You are on page 1of 43

BAB I PENDAHULUAN

Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan teknik pembedahan. Teknik sederhana dilakukan dengan melepaskan gigi dari perlekatan jaringan lunak menggunakan elevator kemudian menggoyangkan dan mengeluarkan gigi di dalam soket dari tulang alveolar menggunakan tang ekstraksi. Sedangkan teknik pembedahan dilakukan dengan pembuatan flep, pembuangan tulang disekeliling gigi, menggoyangkan dan mengeluarkan gigi di dalam soket dari tulang alveolar kemudian mengembalikan flep ke tempat semula dengan penjahitan. Teknik sederhana digunakan untuk ekstraksi gigi erupsi yang merupakan indikasi, misalnya gigi berjejal. Ekstraksi gigi dengan teknik pembedahan dilakukan apabila gigi tidak bisa diekstraksi dengan menggunakan teknik sederhana, misalnya gigi ankilosis.

BAB II EKSTRAKSI GIGI

2.1 Indikasi Pencabutan Gigi Menurut Starshak (1980) dan Kruger (1984), indikasi dilakukannya pencabutan gigi adalah sebagai berikut: 1. Gigi dengan patologis pulpa, baik akut maupun kronik, yang tidak mungkin dilakukan terapi endodontik. 2. Gigi dengan karies yang besar, baik dengan atau tanpa penyakit periodontal atau pulpa, harus dicabut ketika restorasinya akan menyebabkan kesulitan keuangan bagi pasien dan keluarganya, serta apabila gigi tersebut sudah tidak dapat dirawat secara konservasi/endodontik. 3. Gigi yang sudah goyang/mobility. 4. Penyakit periodontal yang terlalu parah untuk dilakukan perawatan merupakan indikasi ekstraksi. Pertimbangan ini juga meliputi keinginan pasien untuk kooperatif dalam renccana perawatan total dan untuk meningkatkan oral hygiene sehingga menghasilkan perawatan yang bermanfaat. 5. Gigi supernumerary. 6. Gigi yang impaksi. 7. Gigi yang mengalami trauma harus dicabut untuk mencegah kehilangan tulang yang lebih besar lagi. 8. Beberapa gigi yang terdapat pada garis fraktur rahang harus dicabut untuk meminimalisasi kemungkinan infeksi, penyembuhan yang tertunda atau tidak menyatunya rahang.

9. Untuk keperluan protesa, tipe dan desain protesa gigi dapat membutuhkan satu atau beberapa gigi yang sehat sehingga dapat dihasilkan protesa yang diharapkan. 10. Gigi yang merupakan kausa infeksi dari jaringan sekitar. 11. Gigi yang dianggap sebagai fokal infeksi. 12. Untuk keperluan orthodontik. 13. Gigi yang tidak dapat dirawat lagi dengan perawatan orthodontik. 14. Gigi dengan fraktur akar. 2.2 Kontraindikasi Ada beberapa kontraindikasi untuk dilakukannya tindakan pencabutan gigi. Menurut laksin (1985) kontraindikasi penabutan gigi adalah sebagai berikut: 1. Infeksi mulut akut seperti necrotizing ulcerative gingivitis atau herpetic gingivostomatitis 2. Gigi pada area yang pernah mengalami radiasi juga tidak boleh dilakukan pencabutan karena dapat mengakibatkan terjadinya osteonecrosis 3. Pasien yang memiliki riwayat penyakit sistemik tidak terkontrol seperti penyakit diabetes mellitus da blood dyscrasias Menurut Starshak (1980) kontraindikasi ekstraksi gigi dibagi menjadi dua yaitu kontraindikasi lokal dan kontraindikasi sistemik. Kontra indikasi lokal ialah sebagai berikut: 1. Infeksi dental akut harus dievaluasi tergantung kondisi pasien. Pasien dalam kondisi toksik dengan demam tinggi berbeda perawatannya dengan pasien dengan kondisi sehat, walaupun keduanya mempunyai infeksi dental dengan inflamasi lokal ataupun menyebar. Objek utamanya adalah untuk mencegah penyebaran infeksi dan mengembalikan kesehatan. Contohnya, satu pasien dilakukan pemberian antibiotik, jika drainase didindiksikan untuk kasus abses

itu. Pada pasien lainnya, pencabutan gigi secara langsung dapat mengurangi sumber infeksi dan membatasi penyebaran infeksi. 2. Perawatan infeksi perikoronal akut berbeda dengan abses apikal. Pada abses apikal, drainase infeksi dapat dilakukan dengan cara pencabutan gigi, sedangkan infeksi perikoronal dapat menyebar jika gigi yang terlibat dicabut selama fase akut. Untuk alasan ini lebih sering untuk dilakukan drainase dan irigasi abses perikoronal dan meresepkan antibiotik untuk 24-72 jam sebelum ekstraksi gigi yang terlibat. Kontraindikasi sistemik adalah sebagai berikut: 1. Penyakit medis yang tidak terkontrol dapat diperhatikan sebagai

kontraindikasi ekstraksi gigi. Seperti hipertensi, coronary artey disesase, kelainan jantung, anemia parah, leukimia, dan blood dyscrasiasis seperti hemifilia membutuhkan manajeen medis yang tepak sebelum ekstraksi dapat dilakukan. 2. Pasien yang terlalu muda dan terlalu tua membutuhkan perhatian lebih. Umumnya, pasien yang terlalu muda dapat memilik masalah dalam pengunaan sedasi atau anestesi umum. Sedangkan yang terlalu tua memiliki masalah dalam nutrisi, penyembuhan dan sikap kooperatif pasien 3. Penyakit kronik seperti diabetes, nefritis dan hepatitis dapat menyulitkan pencabutan gigi, karena dapat menghaslkan infeksi jaringan, penyembuhan yang tidak sempurna dan penyakitnya yang semakin memburuk 4. Neurosis dan psychoses merupakan kontraindikasi yang cenderung

menyulitkan perawatan dental 5. Kehamilan merupakan kondisi fisiologis normal dan tidak diperhatikan sebagai kontraindikasi bagi ekstraksi kecuali terdapat beberapa komplikasi. Umumnya kehamilan trimester tengah, merupakan waktu yang tepat untuk dilakukan konsultasi obstetric yang tepat, ekstraksi dapat dilakukan pada tahap kehamilan manapun.
4

