You are on page 1of 25

Program TBC Paru TB Paru

Program TB Paru dengan Sistem DOTS Dinkes Kota Batam

Skip to content Home Data Dasar


Download Foto Kegiatan Hubungi Kami Kerjasama Monitoring dan Evaluasi TB Sitemap Strategi

Older posts

Penyakit TBC
Posted on 07 by tb paru batam Penyakit TBC / Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. di blog ini istilah TBC kadang akan masih dipakai , tetapi secara bertahap akan dipakai istilah TB saja, sebab masih banyak yang menjadi takut mendengar TBC , tapi lebih halus dengan sebutan TB. jadi bila ada kalimat yang menyebut TB itu sama juga dengan TBC

Cara penularan
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif. Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di Riwayat alamiah pasien TB yang tidak diobati.

Pasien yang tidak diobati, setelah 5 tahun, akan: o 50% meninggal o 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi

25% menjadi kasus kronis yang tetap menular

Dalam Pengendalian penyakit menular TB dipakai sistem DOTS TB yang terbukti efektif sebagai strategi penanggulangan TB , strategi DOTS TB ini telah diadopsi dan dimanfaatkan oleh banyak negara dengan hasil yang bagus, termasuk di negara-negara maju seperti Amerika Serikat Share0 Posted in TBC | Tagged dots tb, penyakit tb, penyakit tbc, strategi dots tb, tb, tb paru, tbc | 1 Comment

Gejala klinis pasien TB


Posted on 07 by tb paru batam

Gejala klinis pasien TB


Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih . Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.

Gejala tb tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Pemeriksaan dahak mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, pengobatan dan menentukan potensi penularan. menilai keberhasilan

Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-PagiSewaktu (SPS),

S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.

S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

Share0 Posted in Diagnosis, TBC | Tagged Gejala tb, gejala tbc, tb paru | Leave a comment

Upaya Penanggulangan TB di Indonesia


Posted on 10 by tb paru batam UPAYA PENANGGULANGAN TB di Indonesia Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective). Strategi ini dikembangkan dari berbagi studi, uji coba klinik ( clinical trials), pengalamanpengalaman terbaik (best practices), dan hasil implementasi program penanggulangan TB selama lebih dari dua dekade. Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat menekan penularan, juga mencegah berkembangnya MDR-TB. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan demkian menurunkan insidens TB di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB. WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam penanggulangan TB sejak tahun 1995. Bank Dunia menyatakan strategi DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif. Integrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi efisiensi dan efektifitasnya. Satu studi cost benefit yang dilakukan oleh WHO di Indonesia menggambarkan bahwa dengan menggunakan strategi DOTS, setiap dolar yang digunakan untuk membiayai program penanggulangan TB, akan menghemat sebesar US$ 55 selama 20 tahun. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci: 1. Komitmen politis 2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya. 3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan. 4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu. 5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan.

Strategi DOTS di atas telah dikembangkan oleh Kemitraan global dalam penanggulangan tb (stop TB partnership) dengan memperluas strategi dots sebagai berikut :
1. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS

2. Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya 3. Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan 4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. 5. Memberdayakan pasien dan masyarakat 6. Melaksanakan dan mengembangkan riset Share0 Posted in Kebijakan | Tagged mdr tb, Strategi DOTs, TB HIV, Upaya Penanggulangan TB, Upaya Penanggulangan TB di Indonesia | Leave a comment

Kesalahan Diagnosis Paling Sering pada Anak


Posted on 21 by tb paru batam Menegakkan diagnosis suatu penyakit oleh seorang dokter seringkali tidak semudah yang dibayangkan. Beberapa kelainan atau penyakit yang berbeda sering menampakkan tanda dan gejala klinis yang sama. Sehingga dalam beberapa kasus acapkali terjadi wrong diagnosis atau kesalahan diagnosis atau overdiagnosis suatu penyakit padahal seseorang tidak menderitanya.

