You are on page 1of 35

HISTOLOGI VETERINER II

SiStem Urinaria

OLEH: Dewa Ayu Paranitha Putu Chyntia Nirmalasari Grace Sophia J.M Ni Made Ayu Sintya Paramita Josia Samuel Edo Leonardo Franky L.H.R. Andung 1209005005 1209005030 1209005031 1209005032 1209005033 1209005034 1209005035

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2013
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan paper ini dapat diselesaikan. Paper ini penulis susun sebagai tugas dari mata kuliah Histologi Veteriner II,yang berjudul Sistem Urinaria. Melalui penulisan paper ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami struktur histologi sistem urinaria pada umumnya dan hewan pada khususnya. Terima kasih penulis sampaikan kepada I Putu Suastika selaku dosen mata kuliah histologi veteriner II yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya terselesaikannya tugas paper ini. Demikianlah tugas ini penulis susun semoga bermanfaat, dan dapat memenuhi tugas mata kuliah histologi veteriner II.

Denpasar, 9 Maret 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2 1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2 1.4 Manfaat ................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3 2.1 Pengertian, Fungsi, dan Organ sistem urinaria ....................................... 3 2.2 Struktur Histologi Ginjal ......................................................................... 4 2.3 Struktur Histologi Ureter, Vesica Urinaria, dan Uretra............................13 2.4 Perbedaan Struktur Histologi Kelenjar Ginjal, Ureter, Vesica Urinaria dan Uretra......................................................................................................... 19 2.5 Sistem urinaria pada Berbagai Jenis Hewan ........................................... 22 BAB III SIMPULAN ........................................................................................ 27 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. System Urinaria ................................................................................. 3 Gambar 2. Proses pembentukan urine ................................................................. 4 Gambar 3. Penampang Ginjal ............................................................................. 6 Gambar 4. Penampang Sinus renalis ................................................................... 7 Gambar 5. Penampang Renal Korpuskula .......................................................... 7 Gambar 6. Penampang Tubulus Konvulatus Prokimalis .................................... 8 Gambar 7. Penampang loop of henles ............................................................... 9 Gambar 8. Penampang Tubulus Konvulatus Distalis ......................................... 10 Gambar 9. Penampang Tubulus kolektivus ........................................................ 11 Gambar 10. Penampang Pelvis renalis ................................................................ 12 Gambar 11. Penampang Ureter (secara histologi) .............................................. 14 Gambar 12. Vesica Urinaria ................................................................................ 16 Gambar 13. Penampang Vesika Urinaria(secara histologi) ............................... 16 Gambar 14. Uretra hewan jantan ........................................................................ 17 Gambar 15. Uretra hewan betina ........................................................................ 18 Gambar 16. Penampang Uretra (secara histologi) 1 ........................................... 19 Gambar 17. Penampang Uretra (secara histologi) 2 ........................................... 19 Gambar 18. Penampang Kelenjar Adrenal.......................................................... 20

Gambar 19. Penampang Kelenjar Prostat ........................................................... 22 Gambar 20. Sistem urinaria pada pisces ............................................................. 23 Gambar 21. Sistem urinaria pada amphibia ........................................................ 24 Gambar 22. Sistem urinaria pada reptil............................................................... 25 Gambar 23. Sistem urinaria pada unggas ............................................................ 26

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sedikit orang yang menyadari betapa mengagumkannya ginjal kita. Ginjal sesungguhnya merupakan pabrik kimia yang sangat rumit. Ginjal mampu

menyaring seluruh suplai darah di tubuh kita 25 kali dalam satu hari. Ginjal membersihkan kotoran beracun yang dihasilkan tubuh sementara dalam waktu yang bersamaan ginjal juga menjaga keseimbangan kandungan garam, asam dan air dalam tubuh. Limbah kimia dan kelebihan air dikumpulkan oleh ginjal dan disalurkan ke kandung kemih dalam bentuk urin. Ginjal juga membantu kondisi lingkungan tubuh dan menghasilkan hormon penting untuk mengatur tekanan darah dan produksi sel darah merah. Walaupun kita jarang memperhatikan dan karena ginjal kita biasa bekerja dengan indahnya, kerja ginjal tidak begitu kita hargai sampai saatnya kerja ginjal tersebut gagal. Kegagalan kerja ginjal memicu berbagai kelainan baik yang terdapat didalam urin maupun gangguan sistem urinaria. Fungsi terpenting dari ginjal adalah membuang limbah beracun dari darah. Sebagian besar dari limbah ini adalah senyawa urea mengandung nitrogen dan asam urat. Kemampuan ginjal untuk menjalankan fungsinya dalam membuang kotoran, bergantung pada unit fungsional dari ginjal yang disebut nephron. Bersama dengan kandung kemih, dua ureter, dan satu urethra, ginjal menyusun sistem uriner tubuh. Di makalah ini akan saya bahas semua proses yang terdapat di sistem urinaria dan beberapa gangguan yang terjadi jika sistem urinaria kita mengalami kerusakan.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang muncul sebagai berikut : 1.2.1 Apa pengertian, fungsi, dan organ penyusun sistem urinaria? 1.2.2 Bagaimana struktur histologi dari ginjal? 1.2.3 Bagaimana struktur histologi dari ureter, kandung kemih (vesica urinaria) dan uretra? 1.2.4 Bagaimana perbedaan struktur histologi kelenjar ginjal, ureter, kandung kemih (vesica urinaria) dan uretra ? 1.2.5 Bagaimana sistem urinaria pada berbagai jenis hewan? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut: 1.3.1 Untuk dapat memahami pengertian, fungsi, dan organ penyusun sistem urinaria. 1.3.2 Untuk dapat memahami struktur histologi dari ginjal. 1.3.3 Untuk dapat memahami struktur histologi dari ureter, kandung kemih (vesica urinaria) dan uretra. 1.3.4 Untuk dapat perbedaan struktur histologi kelenjar ginjal, ureter, kandung kemih (vesica urinaria) dan uretra. 1.3.5 Untuk dapat mengidentifikasi sistem urinaria pada berbagai jenis hewan. 1.4 Manfaat Adapun manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Melalui paper ini diharapkan kalangan mahasiswa Universitas Udayana, khususnya Kedokteran Hewan memiliki wawasan lebih mengenai sistem urinaria. 1.4.2 Hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk mengerjakan tugas yang berhubungan dengan sistem urinaria.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian, Fungsi dan Organ Penyusun System Urinaria Sistema urinasi pada hewan dimulai dari ginjal, yang ada. sepasang, kiri dan kanan, dengan berbagai ukuran dan bentuk. Sebagai contoh, pada karnivora dan ruminansia kecil, setiap ginjal berbentuk kacang polong, halus; pada kuda, ginjal cenderung ke arah bentuk jantung. Pada sapi, kambing, domba dan unggas, ginjal terdiri dari beberapa lobus (Bank's, 1993; Aughey, 2001;Junqueira,2007). Sistem Urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang

dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). Fungsi utama dari sistem urinaria adalah mengekskresi hasil akhir metabolisme tubuh dan mengatur konsentrasi cairan tubuh. Sistem ini terdiri dari sepasang ginjal (ren) dengan saluran keluar urine berupa ureter dari setiap ginjal. Ureter bermuara pada sebuah kandung kemih (vesika urinaria) di ventral bagian bawah di belakang tuang kemaluan (pubic bone) urine selanjutnya dialirkan keluar melalui sebuah uretra.

Gambar 1. System Urinaria

Proses pembentukan urin meliputi: 1) Filtrasi glomeruler; 2) Reabsopsi tubuler; dan 3) Sekresi tubuler. Saluran yang dilewati oleh darah setelah di filtrasi oleh glomeruli dari awal hingga akhir sebagai berikut: glomerulus kapsula Bowman tubulus convulatus proksimal loop of Henle tubulus convulatus distal tubulus koligen tubulus collectivus kaliks minor kaliks mayor pelvis renalis ureter vesica urinaria urethra.

Gambar 2. Proses pembentukan urine

2.2 Struktur Histologi Ginjal Ginjal merupakan organ yang sangat penting karena mempunyai fungsi utama sebagai filtrasi. Zat-zat yang berbahaya atau tidak digunakan lagi oleh tubuh difiltrat dan diekskresikan keluar dari tubuh dalam bentuk urin (Dellman dan Brown, 1992) Kapsula membungkus seluruh bagian ginjal kecuali hilus renalis. Di bawah kapsula terdapat korteks renalis yang ditandai dengan adanya korpuskulus renalis
9

dan tubulus kontortus (Hartono 1992). Medula renalis tampak seperti piramida (malphigi) dengan bagian ujung mengarah ke pusat (Guyton 1997). Dasar dari setiap piramida dimulai pada perbatasan antara korteks dan medula serta diakhiri pada papila yang menonjol dalam ruang pelvis ginjal, yaitu sambungan berbentuk cerobong dari ujung akhir ureter. Perbatasan pelvis sebelah luar terbagi menjadi kantong dengan ujung membuka yang disebut kalises mayor, yang meluas ke bawah dan terbagi menjadi kalises minor, yang mengumpulkan urin dari tubulus setiap papila (Guyton 1996). Bagian medula tampak bergarisgaris karena adanya tubulus-tubulus pengumpul yang tersusun secara radial. Di sanping itu, di dalam

medula juga terdapat loop Henle. Bagian korteks yang terletak di antara medula dan kapsul jaringan ikat yang tipis, nampak seperti granula karena banyaknya glomeruli. Tubulus proksimal yang mengalami konvulusi juga terletak pada

bagian korteks dalam ikatan yang erat dengan glomeruli dan loop Henle yang jumlahnya banyak (Fradson 1992). Pada ujung papila, arteri renalis yang

merupakan cabang dari aorta masuk ke dalam ginjal melalui hilus renalis dan kemudian bercabang menjadi arteri interlobularis. Arteri interlobularis kemudian bercabang lagi menjadi pembuluhpembuluh kecil yang disebut vas arteriola (afferen). Tiap-tiap vas afferen aka bercabang menjadi kapiler yang membentuk glomerulus. Melalui glomerulus inilah terjadi filtrasi untuk membentuk urin