2.3 Alat-alat ekstraksi Untuk mengekstraksi gigi dari tulang alveolar, perlekatan periodontal harus dilepaskan dan soket gigi diperbesar untuk mengeluarkan gigi. Untuk mencapai hal tersebut, banyak instrumen yang telah berkembang. 1. Tang ekstraksi/Dental Forcep Klasifikasi tang : 1. Untuk gigi tetap 2. Untuk gigi sulung 3. Untuk gigi rahang atas 4. Untuk gigi rahang bawah Jenis tang : 1. Untuk sisa akar 2. Untuk gigi bermahkota Bagian dari tang 1. Paruh 2. Engsel 3. Pegangan

Tang ekstraksi rahang atas Paruh dan pegangan hampir satu garis penuh dan dilihat dari samping seperti garis lurus

Untuk gigi yang bermahkota 1. Untuk gigi Incisive : - Paruh dan tangkai 1 garis lurus - Paruh terbuka - Untuk ekstraksi gigi 3 2 1 1 2 3 2. Untuk gigi premolar : - Berbentuk S - Untuk mencabut gigi 4 5 3. Untuk gigi molar : Universal : Untuk gigi molar kiri-kanan Kedua paruh tajam Spesifik : Untuk gigi molar kiri saja atau kanan saja

Digunakan untuk mencabut gigi 6 7 8

4. Tang khusus molar tiga : Bentuk seperti bayonet Paruh ada yang tajam dan tumpul 5. Untuk sisa akar gigi : Tang paruhnya tertutup, runcing kearah paruh

Macam-macam tang ekstraksi rahang atas Tang incisive, Tang Premolar,

Tang gigi molar

Tang Bayonet dan Tang sisa akar

Tang ekstraksi rahang bawah 1. Paruh bersudut antara 45o 90o 2. Bentuk tang bawah berbentuk seperti huruf C dan L

Ciri-ciri : 1.Paruh dan pegangan bersudut antara 45o - 900 2.Untuk gigi incisive dan premolar kedua paruhnya tumpul 3.Untuk gigi molar ada 2 tipe : Yang digunakan dari samping :

Keuntungan : menggunakan tenaga yang besar Kerugian : tidak untuk M3 bawah

Yang digunakan dari depan : Keuntungan : mudah digunakan untuk M3 bawah untuk Pasien trismus Kerugian : tidak dapat menggunakan tenaga yang besar

Macam-macam tang ekstraksi rahang bawah Tang gigi anterior rahang bawah dan Tang Premolar rahang bawah

Tang molar rahang bawah,Tang molar tiga rahang bawah dan Tang sisa akar rahang bawah

2. ELEVATOR Indikasi penggunaan : 1. Untuk ekstraksi gigi yang tak dapat dicabut dengan tang. 2. Untuk menggoyangkan gigi sebelum penggunaan 3. Untuk mengeluarkan sisa akar. 4. Untuk memecah gigi. 5. Untuk mengangkat tulang inter radikuler (Cryer) 6. Untuk memisahkan gigi dengan gingiva sebelum penggunaan dengan tang (Bein) Bahaya-bahaya penggunaan Elevator : 1. Dapat merusak gigi. 2. Dapat mengakibatkan patah tulang maksila/mandibula. dengan tang.

3. Dapat mengakibatkan pecahnya tulang alveolaris. 4. Dapat merusak jaringan mukosa. 5. Dapat mengakibatkan terbukanya sinus maksilaris.
10

6. Dapat mendorong sisa akar ke dalam sinus maksilaris. Syarat-syarat menggunakan elevator : 1. 2. 3. 4. Jangan menggunakan gigi yang berdekatan sebagai titik fulkrum. Jangan menggunakan dinding bukal sebagai titikfulkrum. Jangan menggunakan dinding lingual sebagai titik fulkrum. Harus selalu menggunakan jari tangan sebagai fiksasi untuk menjaga

kalau elevator meleset. 5. Pada waktu membuang tulang inter radikuler, jangan merusak jaringan

gigi lainnya.

Klasifikasi elevator : 1. Berdasarkan penggunaan : 1.Untuk mengeluarkan akar gigi 2.Untuk memisahkan muko periosteum 2. Berdasarkan bentuk elevator : 1.Elevator lurus (Bein) 2.Elevator angular 3.Elevator Cross Bar (Cryer) Prinsip kerja Elevator : 1. Lever principle, dengan cara mengcukil 2. Wedge principle, dengan cara mendorong

11

3. 4.

Wheel & Axle principle, dengan cara memutar Kombinasi

Bentuk Elevator Elevator Cross Bar (Cryer) dan Elevator lurus (Bein)

Alat-alat penunjang ekstraksi gigi lainnya: 1. Finger Protector : alat untuk melindungi jari dari gigitan 2. Blade (pisau)

3.

Raspatorium : untuk memisahkan mukoperiosteum

12

4. Rounger Forcep/Bone Cutting Forcep/Knabel Tang

Ada 2 tipe : 1) Yang berparuh bulat (Round nose rongeur) a. Untuk membuka dinding socket pada waktu mengambil sisa akar. b. Untuk membuka kista/anthrum Highmori c. Untuk membuang/menghaluskan tulang pada alveoektomi/ekstraksi. d. Untuk mengambil fragmen gigi 2) Yang berparuh seperti gunting (Side cutting forcep) a. Untuk membuang tulang/meratakan tulang pd alveolektomi b. Untuk membuang socket
13

c. Memperbesar lubang kearah suatu kista

5. Bone File : untuk menghaluskan tulang yang tajam

6.

Needle Holder : untuk memegang jarum

7. Jarum : Traumatik dan A traumatik

14

8. Gunting

9. Arterie Clamp : untuk menjepit pembuluh darah bila terjadi perdarahan

15

10. Mallet dan Chisel (Palu dan Pahat) Fungsinya : 1. 2. Untuk membuang tulang Untuk memecahkan gigi

Bahaya penggunaan alat : - Dapat menyebabkan patahnya tulang rahang kl tak terkontrol - Bila mengenai jaringan lunak menyebabkan laserasi - Dapat mengenai sinus maksilaris - Dapat merusak canalis mandibularis Mallet dan Chisel

Pahat/Chisel : Single bevel : untuk membuang tulang Double bevel : untuk memecahkan gigi
16

11.

