You are on page 1of 23

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI HISTOLOGI HEWAN

ANATOMI EKSTERNAL DAN INTERNAL IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Oleh: Dinia Rizqi Dwijayanti 105090100111005

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011

LEMBAR PERNYATAAN

ANATOMI EKSTERNAL DAN INTERNAL IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Dwijayanti, Dinia R., Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya. Malang. 2011. ABSTRAK Ikan merupakan anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup atau habitatnya berada di air, baik air tawar, air payau, maupun air laut dan bernapas dengan insang. Jenis ikan yang dibahas dalam praktikum ini adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu metode inspectio yang merupakan metode untuk mempelajari anatomi eksternal ikan dan metode sectio atau pembedahan yang merupakan metode untuk mempelajari anatomi ikan secara internal. Anatomi eksternal dari ikan nila terdiri atas caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor). Bagian caput ikan terdapat organon visus (mata), cavum oris (mulut), fovea nasalis (hidung), serta operculum (tutup insang). Bagian truncus terdapat linea lateralis (gurat sisi), squama (sisik) bertipe ctenoid, pinna dorsalis (sirip punggung), pinna pectoralis (sirip dada), pinna abdominalis (sirip perut), pinna analis (sirip dubur), dan anus. Bagian cauda terdapat pinna caudalis (sirip ekor) yang bertipe homocercal. Anatomi internal dari ikan nila terdiri atas organ-organ penting yaitu branchia (insang), cor (jantung), mesoneprhos (ginjal), hepar (hati), ventrikulus (lambung), intestinum (usus), swim bladder, spleen (limpa), dan gonad (kelenjar kelamin). Kata kunci : anatomi eksternal, anatomi internal, ikan nila

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Menurut De Becker dan Haryanti (2007), kelompok ikan terdiri dari tiga kelas yaitu Agnata, Chondrichthyes, dan Osteichtyes. Tiap-tiap kelas tersebut memiliki ciri-ciri morfologi yang dapat membedakan antara satu kelas dengan kelas lainnya. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu spesies dari kelas Osteichtyes. Anatomi eksternal adalah penampang tubuh bagian luar sedangkan anatomi internal adalah penampang tubuh bagian dalam yang meliputi organ-organ dan sistem organ (FKUI, 2010). Setiap spesies memiliki perbedaan anatomi baik anatomi internal maupun eksternal. Mengingat banyaknya jumlah spesies ikan di seluruh dunia maka mengetahui anatomi eksternal dan internal ikan bagi seorang biologyst merupakan hal yang penting. Latar belakang diadakannya Praktikum Anatomi Eksternal dan Internal Ikan Nila (O. niloticus) agar praktikan dapat melihat secara langsung anatomi eksternal dan internal dari ikan nila, memahaminya serta nantinya mampu menjelaskan kepada orang awam mengenai anatomi eksternal dan internal ikan pada umumnya dan ikan nila pada khususnya. 1.2 Permasalahan Bagaimana anatomi eksternal dan internal dari ikan nila (O. niloticus)? 1.3 Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui, mempelajari dan memahami bentuk, struktur, fungsi serta susunan alat tubuh pada ikan nila (O. niloticus) 1.4 Manfaat Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui, mempelajari, dan memahami struktur anatomi

eksternal dan internal dari ikan nila (O. niloticus) secara langsung. Selain itu, para praktikan nantinya akan lebih mengenal anatomi ikan nila dengan baik, sehingga praktikan dapat memahami dan dapat menjelaskan anatomi dari ikan nila baik secara eksternal maupun internal dengan baik ketika terjun ke tengah masyarakat. Jika kelak praktikan menjadi pengusahan budidaya ikan nila, maka dengan mengetahui anatomi eksternal dan internal ikan nila juga akan sangat membantu usaha yang ditekuni praktikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Ikan merupakan anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup atau habitatnya berada di air, baik air tawar, air payau, maupun air laut dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia ( De Becker dan Hariyanti, 2007). 2.2 Ikan Nila (O. niloticus) Menurut Kordi (2007), ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu spesies dari kelas Osteichtyes yang dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrim, sering kali ditemukan hidup normal pada habitat-habitat yang ikan dari jenis lain tidak dapat hidup. Bentuk tubuh ikan nila pipih ke samping memanjang dengan warna tubuh umumnya putih kehitaman atau biasa disebut nila hitam dan merah yang biasa disebut nila merah. Tubuh nila hitam berwarna kehitaman, makin ke perut makin terang. Pada sirip terdapat 6-12 garis melintang yang berakhir dengan ujung kemerahmerahan. Pada punggungnya terdapat garis-garis melintang. 2.3 Anatomi eksternal Menurut Jasin (1989) dan Moyle (2004), anatomi eksternal ikan sebagian besar berbentuk gelendong pipih dan penampang potongannya berbentuk oval. Kepala terbentang mulai dari ujung moncong sampai akhir operculum (tutup insang). Badan membentang dari akhir operculum sampai

