Professional Documents
Culture Documents
untuk kerja praktik. Disamping terjangkaunya dari segi pengetahuan, pengalaman, waktu, dan pendanaan. Oleh karena itu, pemilihan tempat praktik yang saya ambil adalah PT.TIARA NUSA TEKNIK. Pemilihan tempat praktik di PT. TIARA NUSA TEKNIK merupakan persetujuan dari pihak fakultas dan pihak industri, sehingga kami berharap dengan memilih tempat prakik disini akan mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan secara langsung di lapangan. Terutama pada bagian atau devisi bengkel utama pada bagian pemesinan produksi atau fabrikasi yang mana disana banyak memproduksi dan memperbaiki komponen-komponen kapal laut. Hal ini ada kesesuaian dengan mata kuliah yang di dapat di kampus.
c. Mengetahui cara menghitung pitch dari ukuran propeller. d. Mengetahui proses balacing untuk mencari keseimbangan dari berbagai
jenis propeller (baling-baling) misalnya propeller 3 Daun, 4 Daun, 5 Daun.
3. Bagi perusahaan a. Memperoleh masukan-masukan baru dari lembaga pendidikan melalui mahasiswa
yang sedang melakukan PI.
2. Metode Interview
Merupakan metode yang dilakukan dengan cara tanya jawab atau wawancara dengan nara sumber yang memiliki kapasitas dan informasi yang dibutuhkan dalam melakukan praktik indusri.
3. Metode Referensi
Merupakan metode yang dilakukan dendan membaca referensi baik berupa manual suatu perangkat, official website, atau halaman web yang mendukung.
A. Sejarah Perusahaan
PT. Tiara Nusa Teknik merupakan industri yang bergerak di bidang produksi dan jasa pelayanan perbaikan dan pembuatan komponen kapal laut.Pendirian perusahaan ini merupakan gagasan dari Bapak Adrianus Seciawanto, Bapak Waluyo, dan Bapak Winardi Gani. Alasan mereka mendirikan perusahaan tersebut karena Negara Indonesia merupakan negara maritime yang sebagian besar wilayahnya adalah lautan yang kaya akan sumber daya hayati berupa perikanan. Potensi sumber daya hayati berupa ikan tersebut diperkirakan + 6,5 juta ton per tahunnya,ini merupakan potensi yang luar biasa dan dapat dimanfaatkan untuk kelangsungan program pembangunan nasional. Namun apabila kita lihat pendapatan negara dari sumber daya hayati ini, masih sangat jauh dari target yang diharapkan. Sangat minimnya hasil penangkapan ikan ini adalah karena ketidak berdayaan masyarakat nelayan kita sebagai pelaku utama pada industri perikanan tangkap,dalam usaha penagkapan ikan di laut maupun pengelolaan hasil tangkap. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian dari pemerintah maupun sektor lain terhadap industri kelautan secara umum, dan khusususnya industri perikanan tangkap. Sehingga hal ini menyebabkan para nelayan tidak mampu untuk mengembangkan usaha perikanannya,karena kesulitanmodal serta minimnya penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi kapal perikanan. Mininnya sentuhan teknologi dalam pembangunan dan perencanaan kapal perikanan yang dibangun di galangan kapal tradisional, dimana desain dan perencanaan hanya mengikuti pola tradisional atau berdasarkan pengalaman. Salah satu masalah yang terdapat di kapal perikanan adalah onkos opeasional kapal akibat tidak direncanakannya sistem penggerak kapal yang baik. Sistem penggerak kapal terdiri dari motor induk, sistem transmisi, dan propeller, sering ketiga hal tersebut hanya dipilih langsung tanpa diketahui karakteristik propeller, gear box, dan motor induk yang akan digunakan dikapal
perikanan. Sehingga timbul ketidak cocokan antara propeller dengan mesin induk. Hal utama lainnya adalah propeller yang dipakai tanpa perhitungan dengan mengikuti prinsip perencanaan rekayasa rancang bangun, serta dasar teknologi perkapalan. Pembangunan perusahaan ini diharapkan dapat membantu oknun-oknum pemerintahan seperti BKI ( Biro Klasifikasi Indonesia ) untuk pembuatan propeller kapal perang, maupun propeller kapal cepat (kapal patroli) serta membantu para nelayan dalam perbaikan propeller. Pada tahun 2000, perusahaan ini didirikan di Dadap, Tangerang sebagai lokasinya yang sebagian penduduknya mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Produksi yang dihasilkan di PT.Tiara Nusa Teknik antara lain :
1. Propeller berbagai tipe misalnya propeller tipe daun bulat, kaplan, dan sirip. 2. Shaft ( AS ) dan stern tube ( koker / rumah AS ).