Curret (kuret) Alat ini berbentuk sendok kecil yang mempunyai pinggiran tajam Macam-macam curret : 1. 2. Berbentuk single ended Berbentuk double ended

Indikasi penggunaan curret : (1) Sebagai explorer (2) Utk membuang partikel gigi yg tdpt dlm socket stlh ekstr (3) Utk eksterpasi kista/granulom (4) Utk membuang jar/sekuester tlg dlm socket

2.4 Tata Cara Pencabutan Gigi RahangAtasdanRahangBawah

17

Gigi yang erupsi bias diekstraksi dengan salah satu dari dua teknik utama, yaitu tertutup atau terbuka. Teknik tertutup dikenal sebagai teknik simpel atau forceps.Teknik terbuka dikenal sebagai teknik operasi atau flap. Teknik apapun yang dipilih, ada tiga syarat utama yang diperlukan untuk mendapatkan ekstraksi yang baik yaitu: 1. Akses dan visualisasi pada daerah yang akan diekstraksi, 2. Jalur yang tidak terhalang untuk mengekstraksi gigi, 3. Penggunaan tenaga yang terkontrol. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika ekstraksi antara lain:

1. Posisi untuk ekstraksi. a. Untuk ekstraksi gigi rahang atas : (1 dental chair diposisikan sekitar 60 derajat terhadap lantai. (2 Mulut pasien harus berada pada ketinggian yang sama dengan bahu dokter gigi. (3 Untuk ekstraksi gigi rahang atas kuadran kanan, kepala pasien mengarah ke operator, sehingga akses yang cukup dan visualisasi bisa didapatkan. (4 Untuk ekstraksi gigi anterior rahang atas, kepala pasien diposisikan lurus ke depan. (5 Untuk ekstraksi gigi rahang atas kuadran kiri, kepala pasien hanya sedikit diarahkan ke operator.

18

Gambar : posisi dental chair pada ekstraksi rahang atas. Sumber : Fragiskos (2007) Oral Surgery.

b. Untuk ekstraksi gigi rahang bawah (1 pasien diposisikan lebih tegak lurus, sehingga saat mulut dibuka occlusal plane sejajar dengan lantai. (2 (3 Posisi kursi lebih rendah daripada pada saat ekstraksi rahang atas. Pada ekstraksi gig ianterior rahang bawah dokter gigi harus berada pada posisi di depan pasien.

19

Gambar : posisi dental chair pada ekstraksi gigi rahang bawah. Sumber : Fragiskos (2007) Oral Surgery.

Gambar :Posisi dokter gigi pada saat ekstraksi. Sumber :Fragiskos (2007) Oral Surgery.

Pada gambar ini posisi dokter gigi yang dominan menggunakan tangankanan diperlihatkan.Untuk ekstraksi gigi maksila dan mandibular bagian posterior posisi dokter gigi berada di sebelah kanan depan. Sementara untuk gigi mandibular bagian anterior posisi dokter gigi berada di belakang pasien atau di kanan belakang pasien.

20

2.5 Teknik ekstraksi Teknik ekstraksi dilakukan dengan menggunakan tang ekstraksi. Teknik ekstraksi menggunakan tang ini berdasarkan beberapa panduan agar ekstraksi dapat dilaksanakan dengan kemampuan dokter gigi yang benar. Panduan pencabutan dengan tang ini termasuk cara memegang tang yang benar, kekuatan yang diberikan pada gigi, dan arah pergerakan yang diberikan pada saat ekstraksi. Tang ekstraksi dipegang dengan tangan yang dominan, dengan ibu jari secara simultan diletakkan di antara gagang dibelakang engsel, sehingga tekanan yang diberikan pada gigi dapat dikontrol. Tangan yang non dominan memiliki peran sebagai berikut : membantu gigi sekitarnya dari forceps, membantu menstabilkan posisi kepala pasien selama proses ekstraksi, memiliki peran penting pada saat ekstraksi gigi rahang mandibula karena tangan kiri menyokong dan menstabilkan posisi rahang bawah ketika ekstraksi dilakukan.

Gambar : Posisi yang benar dalam memegang tang ekstraksi RA dan RB. Sumber : Fragiskos

Letakkan paruh dari tang pada garis servikal gigi, paralel dengan long axis tanpa memegang tulang atau gingiva. Gerakan ekstraksi insial diberikan dengan perlahan. Secara spesifik dokter gigi akan memberi tekanan untuk menggerakan gigi ke arah bukal terlebih dahulu, lalu ke palatal / lingual. Pergerakan harus semakin kuat secara gradual dan tekanan bukal harus lebih kuat dari tekanan ke palatal karena tulang bukal lebih tipis dan lebih elastis dibandingkan tulang palatal.
21

Apabila secara anatomis memungkinkan (gigi hanya memiliki satu akar) dapat diberikan gerakan putar. Gerakan-gerakan ini akan mengekspansi tulang alveolar juga akan merusak serat periodontal. Gerakan final ekstraksi adalah gerakan ke arah bukal atau ke labial. 1. Teknik Pencabutan Gigi insisif a. Maksila Jarang terjadi kesulitan dalam melakukan pencabutan gigi insisif kecuali kalau giginya berjejal-jejal, konfigurasi akar rumit, atau gigi sudah dirawat endodontik. Gigi insisif atas dicabut dengan menggunakan tang #150. Pertama-tama letakkan tang pada posisinya, paruhnya harus sesuai dengan long axis dari gigi. Berikan gerakan inisial ke arah labial dengan perlahan, kemudian gerakan ke arah lingual. Setelah gerakan inisial yang lembut segera gerakan dengan kekuatan yang lebih besar. Karena akar berbentuk konikal sehingga dapat diaplikasikan gerakan rotatif (pertama ke satu arah, lalu ke arah yang satu lagi. Setelah seluruh serat periodontal sudah lepas gigi dapat dilepas dari soketnya.

22

Gambar: Proses ekstraksi gigi insisif sentral rahang atas. A. Posisi awal pencabutan B. Proses ekstraksi. (i) Gerakan ke labial (ii) Gerakan ke lingual (iii)gerakan rotatif dan ekstraksi final. Sumber : Fragiskos (2007) Oral Surgery

b.

Mandibula Gigi ini memiliki akar ramping yang rata, dan tidak terlalu tertanam didalam tulang alveolar. Gigi ini memiliki satu akar, dan biasanya sedikit membengkok diujungnya.. Insisif bawah dicabut dari posisi kanan atau kiri. Tekanan awal diberikan kearah labial dan lingual dan kemudian gerakan finalnya ke arah labial. Karena akarnya berbentuk sedikit rata, gerakan rotasi hanya boleh diberikan sedikit.

Gambar : Proses pencabutan gigi insisiv mandibula. a-c proses ekstraksi, dimulai dengan ke arah labial, lingual, kemudian dilakukan ekstraksi. Sumber : Fragiskos (2007) Oral Surgery).

