You are on page 1of 138

1

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kebijakan dan program kesejahteraan sosial anak pada masa lalu cenderung dilaksanakan secara sektoral, jangkauan pelayanan terbatas, mengedepankan pendekatan institusi/panti sosial, dan dilaksanakan tanpa rencana strategis nasional. Untuk itu, pada masa yang akan datang diperlukan kebijakan dan program kesejahteraan sosial anak yang terpadu, berkelanjutan, menjangkau seluruh anak yang mengalami masalah sosial, melalui sistem dan program kesejahteraan sosial anak yang melembaga dan profesional dengan mengedepankan peran dan tanggung jawab keluarga serta masyarakat. Perubahan kebijakan dan program kesejahteraan sosial anak selaras dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, diperlukan penyempurnaan program bantuan sosial berbasis keluarga khususnya bidang kesejahtreraan sosial anak untuk anak balita terlantar, anak jalanan, anak dengan kecacatan, anak berhadapan dengan hukum, dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus. Selanjutnya berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan ditetapkan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) sebagai program prioritas nasional yang meliputi Program Kesejahteraan Sosial Anak Balita, Program Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar, Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan, Program Kesejahteraan Sosial Anak yang Berhadapan dengan Hukum, Program Kesejahteraan Sosial Anak Dengan Kecacatan dan Program Kesejahteraan Sosial Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus.

Sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden, telah ditetapkan Keputusan Menteri Sosial Nomor 15A/HUK/2010 tentang Panduan Umum Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). Dalam 5 (lima) tahun ke depan, kerangka kebijakan nasional mengalami perubahan yang fundamental. Kebijakan nasional tentang pemenuhan hak anak telah dirumuskan dalam RPJMN 2010-2014. Kementerian Sosial telah menindaklanjuti merumuskan Rencana Strategis Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak 2010-2014 dan menjadi acuan utama dalam pengembangan pola operasional Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA).

1. Situasi Anak Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai potensinya. Secara berlapis, dimulai dari lingkar keluarga dan kerabat, masyarakat sekitar, pemerintah lokal sampai pusat, hingga masyarakat internasional yang berkewajiban untuk menghormati, melindungi, dan mengupayakan pemenuhan atas hak-hak anak. Hanya jika setiap lapisan pemangku tugas tersebut dapat berfungsi dengan baik dan mampu menjalankan kewajiban dan tanggungjawabnya, maka anak akan dapat memiliki kehidupan berkualitas yang memungkinkannya tumbuh-kembang secara optimal sesuai potensinya. Meskipun banyak upaya telah dilakukan, masih banyak anak Indonesia harus hidup dalam beragam situasi sulit yang membuat kualitas tumbuh kembang dan kelangsungan hidupnya terancam. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (2006), jumlah anak Indonesia usia di bawah 18 tahun mencapai 79.898.000 jiwa dan mengalami peningkatan menjadi 85.146.600 jiwa pada tahun 2009. Gambaran situasi masalah anak antara lain sebagai berikut : a. Ditinjau dari derajat kesehatan, gizi, dan kesiapan belajar/ pendidikan pra sekolah terutama pada anak balita yang berasal dari keluarga miskin atau sangat miskin, belum tersentuh sistem layanan dan perlindungan yang memadai. Pada tahun 2006 diperkirakan jumlah anak usia 0-5

