You are on page 1of 3

Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi

penyakit autoimun dan mencegah hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan sebagai antikanker. Immunosupresan merupakan zat-zat yang justru menekan aktivitas sistem imun dengan jalan interaksi di berbagai titik dari sistem tersebut. Titik kerjanya dalam proses-imun dapat berupa penghambatan transkripsi dari cytokin, sehingga mata rantai penting dalam respon-imun diperlemah. Khususnya IL-2 adalah esensial bagi perbanyakan dan diferensial limfosit, yang dapat dihambat pula oleh efek sitostatis langsung. Lagi pula T-cells bisa diinaktifkan atau dimusnahkan dengan pembentukan antibodies terhadap limfosit.

Nama Produk: KomposisiTiap tablet mengandung Deksametason 0,5 mg. Cara KerjaDeksametason adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan dan anti-inflamasi. Sebagai imunosupresan Deksametason bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsang. Aktivitas anti-inflamasi Deksametason dengan jalan menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi. Indikasi Deksametason digunakan sebagai imunosupresan/antialergi, anti-inflamasi pada keadaan-keadaan yang memerlukan terapi dengan glukokortikoid : Reaksi alergi, seperti asma bronkial, dermatitis atopik, alergi obat, rinitis alergi. Gangguan kolagen, seperti reumatik, karditis akut, lupus eritematosus sistemik. Reumatik, seperti rematoid arthritis, ankilosing spondilitis, arthritis gout akut. Gangguan dermatologik, seperti eksim, neurodermatitis, pemfigus. Alergi dan inflamasi akut dan kronik pada mata, seperti konjungtivitis, keratitis, neuritis optik. Gangguan pernafasan, seperti gejala-gejala sarkoidosis, pneumonitis. Gangguan hematologik, seperti trombositopenia, eritoblastopenia. Gangguan neoplastik, seperti leukemia, limfoma. Gangguan gastrointestinal, seperti kolitis, enteritis. Edema serebral.Dosis Dosis dewasa : Dosis awal bervariasi : 0,75 9 mg sehari tergantung pada berat ringannya penyakit. Pada penyakit yang ringan : dosis dibawah 0,75 mg sehari. Pada penyakit yang berat : dosis diatas 9 mg sehari. Dosis anak-anak : = 1 tahun : 0,1 0,25 mg 1 5 tahun : 0,25 1 mg 6 12 tahun : 0,25 2 mg Efek Samping Efek samping terapi jangka pendek hampir tidak ada. Penggunaan Deksametason jangka panjang dapat mengakibatkan kelemahan otot, mudah terkena infeksi, gangguan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit, kelainan mata, gangguan sistem endokrin, gangguan saluran pencernaan, sakit kepala atau atropi kulit. Kontraindikasi Penderita yang hipersensitif terhadap Deksametason dan penderita infeksi jamur sistemik. Interaksi Obat Obat penginduksi enzim mikrosomal hati, seperti rifampisin, fenitoin, fenobarbital,

meningkatkan metabolisme Deksametason. Obat anti-inflamasi nonsteroid, seperti indometasin dapat meningkatkan resiko tukak gastrointestinal, dan dengan salisilat dapat menurunkan konsentrasi salisilat dalam serum. Antidiabetik, seperti tiasida, furosemida dan amfoterisina B akan meningkatkan pengurangan kalium. Efek vaksin dan toksoid diminimalkan karena efek Deksametason menghambat respon antibodi. PerhatianHati-hati penggunaan pada penderita diabetes melitus, tuberculosis, osteoporosis, kelainan mental, kardiomiopati, hipertensi, insufisiensi ginjal, wanita hamil, ibu menyusui dan anak-anak. Penghentian terapi harus secara bertahap. Sebelum dan selama terapi jangka panjang harus dilakukan kontrol terhadap ECG, tekanan darah, radiogram dada dan tulang punggung, kadar gula darah, hematopoieitic, keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit.

Immunosuppressive | Print |
Immunosuppression atau imunosupresi dapat dimaknai sebagai suatu perubahan reaksi kekebalan dalam keadaan negatif sehingga respon tubuh ternak terhadap masuknya benda asing menjadi berkurang atau bisa menjadi pemicu serangan berbagai penyakit ke dalam tubuh ternak. Ketika imunosupresi menyerang ayam maka akan menyebabkan 2 kerugian sekaligus, yaitu kerugian karena faktor/agen immunosuppressive yang disebut immunosuppressant dan agen penyakit lainnya yang menjadi lebih mudah masuk ke dalam tubuh ayam. Kondisi ayam ini dapat diibaratkan, ayam sudah jatuh masih harus menanggung rasa sakit karena tertimpa tangga. Meskipun demikian, perhatian peternak terhadap penyakit imunosupresi tidaklah sebesar pada penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi. Oleh karena itu, dengan artikel ini semoga kita semakin paham dan mengerti tentang imunosupresi.

Mekanisme Imunosupresi Terjadinya imunosupresi akan ditunjukkan dengan adanya hambatan atau gangguan pada satu atau lebih komponen sistem kekebalan tubuh. Mekanisme terjadinya imunosupresi biasanya terjadi melalui 3 mekanisme yaitu : Secara langsung mengganggu fungsi sistem kekebalan atau merusak organ dan kelenjar limfoid primer (bursa Fabricius dan thymus) sekaligus organ/kelenjar limfoid sekunder (limfa, proventrikulus, seka tonsil dll). Mekanisme ini biasanya disebabkan serangan Gumboro, Mareks, reovirus, limfoid leukosis dan aspergilosis Merusak atau mengganggu fungsi dan sistem pertahanan yang bersifat sekunder (limfa, proventrikulus, seka tonsil, sel harderian) karena serangan penyakit swolen head syndrome, kolera, ILT dan snot (korisa) Menguras zat kebal (antibodi) tubuh yang telah terbentuk dari hasil vaksinasi, yang disebabkan serangan koksidiosis

Bursa Fabricius (salah satu organ limfoid primer) yang mengecil (atropi) akibat terinfeksi virus Gumboro merupakan salah satu gejala spesifik adanya kasus imunosupresi Secara umum adanya imunosupresi ditunjukkan dari adanya : Gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti adanya kegagalan vaksinasi (meskipun vaksin yang digunakan berkualitas dan tata laksana vaksinasi telah dilakukan dengan tepat), reaksi post vaksinasi meningkat (contoh ayam nampak bersin-bersin dan muncul gejala gangguan lainnya setelah vaksinasi ND), turun atau hilangnya keampuhan pengobatan bahkan meningkatnya kasus penyakit yang tidak umum, seperti gangrenous dermatitis, aplastic anemia atau inclusion body hepatitis Meningkatnya penyakit yang menyerang saluran/sistem pernapasan yang diikuti infeksi sekunder oleh bakteri

You might also like