You are on page 1of 13

TEORI -TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Perencanaan Program Pembelajaran Biologi Dosen Pengampu: Widodo, M.Pd.

Disusun Oleh: Luluk Hamidah Sari Eka Pratiwi Faricha Alfiani Tri Yuliyanti Khaswandi : 10680059 :10680013 :10680040 :10680044 :10680049

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI YOGYAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan kegiatan interaktif dan timbal balik antara pendidik dan peserta didik. Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan maka seorang pendidik seharusnya menyiapkan berbagai kebutuhan sebalum mengajar termasuk kebutuhan setelah mengajar. merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran merupakan kegiatan wajib yang dilakukan guru sehingga perlu untuk mempelajari teori-teori belajar walaupun implikasinya tak semanis teorinya. Dengan demikian guru dapat berkreasi dan berinovasi pada kelasnya dengan teori yang mendasari proses pembelajaran tersebut. Terdapat banyak teori belajar yang mendasari proses pembelajaran. Beberapa diantaranya yaitu teori Piaget, teori Gagne, teori Bruner, dan teori Ausubel. Teori belajar Ausubel secara umum memaparkan bahwa pembelajaran harus bermakna yang terbagi dalam dua dimensi yaitu penyampaian informasi dan penemuan. Teori belajar Gagne yang menyatakan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Teori belajar brunner belajar merupakan proses eksplorasi ilmiah (discovery learning), serta teori Piaget, memusatkan perhatian perkembangan fikiran manusia secara alami dari lahir sampai dewasa. Pada makalah ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai keempat teori belajar tersebut balam mempengaruhi pembelajaran.

BAB II PEMBAHASAN

A. TEORI BELAJAR PIAGET 1. Biografi Singkat Jean Piaget lahir pada 9 Agustus 1896 di Neuchatel, Swiss. Ia adalah anak seorang sejarawan. Masa kanak-kanak Jean Piaget banyak dipengaruhi oleh apa yang ia lihat pada ayahnya, seorang pria yang berdedikasi pada penelitian dan pekerjaannya. Karenanya, sejak kanak-kanak dia sangat suka belajar, terutama dalam hal ilmu pengetahuan alam. Saat dia berumur sebelas tahun, tulisannya tentang burung gereja "albino` (memiliki kulit yang benar-benar pucat atau terang) yang langka, diterbitkan yang pertama dari ratusan artikel dan lebih dari lima puluh buku. Jean Piaget adalah seorang psikolog dan pendidik berkebangsaan Swiss, terkenal karena teori pembelajaran berdasarkan tahap yang berbeda-beda dalam perkembangan intelegensi anak. Piaget menerima gelar kehormatan dari Univeristas Oxford dan Harvard dan memukau banyak peserta konferensi tentang perkembangan dan cara belajar anak. Namun demikian, ia tetap rendah hati dan memilih untuk menghindari sorotan publik. Gaya hidup seperti itu memampukannya untuk lebih lagi mengembangkan teorinya. 2. Prinsip Dasar Teori Jean Piaget Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yang menyeluruh, yang mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi dan psikologis (perkembangan jiwa). Konsep piaget mengenai perkembangan kognitif berasal dari kepuasannya atas perkembangan biologi dari organism tertentu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Piaget, bahwa organisasi itu bukan suatu penyebab yang pasif dalam perkembangan genetic. Perubahan genetic bukan kejadian kebetulan yang menyebabkan makhluk tetap bertahan hidup oleh proses seleksi yang dikuasai lingkungan, akan tetapi soal hidupnya makhluk dikarenakan adanya proses interaksi antar organisme dengan lingkungan.

