pelabuhan ini dengan berbagai daerah yang menjadi pusat-pusat pengembangan di wilayah Bali, yaitu jalur jalan Cekik menuju Negara, Jalur Seririt menuju Pupuan, jalur Singaraja menuju Bedugul atau Singaraja menuju Kintamani, dan jalur Tejakula menuju Kubu. Namun dari ke empat jalur ini yang memiliki kelaikan jalan dengan truk trailer hanya jalur Cekik karena memiliki medan yang cukup datar.

Sempat Merosot
Pelabuhan yang masuk dalam wilayah Buleleng memiliki kedalaman perairan yang bervariasi yakni antara 15 m sampai 20 meter. Selama ini aktifitas pelabuhan masih berupa bongkar muat komoditas semen, pupuk, kayu dan sembilan bahan pokok, dengan dominasi semen bag dari PT Tiga Roda. Tidak dapat dipungkiri, dari hasil evaluasi lima tahunan terjadi penurunan yang signikan sejak tahun 2007, baik dari data kunjungan kapal atau arus barang. Di tahun 2007 kunjungan kapal tercatat 369 dengan bobot 410.746 GT, di tahun 2008 kunjungan kapal hanya sejumlah 346 unit dengan bobot 398.032 GT, angka itu terus mengalami penurunan hingga ditahun 2010 mencapai titik 215 unit kunjungan kapat dengan bobot 145.638 GT.

10

EDISI 152 I JULI I 2011

Arus barang pun mengalami penurunan yakni 2007 sebesar 565,745 Ton, 2008 sebesar 528.161 ton, 2009 tercatat 528,229 Ton, dan ditahun 2010 sebesar 494,006 ton. Penurunan aktitas bongkar muat tersebut diakui oleh General Manager PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Celukan Bawang, sebagai imbas dari merosotnya pasokan barang dari Kalimantan. Namun, keadaan ini akan disiasati dengan pendekatan ke sejumlah perusahaan. Diantaranya, perusahaan pengeboran lepas pantai PT. Altus, PT. Bosowa dan pengusaha barang di kawasan Denpasar. Selain itu, Drs Poniman, MM yang mengaku kerap dipanggil Jendral Poniman karena kemiripan namanya dengan nama seorang jendral tokoh Angkatan 45 yang pernah menduduki jabatan puncak dilingkungan TNI-AD, mengungkapkan pemanfaatan lahan akan ditingkatkan untuk mengoptimalisasi pendapatan perusahaan. Selama ini 50 persen lahan yang menjadi kewenangan Pelindo Cabang Celukan Bawang sudah termanfaatkan. Pengembangan infrastruktur dan suprastruktur pelabuhan pun akan terus ditingkatkan. Kapal besar asal China yang mengangkut peralatan pembangunan PLTU pernah labuh disini, tetapi tidak berkelanjutan karena masih terganjal perijinan, ujar Poniman.

Sambut Cruise
Pelabuhan Celukan Bawang terbagi menjadi lima zona, yakni zona terminal yang meliputi terminal penumpang, kargo, dan barang curah dengan luas total 491.600 meter persegi, zona Port Associated Industries (PAI) seluas 4.500 meter persegi, zona perkantoran bisnis maritim seluas 79.500 meter persegi, zona perikanan dan zona pariwisata yang masing-masing memiliki luas 39.300. Pelabuhan ini mengoperasikan empat unit dermaga yang salah satunya merupakan Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri (DUKS) yang dikelola oleh PT Semen Tonasa sepanjang 72 meter, dermaga perikanan sepanjang 50 meter yang digunakan kapal-kapal pelra, satu dermaga dengan panjang 58 meter, dan dermaga paling ujung sepanjang 160 meter. Dermaga terahir ini adalah dermaga baru yang dibangun pemerintah Provinsi Bali dan Pemkab Buleleng. Dermaga milik Pelindo III sendiri, awalnya hanya sepanjang 60 meter. Kemudian dermaga itu disambung oleh pemerintah daerah Kabuparen Buleleng, kurang lebih 100 meter. Dermaga baru itu akan dioperasikan untuk penerimaan kapalkapal cruise. Rencananya, Celukan Bawang akan kedatangan kapal cruise pada awal tahun 2012 mendatang. Untuk pelayanan kapal-kapal pesiar

EDISI 152 I JULI I 2011

11

t r o s
salah kalau kami kembangkan Buleleng lewat utara yang merupakan laut terbuka . Guyon khas ini, mengacu kepada sulitnya akses jalan masuk ke Buleleng. Sebab setelah lewat desa Cekik Kabupaten Jembrana di barat, hanya terdapat jalur jalan sempit. Bila masuk dari arah selatan yang penuh tanjakan dan tikungan tajam, harus melewati Gitgit, sedang dari arah timur yang hinterlandnya belum berkembang harus lebih dulu melewati desa Culik Kabupaten Karangasem. Tetapi, potensi apa yang dimiliki kabupaten yang biasa disebut sebagai Gumi Kebus (Bumi Panas) ini ? Unggulan ekonomi Buleleng sejak awal memang bertumpu pada pertanian, yang selain menjadi daerah penghasil buah-buahan jeruk (Tejakula), rambutan (dataran tinggi Subuk, Sepang), Duren (Pegadungan), kopi (Munduk), vanili, lada dan anggur (Seririt, Kalibubuk). Selain itu, Buleleng juga memiliki berbagai obyek wisata unggulan, antara lain resort-area Lovina yang terkenal dengan pantai berpasir putih yang menjadi habitat mamallia laut ikan lumba-lumba, air terjun bertingkat tiga di Gitgit, lokasi wisata selam di Pulau Menjangan, museum lontar Gedung Kirtya, pura tua di Pulaki, dan masih banyak lagi. Kesulitan utama untuk pengembangan wisata dan perekonomian Buleleng, hanya terletak pada infrastruktur yang untuk investasinya diperlukan biaya cukup besar. Namun kedepan, kondisi seperti ini akan segera dapat diatasi, sejalan dengan rencana pembangunan PLTU sebagai pemasok kebutuhan industri penunjang pariwisata yang akan dipusatkan di Bali utara. Untuk itu, Pemkab Buleleng telah menyiapkan lahan seluas 25 hektar sebagai Kawasan Industri di Kerobokan, sekitar tiga kilometer dari Pelabuhan Celukan Bawang. Kalau rencana Pemprov memindahkan kegiatan bongkar muat general cargo dan petikemas dari Benoa ke Celukan Bawang segera dilaksanakan, maka Bali Utara akan semakin cepat berkembang. Apalagi munculnya pemindahan bandar udara internasional dari Ngurah Rai ke Kubutambahan atau Gerokgak yang sudah ditinjau oleh calon investor dari Kuwait juga jadi dilaksanakan, maka potensi yang terdapat di Bali utara akan dapat dikembangkan lebih signifikan lagi. Masak Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang berasal dari Bondalem di Buleleng tak tergugah hatinya melihat daerah asalnya yang masih tetap tertatih-tatih ini tutur Bupati Buleleng Bagiada dalam suatu perbincangan dengan Dermaga.(NIlam)

yang rata-rata mempunyai panjang sekitar 200-250 meter dengan GRT sekitar 20.000 dan draft -8 meter, kondisi kolam Celukan Bawang sudah memenuhi syarat terang GM Celukan Bawang pada penerimaan kunjungan para wartawan pelabuhan di kantor Cabang Benoa. Selama ini, kapal pesiar dari Australia pernah rapat di pelabuhan Celukan Bawang. Kapal tersebut mendapat rekomendasi langsung dari dinas pariwisata. Disinggung tentang sistem share antara pihak Pelindo III dengan pemerintah s e t e m p a t , Po n i m a n m e n y a t a k a n pemerintah telah menyerahkan hak kelola dermaga baru itu kepada Pelindo III. Sementara ini Pelindo hanya dikenakan biaya pemeliharaan, sedangkan wewenang operasional diserahkan kepada kami. Namun sejauh ini belum ada perjanjian pembagian share antara pemilik dermaga dengan Pelindo III selaku operator. Yang jelas, pembangunan dermaga tersebut merupakan bukti

komitmen Pemkab Buleleng dalam upaya memajukan perekonomian daerah, termasuk peluang pelayanan kapal wisata. Semua upaya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja Pelabuhan Celukan Bawang, agar tak lagi menjadi anak bawang yang perannya sekedar sebagai pelengkap penderita tutur GM Pelindo III Cabang Celukan Bawang Poniman.

Cukup Potensial
Seperti halnya kebanyakan daerah Bali lain, Kabupaten Buleleng banyak potensi yang sampai saat ini belum tergarap. Dalam seloroh Bupati Putu Bagiada dengan Reporter Dermaga beberapa waktu lalu, orang nomor satu di Bumi Panji Sakti ini berucap:Sebenarnya Kabupaten Buleleng mempunyai semua. Tetapi bila sampai saat ini belum bisa menyamai kabupaten lain, mungkin karena Buleleng selalu terkendala oleh akses masuk. Dari arah barat, sudah dicekik, dari selatan kami kena gigit sedang dari timur bakal kena culik. Karena itu tak

Data Kunjungan Kapal Pelabuhan Celukan Bawang

12

EDISI 152 I JULI I 2011

panjarwala

MENGUSIR SEPI
Dengan keunggulan kolam -14 meter LWS, pelabuhan Tanjung Wangi masih terkendala untuk pelayanan petikemas

DARI TANJUNG WANGI

gaknya karakter sebuah daerah tidak lepas dari apa yang menjadi ciri khas budayanya. Mendengar nama Banyuwangi, menggiring ingatan pada daerah paling timur pulau Jawa. Dataran tinggi dan jajaran gunung-gunung dengan puncak kawah gunung Ijen. Atau pada hamparan perkebunan kopi, teh dan cacao eks tanah tenant (orang pribumi yang diwajibkan membayar uang sewa tanah yang di klaim milik pemerintah) yang dulu dikuasai Belanda. Atau pada lembah di bawah gunung Raung yang konon pesonanya memikat orang Eropa hingga memberikan nama kembar dengan sebuah daerah cantik di Scotlandia: Gleenmore! Atau, mendengar Banyuwangi teringat pada keunikan paduan bumbu kacang berpadu petis dengan aroma kuah soto babat yang membuat orang

penasaran mencoba ketika mendengar nama Rujak Soto . Memang, Banyuwangi menyimpan berbagai potensi. Seperti halnya tidak terpikir mencampur rujak ulek dengan soto, namun makanan ini mampu menjadi daya tarik serta ikonik tersendiri di Bumi Gandrung ini. Maka tak salah kalimat yang sering beredar,tak ada yang mustahil terjadi di Banyuwangi. Tak salah pula jika pada rentang waktu enam tahun selama masa jabatannya sebagai Letnan Gubernur Jenderal untuk wilayah Hindia Timur Thomas Stamford Raffles pernah memendam mimpi menjadikan kota ini sebagai pusat perdagangan. Sejak

EDISI 152 I JULI I 2011

13

pa n j a r wa l a
pelabuhan tersebut, dalam rangka kebebasan bagi kapal-kapal Inggris yang melakukan pelayaran ke Australia. Beralihlah era dimana sistem rodi terulang lagi. Pemerintah Belanda kembali mengeksploitasi tenaga pribumi. Warga Banyuwangi dipaksa menjadi pekerja dalam pembangunan jalur kereta api dan terowongan. Terowongan yang menembus Gunung Raung itu merupakan terowongan terpanjang di Asia yang dibangun pada masa lalu. Ladang, sawah, dan perkebunan mulai ditinggalkan. Akibatnya, perdagangan hasil perkebunan pun menurun. Pelabuhan yang dimpikan dan nyaris menjadi pusat transaksi perdagangan sesuai rencana Rafles yang kemudian diterapkan di Singapura, menjadi sepi dari segi pengelolaan. Sistem kerja rodi yang lambat laun mendarah daging ini mempertebal kabut hitam di mata masyarakat Banyuwangi. Mereka tidak lagi dapat melihat potensi alam sekitar. Butuh waktu untuk kembali membuat masyarakat peka terhadap sejarah jika dulu daerah ini hampir memiliki pelabuhan internasional. Hingga kelak masyarakat akan sadar tidak ada yang mustahil dikembangkan di wilayah Banyuwangi.

awal pemerintahannya di tahun 1811, Rafes melakukan terobosan awal dengan menghapuskan sisitem landeljik stelsel yakni sistem sewa sawah pada masa kolonial. Orang pribumi tidak lagi dibatasi dalam penanaman satu jenis tanaman tertentu yang kemudian wajib menyerahkan hasil pertaniannya kepada pemerintah, atau takut jika ketahuan memiliki perkebunan kopi pribadi. Karena sistem penguasaan tanah oleh pemerintah telah diganti dengan alur kerjasama dimana pemerintahan hanya menetapkan sistem regulasinya. Ladang karet, kopi, dan cacao menyemai luas. Berbagai komoditas perkebunan lain memberikan hasil yang melimpah.

