You are on page 1of 6

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan ISSN 1693 4393 Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber

r Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 22 Februari 2011

Pengembangan Bioreaktor Enzimatik Untuk Produksi Asam Lemak Dari Hasil Samping Penggilingan Padi Secara In Situ
Fahmi Arifan1, M. Endy Yulianto2, Deddy Kurniawan Wikanta3, Nanik Damayanti4
Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang Jl. Prof Sudarto SH, Pedalangan Tembalang, Semarang 50239

Abstract Dedak is another output by mixture of rice and bran, Dedak was contained 17-23% of fat which can be used as a food oil. To overcome these problems, can be achieved is by changing the bran oil into fatty acid. Dedak oil hydrolysis can be performed immediately, with activating of enzyme lipase at dedak. The aim of this research is for develop enzymatic bioreactor to produce fatty acid from dedak rice with enzymatic. The methods used performed in experimental laboratory variables include : temperature (30-45) 0C, pH (4-5), mixing speed (300-800)rpm, dedak-water ratio (30-90 % w/w) and time (1-48) hours. The result showed activity lipase increased with increment of temperature, whereas pH reaction system will be decreased with the formation of fatty acid if not use buffer. The greater concentration of water, then increase the amount of fatty acids that are formed will also be even greater. In this process, diffusion enzyme from water to oil assumption very fast so the concentration of enzyme (CE) at oil was equilibrium with concentration of enzyme (CE) at water. The condition of equilibrium will be achieved more quickly if the first substrate concentration became lower. Keyword: Fat acid, Lipase, Enzymatic . Pendahuluan Dedak merupakan hasil samping penggilingan gabah menjadi beras. Penggilingan satu ton gabah akan menghasilkan dedak sebanyak 60 - 80 kg, tergantung pada kualitas gabah dan varietas padi. Indonesia sebagai penghasil gabah terbesar ketiga di dunia, dapat memproduksi dedak dalam jumlah besar. Dengan rata-rata produksi gabah di atas 50 juta ton/tahun, Indonesia memiliki dedak sebanyak 3,5 juta ton/tahun. Dedak sebenarnya mengandung 17 - 23% lemak yang dapat dimanfaatkan sebagai minyak pangan. Di luar negeri, minyak dedak (rice bran oil) telah dikenal secara luas. Industri penggunanya meliputi makanan dan kosmetik. Bahkan permintaan minyak dedak di negara-negara maju, seperti Jepang dan Amerika, semakin meningkat. Apa yang melatarbelakangi konsumsi minyak dedak di negara-negara tersebut? Jawabnya terletak pada kandungan nutrisi minyak dedak. Akan tetapi, pemurnian minyak dedak terbentur pada tingginya kadar asam lemak bebas sebagai akibat dari hidrolisis minyak oleh enzim pemecah lemak yang dinamakan enzim lipase. Sebelum penggilingan, ketika berada dalam gabah, enzim lipase tidak aktif. Enzim tersebut menjadi aktif setelah mengalami kontak dengan udara akibat proses penggilingan.

Disamping meningkatkan kadar asam lemak bebas, hidrolisis lemak sekaligus mengakibatkan hilang minyak dan bau tengik. Hilang minyak akibat enzim lipase dalam dedak dapat mencapai 4%/hari dan kadar asam lemak bebas dapat meningkat menjadi 10% dalam waktu beberapa jam saja. Semakin tinggi kadar asam lemak bebas, pemurnian minyak dedak menjadi semakin sulit dan ekstraksi minyak dedak menjadi semakin kurang ekonomis. Untuk mengatasi masalah tersebut, pendekatan yang dapat ditempuh adalah dengan mengubah minyak dedak menjadi asam lemak. Hidrolisa minyak dedak dapat dilakukan secara langsung, yaitu dengan mengaktifkan enzim lipase yang berada dalam dedak. Dengan mengambil kandungan minyak dedak rata-rata 20%, hal ini berarti Indonesia memiliki potensi penghasil asam lemak dari dedak padi. Hidrolisis minyak nabati menghasilkan asam lemak dan gliserol, merupakan bahan dasar bagi industri oleopangan dan oleokimia. Kebutuhan dunia akan asam lemak tidak kurang dari 1.000.000 ton per tahun. Oleh karenanya, selain dapat memberikan nilai tambah, hidrolisis minyak nabati menjadi asam lemak dan gliserol akan dapat stabilitas harga dan memacu menjaga perkembangan industri oleopangan dan oleokimia di Indonesia

