You are on page 1of 12

Head to Toe

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pemeriksaan fisik (Head to Toe) adalah pemeriksaan tubuh pasien secara keseluruhan atau hanya beberapa bagian saja yang dianggap perlu oleh dokter yang bersangkutan. Pemeriksaan dalam keperawatan menggunakan pendekatan yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran, yaitu dengan pendekatan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi . Pengkajian fisik kedokteran dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang berupa kepastian tentang penyakit apa yang diderita klien . pengkajian fisik keperawatan pada prinsipnya dikembangkan berdasarkan model keperawatan yang lebih difokuskan pada respon yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan yang dialami. Pengkajian fisik keperawatan harus mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum perawat dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya. Untuk mendapatkan data yang akurat sebelum pemeriksaan fisik dilakukan pengkajian riwayat kesehatan, riwayat psikososial, sosek, dll. Hal ini memungkinkan pengkajian yang fokus dan tidak menimbulkan bias dalam mengambil kesimpulan terhadap masalah yang ditemukan. Pemeriksaan fisik dalam keperawatan juga digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak. B. TUJUAN a. Tujuan Umum Diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik (Head To Toe) secara tepat dan benar. b. Tujuan Khusus - Diharapkan mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Inspeksi dengar benar. - Diharapkan mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Palpasi dengan benar. - Diharapkan mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Perkusi dengan benar. - Diharapkan mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Auskultasi dengan benar.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN Pemeriksaan fisik (Head to Toe) adalah pemeriksaan tubuh pasien secara keseluruhan atau hanya beberapa bagian saja yang dianggap perlu oleh dokter yang bersangkutan. Secara umum pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan:

Pemeriksaan Kulit

Pemeriksaan kulit untuk menilai warna, adanya sianosis, ikterus, eczema, pucat, purpura, eritema, makula, papula, vesikula, pustule, ulkus, turgor kulit, kelembapan kulit, tesktur kulit, dan edema.

Pemeriksaan Kuku
Pemeriksaan kuku dilakukan dengan mengadakan inspeksi terhadap warna, bentuk, dan keadaan kuku. Adanya jari tabuh (clubbed fingers) dapat menunjukkan penyakit pernapasan kronis atau penyakit jantung. Bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan adanya cedera, defesiensi besi, atau infeksi.

Pemeriksaan Rambut
Pemeriksaan rambut dilakukan untuk menilai adanya warna, kelebatan, distribusi, dan karakteristik rambut lainnya. Dalam keadaan normal, rambut menutupi semua bagian tubuh kecuali telapak tangan kaki, dan permukaan labia sebelah dalam.

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening


Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan dengan cara palpasi pada daerah leher atau inguinal yang lain. Pembesaran dengan diameter lebih dri 10 mm menunjukkan adanya kemungkinan tidak normal atau indikasipenyakit tertentu.

Pemeriksaan Kepala dan Leher


Pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan kepala secara umum, pemeriksaan wajah, mata, telinga, hidung, mulut, faring, laring, dan leher. Kepala Pemeriksaan ini menilai lingkar kepala. Lingkar kepala yang lebih besar dari normal, disebut makrosefali, biasanya dapat ditemukan pada penyakit hidrocefalus. Sedangkan lingkar kepala yang kurang dari normal disebut mikrosefali. Wajah Pemeriksaan wajah menilai apakah wajah asimetris atau tidak. Wajah yang asimetris dapat disebabkan oleh adanya paralisis fasialis, serta dapat menilai adanya pembengkakan daerah wajah. Mata Pemeriksaan mata menilai adanya visus atau ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan dengan pemberian rangsangan cahaya (khusus pada umur neonatus). Pemeriksaan mata yang lain adalah menilai apakah palpebra simetris atau tidak. Kelainan yang muncul antara lain ptosis, yaitu palpebra tidak dapat terbuka. Lagoftalmos, yaitu kelopak mata tidak dapat menutup dengan sempurna sehingga sebagian kornea tidak dilindungi oleh kelopak mata. Pseudo lagoftamos ditandai dengan kedua belah mata tidak tertutup sempurna. Dan hordeolum yang merupakan infeksi local pada palpebra. Telinga Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam. Hidung Pemeriksaan hidung bertujuan untuk menilai adanya kelainan bentuk hidung dan juga menentukan ada atau tidaknya epistaksis. Pemeriksaan yang dapat digunakan adalah pemeriksaan rhinoskopi anterior dan posterior. Mulut Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya trismus, yaitu kesukaran membuka mulut. Halitosis, yaitu bau mulut tidak sedap karena kurang dijaga kebersihannya. Dan labioskisis, yaitu bibir yang tidak simetris.