anus dan sisanya adalah ekor. Mulut terdapat di ujung moncong. Sebelah dorsal moncong terdapat sepasang fovea nasalis (lubang hidung). Mata terletak sebelah lateral tanpa kelopak mata. Di belakang kepala terbentang operculum. Anus dan aperture urogenitalis terdapat di muka pinna analis. Pada punggung terdapat pinna dorsalis, pada akhir badan terdapat pinna caudalis, dan daerah ventral di bagian ekor terdapat pinna analis. Sirip letaknya di sebelah median tubuh, sedangkan di sebelah lateral terdapat sepasang pinna pectoralis yang terletak di belakang operculum dan sebelah bawahnya terdapat pinna abdominalis. Berikut adalah gambar anatomi eksternal pada ikan.

Gambar 2.1. Anatomi eksternal ikan (Big-fishing, 2010) 2.4 Anatomi internal Anatomi internal ikan meliputi beberapa sistem, diantaranya sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem skeletal, sistem syaraf, sistem otot, sistem pencernaan dan sistem urogenital. Berikut adalah gambar anatomi internal pada ikan.

Gambar 2.2. Anatomi internal ikan (Big-fishing, 2010)

2.4.1 Sistem pernapasan Pernapasan pada ikan menggunakan insang. Sebagian besar insang pada ikan dilindungi oleh operkulum yang dapat menyaring air yang masuk melalui mulut sehingga zat-zat yang berbahaya dapat dihindarkan. Ikan mengambil oksigen terlarut dalam air dengan cara menyaring air yang masuk melalui mulut dan mengambil oksigen yang terlarut dalam air menggunakan insang (Pough,et al., 2005). 2.4.2 Sistem kardiovaskuler Sistem kardiovaskuler pada ikan terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Fungsi jantung yaitu untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jantung ikan terletak di dekat insang dan dibungkus oleh selaput perikardium. Bagian jantung ikan yaitu sinus venosus, atrium, ventrikel, dan bulbus arterious. Ada dua macam pembuluh darah yaitu pembuluh nadi dan pembuluh vena. Fungsi dari pembuluh darah secara umum ialah untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh (Pough,et al., 2005). 2.4.3 Sistem skeletal Sistem skeletal pada ikan terdiri atas beberapa elemen yaitu eksoskeleton dan endoskeleton. Eksoskeleton dapat berupa sisik-sisik sedangkan eksoskeleton adalah bagian yang menyokong struktur tubuh yang terdiri atas tulang endoskeleton (Lytle dan John, 2005). 2.4.4 Sistem Syaraf Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Pada ikan dewasa, otaknya terdiri dari lima bagian yaitu telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon, dan myelencephalon (Lytle dan John, 2005). 2.4.5 Sistem otot Sistem otot pada ikan relatif sama dengan system otot pada vertebrata daratan. Sebagian besar dari otot