A06-1

Sama halnya dengan minyak nabati lainnya, seperti kelapa, kedelai dan jagung, minyak dedak tersusun atas sejumlah besar trigliserida. Akan tetapi, kumpulan trigliserida minyak dedak tergolong unik, karena 60 - 90% dari asam-asam lemak penyusunnya berupa asam lemak tak jenuh, terutama oleat dan linoleat. Asam linoleat merupakan asam lemak penting yang tidak dapat diproduksi tubuh manusia. Tambahan pula, minyak dedak mengandung berbagai vitamin, khususnya B dan E, termasuk tiga antioksidan tocopherol, oryzanol dan tocotrienol. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bioreaktor hidrolisis enzimatik dalam produksi asam lemak dan untuk mengkaji aktivitas enzim lipase dalam dedak padi sebagai biokatalisator untuk mengkonversi trigliserida menjadi asam lemak. Hidrolisa trigliserida secara langsung dengan mengaktifkan enzim lipase yang terdapat pada dedak padi sebagai biokatalisator, akan menghasilkan asam lemak dan gliserol. Teknologi ini merupakan pengembangan proses pembuatan asam lemak dengan keunggulan tidak diperlukan pabrik minyak nabati. Oleh karenanya, postulat ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan. Hasil penelitian ini adalah informasi kondisi operasi teknologi pembuatan asam lemak secara enzimatik dari dedak padi, dengan spesifikasi produk sesuai standar kualitas yang digunakan dalam industri kue-kue, coklat, es krim, dan industri permen. Diharapkan informasi teknologi ini nantinya dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian lebih lanjut dan scale-up alat pemroses dari skala laboratorium menjadi skala industri, serta diproduksi secara komersial oleh industri asam lemak yang saat ini masih menggunakan metoda konvensional. Landasan Teori Dedak Padi Dedak merupakan produk samping penggilingan gabah menjadi beras. Penggilingan satu ton gabah menghasilkan dedak sebanyak 60 80 kg, tergantung pada kualitas gabah dan varietas padi. Dedak sebenarnya mengandung 17%-23% lemak yang dapat dimanfaatkan sebagai minyak pangan. Di luar negeri, minyak dedak (rice bran oil) telah dikenal secara luas. Industri penggunanya meliputi makanan dan kosmetik. Bahkan permintaan minyak dedak di negara-negara maju, seperti Jepang dan Amerika, semakin meningkat. Apa yang melatarbelakangi konsumsi minyak dedak di negara-negara tersebut? Jawabnya terletak pada kandungan nutrisi minyak dedak. Sama halnya dengan minyak nabati lainnya, seperti kelapa, kedelai dan jagung, minyak dedak tersusun atas sejumlah besar trigliserida. Akan tetapi, kumpulan trigliserida minyak dedak A06-2