Sedangkan bahan baku yang digunakan adalah :
1. Propeller : a. Bronze
b. Manganise Bronze c. Nikel Aluminium Bronze ( Libral ) 2. Shaft menggunakan stainless stell dan stern tube menggunakan pipa dan kuningan Selain memproduksi perusahaan ini juga menerima perbaikan dan modifikasi seperti :
1. Perbaikan ( servis ) gear box. 2. Modifikasi gen-set dengan sistem water coller.
Hasil dari produksi tersebut akan dipasarkan untuk pemasaran dalam negeri saja misalnya Jakarta, Surabaya, Sumatera, Kalimantan, Ambon, Sulawesi, dan Irian Jaya.
1. Menjalani kegiatan pokok meliputi pembuatan propeller, Gen-set, shaft, dan gear
box.
3. Menjalankan usaha yang sejalan dengan kegiatan pokok perusahaan dalam arti
yang seluas-luasnya.
2. Mampu memproduksi produk kami secara efisien dengan mutu yang tinggi
dengan standar internasional memenuhi ketepatan waktu dan kepuasan pelanggan.
D. Struktur Organisasi
Di dalam setiap perusahaan, baik besar maupun kecil tidak terlepas dari struktur organisasi. Adapun struktur organisasi itu sendiri adalah suatu sistem kejasama antara dua orang atau lebih dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan. Di dalamstruktur organisasi dibedakan tugas, fungsi,dan jabatan dalam mengelola perusahan. Dengan adanya struktur organisasi yang baik maka usaha-usaha yang dilakukan dapat menjadi lebih efektif, efisien, dan produktif. Begitu juga dengan PT TIARA NUSA TEKNIK yang memiliki struktur organisasi diformulasikan berdasarkan spesialisasi dan fungsi masing-masing anggota di dalam unit kerja perusahaan. Struktur ini mampu mengantisipasi kebutuhan organisasi yang lebih baik dan kinerja yang lebih efisien danmencapai target dan tujuan perusahaan. Struktur organisasi pada PT TIRA NUSA TEKNIK pada bagian workshop dapat dilihat pada gambar sebagi berikut :
2. Administrasi Keuangan
Tugasnya adalah:
a. Menyusun rencana anggaran yang dibutukan untuk operasional perusahaan. b. Membuat keputusan-keputusan mengenai keuangan yang dibutuhkan c. Menganalisa dan menyusun laporan keuangan dari rekap penerimaan uang setiap
akhir periode akuntansi. d. Mencatat semua transaksi penjualan rumah baik tunai maupun kredit dan membuat laporan penjualan secara berkala.
e. Menerima pembayaran uang tanda jadi dan uang pelunasan pembayaran dari
pembeli untuk penjualan tunai. f. Menerima pembayaran uang tanda jadi dari pembeli dan transfer rekening dari bank untuk penjulan secara kredit. g. Mengatur pembayaran dari pembeli agar tepat waktu.
3. Kepala Bengkel
Tugasnya adalah :
a. Membubut propeller bubut rata maupun bubut dalam untuk rumah poros AS dan
membuat shaft.
b. Membuat sepi atau pasak pada propeller pada lubang poros. 5. Bagian Finishing
Tugasnya adalah :
b. Menentukan pajang diameter tebal daun pajang daun propeller dengan alat ukur,
dan mesin gerinda tangan.
7. Pembantu Teknisi
Tugasnya adalah :
a. Membantu teknisi dalam proses bubut maupun skrap propeller. b. Membantu teknisi dalam finishing produk pelapisan (penecetan), pemaketan,
pengiriman dll.
A. Kegiatan Industri
Pada perancangan baling-baling (Propeller) kapal, besarnya daya yang di-absorb oleh balingbaling adalah umumnya berkisar 85 90% dari nominal power pada nominal speed (rated power, rated speed). Sehingga, besarnya selisih (10 15%) yang dipilih tersebut, didasari pada permintaan Owner serta pertimbangan teknis dari kekhususan bentuk lambung kapal itu sendiri . Maka daya yang tersedia masih mencukupi kebutuhan untuk mempertahankan kondisi servis kapal, seiring dengan kenyataan adanya binatangbinatang laut yang tumbuh menempel di lambung kapal. Kapal sebaiknya dijadwalkan untuk melaksanakan dry docking, ketika kapal dalam operasi servisnya harus merunning engine pada kondisi 100% nominal dari maximum continuous power rating. SERVICE RATING = 85 90 % = {Brake Power Trials} / {Brake Power Manufacturer Rating}
Untuk memperoleh rancangan daun propeller yang optimal, maka dibutuhkan keahlian dan keterampilan seorang desainer kapal dengan dasar pertimbangan hasil penelitian dan data-data eksperimen propeller yang telah dilakukan di lapangan, Karena dalam propeller tersebut dipengaruhi oleh banyak parameter atau faktor yang harus dipertimbangkan, disamping itu perlunya penyederhanaan konsep dari berbagai teori tentang desain propeller. Walaupun demikian untuk mendapatkan rancangan propeller secara praktis dapat dilakukan dengan uji coba secara sistematis. Pemilik kapal selalu menghendaki agar kapalnya dapat dioperasikan seekonomis mungkin, dengan kemampuan motor pengerak maksimum pada laju kisaran nominal kapal harus dapat berlayar dengan kecepatan setinggi mungkin. Namun kondisi operasi kapal akan mempengaruhi efisiensi propeller sehingga parameter dalam mendesain propeler kapal perikanan harus dipertimbangkan antara lain : - Jumlah daun propeller - Garis tengah propeller - Rasio luasan daun propeller - Rasio langkah ulir propeller, dll Rasio ini harus dihitung dengan seluruh pertimbangan teknis, meliputi kondisi lingkungan, tipe bahan bakar, dan koreksi-koreksi yang digunakan. Sebelum melakukan proses permesinan kita harus mengetahui guna propeller itu sendiri dibuat untuk digunakan pada kapal apa dulu contoh kapal feri , kapal barang atau kapal cepat Setelah itu kita harus mengetahui besar volume labung kapal yang terendam air,daya mesin yang akan digunakan (HP), Rotasi putaran per menit (RPM) mesin, gear box (ratio). Setelah itu baru kita bias menentukan ukuran propeller seperti banyaknya daun (4 daun/ 3 daun/5daun/dll),diamer propeller, dan besar picth.