Perkembangan biologi ini juga memberikan dasar bagi perkembanan intelek. Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian & kendaraan untuk transportasi. Lebih lanjut Piaget, mengemukakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan kogitif, yaitu: a. Lingkungan Fisik, dalam hal ini perlu dilakukan karena bagaimanapun juga interaksi antara individu dan dunia luar merupakan dumber informasi baru. b. Kematanga, yaitu suatu kondisi yang penting bagi perkembangan kognitif. Perkembangan ini biasanya berlangsung dengan kecepatan yang berlainan, tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan siswa dalam belajar. c. Lingkungan sosial, hal ini termasuk peranan bahasa dan pendidikan. pentingnya lingkungan sosial adalah pengalaman ini dapat memacu dan menghambat perkembangan struktur kognitif. d. Proses pengaturan dan pengoreksi diri si belajar, yang lebih dikenal dengan ekuibilitas. Peran ekuibilitas adalah mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, sehingga perkembangan kognitif dapat berjalan secara terpadu dan tersusun baik.

3. Implikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget dalam Pembelajaran a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. B. TEORI BELAJAR GAGNE 1. Biografi Singkat Robert Mils Gagne adalah seorang ilmuan psikologi yang lahir pada tahun 1916 di Nort Andover, M.A da meninggal dunia pada tahun 2002. Setelah lulus SMA dia melanjutkan pendidikan di Yale University. Pada tahun 1937 Gagne mendapat gelar B.A dari Yale University dan pada tahun 1940 memperoleh gelar Ph.D. pada bidang psikologi di Brown University. Gelar professor diperolehnya ketika mengajar di Connecticut College for women tahun 1949. Demikian pula di Penn State University 1945-1946, dan terakhir diperolehnya dari Florida State University 1949-1958. Gagne menjadi direktur Perceptual and MoTOR Skills Laboratory US Air Force. Pada waktu inilah dia mulai mengembangkan teori Conditions of Learning pada tahun 1965 yang mengarah kepada hubungan tujuan pembelajaran dan kesesuaian dengan desain pengajaran. 2. Teori Kondisi Belajar Gagne Teori gagne memadukan proses kognitif si belajar dan stimulasi dari lingkungan dalam perolehan berbagai belajar. Menurut Gagne, belajar terdiri dari

tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal (stimulus dari lingkungan dalam acara belajar), kondisi internal (yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa), dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, ketrampilan intelek, ketrampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Kondisi internal belajar ini berinteraksi dengan kondisi eksternal belajar, dari interaksi tersebut tampaklah hasil belajar. Gagne menyarankan adanya kejadian-kejadian instruksi. Menurut Gagne, bukan hanya guru yang dapat memberikan instruksi, kejadian belajarnya juga dapat diterapkan baik pada belajar penemuan, atau belajar di luar kelas, maupun belajar didalam kelas. Kejadian-kejadian instruksi yang ditujukan pada guru yang menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa, adalah sebagai berikut: a. Mengaktifkan motivasi (activating motivation) b. Member tahu tujuan-tujuan belajar c. Mengarahkan perhatian (directing attention) d. Merangsang ingatan ( stimulating recall) e. Menyediakan bimbingan belajar f. Meningkatkan retensi ( enchancing retention) g. Melancarkan transfer belajar h. Mengeluarkan penampilan memberikan umpan balik Delapan fase belajar diatas merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu proses internal yang terjadi didalam pikiran sisiwa. Dengan demikian, belajar belajar menurut pandangan gagne adalah suatu proses yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan: 1). Stimulasi yang berasal dari lingkungan, 2). Proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar,. Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. C. TEORI BELAJAR BRUNER 1. Biografi Singkat Brunner yang memiliki nama lengkap Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Hrvard, Amerika Serikat, telah

mempelopori aliran psikologi kognitif yang member dorongan agar pendidikan memberikan perharian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi

pengetahuan. Bukunya tentang pendidikan yang terlihat mendukung prinsip kognitivisme antara lain adalah The Process of Education (1960), dan The Culture of Education (1996). 2. Teori Discovery Learning Jerome S. Bruner Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Dasar teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif saat belajar di kelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan (discovery learning), siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang yang sesuai dengan tingkat kemajuan berfikir anak. Menurut Bruner seiring dengan terjadinya pertumbuhan kognitif, para pembelajar harus melalui tiga tahapan pembelajaran. Tiga tahapan perkembangan intelektual itu menurut Bruner meliputi: a. Enaktif (enactive), dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi objek-objek secara langsung. b. Tahap ikonik, pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objekobjek. Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung obyek-obyek, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan

menggunakan gambaran dari obyek. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep. c. Tahap Simbolik, tahap ini anak memanipulasi symbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai transisi dari penggunaan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan

lebih fleksibel. Dalam penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman. Teori pembelajaran lain yang terkenal dari Jerome bruner adalah teori pembelajaran konsep (concept learning) atau pembelajaran kategori atau dikenal sebagai pemerolehan konsep ( consept attainment). Teori ini dikembangkan bersama Goodnow dan Austin (1967). Mereka mendefinisikan pemerolehan konsep atau pembelajaran konsep sebagai pencarian atau pendaftaran atributatribut yang dapat digunakan untuk membedakan bermacam-macam kategori eksemplar dan kategori noneksemplar. Eksemplar adalah contoh khusus (specific instances) atau kejadian-kejadian yang relevan dan bermakna untuk pembelajaran. Noneksemplar adalah kejadian-kejadian yang tidak ada hubungannya langsung dengan pembelajaran. Konsep dimaksudkan sebagai kategori mental yang membantu kita mengklasifikasi objek, kejadian atau ide-ide pada setiap objek, setiap kejadian, setiap gagasan yang membentuk seperangkat himpunan dengan cirri-ciri umum yang relevan. Jadi, pembelajaran konsep adalah strategi yang mempersyaratkan seorang pembelajar untuk membandingkan dan mengontraskan kelompok-kelompok atau kategori yang tidak mengandung ciri-ciri konsep yang relevan dengan kelompok atau kategori yang tidak mengandung cirri-ciri konsep yang relevan.

D. TEORI BELAJAR AUSUBEL 1. Biografi singkat David Paul Ausubel (1918-2008) merupakan ahli psikologi Amerika. Ausubel dilahirkan pada 25 Oktober 1918, dan dibesarkan di Broklyn New York.beliau mendapat pendidikan di Universiti of Pennsylvania dan mendapat ijazah kehormatan pada tahun 1939 di bidang psikologi. Pada tahun 1976, menerima anugrah Thorndike dari Persatuan Psikologi Amerika atas sumbangan beliau dalam bidang psikologi pendidikan. 2. Teori Belajar Ausubel

Teori belajar Ausubel terkenal dengan belajar bermakna. Ausubel (Dahar:1996:112) mengartikan belajar bermakna sebagai suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep- konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Menurut Nasution (Nurhayati:2009:10) bahwa meaningfull learning atau belajar yang mengandung makna hanya akan tercapai bila ada keterkaitan intelektual antara apa yang telah dipelajari dengan pengetahuan barunya. Menurut Ausubel (Dahar:1996:116) faktor yang mempengaruhi belajar bermakna adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi pada waktu tertentu. Sifat sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti yang timbul pada waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu, demikian juga sifat proses interaksi yang terjadi. Jadi, jika struktur kognitif itu stabil, jelas, dan teratur dengan baik maka arti- arti yang jelas akan timbul dan cenderung bertambah. Ausubel menolak pendapat bahwa semua kegiatan belajar dengan menemukan adalah bermakna, sedangkan kegiatan dengan ceramah adalah kurang bermakna. Belajar perlu bila seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang tidak berhubungan dengan apa yang telah diketahui. Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasoasikan fenomena baru ke dalam semua yang telah ia punya, sehingga dapat mengembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengkonstruksi apa yang telah dipelajari sendiri. Menurut Ausubel dan Novak (Dahar:1996:115) ada tiga kebaikan belajar bermakna, yaitu: 1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diinget. 2. Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep yang relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip.