Faring Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya hyperemia, edema, abses retrofaringeal, peritonsilar, atau lainnya. Endema (tanda-tanda radang) faring umumnya ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab dan pada difteri dapat ditentukan dengan adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat (pseudomembran). Laring Pemeriksaan laring sangat berhubungan dengan pemeriksaan pernapasan. Apabila ditemukan obstruksi pada laring, maka suara mengalami stridor yang disertai batuk dan serak. Pemeriksaan laring dilakukan dengan menggunakan alat laringoskop, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan cara dimasukkan kedalam secara perlahan-lahan sementara lidah ditarik keluar. Leher Pemeriksaan leher bertujuan untuk menilai adanya tekanan vena jugularis. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengondisikan pasien dalam posisi telentang denga dada dan kepala diangkat setinggi 15-30 derajat. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan untuk menilai ada atau tidaknya massa dalam leher. Pemeriksaa Dada Pada pemeriksaan dada, yang perlu diketahui adalah garis atau batas di dada. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, atau auskultasi.Dalam pemeriksaan dada, yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan besar dada, kesimetrisan, gerakan dada, adanya deformitas, penonjolan, pembengkakan, atau kelainan yang lain. Dada memiliki beberapa bentuk, diantaranya : - Funnel chest - Pigeon chest - Barrel chest Pemeriksaan pada daerah dada yang lain meliputi pemeriksaan payudara, paru, dan jantung. Payudara Pemeriksaan payudara pada anak dilakukan untuk mengetahui perkembangan atau kelainan payudara sebelum anak mengalami masa pubertas, misalnya untuk melihat ada atau tidaknya ginekomastia patologis atau galaktore. Sedangkan pemeriksaan pada orang dewasa dilakukan untuk menilai ada atau tidaknya kanker payudara. Paru Pemeriksaan paru terdiri atas beberapa langkah, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, danauskultasi. Pada pemeriksaan paru terdapat dua macam suara napas yaitu Suara Napas Dasar dan Suara Napas Tambahan. Dimana Suara Napas Dasar merupakan suara napas biasa, yang meliputi suara napas vesikuler, bronchial, amforik, cog wheel breath sound,dan metamorphosing breath sound. Sedangkan suara napas tambahan adalah suara napas yang dapat didengar melalui bantuan auskultasi yang meliputi ronki basah/ronki kering, wheezing, suara krepitasi, dan bunyi gesekan pleura (pleural fiction rub). Jantung Pemeriksaan tahap jantung pertama dilakukan dengan cara inspeksi, dan palpasi. Kemudian perkusi dan auskultasi. Pemeriksaan Abdomen Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, danperkusi. Pemeriksaan auskultasi harus dilakukan terlebih dahulu agar bising usus atauperistaltic usus yang akan didengarkan tidak dipengaruhi oleh stimulasi dari luar melalui