Kesalahan diagnosis atau wrong diagnosis artinya seseorang diberikan diagnosis penyakit tertentu tetapi sebenarnya belum tentu mengalami gangguan tersebut. Bukan hanya di Indonesia, hal ini juga sering terjadi di luar negeri. Istilah dan kondisi yang hampir serupa diistilahkan pit fall diagnosis, overdiagnosis atau misdiagnosis. Banyak faktor yang terjadi mengapa hal itu sering terjadi. Faktor utama adalah dalam beberapa penyakit yang dalam menentukan gold standar atau untuk memastikan suatu penyakit dengan diagnosis klinis atau hanya dengan mengamati riwayat penyakit dan manifestasi penyakit. Sedangkan alat bantu diagnosis seperti pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya tidak banyak diharapkan karena sering spesifitas dan sensitifitas tidak terlalu bagus sehingga sering mengakibatkan false positif atau false negatif. Artinya, dalam pemeriksaan laboratorium terjadi kesalahan yang seharusnya negatif tetapi saat diperiksa hasilnya positif dan sebaliknya. Selain akurasi alat tidak baik sering terjadi kesalahan interpretasi penilaian hasil laboratorium. Berikut 10 overdiagnosis yang paling sering terjadi, khususnya pada anak-anak :

1. Alergi susu sapi. Menentukan vonis anak menderita alergi susu sapi tidaklah semudah yang dibayangkan. Tidak semua manifestasi alergi haruslah disebabkan karena alergi susu sapi. Penyebab alergi susu sapi hanya berkisar sekitar 2-3%, tetapi faktanya hampir semua anak yang mengalami gejala alergi, sering langsung diagnosis alergi susu sapi. Banyak bayi awalnya didiagnosis alergi susu sapi dan diadviskan untuk minum susu yang mahal. Ternyata saat dilakukan evaluasi ternyata anak tersebut tidak mengalami alergi susu sap kasus lain saat usia o-6 bulan minum susu sapi tidak ada masalah tetapi saat usia 7 bulan divonis alergi susu sapi. Memang untuk memvonis seorang alergi susu sapi tidak semudah itu. Untuk menentukan penderita yang sudah divonis alergi susu sapi pilihan utama adalah susu ektensif hidrolisat atau soya. Seringkali kesalahan terjadi bahwa setiap anak mengalami tanda dan gejala alergi divonis alergi susu sapi dan diadviskan susu hidrolisat parsial alergi. Padahal, susu tersebut hanya untuk prevention atau pencegahan alergi atau untuk anak beresiko alergi bukan untuk penderita alergi susu sapi. Memastikan alergi susu sapi tidak mudah karena dalam keadaan tertentu tes alergi seperti tes kulit atau tes darah tidak bisa memastikannya. Standar baku emas atau memastikan alergi susu sapi harus dengan chalenge test atau eliminasi provokasi. Hal inilah yang membuat seringkali terjadi overdiagnosis atau perbedaan pendapat di antara para dokter dalam menentukan vonis alergi susu sapi pada anak atau bayi. Penyebab alergi bila dicermati juga sering dicetuskan karena infeksi virus dan disebabkan karena alergi debu atau alergi makanan lainnya. 2. Infeksi bakteri. Kesalahan diagnosis sering lainnya adalah penyakit virus didiagnosis sebagai infeksi bakteri. Gangguan infeksi muntaber, muntah, diare, demam, batuk, pilek atau infeksi akut lainnya sebagian besar disebabkan karena infeksi virus yang tidak memerlukan antibiotika. Tetapi fakta yang ada sebagian besar terjadi overdiagnosis atau overtreatment. Banyak kasus demikian diberi antibiotika yang seharusnya tidak perlu diberi antibiotika. 3. Alergi debu. Setiap Debu yang paling sering dianggap sebagai penyebab keluhan batuk, pilek, sinusitis berkepanjangan. Sebenarnya penyebab utama alergi debu adalah debu rumah atau house dust. Debu di luar rumah jarang dianggap sebagai penyebab alergi. Bahkan banyak orangtua menyangka bahwa batuk dan pilek berkepanjngan karena adanya proyek bangunan di sekitar rumah. Bila dicermati debu yang selama ini dianggap sebagai biang keladi penyebab alergi mungkin harus dipertanyakan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa keluhan alergi seperti batuk dan pilek seringkali timbul saat malam dan pagi hari. Padahal saat malam dan pagi hari debu lebih sedikit. Reaksi alergi karena debu adalah reaksi cepat yang seharusnya lebih banyak timbul saat siang hari saat aktifitas. Fakta lain juga terjadi banyak orangtua yang telah membersihkan semua debu, boneka, karpet dan dipasang AC plasmacluster tetapi ternyata gejala alergi batuk dan pilek tidak kunjung hilang. Bahkan penelitian di Swedia menunjukkan pemakaian karpet menurun, pemakaian