B. Proses Produksi
Bahan cor terbuat dari bahan bronze (kuningan ) yang telah berbentuk propeller akan diproses untuk mendapatkan ukuran panjang bonggol, dan diameter lubang poros yang
sudah ditentukan standar ukuranya. Misalnya kita akan membuat propeller ukuran diameter 1500 x 1700 dengan ukuran sepi dan pitch yang telah ditentukan standar perusahaan (table standar konus dapat dilihat pada lembar lampiran). Urutan proses pembuatannya sebagai berikut :
1. Proses Pemesinan Pembuatan Propeller a. Mesin bubut yang digunakan adalah mesin bubut konvensional 1. Pekerjaan yang dilakukan pada proses ini adalah : a. Membubut muka atau facing. b. Membubut tirus dalam. c. Membuat got dalam ( alur dalam ). d. Champer. 2. Alat pendukung yang digunakan : a. Katrol. b. Cekam dan perlengkapan penyangga benda kerja. c. Pahat rata dan pahat tirus dalam. b. Kesehatan dan keselamatan kerja 1. Menggunakan pakaian kerja. 2. Menggunakan kaca mata. 3. Menggunakan sepatu safety. 4. Menggunakan topi sebagai pelindung kepala. c. Langkah Kerja
1. Pasang pahat rata muka pada eretan atas. 2. Lakukan pembubutan facing hingga rata.. 3. Ganti pahat rata muka dengan pahat rata dalam ( pahat tirus ). 4. Atur eretan dengan sudut penyayatan sekitar 10 . 5. Geser eretan sampai pahat mengenai benda kerja sehingga pahat melakukan
penyayatan.
6. Lakukan pemakanan sampai ukuran yang diinginkan lalu di champer. 7. Matikan mesin dan ukur kedalaman ( diameter lubang) dengan jangka sorong dan
di ukur dengan mal yang telah dibuat sesuai ukuran as poros apakah kocak atau tidak.
8. Lepas benda kerja lalu dibalik. 9. Lakukan kembali pembubutan rata muka atau facing sampai ukuran yang
diinginkan.
10. Lepaskan benda kerja jangan lupa menggunakan katrol untuk menggangkat lalu
lepaskan mur alat pendukungnya.
Gambar 2. Pembubutan dalam Berikut adalah table kecepatan potong pemakanan pada pada proses pemesinan yang dipakai : Pahat HSS Bahan Halus Baja perkakas Baja karbon Baja menengah Baja cor Kuningan Aluminium 75 100 70 90 60 -85 40 45 85 110 70 110 Kasar 25 - 45 25 - 40 20 - 40 25 - 30 45 - 70 30 - 45 Halus 185 - 230 170 - 215 140 -185 110 - 140 185 - 215 140 -215 Kasar 110 - 140 90 - 120 75 - 110 60 - 75 120 - 150 60 - 90 Pahat Karbida
Tabel 1. Kecepatan potong Cs ( mm/menit ) Bahan yang Dikerjakan Untuk Pekerjaan Untuk pekerjaan Bahan pendingin
Bubut 100
sekrap 65
Frais 100
kasar 90
Halus 100
Ulir 35
40 50
50 50
40 40
80 80
70 60
90 80
30 25 Soluble oil 50
65
65 160
50 190
90 100
80 300
95 150
30 200
50 25 50 45 40
Tool steel
30
50
30
70
50
75
20
Soluble oil
Catatan : Pekerjaan sekrap tanpa Coolant Tabel 2. Daftar Kecepatan Potong Cs dalam feed/ menit untuk cutter H.S.S.
a. Mesin gerinda tangan dan batu gerinda ( merk SPEC A24S ukuran 180 x 6 x22
mm) max speed 4,300 m/min.
b. Mistar multi radius ( sebagai alat ukur ). c. Bantalan dan mistar lurus. d. Mal ( terbuat dari kertas ). e. Perlengkapan balancing.
