You are on page 1of 14

Ledakan Hama Tikus di Perkebuan Kelapa Sawit dan Cara Penanggulangannya

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pengantar Perkebunan Kelapa Sawit

Oleh : Andreas Maydian P. 201213056

Manajemen Logistik B

Oleh : Andreas Maydian P. 201213056

Manajemen Logistik B

Manajemen Logistik Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi 2013


1

Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya tim penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Ledakan Hama Tikus di Perkebuan Kelapa Sawit dan Cara Penanggulangannya. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman penulis yang telah mendukung selama menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dengan maksud untuk menunjukkan ancaman dari ledakan hama tikus di perkebunan kelapa sawit yang dapat merusak perkembangan kelapa sawit dan merugikan pihak perkebunan sendiri. Tikus menjadi ancaman tersendiri bagi perkebunan karena keberadaannya di perkebunan dapat menjadi suatu penghambat untuk menghasilkan produksi kelapa sawit yang optimal. Maka dari itu, dibutuhkan suatu sistem yang dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk menanggulangi ledakan hama tikus di perkebunan kelapa sawit. Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang penyebab ledakan hama tikus, akibat, dan cara pengendalian atau pengendalian hama tikus di perkebunan sawit. Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan dan keliruan baik dari segi isinya maupun penyusunannya. Oleh karena itu, penulis akan menerima kritikan dan saran yang diberikan dari para pembaca mengenai makalah ini. Semata-mata itu dilakukan untuk memperbaiki makalah-makalah penulis selanjutnya.

Bekasi, 1 Januari 2013

Penulis

Daftar Isi
Cover .............................................................................................................................. Pengantar ....................................................................................................................... Daftar Isi ........................................................................................................................ 1 2 3

Bab 1 Pendahuuan ........................................................................................................ 1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1.3 Tujuan Makalah .............................................................................................. 1.4 Manfaat ........................................................................................................... 1.5 Batasan Masalah ............................................................................................. 1.6 Asumsi ............................................................................................................

4 4 4 5 5 5 5

Bab 2 Pembahasan ........................................................................................................ 2.1 Penyebab Terjadinya Ledakan Hama Tikus ................................................... 2.2 Akibat Ledakan Hama Tikus .......................................................................... 2.3 Pengendalian Ledakan Hama Tikus................................................................

6 6 7 8

Bab 3 Analisis dan Evaluasi ......................................................................................... 3.1 Analisis ........................................................................................................... 3.2 Evaluasi ...........................................................................................................

10 10 11

Bab 4 Penutup ............................................................................................................... 4.1 Simpulan ......................................................................................................... 3.2 Saran ...............................................................................................................

13 13 13

Daftar Pustaka ..............................................................................................................

14

Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Budidaya kelapa sawit merupakan salah satu bidang usaha yang menjanjikan saat ini. Kelapa sawit menjadi komoditi yang memiliki prospek cerah dalam dunia perdagangan. Perkebunan kelapa sawit sekarang semakin bertambah, bahkan di Indonesia sendiri, areal perkebunan kelapa sawit adalah yang terluas di dunia diikuti oleh Malaysia. Agribisnis kelapa sawit, baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. Kelapa sawit yang begitu menjadi primadona saat ini tidaklah mudah dalam pembudidayaannya. Tuntutan kualitas produk dari pasar lokal maupun global menjadi suatu pertimbangan pasar agar kelapa sawit dapat diterima dipasaran. Salah satu ancaman di perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan kualitas produk yang baik adalah hama dan penyakit. Hama dan penyakit menjadi penghambat dalam perkebunan kelapa sawit, terlebih pada skala areal perkebunan kelapa sawit yang besar. Skala areal perkebunan kelapa sawit yang semakin besar tentunya memperbesar terjadinya risiko ledakan hama dan penyakit karena semakin besar areal akan mempersulit dalam pengawasan dan pemeliharaan terhadap kelapa sawit dari ledakan hama dan penyakit. Ledakan hama sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perkebunan kelapa sawit. Kondisi lingkungan itu sendiri, seperti kelembaban atau pun curah hujan. Selain kondisi lingkungan, sistem penanaman pada kelapa sawit juga dapat mempengaruhi. Ledakan hama sendiri akan merusak pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan akan menjadi epidemi (penyebab) penyakit. Bertolak dari masalah tersebut, penulis tertarik untuk membahas ancaman hama yang terjadi di perkebunan kelapa sawit.

