You are on page 1of 3

Analisis Metode gravimetri termasuk ke dalam metode analisis kimia kuantitatif klasik.

Dalam metode ini, analat direaksikan dan hasil reaksi ditimbang untuk menentukan zat/komponen yang dicari. Misalnya penentuan Ag dalam suatu batuan, bahan atau sampel direaksikan sehingga terbentuk endapan garam perak dan endapan ini setelah dimurnikan lalu ditimbang. Namun, tidak semua cara gravimetri didasarkan pada pembentukan endapan, contohnya didasarkan pada penghilangan suatu komponen dengan menjadikannya berbentuk gas.atau penentuan kadar air, dengan cara bahan yang dianalisis kadar airnya dipanaskan atau divakumkan. Berat air dianggap sama dengan selisih berat sebelum dan dan sesudah pengeringan. Terdapat dua cara untuk menentukan kadar air dengan gravimetri, yaitu: a. Cara langsung: penentuan kadar air dengan melewatkan uap air yang dihasilkan oleh sampel ke dalam tabung yang berisi bahan higroskopis yang tidak menyerap gas-gas lain kecuali uap air. Selisih berat tabung dengan isi sebelum dan sesudah uap diserap menunjukkan jumlah air (kadar air). b. Cara tidak langsung: penentuan kadar air dalam suatu bahan. Dalam hal ini bahan yang bersangkutan dipanaskan pada suhu tertentu (sekitar 100-1100C) dalam jangka waktu yang telah ditentukan sehingga air menguap. Berat air diperoleh sebagai selisih berat bahan sebelum dan sesudah pemanasan.(Harjadi, 1986) Untuk menghitung kadar air dengan metode gravimetri digunakan persamaan sebagai berikut:

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis kadar air dengan metode gravimetri diantaranya adalah: a. Apabila sampel berupa padatan maka sebelum pengeringan sebaiknya padatan dihaluskan hingga sehalus mungkin. b. Sampel disebar merata dalam botol timbang sehingga tingginya sama. c. Bila botol timbang tertutup maka selama pemanasan, maka selama pemanasan botol dibuka, tetapi setelah selesai pemanasan botol timbang harus ditutup sampai selesai proses penimbangan. klik di sini untuk download modul praktikum Gravimetri

Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis cuplikan material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Secara tradisional, kimia analitik dibagi menjadi dua jenis, kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur atau senyawa kimia, baik organik maupun inorganik, sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu cuplikan. Kimia analitik modern dikategorisasikan melalui dua pendekatan, target dan metode. Berdasarkan targetnya, kimia analitik dapat dibagi menjadi kimia bioanalitik, analisis material, analisis kimia, analisis lingkungan, dan forensik. Berdasarkan metodenya, kimia analitik dapat dibagi menjadi spektroskopi, spektrometri massa, kromatografi dan elektroforesis, kristalografi, mikroskopi, dan elektrokimia. Meskipun kimia analitik modern didominasi oleh instrumen-instrumen canggih, akar dari kimia analitik dan beberapa prinsip yang digunakan dalam kimia analitik modern berasal dari teknik analisis tradisional yang masih dipakai hingga sekarang. Contohnya adalah titrasi dan gravimetri.

METODE ANALISIS KUANTITATIF KIMIA ANALITIK:


14 Oct Metode gravimetri merupakan metode analisis kuantitatif yang digunakan untuk menentukan massa suatu unsur dengan pemurnian dari zat pengotor. Prinsip utama dalam metode ini, zat yang dianalisis merupakan senyawa murni yang ditentukan kadar (massa) dalam campuran. Dalam menentukan massa senyawa murni, penimbangan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Kita akan lebih sering menggunakan penimbangan secara tidak langsung dimana senyawa yang akan ditentukan kadarnya berada dalam campuran. Metoda gravimetri dibedakan menjadi tiga jenis; 1. Gravimetri Pengendapan Dalam larutan ditambahkan senyawa lain sehingga terbentuk senyawa yang sukar larut atau terjadi endapan. Senyawa yang ditambahkan harus senyawa yang akan bereaksi dengan senyawa yang akan ditentukan kadarnya dalam campuran. Contoh: Penentuan kadar Ba2+ dalam suatu larutan, ditambahkan asam H2CO3 sehingga terjadi reaksi Ba2+(aq) + CO32-(aq) BaCO3(s) 2. Elektrogravimetri Pengendapan analit dengan bantuan arus listrik. Contoh: Pemurnian logam Cu pada sel elektrokimia CuSO4 yang terlarut dalam air kemudian dielektrolisis dengan elektroda Pt (anoda) dan Cu (katoda). Ion Cu2+ yang terdapat dalam larutan akan membentuk endapan di katoda. Selisih massa katoda sebelum dan sesuadah elektrolisis merupakan massa katoda yang terdapat dalam larutan. 3. Gravimetri Penguapan Prinsipnya dengan memanfaatkan penguapan analit maupun senyawa lain. Contoh: Menentukan kadar air dalam cengkeh. Cengkeh dipanaskan pada suhu 105C selama 2 jam sehingga air yang ada di dalam cengkeh meguap seluruhnya. Selisih massa cengkeh sebelum dan sesudah pemanasan merupakan massa

air. 4. Gravimetri Partikulat Pada gravimetri partikulat dikenal istilah TSS (Total Suspension Solid) , yaitu kadar partikulat tersuspensi dan TDS (Total Dissolved Solid), yaitu kadar partikulat terlarut. Partikel tersuspensi memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan partikel terlarut. Contoh suspensi yaitu air sungai, sedangkan lar utan yaitu air gambut. Dalam praktiknya, TSS dan TDS ditentukan oleh ukuran pori kertas saring yang digunakan. Larutan dilewatkan ke kertas saring, sehingga partikel yang tidak dapat lolos akan terhalang dan menempel di kertas saring. Kertas+hasil saringan kemudian dikeringkan, dapat juga dipijarkan. Bila dikeringakan, selisih massa setelah dikeringkan dengan massa kertas saring merupakan massa analit. Tahap-tahap analisis gravimetri 1. Mengendapkan analit 2. Menyaring analit, dengan kertas saring biasa (dekantasi) atau dengan saring khusus terbuat dari keramik yang dapat menyerap air (krusibel). Contoh: Penentuan kadar Ba2+ dalam batuan Batuan terlebih dahulu digerus kemudian dilarutkan dalam asam karbonat atau H2CO3. Dalam larutan akan terbentuk endapan BaCO3. Ion K+ dan Na+ yang ada akan terjebak di dalam kristal. Larutan kemudian disaring dengan kertas saring biasa. Air terlebih dahulu dialirkan agar tidak tersumbat endapan. Kemudian dengan bantuan air, endapan yang ada harus benar-benar tersaring. Air juga harus dialirkan berulang-ulang agar ion K+ dan Na+ bebas dari endapan. Untuk mengetahui bahwa endapan bebas dari pengotor, dapat diuji dengan larutan penguji yang sesuai. Bila terbukti endapan telah bebas dari pengotor, endapan beserta kertas saring dikeringkan kemudian dipijarkan dengan krusibel. Pemijaran dilakukan pada suhu yang dinaikkan secara perlahan-lahan hingga 700C. Tujuannya agar pembakaran yang terjadi adalah pembakaran sempurna. Telah kita ketahui bahwa kertas saring terbuat dari selulosa. Bila dibakar sempurna akan menghasilkan gas CO2 dan uap air. Sedangkan bila yang terjadi adalah pembakaran tidak sempurna, terbentuk jelaga (arang), gas CO dan uap air. BaCO3 berupa zat padat berwarna putih. Krusibel beserta BaCO3 kemudian didinginkan dalam desikator. Bila suhunya telah turun, dapat ditimbang. Pemijaran dan penimbangan dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh galat 0.005 gram.
Source: http://blacknuranium.wordpress.com/2009/10/14/metode-analisis-kuantitatif-kimia-analitik/

You might also like