Kelengkungan sudut pitch sangat penting karena berfungsi mendorong fluida dan membantu motor pada mesin induk menyesuaikan ke beban yang berbeda. Suatu propeller yang dilempar progresif supaya mempercepat gerak kapal lebih baik daripada pitch propeller yang paling lurus dan juga kembangan ujung puncak sangat baik. Apabila sudut pitch yang dibuat kurang maka akan mempengaruhi gaya dorong kapal (kecepatan kapal kurang maksimal) dan dapat menyebabkan suara bising dari mesin induk, serta dapat membuat kapal tidak mudah melakukan manufer kemudian akan mempengaruhi biaya operasionalnya. Misalnya propeller yang akan digerinda berukuran 1500 x 1700 langkah-langkah proses pengerindaan propeller sebagai berikut :
a. Merapihkan daun propeller agar bisa untuk di mal. b. Lakukan pengemalan daun propeller dengan menggunakan spidol. c. Ukur diameter propeller untuk mendapatkan ukuran panjang daun propeller
dengan menggunakan mistar multi radius. Berikut adalah contoh hasil pengukuranya ( dalam mm ) : R ( Radius ) 1,0 Panjang 750 Lebar 583,4 tebal 8,5
0,8 O,9
trailing edge 0,7 0,5 0,6 0,4 0,25 0,35 leading edge
d. Mencari tinggi sudut pitch yang akan digunakan yakni radius 0, dengan panjang
2 mm dan sudut 3 .
263 3 433
Gambar 4. Perhitungan picth propeller Perhitungannya : 433 263 = 170 ( pitch yang dipakai )
Propeler dengan sudut daun yang kecil akan menggerakkan kapal ke depan dengan jarak yang sedikit pada setiap putarannya (kapal bergerak maju dengan pelan). Propeller membutuhkan sedikit power untuk menggerakkan propeler dan mengakibatkan kecepatan putar propeller tinggi. Untuk tujuan analitis, sebuah propeller dapat dibayangkan sebagai sebuah sekrup yang berulir besar. Bila berputar, propeller tersebut mengulir sendiri terhadap air, sedemikian rupa sehingga air membentuk seperti mur dan propeller membentuk seperti baut. Semua ini membuat kapal melaju. Kuningan atau maangan bertegangan tinggi adalah bahan yang pada umumnya dipakai untuk kapal-kapal kecil. Sudut-sudut dan boss-nya dituang menjadi satu kesatuan dan jumlah daun 3 umumnya yang dipakai untuk kapal-kapal kecepatan tinggi. Bagian-bagian dalam propeller antar lain :
a. Diameter dari propeller didefinisikan sebagai diameter per putaran dari suatu
lingkaran yang dimulai dari ujungnya.
b. Pitch propeller adalah suatu jarak yang telah ditempuh oleh suatu titik kedudukan
pada sudu selama 1 X putaran.
c. Besaran Pitch ratio didefinisikan sebagai suatu koefisien dari pitch di bagi dengan
diameter, besarnya umumnya berkisar 0,55 - 0,75.
d. Trailing edge yaitu tepi ujung sebelah atas propeller. e. Leading edge yaitu tepi ujung sebelah atas propeller. f. Rake line yaitu garis depan atau belakang propeller pada sumbu axis untuk
perputaran propeller.
g. Cupped trailing edge yaitu ujung tertinggi dari trailing edge. h. Progressive pitch yaitu perhitungan pitch propeller dari yang terkecil sampai
terbesar.
i. Straight pitch yaitu pitch yang diambil langsung dari garis yang ditentukan missal
0,7.
j. Hub yaitu silinder padat yang terletak dipusat propeller atau juga disebut tempat
yang digunakan untuk AS propeller.
l. Blade tip yaitu jangkau maksimal kemiringan dari pusat propeller. Letaknya
terpisah antara leading edge dan trailing edge.
2. Macam-macam Propeller
Propeller memiliki beberapa model atau macam antara lain : propeller dengan jumlah daun tiga, empat, lima, enam serta dapat dijumpai dua unit propeller ( twin screw ), satu unit ( single screw ) pada kapal perikanan. Bentuk daun propeller dapat dilihat pada gambar berikut :
Bentuk daun no 1 digunakan pada kondisi operasi berat. Bentuk daun no 2 digunakan jika terdapak kebisingan dan geteran pada kapal. Bentuk daun no 3 digunakan pada putaran tinggi dan diameter propeller kecil. Bentuk daun no 4 digunakan pada kapal yang menggunakan nozel. Bentuk daun no 5 digunakan pada kapal yang menggunakan nozel dengan tingkat kebisingan dan getaran minimum.