tahun mencapai sekitar 27,6 juta jiwa, atau sekitar 12,79% dari seluruh populasi Indonesia yang jumlahnya sebesar 215,93 juta jiwa. Anak balita terlantar dan hampir terlantar di Indonesia pada tahun 2009, adalah sebesar 17.694.000 jiwa (22,14%), sementara data dari Direktorat Pelayanan Anak melaporkan bahwa anak yang telah mendapatkan pelayanan sosial hanya 1.186.941 jiwa (6,71%). Pada tahun 2005, prevalensi anak balita kurang gizi mencapai 28%, sekitar 8,8% diantaranya menderita gizi buruk. Anak balita yang mendapat layanan kesiapan belajar atau pendidikan pra sekolah baru mencakup 24,85%. Layanan melalui TK/RA baru mencapai 12,59%, Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak baru berhasil melayani 4,81%. b. Masalah kemiskinan yang belum dapat diatasi secara efektif secara memberikan kontribusi pada keterlantaran anak. Selain itu menjadi pendorong banyak anak yang terpaksa bekerja di jalanan. Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial mencatat jumlah anak jalanan tahun 2007 sebanyak 230.000 jiwa. Adapun BPS bersama ILO mengestimasi jumlah anak jalanan sebanyak 320.000 pada tahun 2009. c. Kenakalan anak juga dirasa semakin meresahkan masyarakat, tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di pedesaan. Kasus-kasus kenakalan semakin sering diberitakan media, karena tidak hanya muncul dalam bentuk pelanggaran ringan tetapi sudah sering muncul dalam bentuk tindak pidana kejahatan seperti kekerasan yang menimbulkan korban jiwa baik yang dilakukan secara sendiri maupun berkelompok/geng. d. Pada tahun 2008 dari 29 Balai Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Indonesia dilaporkan terdapat 6.505 anak dengan kenakalan diajukan ke pengadilan, dan 4.622 anak diantaranya (71,05%) diputus pidana. Pada tahun 2009 kasus tindak pidana anak yang diajukan ke pengadilan meningkat menjadi 6.704 anak, dan 4.748 diantaranya (70.82%) diputus pidana.

e. Angka seluruh kasus anak mungkin jauh lebih besar karena angka di atas hanya bersumber dari 29 Bapas yang telah memberi laporan, sementara jumlah seluruh Bapas ada 62. Jika dihitung dengan rata-rata kasar dari laporan di atas, bahwa rata-rata tiap Bapas pada tahun 2009 melaporkan 231 anak yang diajukan kepengadilan dan 163 anak yang diputus pidana, maka secara kasar diperkirakan seluruhnya ada 14.322 anak yang diajukan ke persidangan dan 10.106 anak yang diputus pidana. f. Sementara itu, kondisi faktual sistem hukum dan penegakan hukum saat ini belum mampu memberikan jaminan terjadinya perubahan positif perilaku, anak-anak juga kerap harus menyerap berbagai pengalaman buruk yang menyertai proses penegakan hukumnya serta tidak dapat mengakses berbagai hak dan kebutuhan dasar yang esensial bagi proses tumbuh-kembangnya menuju kedewasaan. Mereka mengalami masa-masa sulit, berkaitan dengan rasa bersalah, ketakutan terhadap aturan dan proses hukum yang tidak mereka pahami, pengalaman kekerasan fisik dan psikis selama mengikuti proses hukum, terisolasi, sulit mengakses kelayakan kebutuhan dasar, stigma/label masyarakat, terpisah dari keluarga, tekanan dari lingkungan baru, dll. g. Masalah lain berhubungan dengan kesulitan hidup Anak dengan Kecacatan (ADK). Data BPS tahun 2004 menyebutkan jumlah ADK sebanyak 365.868 anak (0,46 %), sedangkan data Pusdatin Kemensos, 2006 mencatat sebanyak 295.763 jiwa (0,37 %). Menurut hasil pendataan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Kementerian Sosial (2009) di 24 propinsi, terdapat 199.163 anak, yang terdiri dari 78.412 anak dengan kecacatan ringan, 74.603 anak dengan kecacatan sedang dan 46.148 anak dengan kecacatan berat. h. Sebagian besar anak dengan kecacatan berada dalam keluarga miskin, yang faktanya menunjukkan mereka sulit mendapatkan hak dasarnya sebagai anak secara wajar dan memadai. Banyak situasi ADK pada keluarga miskin