lantaeas menaingkat tetapi justru penderita alergi meningkat pesat. Debu bisa dapat menimbulkan alergi bila dalam jumlah yang cukup besar seperti bila masuk gudang, rumah yang tidak ditinggali lebih dari seminggu, saat bongkar-bongkar kamar atau saat menyapu atau saat memakai atau mengambil barang yang sudah lama tersimpan lama di gudang atau lemari. Gangguan karena debu termasuk reaksi cepat biasanya tidak berlangsung lama, begitu paparan debu tersebut hilang maka dalam beberapa saat keluhan tersebut akan menghilang. Bila gangguan tersebut berlangsung lama bisa dipastikan adalah reaksi lambat, keadaan seperti inilah tampaknya alergi makanan seringkali dapat dicurigai. Penyebab dan pemicu alergi yang sering adalah infeksi virus atau flu hal ini sering tidak disadari penderita alergi. 4. ADHD. Banyak kasus anak tidak bisa diam, gangguan konsentrasi dan gangguan emosi divonis sebagai ADHD padahal bukan. Banyak anak normal juga mempunyai menifestai tidak bisa diam, gangguan konsentrasi dan gangguan emosimeski dalam bentuk yang tidak berat. Kondisi normal ini sering terjadi pada penderita alergi dengan gangguan salran cerna. ADHD adalah wrong diagnosis terbesar di Amerika Serikat. 5. Demam tifus. Seringkali seseorang didiagnosis tifus sampai lebih dari 2-4 kali dalam setahun padahal tidak menderita penyakit tersebut. Kesalahan diagnosis tifus seringkali terjadi karena spesifitas hasil pemeriksaan laboratorium darah widal atau pemeriksaan IgG dan IgM tifus tidaklah baik. Sering terjadi false positf pada infeksi virus atau DBD. Makanya seringkali terjadi penderita DBD divonis juga sebagai tifus karena hasil laboratorium tifus positif padahal tidak mengidap tifus. Reaksi false positif hasil laboratorium tifus ini seringkali terjadi pada penderita alergi atau hipersenitif karena reaksi antibodinya sangat reaktif sering mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium. 6. Tuberkulosis. Diagnosis pasti TB anak sulit oleh karena penemuan Micobacterium TBC (M.TBC) sebagai penyebab TB pada anak tidak mudah. Sehingga sering terjadi kesalahan diagnosis dalam penegakkan diagnosis TB pada anak . Konsekuensi yang harus dihadapi adalah pemberian multidrug (2 atau 3 jenis antibiotika) dalam jangka waktu 6 bulan. Pemberian obat anti TB pada anak yang tidak menderita TB selain mengakibatkan pengeluaran biaya yang tidak diperlukan, juga risiko efek samping pemberian obat tersebut seperti gangguan hati, persarafan telinga, gangguan darah dan sebagainya. Di kalangan masyarakat bahkan sebagian klinisi terdapat kecenderungan tanda dan gejala TB yang tidak spesifik pada anak sering dipakai dasar untuk memberikan pengobatan TB pada anak. Padahal banyak penyakit lainnya yang mempunyai gejala tersebut. Gagal tumbuh atau berat badan tidak naik, kesulitan makan, demam berulang, sering batuk atau pembesaran kelenjar yang kecil di sekitar leher dan belakang kepala merupakan gejala yang tidak spesifik pada anak. Tetapi tampaknya dalam praktik sehari-hari gangguan ini sering langsung dicurigai sebagai gejala TB.

Seharusnya gejala tersebut dapat disebabkan oleh beberapa penyakit lainnya. Gangguangangguan tersebut juga sering dialami oleh penderita alergi, asma, gangguan saluran cerna dan gangguan lainnya pada anak. Tanda dan gejala TB yang tidak spesifik sangat mirip dengan penyakit lainnya. Gangguan gagal tumbuh dan gangguan saluran napas non spesifik sering mengalami overdiagnosis tuberkulosis. Penyakit alergi atau asma dan penderita gagal tumbuh yang disertai kesulitan makan paling sering dianggap penyakit TB karena gejalanya sama. 7. Alergi dingin. Gejala bersin, batuk, pilek berkepanjangan sering didiagnosis sebagai alergi dingin. Sebenarnya dingin hanyalah sekedar pencetus atau memperberat bukan penyebab. Artinya bila penyebab alergi lainnya tidak ada maka meski dingin tidak akan menimbulkan keluhan. Dingin atau AC sering juga dianggap biang keladi penyebabnya. Tetapi pendapat ini tidak sepenuhnya benar karena banyak penderita alergi batuk saat tidur siang dengan AC yang sangat dingin tidak timbul gejala batuk tersebut. Hingga saat ini masih belum diketahui mengapa gejala alergi atau asma sering timbul saat malam hari. Diduga peranan hormonal sirkadial yang mengakibatkan fenomena gejala saat malam dan pagi hari lebih sering terjadi. Demkikian juga bila dicermati penderita yang divonis alergi dingin suatu saat tinggal.beberapa lama di lembang yang sangat dingin bahkan tinggal di Eropa selama beberapa bulan saat musim dingin keluhan pilek dan batukjustru sembuh. 8. Pnemoni.

