You are on page 1of 13

Pengertian penyesuaian diri menurut para ahli sebagai berikut : a.

Pengertian penyesuaian diri menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori adalah dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment . b. Menurut Schmeider adalah penyesuian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang (adaptation) : 1) Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation) 2) Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity) dan, 3) Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery) Tiga pandangan tersebut sama-sama memaknai penyesuaian diri, akan tetapi sesuai dengan istilah dan konsep masing-masing memiliki pendekatan yang berbeda-beda. c. Pengertian penyesuaian diri menurut Sofyan. S. Willis adalah Kemampuan siswa untuk hidup dan bergaul secara wajar dalam lingkungan sekolah, sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya tersebut. d. Menurut Mustofa Fahmi adalah proses dinamika yang bertujuan untuk menggubah kelakuan seseorang agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dan lingkungannya. e. Menurut Kartini Kartono adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya, sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati prasangka, depresi, kemarahan dan lainlain emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis. f. Sedangkan menurut Syamsu Yusuf dan A. Jundika Nurihsan adalah Kegiatan atau tingkah laki individu pada hakekatnya merupakan cara pemenuhan kebutuhan. Banyak cara yang dapat ditempuh individu untuk memnuhi kebutuhanya, baik cara-cara yang wajar maupun cara yang tidak wajar, cara yang disadari maupun tidak disadari. Yang penting untuk dapat memenuhi kebutuhan ini individu harus dapat menyesuaikan antar kebutuhan dengan segala kemungkinan yang ada dalam lingkungan disebut sebagai proses penyesuaian diri. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan proses kemampuan diri untuk dapat mempertahankan eksistensialnya untuk dapat hidup dengan survive dan memperoleh kesejahteraan jasamani dan rohani juga dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan-tuntutan sosial di lingkungannya. Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2134814-pengertian-penyesuaian-diri-menurutpara/#ixzz2QiVPQLN4

Penyesuaian Diri

Tinggalkan Komentar

1 Votes

Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan. Penyesuaian diri lebih cenderung untuk selalu berproses dan berkembang dengan demikian kemampuan individu dalam melakukan penyesuaian diri pada waktu sekarang ini belum tentu efektif digunakan pada waktu mendatang. Kebutuhan merupakan alasan yang mendorong seseorang berperilaku. Kebutuhan-kebutuhan itu misalnya dapat dikelompokan ke dalam kebutuhan biologis seperti : lapar, haus, seks. Kebutuhan psikologis : kebutuhan rasa aman, cinta kasih, harga diri dan sebagainya. Lingkungan selalu menyediakan berbagai peluang terhadap pemenuhan kebutuhan individu. Akan tetapi, tidak semua jenis kebutuhan individu bisa dipenuhi oleh lingkungan disebabkan beberapa keterbatasan-keterbatasan yang berkaitan dengan adanya aturan, adat atau norma sosial yang berlaku. Proses interaksi sering dipengaruhi faktor-faktor kepercayaan individu terhadap dirinya sendiri atau terhadap lingkungannya. Kepercayaan terhadap lingkungan dipengaruhi oleh pengalaman belajar. Apabila orang itu mempunyai pengalaman-pengalaman yang menyenangkan, memuaskan, mengalami banyak keberhasilan dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan, maka ia akan banyak menaruh kepercayaan terhadap lingkungannya. Sebaliknya,apabila orang itu dalam pengalaman belajarnya sering mengalami kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan, ia akan menjadi pesimis dan kurang menaruh kepercayaan terhadap lingkungannya. Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (lifelong process), dan manusia terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat. Respon penyesuaian, baik atau buruk secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi kondisi keseimbangan yang lebih wajar. Penyesuaian adalah sebagai suatu proses ke-arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi, dan individu didorong meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan. Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.