tidak terpenuhi kebutuhan nutrisi, tidak mendapatkan pengasuhan dan perawatan khusus sesuai dengan kecacatannya dari orangtua/keluarga, diisolasi, didiskriminasi dalam pengasuhan dan tidak tersentuh oleh pelayanan sosial dasar, antara lain pelayanan kesehatan, pendidikan, pemukiman yang layak serta tidak memiliki alat bantu kecacatan. i. Data BPS (2006) menunjukkan jumlah anak yang membutuhkan perlindungan khusus karena mengalami kekerasan sebanyak 180.000 jiwa, serta anak yang bekerja sekitar 5.2 juta jiwa. Data layanan IOM Indonesia periode 2005 hingga 2009 menunjukkan bahwa dari 3.696 korban tindak pidana perdagangan orang, 23,94%-nya adalah anak. Diyakini ini hanya puncak gunung es, karena kasus yang terungkap jumlahnya selalu jauh lebih kecil dari realitas. Sementara UNICEF Indonesia (2008) memperkirakan terdapat 40.000-70.000 anak menjadi korban tindak pidana perdagangan orang untuk tujuan eksploitasi seksual. Untuk anak yang menjadi korban eksploitasi seksual, diperkirakan angkanya jauh lebih besar dari angka ini. Tingginya frekuensi bencana alam (dan sosial) di Indonesia juga menyebabkan banyak anak harus hidup dalam situasi darurat pasca bencana. Data-data penanganan pengungsi seperti dari konflik di Poso, Ambon, Sambas, Aceh, dan bencana alam besar di Aceh, Jogjakarta, Jawa Barat, Situ Gintung, dan Padang menunjukkan bagaimana keselamatan dan kualitas kelangsungan hidup anak menjadi terancam.

j.

k. Di area lain, Kementrian Kesehatan dalam laporannya hingga September 2009 menyebutkan total jumlah 18.442 kasus HIV/ AIDS, di mana 73,2 % di antaranya laki-laki dan 26,8% perempuan. Dalam waktu yang sama, dilaporkan 464 anak berusia di bawah 15 tahun positif terinfeksi AIDS yang sebagian besar terinfeksi karena lahir dari ibu yang positif HIV, belum termasuk untuk kelompok usia diatas 15 tahun dan yang terinfeksi karena sebab lain

seperti penggunaan narkoba suntik dan hubungan eksual. Adapun untuk anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba, Badan Narkotik Nasional (2006) menyebutkan bahwa 80% dari sekitar 3,2 juta pengguna berasal dari kelompok usia muda (remaja/pemuda). 2. Respon Sistemik Masyarakat dan pemerintah dari berbagai tingkatan telah melakukan berbagai layanan dan program yang terus dikembangkan dengan intensitas dan kualitas yang diupayakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun faktanya masih sangat banyak anak belum tersentuh pelayanan kesejahteraan sosial karena keterbatasan sumber daya,. Keterbatasan cakupan pelayanan ini juga disertai dengan belum adanya keterpaduan perencanaan dan pengelolaan sumberdaya dan layanan di antara lembaga-lembaga pelayanan sosial yang ada. Keterbatasan tersebut juga diperparah dengan penggunaan pendekatan dan strategi yang konvensional, sehingga mengakibatkan meningkatnya masalah sosial anak yang tidak dapat diimbangi dengan upaya pencegahan dan respon yang memadai. Strategi konvensional dimaksud seperti kurangnya memperhatikan kebutuhan dasar anak yang beragam, sehingga bantuan sosial cenderung diseragamkan. Sejak 2009 rancangan kebijakan, strategi dan program terobosan yang telah lama digagas mulai diaktualisasikan sehingga gap yang ada mampu diperkecil. Misalnya sumber pendanaan tidak semata bertumpu pada APBN tetapi menggalang juga kerjasama luar negeri, APBD, dan dukungan organisasi non-pemerintah dalam negeri maupun internasional, termasuk sumber pendanaan Corporate Social Responsibilty. Selain itu dilakukan perubahan paradigma dalam berbagai dimensi program meliputi : perspektif analisis masalah dan kebutuhan, sistem penetapan target sasaran, pola operasional layanan, keberlanjutan layanan, dan sistem manajemen pelaksanaan layanan. Pada 2009, Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) mulai dikembangkan dan diujicobakan untuk penanganan anak jalanan di lima wilayah

yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Yogyakarta. Belajar dari pengalaman implementasi awal tersebut, mulai 2010, layanan PKSA telah diperluas jangkauan target sasaran maupun wilayahnya, meliputi anak balita terlantar; anak jalanan dan anak terlantar; anak yang berhadapan dengan hukum; anak dengan kecacatan; serta anak yang membutuhkan perlindungan khusus lainnya seperti anak yang berada dalam situasi darurat, anak yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang, korban kekerasan dan eksploitasi seksual, eksploitasi ekonomi, korban penyalahgunaan narkoba/ zat adiktif, penderita HIV/AIDS, dan anak dari kelompok minoritas atau komunitas adat terpencil. PKSA dikembangkan dengan perspektif jangka panjang sekaligus untuk menegaskan komitmen Kementerian Sosial untuk merespon tantangan dan upaya mewujudkan kesejahteraan sosial anak yang berbasis hak. Juga perwujudan dari kesungguhan Kementerian Sosial mendorong perubahan paradigma dalam pengasuhan, peningkatan kesadaran masyarakat, penguatan tanggung jawab orang tua/ keluarga, dan perlindungan anak yang bertumpu pada keluarga dan masyarakat, serta mekanisme pemenuhan kebutuhan dasar anak yang dapat merespon keberagaman kebutuhan melalui tabungan. Oleh karena itu, PKSA merupakan respon sistemik dalam perlindungan anak, termasuk memberikan penekanan pada upaya pencegahan. Untuk kepentingan kejelasan operasionalisasi pencapaian tujuan program tersebut, maka Pedoman Operasional Pelaksanaan PKSA ini disusun untuk memberikan panduan yang jelas, lengkap, dan konsisten bagi para pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya.

B. Dasar Hukum Perancangan, perencanaan dan pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial didasarkan pada:

1. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak; 2. Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; 3. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; 4. Undang-Undang RI Nomor Kesejahteraan Sosial; 11 Tahun 2009 tentang

5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 Tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan Sosial Bagi Anak yang Mempunyai Masalah; 6. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak Anak; 7. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, 8. Intruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan 9. Keputusan Menteri Sosial Nomor 135/HUK tahun 2009 tentang Standar Nasional Pengasuhan dan Perlindungan Anak Di Bawah Lima Tahun; 10. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 15A/HUK/2010 tentang Panduan Umum Program Kesejahteraan Sosial Anak; 11. Peraturan Menteri Sosial No. 57 Tahun 2010 tentang Pendirian Taman Anak Sejahtera 12. Peraturan Menteri Sosial No. 30 Tahun 2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak di LKSA 13. Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Sosial, dan Menteri Dalam Negeri, No. 0318/P/1984, No. 64 Tahun 84, No. 43/HUK/ KEP/VII/1984, No. 45 Tahun 1984 tentang Bantuan terhadap Anak Kurang Mampu, Anak dengan kecacatan, dan anak bertempat tinggal di daerah Terpencil dalam rangka pelaksanaan Wajib Belajar;

14. Kesepakatan Bersama antara Direktur Jenderal PRS Departemen Sosial RI dengan Direktur Jenderal PAS Departemen Hukum dan HAM RI Nomor: 20/PRS-2/KEP/2005 dan Nomor: E.U.M 06.07-83 tahun 2005, tentang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Didik Pemasyarakatan; 15. Kesepakatan Bersama Menteri Sosial RI, Menteri Hukum dan HAM RI, Menteri Pendidikan Nasional RI, Menteri Kesehatan RI, Menteri Agama RI dan Kepolisian Negara RI Nomor : 12/PRS-2/KPTS/2009; Nomor: M.HH.04.MH.03.02.Th.2009; Nomor:11/ XII/KB/2009; Nomor:1220/Menkes/SKB/XII/2009; Nomor:06/ XII/2009; Nomor:B/43/XII/2009, tentang Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Anak Yang Berhadapan dengan Hukum; 16. Keputusan Bersama Mahkamah Agung RI, Kejaksanaan Agung, Kepolisian Republik Indonesia, Kementerian Hukum dan Ham RI, Kementerian Sosial dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan, tentang Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum tanggal 22 Desember 2009;