3. Informasi yang pernah dilupakan setelah dikuasai sebelumnya masih diingat, sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa. Bedasarkan pandangannya tentang belajar bermakna, mengajukan 4 prinsip pembelajaran , yaitu: a. Pengatur awal (advance organizer) Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya. Penggunaan pengatur awal yang tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam materi , terutama materi pelajaran yang telah mempunyai struktur yang teratur. Pada saat mengawali pembelajaran dengan suatu pokok bahasan, sebaiknya pengatur awal itu digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. b. Diferensiasi progresif Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif diperkenalkan dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke khusus. c. Belajar superordinat Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami petumbuhan kearah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar akan terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru. d. Penyesuaian Integratif Pembelajaran ini digunakan untuk mengatasi apabila dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama. Caranya materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hiierarkhi-hierarkhi konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan. David Ausable

Penangkapan (reception learning). Belajar penangkapan pertama kali dikembangkan oleh David Ausable sebagai jawaban atas ketidakpuasan model belajar diskoveri yang dikembangkan oleh Jerome Bruner. Menurut Ausubel , siswa tidak selalu mengetahui apa yang penting atau relevan untuk dirinya sendiri sehigga mereka memerlukan motivasi eksternal untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang telah diajarkan di sekolah. Ausable menggambarkan model pembelajaran ini dengan nama belajar penangkapan. Para pakar teori belajar penangakapan menyatakan bahwa tugas guru adalah; Menstrukturkan situasi belajar, memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan siswa, menyajikan materi pembelajaran secara terorganisir yang dimulai dari gagasan Inti belajar penangkapan yaitu pengajaran ekspositori , yakni

pembelajaran sistematik yang direncanakan oleh guru mengenai informasi yang bermakna (meaningful information). Pembelajaran ekspositori itu terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1) Penyajian advance organizer Advance organizer merupakan pernyataan umum yang

memperkenalkan bagian-bagian utama yang tercakup dalam urutan pengajaran. Advance organizer berfungsi untuk menghubungkan gagasan yang disajikan di dalam pelajaran dengan informasi yang berada didalam pikiran siswa, dan memberikan skema organisasional terhadap informasi yang sangat spesifik yang disajikan.

2) Penyajian materi atau tugas belajar. Dalam tahap ini, guru menyajikan materi pembelajaran yang baru dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, film, atau menyajikan tugas-tugas belajar kepada siswa. Ausable menekankan tentang

pentingnaya mempertahankan perhatian siswa, dan juga pentingnya pengorganisasian materi pelajaran yang dikaitkan dengan struktur yang terdapat didalam advance organizer. Dia menyarankan suatu proses yang disebut dengan diferensiasi progresif, dimana pembelajaran berlangsung setahap demi setahap, dimulai dari konsep umum menuju kepada

informasi spesifik, contoh-contoh ilustratif, dan membandingkan antara konsep lama dengan konsep baru. 3) Memperkuat organisasi kognitif. Ausable menyarankan bahwa guru mencoba mengkaitkan

informasi baru ke dalam stuktur yang telah direncanakan di dalam permulaan pelajaran, dengan cara mengingatkan siswa bahwa rincian yang bersifat spesifik itu berkaitan dengan gambaran informasi yang bersifat umum. Pada akhir pembelajaran, siswa diminta mengajukan pertanyaan pada diri sendiri mengenai tingkat pemahamannya terhadap pelajaran yangbaru dipelajari, menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan pengorganisasian materi pembelajaran sebagaimana yang dideskripsikan didalam advance organizer. Di samping itu juga

memberikan pertanyaan kepada siswa dalam rangka menjajagi keluasan pemahaman siswa tentang isi pelajaran. 3. Implikasi Teori Belajar Ausubel dalam Proses Pembelajaran Implikasi teori belajar Ausubel dalam menunjang proses pembelajaran diantaranya:Pengajaran secara ekspositori, menjelaskan isi pelajaran dalam bentuk fakta yang tersusun secara lengkap, pembelajaran berkembang secara deduktif (dipadukan antara prinsip dengan contoh), mengaitkan konsep yang telah dipelajari dengan konsep baru

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Uno,M.Pd. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta Sulistyorini. 2009. Evaluasi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Teras
Suyono, Prof Dr,dan Hariyanto M.S, Mp.d, Drs. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Hartinah,Siti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Refika Aditama

You might also like