tersusun atas myotom-myotom. Kontraksi dari myotom ini disesuaikan dengan bentuk tubuh ikan itu sendiri. Segmen otot pada bagian dorsal disebut otot epaxial dan segmen otot pada bagian ventral disebut otot hypaxial (Lytle dan John, 2005). 2.4.6 Sistem urogenital Sistem urogenital ikan yang utama yaitu adanya dua buah ginjal yang berukuran relatif panjang. Terdapat pula ureter yang merupakan saluran kencing bagi ikan. Selain itu pada sistem urogenital ikan terdapat pula alat kelamin berupa gonad. Untuk jantan disebut tetis yang berwarna putih dan pada betina disebut ovarium (Lytle dan John, 2005). BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Anatomi Eksternal dan Internal Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ini dilaksanakan ada hari Senin, 14 Maret 2011 pada pukul 12.05-16.05 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi papan bedah, gunting, jarum, pinset, lembar pengamatan dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan nila (O. niloticus). 3.3 Inspectio Metode ini dilakukan dengan cara mengamati anatomi eksternal ikan nila menggunakan mata telanjang kemudian digambar pada lembar pengamatan. 3.4 Sectio Sectio atau pembedahan yaitu merupakan suatu perlakuan dimana praktikan dapat mengamati bagian internal

dari ikan. Metode ini dilakukan dengan cara menyisik sisik ikan nila pada bagian truncus setelah dibius dengan kloroform terlebih dahulu. Bagian truncus yang telah dihilangkan sisiknya kemudian dibedah. Ikan dipegang pada bagian dorsum, kemudian diseksi dengan gunting arah longitudinal mulai dari anus sampai ventral apparatus opercularis. Selanjutnya seksi dilanjutkan ke arah dorsal mulai dari ujung pangkal pemotongan longitudinal. Ikan yang telah diseksi, difiksasi dengan jarum masing-masing pada bagian dorsum, venter, dan cauda. Bagian dinding yang dibuka dipegang dengan pinset, dan kemudian organ-organ yang diamati antara lain: swim bladder, cor, branchia, gonad, ventriculus dan intestinum, hepar, vesica fellea, spleen, dan ren digambar pada lembar pengamatan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Aalisa Prosedur Metode inspectio adalah suatu metode pengamatan anatomi bagian luar tubuh makhluk hidup (FKUI, 2010). Pada metode inspectio, ikan nila diletakkan di atas papan bedah kemudian diamati anatomi eksternalnya dan digambar di lembar pengamatan. Tujuannya adalah untuk mengetahui anatomi eksternal ikan nila dan mengetahui letak organ luarnya secara sistematis. Metode sectio adalah suatu metode pengamatan anatomi bagian dalam tubuh makhluk hidup dengan melakukan proses pembedahan terlebih dahulu (FKUI, 2010). Pada metode sectio yaitu pembedahan, ikan nila apabila belum mati dibius terlebih dulu dengan kloroform kemudian dibersihkan sisiknya namun apabila ikan sudah mati dapat langsung dilakukan pembersihan sisik. Tujuannya adalah untuk memudahkan dilakukannya pembedahan. Ikan dipegang pada bagian dorsum, kemudian diseksi dengan gunting arah longitudinal mulai dari anus sampai ventral apparatus opercularis. Selanjutnya seksi dilanjutkan ke arah dorsal mulai dari ujung pangkal pemotongan longitudinal. Anatomi internal ikan digambar pada lembar pengamatan untuk mengetahui

anatomi internal ikan nila serta bentuk organ dan letaknya secara sistematis. 4.2 Analisa Hasil 4.2.1 Hasil a. Anatomi Eksternal

Gambar 4.1. Anatomi Eksternal Ikan Nila (O. niloticus)


Keterangan gambar 4.1 : 1.Cavum oris (mulut) 2.Fovea nasalis (hidung) 3.Organon visus (mata) 4.Operculum (tutup insang) 5.Squama (sisik) 6.Pinna dorsalis (sirip punggung) 7. Linea lateralis (gurat sisi) 8. Pinna caudalis (sirip ekor) 9. Pina analis (sirip dubur) 10.Anus 11.Pinna abdominalis (sirip perut) 12.Pinna pectoralis (sirip dada)

Gambar 4.2. Anatomi Eksternal Ikan Nila (O. niloticus) (Isnan, 2010) b. Anatomi Internal

Gambar 4.3. Anatomi Internal Ikan Nila (O. niloticus)