(Guyton 1997). Menurut Frandson (1992), nefron merupakan unit fungsional pada ginjal. Nefron terdiri dari glomerulus, kapsul glomerulus (kapsul Bowman), tubulus konvolusi proksimal, loop Henle dan tubulus konvolusi distal. Kapsul glomerulus (kapsul Bowman) merupakan pengembangan ujung buntu dari tubulus, yang mengalami evaginasi di sekitar glomerulus dan hampir keseluruhan menyelimuti. Kompleks yang terdiri dari glomerulus serta lapis-lapis luar dan dalam kapsul glomerular disebut korpuskel renal atau Malphigi. Malphigi

merupakan lokasi utama terjadinya filtrasi cairan dari darah, yaitu kira-kira sebanyak 100 kali jumlah cairan yang melintasi saringan ini yangpada akhirnya dikeluarkan sebagai urin. Tekanan darah di dalam kapiler harus tetap tinggi agar penyaringan dapat berjalan efektif. Arteriol kapiler yang masuk ke glomerulus dan arteriol eferen yang keluar dari glomerulus di lengkapi dengan otot polos

10

sehingga jumlah darah yang masuk ke dalam glomerulus serta tekanan di dalam glomerulus dapat dikendalikan dengan konstriksi arteriol aferen maupun arteriol eferen (Fradson 1992). Arteriol aferen yang mencapai glomerulus diselimuti oleh sel-sel mioepitelial yang memiliki beberapa sifat otot polos yang disebut dengan sel-sel juxtaglomerular. Sel ini memproduksi renin yang disekresikan ke dalam darah sebagai rangsangan pada saat volume darah menurun, saat konsentrasi Na dalam cairan tubular distal menurun, saat serabut saraf simpatetik yang menginervasi arteriol aferen dirangsang atau pada saat terjadi renal aschaemia (Underwood 1992). Ginjal terdiri dari dua daerah, yaitu daerah perifer yang beraspek gelap disebut korteks dan daerah yang agak cerah disebut medula, berbentuk piramid terbalik (Dellman 1992). Bagian korteks mengandung jutaan alat penyaring yang disebut nefron (Anonim 2009). Batas medial dari ginjal umumnya adalah konkaf dan mempunyai beberapa depresi, yaitu hilus renalis dimana pembuluh-pembulu darah dan saraf masuk, dan ureter serta pembuluh limfatik keluar. Pengembangan asal-usul ureter disebut pelvis renal. Bagian ini menerima urin dari tubulus penampung (Frandson 1992).

Gambar 3. Penampang Ginjal Sinus renalis

11

Sinus renalis tersusun atas beberapa bagian yaitu: 1) pelvis renal, dibentuk oleh kalik mayor dan kalik minor. Pelvis ini merupakan bagian atas ureter yang melebar; 2) Arteri, vena dan nervus; 3) Lemak dengan jumlah sedikit dan tidak dijumpai jaringan konektif.

Gambar 4. Penampang Sinus renalis Renal Korpuskula Renal korpuskula terdiri atas berkas kapiler glomeruli dan glomerulus yang dikelilingi oleh kapsula berupa epithel yang berdinding ganda disebut: Kapsula Bowman. Dinding sebelah dalam disebut lapisan viseral sedangkan

yang disebelah luar disebut lapisan pariental, yakni menerima cairan yang akan difiltrasi melalui dinding kapiler. Korpuskula renalis mempunyai katup vaskular dimana darah masuk ke arteriole aferent dan keluar melalui arteriole aferent.

Gambar 5. Penampang Renal Korpuskula

12

Tubulus Konvulatus Prokimalis Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian awal dari tubulus ini panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60 mm. Tubulus konvulatus proksimalis biasanya ditemukan pada potongan melintang kortek yang dibatasi oleh epithel selapis kubis atau silindris rendah, dengan banyak dijumpai mikrovilli yang panjangnya bisa mencapai 1,2 m dengan jarak satu dengan yang lainnya 0.03 m. Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa

yang disebut Brush Border, dengan lumen yang lebar dan sitoplasma epithel yang jernih. Tubulus konvulatus prokimalis dibatasi oleh: Simple cuboidal Epithelium yang bersifat sangat asidofil. Terdapat brush border , Sel epitel besar, terlihat 3-5 inti sferis karena tubulus konvulatus Proksimal lebih panjang daripada tubulus konvulatus Distal,maka pada preparat akan terlihat lebih banyak.

Gambar 6. Penampang Tubulus Konvulatus Prokimalis Loop of Henles Loop of Henles banyak dijumpai di daerah medula dengan diameter bisa mencapai 15 m. Struktur segmen tebal mirip dgn tubulus konvulatus distal. Loop of henles berbentuk seperti huruf U yang mempunyai segmen tebal dan diikuti oleh segmen tipis. Pada bagian desenden mempunyai lumen yang kecil dengan diameter 12 m panjang 1-2 mm, sedangkan bagian asenden mempunyai lumen yang agak besar dengan panjang 9 mm dengan diameter 30 m.

13

Epithel dari Loop of Henles merupakan peralihan dari epithel silindris rendah / kubus sampai squomus, biasanya pergantian ini terdapat di daerah sub kortikal pada medula, tapi bisa juga terjadi di daerah atas dari Loop of Henles.