Penderita asma atau hipersnsitif bronkus atau hipersensitif saluran napas sering didiagnosis sebagai infeksi parau-paru atau pnemoni padahal hanyalah sekedar infeksi saluran napas akut biasa. Hal ini terjadi karena kesalahan interpretasi dalam pembacaan foto rontgen. Pada penderita alergi saluran napas dan asma sering menampkkan bercak-bercak mirip infkesi paru pnemoni padahal bukan. Infiltrat atau bercak pada rontgen infeksi paru biasa halus sedangakan pada penderita asma lebih kasar, Meski berbeda kedua hal ini sering dikelirukan oleh dokter radiologipun. Sehingga dokter yang merawat akan secara otomatis mengikuti hasil bacaan robtgen itu padahal manifestasi klinisnya tidak sesuai dengan pnemoni seperti tidak ada tanda ronki basah halus dan tidak sesak. 9. Usus buntu.

Keluhan nyeri perut yang hebat sering didiagnosis usus buntu padahal nyeri perut juga bisa terjadi pada berbagai kasus. Kadang overdiagnosis usus buntu sering terjadi karena gejala yang terjadi hampir sama kualitas nyeri dan lokasinya dengan gangguan lainnya. Kesalahan diagnosis usu buntu sering terjadi pada penderita alergi atau asma yang sebelumnya mempunyai riwayat kolik saat bayi, sering rewel saat usia di bawah usia 3 bulan atau nyeri perut berulang. 10. Hirschprung Disease.

Beberapa kasus penderita sulit buang air besar pada bayi sering mengalami overdiagnosis sebagai penyakit hirschprung. Penyakit hirschprung adalah gangguan sulit buang air besar yang disebabkan karena tidak adanya ganglion atau persarafan usus besar di daerah sekitar anus. Gangguan ini harus dipastikan dengan biopsi dan harus dilakukan operasi untuk menghilangkan sebagian usus.

Beberapa penderita divonis sebagai penyakit hirschprung karena berdasarkan pemeriksaan foto barium dan harus melakukan operasi. Sebelum operasi dilalkukan second opinion ke dokter lainnya dan dilakukan eliminasi beberapa makanan penyebab alergi ternyata gangguan kesulitan buang air besar tersebut tersebut dapat membaik tanpa operasi. Gangguan sulit buang air besar banyak faktor penyebabnya salah satunya sering berkaitan dengan gangguan alergi makanan. Dampak dan pencegahan

Dampak yang terjadi bila kesalahan diagnosis ini terjadi ini kadang ringan sampai berdampak fatal. Dampak ringan lainnya adalah mengorbankan biaya yang sangat besar misalnya bila tidak benar mengalami alergi susu sapi tetapi direkomendasikan susu khusus hipoalergenik yang harganya sampai berlipat-lipat. Dampak lainnya, yang seharusnya tidak minum obat antibiotika tetapi harus diberi antibiotika. Data di Growup Clinic Jakarta menunjukkan bahwa kesalahan diagnosis ini paling sering menimpa penderita asma, alergi dan hipersensitifitas saluran cerna. Data menunjukkan bahwa hampir lebih dari 90% penderita yang mengalami overdiagnosis terjadi pada penderita asma, alergi dan hipersensitif saluran cerna. Ternyata alergi dapat mengganggu semua sistem tubuh dan mempunyai banyak manifestasi klinis yang kadang menyerupai berbagai penyakit lainnya. Langkah terbaik yang bisa dilakukan adalah bagi penderita alergi bila didiagnosis 10 penyakit seperti di atas harus lebih cermat memakai prosedur penegakan diagnosis dengan mengamati secara cermat riwayat penyakit, tanda dan gejala penyakit dan interpretasi labatorium yang baik. Dokter harus cermat menginterpretasikan hasil laboratorium. Tak boleh mengobati pasien hanya sekedar berdasarkan pemeriksaan laboratorium tanpa mencermati manifestasi klinis penderita. Beberapa pemeriksaan laboratorium sering terjadi false positif atau seharusnya hasil negatif tetapi hasilnya menunjukkan positif. Bila diagnosis meragukan, sebaiknya dilakukan second opinion atau meminta pendapat kedua ke dokter ahli lainnya. Bila terjadi kesalahan diagnosis, seringkali disertai kesalahan terapi dan pengobatannya. Sumber : http://health.kompas.com/read/2013/01/07/05593051/ Share0 Posted in Uncategorized | Tagged Diagnosis pasti TB anak, Kesalahan diagnosis, Tuberkulosis | Leave a comment