Keterangan gambar 4.3 : 1. Branchia (insang) 2. Air bledder 3. Mesonephros (ginjal) 4. Intestinum (usus) 5. Ventriculus (lambung) 6. Hepar (hati) 7. Spleen (limpa) 8. Vesica fellea (katung empedu) 9. Cor (jantung)

Gambar 4.4. Anatomi Internal Ikan Nila (O. niloticus) (Moyle, 2004) 4.2.2 Pembahasan a. Anatomi Eksternal Anatomi eksternal ikan nila terbagi menjadi tiga bagian yaitu caput (kepala), truncus (badan) dan cauda (ekor). Hal ini sesuai dengan pendapat Moyle (2004) bahwa anatomi eksternal anatomi eksternal ikan sebagian besar berbentuk gelendong pipih dan penampang potongannya berbentuk oval. Anatomi eksternal ikan terdiri atas kepala, badan dan ekor. Pada caput terdapat organon visus (mata) yang terletak pada masing-masing sisi lateral tubuh ikan. Berbentuk pipih, bulat, dan tidak memiliki kelopak mata. Mata ikan terdiri atas 3 bagian, yaitu pupil, cornea, dan sclera. Hal itu sesuai dengan pendapat Moyle (2004) yang menyebutkan bahwa mata dari ikan bertulang sejati sempurna bervariasi pada ukurannya, sangat besar pada ikan karnivora pelagic dan kecil pada ikan yang tinggal di dasar. Bola mata biasanya memipih pada bagian muka sehingga sudut optiknya lebih kecil daripada diameter yang melewati ekuator. Tidak memiliki kelopak mata dan kelenjar-kelenjar yang membuatnya tetap lembab. Posisi lateral membuat mata ikan terjaga dari tekanan air yang timbul karena pergerakan ikan di dalam air.

Cavum oris (mulut) terletak pada ujung moncong dan memiliki rahang. Mulut ikan nila berbentuk moncong dan terletak pada bagian tengah agak bawah dari kepala ikan. Bagian maksila dan mandibulanya tidak bertumpuk satu sama lain sehingga cavum oris ikan ini dapat disebut bertipe terminal. Berdasarkan letaknya, tipe mulut ikan dapat dibedakan menjadi 4 tipe yaitu tipe superior, inferior, subterminal, dan terminal. Tipe superior adalah bila posisi mulut berada pada dataran dorsal dari kepala. Ikan yang bertipe mulut superior lebih sering tinggal di permukaan dan mencari makan di permukaan air. Tipe inferior adalah bila posisi mulut berada di dataran ventral. Tipe ini biasa hidup di dasar air dan memakan alga atau mangsa yang melindungi diri dengan mengubur dirinya. Tipe subterminal adalah bila posisi mulut berada di dataran ventral mendekati ujung. Tipe yang terakhir adalah tipe terminal yaitu bila posisi mulut berada tepat di ujung moncong. Ikan yang bertipe mulut terminal biasa mencari makan tidak terlalu ke permukaan dan tidak terlalu ke dasar (Helfman et al., 1997). Di sebelah dorsal moncong terdapat sepasang fovea nasalis (hidung). Menurut Castro dan Huber (2007), beberapa jenis ikan memiliki indra penciuman yang tajam dan dapat digunakan untuk mendeteksi makanan, teman atau predator, bahkan dapat digunakan untuk menemukan jalan pulang ke sarang. Indra yang tajam tersebut disebabkan oleh sel-sel sensorik unik yang terletak pada kantong olfactory pada kedua sisi kepala. Tiap kantong memiliki bukaan yang disebut dengan fovea nasalis atau nares. Pada bagian kiri dan kanan belakang caput juga terdapat aparatus opercularis (tutup insang). Aparatus opercularis terbagi menjadi beberapa bagian yaitu bagian dorsal (os operculare), bagian cranial (os praoperculare), bagian caudal (os suboperculare), dan bagian ventral (os interoperculare). Truncus terdiri dari beberapa bagian yaitu linea lateralis (gurat sisi) yang merupakan garis memanjang