1.2.

Rumusan Masalah 1.2.1 1.2.2 1.2.3 Mengapa terjadi ledakan hama pada perkebunan kelapa sawit? Apa ancaman yang dapat ditimbulkan dari ledakan hama? Apa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi ancaman ledakan hama?

1.3.

Tujuan Makalah 1.3.1 Untuk mengetahui penyebab terjadinya ledakan hama di perkebunan kelapa sawit. 1.3.2 Untuk mengetahui ancaman yang dapat ditimbulkan dari ledakan hama di perkebunan kelapa sawit. 1.3.3 Untuk mengetahui solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi ancaman ledakan hama di perkebunan kelapa sawit.

1.4.

Manfaat 1.4.1 Bagi penulis, untuk menjawab rasa ingin tahu penulis tentang ledakan hama yang terjadi di perkebunan kelapa sawit dan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pengantar Perkebunan Kelapa Sawit. 1.4.2 Bagi masyarakat, makalah ini dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai ledakan hama dan cara penanganannya.

1.5.

Batasan Masalah Hama dalam makalah ini mencakup hama tikus. Dalam makalah ini, penulis hanya

akan membahas tentang ledakan hama tikus yang terjadi di perkebunan kelapa sawit.

1.6.

Asumsi Ledakan hama tikus dipengaruhi kondisi lingkungan dan mempengaruhi pertumbuhan

tanaman kelapa sawit.

Bab 2 Pembahasan
2.1 Penyebab Terjadinya Ledakan Hama Tikus Ledakan hama menjadi masalah besar apabila kita sudah membicarakan tentang areal perkebunan kelapa sawit dalam skala yang besar. Mengapa? Karena semakin luas areal perkebunan maka akan semakin sulit pula pengendalian pertumbuhan tanaman kelapa sawit itu sendiri. Pengendalian pertumbuhan tanaman yang semakin sulit tentunya akan mempermudah terjadinya ledakan hama. Kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh ledakan hama ini sudah sangat signifikan. Kerugian langsung berkaitan dengan turunnya produktivitas. Kerugian tidak langsung adalah meningkatnya biaya produksi kebun yang berupa penggunaan alat pengendali, seperti pestisida maupun tenaga yang digunakan. Hama tikus adalah salah satu hama yang menjadi momok di perkebunan kelapa sawit. Tikus menyerang tanaman sawit sejak dari pembibitan, bahkan ketika tanaman sawit sudah memiliki buah, hama tikus tetap menjadi ancaman. Seperti yang kita ketahui bahwa ledakan hama terjadi karena adanya faktor kondisi lingkungan berarti penyebab terjadinya ledakan hama tikus salah satunya adalah kondisi lingkungan. Menurut pertanian-1993.blogspot.com (http://pertanian-1993.blogspot.com/2011/12/ penanggulangan-hama-tikus.html, diakses 28 Januari 2013),

Perkembangan hama tikus sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dalam hal ini faktor utama penentu perkembangan hama tikus adalah ketersediaan makanan. Di daerah-daerah dengan musim hujan dan musim kemarau yang tidak terlalu jauh berbeda sepanjang tahun, faktor ketersediaan makanan bagi hama tikus tidak berbeda banyak, hasilnya kepadatan populasi hama tikus juga dapat stabil. Di daerah-daerah yang jelas perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau, kepadatan populasi hama tikus tidak stabil. Di musin hujan, bila persediaan makanan cukup populasi tikus akan berkembang pesat begitu pula sebaliknya jika persediaan makanan bagi hama tikus tidak tersedia hama tikus bahkan tidak dijumpai sama sekali. Menurut Paska (http://hamavertebrata. blogspot.com/2012/07/pengendalian-hama-tikus-padakebun.html, diakses pada 28 Januari 2013), Beberapa faktor pendukung terhadap

keberadaan dan perkembangan populasi tikus, diantaranya : 1. Senantiasa tersedia makanan bagi tikus.