Pedoman Strategi DOTS TB


Posted on 08 by tb paru batam

Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga DEPKES tahun 1995 menunjukan angka kematian nomor satu dari seluruh golongan penyakit infeksi. Sekilas Pedoman Strategi DOTS TB / Cara pengendalian penyakit TB termasuk cara pengobatan, diagnose, pencatatan/pelaporan berdasarkan standard TB DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) yang direkomendasikan WHO dan IUATLD sejak tahun 1995 meliputi 5 Komponen Kunci : 1. Komitmen politis 2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya. 3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan. 4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu. 5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. Khusus Untuk Cara Mendiagnosa TB Paru menurut Buku pedoman Nasional pengendalian Tuberkulosis adalah sebagai berikut :

Semua Suspek TB diperiksa 3 spesimen dahal dalam 2 hari, yaitu Sewaktu pagi Sewaktu ( S P S ). Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB. Pada Program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto Toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB Paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.

Silakan Download Gratis Buku Pedoman Nasional Penanggulangan TB , untuk mengetahui lebih jelas Pedoman Strategi DOTS TB di Indonesia

Share0 Posted in Strategi DOTS | Tagged dots tb, Pedoman Strategi DOTS TB, strategi dots tb | Leave a comment

Kebijakan Penanggulangan TB di Indonesia


Posted on 08 by tb paru batam

Kebijakan Penanggulangan TB di Indonesia 1. Penanggulangan TB di Indonesia dilaksanakan sesuai denan azas desentralisasi dengan Kabupaten/Kota sebagai titik berat manajemen program dalam kerangka otonomi yang meliputi : persencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana) 2. Penaggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS 3. Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap program penanggulangan TB
4. Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan

mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya MDR-TB. 5. Penemuan dan pengobatan dalam rangka penanggulangan TB dilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan swasta. Rumah Sakit Paru (RSP), Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP4), Klinik Pengobatan lain serta Dokter Parktek Swasta (DPS). 6. Penanggulang TB dilaksanakan melalui promosi, penggaalangan kerjasama dan kemitraan dengan progrm terkait, sektor pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan TB (Gerdunas TB). 7. Peningkatan kemampuan laboratorium di berbagai tingkat pelayanan ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan dan jejaring. 8. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB diberikan kepada pasien secara cuma cuma dan dijamin ketersediaannya. 9. Ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten dalam jumlah yang memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program. 10. Penanggulangan TB diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok rentan terhadap TB.

11. Penanggulangan TB harus berkolaborasi dengan penanggulangan HIV. 12. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya. 13. Memperhatikan komitmen Internasional yang termuat dalm MDGs. Share0 Posted in Kebijakan | Tagged Kebijakan Penanggulangan TB, Kebijakan Penanggulangan TB di Indonesia, penanggulangan tb, Penanggulangan TB di Indonesia | Leave a comment

MANAJEMEN TERPADU PENGENDALIAN TB MDR


Posted on 08 by tb paru batam

Contoh OAT TB MDR Manjemen Terpadu Pengendalian TB MDR , antara lain meliputi : PERSYARATAN WILAYAH

Komitmen dari seluruh pihak yang terlibat Telah melaksanakan strategi DOTS dengan hasil baik. Mempunyai UPK rujukan spesialistik. Mempunyai akses ke laboratorium rujukan TB biakan & uji kepekaan yg telah tersertifikasi. Terdapat jejaring antar UPK rujukan UPK pelayanan kesehatan dasar yang berfungsi

Persiapan Petugas Rumah Sakit


Pembentukan Tim Ahli Klinis yang terlatih (ahli paru/penyakit dalam) dan Tim Terapeutik (ahli jiwa, farmakologi klinik, THT, mikrobiologist dll) Dokter pelaksana Perawat Petugas farmasi Social Worker Petugas laboratorium

