You are on page 1of 15

MAKALAH DRAMA/TEATER

Disusun Oleh:

Fajar Kurnia Aji

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata mata sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi. Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang. Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup. Selain itu, seni drama / teater juga telah menjadi lahan bisnis yang luar biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun pemeran akan mendapat keuntungan financial serta menjadi terkenal, tetapi sebelum sampai ke situ seorang penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang profesionalitas agar dapat berkembang terus. B. Rumusan Masalah Berdasarkan ulasan di atas, maka kami dapat menarik suatu rumusan masalah yaitu sebagai berikut. 1. Apakah Drama itu? 2. Bagaimana sejarah tentang drama? 3. Hal-hal apa sajakah yang ada di dalam drama? 4. Manfaat apa saja yang didapat setelah bermain peran/drama? 2

C. Tujuan Penulisan Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut. 1. Agar kita mengetahui pengertian tentang drama. 2. Agar kita mengetahui sejarah dan asal mula drama. 3. Agar kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang ada di dalam drama. 4. Supaya kita dapat mengetahui manfaat-manfaat yang kita peroleh setelah bermain peran/drama.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Drama Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. 1. Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada para pendengar. 2. Arti kedua, a. Menurut Moulton, drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action). b. Menurut Brander, drama itu konflik menjadi dasar utama drama. c. Menurut Ferdinand Brunetierre, drama haruslah melahirkan kehendak dengan action. d. Menurut Balthazar Vallhagen, drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia dengan gerak. 3. Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience) Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan

pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan. Narasi dalam drama bisa digantikan oleh akting para pemain yang, dengan menghubungkan diri mereka sendiri dengan perlengkapan, perlampuan dan iringan musik, menciptakan suasan dan menghidupkan panggung itu menjadi dunia yang amat nyata. Disamping itu, penjelasan tentang tokoh disampaikan melalui dialog antara tokoh yang membicarakan tokoh lain. Penulis lakon menulis drama untuk dipentaskan, ia menulis drama itu dengan membayangkan action dan ucapan para aktor diatas panggung. Jadi ucapan dan action yang terwujud dalam dialog itu adalah bagian paling penting, yang tanpa itu drama bukan benar-benar sebuah lakon. Karena itu, sebuah drama mewujudkan action, emosi, pemikiran, karakterisasi, yang perlu digali dari dialogdialog itu. Adalah satu keharusan bagi seorang sutradra untuk menganalisis drama sebelum memanggugkan drama itu. Selainkan diperankan oleh orang dewasa, drama juga bisa diperankan oleh anak-anak. Drama anak merupakan suatu bentuk drama yang diperankan/ tokoh pelakunya adalah anak-anak. Misalnya: opera anak (trans7), ketoprak anak, dll. B. Sejarah Drama Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi berbagai tokohnya. Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama. 1. Menurut Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara relijius primitif yang dipentaskan untuk minta pertolonga dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak benih drama. Para pendeta sering memerankan mahluk superaalami atau binatang; dan kadang kadang 5

meniru action berburu, misalnya. Kisah-kisah berkembang sekitar beberapa ratus dan tetap hidup bahkan setelah upacara itu sendiri sudah tidak diadakan lagi. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari banyak drama. 2. Teori kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu. Bagian yang diperagakan makin lama makin rumit dan koor tidak dipakai lagi. Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makinlama makin kurang penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara diatas panggung. 3. Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia untuk bercerita. Kisah kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan menciptakan kembali kisah kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan gagah seorang pahlawan yang telah gugur. Ketiga teaori itu merupakan cikal-bakal drama. Meskipun tak seorang pun merasa pasti mana yang terbaik, harus diingat bahwa ketiganya membicarakan tentang action. Konon, action adalah intisari dari seni pertunjukan. C. Unsur unsur Drama Unsur-unsur dalam drama meliputi : 1. Tema : gagasan/ide/dasar cerita. 2. Alur : tahapan cerita yang bersambungan. Meliputi Pemaparan, pertikaian, penggawatan, klimaks, peleraian. Dilihat dari cara menyusun : alur maju/lurus, alur mundur, alur sorot balik, alur gabungan. 3. Tokoh : Pemain/orang yang berperan dalam cerita. Tokoh dilihat dari watak : protagonis, antagonis, dan tritagonis Tokoh dilihat dari perkembangan watak : tokoh bulat dan tokoh datar. Tokoh dilihat dari kedudukan dalam cerita : tokoh utama(sentral) dan tokoh bawahan (sampingan). 6