2. Keberadaan lahan kelapa sawit yang berdampingan dengan tanaman padi, palawija, atau tanaman lainnya. 3. Adanya sumber air seperti saluran irigasi atau parit isolasi yang tergenang air.
Ternyata selain faktor kondisi lingkungan, ketersediaan makanan bagi hama tikus di perkebunan kelapa sawit juga menjadi faktor terjadinya ledakan hama tikus. Hal tersebut menandakan bahwa perkebunan kelapa sawit menyediakan ketersediaan makanan yang melimpah untuk tikus. Perkembangan populasi tikus sangat dipengaruhi oleh tersedianya

makanan, yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air. Keberadaan atau lokasi perkebunan yang berdampingan dengan kebun tanaman lainnya juga sangat memungkinkan terjadinya ledakan hama tikus. Di samping itu, saluran irigasi atau parit yang menjadi sarang bagi keberadaan tikus sekaligus menjadi sumber air bagi tanaman sawit menjadi salah satu faktor pendukung keberadaan hama tikus.

2.2

Akibat Ledakan Hama Tikus Alangkah baiknya apabila kita mengetahui indikator apa saja yang menjadi dasar

bahwa penyebab terjadinya kerugian atau kerusakan pada perkembangan tanaman kelapa sawit adalah salah satunya karena ledakan hama tikus. Menurut oilpalm-mekarsari.com (http://www.oilpalm-mekarsari.com/2011/06/tip-untuk-petani-kelapa-sawit-swadaya-bagian18-perlindungan-tanaman-pengendalian-hama/, diakses pada 28 Januari 2013), Indikator yang menandakan terjadinya serangan hama tikus di kebun kelapa sawit, antara lain : 1. Benih tanaman sawit di nursery, tikus memakan yang lunak bagian akar atau bakal daun, hingga kecambah mati. 2. Menurut Paska (http://hamavertebrata. blogspot.com/2012/07/pengendalianhama-tikus-pada-kebun.html, diakses pada 28 Januari 2013), Gejala serangan pada pembibitan dan tanaman muda setelah pindah tanam berupa keratan pada pangkal batang. Serangan lebih lanjut dapat mencapai umbut tanaman. Ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak sempurna bahkan tanaman dapat mati. Kerusakan pada pelepah dapat mengurangi hingga 20% Tandan Buah Segar (TBS) pada satu tahun pertama. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), pada tanaman belum menghasilkan, tikus mulai memakan bagian pelepah terbawah hingga putus seluruhnya. Kadang-kadang

tikus memakan bagian atas perakaran yang lunak dan menyebabkan kematian. 3. Menurut Paska (http://hamavertebrata. blogspot.com/2012/07/pengendalianhama-tikus-pada-kebun.html, diakses pada 28 Januari 2013), Serangan pada bunga jantan mapun betina dapat terjadi apabila populasi tikus cukup tinggi di lapangan. Serangan pada bunga akan mengakibatkan tidak terbentuknya buah sehingga dapat mengakibatkan kerugian yang relatiif besar. Gejala serangan pada tandan berupa keratan pada Tandan Buah Segar (TBS). Kemampuan seekor tikus dalam mengkonsumsi buah sawit adalah 6-14 gr/hari, atau setara dengan kehilangan sebesar 328-962 kg minyak sawit/ha/thn, dengan tingkat populasi tikus 183-537 ekor/ha. Tanaman Menghasilkan (TM), tikus menjadi hama yang serius pada tanaman menghasilkan, karena memakan buah masak dan buah mentah. Kadang cirinya dapat dilihat pada brondolan yang jatuh di piringan sudah dalam kondisi luka bekas gigitan tikus. [(TBM), (TM), penulis] Hama tikus ternyata sudah mulai menyerang tanaman kelapa sawit sejak masih pembibitan hingga tanaman kelapa sawit menghasilkan buah. Indikator terjadinya serangan oleh tikus pada tanaman kelapa sawit terlihat dengan adanya bekas keratan pada batang, pangkal batang, pelepah, bahkan membuat bunga tidak berbentuk lagi. Tikus dapat

mengakibatkan tanaman sawit di nursery mati. Hal ini akan sangat merugikan bagi pihak perkebunan karena menyebabkan penggagalan pembibitan. Selain itu, tikus juga memakan pelepah pada TBM dan memakan buah pada TM hingga brondolan-brondolan terjatuh di sekitar piringan pada tanaman kelapa sawit.