Petugas data

Persiapan Sarana Pelayanan 1. RS Rujukan TB MDR 1. Memiliki ruang perawatan dengan spesifikasi khusus untuk infeksi air borne 2. Memiliki ruang rawat jalan dengan spesifikasi khusus untuk infeksi air borne 3. Fasilitas penunjang (Lab, rontgen, audiometri) 4. Akses laboratorium kultur dan DST yang tersertifikasi 5. Memiliki gudang penyimpanan OAT Lini 2 6. Komputer yang terhubung dengan internet 7. Komunikasi telepon 2. Fasyankes Satelit 1. Memiliki ruang rawat jalan dengan spesifikasi khusus untuk infeksi air borne 2. Memiliki tempat penyimpanan OAT Lini 2 3. Komunikasi telepon DUKUNGAN PENDANAAN PROGRAM TB NASIONAL

Diagnosis Pengobatan Obat Pemeriksaan penunjang Efek samping Transport (optional)

LOKAL

Dukungan Gizi Transport Efek samping yang samping yang tidak didukung program nasional

Share0 Posted in TB MDR | Tagged Manjemen Terpadu Pengendalian TB MDR, Pengendalian TB MDR, Program TB nasional, tb mdr | Leave a comment

Paduan OAT dan peruntukannya


Posted on 24 by tb paru batam Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3) , Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

Pasien baru TB paru BTA positif. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif Pasien TB ekstra paru

Tabel Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

Tabel Dosis paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1

Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3) Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:

Pasien kambuh Pasien gagal Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Tabel Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

Catatan:

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).

OAT SISIPAN (HRZE) Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari). Dosis KDT untuk Sisipan

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua. Share0 Posted in Pengobatan, TBC | Tagged Kategori 1, KDT Kategori 2, paduan oat, Paduan OAT dan peruntukannya, Pasien kambuh, Penggunaan OAT | Leave a comment

Prinsip Dasar Pengobatan TB MDR


Posted on 24 by tb paru batam Prinsip Dasar Pengobatan TB MDR ( TB Multi Drug Resistant ) :

Total Lama Pengobatan 19 s/d 24 bulan Obat Suntik diberikan sebagai dosis harian >>> minimal 6 bulan tahap awal Pemberian Obat sebagai dosis harian harus dengan pengawasan langsung petugas kesehatan saat pasien minum obat Minum Obat didepan petugas kesehatan Memantau kemajuan pengobatan / Follow Up dengan kultur ( biakan ) Pasien dipantau oleh tim ahli klinis Rumah Sakit rujukan

Rumah Sakit Rujukan TB MDR sampai tahun 2012 di Indonesia : 1. Jakarta, RS Persahabatan 2. Surabaya, RS dr. Soetomo 3. Malang, RS dr. Saiful Anwar 4. Surakarta, RS dr. Moewardi 5. Makassar, RSUD Labuang Baji 6. Medan, RS Adam Malik 7. Bandung, RS Hasan Sadikin 8. Denpasar, RS Sanglah 9. Jogjakarta, RS dr. Sarjito Untuk Pendanaan Pasien MDR TB silakan dilihat pada tabel di bawah ini ( sewaktu waktu mungkin akan ada perubahan ) silakan hubungi Dinas Kesehatan setempat untuk info terbaru

Share0 Posted in Pengobatan, TB MDR | Tagged Pasien MDR TB, Pendanaan Pasien MDR TB, pengobatan tb mdr, Prinsip Dasar Pengobatan TB MDR, Rumah Sakit Rujukan TB MDR | Leave a comment

TB MDR

Posted on 24 by tb paru batam TB MDR atau Multi Drug Resisten Tuberculosis (MDR- TB) adalah TB resisten obat terhadap minimal 2 (dua) obat anti TB yang paling Poten yaitu INH (isoniazid) dan Rifamfisin secara bersama sama atau disertai resisten terhadap obat anti TB lini pertama lainnya seperti ethambutol, Streptomicin, dan pirazinamide. TB XDR atau TB Extensively (Extremely) Drug Resisten adalah TB MDR di tambah dengan resistensi terhadap : Quinolone dan salah satu OAT Injeksi lini kedua ( misalnya : kanamycine). Berdasarkan WHO global report 2011 tercatat bahwa Indonesia sebagai no-9 dari 27 negara high burden MDR TB countries dengan , perkiraan insidensi TB MDR: 6.100/th. Implikasi Peningkatan Epidemi TB MDR salah satunya adalah peningkatan beban pembiayaan kesehatan secara signifikan :