4. Latar : bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan tempat kejadian ketikatokoh mengalami peristiwa Latar terbagi dalam : latar sosial : latar yang berupa, waktu, suasana, masa, bahasa. latar fisik : latar yang berupa benda-benda di sekitar tokoh misal, rumah, ruang tamu, dapur, sawah, hutan, pakaian/ baju. 5. Amanat: pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang melalui tokoh dan konflik dalam suatu cerita. Hal mendasar yang membedakan antara karya sastra puisi, prosa, dan drama adalah pada bagian dialog. Dialog adalah komunikasi antar tokoh yang dapat dilihat (bila dalam naskah drama) dan didengar langsung oleh penonton, apabila dalam bentuk drama pementasan. D. Struktur Drama Seorang Aristoteles, filsuf Yunani yang hidup sekitar 300 S.M. telah menulis Poetics. Untuk mengenali plot, karakter, pikiran, diksi, musik dan spektakel dari tragedi. Kelak identifikasi itu dianggap sebagai falsafah dasar dari strukturalisme yang oleh T.S. Eliot disebut the Formalistick Approach. Strukturdramatik : 1. Eksposisi : Isinya pemaparan masalah utama atau konflik utama yang berkaitan dengan posisi diametral antara protagonis dan antagonis. Hasil akhir : Antagonis berhasil menghimpun kekuatan yang lebih dominan. 2. Raising Action : Isinya menggambarkan pertentangan kepentingan antar tokoh. Hasil akhir : Protagonis tidak berhasil melemahkan Antagonis. Antagonis mengancam kedudukan Protagonis. Krisis diawali. 3. Complication : Isinya perumitan pertentangan dengan hadirnya konflik sekunder. Pertentangan meruncing dan meluas, melibatkan sekutu kedua kekuatan yang berseteru. Hasil akhir : Antagonis dan sekutunya memenangkan pertentangan. Kubu protagonis tersudut. 4. Klimaks : Isinya jatuhnya korban dari kubu Protagonis, juga korban dari kubu Antagonis. Hasil akhir : Peristiwa-peristiwa tragis dan menimbulkan dampak besar bagi perimbangan kekuatan antar kubu. 7

5. Resolusi : Isinya hadirnya tokoh penyelamat, bisa muncul dari kubu protagonis atau tokoh baru yang berfungsi sebagai penyatu kekuatan kekuatan konflik, sehingga situasi yang kosmotik dapat tercipta kembali. Pada tahap ini, pesan moral disampaikan, yang biasanya berupa solusi moral yang berkaitan dengan tema atau konflik yang sudah diusung.. E. Kelengkapan Drama 1. Naskah drama 2. Penulis naskah 3. Sutradara 4. Pemain 5. Lighting : skrip yang dijadikan panduan pemain sebelum pentas. : orang yang menulis skenario dan dialog dalam bentuk jadi naskah drama : orang yang memimpin atau yang mengatur suatu kelompok drama. : orang yang berperan melakonkan cerita : pengatur cahaya dalam pementasan dan memakaian propertis pakaian 7. Tata suara 8. Tata panggung 9. Panggung F. Jenis jenis Drama Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama. 1. Drama Baru / Drama Modern Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari. 2. Drama Lama / Drama Klasik : pengatur suara untuk memunculkan efek tertentu dalam pementasan : kelengkapan drama yang mengatur latar setiap adegan : tempat bagi pemain untuk melakonkan cerita