tergolong unik, karena 60%-90% dari asam-asam lemak penyusunnya berupa asam lemak tak jenuh, terutama oleat dan linoleat. Asam linoleat merupakan asam lemak penting yang tidak dapat diproduksi tubuh manusia. Tambahan pula, minyak dedak mengandung berbagai vitamin, khususnya B dan E, termasuk tiga antioksidan tocopherol, oryzanol dan tocotrienol. Berbagai kajian menunjukkan, konsumsi minyak dedak dapat menurunkan kadar kolesterol yang tidak dikehendaki (LDL) tanpa mengurangi kolesterol yang dikehendaki (HDL). Oryzanol dilaporkan sebagai komponen kunci untuk peran tersebut. Tocotrienol, di sisi lain, banyak dibicarakan sebagai vitamin E yang sangat berharga dan dikatakan memiliki efek anti kanker. Di Jepang ada suatu tradisi di mana perempuan membalur wajah dengan minyak dedak untuk menjaga agar kulit wajah mereka tetap halus. Hasil perawatan kulit tersebut sebenarnya tidak terlepas dari peran antioksidan yang ada di dalam minyak dedak. Oryzanol, sebagai contoh, mampu menaham pigmentasi melanin dengan memperlambat aktifitas erihema dari tyrosinase, karena mampu menahan transmisi gelombang ultraviolet dari sinar matahari. Kenyataan ini menyebabkan minyak dedak digunakan dalam pembuatan produk pelembab kulit dan rambut. Enzim Enzim yang sangat berpengaruh dalam pembentukan asam lemak dan gliserol adalah enzim lipase. Enzim lipase banyak terdapat pada biji-bijian yang mengandung minyak, seperti kacang kedelai, biji jarak, kelapa sawit, kelapa, biji bunga matahari, biji jagung, biji karet dan dedak padi serta beberapa jenis bakteri. Dalam dedak padi, selain enzim lipase terdapat juga enzim oksidase, yaitu enzim peroksidase. Enzim lipase yang terdapat pada dedak padi adalah ricinus lipase yang cara kerjanya sangat mirip dengan pancreatic lipase. Enzim lipase bertindak sebagai biokatalisator yang menghidrolisa trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Enzim peroksidase berperan dalam proses pembentukan peroksida yang kemudian dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugusan aldehid dan keton. Senyawa keton ini jika dioksidasi lagi akan pecah menjadi asam. Indikasi dari aktifitas enzim peroksidase ini diketahui dengan mengukur kenaikan peroxida value (PV). Indikasi dari aktifitas enzim lipase ini dapat diketahui dengan mengukur kenaikan bilangan asam. Enzim lipase ini sangat aktif, bahkan pada kondisi yang baik, minyak dedak padi jarang diproduksi dengan kandungan asam lemak bebas dibawah 5%, dan pada kondisi yang optimum, kandungan asam lemak pada minyak bisa mencapai 60% atau lebih. Enzim lipase akan mengalami kerusakan pada suhu 60 oC, dan

aktifitas enzim ini pada dedak yang baru digiling aktifitasnya akan cepat meningkat. Dedak padi yang baru digiling umumnya telah mengalami kerusakan pada selnya, sehingga aktifitas enzim lipase akan meningkat karena kontak dengan substrat minyak nabati. Asam Lemak Asam lemak diperoleh dari hewan dan tumbuh-tumbuhan seperti kelapa sawit, kelapa, jagung, kedelai, biji jarak, biji karet, biji bunga matahari dan minyak dedak padi. Sedangkan asam lemak sintetik dapat diperoleh dari industri petrochemical. Dalam penggunaannya, asam lemak memegang peranan penting dalam industri oleochemical, seperti industri sabun, detergent, alkhohol lemak, polimer, amina lemak, kosmetik dan farmasi. Metodologi Penelitian tentang pembuatan asam lemak melalui hidrolisa trigliserida enzimatis dari dedak padi dalam bioreaktor tangki berpengaduk akan diinvestigasi baik secara eksperimen maupun pemodelan. Secara skematik pelaksanaan tahapantahapan penelitian disajikan pada Gambar 1. Rangkaian penelitian akan dilaksanakan secara bertahap meliputi Perancangan dan pabrikasi bioreaktor hidrolisis enzimatis,Studi produktifitas asam lemak,dan Optimisasi parameter-parameter proses Perancangan dan Pabrikasi Bioreaktor Optimasi parameterparameter Proses