di sisi lateral truncus, alat gerak berupa pinna (sirip), epidermis, squama (sisik), dan anus. Pinna ini terdiri dari pinna dorsalis, pinna abdominalis, pinna analis dan pinna pectoralis. Linea lateralis adalah garis gelap yang terdapat pada bagian truncus ikan. Garis ini bermula pada bagian atas pinna pectoralis hingga pangkal ekor. Menurut De Becker dan Haryanti (2007), linea lateralis adalah organ sensor yang tidak ditemukan pada vertebrata darat. Fungsi dari linea lateralis adalah untuk mengetahui pergerakan air dan tekanannya sehingga dapat membantu menjaga keseimbangan ikan dalam air. Menurut Helfman et al. (1997) pinna pectoralis digunakan untuk manuver berenangnya, seperti meliuk-liuk dan berenang mundur. Sirip lain yang membantu untuk manuver adalah pinna dorsalis dan pinna analis. Pinna analis yang berjumlah sepasang digunakan untuk berbelok, seimbang dan mengerem. Truncus pada ikan nila dilapisi oleh squama (sisik) yang keras dan berlapis-lapis. Sisik ikan mas bertipe ctenoid. Strukturnya berbentuk bulat agak lonjong berduri-duri kecil pada bagian anterior, sedangkan pada bagian posterior memecah diri menjadi tiga bagian. Menurut Moyle (2004), terdapat 4 tipe sisik yaitu placoid, ganoid, cycloid, dan ctenoid. Sisik tipe placoid berbentuk lempengan segi empat yang terletak pada bagian atas dermis. Sisik tipe ganoid berbentuk belah ketupat dengan bagian kecil yang tertanam dalam saku dermis. Sisik tipe cycloid berbentuk bulat, terdiri dari 2 bagian yaitu lapisan permukaan seperti tulang yang terbentuk dari kalsium karbonat dan kalsium phospat, dan lapisan serat yang letaknya lebih dalam terbentuk dari kolagen. Sisik tipe ctenoid berbentuk oval dengan bagian anterior bergerigi dan bagian posterior terbagi menjadi beberapa bagian. Di bawah sisik, terdapat suatu lapisan epidermis. Epidermis ikan nila berlendir dan tidak berambut. Warna epidermis tersebut putih kehitam-hitaman.

Menurut Helfman et al. (1997), cutis terdiri atas beberapa lapisan. Pada epidermis terdapat stratum germinativum yang terdiri dari sel-sel kolumnar. Lapisan ini memberikan lapisan sebagai tempat sel-sel baru untuk tumbuh. Setelah itu terdapat stratum corneum, yang terbentuk dari sel-sel squama yang mati dan terkeratinisasi. Lalu terdapat stratum compactum yang merupakan lapisan tebal dan tersusun rapat. Pada epidermis terdapat sel penghasil mucus (mucin). Mucin adalah glikoprotein yang sebagian besar terbentuk dari albumin. Bagian cauda pada ikan nila berdasarkan hasil pengamatan terdapat pinna caudalis (sirip ekor) dengan bentuk ujung ekor membagi dua bagian yang simetris atau berbentuk kipas. Tpe ini adalah tipe homocercal. Pada umumnya, terdapat 5 tipe pinna caudalis, yaitu heterocercal, semi heterocercal, diphycercal, isocercal dan homocercal. Tipe heterocercal, columna vertebralis berakhir menjorok kea rah dorsal ujung ekor yang membagi diri menjadi dua bagian tidak sama panjang. Tipe semi heterocercal, columna vertebralis tidak persis berakhir di ujung ekor, tetapi agak membelok sedikit ke arah dorsal serta ujung ekor mambagi menjadi du bagian yang simetris. Tipe diphycercal, columna vertebralis berakhir sampai ujung ekor dengan bentuk ujung ekor meruncing. Tipe isocercal, columna vertebralis berakhir tidak persis di ujung ekor dengan bentuk ujung ekor tumpul. Tipe homocercal, columna vertebralis tidak persis berakhir di ujung ekor, terdapat hypural sebagai modifikasi dari proseus hemalis. Ujung ekor membagi dua bagian yang simetris atau berbentuk kipas. Pinna caudalis berfungsi sebagai pendorong utama untuk gerak linear ke arah depan (Moyle, 2004). b. Anatomi Internal Hasil pengamatan menunjukkan bahwa anatomi internal pada ikan nila terdiri dari beberapa organ penting. Organ ini meliputi branchia (insang) yang