Hampir Jadi Singapura


Selanjutnya, Raffles yang menjadi penguasa Hindia Timur pada tahun 1811 hingga 1816 mulai melirik potensi pada pelabuhan Tanjung Wangi. Pelabuhan ini dinilai sangat strategis karena dapat dijadikan salah satu bandar persinggahan kapalkapal ekspansi menuju Australia. Maka pelabuhan di semenanjung Banyuwangi mulai dibangun. Kantor dagang Inggris didirikan di area lingkungan pelabuhan. Begitu juga dengan markas tentara, dan beberapa kantor pemerintahan. Pada masanya, pelabuhan ini juga sudah berfungsi sebagai perlintasan

kegiatan ekspor. Umumnya, barang-barang yang dikirim adalah hasil perkebunan yakni kopi, teh, coklat dan buah-buahan. Konon, buah yang menjadi andalan ekspor adalah pisang yang menjadi favorit masyarakat Australia. Pelabuhan Banyuwangi yang menjadi persinggahan kapal-kapal explorasi Inggris banyak membawa penumpang dari berbagai bangsa seperti Cina, India, Arab, Melayu, serta Bugis. Ada beberapa diantara penumpang kapal itu yang kemudian menetap dan membangun pemukiman. Maka jadilah Banyuwangi kawasan yang multi etnis. Namun sayang, impian R affles mewujudk an kemegahan pelabuhan Banyuwangi harus terhenti. Sebab sesuai dengan Traktat London 1816, Inggris yang mengalami kekalahan perang dengan Perancis di Waterloo, harus segera mengembalikan kawasan Hindia Timur kepada Belanda yang merupakan sekutu Perancis. Meski di tahun 1818 ketika Belanda kembali meminta wilayah Hindia Timur pelabuhan ini sempat dipertahankan karena dinilai bukan termasuk wilayah kekuasaan Belanda, namun Rafes terpaksa harus merelakan Banyuwangi. Setelah Inggris mendapat kekuasaan terhadap Tumasek yang kini dikenal sebagai Singgapore, Raffles yang berkedudukan di Malaka segera saja mengembangkan

Tanjung Wangi Kini


S ejak berlakunya Surat M enteri Perhubungan No. KM.119/0/Phb.73, tanggal 2 Nopember 1973, Pelabuahan Tanjung Wangi yang merupakan salah satu pelabuhan utama di Banyuwangi ditetapkan sebagai pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan umum dalam dan luar negeri/antar negara dengan kategori pelabuhan kelas II, dibawah kewenangan pengelolaan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero). Berdasar KM No.40 tahun 1999, Pelabuhan Banyuwangi memiliki luas DLKR 196,50 ha dan sejak berlakunya KM No.56 tahun 2002, pemerintah pusat melimpahkan pengelolaan Pelabuhan Banyuwangi Lama yang dikenal sebagai pelabuhan Boom, kepada pemerintah provinsi sehingga pelayaran rakyat dapat ditampung di Pelabuhan Banyuwangi guna membantu

14

EDISI 152 I JULI I 2011

kinerja operasional Pelabuhan Tanjung Wangi. Sebagai pelabuhan komersial, Tanjung Wangi mengedepankan upaya baik pelayanan jasa dan pemanfaatan fasilitas. Kegiatan bongkar muat barang diantaranya pupuk curah, semen, dan ikan hasil tangkapan. Namun pada lima tahun terahir terjadi fluktuasi kegiatan bongkar muat barang maupun arus penumpang. Ditahun 2006 arus barang berkisar 853.000 ton dengan penumpang 11.855 orang. Kemudian pada tahun berikutnya arus barang menurun hingga kisaran 638.000 ton. Namun ditahun 2008 kembali meningkat hingga mencapai 889.459 ton. 2008 menjadi tahun yang cukup gemilang dimana pelabuhan ini berhasil membukukan laba sebesar Rp.4 milyar. Namun penurunan terjadi di dua tahun selanjutnya. Penurunan arus barang dipengaruhi pasokan pupuk curah dari Kalimantan yang juga cenderung menurun dua tahun terahir. Hal ini dibenarkan General Manager Pelindo III Cabang Tanjung Wangi, disela-sela pemaparannya tentang kondisi umum Pelabuhan Tanjung Wangi di depan peserta Tour Orientasi & Penyegaran Wawasan yang diikuti oleh anggota Forum Wartawan Pelabuhan (Forwapel). Pengiriman pupuk dari Kalimantan Timur mulai lesu, yang disebabkan terjadinya anomali cuaca yang berpengaruh kepada kegiatan pertanian. Sebagai akibat dari itu semua, penggunaan pupuk juga mulai berkurang, akibatnya terjadi penurunan komoditas barang yang dikirim melalui Tanjung Wangi, ujar Kosasih. Selama ini pengiriman pupuk dan semen memang mendominasi. Tak heran jika pengiriman barang di tahun kemarin hanya sekitar 712.000 ton. Meresapi kearifan lokal yang tersirat dalam loso Rujak Soto , bahwa segala hal yang mustahil bisa saja terjadi di Tanjung Wangi. Meski adanya penurunan laba yang cukup signikan di tahun 2010 yakni turun 25% dari tahun 2009, ditahun mendatang Kosasih tetap optimis dalam pencapaian laba

Rp.4,4 miliar seperti yang sudah ditargetkan. Saat ini kami sedang melakukan pendekatan terhadap tiga perusahaan pengeboran minyak dan gas bumi yang beroperasi di lepas pantai Jawa Timur. Ini sebagai alternatif kegiatan pelabuhan. Jika aktivitas bongkar muat terus menurun, tentu saja tidak bisa dibiarkan, nanti pelabuhan semakin miskin aktitas. Sampai saat ini sudah ada kontrak dengan PT. Altus yang mulai akan melakukan kegiatan pengeboran tahun 2012, tutur GM Tanjung Wangi. Rupanya, optimisme GM Tanjung Wangi untuk melampaui target laba yang ditetapkan dengan menggandeng perusahaan offshore (pengeboran lepas pantai) merupakan langkah yang cukup strategis. Terbukti dari laporan triwulan hinga Mei 2011 laba yang tercapai sudah tercatat Rp.3,34 milyar.

Keadaan geografis Pelabuhan Tanjung Wangi sebenarnya mendukung prospek untuk pelayanan petikemas.
Padahal, pengusaha ekspor di sekitar Banyuwangi telah mendesak realisasi dibangunnya terminal petikemas di Tanjung Wangi guna memperlancar kegiatan pengiriman barang hasil produksinya. Dilansir oleh beberapa media, ada 35 pengusaha eksportir yang mengharap keberadaan terminal petikemas di lingkungan Pelabuhan Tanjung Wangi. Pengusaha-pengusaha tersebut diantaranya pengusaha dan pengrajin meubel dari wilayah Situbondo yang memiliki buyer tetap di luar pulau dan luar negeri. Keadaan geogras Pelabuhan Tanjung Wangi sebenarnya mendukung prospek untuk pelayanan petikemas. Dermaga pelabuhan ini dinyatakan bebas perawatan akibat dari pendangkalan yang ditimbulkan sedimentasi. Kedalaman kolam pun cukup memenuhi, yakni 12-14 LWS. Tapi agaknya lebar dermaga masih kurang proposional untuk pelayanan petikemas. Dermaga multipurpose di Tanjung Wangi hanya selebar 15 meter, sedangkan untuk pelayanan kapal pengangkut petikemas idealnya lebar dermaga paling tidak 25 meter, lanjut Kosasih. Ia mengakui penambahan lebar dermaga membutuhkan investasi biaya yang tidak kecil. Maka, kendala kurang laiknya infrastuktur ini harus menjadi catatan wacana pengadaan terminal petikemas mendatang. (kalimas1)

Peti Kemas Menanti


Sesuai trafik report, dari data 5 tahun sampai 2010 belum tercatat adanya pengiriman barang melalui peti kemas yang dilayani dari Pelabuhan Tanjung Wangi. Padahal rencana pengiriman barang dengan penggunaan peti kemas yang akan melalui Pelabuhan Tanjung Wangi sempat lama diwacanakan. Bahkan peresmian oleh pemerintah setempat sampai saat ini tercatat telah terjadi berulangkali, namun tak juga terjadi langkah yang berkelanjutan. Di tahun 2003 pemerintah bekerjasama dengan perusahaan nasional dan Management of Portklang, Malaysia, melakukan peresmian operasional pelayanan petikemas dari Tanjung Wangi pada 11 Juni dengan Kapal Segara Makmur yang meluncur dari Banyuwangi menuju Jakarta. Peresmian kedua dilakukan oleh wakil bupati Yusuf Nuris di bulan Februari 2007, dengan KM Mentari Sejahtera wakil Bupati berangkat dari Banyuwangi menuju Singapore. Di akhir tahun 2010 Gubernur Jatim kembali berencana meresmikan peluncuran perdana pengiriman petikemas melalui Pelabuhan Banyuwangi. Namun agaknya, usaha ini belum menampakkan hasil yang sesuai harapan.

EDISI 152 I JULI I 2011

15

p a l k a
Wapres: Agenda yang mendesak untuk dilaksanakan, adalah membangun sistem logistik nasional

SISTEM

LOGISTIK NASIONAL
P
EMERINTAH RI maupun Kamar Dagang & Industri Indonesia (KADIN) mengakui bahwa biaya logistik nasional saat ini masih mahal, hingga pelaku usaha lokal menghadapi kesulitan bersaing dalam memasarkan produknya, bila dibanding dengan luar negeri. Karena itu, pemerintah sangat konsern dalam mengawal masalah itu, dan merasa perlu diterbitkannya aturan sistem logistik nasional (Sislognas) ujar Wakil Presiden Budiono beberapa waktu dalam pertemuan dengan pengurus Kadin dan Gabungan Importir Nasional Indonesia (GINSI) di Jakarta. Wapres bersama Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik Kadin Natsir Mansyur dan Sekjen GINSI Achmad Ridwan menyatakan bahwa ongkos logistik di Indonesia berkisar 30% dari biaya produksi, yang berakibat produk dalam negeri sulit bersaing di pasar global. Besaran ongkos tersebut, jauh lebih besar dibandingkan rasio biaya logistik dan nilai tambah di Thailand yang sebesar 25% dan Korea Selatan yang hanya sebesar 16%. Padahal untuk memacu daya saing di pasar global, menurut mereka harus terjadi rasio serendah mungkin.

CEGAH BIAYA MAHAL

Godog Usulan
Pada dasarnya, sejak beberapa tahun lalu Kementerian Perdagangan serta kementerian terkait telah menyusun cetak biru logistik nasional untuk kemudian menyerahkannya kepada Menteri Koordinator Ekuin agar diteruskan kepada Presiden guna mendapat pengesahan. Tetapi blue print logistik nasional yang sedianya ditargetkan ditandatangani

16

EDISI 152 I JULI I 2011

Presiden pada akhir 2010 lalu, terpaksa tertunda. Bahkan konsep dasarnya kemudian mendapat revisi yang dilakukan bersama KADIN Indonesia sebagai wadah pebisnis nasional. Meskipun pada waktu itu Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu telah mengatakan bawa blue print itu akan ditandatangani presiden akhir tahun lalu sesuai harapan para pelaku bisnis sektor logistik dan angkutan laut nasional. Dengan kondisi sekarang para pelaku bisnis tersebut terpaksa bersabar hati menunggu tanpa kepastian, sementara itu sistem logistik di Indonesia terus berjalan tanpa dipayungi aturan yang jelas. Pernyataan yang mengkritisi terhadap kondisi timbulnya biaya tinggi perekonomian Indonesia, tidak saja disuarakan Wapres, tetapi juga dilontarkan oleh Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Sumber Daya Industri & Teknologi Sakri Widhianto serta AnggotaTetap Bidang Logistik KADIN Indonesia Anwar Sata. Menurut mereka, rasio biaya logistik terhadap nilai tambah produk Indonesia masih sekitar 61%. Mengingat kondisi seperti itu, pada saat ini KADIN Indonesia tengah menggodok usulan tentang sistem logistik nasional kepada pemerintah, dengan target agar dalam tahun 2011 ini juga dapat diselesaikan tutur Anwar Sata. Sementara itu,Wapres Budiono yang mengakui bahwa sistem logistik di Indonesia sudah sangat tertinggal, berjanji pemerintah akan memperbaiki sistem logistik lewat pembentukan tim khusus. Menurutnya,tim logistik ini tak hanya beranggotakan kalangan pemerintah tetapi juga melibatkan para pebisnis. Tim ini memiliki bidang tugas yang sangat luas, mulai dari tim arus barang hingga tim jasa.

agar Pelabuhan Makassar diterapkan menjadi pelabuhan pengumpul (hub). Pertimbangannya adalah agar biaya logistik di KTI bisa lebih murah. Menurut penilaian kami, pelabuhan Makassar sangat cocok menjadi hub untuk KTI. Sebab dengan dekatnya pelabuhan pengumpul dari tempat penghasil barang, maka biaya logistik nasional akan untuk KTI akan dapat terpangkas ujar Natsir Mansur. Lebih jauh ia mencontohkan tentang tarif angkut petikemas dari Tanjung Priok ke sejumlah pelabuhan di daerah Papua yan sangat tinggi. Selain ke Merauke, tarif angkutan petikemas dari Jakarta menuju Jayapura tercatat sampai Rp.12 juta per TEUs. Sementara itu tarif angkut petikemas dari Jakarta ke Manokwari mencapai Rp.16 juta per TEUs. Namun sebaliknya tarif pengiriman dari ketiga pelabuhan di Papua menuju Jakarta justru bisa lebih murah. Seperti dari Jayapura dan Manokwati menuju Jakarta, masing-masing hanya sebesar Rp.9,5 juta dan Rp.15,5 juta per TEUs. Sementara itu menurut Achmad Ridwan, harus dicari jalan terbaik guna meyakinkan calon investor untuk berinvestasi membangun industri di KTI. Guna mendorong ke arah sana, maka menjadi kewajiban pemerintah untuk juga membangun infrastruktur seperti pelabuhan laut, jalur angkutan darat maupun bandar udara di sekitar sentra industri di KTI. Sebab dengan demikian arus mobilitas orang akan lebih lancar. Selain itu, dengan adanya pelabuhan yang memadai waktu tunggu kapal akan lebih pendek, sedang produktivitas bongkar muat barang di pelabuhan akan dapat lebih ditingkatkan, yang pada gilirannya akan dapat memangkas biaya logistik yang harus dikeluarkan. Sebab dengan ketersediaan barang yang didukung oleh produktivitas tinggi dalam bongkar muat di pelabuhan, maka Turn Round Time kapal menjadi lebih singkat, yang berpengaruh besar terhadap biaya operasional kapal yang hanya akan mendapat hasil usaha bila lebih banyak berlayar, sebaliknya akan mengeluarkan biaya tinggi manakala kapal lebih lama menunggu di pelabuhan. Memberi tanggapan tentang cetak biru yang dikerjakan KADIN, Achmad Ridwan berucap: Kami berharap agar konsep yang sedang digodok KADIN bisa cepat selesai untuk kemudian sebelum diserahkan kembali ke pemerintah agar dinalisasi bersama asosiasi terkait seperti GINSI, INSA, APBMI, GPEI, ALFI dan tentu saja hak Pelindo sebagai operator terminal .