Peralatan utama yang dipakai pada penelitian ini adalah bioreaktor hidrolisis enzimatis tersaji pada Gambar 2. Alat lain yang diperlukan adalah analisa laboratorium seperti titrasi dalam penentuan kadar asam, bilangan iod, bilangan penyabunan dan bilangan peroksida, sedangkan untuk menentukan komposisi asam lemak dapat dilakukan dengan menggunakan gas kromatografi (GC). Beberapa alat lain yang digunakan sebagai pendukung untuk keperluan analisa adalah Buret, Piknometer, Viskosimeter, Refraktometer , Erlenmeyer, Pipet volum, Beaker glass ,. Pipet tetes , Pipa kapiler.

Gambar 2. Rangkaian alat Bioreaktor Enzimatik Studi Produktifitas Asam Lemak Usaha-usaha yang dapat meningkatkan produktifitas diantaranya pengaruh penambahan buffer fosfat (KH2PO4 dan K2HPO4) terhadap pembentukan asam lemak. Secara umum tingkat produktifitas asam lemak akan lebih baik dengan adanya penambahan buffer fosfat KH2PO4 dan K2HPO4 (Yulianto, dkk., 2005., Hartati, dkk., 2006., Hartati, dkk, 2007., Abidin, dkk., 2007., Wahyuningsih, dkk., 2007). Penggunaan buffer fosfat bermanfaat untuk menjaga pH larutan sehingga lebih stabil dibandingkan dengan menggunakan air. Pernyataan ini didukung dengan data eksperimen awal, bahwa fasa akuatik menggunakan buffer fosfat memberikan derajat hidrolisis yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan air (Abidin, dkk., 2007., Wahyuningsih, dkk., 2007). Oleh karenanya, kajian pada tahap ini diarahkan untuk menentukan penambahan buffer fosfat (KH2PO4 dan K2HPO4) terhadap pembentukan asam lemak. Pengukuran data dilakukan di laboratorium Bioteknologi UNDIP selama 1 bulan. Studi Optimasi Proses Studi optimisasi dilakukan dengan menggunakan faktorial design 2n. Pengukuran data dilakukan di laboratorium Bioteknologi UNDIP selama 3 bulan. Parameter-parameter yang diteliti adalah suhu, pH, waktu reaksi, rasio dedak padi/air, dan kecepatan putaran pengaduk. Penentuan variabel yang berpengaruh dapat menggunakan normal probability plot, setelah dilakukan perhitungan main efek dan perhitungan interaksi atau menggunakan program statistik Matlab .

Studi Produktifitas Asam Lemak Gambar 1. Skematik tahapan-tahapan penelitian Bahan dan Alat Penelitian Bahan baku yang akan digunakan pada penelitian berupa dedak dari hasil samping penggilingan padi di Mulawarman,Tembalang. Aktifitas enzim lipase pada dedak setelah penggilingan sudah mulai beraksi, dan aktifitas ini semakin lama akan semakin besar. Bahan lain yang diperlukan adalah bahan untuk melakukan titrasi dalam penentuan bilangan asam untuk menguji kadar asam lemak bebas, bilangan iod untuk menguji kejenuhan, bilangan penyabunan untuk menguji berat molekul dan panjang rantai carbon serta penentuan bilangan peroksida. Bahanbahan kimia membeli di CV.Indrasari Semarang.

