You are on page 1of 3

Logam aluminium tahan terhadap korosi udara, karena reaksi antara logam aluminium dengan oksigen begitu terpapar

di udara menghasilkan oksidanya, Al2O3, yang membentuk lapisan nonpori dan membungkus permukaan logam hingga tidak terjadi reaksi lanjut.

4 Al(s) + 3O2(l) 2Al2O3(s)


(reaksi ini tidak akan berlanjut ketika Al telah terlapisi rata AL 2O3)

Lapisan dengan ketebalan 10-4-10-6 mm sudah cukup mencegah terjadinya kontak lanjut permukaan logam dengan oksigen. Hal ini dapat terjadi karena ion oksigen mempunyai jari-jari ionik (142 pm) tidak jauh berbeda dari jari-jari metalik atom aluminium (143 pm). Akibatnya, kemasan permukaan hampir tidak berubah, karena jarijari ion aluminium (68 pm) tepat menempati rongga-rongga struktur permukaan oksida. Lapisan aluminium ini berisi oksida yang cukup kedap udara dan tidak dapat tertembus dan ini menghambat terjadinya pengkaratan. Aluminium juga dapat direaksi dengan air, menghasilkan hidrogen dan juga menghasilkan aluminium oksida yang bersifat ulet dan menempel pada logam yang dapat melindungi masuknya air serta oksigen.

2 Al

(s)

+ 3 H2O Al2O3 (s) + 3 H2 (g)

(reaksi ini tidak akan berlanjut ketika Al telah terlapisi rata AL 2O3)

Oksida ini khusus dibuat untuk melapis tipis aluminium di anoda dalam sel elektrolitik (Aluminium Anodis). Menjelaskan sifat-sifat aluminium oksida dapat menimbulkan kebingungan karena dapat berada pada beberapa bentuk yang berbeda. Salah satu bentuknya sangat tidak reaktif. Ini diketahui secara kimia sebagai alfa-Al2O3 dan dihasilkan pada temperatur tinggi. Aluminium oksida merupakan senyawa amfoter. Artinya dapat bereaksi baik sebagai basa maupun asam. Aluminium oksida mengandung ion oksida, sehingga dapat bereaksi dengan asam . Dalam hal ini (dan sama dalam reaksi dengan asam yang lain), aluminium oksida menunjukkan sisi basa dari sifat amfoternya. Agar aluminium lebih tahan terhadap karat perlu dilakukan finishing lebih lanjut dengan melakukan anodisasi/anodixing. Lapisan oksida aluminium terbentuk secara alami amat tipis ini membuat daya tahan meningkat, lapisan ini dapat dipertebal dengan proses anodisasi. Dengan cara menempatkan aluminium ke dalam larutan elektrolite (larutan yang mudah meneruskan arus listrik) yang kemudian dialiri arus listrik. Lapisan aluminium oksida yang terbentuk lunak dan berpori-pori, karena itu perlu proses sealing (penutupan pori-pori) dan membentuk lapisan aluminium oksida yang keras, terjadi proses kristalisasi dan hasil ini disebut sebagai anodixed aluminium. Semua komponen bagian yang telah dianodisasi menjadi tahan terhadap pengaratan. Lapisan ini merupakan tahan yang sangat tinggi. Titik cair aluminium 660 C dan titik didihnya 1800 C.

Komponen utama dari abu terbang batubara adalah silika (SiO2), alumina, (Al2O3), dan besi oksida (Fe2O3), sisanya adalah karbon, kalsium, magnesium, dan belerang. Rumus empiris abu terbang batubara ialah: Si1.0Al0.45Ca0.51Na0.047Fe0.039Mg0.020K0.013Ti0.011 Tabel Komposisi kimia abu terbang batubara Komponen SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO SO3 Na2O K2O LOI Bituminous 20-60% 5-35% 10-40% 1-12% 0-5% 0-4% 0-4% 0-3% 0-15% Sub-bituminous 40-60% 20-30% 4-10% 5-30% 1-6% 0-2% 0-2% 0-4% 0-3% Lignite 15-45% 10-25% 4-15% 15-40% 3-10% 0-10% 0-6% 0-4% 0-5%

Sifat kimia dari abu terbang batubara dipengaruhi oleh jenis batubara yang dibakar dan teknik penyimpanan serta penanganannya.Abu terbang batu bara mengandung SO3. Sifat fisika sulfur trioksida (SO3): Berat molekul 80,06 g/gmol Titik leleh 3,57C Titik didih 16,86C Densitas standar 44,8 kg/m3 Panas penguapan pada titik didih 528 J/g Unsur belerang terdapat pada batubara dengan kadar bervariasi dari rendah (jauh di bawah 1%) sampai lebih dari 4%. Unsur ini terdapat dalam batubara dalam 3 bentuk yakni belerang organik, pirit dan sulfat. Dari ketiga bentuk belerang tersebut, belerang organik dan belerang pirit merupakan sumber utama emisi oksida belerang. Dalam pembakaran batubara, semua belerang organik dan sebagian belerang pirit menjadi SO2. Oksida belerang ini selanjutnya dapat teroksidasi menjadi SO3. Sedangkan belerang sulfat disamping stabil dan sulit menjadi oksida belerang, kadar relatifnya sangat rendah dibanding belerang bentuk lainnya. Oksida-oksida belerang yang terbawa gas buang dapat bereaksi dengan lelehan abu yang menempel dinding tungku maupun pipa boiler sehingga menyebabkan korosi. Sebagian SO2 yang diemisikan ke udara dapat teroksidasi menjadi SO3.

S(s)+O2(g) SO2(aq) 2SO2(g)+O2(g) 2SO3(g)

. SO3 dan air akan segera bereaksi cepat membentuk droplet asam sulfat (H2SO4) proses-proses fotolitik dan katalitik. Reaksi SO3 dengan air dengan air yang bersifat eksotermik. Reaksi ini akan membentuk aerosol korosif yang akan sulit dipisahkan.

SO3(g) + H2O (l) H2SO4(aq)


Asam sulfat merupakan asam kuat, dan secara umum larutannya mempunyai pH sekitar 0. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi dengan senyawa logam seperti alumunium yang bersifat amfoter dalam kondisi basa dan menyebabkan pengkaratan (korosi). Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam dengan reaksi penggantian tunggal, menghasilkan gas hidrogen dan logam sulfat. Reaksi yang terjadi antara alumunium oksida dengan asam sulfat adalah :

Al2O3 + 3 H2SO4 Al2(SO4)3 + 3 H2O


Kesimpulanya : debu batubara yang menempel pada logam mengandung SO3 yang mempunyai titik leleh rendah , jika terjadi pemaparan terus menerus dapat bereaksi dengan air atau udara lembab membentuk asam sulfat yang korosif pada logam atau lapisan aluminium oksida yang dapat bersifat basa.

You might also like