2. Teknik Pencabutan Gigi kaninus a. Maksila

23

Pencabutan gigi kaninus maksila cukup sulit karena tertanam dengan kuat pada tulang alveolar, dan akarnya panjang dan sedikit melengkung. Selain itu permuakan labial dari akar gigi ditutupi oleh laipsan tipis tulang alveolar sehingga ada resiko fraktur tulang alveolar. Tang #150 dipegang dengan telapak tangan ke atas merupakan perpaduan yang sangat cocok dengan metode di atas. Tangan yang non dominan diletakkan dengna posisi sebagai berikut Ibu jari diletakkan di labial dan jari telunjuk di palatal. Tekanan pencabutan utama adalah ke labial dan palatal, karena gigi terungkit ke arah tersebut. Tekanan rotasional digunakan untuk melengkap tekanan lateral, biasanya dilakukan setelah terjadi sedikit luksasi, tetapi tidak boleh terlalu keras karena akarnya berbentuk rata dan biasanya sedikit membengkok diujungnya.

Gambar: Proses pencabutan caninus rahang atas. A. Posisi tang. B. Pergerakan ke labial. B. Pergerakan ke lingual. C. Pengeluaran gigi ke arah lingual.

b. Mandibula Pencabutan gigi kaninus bawah. Dicabut dengan tang #151, yang dipegang dengan telapak tangan ke bawah dan sling grasp. Seperti gigi kaninus atas, akarnya panjang sehingga memerlukan tekanan yang cukup kuat untuk

24

mengekspansi alveolusnya. Selama proses pencabutan ini, tekanan yang diberikan adalah tekanan lateral fasial, karena arah pengeluaran gigi adalah arah fasial. Tekanan rotasional bisa juga bermanfaat.

3. Teknik Pencabutan Gigi premolar a. Maksila Pencabutan gigi premolar atas. Dicabut dengan tang #150 dipegang dengan telapak ke atas dan dengan pinch grasp. Premolar pertama dicabut dengan tekanan lateral, ke arah bukal dan ke lingual. Tetapi lebih ditekankan ke arah bukal yang meupakan arah pengeluaran gigi. Karena premolar satu atas sering mempunyai dua akar, maka gerakan rotasional dihindarkan untuk mengurangi resiko fraktur akar.

Gambar : Proses pencabutan gigi premolar satu. A. Posisi tang pada saat pencabutan. B. Pergerakan ke arah bukal. C. Pergerakan ke arah lingual. D. Pengeluaran ke arah bukal.

25

Gigi premolar kedua biasanya mempunyai akar tunggal dan dicabut dengan cara yang sama seperti kaninus atas. Tang #150 digunakan kembali dengan tekanan lateral, yaitu bukal serta lingual. Berbeda dengan incisive dan caninus, pada waktu mengeluarkan gigi dilaksanakan ke arah bukal, dan menggunakan tekanan rotasional dan oklusal.

Gambar : Proses pencabutan gigi premolar dua rahang atas.

b. Mandibula Pencabutan gigi premolar bawah tekniknya sangat mirip dengan pencabutan insisif bawah. Tang #151 dipegang dengan telapak tangan ke bawah dengan sling grasp. Tekanan yang terutama diperlukan adalah lateral/bukal, tetapi akhirnya bisa dikombinasikan dengan tekanan rotasi. Pengeluaran gigi ke arah bukal. 4. Gigi molar. a. Maksila

26

Pencabutan gigi molar rahang atas. Forceps no 53R dan 53L biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi molar rahang atas. Paruh pada forceps ini memiliki bentuk yang pas pada bifurkasi buccal. Beberapa dokter gigi memilih untuk menggunakan forceps no. 89 dan 90 atau yang biasa disebut upper cowhorn forceps. Kedua forceps tersebut biasa digunakan untuk gigi molar yang memiliki karies yang besar atau restorasi yang besar. Untuk mengekstraksi gigi molar ketiga yang surah erupsi, biasanya menggunakan forceps no. 210S yang bisa digunakan untuk sebelah kiri atau sebelah kanan. Gigi Molar rahang atas biasanya memiliki tiga akar yang berbentuk divergen; akar palatal yang paling besar dan paling divergen, dan dua akar bukal yang biasanya membengkok sedikit ke arah distal. Selain itu gigi ini juga tertanam sangat kuat pada tulang alveolar dan permukaan bukalnya diperkuat dengan ekstensi dari prosesus zigomatikum. Karenanya gigi ini memerlukan pemberian gaya yang kuat pada saat ekstraksi, tetapi harus berhati-hati karena dapat menyebabkan fraktur dari mahkota atau akar dari gigi. Untuk menghindarinya, saat memulai ekstraksi mulailah dengan perlahan, dengan arah buccopalatal dan berikan lebih tekanan pada arah buccal, dimana resistensinya lebih rendah. Gerakan ekstraksi finalnya ke arah buccal.

27

Gambar : Proses pencabutan gigi molar satu rahang atas. A. Pemasangan tang. B. Pergerakan ke arah buccal. B. Pergerakan ke arah palatal. C. Pelepasan gigi ke arah buccal.

b. Mandibula Pencabutan gigi molar rahang bawah. Forceps no.17 biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi ini. Pasangkan tang seapikal mungkin pada servikal gigi, lalu berikan gerakan kuat pada arah buccolingual untuk memperluas soket gigi. Setelah gigi lebih mobile, tekanan kemudian ditingkatkan dan gerakan ekstraksi finalnya ke arah buccal, tetapi hati-hati agar tidak merusak gigi maksila dengan tang.

Gambar : Proses pencabutan gigi molar satu rahang bawah. A. Posisi tang. B. Gerakan ke arah buccal. C. Gerakan ke arah lingual D. Gearakan final pencabutan ke arah bucaal.

2.5 Instruksi pasca ekstraksigigi

28

Tujuan utama dilakukannya perawatan postoperatif pasca pencabutan gigi adalah untuk mempercepat proses penyembuhan dan untuk mencegah dan mengurang iterjadinya rasa sakit dan pembengkakan. Setelah dilakukan tindakan bedah atau pencabutan gigi biasanya akan muncul banyak keluhan-keluhan dari pasien. Hal ini wajar terjadi. Salah satu keluhan yang mungkin terjadi adalah rasa keidaknyamanan. Rasa ini dapat muncul sebagai akibat adanya rasa sakit yang dialami oleh pasien, dan untuk menghilangkan rasa ketidaknyamanan pada pasien dapat dilakukan pemberian obat penghilang rasa sakit. (1) Gigit tampon selama sampai 1 jam (2) Jangan sering berkumur (3) Jangan sering meludah (4) Jangan mempermainkan luka bekas pencabutan gigi dengan lidah atau jari (5) Jangan menghisap-hisap luka bekas pencabutan (jangan merokok) (6) Makan pada sisi yang berlawanan (7) Jangan makan atau minum yang panas (8) Instruksikan cara minum obat sesuai dengan aturan (9) Kontrol segera jika ada keluhan baik akibat ekstraksi gigi atau ada alergi obatobatan MenurutLaskin (1985) dan Peterson (1998), adabeberapatindakanpostoperatif lain yang harusdilakukanyaitusebagaiberikut: 1. Istirahat yang cukup. penyembuhan luka. 2. Pasien dianjurkan unuk tidak makan makanan yang keras terlebih dahulu. Pasien haru smakan makanan yang cair danlembut, terutama pada hari pertama pasca pencabutan gigi. Makanannya juga tidak boleh terlalu panas. Pasien baru boleh makan beberapa jam setelah pencabutan gigi agar tidak
29