6. Tata busana/make up : bagian kelengkapan drama yang bertugas merias

Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya. Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita : 1. Drama Komedi Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan. 2. Drama Tragedi Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan. 3. Drama Tragedi Komedi Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya. 4. Opera Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian. 5. Lelucon / Dagelan Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton. 6. Operet / Operette Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek. 7. Pantomim Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan. 8. Tablau Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya. 9. Passie Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius. 10. Wayang Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya. G. AKTING YANG BAIK Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak. Dialog yang baik ialah dialog yang : 9

1. terdengar (volume baik) 2. jelas (artikulasi baik) 3. dimengerti (lafal benar) 4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah) 5. Gerak yang balk ialah gerak yang : 6. terlihat (blocking baik) 7. jelas (tidak ragu-ragu, meyakinkan) 8. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan) 9. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah) H. MANFAAT DRAMA/TEATER BAGI ANAK Banyak hal yang dapat anak raih dalam bermain drama, baik fisik maupun psikis. Pembicaraan ini tidak akan memisahkan secara rinci antara bermain drama dan teater, karena keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Di bawah ini akan diuraikan manfaat bermain drama atau teater. a. Meningkatkan pemahaman Meningkatkan pemahaman anak terhadap fenomena dan kejadiankejadian yang sering anak saksikan dan anak hadapi dalam kehidupan seharihari. Kita menyadari bahwa memahami orang lain merupakan pekerjaan yang paling sulit dan membutuhkan waktu. Untuk itu drama/teater merupakan salah satu cara untuk memecahkannya. Dengan bermain drama atau berteater anak selalu berkumpul dengan orang-orang yang sama sekali berbeda dengan diri anak tersebut. Dari segi individual differences inilah anak dituntut untuk memahami orang lain. Pemahaman anak kepada orang lain tidak hanya dilihat dari orangnya, melainkan keseluruhan orang tersebut. Meliputi sifat, watak, cara berbicara, cara bertindak (tingkah laku), cara merespon suatu masalah, merupakan keadaan yang harus kita pahami dari orang tersebut. b. Mempertajam kepekaan emosi Drama melatih anak untuk menahan rasa, melatih kepekaan rasa, menumbuhkan kepekaan, dan mempertajam emosi anak. Rasa kadang kala tidak perlu dirasakan, karena sudah ada dalam diri anak. Perlu diingat bahwa rasa, sebagai sesuatu yang khas, perlu dipupuk agar semakin tajam. Apa yang 10

ada dihadapan anak perlu adanya rasa. Kalau tidak, maka segala sesuatu yang ada akan anak anggap wajar saja. Padahal sebenarnya tidak demikian. Anak akan semakin peka terhadap sesuatu tentu saja melalui latihan yang lebih. Rasa indah, seimbang, tidak cocok, tidak asyik, tidak mesra adalah bagian dari emosi. Oleh karena itu, perasaan perlu ditingkatkan untuk mencapai kepuasan batin. Drama menyajikan semua itu. Peka panggung, peka kesalahan, peka keindahan, peka suara atau musik, peka lakuan yang tidak enak dan enak, semua berasal dari rasa. Semakin kita perasa semakin halus pula tanggapan anak terhadap sesuatu yang anak hadapi. c. Pengembangan ujar Naskah drama sebagai genre sastra, hampir seluruhnya berisi cakapan. Cakapan secara tepat, intonasi, maka ujar anak semakin jelas dan mudah dipahami oleh lawan bicara. Kejelasan tersebut dapat membantu pendengar untuk mencerna makna yang ada. Harus ada kata yang ditekankan supaya memudahkan pemaknaan. Dimana anak memberi koma (,) dan titik (.). hampir keseluruhan konjungsi harus diperhatikan selam anak berlatih membaca dalam bermain drama. Suara yang tidak jelas dapat berpengaruh pada pendengar dan lebih-lebih pemaknaan pendengar atau penonton. Di sini perlu adanya kekuatan vokal dan warna vokal yang berbeda dalam setiap situasi. Tidak semua situasi memerlukan vokal yang sama. Tidak semua kalimat harus ditekan melainkan pasti ada yang dipentingkan. Drama memberi semua kemungkinan ini. Sebagai salah satu karya sastra yang harus dipentaskan dan berisi lakuan serta ucapan. d. Apresiasi dramatik. Apresiasi dramatik dikatakan sebagai pemahaman drama. Realisasi pemahaman ini adalah dengan pernyataan baik dan tidak baik. Anak bisa memberi pernyataan tersebut jika tidak pernah mengenal drama. Semakin sering anak menonton pementasan drama semakin luas pula pemahaman anak terhadap drama atau teater. Karena itulah, anak dituntut untuk lebih meningkatkan kecintaan kita terhadap drama. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh wawasan dramatik yang lebih baik. 11