Pada hakekatnya propeler adalah alat reaksi, dengan mengambil air pada kecepatan tertentu dan membuangnya ke belakang pada kecepatan yang relatif besar. Jika tiap detiknya propeler tersebut bekerja pada air sejumlah W ton dan kecepatan air tersebut adalah a m/detik2, maka gaya yang akan diberikan pada air tersebut adalah :
F = W.a ( k Newton )
Reaksi air pada propeler ini merupakan gaya dorong ke depan (teori momentum). Fenomena diatas terjadi karena pada propeler terdapat aliran sirkulasi yang menghasilkan daya angkat oleh daun propeler. Sirkulasi menimbulkan peningkatan kecepatan setempat, serta penurunan pada punggungnya, terjadi juga penurunan kecepatan setempat yang menaikkan tekanan pada sisi muka daun propeller. Lihat pada gambar 10
dimana : PE = Daya Efektif, dlm. satuan kWatt RT = Gaya Hambat Total, dlm. satuan kN VS = Kecepatan Servis kapal [{Kec. dlm Knots} * 0.5144 = {Kec. dlm m/det} Daya Dorong (PT) adalah besarnya daya yang dihasilkan oleh kerja dari alat gerak kapal (propulsor) untuk mendorong badan kapal. Daya Dorong merupakan fungsi dari gaya dorong dan laju aliran fluida yang terjadi saat alat gerak kapal bekerja. Adapun persamaan Daya Dorong dapat dituliskan sebagai berikut ;
dimana : PT = Daya Dorong, dlm. satuan kWatt T = Gaya Dorong, dlm. satuan kN Va = Kecepatan advanced aliran fluida di bagian Buritan kapal [m/det] = Vs ( 1 w ); yang mana w adalah wake fraction (fraksi arus ikut) Daya Yang Disalurkan ( PD ) adalah daya yang diserap oleh baling-baling kapal guna menghasilkan Daya Dorong sebesar PT, atau dengan kata lain, PD merupakan daya yang disalurkan oleh motor penggerak ke baling-baling kapal (propeller) yang kemudian dirubahnya menjadi Daya Dorong kapal (PT). Variabel yang berpengaruh pada daya ini adalah Torsi Yang Disalurkan dan Putaran baling-baling, sehingga persamaan untuk menghitung PD adalah sebagai berikut ; dimana : PD = Daya Yang Disalurkan, dlm. satuan kWatt QD = Torsi Baling-baling kondisi dibelakang badan kapal, dlm. satuan kNm
nP = Putaran Baling-balin, dlm. satuan rps Daya Poros (PS) adalah daya yang terukur hingga daerah di depan bantalan tabung poros (stern tube) dari sistem perporosan penggerak kapal. Untuk kapal-kapal yang berpenggerak dengan Turbin Gas, pada umumnya, daya yang digunakan adalah PS. Sementara itu, istilah Daya Rem (Brake Power, PB ) adalah daya yang dihasilkan oleh motor penggerak utama (main engine) dengan tipe marine diesel engines
Gambar 12. Gaya-gaya yang bekerja pada system penggerak kapal Pada sistem penggerak kapal yang menggunakan Marine Diesel Engines ( type of medium to high speed ), maka pengaruh rancangan sistem transmisi perporosan adalah sangat besar didalam menentukan besarnya daya PS. Jika kamar mesin terletak dibelakang dari badan kapal, maka besarnya losses akibat sistem transmisi perporosan tersebut adalah berkisar 2 - 3 %. Namun bila kamar mesin terletak agak ke tengah atau jauh di depan, maka besarnya losses akan semakin bertambah.
Efisiensi Lambung, 0HULL, adalah rasio antara daya efektif (PE) dan daya dorong (PT). Efisiensi Lambung ini merupakan suatu bentuk ukuran kesesuaian rancangan lambung (stern) terhadap propulsor arrangement-nya, sehingga efisiensi ini bukanlah bentuk power conversion yang sebenarnya. Maka nilai Efisiensi Lambung inipun dapat lebih dari satu, pada umumnya diambil angka sekitar 1,05. Perhitunganperhitungan yang sering digunakan dalam untuk mendapatkan efisiensi lambung kapal adalah sebagai berikut :
Hull= PEPT ( 4 ) Hull = R x VsT x Vs Hull = T(l-t)x VsT x Vs (l-w) Hull = (l-t)(l-w) ( 5 ) t dan w merupakan propulsion parameters, dimana t adalah Thrust Deduction Factor yang dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut ; (6) standar = 0,5 x Cp-0,12 : untuk kapal dengan baling-baling tunggal = 0,5 x Cp-0,19 : untuk kapal dengan balingbaling kembar Dimana Cp = koefisien Prisatik = L.B.Cp = L..Aw ( 7 ) Sedangkan, w adalah wake fraction yang dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut, W=l-VAVB ( 8 ) Wstandar = 0, 0 Cp : single screw ship with normal = 0, 0 Cp : single screw ship with steren bulb Wstandar = 0, 0 Cp-0,3+0,3(0,4- aB) : Twin scew ships