Mengingat kondisi seperti itu, pada saat ini KADIN Indonesia tengah menggodok usulan tentang sistem logistik nasional kepada pemerintah, dengan target agar dalam tahun 2011 ini juga dapat diselesaikan

Peningkatan Pelayanan
Menanggapi komitmen pemerintah di sektor logistik, Natsir Mansur mengatakan untuk mengatasi problematika jalur logistik nasional KADIN terus berupaya mendorong peningkatan logistik di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan mengusulkan

Faktor Penggerak
Sementara itu dalam kesempatan terpisah Ketua Umum KADIN Suryo Bambang Sulisto menengarai bahwa penyebab utama terjadinya biaya logistik tinggi, adalah belum tersedia atau kurangnya infrastruktur pendukung seperti jalan, jembatan dan pelabuhan yang cukup memadai. EDISI 152 I JULI I 2011

17

P a l k a
Untuk Jawa yang penduduknya sangat padat saja, belum tersedia cukup pelabuhan curah. Padahal seharusnya ini banyak dibangun, agar kapal-kapal besar bisa merapat dan membongkar muat barang secara cepat dan esien kata Bambang. Menurut Ketua KADIN, pemerintah harus segera merealisasikan rencana untuk memperbaiki sistem logistik dan koneksifitas rantai pasok nasional supaya masalah-masalah terkait logistik cepat terselesaikan. Apalagi para pelaku usaha telah menyatakan kesiapan membantu pemerintah memperbaiki sistem logistik dan keterhubungan nasional. Persoalannya kini adalah tinggal bagaimana pemerintah dan swasta bisa menyelaraskan langkah dalam membuat program terpadu dan menjalankannya ujar Bambang pula. Dalam hal ini pemerintah telah menetapkan rencana pengembangan sistem logistik nasional yang pengembangannya bertumpu pada enam faktor penggerak, yakni: a. Penetapan komoditas penentu b. Pengembangan infrastruktur c. Penerapan sistem informasi dan teknologi d. Penyedia jasa logistik e. Pengembangan SDM bidang logistik f. Penataan dan harmonisasi sistem. Selain itu, pemerintah juga telah menyusun kerangka kerja penguatan konektifitas nasional yang mengintegrasikan cetak biru sistem logistik nasional, cetak biru sistem transportasi nasional, pembangunan daerah dan peta jalan pengembangan sistem teknologi informasi. Rencana-rencana itu harus segera dilaksanakan, supaya Indonesia siap menghadapi perkembangan logistik kawasan dan implementasi komunitas ekonomi ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun 2015 mendatang ujar Ketua Umum KADIN Indonesia pula.

Pemerintah harus segera merealisasikan rencana untuk memperbaiki sistem logistik dan koneksifitas rantai pasok nasional supaya masalahmasalah terkait logistik cepat terselesaikan.

Enam Koridor
Terkait maraknya perbincangan tentang sistem logistik nasional, Deputi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edy Putra Irawadi dan Wakil menteri Perhubungan Bambang Susantono menyatakan upaya meningkatkan daya saing logistik, diperlukan pendekatan yang fokus dan terarah, dengan cara mengintegrasikan pendekatan pengembangan berbasis komoditas unggulan melalui enam koridor ekonomi, yang terdiri dari: 1. Sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional yang berpusat di Sumatera Utara 2. Pusat pengolahan dan produksi hasil tambang dan lumbung energi nasional di Kalimantan 3. Pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan & perikanan berpusat di Sulawesi 4. Pintu gerbang pariwisata nasional dan pendukung pangan nasional di Bali dan Nusa Tenggara 5. Pendorong industri dan jasa nasional di Jawa 6. Pusat pengembangan pangan, perikanan, energi dan pertambangan nasional di Papua dan Maluku.

Bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan, sistem logistik nasional yang kuat merupakan hal yang sangat penting untuk memastikan tiap wilayah dapat tumbuh dengan merata. Jika dilihat dari sisi rantai pasok global, Indonesia memiliki potensi besar dalam memasok hasil Sumber Daya Alam dan produk olahannya ke berbagai negara turur Edy Putra Irawadi. Wakil Menteri Perhubungan Bambang susantono lebih terfokus didalam mencermati demand kereta api barang di Jawa, yang berpotensi tumbuh 47% setiap tahunnya selama lima tahun kedepan, sedankan di Sumatera proyeksi pertumbuhannya berkisar 26%. Jelasnya: Total kereta api barang di jawa diperkirakan mencapai 18 juta ton dan di Sumatera 38 juta ton. Bila demand angkutan menggunakan kereta api di Jawa lebih bervariasi kebutuhannya antara lain untuk pengiriman tekstil, hasil pertanian dan barang-barang permesinan, maka di Sumatera lebih dibutuhkan untuk angkutan batubara dan CPO . Untuk potensi demand angkutan udara dan bandara, dengan jumlah penumpang mencapai 106 juta orang pada tahun 2010, Indonesia merupakan negara paling menjanjikan dalam industri angkutan udara di kawasan ASEAN. Pada tahun 2005-2009 pertumbuhan penumpang angkutan udara mencapai rata- rata 7%/ tahun. Sesuai dengan target pertumbuhan ekonomi di masa depan, angka ini diharapkan dapat mencapai lebih dari 9%/tahun. Di sektor perhubungan laut, kalau melihat potensi demand pelabuhan, Wakil Menteri Perhubungan memproyeksikan analisis untuk angkutan laut dan pelabuhan pada Tahun 2030 menyebut Kalimantan akan memiliki throughput terbesar pada pelabuhan. Arus barang terbesar dari Kalimantan, akan tetap didominasi oleh angkutan batubara, sementara arus lalu lintas petikemas masih akan tetap terkonsentrasi di Jawa, sementara distribusi minyak bumi mayoritas akan dikirim dari pelabuhan-pelabuhan di Jawa dan Sumatera. Selain itu, pelabuhan di Sumatera juga akan menangani sebagian besar distribusi CPO, sementara di Jawa akan diperlukan tambahan 1.139 hektar lahan dalam rangka ekspansi pelabuhan. Selain untuk pengembangan pelabuhan eksisting, juga diperlukan lahan untuk pembangunan pelabuhan baru yang akan dilakukan oleh pemegang ijin Badan Usaha Pelabuhan (BUP) baru yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan.(Nilam)

18

EDISI 152 I JULI I 2011

k a b i n

MEMICU

Lima puluh Mitra Binaan terpilih dibekali pelatihan manajemen lanjutan, menggandeng Universitas Brawijaya

MITRA BINAAN
K
UNCI keberhasilan suatu usaha banyak tergantung pada produktitas, managerial, dan publikasi. Tiga hal itulah yang menjadi titik poin terpenting dalam upaya pengembangan usaha. Produktitas berkaitan dengan barang produksi, kualitas, kuantitas, mutu, serta keunggulan komoditas. Managerial merupakan tata kelola usaha yang berarti perencanaan, pengelolaan, strategi, dan pengembangan. Sedangkan publikasi merupakan sarana informasi supaya produk dikenal dan diminati masyarakat demikian paparan yang diutarakan oleh I G. Nyoman Wididana, insinyur agronomi dan wirausahawan berhasil yang lebih dikenal dengan nama beken: Pak Oles .

KE USAHA UNGGULAN
Tak mengherankan bila puluhan pengusaha mikro mitra binaan Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PKBL) PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) begitu antusias menyimak paparan dari pengusaha yang sukses melanggengkan produknya hingga manca negara, dengan produkproduk herbal di bawah nama usaha Pak Oles . Kunjungan ke tempat usaha sekaligus rumah produksi Pak Oles tersebut, dalam rangka Pelatihan Managerial dan Pengembangan Usaha bagi pelaku UKM mitra binaan Pelindo EDISI 152 I JULI I 2011

19

k a b i n
Masalah utamanya adalah bagaimana kita berpikir dalam skala industri dengan membuat banyak dan menjual banyak. Prinsipnya bisnis itu membeli dan menjual. Tidak mungkin kita membeli saja, atau menjual saja, ya lama-lama bisa habis.
III untuk menggali kiat-kiat pengusaha sukses dan sharing pengalaman usaha. Peserta pelatihan yang datang dari berbagai kota, merupakan para mitra binaan terpilih yang dikirim dari cabang-cabang Pelindo III Tanjung Perak, Tanjung Emas, Tanjung Intan, Banjarmasin, Benoa, Lembar, Kupang dan Sampit. Tak sedikit perjuangan para pelaku usaha ini dalam menguji kegigihan untuk sampai pada lokasi pelatihan yakni Pulau Dewata. Selain karena jaraknya yang jauh, juga harus menghadapi berbagai kesulitan di perjalanan akibat jadwal angkutan yang kadang kurang mendukung kelancaran. Pelindo III sebagai event organizer dalam kegiatan ini. Tempat pertama yang menjadi jujukan peserta PKBL adalah rumah usaha Pak Oles. Di aula lantai III tempat usahanya, sang owner produk berbasis bahan organik ini berkenan mengungkap bagaimana menjadikan produk berpangsa global. Bagi Pak Oles dalam menjalankan usaha ia bermodal keberanian, kesederhanaan, dan fokus. Masalah utamanya adalah bagaimana kita berpikir dalam skala industri dengan membuat banyak dan menjual banyak. Prinsipnya bisnis itu membeli dan menjual. Tidak mungkin kita membeli saja, atau menjual saja, ya lama-lama bisa habis. Maka kita harus memikirkan, bagaimana cara kita memproduksi dan membangun jalur pemasaran secara bersamaan jelas Pak Oles. Lebih lanjut ia menuturkan kekuatan pemasaran ada pada branding dan informasi. Menurutnya, barang produksi harus memiliki ke-khasan yang membedakan barang yang kita produksi dengan produk lain. Bisa dari segi kualitas, kemasan, harga, nama atau sebagainya. Buatlah sebuah branding khusus yang melekat pada produk yang akan dipasarkan, itu akan membuat produk lebih dikenal. Yang kedua adalah ciptakan demand (permintaan) dengan menginfokannya. Karena, tak kenal maka tak beli. Informasi tentang produk sangat penting dalam strategi marketing. Jika beriklan mahal, buatlah media sendiri untuk mempublikasikan usaha. Ini lebih menguntungkan, selain mengiklankan produk secara langsung anda juga memiliki usaha media. Dan yang tak kalah penting adalah managemen pengelolaan. Trend bisnis sekarang adalah pengadaan distributor mandiri. Itu termasuk strategi jemput bola. Tidak perlu menunggu pesanan dari luar kota, sebelum itu distributor kita sudah ada di kota tersebut. Selain itu juga harus dipersiapkan regenerasinya atau next generation, jangan sampai usaha yang sudah kita rintis sekian tahun hancur begitu saja karena tidak ada yang mengelola terang pengusaha yang getol mempromosikan produk unggulan lewat Koran Pak Oles dan memiliki tiga stasiun radio. Dalam kesimpulan yang diberikan Pak Oles adalah adanya tiga tahapan dalam menjalankan usaha minyak berbahan organik yakni: - Prosesing atau mencacah, meramu dan mengkomunikasikan; - Proaksis yaitu berkembang dan terus melaksanakan; - Mempebaharui dan memberi nilai tambah. Ketiga langkah usaha tersebut, oleh Pak Oles disebut sebagai: amati, tiru dan inovasi.

Branding & Informasi


Bali sebagai tempat pelatihan menjadi pilihan selain karena daerah ini menyimpan kekhasan budaya yang unik, di tempat ini pula tumbuh subur industri-industri yang memulai usahanya dari rintisan kecil kemudian berhasil mengembangkan sayapnya hingga menembus pasar internasional. Ada empat tempat yang nantinya menjadi tujuan kita, yakni industri obat Pak Oles, pusat handycraf Indah Asri di Denpasar, dan produsen kerajinan perak Sun Silver di Gianyar. Diharapkan nantinya para peserta bisa aktif bertanya untuk menggali informasi tentang apa saja tips sukses mereka dalam menjalankan bisnis usahanya, tutur Profesor Muslih, koordinator dari lembaga Manajemen SDM Brawijaya yang ditunjuk

Berbekal Bunga Kering


Setelah puas mendengar tips-tips dari Pak Oles, peserta pelatihan digiring menuju gerai bunga kering Indah Asri. Disebuah pemukiman daerah Batu Jimbar tersebut berjajar rapi aneka bunga yang terangkai mengikuti pola-pola tertentu. Baik bunga atau ornamen disekelilingnya tidak mengesankan warna mencolok melainkan lebih dove dan bernuansa etnik. Mayoritas berwarna kemasan. Tidak perlu mengganti air untuk menjaga kesegaran bunga-bunga dan beragam jenis tanaman itu. Tak perlu juga kawatir membuatnya layu. Karena semua jenis bunga dan tanaman hias ini sudah dikeringkan. Made, pemilik outlet yang diberi nama Indah Asri ini merintis usahanya sejak tahun 1998. Meski dari latar pendidikan teknik yang sama sekali tak pernah mempelajari seni merangkai bunga tak menyurut niatnya untuk menggeluti bisnis ini. Berawal dari minat sang istri terhadap bunga serta keinginannya mengambil dan mengabadikan sesuatu yang ada di Bali, ia dan istri mencoba mengeringkan bunga kemudian merangkainya.Biar barang yang terbuang bisa diambil, katanya. Made pun menciptakan desain-desain tersendiri pada bunga hasil rangkaiannya. Ia

20

EDISI 152 I JULI I 2011

tak pernah merasa puas dalam mendesain rangkaian bunga. Baginya, merangkai bunga mengembangkan potensi otak kiri dan otak kanan secara bersamaan. Kini sudah puluhan desain rangkaian yang sudah dibuatnya. Ia menuturkan awalnya tidak menyangka apa yang ia lakukan dapat menjadi peluang bisnis yang lumayan menguntungkan. Pada pertama kali mendapat kesempatan untuk melakukan pameran, hasil karyanya mendapat tanggapan positif dari konsumen. Maka usahanya pun berkembang. Pesanan tidak datang hanya dari wilayah sekitar Bali. Melainkan bunga keringnya sudah sampai di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Bahkan pernah ia diundang untuk mengadakan pameran di Filiphina. Ini menambah kecintaannya dalam mengkreasikan bunga kering.Suatu saat saya ingin keliling dunia dengan membawa bunga kering, tuturnya. Kisah yang diungkapkan Made menginspirasi peserta pelatihan. Tidak sedikit peserta yang ingin mengembangkan bisnis serupa setelah kembali ke daerahnya. Susy, salah satu mitra binaan cabang Tanjung Perak begitu antusias mencatat jenis zat-zat kimia yang digunakan sebagai bahan pengawet bunga. Nanti saya tanyakan di toko bahan kimia di Surabaya, katanya. Pembuatan bunga kering memang menjanjikan prot yang cukup menggiurkan. Made mengistilahkan bisnis ini dari barang murah menjadi bernilai tambah. Bahan-bahan yang dibutuhkan pun tidak sulit untuk dicari, tapi memang merangkainya butuh keahlian khusus. Bahan-bahan itu mencarinya sih gampang, tapi menginovasinya yang susah, ujar Made menerangkan. Ia mengilustrasikan dari bahan seharga 6 ribu setelah berbentuk rangkaian, hasilnya bisa dijual dengan harga 38 ribu. Menerima berbagai penuturan dari pengusaha yang sudah sukses membentuk usahanya serta menerima berbagai ilmu baru, tentu sangat menyenangkan bagi peserta program kemitraan. Namun tak lengkap rasanya, menjejakkan kaki di pulau Bali tanpa menikmati makanan dan sajian khas kebudayaan Bali. Maka pemilik UKMUKM binaan Pelindo III ini menyempatkan diri untuk mengunjungi Bali Clasic Center (BCC). Pada tengah hari sekaligus bersantap siang dengan sate lilit dan sup ikan, peserta pelatihan disuguhi berbagai kesenian khas Bali seperti parade melasti (upacara pensucian lingkungan menjelang hari raya Galungan), ibing bebondresan (tari lucu), topeng lingsir (tari topeng tua), tari pergaulan asal kawasan Bali barat joget bumbung dan sebagainya.