2.3

Pengendalian Ledakan Hama Tikus Tikus yang menjadi salah satu ancaman di kebun sawit harus diambil tindakan

sesegera mungkin untuk meminimalisirkan kerugian yang dialami oleh kebun. Pihak kebun harus meminiminalisirkan serangan tikus dengan melakukan berbagai macam pengendalian. Menurut Paska (http://hamavertebrata. blogspot.com/2012/07/pengendalian-hama-tikus-padakebun.html, diakses pada 28 Januari 2013), Ada beberapa metode pengendalian hama tikus pada tanaman perkebunan yang dapat dilakukan antara lain : 1. Pengendalian Kultur Teknis Prinsipnya adalah membuat lingkungan yang tidak mendukung bagi kehidupan dan perkembangan populasi tikus. 8

Contoh : pengaturan pola tanam, waktu tanam, jarak tanam, dll.. Cocok pada tanaman semusim, sangat susah diterapkan pada kebun kelapa sawit. 2. Sanitasi Prinsip sanitasi adalah membersihkan sarang dan tempat persembunyian tikus. Sanitasi kebun dapat dilakukan terhadap : a. Tumpukkan kayu sisa tebangan pohon-pohon tua pada areal bukaan baru atau areal peremajaan. b. Gulma di sekitar pertanaman dan tumpukan pelepah. Perlu diperhatikan agar pembersihan ini tidak mengganggu kacangan penutup tanah (KPT). 3. Fisik-Mekanis Prinsip pengendalian secara fisik adalah mengubah faktor lingkungan fisik menjadi di atas atau di bawah batas toleransi tikus, sedangkan pengendalian mekanis dengan menggunakan alat, seperti : a. b. c. Perangkap; livetrap, deadtrap, snaptrap, breakbacktrap, pitfalltrap Penghalang/barrier/proofing Berburu, blanketing, krompyangan, gropyokan (pemburuan secara massal) 4. Pengendalian biologis (musuh alami) 4.1 Predator, seperti burung hantu (Tyto alba), kucing (Felis catus), ular sawah (Ptyas koros). Predasi terhadap tikus dapat digambaran sebagai berikut: Aves (10) > Mamalia (4) > Reptilia (1). Predator tikus yang lain, seperti anjing (Canis familiaris), musang (Paradoxurus

hermahroditus), dan garangan (Herpestes javanicus). 4.2 Patogen, seperti Protozoa (Sarcocystis singaporensis), bakteri

(Trypanosoma evansi), dan nematoda (Nippostrongilus brassiliensis) 5. Pengendalian Kimiawi a. b. c. d. Umpan beracun (rodentisida) Fumigan (asap beracun) Atraktan dan repelen Kemosterilan (bahan pemandul)

Banyak cara yang tersedia dalam mengendalikan hama tikus. Namun tidak semua cara baik dilakukan dan pengendalian hama tikus di kebun sawit harus sesuai dengan prosedur agar sistem dari pengendalian tidak mengganggu perkembangan tanaman kelapa sawit itu sendiri. 9

Bab 3 Analisis dan Evaluasi


3.1 Analisis Hama merupakan salah satu ancaman bagi perkembangan tanaman, dalam makalah ini tanaman sawit, selain penyakit tanaman. Banyak jenis hama yang ada di kebun sawit, antara lain berbagai jenis ulat dan hewan. Tikus merupakan salah satu hewan pengerat yang menjadi musuh bagi perkebunan kelapa sawit. Populasi tikus yang semakin banyak akan semakin mengganggu dan merugikan perkebunan. Populasi tikus itu sendiri dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan. Kondisi lingkungan yang mendukung, terutama dimusim penghujan. Selain itu, keberadaan atau lokasi perkebunan yang berdekatan dengan lahan persawahan akan memungkinkan terjadinya serangan mendadak dari tikus setelah terjadinya masa panen di areal persawahan. Hal tersebut terjadi karena tikus akan mencari tempat migrasi baru untuk memenuhi ketersediaan makanannya setelah akhir masa panen di persawahan. Ketersediaan makanan, seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air akan mempercepat populasi tikus. Tikus menyerang tanaman kelapa sawit terlihat dengan tanda-tanda bekas keratan dari kukunya, baik pada batang, pangkal batang, pelepah, bahkan membuat bunga tidak berbentuk lagi. Tikus menyerang mulai dati persemaian hingga ke tanaman menghasilkan. Hama tikus dapat menyebabkan kematian pada tanaman muda, sehingga memerlukan tambahan biaya bibit dan tenaga kerja, serta menyebabkan tertundanya masa panen. Menurut kliniksawit.com (http://kliniksawit.com/hama-sawit/tikus.html, diakses 28 Januari 2013), Selain itu, perlukaan buah akibat keratan tikus dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam minyak sawit, serta mendorong berkembangnya jamur-jamur saprofitik yang selanjutnya akan membusukkan buah dan tandan di pohon. Tentunya hal ini akan sangat merugikan bagi pihak perkebunan. Kerugian tentunya sangat berkaitan dengan target produksi yang tidak tercapai dengan optimal karena serangan dari hama tikus tersebut. Produksi kelapa sawit (TBS) yang tidak tercapai tentunya akan berimbas pada konsumen, dalam hal ini pabrik, karena pabrik membutuhkan TBS untuk diolah menjadi CPO. Seperti yang diketahui bahwa secara umum, sistem kerja di pabrik berangsur secara terus-menerus. Jadi apabila pasokan TBS tidak mencapai seperti yang diinginkan pihak 10