A06-3

Jumlah asam tiap waktu (g/jam)

Variabel Penelitian Variabel percobaan yang dilakukan meliputi temperatur, pH, rasio dedak padi-air, putaran pengaduk dan waktu hidrolisa. Temperatur hidrolisis ditetapkan pada 30-45 oC, karena rentang ini merupakan temperatur rata-rata aktivitas lipase. Untuk variabel pH ditetapkan berdasarkan dua fasa akuatik yang berbeda yaitu menggunakan air dan menggunakan buffer fosfat pH 8,2, yaitu pH ditetapkan pada rentang 4 5. Sedangkan rasio dedak padiair ditetapkan pada rentang 3090 % w/w. Kecepatan putar pengaduk pada rentang 300800 rpm, karena merupakan zona turbulen. Waktu reaksi hidrolisa secara enzimatis ditetapkan pada rentang 1 48 jam. Prosedur Penelitian Umpan (dedak dari hasil samping penggilingan padi + air) dengan perbandingan berat tertentu dimasukkan ke dalam bioreaktor hidrolisis enzimatis yang sudah dikondisikan pada temperatur tertentu pula. Hidrolisa enzimatis ini, dilakukan dalam bioreaktor hidrolisis enzimatis pada berbagai variabel proses yang telah ditentukan. Perhitungan waktu reaksi (t=0) dimulai ketika pengaduk (dengan putaran tertentu) mulai dijalankan. Selama reaksi berlangsung, sejumlah sampel diambil setiap 1 jam. Prosedur percobaan dilakukan dengan cara mengamati kandungan asam lemak setiap 60 menit. Pengamatan ini akan dilakukan selama beberapa hari sampai kemampuan enzim lipase menurun untuk menghidrolisa trigliserida. Pengukuran Produk Pengukuran Kualitas Produk Kadar asam lemak bebas diukur dengan bilangan asam,kejenuhan diukur dengan bilangan iod,berat molekul dan panjang rantai Carbon diukur dengan bilangan penyabunan,derajat kerusakan lemak diukur dengan bilangan peroksida,dan kadar air diukur dengan penentuan kadar air manual. Pengukuran Sifat Produk Berat jenis diukur dengan piknometer,indeks bias diukur dengan refraktometer,titik memadat diukur dengan dengan metoda menggunakan pipa kapiler,komposisi asam lemak diukur dengan cara gas khromatografi,dan faktor konversi dihitung berdasar asam lemak yang terbentuk terhadap dedak padi yang digunakan. Hasil Dan Pembahasan Bioreaktor hidrolisis enzimatis dengan pemanas listrik bergantung pada fenomena konveksi dan konduksi, serta perpindahan panas terjadi melalui gradien panas. Oleh karenanya, perlu pengendali suhu agar tidak terlalu rendah sehingga reaksi hidrolisis berjalan dengan sempurna. Hal ini terjadi karena karakteristik struktural enzim lipase sangat unik, yaitu A06-4

merupakan fenomena yang disebut dengan interfacial activation (aktivasi pada permukaan). Aktivitas lipase meningkat cepat ketika substrat berada pada interface minyak-air. Pada temperatur rendah, sebagian minyak dedak berada dalam bentuk padat sehingga reaksi hidrolisis menjadi sulit. Bila minyak berada dalam fasa padat, luas interface antara fasa minyak dan air menjadi kecil dan lipase akan lebih sulit mengkatalisis reaksi. Pengaruh temperature
0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 25 30 35 40 45 50

Temperatur (oC)

