You are on page 1of 9

PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK CRP KUALITATIF

A. PENDAHULUAN Hingga kini, penyakit jantung masih menduduki peringkat pertama penyebab kematian di dunia. Dan untuk itu, para ilmuwan masih terus mencari metode yang praktis dan akurat untuk mengetahui tingkat risiko penyakit jantung sebagai salah satu komplikasi dari hipertensi. Salah satu metode yang kini mulai banyak digunakan untuk mengetahui tingkat resiko penyakit jantung adalah pengukuran CRP. RP atau C-Reactive Protein adalah protein plasma yang diproduksi oleh hati sebagai reaksi dari adanya infeksi, luka pada jaringan, dan proses inflamasi. Proses inflamasi merupakan proses reaksi tubuh terhadap adanya luka atau infeksi. Proses ini sebenarnya bermanfaat untuk mencegah infeksi namun seringkali proses inflamasi terjadi secara berlanjut dan menyebabkan gangguan pada organ-organ tertentu, contohnya pada jaringan sendi dan tulang yang menyebabkan arthtritis atau pada pembuluh darah yang menyebabkan atherosclerosis. Kadar CRP di dalam tubuh akan meningkat dengan cepat bahkan hingga 1000 kali lipat, sekitar 6 jam setelah proses inflamasi terjadi. Inilah yang menyebabkan kadar CRP banyak digunakan sebagai indikator terjadinya proses inflamasi di dalam tubuh.

B. TUJUAN Untuk mengetahui penentuan prognosis, termasuk melihat apa ada berulangnya penyakit jantung Stable Coronary Heart Desease atau ACS ( Artery Coronary Syndrome)

C. DASAR TEORI C-reactive protein atau CRP adalah protein fase akut yang didapatkan dalam serum normal walaupun dalam jumlah yang kecil. Dibentuk terutama di hati, sebagai respon tubuh dimana didapatkan adanya reaksi radang atau kerusakan jaringan (nekrosis), yaitu baik yang infektif maupun yang tidak infektif. Kadar CRP dalam serum dapat mengikat sampai 1000 kali. CRP sebetulnya bukanlah pemeriksaan yang spesifik, sehingga penerapan dan interpretasinya harus memperhatikan kondisi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium lainnya. Namun akhir-akhir ini, tes CRP cukup sering dilakukan bahkan pada kasus ringan seperti anak dengan batuk pilek, yang sebetulnya tidak memerlukan pemeriksaan tersebut. 1. Metode Pengukuran CRP Pengukuran CRP dilakukan dengan pengambilan darah dari pembuluh darah vena, biasanya dilakukan pada bagian siku atau belakang telapak tangan. Darah yang telah diambil kemudian dianalisa kadar CRP-nya dengan menggunakan suatu senyawa antiserum yang dapat digunakan untuk mengukur kadar protein tersebut. Ada 3 jenis metode pengukuran CRP, yaitu : A. Conventional CRP : Metode pengukuran ini digunakan untuk menganalisa adanya infeksi, kerusakan jaringan, dan gangguan-gangguan akibat proses inflamasi. Metode ini dapat mengukur kadar CRP secara tepat pada kadar 5 mg/l atau lebih. Orang yang sehat biasanya memiliki kadar CRP di bawah 5 mg/l, sedangkan adanya proses inflamasi ditunjukkan dengan kadar CRP sebesar 20-500 mg/l. B. High Sensitivity CRP ( hsCRP ) : Metode pengukuran ini digunakan untuk menganalisa kondisi-kondisi yang mungkin berhubungan dengan proses inflamasi. Metode ini bersifat lebih sensitif sehingga dapat mengukur kadar CRP secara tepat hingga 1 mg/l. C. Cardiac CRP ( cCRP ) : Metode pengukuran ini digunakan untuk menganalisis tingkat resiko penyakit jantung. Metode ini memiliki sensitivitas yang menyerupai dengan hsCRP , namun menggunakan

metode analisa yang lebih sensitif sehingga hasil yang diperoleh lebih spesifik untuk menentukan resiko penyakit jantung