merupakan organ pernapasan, cor (jantung) yang merupakan organ dari sistem kardiovaskuler, intestinum (usus), ventriculus (lambung), hepar (hati), spleen (limpa), serta vesica fellea (kantung empedu) yang merupakan organ dari sistem pencernaan, gonad (kelejar kelamin), swim bladder dan mesonephros (ginjal) yang merupakan organ dari sistem urogenital. Branchia (insang) merupakan organ pernapasan, berbentuk melengkung, berigi pada bagian dalam lengkungan, seperti kipas pada bagian luar lengkungan dan berwarna merah darah. Cor terdapat di bawah insang dan berbentuk sedikit kuncup segitiga berwarna merah. Ventriculus (lambung) dan intestinum (usus) ikan yang diamati berbentuk tabung yang sangat panjang hingga lubang anus dan berkelok-kelok, berwarna kuning kecoklatan dan sebagian berwarna gelap. Hepar (hati) terlihat di sebelah posterior dari cor, berwarna merah kecoklatan. Vesica fellea (kantung empedu) terletak pada bagian proksimal dari hepar Vesica fellea yang teramati berbentuk bulat berwarna hijau sangat tua bahkan nyaris terlihat hitam. Spleen (limpa) dari ikan yang teramati berbentuk oval berwarna gelap dan terletak dekat dengan hepar dan vesica fellea. Mesonephros (ginjal) terletak pada bagian superior dari ventriculus. Berbentuk saluran memanjang hingga menuju anus serta merah kecoklatan. Swim bladder berbentuk kantong oval memanjang yang terletak pada bagian superior dari mesonephros. c. Pengamatan Systema 1. Systema Respiratorium Alat pernapasan pada ikan adalah insang dan beberapa alat pernafasan tambahan. Ikan mempunyai tutup insang yang disebut operculum yang berfungsi untuk melindungi insang. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Castro dan Huber, 2007), yang menyatakan bahwa alat pernapasan pada ikan terdiri dari insang dan beberapa alat pernapasan tambahan. Menurut Fernandes (2007), insang berbentuk

lengkungan yang ditopang oleh struktur bertulang yang disebut arcus branchialis dan memiliki rigi-rigi yang disebut radii branchialis. Radii branchialis berfungsi sebagai pencegah partikel makanan masuk ke dalam dan melukai insang. Tiap lengkungan insang terdapat lembaran insang yang disebut hemibranchia, bila sepasang disebut holobranchialis. Hemibranchialis mengandung pembuluh darah kapiler yang sangat banyak, sehingga berwarna merah, berbentuk seperti kipas bersisir dan terdiri dari jaringan yang lunak. Dalam setiap lembaran hemibranchialis terdapat lempengan-lempengan yang disebut dengan lamellae yang mengandung kapiler darah. Lamellae memperbesar luas permukaan pertukaran gas. Jumlah dari lamellae lebih banyak pada ikan yang aktif berenang, karena memerlukan oksigen yang lebih banyak. Proses pernapasan pada ikan dapat di bagi menjadi 4 tahap yakni pertukaran udara melalui permukaan alat pernafasan, difusi oksigen dan karbondioksida antara insang dan darah, transport oksigen dan karbindioksida di dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel dan pengaturan pernafasan. Proses ini dapat berlangsung karena adanya perbedaan tekanan parsial gas (Fernandes, 2007). 2. Systema Cardiovasculare Organ vaskular yang utama pada ikan nila adalah cor (jantung). Jantung memiliki dua ruang yaitu satu atrium dan satu ventrikel yang terletak di dekat insang. Ikan memiliki 2 macam pembuluh darah yaitu arteri dan vena. Semua ikan memiliki cor (jantung) yang memiliki 2 ruang (serambi dan bilik) dan terletak di bawah insang (Castro dan Huber, 2007). Jantung dari ikan berbentuk satu tabung dengan ruang-ruang yang berkesinambungan. Bagiannya adalah sinus venosus, atrium ventricle dan conus arteriosus atau bulbus arteriosus. Sinus venosus berbentuk kantong yang berdinding tipis dengan sedikit jaringan otot. Bagian ini merupakan penerima darah dari vena hepatica dan