Dimana, a : jarak antara 2 poros ( m ). b : lebar kapal ( m ). Efisiensi Baling-baling (Propeller Efficiency), 0PROP, adalah rasio antara daya dorong (PT) dengan daya yang disalurkan (PD). Efisiensi ini merupakan power conversion, dan perbedaan nilai yang terjadi adalah terletak pada dimana pengukuran Torsi Balingbaling (Propeller Torque) tersebut dilakukan. Yakni, apakah pada kondisi open water (QO) atau pada kondisi behind the ship (QD). Persamaan berikut ini menunjukkan kedua kondisi dari Efisiensi Baling-baling, sebagai berikut ; Efisiensi baling-baling (open water) : 0=l x Va2QpB ( 9 ) Efisiensi baling-baling (behind the ship) : B = PTPD=T x Va2QpB ( 10 ) Karena ada dua kondisi tersebut, maka muncul suatu rasio efisiensi yaitu yang dikenal dengan sebutan Efisiensi Relative-Rotative, 0RR ; yang merupakan perbandingan bantara Efisiensi Baling-baling pada kondisi di belakang kapal dengan Efisiensi Balingbaling pada kondisi di air terbuka, sebagai berikut ; RR=B0=T x Va2nQDT x VanQ0=QDQ0 ( 11 ) sehingga 0RR sesungguhnya bukanlah merupakan suatu sifat besaran efisiensi yang sebenarnya (bukan merupakan power conversion). Efisiensi ini hanya perbandingan dari besaran nilai efisiensi yang berbeda. Maka besarnya efisiensi relative-rotative dapat pula lebih besar dari satu, namun pada umumnya diambil nilainya adalah berkisar satu. Efisiensi Transmisi Poros (Shaft Transmission Efficiency), 0S , secara mekanis umumnya dapat didefinisikan dengan lebih dari satu macam tipe efisiensi, yangmana sangat tergantung dari bentuk konfigurasi pada stern arrangement-nya. Efisiensi ini merupakan product dari keseluruhan efisiensi masing-masing individual komponen terpasang. Efisiensi ini dapat dinyatakan seperti persamaan, sebagai berikut ; g=PpPg ( 12 ) Berikut ini adalah beberapa arrangement dari transmisi daya yang sering digunakan pada sistem penggerak kapal,
Efisiensi Keseluruhan (Overall Efficiency, 0P ), yang dikenal juga dengan sebutan Propulsive Efficiency, atau ada juga yang menyebutnya Propulsive Coefficient adalah merupakan hasil dari keseluruhan efisiensi di masingmasing phrase daya yang terjadi pada sistem propulsi kapal (sistem penggerak kapal). Efisiensi Keseluruhan dapat diperoleh dengan persamaan, sebagai berikut ; p-PEPr X PrPp X PDPs-Hull X B X s-HullX RRX s ( 13 ) HULL, o, dan RR adalah tergantung pada karakteristik hydrodynamics, sedangkan s adalah tergantung pada karakteristik mekanis dari sistem propulsi kapal. Namun demikian, peranan yang terpenting adalah upaya-upaya guna mengoptimalkan P.
, dimana adalah massa jenis fluida (Kg/m3); CT adalah koefisien tahanan total kapal;S merupakan luasan permukaan basah dari badan kapal (m2). Dan jika variabel-variabel tersebut adalah constant ( " ), maka Persamaan 16 dapat dituliskan sebagai berikut ;
(17)
b. Karakteristik Propeller
Karakteristik Propeler diperoleh dari hasil penelitian dan eksperimen beberapa seri propeler (seri B) dengan parameter yang dipakai sebagai berikut : Jumlah daun propeler Perbandingan luas daun propeler Rasio langkah propeler Koefisien gaya dorong Koefisien torsi Koefisien beban gaya dorong Efisiensi propeler Slip yang terjadi
Secara umum karakteristik dari baling-baling kapal pada kondisi open water test adalah seperti yang direpresentasikan pada Diagram KT KQ J (lihat Gambar 4). Setiap tipe dari masing-masing baling-baling kapal, memiliki karakteristik kurva kinerja yang berbeda-beda. Sehingga kajian terhadap karakteristik baling-baling kapal tidak dapat digeneralised untuk keseluruhan bentuk atau tipe dari baling-baling. Model persamaan untuk karakteristik kinerja baling-baling kapal adalah sebagai berikut,
(18)
KQ = (20)
(19)
(21) dimana : KT = Koefisien Gaya Dorong (Thrust) Baling-baling KQ = Koefisien Torsi Baling-baling J = Koefisien Advanced Baling-baling VA = Kec. Advanced dari fluida yg melintasi propeller disk 0O = Efisiensi Baling-baling pd kondisi open water N = Putaran Baling-baling D = Diameter Baling-baling TProp = Gaya Dorong Baling-baling (Propeller Thrust) QProp = Torsi Baling-baling (Propeller Torque) = Massa Jenis Fluida (Fluid Density)
Interaksi lambung kapal dan baling-baling (Hull & Propeller Interaction) merupakan upaya-upaya pendekatan diatas kertas untuk mendapatkan karakteristik kinerja balingbaling saat beroperasi untuk kondisi behind the ship. Metodenya adalah dengan mengolah Pers. (20) dan Pers. (21), sebagai berikut ; (21)
(22)
(23)
(24)
Jika =(1-t )(1-w)2D2 (25 ) Maka Pers. (25) menjadi, KT= xVA2n2D2 ( 26 ) Sehingga diperoleh hubungan persamaan, sebagai berikut ;
(27) Jika ditambahkan untuk kebutuhan Hull Service Margin; yaitu kebutuhan yang dikarenakan dalam perhitungan perencanaan, yangmana analisanya dikondisikan untuk ideal conditions, antara lain : perfect surfaces pada lambung dan balingbaling kapal, calm wind & seas, maka perlu ditambahkan allowances sebesar 20% dari nilai KT tersebut. Dan notasinya pun ditambahkan sub-script SM, yang artinya adalah service-margins . (28)