Tidak semua individu berhasil dalam menyesuaikan diri, dan banyak rintangannya, baik dari dalam maupun luar. Beberapa individu ada yang dapat melakukan penyesuaian diri secara positif, namun ada pula yang melakukan penyesuaian diri yang salah. Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang seba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang realistic, agresif, dan sebagainya. Penyesuaian diri yang salah ditampilkan dalam bentuk mekanisme pertahanan diri (Ego Defense Mechanism). mekanisme pertahanan diri (self-defense mechanism) merupakan salah satu bentuk penyesuaian diri untuk melindungi seorang individu dari kecemasan, meringankan penderitaan saat mengalami kegagalan, dan untuk menjaga harga diri. Mekanisme pertahanan diri ini tidak selalu negatif dan patologis tetapi bisa sebagai cara satu cara penyesuaian diri untuk menghadapi suatu kenyataan. Pengertian Penyesuaian Diri Pengertian penyesuaian diri menurut beberapa ahli: 1. Menurut Kartono (2000), penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. 2. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri. 3. Ali dan Asrori (2005) juga menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada. Sebelumnya 4. Scheneiders (dalam Yusuf, 2004), juga menjelaskan penyesuaian diri sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik secara sukses serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. 5. Hurlock (dalam Gunarsa, 2003) memberikan perumusan tentang penyesuaian diri secara lebih umum, yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Dengan perkataan lain, orang itu mampu menyesuaikan sendiri dengan baik terhadap lingkungannya

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah proses mengubah diri sesuai dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi dan konflik sehingga tercapainya keharmonisan pada diri sendiri serta lingkungannya dan akhirnya dapat diterima oleh kelompok dan lingkungannya. Aspek-aspek Penyesuaian Diri Menurut Fatimah (2006) penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu sebagai berikut: 1. Penyesuaian pribadi Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dalam mampu bertindak onjektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai oleh : a. Tidak adanya rasa benci. b. Tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan atau tidak percaya pada potensi dirinya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh : a. Kegoncangan emosi. b. Kecemasan. c. Ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah antara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya. 2. Penyesuaian sosial Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial di tempat individu itu hidup dan berinterakasi dengan orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hungan dengan anggota keluarga, masyarakat, sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum. Proses yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa memiliki sistem nilai dan norma sosial yang berbedabeda. Dalam proses penyesuaian sosial individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya. Karakteristik Penyesuaian Diri Penyesuaian diri yang sehat, antara lain : 1. Mampu menilai dirinya sebagaimana adanya 2. Mampu menilai situasi secara realistik 3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistic 4. Menerima tanggung jawab 5. Kemandirian 6. Dapat mengontrol emosi

7. Berorientasi tujuan 8. Berorientasi keluar 9. Penerimaan sosial 10. Memilki filsafat hidup 11. Berbahagia Penyesuaian diri yang tidak sehat, antara lain: 1. Mudah marah 2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan 3. Sering merasa tertekan (stress atau depresi) 4. Bersikap kejam atau senang menggangu orang lain yang usianya lebih muda 5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum 6. Mempunyai kebiasaan berbohong 7. Hiperaktif 8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas 9. Senang mengkritik atau mencemooh orang lain 10. Kurang memiliki rasa tanggung jawab 11. Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama 12. Bersifat pesimis dalam menghadapi kehidupan 13. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menghadapi kehidupan. Menurut Hariyadi dkk. (2003) terdapat beberapa karakteristik penyesuaian diri yang positif, diantaranya: 1. Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang yang mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup menerima kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan di samping kelebihan-kelebihannya. Individu tersebut mampu menghayati kepuasan terhadap keadaan dirinya sendiri, dan membenci apalagi merusak keadaan dirinya betapapun kurang memuaskan menurut penilaiannya. Hal ini bukan berarti bersikap pasif menerima keadaan yang demikian, melainkan ada usaha aktif disertai kesanggupan mengembangkan segenap bakat, potensi, serta kemampuannya secara maksimal. 2. Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif, sesuai dengan perkembangan rasional dan perasaan. Orang yang memiliki penyesuaian diri positif memiliki ketajaman dalam memandang realita, dan mampu memperlakukan realitas atau kenyataan secara wajar untuk memenuhi kebutuhankebutuhannya. Ia dalam berperilaku selalu bersikap mau belajar dari orang lain, sehingga secara terbuka pula ia mau menerima feedback dari orang lain. 3. Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan objektif di luar dirinya. Karakteristik ini ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk tidak menyia-nyiakan kekuatan yang ada pada dirinya dan akan melakukan hal-hal yang jauh di luar jangkauan kemampuannya. Hal ini terjadi