pabrik, maka produksi CPO akan terganggu dan tidak akan tercapai. Maka dari itu, peranan kebun sangat diperlukan agar produksi TBS dapat tercapai dengan optimal sehingga pabrik pun dapat memenuhi target produksi CPO-nya. Masalah hama tikus tersebut seharusnya dikendalikan sebaik mungkin dengan berbagai sistem pengendalian hama yang sudah tersedia di kebun untuk meminimalisir kemungkinan serangan hama yang semakin besar. Sistem atau metode pengendalian hama banyak tersedia di perkebunan sawit. Tikus termasuk hama yang agak sulit dikendalikan karena hama ini mempunyai indra penciuman, peraba dan pendengaran yang tajam, gerakan untuk melakukan kegiatan dimalam hari terutama dituntun oleh misai dan bulu-bulu yang tumbuh panjang. Pengendalian kultur teknis, sanitasi, fisik-mekanis, pengendalian biologis, dan pengendalian kimiawi adalah caracara yang dapat diterapkan guna memerangi ancaman hama tikus di perkebunan sawit.

3.2

Evaluasi Serangan dari hama tikus terhadap perkebunan kelapa sawit harus bisa dikendalikan

secepat mungkin agar serangannya tidak meluas yang akan mengakibatkan kerugian yang berkelanjutan. Tikus termasuk hama yang agak sulit dikendalikan karena hama ini mempunyai indra penciuman, peraba, dan pendengaran yang tajam. Oleh karena itu, dalam mengendalikan hama tikus diperlukan suatu strategi dengan metode konsep pengendalian hama terpadu yaitu memamfaatkan semua teknik yang kompatibel dalam suatu sistem yang harmonis untuk mempertahankan produksi kelapa sawit di perkebunan. Banyak cara pengendalian yang dilakukan. Cara pengendalian dengan membersihkan sarang dan tempat persembunyian tikus disebut sanitasi. Terdapat juga metode pengendalian yang disebut teknik fisik-mekanis. Fisik-mekanis merupakan gabungan semua cara fisik untuk membunuh tikus seperti dengan pukulan, diburu dengan anjing, menggunakan perangkap, penggunaan pagar plastik. Cara ini biasanya lebih berhasil apabila dilaksanan secara massal atau grapyokan. Selain itu, terdapat juga pengendalian secara biologis atau musuh alami yang menggunakan hewan predator tikus, seperti ular dan burung hantu. Metode pengendalian secara kimiawi lebih kepada penggunaan zat-zat kimia yang bersifat racun bagi kehidupan tikus. Dari sekian banyak metode pengendalian yang ada, menurut penulis cara pengendalian yang cocok adalah penggabungan antara sistem sanitasi dan pengendalian secara biologis. Mengapa? Karena sistem sanitasi bertujuan membersihkan semak-semak dan rerumputan, membongkar liang serta sarang serta tempat perlindungan lainnya. Penerapan sistem seperti 11