Istirahat dapat membantu mempercepat proses

mengganngu terbentuknya blood clot. Dan jangan mengunyah pada sisi yang baru di cabut. 3. Banyak minum air untuk mencegah terjadinya dehidrasi. 4. Pasien harus selalau menjaga kebersihan muutnya. Gigi harus disikat secara rutin, kumur-kumur dengan menggunakan saline solution (1/2 sendok teh garam yang dilarutkan di dalam satu gelas air panas). Pasien tidak boleh

kumur-kumur dengan menggunakan hidrogen peroksida karena dapat menghilangkan blood clot. 5. Untuk mengurangi rasa sakit dapat digunakan pemberian obat analgesik. Selain dengan pemberian obat anelgesik pengguanaan aplikasi dingin juga dapat digunakan untuk mengurangi terjadinya rasa sakit 6. Pasien tidak boleh meroko. Karena dapat meningkatkan insiden terjadinya dry socket. Sedangkan menurut Archer (1975), perawatan postoperatif yang diinstruksikan kepada pasien untuk mencegah komplikasi adalah sebagai berikut: 1. Biarkan gauze sponge tetap berada di dalam mulut selama 30 menit setelah pencabutan gigi untuk mengurangi perdarahan. 2. Jangan menggunakan obat kumur selama 6 jam pasca pencabutan, karena dapat menstimulus terjadinya perdarahan dan dapat mengganggu terbentuknya blood clot. 3. Apabila terjadi perdarahan ringan, kumur-kumur dengan menggunakan air garam yang hangat. 4. Apabila perdarahan terus menerus terjadinya, segera hubungi dokter gigi. Dan selama menunggu, letakkan soaked tea bag pada area yang mengalami perdarahan, lalu tutup dengan menggunakan kapas atau kasa, gigit sekitar 20 menit. 5. Gunakan aplikasi panas untuk menghilangkan diskolorisasi yang terjadi. 6. Lakukan pemberian vitamin C dan vitamin B terapi tambahan yang berfungsi
30

untuk membantu penyembuhan jaringan. 1. Penanganan Komplikasi Pasca Pencabutan Komplikasi akibat pencabutan gigi dapat terjadi oleh berbagai sebab dan bervariasi pula dalam akibat yang ditimbulkannya. Komplikasi tersebut kadangkadang tidak dapat dihindarkan tanpa memandang operator, kesempurnaan persiapan dan keterampilan operator. Komplikasi ekstraksi pascaoperasi pada anak sama seperti pada orang dewasa. Dry socket jarang terjadi pada anak-anak. Jika terdapat dry socket pada anak di bawah usia sepuluh tahun yang masih dalam masa perkembangan, operator harus segera berpikir tentang sebuah infeksi, contoh actinomicosis atau gangguan sistemik (anemia, gangguan gizi, dll). Jenis komplikasi yang dapat terjadi : 1) Kegagalan dari : Pemberian anastetikum Mencabut gigi dengan tang atau elevator

2) Fraktur dari : Mahkota gigi yang akan dicabut Akar gigi yang akan dicabut Tulang alveolar Tuberositas maxilla Gigi sebelahnya/gigi antagonis Mandibula

3) Dislokasi dari : Gigi sebelahnya Sendi temporo mandibula

4) Berpindah akar gigi : Masuk ke jaringan lunak Masuk ke dalam sinus maxillaris

5) Perdarahan berlebihan :
31

Selama pencabutan gigi Setelah pencabutan gigi selesai

6) Kerusakan dari : Gusi Bibir Saraf alveolaris inferior/cabangnya Saraf lingualis Lidah dan dasar mulut.

7) Rasa sakit pasca pencabutan gigi karena : Kerusakan dari jaringan keras dan jaringan lunak Dry socket Osteomyelitis akut dari mandibula Arthritis traumatik dari sendi temporo mandibula.

8) Pembengkakan pasca operasi : Edema Hematoma Infeksi Trismus Terjadinya fistula oro antral Sinkop Terhentinya respirasi Terhentinya jantung Keadaan darurat akibat anastesi

Penanggulangan komplikasi : 1) Kegagalan dari : Kegagalan anastesi Kegagalan anastesi biasanya berhubungan dengan teknik anastesi yang salah atau dosis obat anastesi tidak cukup.
32

Penanganan menguji efektivitas dari anestesinya harus diuji sebelum pencabutan dimulai Kegagalan pencabutan gigi Penanganan Bila gigi gagal dicabut dengan menggunakan aplikasi tang atau elevator dengan tekanan yang cukup maka instrumen tersebut harus dikesampingkan dan dicari sebab kesulitan. Pada kebanyakan kasus lebih mudah dicabut dengan tindakan pembedahan. 2) Fraktur Fraktur mahkota gigi Fraktur mahkota gigi selama pencabutan mungkin sulit dihindarkan pada gigi dengan karies besar sekali atau restorasi besar. Namun hal ini sering juga disebabkan oleh tidak tepatnya aplikasi tang pada gigi, bila tang diaplikasikan pada mahkota gigi bukan pada akar atau masa akar gigi, atau dengan sumbu panjang tang tidak sejajar dengan sumbu panjang gigi. Juga bisa disebabkan oleh pemilihan tang dengan ujung yang terlalu lebar dan hanya memberi kontak satu titik sehingga gigi dapat pecah bila ditekan. Dapat pula disebabkan karena tangkai tang tidak dipegang dengan kuat sehingga ujung tang mungkin terlepas/bergeser dan mematahkan mahkota gigi. Selain itu juga fraktur mahkota gigi bisa disebabkan oleh pemberian tekanan yang berlebihan dalam upaya mengatasi perlawanan dari gigi. Penanganan Untuk itulah operator harus bekerja sesuai dengan metode yang benar dalam melakukan pencabuant gigi. Tindakan penanggulangannya dapat dilakukan dengan memberitahukan kepada pasien bahwa ada gigi yang tertinggal kemudian dicari penyebabnya secara klinis dengan melalui bantuan radiografi. Pemeriksaan dengan radiografi dilakukan untuk memperoleh petunjuk yang berguna untuk mengidentifikasi ukuran dan posisi fraktur gigi yang tertinggal. Selanjutnya operator mempersiapkan 4 alat yang diperlukan untuk menyelesaikan pencabutan
33