Langkah berikutnya adalah dengan membuat tabulasi dari Pers. (2 ) dan Pers. (28). Harga J diambil dari Diagram Openwater Test baling-baling yang akan digunakanpada kapal, yaitu dari angka terendah bergerak secara gradual ke angka tertingginya. Kemudian, hasil tabulasi tersebut di-plot-kan pada Diagram Openwater Test balingbaling tersebut seperti yang di-ilustrasi-kan pada gambar-gambar berikut ini,
Gambar 17 contoh p.lotting pada kurva Kt &Krsm(open water Test) Pada Gambar 6 terlihat bentuk interaksi dari kinerja propeller pada kondisi di belakang badan kapal, yangmana pada Kurva (1) merupakan trendline koefisien propeller thrust untuk trial conditions. Dan dengan melihat keadaan kurva J (3), diperoleh harga koefisien propeller torque, KQ pada kondisi trial. Sedangkan, Kurva (3.16) adalah trendline dari propeller thrust coefficient pada kondisi hull service margin dan dengan menarik kurva J (4) sedemikian hingga melewati titik KT-SM, maka diperoleh koefisien torsi baling-baling, KQ-SM, pada kondisi hull service margin. Selanjutnya, kedua angka KQ dan KQ-SM inilah yang digunakan untuk menentukan karakteristik beban propeller (propeller load characteristics).
(29)
(30) Jika KQ ; KQ-SM ; D ; D adalah konstan, maka Pers. (29) dan Pers. (30) dapat ditulis kembali sebagai berikut, (31)
(32) Dari kedua Pers. (31) dan Pers. (32) tersebut diatas, maka trend karakteristik propeller power ( Propeller Load ) dapat diperoleh sebagai berikut ; [Power] = [Torque] * [Speed] (33)
(34)
Tahap berikutnya adalah mentabulasikan Persamaan (33) dan Persamaan (34) dengan inputan propeller speed, yang diperoleh dari engine speed setelah diturunkan oleh mechanical gears (perhatikan gears ratio-nya). Gambar 3.15 dan gambar 3.16 mengilustrasikan tentang tabulasi dan trend dari propeller power yang dikembangkan.
7. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Berubahnya Sudut Pitch a. Kelelahan Logam (fatik logam)
Penelitian perubahan perubahan struktur dasar yang terjadi apabila logam mengalami tegangan berulang secara tepat telah menjadi proses kelelahan menjadi tahapan berikut:
4. Kegagalan ulet ultimat : terjadi apabila retak mencapai pajang yang cukup besar,
sedemikian hingga penampang yang tersisa, tidak mampu menahan beban yang ada (patah).
b. Korosi
Tipe korosi yang terjadi pada baling-balng kapal laut (propeller) yang terbuat dari paduan Mangan Bronze adalah tipe Korosi Kavitasi. Bentuk Korosi Kavitasi ini cenderung dialami lebih banyak oleh komponen-komponen yang mempunyai kecepatan tinggi dalam fluida, daripada dalam pipa atau tangki temoat fluida mengalir didalam permukaan logam yang diam. Penelitian korosi pada baling-baling kapal laut (propeller) dilakukan dengan cara studi perpustakaan, kasus dan eksperimen. terlihat bentuk korosi kavitasi yang terjadi pada baling-baling kapal laut (propeller) yang
terbuat dari paduan Mangan Bronze. Waktu operasi: 5 tahun, merupakan kombinasi antar Korosi Erosi dan Korosi Lubang (pitting) dan umumnya paduan ini sangat tahan terhadap unsur Cl (Chlorida).
d. Keausan Propeller
Kerusakan pada komponen mesin merupakan masalah yang sering terjadi pada komponen elemen mesin. Bentuk bentuk kerusakan yang sering terjadi meliputi keausan, dalam hal ini kerusakan yang sering terjadi saya analisa dari sudut pandang yaitu : Menganalisa gaya gaya yang terjadi propeller yang bergerak berputar dengan gaya yang besar dari mesin Induk
ukuran atau dimensi boss dari propeller, menghindari adanya pasak dan alur pasak yang sering menimbulkan tegangan-tegangan pada poros propeller, mengurangi tegangantegangan bengkok, serta dapat memudahkan pemasangan dan pelepasan propeller dari poros AS ( shaft ) Desain propeller dengan pasak harus dihindari karena geometris pasak dan alur pasak secara tidak disadari mengakibatkan keterputusan atau discontinuities aliran gaya pada poros dan dapat menimbulkan konsentrasi-konsentrasi tegangan (stress concentrations) yang hanya bisa dihilangkan dengan memperbaiki rancang bangun atau desainnya. Konsentrasi-konsentrasi tegangan ini masih tetap ada walaupun misalnya bisa dijamin bahwa pasaknya tidak memikul beban puntir walaupun pemasangannya dengan baik sampi terdengar suara denting yang mantap dari pukulan terakhir pada kunci pengikat (spanner) mur propeller (propeller nut) tidak selalu dipastikan bahwa pasak duduk dialurnya dipasang dengan pas. Sehingga propeller tanpa pasak ini dirancang dengan konis ukuran taper 112.