Manajemen Lanjutan
Acara paling menarik dalam rangka pelatihan manajemen lanjutan bagi mitra binaan terpilih, adalah pembekalan yang dikemas dalam judul Pelatihan & Benchmarking Peningkatan Kompetensi UKM Mitra Binaan Pelindo III Menghadapi Persaingan Global . Paparan dan gelaran para dedengkot mazhab kalimat panjang ini, layak mendapat perhatian, karena diberikan oleh dua orang bergelar profesor, beberapa doktor dan juga mara magister dalam ilmu ekonomi teoritik maupun praktis. Kuliah umum pertama di aula Hotel Werdha Puri Sanur, diberikan oleh Direktur Keuangan Pelindo III Wahyu Suparyono yang bergelar sarjana ekonomi serta akuntan, tetapi juga dikenal sebagai pendakwah ulung. Maka kuliah umum pertama dibawah judul Mencari Makna Hidup Dengan Bekerja yang bertema: menjadi wiraswasta yang akhlakul

tidak malah ngemplang dengan tak mau melunasi hutangnya. Berulang kali saya mengatakan di banyak kesempatan, bahwa barang siapa yang main-main dengan dana PKBL, akan menanggung dosa ganda. Selain menanggung konsekuensi tuntutan hukum di dunia, juga akan menanggung dosa di akhirat. Sebab uang yang digulirkan untuk PKBL merupakan milik negara yang dengan sendirinya adalah milik masyarakat ! ungkap Dirkeu Pelindo III. Setelah sesi kuliah yang bernada guyon maton dari Dirkeu, disambung dengan kuliah yang membuat kening berkerut dari Profesor DR. Armanu Thoyib dan DR. Kristin, keduanya dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen Universitas Brawijaya Malang, sebagai mitra kerja Pelindo III. Sesuai dengan kompetensi mereka, maka selain judul kuliahnya yang tergolong aktual tetapi berat, maka contain yang dipaparkan juga lebih berat lagi bagi

karimah untuk memicu mitra binaan menjadi wiraswasta unggulan, dapat dinilai sangat tepat. Inti kuliah Dirkeu antara lain terangkum dalam mutiara hikmah tentang sifat-sifat dasar manusia yang ingin maju, tetapi seringkali terkendala kondisi lingkungannya yang kurang mendukung. Yang terpenting bagi pengusaha kecil yang ingin maju adalah harus mampu memotivasi diri, yang didasari oleh amanah. Kalau dipercaya mendapat pinjaman dari Pelindo III, umpamanya, seharusnya konsekuen dengan proposal yang diajukan. Kalau dalam pengajuan pinjaman ditulis untuk mengembangkan usaha kerajinan, semestinya juga digunakan untuk itu, dan tidak untuk biaya menunaikan ibadah haji. Ibadahnya sendiri memang bagus, tetapi kalau yang digunakan adalah uang pinjaman yang semestinya untuk modal usaha, jadinya malah tidak amanah. Demikian juga harus amanah dalam melunasi pinjaman, dan

sebagian peserta yang dari CV mereka, terbukti banyak pula yang telah mengenyam perguruan tinggi, di samping ada seorang peserta sepuh yang berucap: pendidikan saya hanya pas-pasan saja di sekolah pinggir sawah, tetapi beliau ternyata menguasai filosofi matang yang berbasis kearifan lokal. Setelah tiga hari yang penuh makna bagi mitra binaan, maka acara farewell-party dilaksanakan pada malam hari tanggal 15 Juni 2011. Pada acara yang lebih longgar ini, dilakukan penganugerahan gelar terpilih untuk paraunggulanyang terdiri dari:1.Penghargaan kepada Peserta Paling Kreatif diberikan kepada Ibu Sri Rahayu; 2. Penghargaan sebagai Peserta Paling Aktif diberikan kepada Ibu Mahindar si Ratu Keripik dari Lumajang dan penghargaan sebagai Peserta Paling Sepuh, yang diberikan kepada Haji Karsono pemilik usaha Sabutret dari Cilacap, tetapi domisilinya persis di perbatasan Provinsi Jawa Barat dengan Jawa Tengah ! (kalimas1) EDISI 152 I JULI I 2011

21

haluan

22

EDISI 152 I JULI I 2011

China dan Taiwan membangun jalur kereta api untuk koridor ekonomi. Bagaimana dengan Indonesia ?

ALAM rangka mewujudkan dukungan terhadap pengembangan akonomi, maka moda transportasi kereta api harus segera diwujudkan. Salah satu koridor yang berpotensi dilayani kereta api cepat adalah koridor pantai utara Jawa ungkap Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, seusai menghadiri pertemuan Intelligent Transportation System Asia Pasik ke-19 di Kaoshiung, Taiwan. Lebih jauh dikatakan bahwa saat ini China dan Taiwan terlihat serius dalam mengembangkan moda transportsi kereta api dengan kecepatan tinggi. Mencermati hal itu, sudah sepantasnya bila Indonesia harus mulai menganalisis dampak ekonominya, agar daya saing Indonesia tidak makin ketinggalan. Menurut Wamenhub, tahun 1978 kota Taipei di utara dan Kaoshiung di selatan yang berjarak 345 kilometer yang terhubung oleh jaringan kereta api, harus ditempuh dalam satu hari perjalanan. Pada tahun 1978-2006, jalan tol telah berhasil mendekatkan jarak tersebut dengan lima jam. Sementara itu sejak tahun 2007 dengan kereta api cepat, jarak antara dua kota tersebut hanya perlu ditempuh dalam waktu 90 menit atau satu setengah jam saja.

Argo Cahaya
Berdasar terwujudnya koneksivitas seperti hal itu, para pelaku ekonomi mulai merespons dengan menempatikan pusat-pusat ekonomi dan kegiatannya di sepanjang koridor yang terbentuk kata Wamenhub pula. Saat ini, di China sedang dibangun jalur kereta api cepat secara besar-besaran. Jalur kereta api terpanjang antara kota Beijing ke Shanghai sepanjang 1.318 kilometer dibangun dengan biaya 221 miliar yuan. Untuk keperluan itu, para ekonom dan planolog China sangat meyakini bahwa pembentuk koridor ekonomi regional China masa depan adalah melalui koneksivitas angkutan kereta api cepat.

EDISI 152 I JULI I 2011

23

h a lua n
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (FP-MTI) Djoko Setijowarno mengatakan akan lebih baik membangun kereta api cepat dibanding dengan membangun jalur jalan tol. Menurutnya, penumpang bisa memanfaatkan naik kereta api cepat, sementara angkutan untuk barang dapat memanfaatkan jalur ganda kereta eksisting. Kata Djoko: Pemerintah pernah merencanakan pembangunan untuk mengoperasikan kereta api Argo Cahaya yang dengan kemampuan jelajah 300 km/per jam, menempuh jarak Jakarta-Surabaya hanya dalam waktu 2,5 jam saja. Sejauh mana realisasi rencana tersebut, yang jelas sampai saat ini ketika rencana telah dibuat lima belas tahun lalu, tetapi belum dapat terwujud juga . Sejatinya keberadaan kereta api cepat pernah mewarnai sejarah emas di dunia sepur nusantara. Pada era Hindia Belanda, telah dikenal kereta api cepat Jakarta-Bandung dengan nama fluchte vier . Yaitu empat rangkaian kereta api yang setiap hari menghubungkan Batavia dengan Parijs van Jawa, dengan jadual yang selain tepat waktu juga dikenal sangat bersih. Yang karena saking bersihnya, kereta api ini hanya diperuntukkan bagi warga Eropa, yang dipertegas dengan adanya pengumuman bernada rasialis berbunyi: Verboden voor honden en inlander yang bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar akan berbunyi: Dilarang bagi anjing dan bumiputera . Diperkenalkannya kereta api seri Argo (Bromo, Anggrek, Sembrani) di lintas utara yang mampu menempuh jarak Surabaya-Jakarta dalam waktu 9 jam, juga dimaksud untuk meningkatkan performa KA Bima di lintas selatan yang menghubungkan dua kota tersebut dalam waktu 12 jam. memiliki kemajuan ekonomi yang tidak sama, serta karakter prasarana jalan, pelabuhan dan bandara yang berbeda satu dengan lainnya dalam tingkat kehandalannya. Sebagai sekedar gambaran, sering ditemui bahwa prasarana jalan kelas-3 di Pulau Jawa sering masih lebih baik dalam daya dukungnya maupun teknologi pengerjaannya, dibanding dengan jalan provinsi di Kalimantan Tengah atau NTT. Demikian pula pelabuhan kelas 1 di Maluku, belum tentu memiliki sarana pendukung seperti pelabuhan kelas-2 Gresik. Belum lagi kalau perbandingan ini menyangkut daerah hinterland sebagai pendukung atau disparitas ekonomi di suatu daerah, seperti yang terjadi di Bali. Meskipun Pulau Dewata memiliki dua pelabuhan umum yang diusahakan. Tetapi akan tidak adil bila membandingkan keunggulan yang satu dengan lainnya. Sebab Pelabuhan Benoa di selatan yang merupakan gerbang pariwisata dan arus barang general cargo, selalu berada dalam posisi sebagai pelabuhan yang telah mampu mencapai laba usaha, sedang Celukan Bawang di utara yang merupakan pelabuhan bongkar utamanya curah kering, baru pada tahun 2011 ini diperkirakan akan mampu memberi kontribusi laba bagi PT Pelabuhan Indonesia III (Persero). Di segmen angkutan darat, kondisinya juga tak banyak berbeda. Apabila di Pulau Jawa dibicarakan tentang angkutan penumpang, maka gambaran yang didapat adalah: bis eksekutif charter pariwisata, bis eksekutif antar kota antar provinsi, angkutan dalam provinsi dengan jadual tetap atau angkutan umum intra/antar wilayah yang padat penumpang. Sedangkan di NTT, jangankan bis eksekutif, untuk mencari bis antar kota antar provinsi atau antar kota dalam provinsi dengan jadual tetap saja sudah cukup sulit. Walau mobilitas penduduk di provinsi tersebut cukup tinggi, tetapi tingkat ketersediaan sarana angkutan maupun kondisi prasarana jalan masih sangat rendah. Di segmen angkutan udara, justru Kementerian Perhubungan memiliki visi yang cukup maju. Hal ini dapat dicermati dari pertumbuhan pembangunan bandar-bandar udara lokal dan keterisian jalur penerbangan yang dilaksanakan dalam rangka kerjasama antara perusahaan penerbangan dengan pemerintah daerah setempat. Maka kalau di Jawa hanya dikenal jalur-jalur penerbangan antar provinsi seperti Jakarta-Semarang-Surabaya-Lampung dll, di NTT setiap ibukota kabupaten telah terhubung oleh jalur penerbangan. Maka untuk saat ini, calon penumpang dari Kupang tak akan kesulitan terbang

Pemerintah pernah merencanakan pembangunan untuk mengoperasikan kereta api Argo Cahaya yang dengan kemampuan jelajah 300 km/per jam, menempuh jarak Jakarta-Surabaya hanya dalam waktu 2,5 jam saja.

Terjadi Disparitas
Sebenarnya pemerintah telah cukup memahami perlunya transformasi di sektor transportasi, yang tujuan akhirnya adalah guna menciptakan rantai pasok logistik nasional yang cukup handal. Namun yang jadi soal adalah banyak dan rumitnya masalah yang dihadapi di tiap lini moda transportasi, mulai angkutan jalan raya, kereta api, angkutan laut maupun udara, yang selayaknya terpadu dalam sistem transportasi nasional. Persoalan besar yang mengganjal upaya transformasi sektor transportasi adalah fenomena bahwa Indonesia memiliki luas wilayah yang menyebar mulai dari Merauke sampai ke Sabang, dengan ribuan pulau, serta tingkat hunian satu dengan lain wilayah sangat berbeda. Di samping itu, setiap wilayah

24

EDISI 152 I JULI I 2011

ke kota-kota kecil Bajawa, Larantuka, Ende, Maumere, Waingapu, Kalabahi, dll. Tentu saja dalam hal ini jangan dulu dilihat dari ukuran besar kecilnya pesawat udara yang tersedia, karena yang diutamakan adalah upaya membuka isolasi terhadap suatu daerah.

