Professional Documents
Culture Documents
Tue, 30/11/2010 - 11:27pm godam64 PBB atau Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan. Dasar hukum pengenaan PBB oleh Pemerintah Daerah adalah Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemerintah Daerah hanya memungut PBB pedesaan dan perkotaan, sedangkan PBB perkebunan, perhutanan dan pertambangan masih dikelola oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP). Rumus PBB Versi UU PDRD No. 28 Tahun 2009 : PBB P2 = TARIF x ( NJOP - NJOPTKP ) Keterangan : - PBB P2 : Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan - Tarif : Maksimal 0,3% tergantung kebijakan tiap daerah - NJOP : Nilai Jual Objek Pajak yang ditetapkan oleh DJP / Pemda - NJOPTKP : NJOP tidak kena pajak besarnya minimal 10 juta rupiah per subjek pajak. Contoh Perhitungan : Pak Brotowali memiliki tanah seluas 1000 meter persegi dengan NJOP tanah sebesar Rp. 100.000,- permeter persegi. Lalu ia juga memiliki rumah diatasnya seluas 100 meter persegi dengan NJOP bangunan Rp. 1.000.000,- permeter persegi. Tarif yang berlaku di daerah sana adalah 0,2% dan NJOPTKP 10 juta rupiah. Jawaban : PBB P2 = 0,2% x (((1.000 x 100.000) + (100 x 1.000.000)) - 10.000.000) PBB P2 = 0,2% x ((100.000.000 + 100.000.000) - 10.000.000) PBB P2 = 0,2% x (200.000.000 - 10.000.000) PBB P2 = 0,2% x 190.000.000 PBB P2 = Rp. 380.000,Keterangan : Jika NJOP lebih kecil dari NJOPTKP maka wajib pajak tidak perlu membayar PBB P2.
Sebagai warga negara yang baik, kita wajib untuk membayar pajak atas penghasilan yang kita terima. Meskipun ada ketidakpercayaan masyarakat terhadap penggunaan uang pajak yang mereka bayarkan karena maraknya korupsi di Departemen ini, namun kita semua berharap akan selalu ada perbaikan sehingga pajak yang kita bayar bisa meningkatkan kesejahteraan kita bersama. Pajak penghasilan (Pph) pasal 21 dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran dalam bentuk dan nama apapun. Berikut ini adalah contoh formula perhitungan pph Pasal 21 atas pegawai atau karyawan tetap perusahaan yang mendapatkan gaji (penghasilan) setiap bulan : gaji sebulan.................................................(1) tunjangan sebulan......................................(2) jumlah............................................................(3) --> (1) + (2) Pengurangan: biaya jabatan.................................................(4) maksimum diperkenankan........................(5) --> (4) atau NL penghasilan netto sebulan........................(6) --> (3) - (5) penghasilan netto disetahunkan..............(7) --> (6) x 12 penghasilan tidak kena pajak (PTKP)......(8) perhitungan penghasilan yang dikenai pajak................(9) --> (7) - (8) Pph pasal 21 terutang setahun.................(10) --> (9) x tarif pph pasal 21 terutang setiap bulan..........(11) --> ((9) x tarif)/12
Keterangan: (1) gaji sebulan diisi dengan gaji / penghasilan pokok pegawai yang bersangkutan (2) tunjangan sebulan, jika ada diisi dengan angka penghasilan atau penerimaan lain diluar gaji pokok. Misal tunjangan makan,tunjangan transportasi, dll (3) jumlah, diisi dari penjumlahan gaji sebulan dengan tunjangan (penghasilan) sebulan yang diterima oleh pegawai/karyawan (4) biaya jabatan. Rumus biaya jabatan adalah 5% x jumlah penghasilan. Maksimal yang diperkenankan sesuai dengan peraturan pada sebuah buku ditulis adalah Rp 108.000,- dalam sebulan atau sebesar Rp 1. 296.000,- dalam setahun. Angka maksimal inilah yang sebutkan sebagai nilai lain/NL (%). Jumlah maksimal biaya jabatan ini sewaktu waktu dapat berubah (6) penghasilan netto sebulan atau penghasilan bersih pegawai yang bersangkutan (7) penghasilan netto disetahunkan adalah penghasilan netto sebulan dikalikan 12 bulan (8) penghasilan tidak kena pajak (PTKP) adalah batas penghasian yang tidak dikenai pajak. Besarnya PTKP akan selalu berubah mengikuti indeks biaya hidup yang cenderung naik dari waktu ke waktu (9) penghasilan yang dikenai pajak diperoleh dari penghasilan netto dalam setahun dikurangi penghasilan tidak kena pajak (10) Pph pasal 21 terutang setahun diperoleh dari penghasilan yang terkena pajak dikalikan tarif. Adapun besarnya tarif adalah sebagai berikut:
5% x sampai Rp 25.000.000,10% x antara Rp 25.000.000,- s/d Rp 50.000.000,15% x antara Rp 50.000.000,- s/d Rp 100.000.000,25% x antara Rp 100.000.000,- s/d Rp 200.000.000,35% x diatas Rp 200.000.000,-
(11) Pph pasal 21 terutang setiap bulan diperoleh dari Pph pasal 21 terutang setahun dibagi 12 bulan