Gambar 20. Mur penekan hirdolik Sampai pada saat ini ada (3) metode propeller tanpa pasak (keyless) yang digunakan, terutama pada propeller untuk kapal-kapal besar anrata lain :
1. Metode sambungan dengan menggunakan flense ( flange fitting ). 2. Metode pemasangan Pilgrim ( pilgrim fitting ). 3. Metode pemasangan dengan injeksi minyak ( oil-injection fitting ).
poros AS ) karena masing-masing membutuhkan pekerjaan yang sangat tinggi tingkat ketelitiannya.
Gambar 21. Propeller dengan pengikat lewat flensa Metode sambungan flensa memungkinkan pangkal propeller (boss) memiliki rongga atau lubang cukup besar pada saat pengecorannya yang masih ada bahan cukup besar supaya logam cair bisa mengalir dengan mudah ke bagian atas dan kemudian menjadi dingin secara merata tanpa hot spot. Hal ini akan menjadi bentuk yang terlihat pada gambar 4.2 diatas.
4. Propeller harus dirancang supaya mampu menahan daya puntir dan beban dorong
daun propeller yang ditentukan oleh peraturan klasifikasi.
Gambar 22. Pemasangan propeller dengan metode pigrim Pada dasarnya metode pilgrim sangat sederhana hanya sebuah selongsongan (sleeve) yang terbuat dari besi tuang dimasukkan dalam lubang pada boss propeller yang terbuat dari perunggu khusus untuk beban berat (heavy duty bronze). Pasangan ini dimasukkan pada ujung poros propeller yang kering dan bebas gemuk, dengan angka toleransi (interference) yang sesuai dengan mur pilgrim tanpa injeksi minyak supaya jarak geser ke samping (axial travel) dipantau dengan sebuah clock gauge.
Gambar 24. Pemasangan dengan metode injeksi Lubang poros propeller di buat alur sebagai tempat mengalirnya miyak yang berfungsi sebagai pelumasan supaya poros AS dapat mengurangi koefisien gesek yang ditimbukan pada saat kapal bekerja. Injeksi minyak lumas haruslah sesuai dengan toleransi yang dianjurkan apabila injeksi minyak kelebilan akan mengakibatkan kebocoran atau penyumbatan dalam sistem hidroliknya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan praktik industri di PT Tiara Nusa Teknik merupakan hal yang sangat mengesankan. Karena perusahaan ini salah satu perusahaan yang sangat bonafit dan masih jarang di Indonesia. Perusahaan ini bergerak di bidang produksi propeller (balingbaling) khusus untuk kapal laut. Untuk menentukan sebuah propeller kita harus mempertimbangkan gaya hambatan, daya efektif, efisiensi besar volume lambung kapal, dan mesin yang akan digunakan. Hal tersebut merupakan parameter yang digunakan untuk memilih seri propeller kapal tersebut antara lain :
1. Jumlah daun propeller. 2. Besar ukuran diameter propeller. 3. Ratio langkah propeller. 4. Tinggi pitch propeller. 5. Lebar dan tebal propeller. 6. Berat propeller
Parameter diatas harus diperhitungkan secara detail agar biaya pengoperasiannya bisa seekonomis mungkin dan hasilnya bisa memuaskan.
B. Saran 1. Bagi PT Tiara Nusa Teknik a. Mengembangkan produksi dengan kualitas yang lebih bagus lagi.
b. Melakukan quality control pada proses produksi baik awal bahan sampai proses
pengemasan.
c. Meningkatkan komunikasi antar karyawan dan pegawai agar tidak terjadi missed
comunication.
d. Melengkapi alat keselamatan kerja seperti memakai baju kerja (wear pack ). e. Industri diharapkan dapat meningkatkan hubungan kerjasama dengan lembaga
pendidikan sebagai sarana untuk mencari bibit tenaga kerja professional dan sebagai sarana menuju dunia kerja.
2. Bagi Fakultas a. Menambah kegiatan praktikum di kampus untuk meningkatakan ketermpilan yang
dibutuhkan di dunia industry.
3. Bagi Mahasiswa a. Mahasiswa diharapkan dapat mempergunakan waktu praktik indusri secara
maksimal untu mengetahui proses produksi dan kegiatan yang ada di perusahaan