Transformasi Transportasi
Terkait dengan kondisi eksisting seperti digambarkan di atas, pemerintah telah menyadari diperlukannya basis data untuk membenahi sistem transportasi di Indonesia. Tahun 2011 ini akan banyak tantangan yang dihadapi berkaitan dengan sistem transportasi di negeri ini. Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor kerumitan dalam masalah transportasi, antara lain jumlah penumpang yang bertambah seperti volume penumpang angkutan udara yang mendekati 50 juta penumpang, kemacetan di moda transportasi darat di perkotaan akibat dari pertambahan populasi kendaraan bermotor, perlunya penataan pelabuhan dan peremajaan armada angkutan laut di moda transportasi laut, dll. Tantangan yang segera tampak, meliputi penyelenggaraan arus lalu lintas udara, laut dan darat serta kereta api, penyediaan fasilitas terminal dan armada yang handal, dalam rangka mengelola agar seluruh bangsa Indonesia menikmati transportasi dengan aman, nyaman dan lancar. Di perkotaan, pemerintah mulai melakukan transformasi jenis moda angkutan massal. Berbagai kota di Indonesia mulai atau bahkan telah mendisain sistem transportasi wilayah sesuai dengan karasteristik setempat, termasuk adanya innovasi dan alternatif alat transportasi. Yang paling mencolok adalah munculnya kemauan dalam mewujudkan Urban Mass Transit System (UMTS). Untuk yang berbasis jalan raya diarahkan ke penggunaan buslane dan busway seperti yang telah dirintis di Semarang serta Denpasar. Adapun yang berbasis rel dapat menggunakan Rapit Rail Transit (RRT), Light Rail Transit (LRT) atau Urban/Duburban Rail Transit (URT) seperti yang sudah diterapkan di Jakarta. Anehnya untuk kota raya seperti Surabaya, sampai saat ini masih terjadi tarik ulur pemilihan alternatif basis transportasi, yang cenderung lebih memilih basis angkutan jalan raya. Konsekuensinya, selain kebijakan tambal sulam dengan bentuk pelebaran road frontage,

juga terjadi ketidakselarasan pilihan antara Pemkot/ Pemprov/Pemerintah Pusat dalam membangun jalan layang di tengah kota, yang tampak akan menjadi kebijakan yang dipaksakan secara top down. Padahal sistem membangun jalan tol layang di tengah kota sudah dinilai usang di banyak kota-kota dunia, sebab selain kurang efektif juga akan muncul dampak masalah sosial yang rentan. Karenanya kota-kota besar di Korea dan Jepang, saat ini mulai beralih pada pilihan lain serta menghapus keberadaan jalan layang tol di tengah kota. Dari visi Kementerian Perhubungan yang didukung oleh Wakil Presiden, ke depan nanti akan dipilih sistem Mass Rapid Transportation (MRT), termasuk dalam penyiapan kereta api cepat yang sudah dimulai dengan membangun rel ganda antara Jakarta-Surabaya, yang direncanakan akan siap doperasikan tahun 2014. Tenggat waktu ini dimaksud sebagai pelengkap dioperasikannya jalan tol trans Jawa antara Merak sampai Banyuwangi, sebagai bagian dari Asean Logistic & Transportasion Road-map yang juga ditarget siap operasi tahun 2014 nanti. Persoalan yang masih traumatis sampai saat ini adalah kesiapan anggaran pemerintah dalam mewujudkan agenda besar yang akan menentukan tumbuh kembangnya perekonomian nasional. Dengan APBN yang pas-pasan bagi upaya membangun jalan-jalan baru termasuk rel ganda, pelabuhan yang berkualitas, bandara yang cukup baik serta sarana angkutan darat, laut dan udara yang handal, memang diperlukan upaya all out dari seluruh pemangku kepentingan. Termasuk didalamnya memberi peluang investor mancanegara maupun lokal agar mau berinvestasi di sektor transportasi. Kepada calon investor harus diberi keyakinan bahwa sektor transportasi merupakan bisnis yang prospektif walau mungkin kurang quick yieldings . Yang lebih penting dari itu adalah dengan memberikan kompensasi yang cukup atraktif, mulai dari tak adanya pungli pada saat melakukan penjajakan, hak pengelolaan yang cukup panjang dan adanya kebijakan menerapkan tax-holiday dan aturan perundang-undangan serta payung hukum yang berhak kepada pelaku bisnis yang bersifat highrisk, high cost dan high-prot ini (Nilam)

Persoalan yang masih traumatis sampai saat ini adalah kesiapan anggaran pemerintah dalam mewujudkan agenda besar yang akan menentukan tumbuh kembangnya perekonomian nasional.

EDISI 152 I JULI I 2011

25

s u a r

MENGURAI KEMACETAN AKSES KE PELABUHAN


Oleh: HARDJONO *)

Kemacetan lalu lintas dapat menjadi indikator kegiatan ekonomi suatu daerah yang sedang tumbuh
Sangat Merugikan
Semua kegiatan ekonomi dan kegiatan lainnya, mempunyai kepentingan yang bersamaan akan membutuhkan moda transportasi dan akses jalan. Baik itu transportasi umum / pribadi, hal ini akan menambah volume kendaraan yang berada di jalan, khususnya pada jam-jam puncak (peak hour) yaitu antara jam 06.30 s.d 09.00 pagi, dimana para karyawan akan pergi berangkat kerja, pelajar dan mahasiswa berangkat menuntut ilmu, ibu2 berangkat ke pasar dan kegiatan lainnya. Sore harinya terjadi kemacetan yang sama pada jam pulang kerja antara jam 03.30 s/d 18.00 WIB. Secara ekonomis, kemacetan lalulintas ini sangat merugikan semua pihak yang berkepentingan. Bagi pemerintah muncul potensi kerugian terhadap pemborosan pemakaian bahan bakar, oleh karena bahan bakar di Indonesia masih disubsidi oleh negara dan biaya subsidi nilainya cukup significan. Para pengusaha transportasi juga mengalami kerugian karena tambahan bahan bakar, jumlah ritnya menjadi sedikit

EMACETAN lalu-lintas menjadi pemandangan yang biasa di kota-kota pada Negara-negara yang sudah maju pada umumnya, maupun di negara-negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia. Kota-kota metropolitan seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar, Denpasar dan lainnya yang diwarnai dengan cepatnya pertumbuhan penduduk serta populasi kendaraan bermotor, seakan tak mampu menghindar dari penyakit umum transportasi tersebut. Lebih-lebih bila dibanding dengan lambatnya penambahan jalur-jalur jalan baru. Di samping kendala yang disebut di atas, kesadaran masyarakat dalam berlalulintas, juga menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya kemacetan. Budaya lebih cepat lebih baik , kurang sabar, saling serobot dan arogansi dari pengemudi kendaraan berukuran besar dan ketidakpedulian terhadap faktor keselamatan orang lain, dan bertemunnya semua jenis kendaraan di satu titik/ persimpangan jalan, merupakan potensi yang mengakibatkan kemacetan.

26

EDISI 152 I JULI I 2011

bisa dihindari. Misalnya dengan pengaturan perubahan jam sekolah, ditetapkan lebih pagi dari yang semula pada jam 07.15 diubah menjadi jam 06.30, jam kantor pemerintah jam 08,00, kantor swasta/perusahaan /industri jam 08.30, pertokoan/mall dibuka jam 10.00. Hal ini diharapkan semua kepentingan akan dapat diakomodasikan dan tidak saling mengganggu.

Kejar Deadline
Prediksi kedepan bila fenomena seperti digambarkan di atas tidak segera diatasi, kondisinya akan semakin parah. Hal tersebut disebabkan oleh karena pertumbuhan kendaraan sangat pesat (mengikuti deret ukur) dan prasarana jalan lambat (mengikuti deret hitung). Ditambah lagi terkendala pembebasan tanah dalam rangka pembangunan penambahan jalur jalan, dan masih banyak kendala non teknis lainnya yang dapat menghambat laju investasi jalan raya yang baru. Pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2010 / 2011 diperkirakan sebesar 6,5% akan menambah jumlah komoditas export import. Sejalan dengan hal tersebut akan terjadi pertumbuhbangkitan lalulintas dari dan ke pelabuhan yang akan menambah beban jalan yang ada di kota Surabaya. Upaya-upaya yang telah dilakukan yaitu dengan mensosialisasikan peraturan lalu lintas, menindak tegas pelanggaran dijalan raya tanpa tebang pilih, menyeimbangkan jumlah kendaraan dengan lebar dan panjang jalan, dengan kebijakan mengurangi kendaraan tua yang tidak layak dijalan, melebarkan dan menambah panjang jalan dengan membuat jalan menjadi satu arah. Bahkan pemerintah merencanakan penambahan jalan lingkar barat dan jalan toll tengah kota Surabaya A. Yani s/d Pelabuhan Tanjung Perak dengan Rencana Anggaran Belanja lebih Rp.9 triliun, yang nantinya akan diintegrasikan dengan akses jalan yang ada di Surabaya dan jembatan Sura-Madu, Yang masih perlu mendapatkan perhatian serius dari aparat Pusat dan Daerah, adalah persimpangan jalan yang ada di Surabaya. Khususnya wilayah kota Surabaya utara, yaitu daerah Tanjung Perak yang mempunyai tiga titik persimpangan satu bidang yang rawan terhadap kemacetan dan lokasinya

berdampak pada perolehan keuntungan mengecil yang bagi pelaku bisns akan kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan karena keterlambatan barang sampai ke pasar / pembeli, dan masih banyak lagi biaya sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat pada umumnya. Sebenarnya kemacetan lalulintas tersebut bisa dijadikan sebagai salah satu indicator bahwa kegiatan perekonomian suatu daerah telah mampu tumbuh dan berkembang maju dengan perputaran yang cukup tinggi. Namun dalam kondisi seperti ini, manakala terjadi suatu insiden sedikit saja, misal ada truk tua yang macet atau kejadian lainnya dijalan dapat dipastikan kondisi lalu lintas akan terganggu dan lalu lintas menjadi macet, kegiatan ekonomi akan staknasi. Hal ini yang perlu dicarikan solusinya agar kegiatan transportasi bisa berjalan lancar, dan dapat mendukung kegiatan ekonomi. Karena transportasi merupakan urat nadi utama perekonomian suatu di daerah. Pemerintah pada dewasa ini telah cukup memberi perhatian terhadap kondisi tranportasi yang ada, khususnya di Jawa Timur. Baik itu Pemerintah Pusat atau Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota telah melakukan kebijakan waktu jam kerja, sekolah shopping/ pertokoan dengan harapan kepentingan penggunaan transportasi dan jalan raya bisa secara bergantian, tidak ketemu pada waktu dan tempat yang sama sehingga kemacetan

relatif berdekatan. Yaitu: bundaran tol depan TPS, bundaran jalan Tanjung Priok dan perempatan Jalan Jakarta, yang menjadi simpul dan akses jalan pelabuhan dengan daerah hinterland. Kemacetan di simpul ini akan selalu terjadi pada jam-jam peak hour, atau pada hari Jumat, tatkala para shipper mengejar deadline & closing time di Terminal Petikemas Surabaya (TPS), terhadap container yang akan dikapalkan ke Singapura, agar terkoneksi dengan mother vessel dari Singapura ke Eropa dll. Di luar akses langsung ke pelabuhan, masih terdapat simpul-simpul ruas jalan yang berpotensi mengalami kemacetan kronis, seperti di persimpangan A. Yani dengan Margorejo, kawasan Wonokromo, persimpangan Raya Darmo-Polisi Istimewa/ Diponegoro, Kawasan sekitar Tugu Pahlawan, Pinto Tol Waru, Pintu Tol Kota Satelit, dll. Semua kawasan macet ini, tampaknya tak mempunyai kaitan dengan produktivitas pelabuhan Tanjung Perak. Tetapi bila masalahnya dikaji lebih mendalam, akan diketahui bahwa kemacetan yang satu akan punya pengaruh terhadap yang lainnya. Antara lain, terjadinya kemacetan di jalan tol pada pagi dan sore hari, akan berpengaruh langsung pada kecepatan angkutan barang dari dan ke hinterland pelabuhan. Demikian pula kemacetan di jalan utama poros tengah (A.Yani Wonokromo Raya Darmo Bubutan) akan berakibat pada kelancaran angkutan ke Surabaya Utara umumnya dan Tanjung Perak khususnya. Salah satu cara untuk mengurai kemacetan yang bisa ditempuh adalah dengan jalan membangun jalan akses jalan langsung ke pelabuhan, atau dengan langkah awal membangun jalan layang (flyover) di kawasan-kawasan berpotensi macet tersebut. Untuk ini Surabaya harus belajar banyak dari Jakarta yang sambil membangun akses jalan ke Tanjung Priok juga membangun jalan layang di Cawang, Tomang, Cakung, dll. Biayanya ? Bisa ditempuh dengan berbagai jalan. Kalau pemerintah merasa terkendala karena keterbatasan anggaran, bisa dengan cara merangkul fihak swasta untuk membangun, dengan kompensasi penarikan biaya lintas (toll fee) bagi pengguna yover tersebut. ***
*) Penulis mantan pegawai Pelindo III, praktisi & dosen kepelabuhanan

EDISI 152 I JULI I 2011

27

semaphore

Lewat Inacraft diharap produk unggulan Indonesia bisa ekspansi ke pasar potensial di China

BANJIRI NEGERI

CHINA DENGAN PRODUK


INDONESIA !

ENDATI implementasi pasar bebas Asean-China merupakan masalah yang cukup menyita perhatian karena membanjirnya barang-barang asal negeri tirai bambu itu ke Indonesia, tetapi Kementerian Perdagangan tengah mencoba jurus membelah langit dengan pedang kayu . Maksudnya, mendorong pelaku usaha dalam negeri untuk balik membanjiri negeri China dengan pelbagai produk-produk unggulan negeri ini, utamanya yang berbasis UKM. Langkah ini diawali dengan mengundang para pengusaha asal China untuk mengunjungi pameran produk kerajinan terlengkap dan terbesar di Asia Tenggara yang dikemas dalam Inacraft ke-13 yang diselenggarakan akhir April 2011 lalu, di Jakarta Convention Center. Kegiatan yang diselenggarakan atas kerjasama Asosiasi Eksportir & Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) dengan PT Mediatama Binarekasi itu menjadi ikon pemasaran produk-produk kreatif unggulan dari 33 provinsi di Indonesia. Sepanjang lima hari pameran yang dibuka oleh Wakil Presiden RI ini, telah menampilkan kepiawaian para perajin Indonesia dalam menghasilkan berbagai produk kerajinan tangan seperti batik, perabotan rumah tangga, perhiasan, mainan, aksesori hingga pernik-pernik lainnya.