2. CRP dan Penyakit Jantung Seperti telah dijelaskan sebelumnya, proses inflamasi pada pembuluh darah dapat menyebabkan penyakit atherosclerosis . Proses inflamasi pada pembuluh darah menyebabkan sel-sel imun menyerang lemak pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan lemak lepas dan saling menggumpal. Akibatnya, terbentuk plague yang menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan penyakit jantung. Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kadar cCRP di dalam tubuh dengan tingkat resiko penyakit jantung, seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Penentuan tingkat resiko penyakit jantung dengan mengukur kadar cCRP banyak dilakukan karena relatif mudah dilakukan. Selain itu, CRP merupakan senyawa yang stabil sehingga tidak mudah mengalami perubahan selama pengujian. 3. Infeksi CRP dapat meningkat disebabkan oleh berbagai jenis infeksi. Namun CRP tidak dapat menentukan penyebab infeksi secara pasti. CRP juga tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan bakteri. Meskipun CRP cenderung lebih tinggi pada infeksi bakteri yang lebih invasif/berat, korelasi tersebut tidak selalu demikian. Sebagian besar infeksi virus menyebabkan CRP meningkat ringan, tapi CRP yang sangat tinggi juga dapat ditemukan pada infeksi virus tanpa komplikasi seperti adenovirus, influensa, dan cytomegalovirus. Dengan demikian, tingginya CRP yang bervariasi tidak dapat dipergunakan secara umum untuk membedakan

penyakit infeksi ringan dan berat. Penilaian ringan-beratnya suatu penyakit hendaknya tetap mengacu pada kondisi klinis.

4. Sintesa dan Struktur CRP


CRP disintesa didalam hati. Peningkatan sintesa CRP dalam sel-sel parenkim diinduksi oleh interleukin I. CRP meningkat 1000 kali atau lebih berperan pada imunitas non- spesifik yang dengan bantuan Ca2+ dapat meningakat berbagai molekul, antara lain fosforolklorin yang ditemukan pada bakteri atau jamur. Kemudian menggerakkan sistem komplemen dan membantu merusak organisme patogen dengan cara opsonisasi dengan meningkatkan fagositas. (Bratawijaya, 1996) Dalam waktu yang reaktif singkat singkat setelah terjadinya reaksi radang akut atau kerusakan jaringan. Sintesa dan sekresi dari CRP meningkat dengan tajam dan hanya dalam waktu 12-48 jam setelah mencapai nilai puncaknya. Kadar dari CRP akan menurun dengan tajam bila proses peradang atau kerusakan jaringan mereda dalam 24-48 jam telah mencapai harga normalnya kembali. 5. Cara Aglutinasi Latex Merupakan penentuan CRP secara semikuantitatif. Satu tetes serum dicampur dengan satu tetes reagen latex (CRP) (partikel- partikel latex yang disalutkan dengan anti CRP), diataskacabendadenganpengandukdarikaca. Hal yang sama dikerjakan untuk serum kontrol baik positif maupun negatif. Lempeng kaca kemudian digoyang- goyangkan dengan rotator dan dibaca setelah 3-5 menit. Pembacaan apabila positif, berarti sesuai dengan kadar CRP lebih dari 0,5 mg/ 100 ml atau 5 mg/L dan negative berarti harus diulang dengan pengenceran 1 : 10.

D. ALAT dan BAHAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tes slide Reagen CRP Kontrol positif CRP Kontrol negatif CRP Serum pasien Timer Pipet

E. CARA KERJA
Siapkan seluruh alat dan bahan yang diperlukan

Mengocok reagen/latex CRP

Meneteskan reagen pada kertas kerja dilingkran 1,2,3 masing-masing 1 tetes

Menambahkan satu tetes kontrol (+) CRP pada lingkaran 1, serum pasien pada lingkaran 2 dan 1 tetes kontrol (-) pada lingkaran 3

Menggoyangkan campuran serum selama 2 menit dan mengamati perubahan yang terjadi

Meratakan reagen dengan ujung pipet

F. HASIL dan PEMBAHASAN

Pada hasil percobaan didapatkan hasil negatif karena tidak terjadi agregasi. Sedangkan apabila terjadi agregasi membuktikan bahwa terjadinya kompleks antigen-antibody dimana reaksi ini merupakan uji cepat berupa uji kualitatif. Namun pada percobaan ini juga bisa memberikan hasil palsu. Jadi karena hasil yang diperoleh negatif menandakan bahwa tidak terdeteksinya antibody spesifik terhadap bakteri golongan gram (+) yang berarti tidak terjadi peradangan.