C. Pengertian Berikut ini beberapa pengertian yang menjadi bagian dari konsep pokok yang digunakan dalam Pedoman Operasional Program Kesejahteraan Sosial Anak. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 2. Kesejahteraan Sosial Anak adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial anak agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. 3. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

10

4. Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak , yang meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial dasar, peningkatan potensi diri dan kreativitas anak, penguatan orang tua/keluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak. 5. Unit Pelaksana Program Kesejahteraan Sosial Anak (UPPKSA) adalah unit yang dibentuk dan ditunjuk di tingkat pusat (Kemensos); Provinsi, dan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan PKSA di masing-masing tingkat kewilayahan. 6. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan Program Kesejahteraan Sosial Anak, yang dibentuk oleh masyarakat atau difasilitasi pemerintah, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. 7. Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial. 8. Pekerja Sosial Profesional Anak adalah pekerja sosial yang bekerja mnenjadi pendamping PKSA yang memiliki keahlian dalam bidang kesejahteraan dan perlindungan anak. 9. Tenaga Kesejahteraan Sosial Anak adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara profesional untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial anak dan/atau seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang ruang lingkup kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial anak. 10. Relawan Sosial Anak adalah seseorang dan/atau kelompok masyarakat, baik yang berlatar belakang pekerjaan sosial maupun bukan berlatar belakang pekerjaan sosial, tetapi

11

melaksanakan kegiatan penyelenggaraan di bidang kesejahteraan sosial anak bukan instansi pemerintah atas kehendak sendiri dengan atau tanpa imbalan. 11. Pendamping PKSA adalah Pekerja Sosial Profesional, Tenaga Kesejahteraan Sosial Anak, atau Relawan Sosial yang dipandang memenuhi syarat kompetensi untuk melakukan pendampingan, yang direkrut oleh dan bekerja untuk LKSA, yang fungsinya adalah melaksanakan tugas-tugas pelayanan kesejahteraan sosial dan perlindungan khusus kepada anak dan keluarga yang menjadi penerima manfaat PKSA, serta lingkungan komunitas/ masyarakat.
12. Aksesibilitas Pelayanan Sosial Dasar adalah kemampuan

menjangkau pelayanan sosial dasar untuk anak penerima manfaat PKSA berupa pelayanan kesehatan dasar, pendidikan, identitas diri, peningkatan keterampilan, sarana tempat tinggal, air bersih, rekreasi, dan kebutuhan dasar lainnya.
13. Bantuan Tunai Bersyarat (Conditional Cash Transfer) ada-

lah mekanisme utama penyaluran bantuan sosial berupa bantuan tunai kepada anak yang menjadi penerima manfaat PKSA dalam bentuk Tabungan Kesejahteraan Sosial Anak. Dalam mekanisme ini, bantuan keuangan, hanya akan diberikan bila anak dan keluarga yang menjadi penerima manfaat sanggup memenuhi beberapa syarat dan kewajiban (conditionality) tertentu. Syarat dan kewajiban tersebut terkait dengan kesungguhan memenuhi kebutuhan dasar anak, kesungguhan mengakses pelayanan sosial dasar, meningkatkan potensi diri dan kreativitas anak, kesediaan orang tua/ keluarga dalam bertanggung jawab untuk memenuhi hak dasar anak, dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak dalam upaya mensejahterakan dan meindungi anak. D. Tujuan Tujuan Program Kesejahteraan Sosial Anak adalah terwujudnya pemenuhan hak dasar anak dan perlindungan terhadap anak dari

12

keterlantaran, kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi sehingga tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan partisipasi anak dapat terwujud.