28

EDISI 152 I JULI I 2011

Empati BUMN
Event yang digelar setiap tahun ini, ternyata menjadi magnet yang bisa menyedot perhatian penduduk Jakarta serta kota-kota lain di luar Jawa. Dari sekian banyak hasil kriya yang dipamerkan, sekaligus memberi bukti tentang pencapaian para seniman kriya beserta pengusahanya dalam memanfaatkan teknologi, jaringan kerja, kepedulian kalangan perbankan serta empati dari sekian banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam memanfaatkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) serta Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PKBL). Konsumen mancanegara, akhir-akhir ini kembali melirik produk-produk perajinan Indonesia. Pada tahun lalu, ketika kondisi ekonomi masih kurang baik maka kondisi pasar luar negeri sempat mendapat imbas dan ikut kurang bagus. Tetapi dengan kian membaiknya kondisi perekonomian, sekaranglah saatnya melakukan sinergi untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas, dan para seniman kriya maupun usahawan harus mampu memanfaatkan kesempatan ini ujar Wapres Budiono dalam sambutannya di depan peserta Incraft 2011. Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang telah ikut mengawal perkembangan Inacraft dalam enam tahun terakhir, mengatakan kegiatan ini memiliki andil dalam menciptakan brand marking pengrajin di seluruh Indonesia, baik yang telah mapan maupun dalam binaan BUMN dan perbankan nasional. Menurut Menteri Perdagangan, dengan adanya aktivitas industri kerajinan ini, setidak-tidaknya telah menyerap 10 juta tenaga kerja di seluruh Indonesia. Dalam penyelenggaraan Inacraft 2011, Kementerian Perdagangan juga mengajak para perajin untuk memanfaatkan pasar Cina, sebagai negeri yang telah menjadi kekuatan ekonomi global dan mampu merebut pasar sektor industri dengan barang yang murah. Mari juga mengajak delegasi Asean-China Entreprenuer Association untuk melihat potensi kriya Indonesia yang bersifat seni, sehingga membuka peluang untuk menjajagi kerjasama perdagangan. Dengan kedatangan delegasi Asean dan China kali ini, memungkinkan pengusaha kerajinan Indonesia untuk dapat menjalin kerjasama dalam rangka mengembangkan ekspornya ke China, yang merupakan pasar potensial selain Timur Tengah, Eropa dan Amerika Utara yang sedang memulihkan ekonominya ujar Menteri Perdagangan.

Makin Meningkat
Memberi keterangan pameran yang digelar tahunan, Direktur Utama PT Mediatama Binakreasi yang juga Ketua Panitia Inacraft 2011 Bramantyo

berucap bahwa pemeran kali ini diikuti oleh 1.800 produsen perajin dengan jumlah stan mencapai 1.222 unit. Menurutnya, jumlah tersebut kian bertambah tiap tahunnya sehingga menjadi bukti keberhasilan pihak penyelenggara dalam memfasilitasi para pengusaha kecil. Pada saat Indonesia mengalami keterpurukan ekonomi pada tahun 1998, kami mengajak para pengusaha UKM untuk berpartisipasi dalam pameran yang kami gelar. Alhamdulillah, yang pada awalnya hanya diikuti oleh 100 peserta, kini mampu berkembang menjadi 1.800 peserta tutur Bramantyo. Menurut Bramantyo hal yang lebih membanggakan adalah di antara 1.800 produsen perajin yang ikut dalam pameran sekitar 60% di antaranya merupakan peserta individual yang membiayai sendiri keikutsertaannya dalam pameran ini. Sedangkan lainnya merupakan binaan BUMN dan Pemda. Hal tersebut dinilai sebagai fenomena kian meningkatnya daya mampu para pengusaha UKM. Pameran akbar Inacraft 2011 yang bertema From Smart Village to Global Market ini memiliki visi untuk menaungi produk-produk kerajinan nusantara agar bisa sampai ke tingkat pasar yang lebih luas, dan diterima masyarakat dalam negeri dan luar negeri. Inacraft 2011 yang mengangkat kekayaan warisan budaya Lampung sebagai ikon utamanya juga bertujuan untuk mengembangkan produk ekonomi kreatif dalam rangka peningkatan kualitas ekspor produk kerajinan Indonesia, agar dapat dijadikan alternatif penunjang perekonomian nasional di era perdagangan bebas. K ami yak in bahwa produk kreatif UKM ini akan semakin meningkat dan tiap tahun selalu menampilkan produk unggulan yang berbeda. Jadi kewajiban kita yang harus mempertahankan bahwa produk-produk itu selain kreatif juga mempunyai kualitas yang kian membaik kata Bramantyo pula. Pada penyelenggaraan Tahun 2010 lalu, Inacraft mampu meraih omzet hingga Rp. 90,5 miliar dengan nilai kontrak dagang dan pembeli luar negeri sekitar US $. 8 juta. Sementara itu untuk tahun 2011 diharapkan terjadinya pertumbuhan 10%. Dalam hal jumlah pengunjung, hak penyelenggara pentargetkan mencapai 175.000 200.000 orang. Angka ini tidak terlalu jauh dengan tahun sebelumnya. Pada awal pekan pertama penyelenggaraan Inacraft 2011 lalu, telah tercatat kunjungan 600 buyer yang berasal dari 40 negara yang mengunjungi pameran.(Nilam)

Kami yakin bahwa produk kreatif UKM ini akan semakin meningkat dan tiap tahun selalu menampilkan produk unggulan yang berbeda.

EDISI 152 I JULI I 2011

29

baling-baling

BONGKAR MUAT MENINGKAT MENAMBAH ALAT

BJTI
Mengantisipasi peningkatan arus barang, PT BJTI menambah peralatan berupa empat unit RTG

T Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI) dikenal sebagai anak perusahaan Pelindo III yang paling agresif dalam melakukan terobosan usaha dan innovasi bisnisnya. Saat ini, berbagai segmen usaha telah dirambah, mulai dari pengelola terminal, perusahaan bongkar muat, konsolidator barang hingga bekerjasama dalam penjualan BBM kapal, semua dilaksanakan dengan berhitungan mencari keuntungan, tanpa meninggalkan mitra kerja yang digandeng selama ini. Hal itu selaras dengan semangat kebersamaan seperti yang pernah diucapkan Rahmat Satria selaku Direktur Utama: BJTI bukan perusahaan yang kaya, tetapi punya komitmen untuk maju bersama mitra kerja. Itu sebabnya, selain memiliki alat-alat bongkar muat yang merupakan modal kerja dari induk perusahaan, BJTI juga membuka peluang kepada mitra kerja yang akan menempatkan alat mereka di wilayah kerja yang dikelola perusahaan ini .

Fokus dalam mengelola Terminal Berlian dan menyelenggarakan kegiatan bongkar muat, general cargo, curah kering, curah cair dan petikemas, tiap tahun selalu terjadi peningkatan prodiktivitas di lingkup tugasnya. Maka, kendati tak pernah dipublikasi secara mencolok, ternyata throughput petikemas di Terminal Berlian tahun 2010 lalu terbukti telah mendekati angka 800.000 TEUs. Dengan tren pertumbuhan petikemas yang terus meningkat tiap tahun, membuat Terminal Berlian mulai terasa sempit dan kekurangan alat. Oleh sebab itu, manajemen terus berusaha mendayagunakan lahan yang ada serta berusaha menambah peralatan guna mengimbangi tingginya arus kapal dan barang tutur Direktur Operasi & Teknik PT BJTI

30

EDISI 152 I JULI I 2011

Prayitno dalam suatu perbincangan dengan Reporter Dermaga beberapa waktu lalu. Dalam rangka memenuhi kebutuhan lapangan penumpukan di dermaga Berlian Barat, tahun ini akan dilakukan pengeprasan gudang, hingga nantinya dari luasan eksisting Container Yard (CY) yang hanya 2,4 hektar nantinya akan menjadi 4,8 hektar.Penambahan luasan lapangan penumpukan petikemas tersebut, juga diikuti dengan penambahan alat bongkar-muat petikemas yang secara bertahap sudah dimulai tahun sejak 2010 dengan mendatangkan Harbor Mobile Crane (HMC). Sabtu 2 Juli 2011 lalu BJTI kembali menerima kedatangan alat baru berupa empat unit Rubber Tyred Gantry (RTG) buatan Kalmar yang dirakit di Shanghai, China. Pengangkutan alat bongkar muat tersebut dilakukan dengan CSC Chang Hai yang berangkat dari Shanghai pada 24 Juni dan sandar di dermaga Berlian Barat pada jam 15.30 WIB. Dengan kedatangan RTG sebagai pengganti peralatan serupa yang sudah mulai uzur tersebut, Terminal Berlian akan mengoperasikan 9 unit HMC dan 4 unit RTG di dermaga domestik dan 8 unit di dermaga ocean going.

Peralatan yang harga per unitnya senilai sekitar 1,2 juta Euro atau setara dengan Rp.60 miliar itu merupakan milik PT Emitraco yang akan ditempatkan di Dermaga Berlian dan dioperasikan oleh BJTI. Ini merupakan bentuk kerjasama kemitraan yang sudah lama kami jalin jelas Kayin dari manajemen Emitraco kepada Dermaga. Perusahaan ini juga memiliki berbagai peralatan bongkar muat yang dioperasikan di berbagai pelabuhan Indonesia, antara lain di Belawan (4 unit RTG), Tanjung Priok (2 unit RTG), dan Tanjung Perak (4 unit RTG).
BULAN JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES TOTAL INTERN. BOX 6.259 7.196 6.817 6.928 9.567 8.258 7.529 8.090 6.665 6.767 8.352 8.290 90.718 INTERN. TEUs 8.520 10.036 13.926 4.829 13.888 12.521 10.492 11.705 7.620 9.646 12.116 11.440 126.739 TREND %

Dalam kesempatan terpisah, Ircham dari PT BJTI menjelaskan bahwa di tahun 2012 mendatang, dalam rangk a mengantisipasi pertumbuhan arus bongkar muat barang dengan petikemas, perusahaan yang bermarkas di Prapat Kurung itu akan kembali mendatangkan 5 unit HMC dan 2 unit RTG. Selain di dermaga Berlian, BJTI juga mengoperasikan peralatan di dermaga Jamrud Utara.(Nilam)
DOMESTIK BOX 58.249 55.679 58.323 57.328 59.461 55.139 58.337 57.300 46.725 56.502 49.373 49.990 545.900 DOMESTIK TEUs 61.196 58.549 61.583 60.579 62.787 58.263 61.637 60.607 48.935 59.841 51.979 52.951 643.956 TREND %

BONGKAR MUAT PETIKEMAS TAHUN 2010 DI DERMAGA BERLIAN

115 / 118 95 / 139 102 / 35 138 / 288 86 / 83 91 / 91 107 / 112 83 / 65 101 / 127 123 / 126 99 / 94

96/96 104/105 98/98 104/104 93/93 106/106 98/98 82/81 121/122 87/87 101/102

TOTAL throughput tahun 2010 tercatat: 636.626 BOX / 770.695 TEUs

EDISI 152 I JULI I 2011

31

b o o m

ADA EMAS HITAM DI TANJUNG INTAN


Dengan peningkatan bongkar muat pasir besi, Tanjung Intan memantapkan diri dalam pelayanan curah

ANJUNG Intan, Cilacap, satu-satunya pelabuhan yang diusahakan di pantai selatan Pulau Jawa ini, selalu mempunyai kisah unik yang bisa dipublikasikan. Mulai dari kisah supranatural hingga hal-hal faktual.Antara lain adanya kepercayaan penduduk pesisiran yang mengatakan bahwa Cilacap merupakan gerbang penghubung daerah kekuasaan Kanjeng Ratu Kidul dengan Pulau Jawa. Dan juga adanya penilaian para ekonom bahwa Pelabuhan Cilacap merupakan bandar yang salah letak, karena berbeda dengan pelabuhan besar lainnya yang menghadap ke pedalaman negara, maka Pelabuhan Cilacap

justru menghadap ke luar. Tetapi tak kurang pula yang menganggap bahwa lokasi Cilacap memiliki potensi menjadi gerbang internasional dalam hubungan laut dengan negara lain. Tentang teori terakhir ini, dalam kapasitasnya tersendiri, masih terbukti bahwa Tanjung Intan yang terletak di Kabupaten Cilacap tersebut, sampai saat ini memang masih menjadi salah satu pelabuhan yang menjadi pintu gerbang untuk masuknya ternak sapi dari Australia. Sebaliknya, berbagai

32

EDISI 152 I JULI I 2011

Dengan adanya pelayanan bongkar muat pasir besi ini, lengkap sudah predikat Tanjung Intan sebagai pelabuhan curah.
komoditas juga masih diekspor lewat Tanjung Intan, seperti terigu ke India dan pasir besi ke China. Akan halnya ekspor pasir besi ini, beberapa tahun lalu memang pernah mengalami kemunduran. Tetapi sejak awal tahun 2011 ini, kembali lagi terjadi booming emas hitam . Ini terbukti sejak Januari 2011 telah terjadi lima kali mengapalan komoditas unggulan itu, yang masing-masing kapal mengangkut sekitar 30.000 ton, dengan tujuan ekspor langsung ke China. Memang eksportasinya selama ini masih dilakukan oleh perorangan, tetapi kedepan nanti sudah akan dilakukan ekspor secara teratur oleh perusahaan multinasional yang bermarkas di Timur Tengah tutur General manager PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Intan Adhi Hardono kepada Reporter Dermaga. Beberapa waktu yang lalu, bertempat di Kantor Pusat Pelindo III telah dilakukan penandatanganan nota kesefahaman bongkar muat pasir besi antara Pelindo III, PT Kereta Api Indonesia dan PT Petromat Energy sebagai partner usaha General Mineral Resourches yang diwakili okeh M. Krishnan. Dari diskusi hak-hak terkait, direncanakan untuk melakukan pengangkutan pasir besi dari lokasi tambang ke Stasiun Kereta Api Tasikmalaya yang kemudian akan meneruskan angkutan sampai ke pelabuhan Tanjung Intan. Kegiatan sudah akan dilaksanakan mulai bulan Juli ini, dengan target pengapalan sampai 100 ton tiap bulan. Dalam keterangannya kepada Dermaga,GM Tanjung Intan menyebutkan bahwa di luar kerjasama dengan GMR ini, masih banyak hak-hak lain yang melaksanakan kegiatan eksportasi pasir besi lewat pelabuhan yang dipimpinnya. Ditargetkan untuk mendatang, pelayanan bongkar muat pasir besi di Tanjung Intan akan dapat mencapai 2 juta ton setiap tahun. Dengan adanya pelayanan bongkar muat pasir besi ini, lengkap sudah predikat Tanjung Intan sebagai pelabuhan curah. Sebab selain curah cair yang dilakukan di DUKS Pertamina, terdapat pula handling curah kering terigu, dan di dermaga umum juga terdapat bongkar muat semen dari PT Holcim, serta klinker dengan tujuan ekspor tutur Adhi hardono pula.(Nilam)