ini akan sangat membantu karena dengan lingkungan yang bersih tikus merasa kurang mendapatkan perlindungan sehingga tikus akan pindah ke tempat lain yang lebih aman. Sedangkan metode pengendalian secara biologis dapat menggunakan hewan-hewan predator hama tikus, seperti burung hantu dan ular. Tikus merupakan salah satu hewan nokturnal, yaitu hewan yang aktif melakukan kegiatan di luar sarang atau persembunyiannya pada malam hari. Jadi, hewan-hewan seperti burung hantu dan ular sangat membantu, terutama burung hantu. Burung hantu dinilai sangat efektif dan efisien untuk menanggulangi hama tikut. Ketika malam hari disaat tikus menyerang perkebunan, burung hantu dapat saja menjadi predator yang siap memangsa tikus ketika melakukan aksinya. Metode pengendalian secara kimiawi memang secara fisik sangat efektif dalam menanggulangi serangan hama tikus, namun disisi lain racun tikus (rodentisida) yang digunakan dapat membuat percemaran bagi lingkungan dan dianggap tidak ekonomis. Sedangkan untuk metode fisik-mekanis pada areal perkebunan kelapa sawit yang luas sangatlah tidak efektif karena pada metode ini dibutuhkan tenaga kerja tambahan berupa manusia yang akan melakukan pengawasan selama melakukan metode tersebut. Jadi, menurut penulis metode pengendalian yang efektif dan efisien di areal perkebunan kelapa sawit yang luas adalah metode sanitasi dan metode secara biologis.

12

Bab 4 Penutup

4.1

Simpulan Ledakan hama tikus di perkebunan kelapa sawit disebabkan berbagai faktor, antara

lain kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan. Tikus akan mencari tempat yang mampu menyediakan kebutuhan pangannya. Serangan dari hama tikus dapat menyebabkan kerusakan atau pun kerugian bagi pihak perkebunan. Kerusakan ditujukan kepada tanaman sawit sendiri, pertumbuhan sawit akan terganggu bahkan mati karena tikus mampu memakan buah yang sebenarnya menjadi komoditas utama produksi perkebunan. Selain itu, keratan tikus mampu meningkatkan asam lemak bebas pada buah sawit. Kerugian sendiri berkaitan dengan hasil produksi yang dicapai perkebunan tidak akan optimal. Banyak cara yang tersedia dalam menanggulangi hama tikus di perkebunan kelapa sawit, antara lain metode sanitasi, metode biologis (musuh alami), metode fisik-mekanis, dan metode kimiawi. Namun, cara yang penulis anggap palinga baik adalah penggabungan antara metode sanitasi dan metode biologis.

4.2

Saran Hama tikus adalah hama yang sangat aktif pada malam hari. Selain itu, hama ini juga

sangat peka karena memiliki indera penciuman, peraba, dan pendengaran yang tajam. Jadi, penanggulangan hama tikus di perkebunan kelapa sawit haruslah memakai sistem dan strategi yang baik. Dalam penanggulangan juga haruslah mengerti tentang pemahaman terhadap hama tikus dan teknologi pemberantasan hama tersebut. Setalah memahami, hendaknya kita juga harus selalu melakukan penerapan sesuai prosedur dan pengawasan yang efektif agar metode pengendalian dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Semua pihak dalam perkebunan harus mampu bekerja sama dalam memberantas hama tikus, setidaknya meminimalisir serangan hama tikus yang dapat mengakibatkan kerusakan dan kerugian bagi perkebunan.

13

Daftar Pustaka
Kliniksawit.com. Tikus. http://kliniksawit.com/hama-sawit/tikus.html. Diakses 28 Januari 2013.

Oilpalm-mekarsari.com.

2011.

Perlindungan

Tanaman

Pengendalian

Hama.

http://www.oilpalm-mekarsari.com/2011/06/tip-untuk-petani-kelapa-sawit-swadayabagian-18-perlindungan-tanaman-pengendalian-hama/. Diakses 28 Januari 2013.

Paska, Eli Siahaaan, S.P.. 2012. Pengendalian Hama Tikus Pada Kelapa Sawit. http://hamavertebrata.blogspot.com/2012/07/pengendalian-hama-tikus-pada-kebun.html. Diakses 28 Januari 2013.

Pertanian-1993.blogspot.com. 2011. Penanggulangan Hama Tikus. http://pertanian-1993. blogspot.com/2011/12/penanggulangan-hama-tikus.html. Diakses 28 Januari 2013.

14

You might also like