E. Sasaran Sasaran PKSA yang akan dicapai dalam periode RPJMN II (tahun 2010-2014) adalah: 1. Meningkatnya presentase anak dan balita terlantar, anak jalanan, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dengan kecacatan dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus untuk memperoleh akses pelayanan sosial dasar. 2. Meningkatnya persentase orang tua/keluarga yang bertanggung jawab dalam pengasuhan dan perlindungan anak . 3. Menurunnya prosentase anak yang mengalami masalah sosial. 4. Meningkatnya lembaga kesejahteraan sosial yang memberikan perlindungan terhadap anak. 5. Meningkatnya Pekerja Sosial Profesional, Tenaga Kesejahteraan Sosial dan Relawan Sosial terlatih, yang memberikan pendampingan di bidang pelayanan kesejahteraan sosial anak. 6. Meningkatnya peranan Pemerintah Daerah (provinsi/ kabupaten/kota) dalam mensinergiskan PKSA dengan program kesejahteraan dan perlindungan anak yang bersumber dari APBD. 7. Meningkatnya produk hukum pengasuhan dan perlindungan anak sebagai landasan hukum pelaksanaan PKSA.

F. Kebijakan 1. Mengedepankan kemitraan dengan berbagai pihak dalam mewujudkan sistem kesejahteraan sosial anak yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan, 2. Mengupayakan perluasan jangkauan layanan untuk seluruh anak yang mengalami masalah sosial,

13

3. Mengedepankan pengembangan sistem pelayanan dan program kesejahteraan sosial yang melembaga dan profesional, 4. Menempatkan keluarga sebagai pusat pelayanan dalam rangka memperkuat tanggung jawab orang tua/ keluarga dalam memberikan pengasuhan dan perlindungan bagi anak, 5. Mendorong peningkatan kemampuan dan keterlibatan masyarakat dalam upaya mensejahterakan dan melindungi anak.

G. Kriteria Penerima Manfaat Sasaran PKSA diprioritaskan kepada anak-anak yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan/atau korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi. Sasaran penerima manfaat dibagi dalam 6 (enam) kelompok, meliputi: 1. Anak balita/ usia dini yang terlantar/ tanpa asuhan yang layak a. Anak yang berasal dari keluarga sangat miskin / miskin b. Anak yang kehilangan hak asuh dari orangtua/ keluarga, c. Anak yang mengalami perakuan salah dan diterlantarkan oleh orang tua/ keluarga d. Anak yang di eksploitasi secara ekonomi seperti anak balita yang di salahgunakan orang tua menjadi pengemis di jalanan. e. Anak yang menderita gizi buruk atau kurang, 2. Anak terlantar/ tanpa asuhan yang layak, meliputi: a. Anak yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan oleh orang tua/ keluarga, atau b. Anak kehilangan hak asuh dari orang tua/ keluarga. 3. Anak terpaksa bekerja di jalanan, meliputi: a. Anak yang rentan bekerja di jalanan; b. Anak yang bekerja di jalanan; c. Anak yang bekerja dan hidup di jalanan.

14

4. Anak berhadapan dengan hukum, meliputi: a. Anak diindikasikan melakukan pelanggaran hukum; b. Anak yang mengikuti proses peradilan; c. Anak yang berstatus diversi; d. Anak yang telah menjalani masa hukuman pidana; e. Anak yang menjadi korban perbuatan pelanggaran hukum; f. Anak yang berperilaku nakal. 5. Anak dengan kecacatan, dengan kategori : a. Mampu didik dan mampu latih b. Cacat ringan dan sedang, meliputi : 1) Anak dengan kecacatan fisik; 2) Anak dengan kecacatan mental 3) Anak dengan cacat fisik dan mental c. Cacat berat yang belum diakses Program Jaminan Sosial orang dengan kecacatan 6. Anak yang memerlukan perlindungan khusus lainnya , meliputi: a. Anak dalam situasi darurat dan berada dalam lingkungan yang buruk/ diskriminasi; b. Anak korban perdagangan manusia; c. Anak korban kekerasan, baik fisik dan/atau mental dan seksual; d. Anak korban eksploitasi ekonomi atau seksual; e. Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, serta dari komunitas adat terpencil; f. Anak yang menjadi korban penyalahgunaaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), g. Anak yang terinfeksi HIV/AIDS. Kategori sasaran dimaksud untuk memberikan kesempatan akses yang lebih luas bagi anak yang mengalami masalah sosial dan menghindari terjadinya tumpang tindih sasaran. Dalam prakteknya terdapat anak yang mengalami masalah ganda, misalnya anak jalanan yang menjadi korban penyalahgunaan NAPZA. Untuk masalah seperti ini, pendamping bersama LKSA melakukan klasifikasi masalah anak didasarkan pada beberapa hal :