Biaya 1 Kasus TB Reguler sekitar Rp. 400 ribu s/d Rp.1,2 Juta Biaya 1 kasus TB MDR > Rp. 100 Juta

Diagnosis dan pemantauan pengobatan TB MDR lebih rumit. Diagnosis TB MDR di lakukan dengan menggunakan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman terhadap obat (drug sensivity Test/DST). Pemeriksaan tersebut harus dilaksanakan di fasilitas laboratorium yang telah tersertifikasi dalam pemeriksaan biakan uji kepekaan obat. Sertifikasi diperlukan untuk menjamin mutu hasil pemeriksaan sehingga tidak terjadi salah diagnosis karena pengobatan TB MDR yang lebih lama. Laboratorium tersebut diatas hanya ada 5 tempat di Indonesia yaitu : 1. Laboratorium Mikrobiologi UI Jakarta 2. Laboratorium RS Persahabatan Jakarta 3. BBLK (Balai besar Laboratorium Kesehatan) Bandung 4. BBLK Surabaya 5. Laboratorium Nechri di Makasar. TB MDR dapat di sembuhkan, tetapi pengobatan TB MDR membutuhkan waktu sekitar 1824 bulan dengan menggunakan paduan obat yang mengandung obat anti TB lini kedua yang harganya jauh lebih mahal dan penanganan lebih sulit. Regimen pengobatan TB MDR ini jumlah obatnya jauh lebih mahal dan banyak serta efek samping yang disebabkan juga lebih berat. Untuk menghindari terjadinya MDR TB kita harus melakukan dan menyadari peran dan fungsi masing masing dalam penanggulangan penyakit TB. Bagi kelompok penderita TB adalah dengan selalu berobat teratur dan tidak ada yang mangkir minum obat.yaitu dengan mematuhi anjuran dokter/ petugas kesehatan. Tidak menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya. Dan bila ada efek samping / gangguan penyerapan obat segera konsultasikan kepada petugas kesehatan.

Sedangkan peran dari petugas kesehatan itu sendiri berupa :


Mendiagnosis dengan tepat Pengobatan menggunakan paduan yang tepat Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan yang adekuat Penyuluhan kepada pasien yang adequat .

Share0

Posted in TB MDR | Tagged diagnostic MDR TB, mdr tb, pengobatan tb mdr, tb mdr, TB resisten obat | Leave a comment

Masyarakat Harus Tahu Cara Penanganan Penyakit TB yang benar


Posted on 23 by tb paru batam Judul Postingan Masyarakat Harus Tahu Cara Penanganan Penyakit TB yang benar masih dapat diperdebatkan, sebab Ilmu pengobatan terus berkembang , jadi yang kita bahas di sini adalah Cara Penanganan TB yang benar menurut Standard ISTC . ISTC adalah singkatan International Standards for Tuberculosis Care , ISTC merupakan standar yang melengkapi pedoman program penanggulangan TB Nasional yang di rekomendasikan oleh WHO. ISTC meliputi standar diagnosis, standar terapi, dan standar tanggung jawab kesehatan masyarakat. ISTC telah di dukung oleh berbagai organisasi kesehatan baik internasional maupun nasional, antara lain KNCV, ATS, IUATLD, US CDC dan di Indonesia telah didukung oleh IDI, PDPI, PAPDI, IDAI, POGI, PAMKI. Tujuan ISTC 1. Memberikan penjelasan standar penanganan TB yang diterima luas di setiap tingkat pelayanan.oleh semua praktisi ( instansi pemerintah dan swasta ) dan harus menggunakannya dalam menangani pasien yang diduga atau menderita TB. 2. Memfasilitasi hubungan kerjasama yang efektif antar provider dalam memberikan pelayanan bermutu tinggi kepada pasien TB meliputi Semua usia, BTA positif atau negative, Ekstra paru, MDR, Ko-infeksi TB-HIV Pertanyaan : apakah masyarakat luas tahu bahwa untuk menegakkan diagnose penyakit TB pemeriksaan dengan Rontgen adalah pemeriksaan penunjang ? , Berikut kutipan cara menegakkan diagnose TB dari Buku Pedoman Nasional pengendalian Tuberkulosis Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB. penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks (Rontgen ) , biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang sesuai dengan indikasinya , Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja Dibawah ini adalah salah satu slide persentasi Dr. Hari Basuki S., DTMH, MPPM pada pertemuan Hospital DOTS Linkage di RSOB yang membahas tentang betapa banyaknya terjadi Over Diagnosis bila penegakan diagnose TB hanya berdasarkan Foto Rontgen.