KESIMPULAN
1. Pada praktikum ASTO dapat diketahi bahwa pemeriksaan ini masih dinilai kurang spesifik untuk menentukan tingkat virulensi Streptokokus karena nilai titer rendah palsu dapat muncul ketika subjek sedang dalam terapi antibiotik atau konsumsi kortikosteroid. Selain itu, nilai lipoproteins juga dapat memberikan hasil yang meningkat palsu.. Tetapi, pemeriksaan ini dapat dijadikan acuan dalam penanganan penyakit ini lebih dini. 2. Pemeriksaan CRP digunakan untuk membantu menegakkan diagnose dari keadaan penyakit yang berkaitan dengan proses peradangan dan nekrosis jaringan serta digunakan untuk mengikuti hasil pengobatan dari penyakit dengan peradangan akut atau kerusakan jaringan. 3. Cara Sahli ini bukanlah cara yang teliti. Kelemahan metode ini berdasarkan kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti; bahwa hematin asam bukanlah merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat distandarkan.Untuk menghitung eritrosit diperlukan pengalaman serta kemahiran dan ketelitian agar kesalahn kecil sekali. Larutan yang dipakai adalah larutan Hayem yang berfungsi untuk menghancurkan leukosit sehingga yang terlihat hanya eritrosit saja.

SARAN
1. Pada saat melakukan percobaan sebaiknya mahasiswa berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan. 2. Pada saat pengambilan darah sebaiknya darah yang diambil melalui pipet jangan sampai terputus, dan harus sesuai dengan ukuran yang ada. Dan pada saat pengambilan sampel hendaknya berhati-hati dalam melihat warna, karen harus sama dengan tabung yang ada didalam alat Sahli.

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Patologi Klinik Penuntun Praktikum Modul Kardiovaskular. Jakarta : 2013. 2. Pal GK. Textbook of practical physiology. Orient Blackswan. 2001.p.1026. 3. Anonim, 2010. Pemeriksaan CRP Kuantitatif. Diunduh tanggal 26 Maret 2013 dari http://pramitautama.co.id. 4. Cheisa,C. 2004. Diagnosis of Neonatal Sepsis: A Clinical and Laboratory Challenge. Diunduh tanggal 26 Maret 2013 dari http://www.clinchem.org. 5. Kee JL. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Ed 6. Jakarta: EGC;2008.p.175-7 6. Behman, R.E. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak vol. 2 edisi 15. EGC; Jakarta. 1999 7. Rusepro, Hasan. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid dua edisi keempat. Bagian IlmuKesehatan Anak FK UI; Jakarta.1985 8. Pusponegoro, HD. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi I. Badan Penerbit IDAI; Jakarta. 2004 9. Sastroasmoro S, Madiyono B. Buku Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara; Jakarta. 1994. 1. Riswanto. Penetapan Kadar Hemoglobin. [online] Available From: http://www.scribd.com/doc/70634173/Penetapan-Kadar-Hemoglobin 2. Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 1991 3. Harper, V. W Rodwell, P. A Mayes. Biokimia. Jakarta: EGC. 1979 4. Sadikin, M. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika. 2001 5. Amrullah A. Hemoglobin (Kadar, Struktur, Cara Mengukur Hemoglobin). [online] Available From:http://www.scribd.com/doc/83920617/Hemoglobin 6. Ramdan KRB. Laporan Praktikum Kimia Klinik Pemeriksaan Hematokrit. Tasikmalaya: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada. 2011 7. Frida ME. Metode Penatapan Kadar Hemoglobin. Surakarta: FK-UNS. 2009.

LAMPIRAN

You might also like