Gambar 3. Hubungan antara Temperatur dengan jumlah asam yang terbentuk Menurut Arrhenius, aktivitas lipase meningkat dengan kenaikan temperatur. Hal ini disebabkan pada temperatur terlalu rendah, minyak dedak yang merupakan reaktan akan berada dalam bentuk padat sehingga reaksi hidrolisis menjadi sulit. Hal tersebut disebabkan sisi aktif enzim kurang terekspos sehingga akses substrat terhadap sisi aktif akan lebih sempit. Selain itu, lipase memiliki keunikan karena mengkatalisis reaksi pada interface antara fasa minyak dan air. Bila fasa minyak berada dalam fasa padat, luas interface antara fasa minyak dan fasa air menjadi kecil dan lipase akan lebih sulit mengkatalisis reaksi. Akan tetapi peningkatan temperatur lebih lanjut akan menyebabkan penurunan aktivitas katalitik lipase. Pada temperatur 40 oC, enzim mulai menunjukkan penurunan aktivitas dan menurun tajam pada temperatur 45 oC. Hal ini membuktikan bahwa persamaan Arrhenius ini dibatasi oleh peristiwa denaturasi enzim. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan struktur enzim. Akibatnya enzim menjadi terdeaktivasi dan proses hidrolisis menjadi terhambat. Dalam studi ini, temperatur optimum lipase yang berasal dari dedak padi untuk reaksi hidrolisis adalah 35 oC. Namun demikian, menurut penelitian Abel Hiol dkk. (1999) untuk produksi, pemurnian dan karakterisasi lipase dari Mucor hiemalis f. Hiemalis, ditegaskan bahwa lipase ekstraseluler dihasilkan pada fermentasi batch dengan aktivitas tertinggi dicapai pada temperatur optimum 40 oC.

Pengaruh PH

Gambar 4. Pengaruh pH terhadap peningkatan jumlah asam Untuk mengetahui pengaruh perubahan pH terhadap reaksi hidrolisis minyak dedak, eksperimen dilakukan menggunakan dua fasa aquatik yang berbeda yaitu menggunakan air dan menggunakan buffer fosfat pH 8,2. Studi dilakukan pada temperatur 35 oC dengan konsentrasi fasa aquatik 40 %. Gambar 6. menunjukkan pengaruh pH terhadap peningkatan jumlah asam. Dalam hidrolisis pH sistem reaksi akan menurun seiring dengan terbentuknya asam lemak jika tidak menggunakan buffer. Penggunaan buffer bermanfaat untuk menjaga pH larutan sehingga lebih stabil dibandingkan dengan menggunakan air. Pernyataan ini didukung dengan data eksperimen bahwa fasa aquatik menggunakan buffer memberikan derajat hidrolisis yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan air. Konversi maksimal yang dicapai bila menggunakan fasa aquatik air adalah 38,7 % sedangkan dengan menggunakan buffer mencapai derajat hidrolisis 49,1 %. Hal ini berarti bahwa aktivitas lipase sangat sensitif terhadap pH. Akan tetapi, penelitian Abigor dkk. (1985) menyatakan bahwa lipase aktif dengan pH optimal 4,5. Tabel 1. Analisa GC-MS menurut penelitian yang kami lakukan didapatkan komposisi asam lemak minyak dedak padi adalah sebagai berikut : Jenis Asam Lemak Konsentrasi (%-b) Asam Miristat (C14:0) 0.1953 Asam pentadekanoat (C15:0) 0.04 Asam Palmitat (C16:0) 16.4944 Asam Stearat (C18:0) 1.5904 Asam Oleat (C18:1) 44.2961 Asam Linoleat (C18:2) 35.9336 Asam Linolenat (C18:3) 0.6848 Asam Arachidat (C20:0) 0.7654 Kesimpulan Telah dikembangkan bioreaktor enzimatic dengan perpindahan panas yang terjadi melalui gradien panas, sehingga meningkatkan interface acitvation enzim lipase. Aktivitas lipase meningkat dengan kenaikan temperatur, sedangkan pH sistem reaksi akan menurun seiring dengan terbentuknya A06-5