Gambar 7. Penampang loop of henles Tubulus Konvulatus Distalis Perbedaan struktur histologi dengan Tubulus Konvulatus proksimalis antara lain : Sel epithelnya besar, mempunyai brush border, lebih asidofil, potongan melintang pada tempat yang sama mempunyai epithel lebih sedikit, Tubulus Konvulatus distalis : Sel epithel lebih kecil dan rendah, tidak mempunyai brush border, kurang asidofil, lebih banyak epithel pada potongan melintang Sepanjang perjalanan pada kortek, tubulus ini mengadakan hubungan dengan katup vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri yakni dekat dengan anteriole aferent dan eferent. Pada tempat hubungan ini, tubulus distalis Segmen yang Segmen yang

mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens.

mengadakan modifikasi ini pada mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini disebabkan dekatnya dengan inti disebut : Makula dense. Fungsi Makula dense belum begitu jelas, tapi beberapa ahli mengatakan, fungsinya adalah sebagai penghantar data osmolaritas cairan dalam tubulus distal ke glomerulus. Pada makula dense yang dekat dengan arteriola aferent

14

mengandung sel juksta glomerulus yaitu sel yang mempunyai bentuk epitheloid dan bukan sel otot polos dan ini mungkin merupakan modifikasi dari otot polos. Sel ini yang nantinya menghasilkan enzim renin. Hormon ini mengubah

hipertensinogen menjadi hipertensin (angiotensin). Angiotensin mempengaruhi tunika media dari arteriola untuk berkontraksi, yang mengakibatkan tekanan darah menjadi naik.

Gambar 8. Penampang Tubulus Konvulatus Distalis Tubulus kolektivus Tubulus kolektivus, disebut juga duktus kolektivus (collecting duct) atau duktus Bellini, adalah tabung sempit panjang dalam ginjal yang menampung urin dari nefron, untuk disalurkan ke saluran yang lebih besar yaitu renal pelvis (pelvis renalis), lalu ureter dan kandung kemih. Tubulus kolektivus merupakan lanjutan dari nefron bagian tubulus konvulatus distalis dan mengisi sebagian besar daerah medula. Tubulus kolektivus bagian depan mempunyai lumen yang kecil

berdiameter sekitar 40 m dengan panjang 20-22 mm. Lumennya dilapisi epithel kubis selapis, sedangkan tubulus kolektivus bagian belakangnya sudah berubah menjadi bentuk silindris dengan diameter 200 m, panjangnya mencapai 30-38 mm.

15

Gambar 9. Penampang Tubulus kolektivus Pelvis Renalis Pelvis renalis adalah bagian ginjal yang berfungsi sebagai corong yang mengalirkan air kemih ke ureter. Pada hilus renalis terdapat pelvis renalis yang menampung urin dari papila renalis. Pada ginjal yang multi-piramid urin pertama ditampung oleh kaliks renalis kemudian dari sini baru ke pelvis renalis. Bangun histologinya adalah sebagai berikut: Mukosa memiliki epithel peralihan dengan sel payung, mulai dari kaliks renalis, tebal epithel hanya 2 sampai 3 sel. Dengan mikroskop cahaya tidak tampak adanya membran basal tetapi dengan EM tampak membrana basalis yang sangat tipis. Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dan pada kuda terdapat kelenjar yang agak mukus. Bentuk kelenjar adalah tubulo-alveolar. Tunika muskularis terdiri atas otot polos, jelas pada kuda, babi dan sapi. Lapis dalam tersusun longitudinal dan lapis luar sirkuler. Pada hewan lain otot relatif sedikit, pada kalises renalis otot relatif sedikit, tetapi pada daerah permulaan ureter membentuk semacam sphinter. Tunika adventitia terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak sel lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe serta saraf.

16

Gambar 10. Penampang Pelvis renalis Ginjal sangat berperan dalam mempertahankan homeokinesis (homeostatis), yaitu suatu keadaan yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal tersebut mencakup faktor-faktor yang beragam seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit, dan konsentrasi banyak zat di dalam plasma. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja ginjal mencakup komposisi darah, tekanan darah arterial, hormon, dan sistem saraf otonom (Frandson 1992). Menurut Sherwood (2001), fungsi spesifik yang dilakukan oleh ginjal, yang sebagian besar ditunjukkan untuk mempertahankan kestabilan lingkungan cairan internal adalah : 1. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh. 2. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion cairan ekstrasel (CES) termasuk Na+, Cl-, K+, HCO3-, Ca++, Mg++, SO4 =, PO43-, dan H+. 3. Memelihara volume plasma yang sesuai, sehingga sangat berperan dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran ginjal sebagai pengatur keseimbangan garam dan H2O. 4. Membantu memelihara keseimbangan asam-basa tubuh dengan menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- melalui urin. 5. Memelihara osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) berbagai cairan tubuh, terutama melalui pengaturan keseimbangan H2O.
17

6. Mengekskresikan (eliminasi) produk-produk sisa dari metabolisme tubuh, misalnya urea, asam urat dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk, zat-zat sisa tersebut bersifat toksik, terutama bagi otak. 7. Mengekskresikan banyak senyawa asing, misalnya obat, zat penambah pada makanan, pestisida, dan bahan-bahan eksogen non-nutrisi lainnya yang berhasil masuk ke dalam tubuh. 8. Mensekresikan eritropoietin, suatu hormon yang dapat merangsang pembentukan sel darah merah. 9. Mensekresikan renin, suatu hormon enzimatik yang memicu reaksi berantai yang penting dalam proses konservasi garam oleh ginjal. 10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