palpasi atau perkusi. Organ-organ yang diperiksa dalam pemeriksaan abdomen, antara lain hati, ginjal, dan lambung. Pemeriksaan Genitalia Pemeriksaan genital berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki pemeriksaan dilakukan dengan cara memerhatikan ukuran, bentuk penis, testis, serta kelainan yang ada, seperti hipospadia, epispadia, fimosis, adanya radang pada testis, danskrotum. Sedangkan pemeriksaan pada perempuan dilakukan dengan cara memerhatikan adanya epispadia, dan adanya tanda-tanda seks sekunder. Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas dilakukan dengan cara inspeksiterhadap adanya kelainan tulang belakang seperti lordosis, kifosis, skoliosis, kelemahan, serta perasaan nyeri yang ada pada tulang belakang dengan cara mengobservasi pada posisi telentang, tengkurap, atau duduk. Pemeriksaan Neurologis Pemeriksaan neurologis dilakukan sebagai berikut: - Inspeksi, yaitu mengamati adanya berbagai kelainan pada neurologis. - pemeriksaan refleks, diantaranya refleks superficial, refleks tendon, dan refleks patologis. - pemeriksaan tanda menigeal, antara lain kaku kuduk. - pemeriksaan kekuatan dan tonus otot, nilai kekuatan otot 0-5. Pemeriksaan neurologis yang lain adalah pemeriksaan status kesadaran. Status kesadaran ini dilakukan dengan dua penilaian, yaitu penilaian kualitatif dan penilaian kuantitatif. Penilaian kualitatif antara lain: - Compos Mentis, kesadaran penuh (respon yang cukup) - Apatis, acuh tak acuh - Somnole, kesadaran yang lebih rendah (mengantuk, ingin tidur, dan tidak responsive) - Sopor, tidak memberikan respon ringan maupun sedang (sedikit respon) - Koma, tidak dapat bereaksi - Delirium, merupakan tingkat kesadran yang paling bawah. Penilaian kuantitatif dapat diukur denga Skala Koma Glasgow ( Glasgow Coma Scale-GCS), adapun penilaian sebagai berikut: - Membuka mata - Respons verbal - Respons motorik Adapun jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Inspeksi Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien. Secara formal, pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihatpasien secara seksama, persisten dan tanpa terburu-buru, sejak detik pertama bertemu, dengan cara memperoleh riwayat pasien dan, terutama, sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan. Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciuman untuk mengetahui lebih lanjut, lebih jelas dan memvalidasi apa yang dilihat oleh mata dan dikaitkan dengan suara atau bau yang berasal dari pasien. Pemeriksa kemudian akan mengumpulkan dan menggolongkan informasi yang diterima oleh semua indera tersebut, baik disadari maupun tidak disadari, dan membentuk opini, subyektif

dan obyektif, mengenai pasien, yang akan membantu dalam membuat keputusan diagnosis dan terapi. 2. Palpasi Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah kedua padapemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah diperoleh melalui inspeksisebelumnya. Palpasi struktur individu,baik pada permukaan maupun dalam rongga tubuh,terutama pada abdomen, akan memberikan informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk,konsistensi dan mobilitas/gerakan komponen-komponen anatomi yang normal, dan apakahterdapat abnormalitas misalnya pembesaran organ atau adanya massa yang dapat teraba. Palpasi juga efektif untuk menilai menganai keadaan cairan pada ruang tubuh. Gambar 4-1 menunjukkan area tangan yang digunakan untuk palpasi untuk Gambar 41 Area tangan yang digunakan untuk palpasi. Pada awal selalu digunakan palpasi ringan, dan kekuatan palpasi dapat ditingkatkan terus.Palpasi ringa bersifat superfisial, lembut dan berguna untuk menilai lesi pada permukaan atau dalam otot. Palpasi medium untuk menilai lesi medieval pada peritoneum dan untuk massa, nyeri tekan, pulsasi (meraba denyut), dan nyeri pada kebanyakan struktur tubuh. Dilakukan denganmenekan permukaan telapak jari 1-2 cm ke dalam tubuh pasien, menggunakan gerakansirkuler/memutar. Palpasi dalam digunakan untuk menilai organ dalam rongga tubuh, dan dapat dilakukandengan satu atau dua tangan (Gambar 4-2). Jika dilakukan dengan dua tangan, tangan yang diatas menekan tangan yang di bawah 2-4 cm ke bawah dengan gerakan sirkuler. Bagian yangnyeri atau tidak nyaman selalu dipalpasi terakhir. Kadang, diperlukan untuk membuat rasa tidak nyaman atau nyeri untuk dapat benar-benar menilai suatu gejala. Gambar 4-2 Teknik palpasi (A) Ringan (B) Dalam 3. Perkusi Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan tubuh secararingan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udaradi bawahnya. Menepuk permukaan akan menghasilkan gelombang suara yang berjalan sepanjang 5-7 cm (2-3 inci) di bawahnya. Terdapat lima macam perkusi seperti yang tercantum di bawah ini: Nada/pitch Intensitas Durasi Kualitas Tinggi Lembut Pendek Absolut Tidak jelas (dulliness) Tidak tajam Medium Medium Moderat Seperti suara (dull) pukulan/jatuh, pendek (muffled thud) Rendah Keras Moderat/panjang Resonan/gaung Sangat rendah Sangat keras Panjang Hiper-resonan Tinggi Keras Panjang Kosong Suara Datar Lokasi Normal: sternum, paha Abnormal: paru-paru atelektatik; Normal: hati; organ-organ lain; kandung

