You are on page 1of 3

Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959 Dengan berlakunya Undang-undang Darurat No.

11/1950, ketiga negara bagian tersebut kembali menjadi Negara Kesatuan RI (NKRI) bersamaan dengan berlakunya UUDS tanggal 17 Agustus 1950. 1) Bentuk Negara dan Pemerintahan menurut UUDS 1950 - Bentuk negara negara kesatuan sesuai dengan cita-cita rakyat Indonesia melalui para politisi kita terdahulu setelah melampaui masa berlakunya RIS. - Bentuk negara dilandasi: ketentuan pasal 1 ayat (1) UUDS 1950: Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan membentuk kesatuan Alinea keempat Mukadimah UUDS 1950 ... dalam suatu piagam negara yang berbentuk Republik Kesatuan... . Negara kesatuan pada masa berlakunya UUDS 1950 terdiri dari daerah besar dan kecil yang masing-masing memiliki hak otonomi yang merupakan otonomi yang luas, sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan pasal 131 ayat (2) UUDS 1950 Kepada daerah-daerah diberikan otonomi seluas-luasnya untuk mengurus rumah tangganya sendiri. - Bentuk pemerintahan republik, berdasarkan ketentuan pasal 45 UUDS 1950: Ayat (1) Presiden ialah Kepala Negara. Ayat (2) Presiden dan wakil presiden dipilih menurut aturan yang diterapkan dengan Undang-undang Ayat (3) Untuk pertama kali Wakil Presiden diangkat oleh presiden atas anjuran yang diajukan DPR - Kelengkapan negara: Presiden dan wakil presiden Menteri-menteri Dewan Perwakilan Rakyat Mahkamah Agung Dewan Pengawas Keuangan 2) Sistem pemerintahan menurut UUDS 1950 - Sistem pemerintahan parlementer dan kabinet ministerial yang semu - Ciri-ciri: Pengangkatan perdana menteri dilakukan oleh presiden Perdana menteri memiliki kekuasaan yang terbatas pada kekuasaan memimpin sidang dewan menteri Pembentukan kabinet dilakukan oleh presiden melalui formatur kabinet Kedudukan kepala negara merangkap sebagai kepala pemerintahan - Persamaan yang dianut dalam konstitusi RIS 1949 dengan UUDS 1950: Adanya presiden dan perdana menteri, serta menteri negara Menganut sistem parlementer dan kabinet ministerial semu Kedudukan seorang presiden tidak dapat diganggu gugat

Adanya larangan rangkap jabatan bagi presiden, wakil presiden, perdana menteri, dan menteri menteri, Hasil sidang kabinet harus dilaporkan kepada presiden. Beberapa pergedaan prinsip dalam konstitusi RIS dengan UUDS 1950: Kosntitusi RIS tidak mengatur mengenai wewenang presiden untuk membubarkan DPR, dalam UUDS 195 diatur dalam pasal 84 UUDS 1950 Dlam konstitusi RIS diatur bahwa dalam hal presiden berhalangan maka perdana menteri yang menggantikannya. Sedangkan dalam UUDS 1950 yang menggantikannya adalah wakil presiden. Dampak negatif sistem perlementer dan kabinet ministerial: Sistem parlementer dan kabinet ministerial selama masa ini labil, karena tidak sesuai dengan nilai kenegaraan yang tumbuh-berkembang di Indonesia, terbukti dgn jatuh-bangunnya kabinet pada masa ini mulai dari kabinet Natsir hingga Kabinet Djuanda. Pelaksanaan pemerintahan menjadi terganggu dan pembangunan pun terhambat serta timbul berbagai masalah seperti penyalahgunaan situasi oleh oknum tertentu, timbul kerusuhan di berbagai daerah, dan meluasnya pengaruh PKI hingga puncaknya peristiwa G 30 S. Tanggal 29 September 1955 diselenggarakan pemilu untuk memilih anggota DPR. Tanggal 15 Desember 1955 diadakan pemilu untuk memilih anggota Dewan Konstituante untuk membentuk UUD pengganti UUDS 1950. Karena konstituante tersebut tidak berhasil membentuk UUD yang dimaksud, pada tanggal 5 Juli 1959 presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, isinya: Pembubaran konstituante Berlakunya kembali UUD 1945 Tidak berlakunya UUDS 1950 Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu singkat

Sistem Pemerintahan Periode 1959-1966 Berlakunya kembali UUD 1945 : bentuk negara kesatuan, bentuk pemerintahan republik, sistem pemerintahan presidensial Berlaku sistem demokrasi terpimpin. Penyimpangan-penyimpangan sistem pemerintahan presidensial pada masa Orde lama (5 juli 1959 s.d 11 Maret 1966): (1) Dibubarkannya DPR hasil pemilu 1955 oleh presiden pada tahun 1960 karena RAPBN yang diajukan pemerintah tidak disetujui oleh DPR. Kemudian presiden membentuk DPR-Gotong Royong tanpa pemilu. (2) Pembentukan MPRS oleh presiden tanpa proses pemilu, melainkan berdasarkan Penpres. (3) Pada tanggal 17 Agustus 1960 presiden dalam pidato kenegaraannnya menetapkan Manipol Usdek (Manifesto Politi, UUD 1945, Sosialisme

Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan Keperibadian Nasional) sebagai pengganti GBHN yang harusnya dibentuk oleh MPR. (4) Sentralisasi Kekuasaan dan pengkultusan atas diri Bung Karno sebagai presiden seumur hidup (TAP MPRS No. III/MPRS/1963) (5) Pmberian status ketua MPRS merangkap sebagai Menko kabinet yang ada di bawah kekuasaan dan tunduk kepada presiden. (6) Tidak berfungsinya parlemen (DPR) terhadap pemerintah dalam melaksanakan pengawasan. Dalam periode ini kekuasaan presiden terlalu luas, tak hanya eksekutif, tapi meliputi semua kekuasaan legislatif dan kekuasaan lainnya. Dipicu peristiwa G 30 S, rakyat berunjuk rasa dipelopori oleh segenap pemuda dan mahasiswa, melahirkan Tritura (tiga tuntutan rakyat), yaitu: Bubarkan PKI Bersihkan Kabinet dari unsur-unsur PKI (bubarkan kabinet Dwikora) Turunkan harga barang-barang Sebagai jawabannya, pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden Soekarno memberikan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) kepata Letjen Soeharto yang isinya memberikan wewenang kepadanya untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk menjamin dan memulihkan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat serta menjaga stabilitas jalannya roda pemerintahan. Sidang Istimewa MPR mengangkat Jenderal Soeharto menjadi Presidan RI (Tap MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan kekuasaan Pemerintah Negara dari Presiden Soekarno dan Mengangkat Jenderal Soeharto sebagai Pejabat Presiden.)

You might also like