2.3 Struktur Histologi Ureter, Kandung kemih (Vesica Urinaria), dan Uretra Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis menuju vesika urinaria (kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan

memanjang dengan epithel peralihan, lapisan sel lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria terdiri atas jaringan ikat dimana pada kuda terdapat kelenjar tubulo-alveolar yang bersifat mukous, dengan lumen agak luas. Tunika

muskularis tampak lebih tebal dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar sirkuler, sebagian lapis luar ada yang longitudinal khususnya bagian yang paling luar. Dekat permukaan pada vesika urinaria hanya lapis longitudinal yang nampak jelas. Dari Kaliks sampai dengan Vesika

Urinaria mempunyai struktur histologis sama yang semakin tebal mendekati Vesika Urinaria. Dinding Ureter memiliki tiga lapisan diantaranya : 1. Lapisan

paling luar: Lapisan jaringan ikat fibroelastik 2. Lapisan tengah: muskularis yg terdapat otot polos 3. Lapisan dalam: membrana mukosa yg terdapat epitel dan lamina propia. Membrana Mukosa memiliki ciri-ciri yaitu terdapat epithel transisional, tebal 4-5 lapis sel, memiliki lamina basalis tipis atau kadang tidak terlihat jelas. Lamina propia yg merupakan jaringan fibrosa yg relatif padat dengan banyak serat elastin. Lumen pd potongan melintang berbentuk bintang Star shaped

18

appereance adanya lipatan mukosa yg memanjang, lipatan ini terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propia, adanya jaringan elastis & muskularis. Lipatan ini akan menghilang bila ureter diregangkan (distensi). Muskularis

terdapat berkas sel otot polos yg dipisahkan berkas-berkas jaringan ikat, otot polos ini terdiri dari 2 lapisan, diantaranya : 1. Lapis dalam longitudinal, 2. Lapis luar sirkuler, 3. Lapis luar Longitudinal. Lapisan jaringan disusun oleh jar ikat fibroelastis yang mengandung pembuluh darah limfe, dan dipersarafi oleh plexus hypogastricus inferior T11-L2 melalui neuron simpatis dan beberapa sel lemak. Lapisan adventisia (fibrosa) pada sel superficial epitel transisional terdapat Facet Cell yang bertanggung jawab akan barier osmotic antara urine dan cairan. Jaringan sel ini mempunyai membran dari lempeng tebal terpisahkan oleh pita pita sempit membran yang tipis.

Gambar 11. Penampang Ureter (secara histologi) Ciri-ciri gambar ureter : 2-3 cm proximal Vesika Urinaria, Selubung Waldeyer ditemukan dipermukaan luar ureter, meluas ke meatus ureter dan menyebar membentuk Trigonum Profunda berakhir pada leher Vesika Urinaria. Ureter menembus dinding vesika urinaria secara miring sehingga terbentuk katup katup yang mencegah aliran balik urine. Ureter yang terletak di dalam vesika urinaria hanya mempunyai serabut otot longitudinal.

Kandung kemih (Vesica Urinaria) Dinding kandung kemih terdiri dari otot polos yang dilapisi oleh epitel jenis khusus (Sherwood 2001). Pelvis, ureter, kandung kemih, dan uretra pada bagian
19

dalamnya diselaputi oleh epitel transisional. Lapisan yang terletak di bagian itu penting karena lumen tersebut sering mengalami distensi. Ketika organ-organ itu sedang kosong, dindingnya akan tebal, sel-sel epitel pelapis itu membentuk strata yang terdiri atas banyak lapis. Apabila organ tersebut mengalami distensi, lumen menjadi lebih besar, dindingnya menipis, dan terjadi suatu transisi ke stratifikasi yang lebih sedikit. Oleh karena itu disebut dengan epitel transisional (Fradson 1992). Tebal epitel transisional bervariasi dari 3-14 lapis sel, tergantung pada spesies serta derajat pemekarannya (Dellman 1992). Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor, serat-serat ototnya meluas ke segala arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung kemih menjadi 40 sampai 60 mmHg (Guyton 1996). Diantara lapisan epitel dan otot polos dari dinding organ terdapat sejumlah jaringan ikat yang disebut lamina propria. Jaringan yang lebih banyak lagi terdapat pada bagian superficial dari serabutserabut melingkar dan longitudinal otot polos. Lapis luar dari jaringan ikat tersebut disebut adventitia, ditutupi oleh peritoneum pada aspek dan badan bladder (Frandson 1992). Nodus limfatikus sering dijumpai pada lamina propria semua hewan piaraan. Banyak pembuluh kapiler terdapat di dekat epitel, dan pada ruminansia cenderung membentuk lapisan langsung di bawah membran basal. Kandung kemih memiliki lamina muskularis yang tipis. Jaringan ikat pada submukosa kandung kemih bersifat agak longgar dan mengandung lebih banyak serabut elastis dari pada lamina propria (Dellman 1992). Vesika urinaria atau kandung kemih berfungsi untuk menampung urin yang telah dibentuk oleh ginjal untuk mengekskresikan sisa metabolisme. Urin

mengandung berbagai produk sisa dengan konsentrasi tinggi ditambah sejumlah bahan dengan jumlah bervariasi yang diatur oleh ginjal, dan kelebihannya akan dikeluarkan melalui urin. Bahan-bahan yang bermanfaat ditahan melalui proses reabsorbsi sehingga tidak muncul di urin (Sherwood 2001). Urin akan dikeluarkan dari kandung kemih secara periodik melalui ureter.