dan menginformasikan perkiraan waktu yang diperlukan untuk tindakan tersebut. Sedangkan metode yang digunakan bisa dengan cara membelah bifurkasi (metode tertutup) atau dengan dengan pembedahan melalui pembukaan flap (metode terbuka). Fraktur akar gigi Fraktur yang menyebabkan fraktur mahkota mungkin juga menyebabkan fraktur akar. Meskipun idealnya semua fragmen akar harus dikeluarkan, tetap i alangkah bijaksana untuk meninggalkannya pada keadaan-keadaan/kasus-kasus tertentu. Akar gigi dapat dianggap sebagai fragmen akar gigi bila kurang dari 5 mm dalam dimensi terbesarnya. Pada pasien yang sehat sisa akar dari gigi sehat jarang menimbulkan masalah dan dalam kebanyakan kasus fragmen akar tersebut boleh ditinggalkan kecuali bila posisinya memungkinkan untuk terlihat secara jelas. Pencabutan dari 1/3 apikal akar palatal molar atas bila harus mengikut sertakan pembuangan sejumlah besar tulang alveolar dan mungkin dipersulit dengan terdorongnya fragmen kedalam sinus maxlillaris atau menyebabkan terbentuknya fistula oro antral pada kebanyakan kasus lebih baik

dipertimbangkan untuk ditinggalkan dan tidak diganggu. Dan jika diindikasikan untuk dikeluarkan sebaiknya didahului dengan pemeriksaan radiografi dan dilakukan oleh operator yang berpengalaman dengan menggunakan teknik pembuatan flap. Fraktur tulang alveolar Fraktur tulang alveolar dapat disebabkan oleh terjepitnya tulang alveolar secara tidak sengaja diantara ujung tang pencabut gigi atau konfigurasi dari akar gigi itu sendiri, bisa pula bentuk dari tulang alveolar yang tipis atau adanya perubahan patologis dari tulang itu sendiri. Penanganan Membuang fragmen alveolar yang telah kehilangan sebagian besar perlekatanperiosteal dengan menjepitnya dengan arteri klem dan melepaskannya
34

dari jaringan lunak. Selanjutnya bagian yang tajam bisa dihaluskan dengan bone file dan dapat dipertimbangkan apakah diperlukan penjahitan untuk mencegah perdarahan. Fraktur tuber maxillaris Fraktur tuber maxillaris kadang-kadang dapat terjadi karena penggunaan elevator yang tidak terkontrol, dapat pula disebabkan geminasi patologis antara gigi molar kedua atas yang telah erupsi dengan gigi molar ketiga atas yang tidak erupsi. Penanganan Hentikan pemakaian tang atau elevator dan dibuat flap muko periosteal bukal yang luas, tuber yang fraktur dan gigi tersebut kemudian dibebaskan dari jaringan lunak pada palatal dengan alat tumpul (raspatorium) dan kemudian gigi dikeluarkan dari soketnya. Flap jaringan lunak kemudian dilekatkan satu sama lain dan dijahit. Fraktur gigi yang berdekatan atau gigi antagonis Fraktur seperti ini dapat dihindarkan dengan cara pemeriksaan pra operasi secara cermat apakah gigi yang berdekatan dengan gigi yang akan dicabut mengalami karies, restorasi besar, atau terletak pada arah pencabutan. Bila gigi yang akan dicabut merupakan gigi penyokong jembatan maka jembatan harus dipotong dulu dengan carborundum disk atau carborundum disk intan sebelum pencabutan. Bila gigi sebelahnya terkena karies besar dan tambalannya goyang atau overhang maka harus diambil dulu dan ditambal denga tambalan semenatra sebelum pencabutan dilakukan. Tidak boleh diaplikasikan tekanan pada gigi yang berdekatan selama pencabutan dan gigi lain tidak boleh digunakan sebagai fulkrum untuk elevator kecuali bila gigi tersebut juga akan dicabut pada kunjungan yang sama. Gigi antagonis bisa fraktur jika gigi yang akan dicabut tiba-tiba diberikan tekanan yang tidak terkendali dan tang membentur gigi tersebut. Teknik pencabutan yang terkontrol secara cermat dapat 6 mencegah kejadian tersebut. Penggunaan mouth gags dan penyangga gigi yang tidak bijaksana dapat
35

menyebabkan kerusakan pada gigi lain selain gigi yang akan dicabut, terutama pada anastesi umum. Adanya gigi dengan restorasi besar atau gigi goyang, mahkota tiruan atau jembatan harus dicatat dan diperhatikan oleh anastesi. Gigigigi tersebut harus dihindarkan bila mungkin dan mouth gags/pengganjal gigi dipasang ditempat yang aman dari hal-hal diatas. Fraktur mandibula Fraktur mandibula dapat terjadi bila digunakan tekanan yang berlebihan dalam mencabut gigi. Bila tidak dapat dicabut dengan tekanan sedang maka harus dicari penyebabnya dan diatasi. Selain itu juga bisa disebabkan oleh adanya hal-hal patologis yang melemahkan misalnya, adanya otseoporosis senile,atrofi, osteomyelitis, post terapi radiasi atau osteo distrofi seperti osteitis deforman, fibrous displasia, atau fragile oseum. Fraktur mandibula pada saat pencabutan gigi bisa pula disebabkan oleh gigi yang tidak erupsi, kista atau tumor. Pada keadaan tersebut pencabutan gigi hanya boleh dilakukan setelah pemeriksaan radiografis yang cermat serta dibuat splint sebelum operasi. Pasien harus diberitahu sebelum operasi tentang kemungkinan fraktur mandibula dan bila komplikasi ini terjadi penanganannya harus sesegera mungkin. Untuk alasan-alasan tersebut sebagian besar dapat ditangani dengan baik oleh ahli bedah mulut. Bila fraktur terjadi pada praktek dokter gigi maka dilakukan reposisi dan fikasasi sementara, serta pasien dirujuk secepatnya ke Rumah Sakit terdekat yang ada fasilitas perawatan bedah mulut. 3) Dislokasi Dislokasi dari gigi yang berdekatan Dislokasi dari gigi yang berdekatan selama pencabutan ini dapat dihindari dengan menggunakan elevator yang tepat dan sebagian besar tekanan dititik beratkan pada septum interdental. Selama penggunaan elevator jari harus diletakkan pada gigi yang berdekatan dengan gigi yang akan dicabut untuk mendeteksi adanya kegoyangan pada gigi yang berdekatan dengan gigi yang akan dicabut.
36