Timpani

Berdebam Seperti drum

kencing penuh Abnormal: efusi pleura, asites Normal: paru-paru Abnormal: Emfisema paru-paru Normal: gelembung udara lambung Abnormal: abdomen distensi udara

Pitch (atau frekuensi) adalah jumlah vibrasi atau siklus per detik (cycles per second/cps). Vibrasi cepat menghasilkan nada dengan pitch yang tinggi, sedangkan vibrasi lambat menghasilkan nada pitch yang rendah. Amplitudo (atau intensitas) menentukan kerasnya suara. Makin besar amplitude, makin keras suara. Durasi adalah panjangnya waktu di mana suara masih terdengar. Kualitas (atau timbre, harmonis, atau overtone) adalah konsep subyektif yang digunakan Ada dua metode perkusi, langsung (segera) dan tak langsung (diperantarai). Perkusidiperantarai (tak langsung) adalah metode yang menggunakan alat pleksimeter untukmenimbulkan perkusi. Dari sejarahnya, pleksimeter adalah palu karet kecil, dan digunakan untuk mengetuk plessimeter, suatu obyek padat kecil (biasanya terbuat dari gading), yang dipegang erat di depan permukaan tubuh. Ini merupakan metode yang disukai selama hampir 100 tahun, tetapi pemeriksa merasa repot untuk membawa peralatan ekstra ini, berkembangmenjadi metode pilihan sekarang (Gambar 4-3). Gambar 43 Perkusi jari tak langsung. Perkusi langsung dan tak langsung juga dapat dilakukan dengan kepalan tangan (Gambar 44).Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang dominan yang kemudianmengetuk permukaan tubuh langsung. Perkusi langsung kepalan bermanfaat untuk toraks posterior, terutama jika perkusi jari tidak berhasil. Pada perkusi tak langsung dengan kepalan, plessimeter menjadi tangan yang pasif, diletakkan pada tubuh ketika pleksimeter (kepalan dari tangan yang dominan) mengetuk. Kedua metode prekusi bermanfaat untuk menilai, misalnya, nyeri tekan costovertebral angle (CVA) ginjal. Gambar 44. Perkusi kepalan tangan. (A) Perkusi tak langsung pada daerah costovertebral

(CVA). (B) Perkusi langsung pada CVA.

4. AUSKULTASI Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung,pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen. Umumnya, auskultasi adalah teknikterakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saatauskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan visceraabdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular. Auskultasi dilakukan dengan stetoskop (Gambar 4-5).

Gambar 45 Stetoskop.

C. PERSIAPAN Agar interaksi pasien berlangsung efisien dan lancar, penting bagi pemeriksa untukbersiapsiap sebelum perjumpaan dengan pasien. Langkah-langkan penting pada persiapan inimeliputi hal-hal berikut: .
MENJAMIN KEAMANAN PASIEN

Selama pemeriksaan fisik, lakukan langkah-langkah untuk menjamin keamanan pasien dan anda sendiri terhadap transmisi penyakit yang dapat menyebar melalui darah dan untukmencegah komtaminasi-silang. Lihat Kotak 4-1 untuk ulasan hal/langkah-langkah standard tersebut. Tindakan Pencegahan Baku untuk pencegahan Infeksi Cuci tangan dengan seksama sebelum memulai pemeriksaan dan setelah pemerikssaan selesai. Jika terdapat luka teriris, abrasi atau lesi lainnya, pakailah sarung tangan untuk melindungi pasien. Pakailah sarung tangan secara rutin jika terdapat kemungkinan kontak dengan cairan tubuh selama: Pemeriksaan oral Pemeriksaan lesi kulit

