You are on page 1of 4

Seorang pasien Tn X datang ke poli rematik dengan keluhan, nyeri dan bengkak pada pangkal ibu jari kaki.

Nyeri dan bengkak ini dirasa dalam beberapa hari terkhir terutama malam hari dan sangat menggangu. Dari hasil pemeriksaan darah diperoleh data kadar asma uratnya 10 mg/dL. Tuan X selama ini suka mengkonsumsi daging jerohan dan emping. Dalam 2 bulan terakhir dia juga sedang menjalani terapi TBC fase intensif. Oleh dokret tuan X diberi obatkolkisin 0,5 mg 2 x sehari, indometasin bila nyeri dan Allopurinol 2 x sehari satu tablet. 1. Apa yang dimaksud dengan penyakit gout/ encok? Apa gejala khasnya? 2. Apa dasar dokter mendiagnosis pasien menderita gout? 3. Adakah kaitan antara kebiasaan Tn X mengkonsumsi emping dan jerohan dalam memicu penyakit tersebut? Kalau ya,,, jelaskan! 4. Apakah konsumsi obat TBC bisa meningkatkan resiko gout? Jelaskan! 5. Jelaskan penggolongan obat2 yang dipergunakan dalam terapi gout? 6. Bagaimana mekanisme kerja dari kolkisin, indometasin allupurinol, sulfinpirason serta probenesid dalam terapi gout? Apa efek sampingnya? Jawab 1. Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi dan jari. Gejala khas dari serangan artritis gout adalah serangan akut biasanya bersifat monoartikular (menyerang satu sendi saja) dengan gejala pembengkakan, kemerahan, nyeri hebat, panas dan gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak (akut) yang mencapai puncaknya kurang dari 24 jam. Lokasi yang paling sering pada serangan pertama adalah sendi pangkal ibu jari kaki. Hampir pada semua kasus, lokasi artritis terutama pada sendi perifer dan jarang pada sendi sentral.

2. a. Nyeri dan bengkak pada ibu jari kaki b. nyeri dirasa terutama pada malam hari c. kadar asam uratnya 10 mg/dL (kurang dari 0,7 mg/dL) d. mengkonsumsi makanan yang mengandung purin seperti : daging jerohan dan emping 3. ada keterkaitan, karena dengan mengkonsumsi emping dan jerohan yang mengandung purin maka akan meningkatkan kadar asam uratnya hingga melebihi batas normal yaitu kurang dari 0,7 mg/dL. 4.

5.

Terapi bagi penderita gout biasanya dibagi menjadi 2 yaitu terapi pada serangan akut dan terapi hiperurisemia pada serangan kronik. Terapi farmakologi (dengan obat) bagi penderita gout dapat dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu : 1. Mengatasi nyeri saat terjadi serangan akut, 2. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah terjadinya penimbunan kristal urat. 3. Terapi pencegahan dengan menggunakan obat hipourisemik. Adapun obat-obatan yang digunakan untuk terapi penyakit gout yaitu : 1. Nonstreoid Anti-inflammatory Drugs (NSAID) NSAID merupakan terapi pilihan pertama yang efektif untuk pasien yang mengalami serangan gout akut. Ada beberapa jenis NSAID, namun tidak semua memiliki efektivitas dan keamanan yang baik untuk terapi gout akut. Beberapa NSAID yang diindikasikan untuk mengatasi gout arthritis akut dengan kejadian efek samping yang jarang terjadi yaitu: a. Naproxen Naproxen merupakan NSAID turunan asam propionat yang berkhasiat antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Naproksen telah menjadi salah satu pilihan pertama karena khasiatnya dan kejadian efek sampingnya yang jarang. b. Natrium Diklofenak Merupakan golongan NSAID turunan asam propionat yang memiliki cara kerja dan efek samping yang sama dengan naproksen. c. Piroxicam Merupakan golongan NSAID yang mempunyai aktifitas antiinflamasi, analgetik antipiretik. d. NSAID selektif COX-2 Merupakan golongan NSAID yang mempunyai tingkat keamanan saluran cerna atas lebih baik dibanding NSAID non-selektif. 2. Colchicine