An evaluation of the reliability of x-ray diagnosis under programme conditions in India indicated that more than half of patients who were diagnosed as having tuberculosis on the basis of x-ray did not actually have the disease. These patients are subjected to unnecessary, expensive, and potentially toxic medicines. Source: Nair SS. Significance of patients with x-ray evidence of active tuberculosis not bacteriologically confirmed. Ind J Tub 1974;21:3-5. Lanjutan pertanyaan diatas Bila Pasien Tahu Standar ISTC , Apakah Pasien berani bertanya ke dokternya bila dia didiagnosa TB hanya berdasarkan Rontgen ? , misalnya : dok, menurut yang saya baca di www.tbcbatam.com untuk menegakkan diagnose TB pemeriksaan dahak merupakan diagnosis utama, kenapa saya tidak dianjurkan periksa dahak dulu ? bagaimana menurut anda ? berapa persen pasien punya nyali untuk bertanya seperti itu saat ini ? Sebenarnya pertanyaan diatas tidak perlu ada bila semua klinisi telah menerapkan Standar DOTS TB dalam penanganan suspek TB, tetapi kenyaannya berdasarkan laporan dari Rumah Sakit dan Puskesmas tahun 2011 yang masuk ke Dinas kesehatan Kota Batam didapat bahwa Pasien TB yang tercatat dan diobati berdasarkan pemeriksaan Dahak ( BTA ) lebih sedikit daripada yang di diagnose melalui Rontgen. Share0 Posted in TBC | Tagged pasien tb, Standar DOTS TB, Standar ISTC, standar penanganan TB, tb paru | Leave a comment Older posts

PROFIL KOTA BATAM


Profil Pemerintah Kota Batam

Categories
o o o o o o o o

Daftar Istilah Diagnosis Dinas Kesehatan Kota Batam ISTC Kebijakan Kolaborasi TB HIV Pengobatan Strategi DOTS

o o o o

TB Anak TB MDR TBC Uncategorized

Postingan terbaru
o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o

Upaya Penanggulangan TB di Indonesia Kesalahan Diagnosis Paling Sering pada Anak Pedoman Strategi DOTS TB Kebijakan Penanggulangan TB di Indonesia MANAJEMEN TERPADU PENGENDALIAN TB MDR Paduan OAT dan peruntukannya Prinsip Dasar Pengobatan TB MDR TB MDR Masyarakat Harus Tahu Cara Penanganan Penyakit TB yang benar Dinas Kesehatan Kota Batam PROGRAM TB RUMAH TAHANAN KELAS IIA BATAM TATALAKSANA TB ANAK TATALAKSANA PASIEN TUBERKULOSIS Diagnosis TB Paru Kriteria Suspek TB MDR Terima Kasih PT. Jamsostek Cabang Batam 1 dan 2 Pengobatan TB dengan FDC Prinsip dan Cara Pengobatan TB Paru Pasien Pertama TB MDR Yang Sembuh Di Indonesia Daftar Singkatan Program TB Istilah pada Program TB HIV KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PASIEN TB Menerapkan Strategi DOTS TB itu Gampang Terjadi MDR TB ini Dosa Siapa

o o o o o o o o o o o o o o o

Gejala klinis pasien TB Penyakit TBC Prinsip pengobatan tuberkulosis Tipe Pasien TB Penyakit TB adalah Masalah Kesehatan Dunia Kebijakan Penanggulangan TB Kota Batam Mencegah MDR-TB, bukan Mengobati Tidak Ada TBC di Batam Pengendalian TBC dengan strategi DOTS Standar pengobatan TB menurut ISTC 6 standar diagnosis TB Menurut ISTC 17 Standar ISTC dalam penanggulangan TB Alur Diagnosis TB Obat TBC Gratis Standar ISTC ( English Version )

Pengelola Program TB Dinkes Kota Batam

Kunjungan ke Web ini :

SEO keywords

Popular Search Terms


o o o o o o o o o o

pengobatan tb paru pengobatan tbc paru gejala tb pengobatan tbc obat tb paru efek samping obat tbc gejala tbc pengobatan tuberkulosis gejala tbc paru pengobatan tb

Blogroll
o o o

Belajar Trading Forex Cara Main Forex Forex Fund Future

Program TBC Paru TB Paru Proudly powered by WordPress.

You might also like