Mengumpulkan sample Ketika kontak dengan permukaan atau peralatan yang terkontaminasi Gantilah sarung tangan ketika berganti kerja atau prosedur. Jika memakai sarung tangan, cucilah tangan segera setelah sarung tangan dilepas dari pasien ke pasien yang lain. Pakai masker dan perlindungan mata/wajah dan baju lab untuk melindungi kulit, membrane mukosa dan pakaian. Ikuti prosedur klinik atau lembaga untuk perawatan rutin Beri label yang jelas semua wadah peralatan agar dapat berhati-hati dan waspada terhadap cairan tubuh. Rekomendasi untk Pencegahan Alergi terhadap Latek MENYIAPKAN ALAT Alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan fisik komprehensif yang dilakukan olehseorang dokter umum dapat dilihat pada Gambar 4-6. Farmasis tidak perlu menggunakan seluruh alat tersebut; walaupun demikian akan bermanfaat untuk mengetahui dan mengenal alatalat umum yang digunakan pada pemeriksaan fisik. Peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan fisik menyeluruh adalah: Pena cahaya atau senter digunakan untuk cek kulit dan respon pupil terhadap cahaya danuntuk sumber cahaya tangensial menerangi dada danabdomen dariri sisi samping. Penggaris atau meteran,lebih disukai jika menggunakan satuan centimeter, untuk mengukur ukuran mola atau abnormalitas kulit lainnya, abdomen, tinggi fundus dan keliling tangan. Sarung tangan dan masker atau kaca mata pelindung/ goggles sesuai aturan Centers forDisease Control (CDC) untuk situasi tertentu. Otoskop dan oftalmoskop untuk memeriksa telinga dan mata (jika otoskop tidak dilengkapidengan spekulum pendek, maka diperlukan spekulum nasal). Depresor lidah untuk menggerakkan atau menahan lidah pada saat memeriksa orofaring. Stetoskop (dengan bel dan diafragma) untuk auskultasi paru-paru, jantung dan saluran cerna. Palu reflex untuk menguji reflex tendon Beberapa benda untuk menguji saraf cranial (misalnya uang logam, peniti, kancing dll) Peralatan tambahan yang diperlukan untuk menilai tanda-tanda vital (vital signs) antara lain: Thermometer untuk mengetahui temperature Sfigmomanometer untuk mengetahui tekanan darah Jam dengan jarum penunjuk detik atau jam digital untuk menghitung kecepatan detak jantung (nadi) dan pernafasan. Skala untuk mengukur berat badan Hampir semua alat sudah tercantum pada daftar di atas. Karena anda harus siapmelakukan pemeriksaan terfokus tanpa interupsi, anda harus menyiapkan peralatan dasar(misalnya sfigmomanometer dan stetoskop) tersedia dan mudah dijangkau di ruang praktekPengaturan yang hati-hati dan konsisten sebelum memulai pemeriksaa akan meningkatkanefektivitas dan efisiensi pemeriksaan dan menjamin pemeriksaan selalu dilakukan dengan urutanyang sesuai. Gambar 45 Peralatan yang digunakan selama pemeriksaan fisik:

1) stetoskop, 2) sphygmomanometer; 3) palu reflex; 4) garpu untuk tuning; 5) garpu untuk tuning; 6) roda untuk pemeriksaan sensori; 7) kartu untuk memeriksa penglihatan; 8) peak flow meter; 9) thermometer membrane timpani; 10) thermometer merkuri; 11) thermometer elektronik; 12) alcohol pad; 13) bola kapas; 14) sarung tangan sekali pakai; 15), tape measure; 16) specimen cup; 17) otoskop; 18) button (benda tumpul untuk pemeriksaan sensori); 19), kunci (benda tajam untuk pemeriksaan sensori); 20) oftalmoskop; endpiece (dapat diganti dengan otoskop endpiece); 21) triceps skinfold caliper;22) 51onofilament; 23) pena cahaya; 24), depressor lidah. MENYIAPKAN TEMPAT DAN KONDISI Ruang pemeriksaan yang terpisah atau daerah dengan tirai pembatas harus disediakan untuk menjamin privacy dan kerahasiaan (confidentiality). Ruangan tersebut harus cukup hangat. Pencahayaan yang baik dan lingkungan yang tenang merupakan hal yang penting, walaupun kadang-kadang hal ini sulit diperoleh. Usaha untuk memperoleh efek pencahayaan yang optimal dari sinar matahari atau sumber cahaya artificial juga penting. Jika lampu berfluoresensi di atas kepala merupakan sumber cahaya yang tersedia, maka pencahayaan tangensial atau samping juga harus digunakan. Sinar fluoresens menghilangkan semua bayangan permukaan, hal yang memang baik jika anda bekerja di meja tulis, tapi akan menghalangi kemampuan anda memvisualisasi karakteristik permukaan tubuh. Dengan menggunakan sumber cahaya tangensial akan dapat diperoleh pandangan anatomi tubuh yang lebih baik misalnya untuk melihat adanya benjolan, pulsasi atau lesi kulit. Pena cahaya, lampu yang bisa ditekuk tangkainya, atau senter merupakan alat-alat yang paling sering digunakan untuk memvisualisasi tubuh. D. PROSEDUR TINDAKAN Pemeriksaan keadaan umum Key point : Diamati pada saat pertama kali bertemu dengan pasien Yang perlu diamati : suku, jenis kelamin, perkiraan umur, status gizi, kondisi psikologis, cara berdiriberbaring dan mobilitas, pakaian, kebersihan, perkawinan, kesadaran, keadaan sakit (berat, ringan, atau tidak tampak sakit), status gizi (gemuk, normal, kurus) Ukur tinggi dan berat badan Key point : Perubahan berat badan terakhir

Periksa tanda-tanda vital Key point : Tekanan darah, frekuensi nadi,pernafasan dan suhu tubuh

Periksa keadaan kulit, rambut dan kuku Key point : Inspeksi Warna kulit, warna kuku, jumlah rambut, lesi Palpasi Suhu, kelembapan, Tekstur, turgor, oedema Periksa kepala Key point : Inspeksi Kesimetrisan muka, Rambut, kulit kepala Palpasi Kulit kepala, deformitas Periksa mata Key point : Inspeksi Bentuk bola mata, konjungtiva, sklera, kornea, pupil kanan kiri Palpasi Tekanan bola mata Periksa telinga Key point : Inspeksi Daun telinga, liang, membran timpani Palpasi Nyeri tekan, uji ketajaman Pendengaran Periksa hidung Key point :

Inspeksi Pengeluaran, mukosa, Palpasi Septum, nyeri tekan pada sinus

Periksa keadaan mulut Key point : Inspeksi Bibir, mukosa, gusi, gigi, lidah, faring, tonsil, kebersihan/bau mulut Palpasi Pipi, palatum, lidah Perkusi Gigi

Periksa dan raba leher Key point : Inspeksi Bentuk leher, denyut karotis, tekanan vena jugularis Palpasi Kelenjar thyroid, kaku kuduk Periksa dada dan paru-paru Key point : Inspeksi Bentuk dada, retraksi Perkusi Temuan perkusi Auskultasi Bunyi nafas Periksa sistem kardiovaskuler Key point : Auskultasi Bunyi jantung, mur-mur Periksa dan raba keadaan payudara

Key point : Inspeksi Ukuran, simetris, pengeluaran, warna papilla dan areola Palpasi Nyeri tekan, massa Periksa perut (abdomen) Key point : Inspeksi Bentuk, retraksi, simetris, penonjolan, striae gravidarum, linea nigra, linea alba Palpasi Nyeri tekan, massa (hepar, lien,dll), tinggi fundus uteri Perkusi Temuan perkusi dan pola Auskultasi Bising usus, bising arteri, bunyi jantung janin

Periksa genitalia Key point : Inspeksi Vulva-vagina (tanda chadwick), servik Palpasi _ pemeriksaan rektovaginal Uterus (ukuran, bentuk dan posisi), adneksa. Tanda hegar, tanda goodel, tanda piskacek Periksa sistem vaskular perifer Key point : Inspeksi Warna kulit, oedema Palpasi Denyut perifer, varises vena Periksa sistem muskuloskeletal Key point :

You might also like