perimbangan yang rasional antara energi yang dikeluarkan dengan hasil yang diperolehnya, sehingga timbul kepercayaan terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. 4. Memiliki perasaan yang aman dan memadai Individu yang tidak lagi dihantui oleh rasa cemas ataupun ketakutan dalam hidupnya serta tidak mudah dikecewakan oleh keadaan sekitarnya. Perasaan aman mengandung arti pula bahwa orang tersebut mempunyai harga diri yang mantap, tidak lagi merasa terancam dirinya oleh lingkungan dimana ia berada, dapat menaruh kepercayaan terhadap lingkungan dan dapat menerima kenyataan terhadap keterbatasan maupun kekurangan-kekurangan dan lingkungan-nya. 5. Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleran Karakteristik ini ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaan di luar dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan atau keinginannya. 6. Terbuka dan sanggup menerima umpan balik Karakteristik ini ditandai oleh kemampuan bersikap dan berbicara atas dasar kenyataan sebenarnya, ada kemauan belajar dari keadaan sekitarnya, khususnya belajar mengenai reaksi orang lain terhadap perilakunya. 7. Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi Hal ini tercermin dalam memelihara tata hubungan dengan orang lain, yakni tata hubungan yang hangat penuh perasaan, mempunyai pengertian yang dalam, dan sikapnya wajar. 8. Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan hak dan kewajibannya. 9. Individu mampu mematuhi dan melaksanakan norma yang berlaku tanpa adanya paksaan dalam setiap perilakunya. Sikap dan perilakunya selalu didasarkan atas kesadaran akan kebutuhan norma, dan atas keinsyafan sendiri. Haber dan Runyon (1984), mengusulkan beberapa karakteristik penyesuaian diri yang efektif: 1. Persepsi yang tepat terhadap realita: mampu mengenali konsekuensi dari tindakan dan mengarahkan perilaku yang sesuai, mampu menyusun dan memodifikasi tujuan yang realistik dan berusahan untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Mampu menghadapi dan mengatasi stress dan kecemasan. 3. Memiliki gambaran diri (self image) yang positif: menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, mengharagai kekuatan yang dimiliki dan menerima kelemahan dengan cara yang positif. 4. Mampu mengekspresikan perasaan secara terkendali. Orang yang sehat secara emosional mampu merasakan dan mengekspresikan nuansa emosi dan perasaan sehingga memungkinkan untuk membangun dan memilihara hubungan interpersonal yang penuh makna. 5. Memiliki hubungan interpersonal yang baik: mampu membina keakraban dalam hubungan sosialnya, nyaman berinteraksi dengan lingkungan menghargai dan dihargai orang lain.