20

Gambar 12. Vesica Urinaria

Gambar 13. Penampang Vesika Urinaria(secara histologi) Uretra Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada hewan jantan dan hewan betina. Uretra pada hewan jantan memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada hewan betina panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, hewan

21

jantan memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada hewan betina hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter). Katup uretra posterior adalah lipatan mukosa abnormal kongenital pada uretra pars prostatika yang menyerupai membran tipis yang menghambat drainase kandung kemih. Pada hewan jantan, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa. a. Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis. b. Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar

dibanding bagian lainnya. c. Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis). d. Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

22

Gambar 14. Uretra hewan jantan

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.

Gambar 15. Uretra hewan betina Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan, yaitu: 1. Membran mukosa yg dibatasi oleh epitel yg terletak di atas jaringan ikat, jenis sel ini bervariasi pada beberapa bagian uretra, namun baik uretra hewan jantan maupun hewan betina bagian terbesar disusun oleh Pseudostratified columnar epithelium. Bagian atas uretra yg berbatasan dengan kandungan kemih: Transisional epithelium, bagian bawah yang berbatasan dengan orifisium externa: Stratified Squamous Epithelium. 2. Submukosa, terdiri dari jaringan ikat longgar, 3. Lapisan otot polos, tersusun atas lapisan bagian dalam yang longitudinal dan luar yang sirkuler, lapisan ini lebih jelas terlihat pada uretra wanita.

23

Gambar 16. Penampang Uretra (secara histologi) 1

Gambar 17. Penampang Uretra (secara histologi) 2 2.4 Perbedaan Struktur Histologi Kelenjar Ginjal, Ureter, Vesica Urinaria dan Uretra Kelenjar ginjal

24

Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di atas ginjal bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks dan bagian medula yang menghasilkan adrenalin atau epinefrin dan non adrenalin atau nor eprinefrin. Kelenjar adrenal beratnya kira-kira 4 gram. Kelenjar adrenal terdiri atas dua bagian yang berbeda, yaitu: Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Medula Adrenal yang berada di pusat, bagian ini kira-kira 20% dari keseluruhan kelenjar adrenal, berkaitan dengan sistem saraf simpatis, bertugas untuk mensekresi hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks Adrenal, bagian ini berada di luar dan berfungsi untuk mensekresi hormon kortikosteroid dan androgen. Hormon yang dihasilakan kelenjar adrenal a. Pada korteks menghasilkan hormon deoksikortison dan kortison dengan fungsi mempengaruhi penyerapan. Apabila kekurangan menyebabkan penyakit adison. b. Pada medulla menghasilkan hormon adrenalin (epinefrin) dengan fungsi mengubah glikogen menjadi glukosa, menaikkan gula darah dan mempercepat kerja jantung. Hormone adrenalin bekerja antagonis dengan hormone insulin dalam mengatur gula dalam darah agar tetap normal.

25

Gambar 18. Penampang Kelenjar Adrenal Kelenjar Ureter, Vesica Urinaria dan Uretra Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul fibromuskuler, yang terletak di sebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah anterior rektum. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada hewan dewasa kurang lebih 20 gram, dengan jarak basis ke apex kurang lebih 3 cm, lebar yang paling jauh 4 cm dengan tebal 2,5 cm. Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus : lobus medius, lobus lateralis (2 lobus, lobus anterior, lobus posterior. Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, lobus posterior akan menjadi satu dan disebut lobus medius saja. Pada penampang, lobus medius kadang-kadang tak tampak karena terlalu kecil dan lobus lain tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain adalah: zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior, dan zona periuretral. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona

transisional yang letaknya proksimal dari sfincter eksternus di kedua sisi dari verumontanum dan di zona periuretral. Kedua zona tersebut hanya merupakan 2% dari seluruh volume prostat. Sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer. Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara di kanan dari verumontanum dibagian posterior dari uretra pars prostatika. Di sebelah depan didapatkan ligamentum pubo prostatika, di sebelah bawah ligamentum triangulare inferior dan di sebelah belakang didapatkan fascia denonvilliers. Fascia

denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan prostat dan vesika seminalis, sedangkan lembar belakang melekat secara longgar dengan

26

fascia pelvis dan memisahkan prostat dengan rektum. Antara fascia endopelvic dan kapsul sebenarnya dari prostat didapatkan jaringan peri prostat yang berisi pleksus prostatovesikal.

Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari 1). kapsul anatomis sebagai jaringan ikat yang mengandung otot polos yang membungkus kelenjar prostat 2). Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler. Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian: 1). Bagian luar disebut glandula principalis atau kelenjar prostat sebenarnya yang menghasilkan bahan baku sekret. 2). Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatous zone. 3). Di sekitar uretra disebut periurethral gland atau glandula mukosa yang merupakan bagian terkecil. Bagian ini serinng membesar atau mengalami hipertrofi pada usia lanjut. Secara histologis, prostat terdiri atas kelenjar-kelenjar yang dilapisi epitel thoraks selapis dan di bagian basal terdapat juga sel-sel kuboid, sehingga keseluruhan epitel tampak menyerupai epitel berlapis.