Dislokasi dari sendi temporo mandibula Dapat terjadi pada pasien dengan riwayat dislokasi rekuren tidak boleh dikesampingkan. Komplikasi ini pada pencabutan dapat dicegah bila pembukaan rahang bawah tidak sampai maksimal dan bila rahang bawah dipegang (fiksasi) dengan baik oleh operator selama pencabutan. Dislokasi dapat pula disebabkan oleh penggunaan mouth gags yang ceroboh. Jika terjadi dislokasi maka mouth gags harus dikurangi regangannya. Penanganan Operator berdiri didepan pasien dan menempatkan ibu jarinya kedalam mulut pada Krista oblique eksterna, dilateral gigi molar bawah yang ada, dan jari-jari lainnya berada ditepi bawah mandibula secara ekstra oral, tekan kebawah dari kedua ibu jari, kemudian dorong ke posterior, kemudian lepaskan sehingga rahang oklusi selanjutnya dilakukan fiksasi dengan elastic verban (fiksasi ekstra oral). Kemudian pasien diingatkan agar tidak membuka mulut terlalu lebar atau menguap terlalu sering selama beberapa hari pasca operasi. Perawatan dislokasi temporo mandibular joint tidak boleh terlambat karena dapat menyebabkan spasme otot akibatnya mempersulit pengembalian sendi temporo mandibular joint pada tempatnya kecuali dibawah anastesi umum.

4) Berpindahnya akar gigi Masuknya akar gigi ke dalam jaringan lunak Berpindahnya akar gigi masuk kedalam jaringan lunak merupakan komplikasi yang biasanya terjadi karena akar gigi tidak dipegang secara efektif pada keadaan lapang pandang yang terbatas. Komplikasi ini dapat dihindari bila operator mencoba untuk memegang akar dengan pandangan langsung. Masuknya akar gigi ke dalam sinus maxillaris Komplikasi ini biasanya pada pencabutan gigi premolar/molar rahang atas dan yang lebih sering akar palatal. Adanya sinus yang besar adalah faktor predisposisi tapi insiden ini dapat dikurangi. 5. Perdarahan berlebihan
37

Perdarahan berlebihan mungkin merupakan komplikasi pencabutan gigi. Oleh karena itu anamnesis harus dilakukan secara cermat untuk mengungkap adanya riwayat perdarahan sebelum melakukan pencabutan gigi. Bila pasien mengatakan belum pernah mengalami perdarahan berlebihan maka harus dicari keterangan yang lebih terperinci mengenai riwayat tersebut. Perhatikan secara khusus hubungan waktu antara perdarahan dengan lamanya pencabutan (trauma jaringan) dan banyaknya perdarahan dan pemeriksaan laboratorium harus dilakukan (diindikasikan). Riwayat keluarga pasien yang pernah mengalami perdarahan akibat suatu tindakan operasi juga amat penting. Pasien dengan adanya riwayat diatas harus dirujuk ke ahli hematologi untuk dilakukan pemeriksaan lebih cermat sebelum tindakan pencabutan gigi dilakukan. Bila pasien memiliki riwayat perdarahan pasca pencabutan maka sangat bijaksana jika membatasi jumlah gigi yang akan dicabut pada kunjungan pertama dan menjahit jaringan lunak serta memonitor penyembuhan pasca pencabutan gigi. Bila tidak terjadi komplikasi maka jumlah gigi yang akan dicabut pada kunjungan berikutnya dapat ditingkatkan secara perlahan-lahan. Penanganan Perembesan darah secara konstan selama pencabutan gigi dapat diatasi dengan aplikasi gulungan tampon atau dengan penggunaan suction. Perdarahan yang lebih parah dapat diatasi dengan pemberian tampon yang diberi larutan adrenalin : aqua bidest 1 : 1000 dan dibiarkan selama 2 menit dalam soket. Perdarahan yang disebabkan pembuluh darah besar jarang terjadi dan bila ini terjadi maka pembuluh darah tersebut harus ditarik dan dijepit dengan arteri klem kemudian dijahit/cauter. Perdarahan pasca operasi dapat terjadi karena pasien tidak mematuhi instruksi atau sebab lain yang harus segera ditemukan. Cara penanggulangan komplikasi seperti pada kebanyakan kasus disarankan untuk melakukan penjahitan pada muko periosteal, jahitan horizontal terputus paling cocok dan untuk tujuan ini harus diletakkan pada soket sesegera mungkin. Tujuan dari penjahitan ini adalah bukan untuk menutup soket tetapi untuk
38

mendekatkan jaringan lunak diatas soket untuk mengencangkan muko perioteal yang menutupi tulang sehingga menjadi iakemik. Karena pada kebanyakan kasus perdarahan tidak timbul dari soket tetapi berasal dari jaringan lunak yang berada disekitarnya, selanjutnya 10 pasien diinstruksikan untuk menggigit tampon selama 5 menit setelah penjahitan. Bila perdarahan belum teratasi maka kedalam soket gigi dapat dimasukkan preparat foam gelatin atau fibrin (surgicel, kalsium alginat) setelah itu pasien disuruh menggigit tampon dan kemudian dievaluasi kembali dan bila tetap tidak dapat diatasi sebaiknya segera dirujuk ke Rumah sakit terdekat untuk memperoleh perawatan lebih intensif lagi. 5) Kerusakan Kerusakan pada gusi Dapat dihindari dengan pemilihan tang secara cermat serta teknik pencabutan gigi yang baik. Bila gusi menempel pada gigi yang akan dicabut dari soketnya, gusi harus dipisahkan secara hati-hati dari gigi dengan menggunakan asrpatorium (dengan gunting/scalpel) sebelum gigi dikeluarkan. Kerusakan pada bibir Bibir bawah dapat terjepit diantara pegangan tang dengan gigi anterior, bila tidak diperhatikan dengan baik. Tangan operator yang terampil dapat membuat bibir bebas dari kemungkinan tersebut. Kerusakan saraf alveolaris inferior Kerusakan dapat dicegah atau dikurangi hanya dengan diagnosis pra operasi dan pembedahan secara cermat. Kerusakan saraf mentalis Kerusakan saraf mentalis dapat terjadi selama pencabutan gigi premolar bawah atau oleh infeksi akut jaringan disekitarnya. Kerusakan saraf lingualis Saraf lingualis dapat rusak oleh pencabutan dengan trauma yang besar pada gigi molar bawah dimana jaringan lunak lingual terkena bor sebelum pembuangan tulang.
39

Kerusakan pada lidah dan dasar mulut Lidah dan dasar mulut tidak akan mengalami kerusakan jika aplikasi tang dan penggunaan elevator dilakukan secara hati-hati dan terkontrol. Komplikasi ini lebih banyak terjadi pada pencabutan gigi dengan anastesi umum. Jika operator menggunakan elevator tanpa kontrol yang tepat maka dapat meleset mengenai lidah atau dasar mulut, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Perdarahan dapat diatasi dengan menarik lidah dan penjahitan.