6. Penyesuaian diri merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat. Dengan demikian penyesuaian diri yang efektif dapat diukur dari seberapa baik individu dalam menghadapi dan mengatasi kondisi yang senantiasa berubah. Penyesuaian diri merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat. Dengan demikian penyesuaian diri yang efektif dapat diukur dari seberapa baik individu dalam menghadapi dan mengatasi kondisi yang senantiasa berubah. Kesehatan mental seseorang sering kali dihubungkan dengan kemampuan penyesuaian dirinya. Kehidupan yang tidak selamanya berjalan lancar dan sesuai keinginan, serta hambatan dan pemenuhan pemenuhan kebutuhan dan pemuasan diri sehingga mengganggu kapasitas penyesuaian diri seseorang. Kondisi demikian menimbulkan tekanan yang harus dihadapi individu yang bersangkutan. Konflik dan frustrasi yang bersumber dari faktor internal dan eksternal menjadi sumber stress (Coleman, 1950). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri Individu dalam memberikan penilaian tentang baik buruknya penyesuaian, hendaknya juga perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penilaian individu tentang hal tersebut. Hal ini penting untuk diketahui agar individu dapat mengurangi salah penafsiran dalam memahami penyesuaian seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri itu sebagai resources. Resources di definisikan sebagai hal-hal yang dapat melindungi individu dari efek frustasi dan kehilangan, sehingga individu dapat mengatasi berbagai rintangan dalam hidupnya. Dengan demikian resources sangat dibutuhkan untuk proses penyesuaian diri yang baik. Resources tersebut adalah: 1. Kemampuan untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan orang lain Dalam menjalin hubungan yang suportif terdapat hubungan erat yang sangat hangat, saling memberikan perhatian dan dukungan, serta perasaan-perasaan yang dapat di ekspresikan. 2. Kondisi fisik yang sehat Secara umum kesehatan, tingkat energi dan kekuatan sangat berperan dalam mengatasi stress emosional dalam kehidupan, sehingga membantu dalam melakukan penyesuaian diri. Daya kesembuhan sangat berperan bagi individu dalam mengahadap persoalan dalam hidupnya hal ini juga termasuk tempramen seseorang. 3. Intelegensi Kesuksesan psikoterapi berhubungan dengan persepsi superior, memori, analisi, pemikiran, kepintaran dan kemampuan verbal individu. 4. Hobi dan Minat-minat tertentu Suatu aktivitas kegemaran atau hobi yang benar-benar dinikimati pada saat melakukannya dapat berfungsi sebagai penahan dan penyegaran yang dapat meminimalkan dan membantu individu tersebut dalam mentolerir ketegangan dan kecemasan yang dirasakannya, serta dapat membantu dalam mempertahankan penyesuaian diri yang baik.

5. Keyakinan religius Dengan tingkat religius yang tinggi akan menguatkan individu dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupannya sehingga ia dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik. 6. Impian Cita-cita, tujuan hidup, ideologi, atau persepsi dan sikap mengenai dirinya sendiri dapat memotivasi individu untuk berusaha tersu-menerus dalam melakukan penyesuaian diri. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri Menurut Sunarto dan Hartono (1995) terdapat bentuk-bentuk dari penyesuaian diri, yaitu: 1. Penyesuaian diri positif ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: a. Tidak adanya ketegangan emosional. b. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis. c. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi. d. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri. e. Mampu dalam belajar. f. Menghargai pengalaman. g. Bersikap realistik dan objektif. Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain: a. Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung. Individu secara langsung menghadapi masalah dengan segala akibatnya. Misalnya seorang siswa yang terlambat dalam menyerahkan tugas karena sakit, maka ia menghadapinya secara langsung, ia mengemukakan segala masalahnya kepada guru. b. Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan). Individu mencari bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya. Misal seorang siswa yang merasa kurang mampu dalam mengerjakan tugas, ia akan mencari bahan dalam upaya menyelesaikan tugas tersebut, dengan membaca buku, konsultasi, diskusi, dan sebagainya. c. Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba. Individu melakukan suatu tindakan coba-coba, jika menguntungkan diteruskan dan jika gagal tidak diteruskan. d. Penyesuaian dengan substitusi atau mencari pengganti. Jika individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, maka ia dapat memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti. Misalnya gagal nonton film di gedung bioskop, dia pindah nonton TV. e. Penyesuaian dengan menggali kemampuan pribadi. Individu mencoba menggali kemampuan-kemampuan khusus dalam dirinya, dan kemudian dikembangkan sehingga dapat membantu penyesuaian diri. Misal seorang siswa yang mempunyai kesulitan dalam keuangan, berusaha mengembangkan kemampuannya dalam menulis