vena cardinal. Bagian selanjutnya adalah atrium, berdinding tipis dan dapat menggelembung. Ventricle berdinding tebal, merupakan alat pemompa utama jantung. Conus arteriosus juga berdinding tebal seperti ventricle, tetapi diameternya lebih kecil. Menurut Castro dan Huber (2007), peredaran darah pada ikan mas dimulai dari jantung, menuju insang untuk melalukan pertukaran gas. Selanjutnya darah dialirkan menuju ke dorsal aorta dan ke segenap organ-organ tubuh (kepala, otot badan, ginjal, dan semua organ pencernaan melalui kapiler). 3. Systema Digestorium Sistem pencernaan dari ikan terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan pada ikan terdiri atas cavum oris (mulut), pharynk (faring), esophagus, ventriculus (lambung), intestinum (usus), rectum dan anus. Kelenjar pencernaan yang terdiri dari hepar (hati), vesica fellea (kantong empedu) dan pankreas yang berukuran mikroskopis. Menurut Moyle (2004), cavum oris ikan memiliki rahang yang begigi kerucut (conus) untuk mengunyah makanan. Di dalamnya terdapat banyak sekali lapisan lendir, tetapi tidak ada lapisan ludah. Pharynk adalah regangan dari jalur pencernaan dari bagian posterior gua mulut hingga permulaan dari esophagus. Makanan dan oksigen masuk lewat mulut ikan bersama-sama, makanan langsung menuju esophagus dan oksigen yang larut dalam air melewati belahan insang yang berada di pharynk (Fernandes, 2007). Esophagus merupakan jalur pencernaan yang tidak termodifikasi yang terletak diantara pharynk dan ventriculus disebut dengan esophagus. Ventriculus (lambung) berbentuk gelendong yang memanjang untuk beradaptasi pada tubuh ikan yang memanjang dan terletak antara esophagus dan intestinum. Fungsi dari ventriculus adalah sebagai tempat penyimpanan makanan sementara dan mengkondisikan makanan tersebut agar dapat dicerna di intestinum. Intestinum

ikan nila berbentuk tabung ramping yang panjang dan berkelok-kelok serta tanpa adanya lipatan-lipatan. Pada bagian distal, ditemukan segmen yang pendek dan lurus yang mirip dengan kolon pada vertebrata darat dan bermuara pada anus (De Becker dan Haryanti, 2007). Menurut Helfman et al. (1997), hepar (hati) ikan berukuran besar dan terletak pada bagian anterior tubuh. Hepar berfungsi sebagai tempat penyimpanan lemak dan tempat perombakan darah. Dari hasil perombakan darah didapatkan bile yang merupakan garam dan berfungsi sebagai pengatur tingkat keasaman pada lambung. Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksorkin yang mensekresikan enzim-enzim pencernaan. 4. Systema Urogenitale Sistem urogenitalia terdiri atas 2 sistem, yaitu sistem uropoetica dan sistem genitalia. Sistem uropoetica terdiri dari mesonephros (ginjal), ureter, vesica urinaria dan sinus urogenitalis. Pada sistem genitalia terdapat testis ataupun ovarium. Menurut Lytle dan John (2005), mesonephros (ginjal) berjumlah sepasang dan memanjang pada bagian kanan dan kiri line mediana. Saluran yang terhubung pada mesonephros sebagai saluran ekskresi disebut ureter. Ureter berbentuk silinder, kemudian membesar dan membentuk vesica urinaria yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan urin sementara. Muara dari ureter adalah sinus urogenitalis yang merupakan saluran gabungan dari sistem uropoetica dan genitalia. Menurut Pea-Mendoza (2005), ovarium terletak di dalam tubuh, longitudinal dan berjumlah sepasang. Terletak pada bagian ventral swim bladder. Pada ovarium, terdapat bintik-bintik. Telur-telur memasuki corong dari oviduct atau saluran Mullerian yang terbentuk pada terusan posterior dari lapisan ovarium. Bagian anterior dari oviduct terspesialisasi membentuk nidamental yang merupakan tempat fertilisasi terjadi.