6) Rasa sakit pasca operasi Rasa sakit pada jaringan keras Rasa sakit dapat diakibatkan trauma jaringan keras karena terkena instrument atau bor yang terlalu panas selama pembuangan tulang. Dengan pencegahan secara teknsi melalui irigasi dan menghaluskan tepi tulang tajam dengan bone file serta membersihkan soket tulang sete lah pencabutan dapat menghilangkan kemungkinan penyebab rasa sakit pasca pencabutan gigi. Kerusakan jaringan lunak Kerusakan jaringan lunak dapat terjadi oleh beberapa sebab misalnya insisi yang kurang dalam sehingga bentuk flapnya compang camping yang membuat proses penyembuhan menjadi lambat. Flap yang terlalu kecil retraksi untuk membesarkan flap mungkin diperlukan, dan bila jaringan lunak tidak dilindungi seperlunya maka jaringan lunak bisa tersangkut bor. Dry Socket Keadaan klinis merupakan ostetiis yang terlokalisir yang melibatkan semua atau sebagian tulang padat pembatas soket gigi atau lamina dura. Penyebabnya tidak jelas tetapi terdapat banyak faktor predisposisi seperti faktor infeksi sebelum, selama atau setelah pencabutan gigi merupakan faktor pemicu namun banyak juga gigi dengan abses dan infeksi dicabut tanpa menyebabkan dry socket. Meskipun benar bahwa setelah penggunaan tekanan yang berlebihan selama pencabutan gigi dapat menimbulkan rasa sakit yang berlebihan tetapi ini

40

tidak selalu terjadi, dan komplikasi ini dapat juga terjadi pada pencabutan gigi yang sangat mudah. Banyak ahli menduga bahwa pemakaian vaso konstriktor dalam larutan anastesi lokal dapat memicu terjadinya dry socket dengan mempengaruhi aliran darah dalam tulang, dan keadaan ini lebih sering terjadi pada pencabutan gigi dibawah anastesi lokal dibandingkan dengan anastesi umum. Komplikasi dry socket lebih sering terjadi pada pencabutan gigi bawah dari pada gigi atas. Penanganan Bila terjadi dry socket adalah ditujukan untuk menghilangkan sakit dan mempercepat penyembuhan. Soket harus diirigasi dengan larutan normal saline hangat dan semua bekuan darah degenerasi dikuret. Tulang yang tajam dihaluskan dengan bone file/knabel tang kemudian diberi resep antibiotika dan analgetika yang adekuat. 7) Pembengkakan pasca operasi Edema Pembengkakan pasca operasi selama pencabutan gigi dapat menimbulkan edema traumatik sheingga menghambat penyembuhan luka. Hal ini biasanya disebabkan trauma instrumen tumpul, retraksi berlebihan dari flap yang tidak baik atau tersangkut putaran bor merupakan faktor predisposisi keadaan ini. Hematoma Penjahitan yang terlalu kencang dapat menyebabkan pembengkakan pasca operatif akibat edema atau terbentuk hematoma dapat menyebabkan robeknya jaringan lunak serta putusnya ikatan jahitan. Infeksi Penyebab yang sering terjadi pembengkakan pasca operasi adalah infeksi pada daerah bekas penc abutan karena masuknya mikroorganisme yang patogen. Bila terdapat pus dan fluktuasi positif harus harus dilakukan insisi dan drainase serta pemberian antibiotika yang adekuat. Sedang jika infeksi cukup parah atau

41

telah meluas ke submaxilla dan sublingual sebaiknya segera dirujuk ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas Bedah Mulut. Trismus Trismus dapat didefinisikan sebagai ketidak mampuan membuka mulut akibat spasme otot. Keadaan ini dapat disebabkan edema pasca operasi, pembentukan hematoma atau peradangan jaringan lunak. Pasien dengan arthritia traumatik sendi temporo mandibular joint juga dapat memiliki keterbatasan membuka mulut (gerakan mandibula). Terapi trismus bervariasi tergantung penyebabnya. Penanganan Kompres panas atau penyinaran dengan solux atau kumur-kumur dengan normal saline hangat dapat mengurangi rasa sakit pada kasus ringan, tapi pada kasus lain kadang-kadang diperlukan pemberian antibiotika, anti inflamasi atau analgetika yang mengandung muscle relaxan, neurotropik vitamin atau dirujuk kepada spesialis bedah mulut ahli temporo mandibular joint untuk mengurangi gejalanya. Terjadinya fistula oro antral Bila terjadi komplikasi tersebut maka harus segera dilakukan penutupan dengan flap muko periosteal (merujuk ke ahli bedah mulut/THT). Sinkop (takut berlebihan/over ansieti) Serangan sinkop ini mempunyai gejala-gejala pusing, lemah, mual diiringi kulit menjadi pucat, dingi dan berkeringat kemudian dilanjutkan dengan kehilangan kesadaran. Penanganan Pertolongan pertama harus dilakukan dengan secepatnya dan sedetikpun pasien tidak boleh lepas dari pengawasan/kehilangan komunikasi verbal. Kepala pasien direndahkan dengan merubah posisi sandaran kursi. Pakaian pasien dilonggarkan, kepala dimiringkan perhatikan jalan nafas. Jika pasien sudah sadar baru diberikan cairan yang mengandung glukosa. Biasanya kesembuhan pasien
42

spontan dan terkadang pencabutan gigi dapat dilanjutkan. Jika kesadaran tidak kembali maka pertolongan pertama harus segera diberikan karena penyebab pingsan mungkin bukan berasal dari sinkop. Dan harus segera diberikan oksigen serta pertolongan medis lain harus segera dipanggil. Bila pernafasan terhenti dengan tanda-tanda otot skelet menjadi lemah dan pupil dilatasi (melebar) maka pasien harus segera dibaringkan dilantai dan jalan nafas harus dilapangkan dengan mengeluarkan semua peralatan atau benda asing dan kemudian dilakukan resusitasi.

43

You might also like