asam lemak jika tidak menggunakan buffer. Semakin besar konsentrasi air, maka peningkatan jumlah asam lemak yang terbentuk juga akan semakin besar. Pada proses ini, difusi enzim dari air ke minyak dianggap sangat cepat sehingga konsentrasi enzim (CE) di minyak setimbang dengan konsentrasi enzim (CE) di air. Kondisi kesetimbangan akan tercapai lebih cepat apabila konsentrasi awal substrat semakin kecil. Begitu juga halnya dengan konversi yang akan didapatkan lebih tinggi apabila waktu hidrolisa semakin besar. Jumlah Asam Lemak yang dihasilkan paling banyak adalah pada waktu 54 menit, PH 5 dengan konsentrasi dedak-air 30 % yaitu sebesar 159 gram/jam sedangkan pada kondisi temperatur 450C dengan konsentrasi dedak-air 30 % yaitu sebesar 0,3 gram/jam. Ucapan Terima Kasih Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah pada Allah SWT serta terima kasih sebesar-besarnya pada DP2M DIKTI atas dukungan dana dalam kegiatan program PKMP 2010. Daftar Pustaka Abidin, Z., Paramita, V., dan Yulianto, M.E., 2007,Model Regresi Biokonversi Buah Kelapa Sawit Menjadi Asam Lemak Secara Enzimatis, Laporan sementara Penelitian Fundamental - DIKTI. Adi, N.,2003,Ekstraksi Minyak Dari Dedak Padi Dengan Pelarut n-Hexane, Proceeding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, Yogyakarta. Hartati, I., Yulianto, M.E., and Paramita,V., 2006,Prestudy of the fatty Acid Production from Palm Oil Hartati, I., and Yulianto, M.E., 2007, The Effect of Buffer Addition and Water Concentration on the Fatty Acid Production from Palm Fresh Fruit by Direct Enzymatic Hydrolisis Process, Jurnal Metana, Vol. 3, No. 2. Henry Tauber, 1950,The Chemistry and Technology of Enzymes, John Wiley & Sons, Inc, New York. Hiol, A., Jonzo, M.D., Druet, D., and Comeau, L., 1999,Production, Purification, and Characterization of an Extrasellular Lipase from Mucor hiemalis f. Hiemalis, Enzym and Microbial Technology, 25, hal. 80 87. http://anekaplanta.wordpress.com/2008/03/02/pe manfaatan_hasil_samping_penggilingan padi http://smk3ae.wordpress.com/2008/10/13/produ ksi minyak kaya asam lemak http://www.americanpalmoil.com/glossary.html# 14 http://www.freepatentsonlinePatent 4208432.htm

http://www.freepatentsonlinePatent 5518754.htm http://www.freepatentsonlinePatent 6706502.htm http://www.apakabar.ws/forums/viewtopic.htm http://zulle.multiply.com/journal/item/25/peman faatan_dedak_padi Ketaren, S, 1986,Minyak dan Pangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Wikipedia.org/wiki/trigliserida www.che.itb.ac.id/sntki 2009/daftar/prosiding/tpmas.pdf Wikipedia.org/eiki/padi.html Yassin, A.A., Mohamed, I.O., Ibrahim, M.N., Yusoff, M.S. 2003, Effect of Enzymatic Interesterification on Melting Point of Palm Olein, Appl Biochem Biotechnol. (Abstract), Vol. 110 No. 1, July, p. 45-52.

Yulianto, M.E., Broto, R.W., dan Pudjihastuti, I., 2005,Studi Awal Pembuatan Asam Lemak Secara Enzimatik Dari Buah Segar Kelapa Sawit, Jurnal Metana, Vol. 1, No. 2, hal 2227. Yulianto, M.E., dan Abidin., Z., 2007,Studi Pendahuluan Pembuatan Asam Lemak Secara Enzimatik Dari Hasil Samping Penggilingan Padi, Laporan Penelitian UNDIP. Yuniastuti, A., dan Yulianto, M.E., 2007, Pembuatan Asam Lemak Secara In Situ Dari Biji Karet Melalui Aktivasi Enzimatik, Laporan Penelitian Beasiswa UnggulanDEPDIKNAS. Wahyuningsih., dan Yulianto, M.E., 2007,Pembuatan Asam Lemak Dari Buah Segar Kelapa Sawit Secara Enzimatik Menggunakan Buffer Fosfat, Laporan Penelitian PKM-DIKTI

A06-6

You might also like