Gambar 19. Penampang Kelenjar Prostat

27

2.5 Sistem Urinaria pada Berbagai Jenis Hewan 2.5.1 Pada Pisces Tipe ren adalah opistonefros, letaknya di dorsal. Bentuknya panjang, sempit, terletak di dinding tubuh sebelah dorsal di atas peritonium perietal, pada kanan kiri sisi garis tengah. Ren memanjang hampir ke seluruh

panjang rongga tubuh. Ren pada ikan jantan lebih panjang dari pada ikan betina, pada ujung anteriornya terdapat sistem reproduksi. Dari tubulus kolektivis pada pisces urin menuju ke duktus arkinefrik yang merupakan suatu saluran seperti ureter, menuju kloaka. Dilatasi duktus arkinefrik

membentuk pembesaran seperti vesika urinaria untuk penyimpanan urine sementara.

Gambar 20. Sistem urinaria pada pisces 2.5.2 Pada Amfibia Ren meluas pada sebagian besar panjang rongga tubuh dan berlobus, tipe ren adalah opistonefros. Pada Amfibia berekor ren terdiri dari 2 bagian yaitu pada bagian anterior merupakan bagian yang sempit, pada hewan jantan lebih berhubungan dengan fungsi reproduksi, sedangkan pada bagian
28

posterior merupakan bagian yang meluas,merupakan penyusunan bagian utama opistonefros (Van Kampen, P. N. 1923). Duktus arkinefrik pada

hewan jantan juga berfungsi sebagai suatu duktus deferensi disamping untuk mengangkut zat-zat sisa. pengangkut zat zat sisa. Pada hewan betina hanya berfungsi sebagai Duktus arkinefrik bermuara di kloaka. Pada

katak jenis rana sp. dan Bufo sp. Ren tidak berhubungan dengan sistem reproduksi. Pada Amfibia terdapat vesika urinaria yang berdinding tipis yang muncul sebagai suatu tonjolan dinding ventral kloaka, vesika urinaria ini berongga 2 dan tidak ada hubungan langsung antara duktus dengan vesika urinaria. Urine langsung menuju kloaka, dari kloaka urin didorong ke vesika urinaria.

Gambar 21. Sistem urinaria pada amphibia 2.5.3 Pada Reptilia Tipe ren adalah adalah metanefros, ren terdapat pada sebagian posterior rongga abdominal, di daerah pelvis. Bentuk ren kecil dan padat, tetapi permukaannya berlobus. Bagian posterior lebih sempit. Ureter bermuara terpisah di kloaka dan tidak berhubungan dengan vesika urinaria kecuali pada penyu hijau (chelonia sp). Vesika urinaria sebagian

merupakan derivat kloaka dan sebagian dari basal alantois vesika urinaria tidak terdapat pada ular dan buaya. Cecak dan kura-kura mempunyai

vesika urinaria yang berkembang baik dan biasanya berlobus 2 yang bermuara ke kloaka.

29

Gambar 22. Sistem urinaria pada reptil

2.5.4 Pada Unggas Ginjal unggas mempunyai tipe metanephros yaitu evolusi dan kombinasi dari tipe ren mamalia dan reptilia (Sakas, 2002; Kardong, 2002). Sekresi urine unggas didominasi oleh asam urat (CsH4N40) yang proses pengeluaran asam urat tersebut hampir sempurna dari ginjal, karena adanya aliran darah ke ginjal melalui sistem porta renalis. Saat urine terkonsentrasi akibat pemindahan air di tubulus ginjal, maka asam urat dan urea terpresipitasi namun tidak mempengaruhi tekanan osmolaritas urine. Hal ini menyebabkan kemampuan unggas untuk mensekresi urine yang hypotonik dengan konsentrasi asam yang tinggi (Marshall, 1960). Jumlah glomeruli

ginjal unggas lebih banyak daripada mamalia, sehingga lebih banyak filtrasi yang terukur, air juga dapat diabsorbsi pada tubulus kontortus distal. Seperti pada reptil, sisa air dan metabolik secara primer yaitu berupa asam urat (uricotelism) keluar melalui kloaka dan bercampur dengan materi feses, air kemudian direabsorbsi, dan residu pasta dibuang dari kloaka (Webster dan Webster, 1974;Kardong, 2002). Sepasang ginjal unggas berbentuk

irreguler, panjang berwarna coklat gelap, terletak pada dorsal abdomen di dinding eksternal peritoneum dalam rongga synsacrum; ukurannya bervariasi menurut jenis dan umur unggas. Batas kranial sepasang ginjal

30

tepat di kaudal paru diantara vertebrae toraksalis ke 6 dan 7 mengikuti bentuk tulang synsacrum, sedangkan bagian ventralnya terlihat lebih rata dan terbagi-bagi menjadi 3 - 4 bagian yang disebut lobus(Hodges, 1974). Tiap-tiap lobus dibagi lagi menjadi lobulus yang lebih kecil (Andrew dan Hickman, 1974). Setiap lobulus ginjal terdapat cabang ureter dengan

tubulus kolektivus yang terbuka (Marshall, 1960). Secara makroskopis, bagian luar ginjaldinamai korteks dan bagian dalam adalah medula; batas antara kedua bagian itu tidak sejelas pada mamalia. Bagian elemen di medula dibungkus jaringan ikat, disebut konus medularis; bagian korteks seperti tudung jamur (cap), sedangkan bagian medula seperti tangkaijamur (R~ece;2009). Nephron unggas mempunyai dua tipe, yaitu tipe mamalia dan tipe reptilian. Tiap-tiap nefron terdiri dari korpuskulum renalis, tubulus kontortus proksimal, loop Henle tipis dan tebal (seperti pada mamalia), tubulus kontortus distal, yang kemudian melanjut menjadi tubulus kolektivus yang bermuara ke ureter, lalu ke kloaka. Nephron tipe reptilian, umumnya terletak pada bagian korteks dan memiliki loop Henle pendek dan kecil, atau bahkan tidak memiliki loop Henle sarna sekali. Tubuli di daerah medula bergabung menjadi satu membetuk traktus medularis yang dikelilingi jaringan ikat tipis. Traktus medularis melanjut menjadi konus medularis yang berisi tubulus kolektivus, loop Henle tipis dan tebal. udianberakhir menjadi cabang tunggal ureter (Sturkie, 2000; Kardong, 2002; Bacha dan Bacha, 2006).