Colchicine efektif digunakan untuk serangan gout akut. Bila dibandingkan dengan NSAID mula kerjanya (onset) lebih lambat dan efek samping lebih sering dijumpai, sehingga tidak direkomendasikan untuk terapi jangka panjang gout akut. Colchicine hanya digunakan selama saat kritis untuk mencegah serangan gout. Efek samping colchicine yang sering terjadi adalah mual dan muntah, diare dan nyeri abdomen yang terjadi pada 80% pasien. Komplikasi utama terapi ini adalah dehidrasi. 3. Kortikosteroid Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan gejala gout akut dan akan mengontrol serangan. Kortikosteroid ini sangat berguna bagi pasien yang dikontraindikasikan terhadap golongan NSAID. Jika goutnya monarticular, pemberian antra-articular yang paling efektif. 4. Uricosuric Obat ini memblok reabsorpsi tubular dimana urat disaring sehingga mengurangi jumlah urat metabolik, mencegah pembentukan benjolan baru dan memperkecil ukuran benjolan yang telah ada. Uricosuris seperti probenesid dan sulfinpirazon dapat diberikan sebagai pengganti allopurinol, namun probenesid tidak diindikasikan untuk gout yang akut. Pembentukan kristal urat dalam urin bisa terjadi dengan urocisuric dan penting untuk memastikan jumlah urin cukup yaitu 2000 ml atau lebih untuk mencegah pengendapat kristal urat di saluran urin. Saat diberikan secara kombinasi dengan colchicine, akan mengurangi frekuensi kekambuhan gout akut. 5. Allopurinol Allopurinol merupakan penghambat xantin oksidase yang bekerja menurunkan produksi asam urat dengan cara penghambatan kerja enzim xantin oksidase yang memproduksi asam urat. Obat ini sangat bermanfaat bagi pasien dengan gagal ginjal atau batu urat yang tidak dapat diberikan urocisuric. Allopurinol juga memiliki efek positif dalam melawan kolesterol jahat dalam tubuh. Sehingga, obat ini merupakan pilihan yang lebih baik bagi pasien hiperurisemia yang juga menderita penyumbatan arteri koroner. Biasanya obat ini diberikan sekali sehari sebab metabolit aktif allopurinol waktu paruhnya panjang. Dosis awalnya 100 mg diberikan selama 1 minggu; kemudian dinaikkan jika kadar asam urat masih tinggi. Kadar asam urat serum akan dicapai dengan dosis harian 200-300 mg. Seringkali kombinasi allopurinol dengan uricosuric akan sangat membantu. Allopurinol tidak dianjurkan untuk pengobatan hiperurisemia asimtomatik dan gout yang aktif.

Allopurinol digunakan untuk mencegah timbulnya serangan kembali penyakit gout untuk terapi jangka panjang dan tidak dapat digunakan untuk meredakan serangan pada serangan akut. Efek samping yang sering terjadi dari Allopurinol adalah hipersensitifitas atau alergi, gejala yang terjadi berupa gejala kemerahan pada kulit. Bagi pasien yang mengalami reaksi alergi yang demikian disarankan untuk segera menghentikan konsumsi allopurinol sesegera mungkin.
Allopurinol termasuk golongan xanthine-oxidase inhibitor; yang menghambat proses pembentukan asam urat berlebihan oleh tubuh. Obat ini adalah obat utama yang digunakan untuk menghambat produksi asam urat. Perhatikan: Gout akut tidak dapat diatasi dengan pemberian allopurinol. Efek samping utamanya adalah timbulnya ruam kulit. Dosis perlu disesuaikan jika ada penurunan fungsi ginjal. Meskipun demikian, obat ini masih menjadi pilihan utama bagi penderita gout yang membutuhkan terapi kronis namun mengalami penurunan fungsi ginjal; karena mereka adalah faktor kontraindikasi untuk zat-zat urikosurik.

Probenecid memiliki efek peningkat ekskresi asam urat (urikosurik). Zat ini bekerja dengan menekan reabsorbsi asam urat dari ginjal sehingga ekskresi asam urat melalui ginjal akan meningkat. Keterbatasan zat ini relatif cukup banyak. Pertama-tama karena interaksinya. Probenecid berinteraksi dengan berbagai jenis antibiotika (terutama golongan penicillin dan sefalosporin) dan dengan salisilat. Di samping itu, probenecid memiliki struktur sulfonamid, sehingga tidak dapat diberikan pada penderita yang alergi sulfa. Obat ini sebaiknya tidak diberikan kepada penderita gangguan ginjal. Sampai saat ini, probenecid masih dipilih sebagai obat maintenance gout pada penderita yang dari hasil pemeriksaan urin memang menunjukkan kadar asam urat yang rendah.

You might also like