e. Pembentukan Postur Tubuh Postur berkaitan erat dengan latihan bermain drama, latihan ini dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu dasar dan lanjut. Yang termasuk latihan dasar ini adalah latihan vokal dan latihan olah tubuh. Yang terkait dengan postur adalah olah tubuh. Kelenturan tubuh diperlukan dalam bermain drama, sebab bermain drama memerlukan gerak-gerik. Gerak-gerik inilah yang nantinya dapat membentuk postur tubuh anak sedemikian rupa. Karena pada usia anak pertumbuhan tubuh terjadi f. Berkelompok (Bersosialisasi) Bermain drama tidak mungkin dilaksanakan sendirian, kecuali monoplay. Bermain drama, secara umum, dilakukan secara berkelompok atau group. Betapa sulitnya mengatur kelompok sudah kita pahami bersama, bagaimana kita bisa hidup secara berkelompok adalah bergantung pada diri kita sendiri. Masing-masing orang dalam kelompok drama memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama. Tak ada yang lebih dan tak ada yang kurang, semuanya sama rendah dan sama tinggi, sama-sama penting. Untuk itu, drama selalu menekankan pada sikap pemahaman kepada orang lain lingkungannya. Kelompok drama harus merupakan satu kesatuan yang utuh. Semua unsur dalam drama tidak ada yang tidak penting, melainkan semuanya penting. Rasa kebersamaan, memiliki, dan menjaga keharmonisan kelompok merupakan tanggung jawab dan tugas semua anggota kelompok itu. Bukan hanya tugas dan tanggung jawab ketua kelompok. Baik buruknya pementasan drama tidak akan dinilai dari salah seorang anggota kelompok tetapi semua orang yang terlibat dalam pementasan. Oleh karena itu, anak akan belajar bagaimana bekerjasama di dalam suatu kelompok yang perlu adanya kekompakan, kebersamaan, dan kesatuan serta keutuhan. g. Menyalurkan hobi Bermain drama dapat juga dikatakan sebagai penyalur hobi. Hobi yang berkaitan dengan sastra secara umum dan drama khususnya. Dalam drama terdapat unsur-unsur sastra. Drama sebagai seni campuran (sastra, tari, dan

12

arsitektur). Oleh karena itu anak akan menyalurkan hobi mereka pada sesuatu yang lebih bermanfaat dari pada hanya bermain PS atau yang lainnya.

13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. 2. Sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. 3. Unsur unsur Drama Tema Alur Tokoh Latar Amanat Menyalurkan hobi Berkelompok (Bersosialisasi) Pembentukan Postur Tubuh Apresiasi dramatik. Pengembangan ujar Mempertajam kepekaan emosi Meningkatkan pemahaman

4. Manfaat drama/teater :

14

DAFTAR PUSTAKA 1. http://sendratasik.wordpress.com/2008/12/05/pengertian-drama-dan-teknikpenulisan-naskah-drama/ 2. http://www.slideshare.net/hanifphone/drama-429983 3. http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/ 4. http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-dramapelajaran-bahasa-indonesia 5. http://my-name-is-sedre.jimdo.com/2009/05/09/pengetahuan-dasar-teater-dandrama 6. http://awan965.wordpress.com/2008/02/27/perkembangan-sastra-di-indonesia/

15

You might also like