Gambar 23. Sistem urinaria pada unggas


31

BAB III SIMPULAN 3.1 Sistema urinasi pada hewan dimulai dari ginjal, yang ada. Sepasang, kiri dan kanan, dengan berbagai ukuran dan bentuk. Sistem Urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Fungsi utama dari sistem urinaria adalah

mengekskresi hasil akhir metabolisme tubuh dan mengatur konsentrasi cairan tubuh. 3.2 Ginjal terdiri dari dua daerah, yaitu daerah perifer yang beraspek gelap disebut korteks dan daerah yang agak cerah disebut medula, berbentuk piramid terbalik. Ginjal sangat berperan dalam mempertahankan homeokinesis

(homeostatis), yaitu suatu keadaan yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal tersebut mencakup faktor-faktor yang beragam seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit, dan konsentrasi banyak zat di dalam plasma. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja ginjal mencakup komposisi darah, tekanan darah arterial, hormon, dan sistem saraf otonom. 3.3 Berdasarkan struktur histologinya, Pelvis, ureter, kandung kemih, dan uretra pada bagian dalamnya diselaputi oleh epitel transisional. Lapisan yang

terletak di bagian itu penting karena lumen tersebut sering mengalami distensi. Ketika organ-organ itu sedang kosong, dindingnya akan tebal, selsel epitel pelapis itu membentuk strata yang terdiri atas banyak lapis. Apabila organ tersebut mengalami distensi, lumen menjadi lebih besar, dindingnya menipis, dan terjadi suatu transisi ke stratifikasi yang lebih sedikit. 3.4 Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di atas ginjal bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks dan bagian

32

medula yang menghasilkan adrenalin atau epinefrin dan non adrenalin atau nor eprinefrin. Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul fibromuskuler, yang terletak di sebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah anterior rektum. 3.5 Sistema urinasi pada hewan dimulai dari ginjal, yang ada. sepasang, kiri dan kanan, dengan berbagai ukuran dan bentuk. Sebagai contoh, pada karnivora dan ruminansia kecil, setiap ginjal berbentuk kacang polong, halus; pada kuda, ginjal cenderung ke arah bentuk jantung. Pada sapi, kambing, domba dan unggas, ginjal terdiri dari beberapa lobus. Pada Pisces tipe ren adalah opistonefros, letaknya di dorsal. Bentuknya panjang, sempit pada reptil tipe ren adalah adalah metanefros, ren terdapat pada sebagian posterior rongga abdominal, di daerah pelvis, bentuk ren kecil dan padat.

33

DAFTAR PUSTAKA Andrew W., Hickman, Cleveland P. 1974. Histology of The Vertebrate's Comparative Text'. C. V. Mosby Company, Saint Louis: 197, 199.

Aughey, E., Frye, F. L. 2001. Comparative Veterinary Histology with Clinical Correlates.VeterinaryPress, London: 143.

Bacha, William. J., Bacha, Linda M. 2006. Color Atlas of VeterinaryHistology. 2nded. Blackwell Publishing, London: 163-174.

Banks. W.J. 1993.Applied VeterinaryHistology. 3'd ed. Mosby,London: 375-389

Beresford, W. 1983.Lecture Notes on Histology. Jrd ed. Blackwell Scientific Publications, London:149

Dellman, D. H dan E. M. Brown.1992. Buku Teks Histologi Veteriner II.Jakarta : UI-Press. Hodges, R.D. 1974. The Histology of The Fowl. Academic Press, London: 490495, 498-501

Iswanto, H. 2002. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Walet Budidaya dan Aspek Bisnisnya. Agro Media Pustaka, Tangerang: 6-15

Nugiaswari,Putu Primeriana. Duarsa, Gede Wirya Kusuma. Maliawan, Sri. 2012.Diagnosis dan Penatalaksanaan Katup Uretra Posterior. 2,3Bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

34

Nutrianat, Citra. Jatman, Soehartini. 2010. Studi Anatom~ Ginjal Burung Walet Sarang Putih (Colloca/Iafuciphaga) dan Sriti (Colloca/Ia /Inchi. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

BagianAnatomi Fakultas Kedokteran Hewan, trniversitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Samuelson, Don A 2007. Textbook of Veterinary Histology. Saund~,rs Elsevier. St Louis,Missouri: 371-396'

Suastika, Putu.2011.Buletin Veteriner Udayana. Studi Histologi Efek Pemberian Buah Merah (Pandanus Conoideus) Terhadap Perubahan Histopatologik Ginjal dan Hati Mencit Pasca Pemberian Paracetamol. Vol. 3 No.1. :39-44

Van Kampen, P. N. 1923. The Amphibia of the Indo-Australian Archipilago. E. J. Brill, Ltd. Leidin.

35

You might also like