(mengarang), dari usaha mengarang ia dapat membantu mengatasi kesulitan dalam keuangan. f. Penyesuaian dengan belajar. Individu melalui belajar akan banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu menyesuaikan diri. Misal seorang guru akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak belajar tentang berbagai pengetahuan keguruan. g. Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri. Individu berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan, dan tindakan mana yang tidak perlu dilakukan. Cara inilah yang disebut inhibisi. Selain itu, individu harus mampu mengendalikan dirinya dalam melakukan tindakannya. h. Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat. Individu mengambil keputusan dengan pertimbangan yang cermat dari berbagai segi, antara lain segi untung dan ruginya. 2. Penyesuaian diri yang salah Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu: a. Reaksi bertahan (defence reaction) Individu berusaha untuk mempertahankan diri, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain: b. Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakannya. c. Represi, yaitu berusaha melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan. Misalnya seorang pemuda berusaha melupakan kegagalan cintanya dengan seorang gadis. d. Proyeksi, yaitu melempar sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima. Misalnya seorang siswa yang tidak lulus mengatakan bahwa gurunya membenci dirinya. e. Sour grapes (anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikkan kenyataan. Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik, mengatakan bahwa mesin tik-nya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengetik. f. Reaksi menyerang (aggressive reaction) Reaksi-reaksi menyerang nampak dalam tingkah laku : selalu membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, mau memiliki segalanya, bersikap senang mengganggu orang lain, menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan, menunjukkkan sikap permusuhan secara terbuka, menunjukkan sikap menyerang dan merusak, keras kepala dalam perbuatannya, bersikap balas dendam, memperkosa hak orang lain, tindakan yang serampangan, marah secara sadis. g. Reaksi melarikan diri (escape reaction) Reaksi melarikan diri, nampak dalam tingkah laku seperti berfantasi, yaitu memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan, banyak tidur,

minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku yang tipis pada tingkat perkembangan yang lebih awal, misalnya orang dewasa yang bersikap dan berwatak seperti anak kecil, dan lainlain. Pembentukan Penyesuaian Diri Penyesuaian diri yang baik yang selalu ingin diraih setiap orang tidak akan dapat tercapai kecuali bila kehidupan orang tersebut benarbenar terhindar dari tekanan, goncangan dan ketegangan jiwa yang bermacammacam dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, senang, tertarik untuk bekerja dan berprestasi. Pada dasarnya pembentukan penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya antara lain: 1. Lingkungan Keluarga Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti. Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam prakteknya banyak orang tua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak anak. Hal ini sering kali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulangulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanakkanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dikemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stres. 2. Lingkungan Teman Sebaya Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masamasa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya dari anggananggan, pemikiran, dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka scara bebas tentang rencananya, citacitanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya. Dengan demikian pengertian yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri. Ini sangat membantu diri

individu dalam memahami polapola dan ciriciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti akan dirinya. Maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya dan berusaha menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian dia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 3. Lingkungan Sekolah Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan. Ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkebangan individu dan mampu menyusun system pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilainilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu. DAFTAR REFERENSI Admin. 2010. Penyesuaian Diri (online), (http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/, diakses tanggal 6 April 2012). Admin. 2010. Penyesuaian Diri Sebagai Adaptasi (Adaptation) (online), http://belajarpsikologi.com/penyesuaian-diri-sebagai-adaptasi-adaptation/, diakses tanggal 6 April 2012). Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT Bumi Aksar Alwisol. 2010. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Alytpuspitasari. 2010. Penyesuaian Diri (online), (http://alytpuspitasari.wordpress.com/2010/06/07/penyesuaian-diri/, diakses tanggal 6 April 2012) Devina, Sarah. 2010. Penyesuaian Diri (online), (http://sarahdevina.wordpress.com/2010/06/04/penyesuaian-diri/, diakses tanggal 6 April 2012). Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia. Hariyadi, Sugeng dkk. (1998). Perkembangan Peserta Didik Cetakan ke 3. Semarang: IKIP Semarang Press. Kartono, K. (2000). Hygiene mental. Bandung: Mandar Maju.

Sariyanta, Made. 2012. Proses Penyesuaian Diri (online), (http://www.sariyanta.com/kuliah/proses-penyesuaian-diri/, diakses tanggal 14 April 2012). Sariyanta, Made. 2012. Penyesuaian Diri Remaja (online), (http://www.sariyanta.com/kuliah/proses-penyesuaian-diri/, diakses tanggal 14 April 2012). Sunarto & Hartono, B. Agung. (1995). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta Wahjosumidjo. Teguh. 2009. Penyesuaian Diri yang Salah (online), (http://kawitan.wordpress.com/2009/12/18/penyesuaian-diri-yang-salah/, diakses tanggal 14 April 2012). Yusuf,S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
http://himcyoo.wordpress.com/2012/05/12/1763/

You might also like