EDISI 152 I JULI I 2011

33

teropong

34

EDISI 152 I JULI I 2011

EDISI 152 I JULI I 2011

35

geladak

TEROBOSAN ITS

PRODI TRANSPORTASI LAUT

Untuk menjawab tantangan kelautan, ITS perkenalkan program studi transportasi laut

PELABUHAN TAK KALUT


Kesulitan Pengajar
Meski awalnya FTK kesulitan mencari tenaga pengajar tetap, namun akhirnya sejak 1969 fakultas ini mampu mandiri dalam hal tenaga pengajar. Bahkan telah bekerjasama dengan Jerman untuk tenaga pengajar dan bantuan alat-alat laboratorium. Akreditasi RINA (Royal Institute of Naval Architect) Inggris juga telah menjamin kualitas dari segi kurikulum, silabus, kualikasi tenaga pengajar, jumlah mahasiswa, lulusan, serta sarana prasarana FTK. Dengan mutu yang demikian, FTK berharap mampu menghasilkan SDM yang berkualitas dan dapat berkontribusi positif dalam dunia bahari Indonesia. Menjawab tantangan kelautan kini, FTK membentuk program studi (prodi) baru, yakni Prodi Transportasi Laut. Peresmian prodi tersebut dilakukan pada Jumat (24/6), di Aula BG Munaf, Gedung W, FTK ITS. Rektor ITS,Triyogi Yuwono, dalam sambutannya mengatakan, Indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri atas pulau-pulau. Untuk itu, lanjutnya, perlu dihubungkan dengan jembatan dan transportasi laut. Dua per tiga wilayah Republik Indonesia terdiri dari perairan, tetapi saat ini lebih banyak memiliki moda transportasi darat. Padahal, seharusnya ada solusi dalam membangun transportasi laut yang lebih besar, ujar Yogi. Lebih jauh dikatakan, transportasi laut merupakan pondasi ekonomi,dan menurutnya ITS membuat keputusan yang pintar dengan membuka Prodi Transportasi Laut yang akan mengisi SDM di bidang itu. Ketua Prodi Transportasi Laut, Tri Ahmadi menyebutkan,

ITA-cita, jiwa, dan semangat kepahlawanan yang menjadi dasar terwujudnya lembaga pendidikan ITS (Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya) terus dijaga dan diteladani oleh segenap civitas akademikanya. Tekad keikhlasan berkorban demi negara serta rasa persatuan yang terkandung dalam nama ITS membuat kampus itu terus berbenah agar mutu yang dihasilkan selalu berguna bagi nusa dan bangsa. Melalui fakultas-fakultas yang ada, ITS berusaha memenuhi kebutuhan negara akan SDM yang berkualitas. Salah satunya melalui Fakultas Teknologi Kelautan (FTK). Awalnya, saat ITS pertama dinegerikan tahun 1960, FTK bernama Fakultas Teknik Perkapalan (FTP). Sesuai keputusan presiden, tahun 1983 FTP berkembang menjadi FTK. Fakultas tersebut berkeinginan untuk mewujudkan penguasaan, pengembangan, pemanfaatan, dan transformasi Iptek di bidang kelautan yang berbasis masyarakat serta berwawasan lingkungan.

36

EDISI 152 I JULI I 2011

peran transportasi laut sangat besar dan strategis di Indonesia. Saat ini hampir 90% barang diangkut dengan moda transportasi laut. Yang diperlukan untuk mendukungnya, kata Ahmadi, adalah peranti keras, peranti lunak, dan SDM. SDM yang berkompetensi tinggi dalam bidang transportasi laut sangat diperlukan, dan salah satu cara peningkatan kualitasnya adalah melalui sektor pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Penyiapan SDM merupakan titik awal bangkitnya transportasi laut Indonesia, Ahmadi menegaskan. ITS melalui FTK selama ini telah mendukung penyiapan SDM di bidang kelautan dengan membuka program S1, S2, dan S3. Hingga saat ini FTK menghasilkan 70.000 alumnus dan dua Doktor bidang transportasi laut. FTK telah menjadi ujung tombak dalam pengembangan teknologi kemaritiman di ITS, namun selama ini lebih terfokus pada pengembangan perangkat keras seperti kapal, bangunan lepas pantai, serta kesisteman dalam kapal. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan program studi yang secara khusus mempelajari aspek manajerial dan operasional kapal. Ahmadi menjelaskan, terdapat tiga bidang keahlian dalam Prodi Transportasi Laut, yakni pelayaran, kepelabuhanan dan infrastruktur, serta logistik maritim. Prodi itu mendidik mahasiswa untuk menguasai perencanaan dan analisis angkutan laut, multimoda transportasi, kegiatan kepelabuhanan, desain konseptual kapal, dan infrastruktur kepelabuhanan yang berorientasi internasional. Dengan tenaga pengajar profesional dari berbagai universitas ternama di luar negeri dan fasilitas pendidikan berupa laboratorium yang lengkap, Prodi Transportasi Laut siap mendukung kebutuhan kelautan akan SDM yang berkualitas.

Kapan Lagi
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Sunaryo, yang hadir meresmikan Prodi Transportasi Laut FTK ITS, berkenan juga mengisi kuliah tamu mengenai kepelabuhanan kepada mahasiswa, dosen, dan seluruh undangan yang hadir. Pelabuhan bukan sekadar tempat bersandar kapal, tapi juga tempat bersandar kehidupan, sedangkan SDM yang mengelola kelautan termasuk yang menyandarkan hidupnya pada pelabuhan tuturnya mengawali kuliah tamu. Sunaryo menjelaskan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk mendukung pengelolaan kelautan yang berada di 111 pelabuhan umum komersial membutuhkan 10 ribu tenaga kerja. Sebanyak 47.200 tenaga kerja dibutuhkan pelabuhan umum yang tidak komersial. Sedangkan 721 TUKS (Terminal Untuk Kepentingan Sendiri) membutuhkan 72.100 tenaga kerja. Jika ditotal, kebutuhan SDM di bidang usaha kepelabuhanan nasional non-PNS mencapai 129.300 orang. Sedangkan kebutuhan SDM untuk PNS sekitar 1.571 orang. Penyerapannya untuk pegawai kelas I sebanyak 414 orang, pegawai kelas II 285 orang, pegawai kelas III 304 orang, dan pegawai kelas utama 232 orang. Oleh karena kebutuhan SDM yang banyak, Sunaryo menilai keputusan ITS membuka Prodi Transportasi Laut sangat tepat, karena dengan program transportasi laut maka badan usaha pelabuhan tak perlu kalut mencari SDM yang memiliki kompetensi di bidangnya. Hal itu akan menguntungkan dunia kepelabuhanan karena dapat menyerap SDM yang siap pakai. Kalau bukan kita, siapa lagi? Dan kalau bukan sekarang, kapan lagi? pungkasnya mengomentari pengelolaan kelautan tanah air Indonesia oleh SDM dalam negeri yang mumpuni. (Kalimas3)

Penyiapan SDM merupakan titik awal bangkitnya transportasi laut Indonesia, Ahmadi menegaskan.

EDISI 152 I JULI I 2011

37

jangkar

PERINGATAN ISRA MIRAJ:

PESAN ZAINUDIN MZ: BERSAMA KELOLA ASET


Dai sejuta umat Zainudin MZ mengingatkan penyakit aneh manusia jaman sekarang. Apa saja ?
38
EDISI 152 I JULI I 2011

U K A m e n d a l a m m e n g g e l ay u t i b a t i n Rasulullah Muhammad SAW, ketika dua orang kesayangannya harus pulang ke rahmatullah. Keduanya adalah: Abu Thalib, pamannya yang kar namun sangat ia sayangi, dan isteri pertama Rasul, isteri yang paling ia cintai diantara isteri yang lainnya: Siti Khadijah. Agar tak dirundung kesedihan terlalu lama, Allah memberinya hadiah sebuah perintah perjalanan ke langit dalam semalam. Kekasih Allah ini harus hijrah dari masjidil Haram di tanah Arab ke masjidil Aqsa, di Palestina. Dengan kedua kakinya Rasulullah Saw berjalan menembus padang pasir yang luasnya bermil-mil.Setibanya di sana, dengan kendaraan khusus yang disediakan Allah, Rasulullah SAW melakukan perjalanan naik menuju langit ke tujuh. Di sana Rasulullah mendapatkan perintah shalat

dari Allah untuk diajarkan pada umatnya. Itu adalah sepenggal kisah perjalanan Isra Miraj Muhammad Saw yang disampaikan KH. Zainudin MZ, ketika peringatan Isra Miraj yang diselenggarakan PT Pelindo III di halaman Kantor Cabang Pelabuhan Tanjung Perak, Selasa 28 Juli 2011 lalu. Peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan Pelindo III yang bertajuk Reeksi Peringatan Isra Miraj bagi Peningkatan Kualitas, Produktifitas dan Profesionalisme Insan Pelindo III ini dihadiri Komisaris utama PT Pelindo III, Direksi Pelindo III, Direksi anak perusahaan, General Manager (GM) Cabang Tanjung Perak, GM Cabang EDISI 152 I JULI I 2011

39

jangkar
Gresik, pejabat struktural di lingkungan Pelindo III, ibu-ibu Perispindo dan perwakilan undangan dari aparat Kepolisian dan TNI Angkatan Laut.

Bangun Profesionalisme
Seseorang jika ingin menang, ia harus kuat. Bisa kuat kalau dia bersatu. Dan persatuan dapat terwujud jika saling terjalin silahturahim yang baik. Jadi, intinya masingmasing manusia saling membutuhkan satu sama lain. Aset pelindo yang ada baiknya di kelola bersama dengan semangat bersanding, bukan bertanding, ulasnya. KH Zainudin MZ mencontohkan tentang lima orang terbaik yang selalu bekerjasama mendampingi Rasulullah dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah (pemimpin). Yaitu Abu Bakar As Sidiq, sahabat sekaligus mertua nabi yang sangat dipatuhi, bagaikan jajaran komisaris dalam PT Pelindo III. Umar Bin Khattab, seorang pemberani yang dianalogikan sebagai direktur utama. Usman Bin Affan bagai penyandang dana atau para pemegang saham. Kemudian, yang muda dan intelek seperti Ali Bin Abi Thalib yang dapat disamakan dengan para pegawai perusahaan. Kemudian Khadijah Binti Khualid yang mewakili kaum perempuan di PT Pelindo III. Masing-masing elemen dalam PT Pelindo III harusnya saling bekerjasama, bersama membangun produktitas kerja. Dibarengi peningkatan kualitas yang baik agar menghasilkan mutu pelayanan terbaik pula. Di akhir ceramah sempat disimpulkan refleksi Isra Miraj dalam peningkatan profesionalisme individu.Yakni menempatkan diri sebagai insan yang benar-benar membutuhkan Allah, dengan mengerjakan shalat sebagai jalan komunikasi dengan sang Khaliq, membuat manusia disiplin, rapi dan teliti dengan tameng iman yang semakin kuat. Selain itu, karena manusia memerlukan orang lain untuk mencapai kemenangan, maka sebaiknya mengusung semangat bersanding, bukan bertanding. Sebelum menutup ceramah, KH. Zainudin MZ memimpin doa bersama. Tembang rohani yang dilantunkan grup akapela Insan Voice, menutup kekhidmatan peringatan ini. Innalillahi wainnailahirojiun-artikel ini diturunkan untuk mengenang Dai sejuta umat KH Zainudin MZ yang berpulang 5 Juli 2011 atau tepat satu minggu setelah berceramah di hadapan seluruh pegawai dan undangan Peringatan Isra Miraj di Pelindo III. Selamat jalan,pak Ustadz..semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT,amin(Kalimas2)

Penyakit manusia zaman sekarang ini aneh. Seperti Kudis (kurang disiplin), Kurap (kurang rapi) dan Kutil (kurang teliti) yang semuanya disebabkan oleh Kuman, Kurang Iman, ujar Dai sejuta umat ini.

Penyakit Manusia
Gonjang-ganjing Undang-Undang nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran, keluarnya izin BUP dan kejadian lain yang terjadi belakangan ini, semoga dapat memberi manfaat berupa peningkatan kualitas kerja perusahaan untuk pegawai dan mitra kerja, perbaikan mental dalam memacu produktitas perusahaan, dan peningkatan keterampilan serta kualitas insan Pelindo III, kata Direktur Personalia dan Umum, A Edi Hidayat Nurjaman dalam sambutannya. Kedatangan KH. Zainudin MZ ini adalah kali kedua setelah 17 tahun yang lalu. Acara yang diawali pembacaan ayat suci Al Quran ini berlangsung khidmat. Terlihat ketika KH. Zainudin MZ menyampaikan ceramahnya, para undangan seksama memperhatikan dengan baik. Tidak jarang celetukan guyonan membuat mereka terhibur dan larut dalam suasana menyenangkan. Gaya ceramahnya yang khas, contoh-contoh ringan dengan bumbu humor, membantu jamaahnya memahami isi ceramah. Penyakit manusia zaman sekarang ini aneh. Seperti Kudis (kurang disiplin), Kurap (kurang rapi) dan Kutil (kurang teliti) yang semuanya disebabkan oleh Kuman, Kurang Iman, ujar Dai sejuta umat ini. Menurutnya, saat ini manusia lebih takut pada aturan dari pada Allah. Disiplin jika ada yang melihat atau mengawasi. Selain itu, kegagalan dan ketidakmampuan manusia mengelola menejemen perusahaan secara rapi, membuat banyak aset negara dikuasai asing. Ditambah lagi, kurangnya ketelitian manusia dalam membaca situasi dan kondisi, membuatnya menjadi gegabah. Semua itu disebabkan karena kurangnya iman yang tertanam dalam diri masing-masing manusia. Dengan ilmu hidup jadi mudah, dengan seni hidup jadi indah, dan dengan iman hidup jadi terarah, tandasnya.