Testis ikan berada di dalam tubuh, berbentuk longitudinal dan biasanya berjumlah sepasang. Testis terletak memanjang di dekat swim bladder. Warna dari testis ikan adalah putih kompak. Sperma keluar dari testis melewati vasa efferentia yang merupakan hasil modifikasi dari tubulus ginjal. Setelah itu melewati kelenjar Leydig dan saluran sperma yang berakhir pada seminal vesicle. Seminal vesicle berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara. Ovum dikeluarkan dari ovarium melalui oviduct dan dikeluarkan melalui anus. Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dari testis yang disalurkan melalui saluran urogenital dan keluar melalui anus, sehingga terjadi fertilisasi di dalam air (fertilisasi eksternal). Peristiwa ini terus berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi melekat pada tumbuhan air atau pada celah-celah batu. Telur-telur yang telah dibuahi tampak seperti bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 24 40 jam (Pea-Mendoza, 2005). BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa anatomi eksternal dari ikan mas terdiri atas caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor). Bagian caput ikan terdapat organon visus (mata), cavum oris (mulut), fovea nasalis (hidung), serta operculum (tutup insang). Bagian truncus terdapat linea lateralis (gurat sisi), squama (sisik) bertipe ctenoid, pinna dorsalis (sirip punggung), pinna pectoralis (sirip dada), pinna abdominalis (sirip perut), pinna analis (sirip dubur), dan anus. Bagian cauda terdapat pinna caudalis (sirip ekor) yang bertipe homocercal. Anatomi internal ikan nila terdiri atas organ-organ penting yaitu branchia (insang), cor (jantung), mesoneprhos (ginjal), hepar (hati), ventrikulus (lambung), intestinum (usus), swim bladder, spleen (limpa), dan gonad (kelenjar kelamin). Organ-organ tersebut terbagi dalam beberapa sistem, seperti sistem

pencernaan, peredaran darah, urogenital dan respirasi. Selain itu, terdapat organ khusus yang disebut swim bladder yang berfungsi sebagai organ hidrostatik. Membedakan antara jantan dan betina pada ikan dapat dilihat dari gonadnya, bila jantan berwarna putih kompak dan bila betina berbintik-bintik. 5.2 Saran Disarankan untuk praktikum selanjutnya agar praktikan lebih teliti dalam melakukan pengamatan dan lebih berhatihati dalam memberikan perlakuan agar organ yang hendak diamati tidak rusak.

DAFTAR PUSTAKA Castro, Peter dan Michael E. Huber. 2007. Marine Biology. McGraw-Hill Companies. New York De Becker, G., dan Hariyanti, R. 2007. Atlas Binatang: Pisces, Reptilia, Amfibi. Tiga Serangkai. Jakarta Fernandes dan Marisa. 2007. Fish Respiration and Evironment. Science Publishers. New Hampshire. FKUI. 2010. Informasi Umum Ilmu Anatomi. http://www.fk.ui.ac.id/?page=content.view&alias=departemen anatomi. Diakses tanggal 12 Maret 2011 Helfman, G. S. et al. 1997. The Diversity of Fishes. Blackwell Science. Massachusetts. Jasin, M. 1989. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinar Wijaya. Surabaya Kordi. K. G. H. 2007. Budidaya Ikan Nila di Kolam Terpal. Penerbit Andi. Jakarta. Lytle,C., John R. M. 2005. General Biology. Mc. Graw Hill Higher Education. New York Moyle, P.B. 2004. Fishes an Introduction to Ichthyology. Pearson Prentice Hall. USA Pea-Mendoza, B., J.L. Gmez-Mrquez, I.H. Salgado-Ugarte & D. Ramrez-Noguera. 2005. Reproductive biology of Oreochromis niloticus (Perciformes: Cichlidae) at Emiliano Zapata dam, Morelos, Mexico. Jurnal Trop.Biol. vol 53 (3-4): 515-522 Pough, F., Harvey, C. M., Jans, J. B., Heiser. 2005, Vertebrate Life Seventh edition. Pearson Education Inc. USA

You might also like