40

EDISI 152 I JULI I 2011

anjungan

NGLURUG KE JAKARTA
Studi banding crew Dermaga ke Garuda Magazine dan Metro TV tak tersangkut Cek Pelawatan

KETIKA CREW DERMAGA

ARENA memang tak pernah berkenalan dengan Miranda Gultom, serta tak dibiayai Cek Pelawatan , maka rencana crew Majalah Dermaga melakukan studi banding ke Jakarta, dilaksanakan dengan hati mantap. Rombongan terdiri dari Kahumas PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Edi Priyanto, Redaktur Pelaksana Camelia, Koordinator Liputan Wilis Aji Wiranata, Administrasi Anita Setyowati dan Reporter Erick Arhadita didampingi Manager Kantor Perwakilan Dhani Rachmad Agustian. Yang jadi tujuan adalah penerbit Garuda Magazine dan Humas Metro TV di Ibukota Republik Indonesia Jakarta, akhir Juni silam. Meski datang dari kawasan pinggiran yang bernama Surabaya, tetapi Edi and his gang tersebut nglurug ke ibukota tanpa dibebani rasa asing seperti kata pepatah bedes mlebu kuto yang bisa diterjemahkan menjadi kera masuk ke kota . Maklum selain Pak Dhe Erick yang pernah tinggal di Jakarta mulai jaman kuda gigit besi sampai era kuda menyantap hamburger , mbak Lia juga cukup akrab dengan ibukota. Karena bertepatan dengan masa liburan sekolah, maka keberangkatan rombongan tidak bisa berbarengan. Rombongan asal Kota Buaya ini pada akhirnya berkumpul di Kantor Perwakilan Pelindo III yang beralamat di Mediterania Palace, di bekas bandar udara Kemayoran. Tentu saja ada selingan kisah perjalanan mencari alamat, yang tersesat sampai ke tepian Danau Sunter sebelum ketemu Jl. Benyamin Tarsan Betawi Suaib di ujung Jembatan Haji Ung yang diambil dari nama Bang Maming punya engkong.

EDISI 152 I JULI I 2011

41

anjungan
Dalam diskusi dengan Cristian Rahadiansyah selaku Group Editor-in-Chief, didapat kejelasan bahwa perusahaan swasta ini merupakan vendor yang mendapatkan hak penerbitan dari Divisi Komersial PT Garuda Indonesia. Sebab di samping menerbitkan inight magazine, perusahaan yang bermarkas di Globe Building Jl. Buncit Raya ini juga menerbitkan media-media Jakarta Java Kini (JJK),Jalanjalan dan hellobali yang kesemuanya merupakan travel-guide, yang muatannya ditujukan bagi para penggemar wisata, operator perjalanan dan pelaku industri pariwisata. Persamaan yang ada antara Majalah Dermaga dengan Garuda Magazine, terletak pada fisiknya sebagai media cetak full-color berperiode terbit sebulan sekali. Sementara itu, perbedaannya terasa sangat banyak, antara lain: Biaya penerbitan Majalah Dermaga berasal dari anggaran tetap korporat lewat alokasi biaya Humas Kantor Pusat, dengan tim redaksi yang berasal dari staf humas, dibantu seorang jurnalis ditambah tiga reporter muda berstatus magang magang. Sedang untuk menerbitkan Garuda Magazine, BUMN penerbangan PT Garuda Indonesia melakukan kerjasama dengan perusahaan penerbitan PT Indomultimedia. Teknisnya, Garuda Indonesia mengeluarkan otorisasi penerbitan dan pencarian iklan kepada vendor dengan titipan content Inside Garuda sekitar 5-10 halaman dari keseluruhan 100 halaman Garuda Magazine. Sesuai kontrak, maka PT Garuda Indonesia tak perlu mengeluarkan biaya peneritan yang mencapai Rp.200 juta tiap edisi. Bahkan haknya mendapat hak 40% atas penjualan space iklan Garuda Magazine, yang oleh Cristian diakui mempunyai tarif termahal di antara sesama travel magazine di Indonesia; Dalam hal penyelenggaraan penerbitan, juga terdapat kesamaan maupun perbedaan antara dua media. Kalau redaksi Garuda Magazine terdiri atas 14 editor/reporter profesional ditambah 200 kontributor yang tersebar di seluruh dunia, maka Dermaga didukung oleh 2 pegawai staf Humas, satu reporter profesional dan tiga reporter magang dan secara insidental ada pegawai Pelindo III yang sukarela menjadi kontributor. So, apa hasil yang didapat dari kunjungan ke Garuda Magazine ini ? Tentu saja banyak hal, utamanya membuka wawasan dalam kerangka kerjasama saling menguntungkan antara PT Garuda Indonesia yang BUMN dengan PT Indomultimedia yang seratus prosen badan usaha swasta. Sinergi ini bisa mulus berkat adanya perjanjian yang jelas, kepercayaan terhadap kredibiliti dan profesionalisme para wartawan muda penyelenggara penerbitan. Sambil mengarungi samudra kemacetan Jakarta, muncul pikiran-pikiran: apakah suatu saat gagasan kemandirian penerbitan Majalah Dermaga akan

Simbiosa Mutualis

Sambil mengarungi samudra kemacetan Jakarta, muncul pikiran-pikiran: apakah suatu saat gagasan kemandirian penerbitan Majalah Dermaga akan bisa

Studi banding diawali dengan berkunjung ke penerbit Garuda Magazine, setelah melalui jalan panjang antar jalan tol mulai Kemayoran hingga kawasan Warung Buncit, yang meskipun berlokasi di pinggiran tetapi tetap memancarkan aroma metropolitan. Crew Dermaga disambut dengan keramahan khas orang bisnis Jakarta: terbuka, ramah, smart dan zakelijk (apa adanya). Dari hasil perbincangan, didapat kesamaan maupun kelainan antara dua Majalah Dermaga dengan Garuda Magazine. Antara PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) dengan PT Garuda Indonesia memang sama-sama bernaung dibawah Kementerian BUMN. Namun antara Majalah Dermaga sebagai inhouse magazine yang diterbitkan oleh Pelindo III dengan Garuda Magazine ternyata hanya mempunyai persinggungan kecil. Demikian kesan pertama yang timbul dalam diskusi dengan penyelenggara penerbitan inflight media dengan oplag sekitar 50.000 eksemplar tersebut. Sebab ternyata hubungan BUMN Garuda Indonesia dengan PT Indomultimedia yang menerbitkan Garuda Magazine hanya terjadi simbiosa mutualis.

42

EDISI 152 I JULI I 2011

bisa terwujud ? Kalau jawabnya bisa, tentu harus dicari solusi permodalan. Bisa saja PT Pelindo III menunjuk salah satu badan usaha penerbitan swasta menjadi partner dalam penerbitan seperti yang terjadi pada Garuda Magazine, tetapi bisa juga melalui pemberian modal awal penerbitan kepada tim penerbit, dengan ketentuan agar antara manajemen Pelindo III dengan penyelenggara penerbitan nanti dapat sama-sama mendapatkan laba usaha. Terkir pula: kalau Majalah Dermaga di spin-off seperti anak-anak perusahaan Pelindo lainnya, lalu content penerbitan akan menyasar pangsa yang mana ? Apakah akan tetap menjadi pembangun citra perusahaan dengan market di kalangan pegawai, akan menjadi majalah umum bernuansa kepelabuhanan dengan pasar yang menyasar eksternal ? Atau merupakan simbiosa mutualis seperti Garuda Magazine yang merupakan travel guide dengan market pembaca umum, tetapi tetap memiliki sebagian content pembentukan citra PT Pelindo III. Atau rasa kantuk dan lamunan, hilang karena harus mampir makan siang di warung steak Abuba di jl. Wachid Hasyim.

Beda Habitat
Esoknya, studi banding diteruskan menuju ke markas besar Metro TV/ Harian Media Indonesia/ Organisasi Kemasyarakatan Nasional Demokrat di Kedoya, yang bila ditarik garis lurus tak lebih 10 Km dari Jl. Wachid Hasyim. Tetapi karena terjebak kemacetan total menjelang pasar Tenabang (ucapan orang Betawi terhadap Tanah Abang), maka terpaksa balik kucing lewat Budi Kemuliaan-Tanah Abang III-Tomang, masuk jalur tol terus ke Kebon Jeruk dan Kedoya, hanya dalam waktu satu jam lebih dikit !!! Tiba di kompleks Metro TV,rombongan disambut ramah oleh PR Ofcer Dewi Indah Hanggono, yang sesuai dengan namanya, perempuan muda ini berpenampilan selembut dewi yang indah dan (entah) masih sendiri yang dalam bahasa Kawi disebut: hanggana. Untuk selanjutnya crew Dermaga dipersilahkan memasuki ruang pertemuan dan dipertemukan dengan Head PR Ofcer Eddy Hidayat didampingi Humas Metro TV-Henny Puspitasari. Meskipun kita memiliki habitat berbeda, tetapi dalam tugas menyiapkan penerbitan pada hakekatnya memiliki persamaantutur Mas Eddy yang asli Solo, yang seterusnya berucap perbedaannya hanya terletak pada manajemen waktu. Kalau media cetak memiliki waktu merencanakan, menggarap hingga ke proses produksi dalam hitungan hari, minggu dan bulan, maka dalam produksi berita televisi, harus berkir dari menit ke menit dan jam ke jam. Bahkan sering kali kami tak lagi bisa berkir, yaitu manakala harus menayangkan breaking-news yang sifatnya pendadakan di lapangan .

Berdiskusi tentang produksi media cetak dengan media elektronik, bisa saja kagak nyambung . Tetapi karena rumus sesama bis kota tak boleh saling mendahului dan sesama media tidak boleh saling buka rahasia , perbincangan tetap saja gayeng . Lebihlebih ketika Pak Dhe Erick mengisahkan kenangan masa muda dan terlibat dalam penerbitan di markas besar FKPPI di Slipi serta bersama Freemont Pello dan Rudy Parasdio ikut meramaikan harian Prioritas di Gondangdia, yang akhirnya dibreidel oleh rezim orde baru, pembicaraan pun bagai bertemu ruas. Ini berbeda dengan tanggapan sekilas dari staf Garuda Magazine, ketika Erick bernostalgia dalam ikut membangun penerbitan media cetak internal Rajawali di PT Garuda Indonesia (waktu itu masih memakai tambahan Airways), dan ikut mendorong terbitnya inight-magazine berbahasa Inggris yang kelak dikembangkan oleh Ibu Daisy Hatmoko. Tukar pengalaman menjadi kian bersemangat ketika Mas Eddy Hidayat berkisah tentang konsistensi Bang Brewok (panggilan akrab untuk Surya Paloh) dalam dunia penerbitan dan penyiaran. Ujarnya: Prinsip yang tak pernah bisa ditawar-tawar dari gur seorang Surya Paloh adalah: menegakkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menumbuhkan peran serta manusia Indonesia dalam membangun demokrasi. Beliau juga merupakan gur yang tulus dalam pertemanan dan konsekuen dalam membela prinsip perjuangan. Ini dibuktikan ketika Harian Prioritas yang beliau rintis diberangus oleh penguasa, yang berarti terjadi kevakuman tugas liputan, produksi maupun administrasi. Kendati demikian, selama satu tahun penantian semua wartawan dan pegawai tetap mendapat penghasilan. Kedekatannya dengan semua pagawai, dibuktikan ketika menjelang pemilihan presiden, dimana beliau ikut dalam konvensi partai politik yang akan menjagokannya jadi calon presiden. Pada kesempatan itu, beliau berpesan andai pun Surya Paloh jadi presiden, Mero TV dan Media Indonesia harus tetap menjalankan fungsinya termasuk mengkritisi dirinya . Berkat kegigihan dan ketekunan itu pula, sekian tahun kemudian Surya Paloh berhasil menggandeng SKM Media Indonesia yang eksis sampai saat ini. Bahkan kemudian muncul adik kandungnya berupa lembaga penyiaran televisi. Dari semangat yang tak pernah luntur itu, kini telah berhasil berdiri gedung megah di Kedoya yang menjadi pusat dunia penerbitan, penyiaran dan olah gerak organisasi kemasyarakatan dibawah komando Bang Brewok . (Nilam)

Meskipun kita memiliki habitat berbeda, tetapi dalam tugas menyiapkan penerbitan pada hakekatnya memiliki persamaan

EDISI 152 I JULI I 2011

43

buritan

MENCEGAH ABRASI DENGAN MANGROVISASI


Lewat slogan: Alam dipelihara manusia berjaya, TPS berkomitmen untuk melestarikan lingkungan

OMITMEN PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) dalam menjaga kelestarian lingkungan, kembali dibuktikan dengan kegiatan penanaman pohon mangrove di lingkungan kerja TPS, Tanjung Perak.Tepatnya di depan dermaga petikemas domestik, yang selama ini merupakan lahan cadangan yang kelak akan dijadikan areal kerja pelayanan petikemas. Acara yang berlangsung dengan dihadiri oleh Kepala Otorita Pelabuhan Tanjung Perak I Nyoman Gede Saputra ini, menjadi lebih meriah karena dilakukan bertepatan dengan HUT Direktur Utam PT TPS M. Zaini tanggal 5 Juni 2011. Kegiatan ini juga terkait dengan acara Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Tujuan penanaman sepuluh ribu pohon mangrove di pantai utara Jatim mulai dari TPS hingga perbatasan Gresik ini, adalah dalam rangka mencegah terjadinya abrasi.Terhadap komitmen dari TPS ini, mewakili seluruh pemangku kepentingan kepelabuhanan dan kelautan, kami memberi apresiasi yang sangat tinggi ungkap Kepala OP I Nyoman Gede Saputra mengawali penanaman mangrove yang diprakarsai oleh PT TPS.

Dalam keterangannya kepada Dermaga, Dirut TPS M.Zaini mengatakan bahwa menyelamatkan lingkungan merupakan tugas dan tanggungjawab dari mereka yang hidup di masa kini, yang kelak akan mewariskan bumi yang lestari kepada generasi penerus. Menurut aktivis lingkungan Soni Muchson yang berpengalaman dalam menggalakkan mangrovisasi, yang ditanam di lingkungan TPS kali ini terdiri dari dua jenis mangrove yang memiliki keunggulan di perairan pantai, yaitu jenis Rhisophora Mucronata sebanyak 4.000 pohon dan jenis Brubecera Gymnorizza sebanyak 400 pohon. Selain berguna untuk mencegah abrasi, kawasan yang ditumbuhi pohon mangrove juga memiliki fungsi sebagai habitat biota laut. Bahkan pada musim tertentu menjadi persinggahan burungburung dari Australia yang pada musim dingin akan bermigrasi ke utara untuk berkembang biak di daerah yang beriklim hangat. Tanaman mangrove juga bisa menjadi penunjang perekonomian bagi masyarakat sekitarnya karena buahnya dapat dijadikan sirup serta bisa menjadi pengganti beras tutur Soni Muchson.(Nilam)

44

EDISI 152 I JULI I 2011

You might also like