15

a. Bobot masalah yang dialami anak b. Kedekatan akses anak terhadap layanan kesejahteraan sosial c. Kedekatan akses anak terhadap LKSA yang mendampingi Dalam keadaan populasi anak yang membutuhkan lebih banyak daripada jumlah sasaran PKSA yang tersedia, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Melakukan asesmen masalah secara mendalam b. Melakukan seleksi berdasarkan bobot masalah yang diprioritaskan. Semakin beratnya masalahnya, semakin miskin kondisinya dan semakin membutuhkan pertolongan/bantuan segera, semakin diprioritaskan menjadi sasaran utama. c. Melakukan musyawarah antar orang tua/keluarga dan komunitas setempat, termasuk meminta pertimbangan dari tokoh masyarakat, RT/ RW dan aparat setempat. H. Komponen Program PKSA dibagi menjadi 6 kelompok (kluster) program, yaitu: 1. 2. 3. 4. Program Kesejahteraan Sosial Anak Balita (PKS-AB) Program Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar (PKS-Antar) Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS- Anjal) Program Kesejahteraan Sosial Anak yang Berhadapan dengan Hukum (PKS- ABH) 5. Program Kesejahteraan Sosial Anak dengan Kecacatan (PKS-ADK) 6. Program Kesejahteraan Sosial Anak Dengan Perlindungan Khsusus (PKS-AMPK) PKSA dirancang sebagai upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial dan bantuan kesejahteraan sosial anak bersyarat (conditional cash transfer) yang meliputi : 1. Bantuan sosial/ subsidi pemenuhan hak dasar (akte kelahiran, tempat tinggal, nutrisi, air bersih, dll.)

16

2. Peningkatan aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar (akses pendidikan dasar, akses pelayanan kesehatan, askes pelayanan rehabilitasi sosial, dll.) 3. Pengembangan potensi diri dan kreatifitas anak. 4. Penguatan tanggung jawab orang tua/ keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan anak 5. Penguatan kelembagaan kesejahteraan sosial anak.

I. Persyaratan dan Kewajiban Penerima Layanan Sasaran penerima layanan PKSA: anak, orang tua/ keluarga maupun lembaga kesejahteraan sosial yang menjadi mitra pendamping, harus memenuhi persyaratan (conditionalities) sebagai berikut: 1. Adanya perubahan sikap dan perilaku sosial anak ke arah positif 2. Intensitas kehadiran anak dalam layanan sosial dasar dari berbagai organisasi/ lembaga semakin meningkat. 3. Intensitas kehadiran anak dalam kegiatan pengembangan potensi diri/ kreativitas anak semakin meningkat. 4. Tanggung jawab orang tua/ keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan anak semakin meningkat. 5. Peran Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang bermitra dengan Kementerian Sosial semakin efektif dalam mendampingi anak sehingga anak dapat terhindar dari penelantaran, eksploitasi, kekerasan dan diskriminasi.

17

Indikator perubahan sikap perilaku / kewajiban penerima layanan antara lain: 1. Bagi Balita Terlantar: a. Anak balita terlantar kembali berada dalam asuhan orang tua/ keluarga atau pengasuhan alternatif (orang tua pengasuh, orang tua angkat, atau lembaga kesejahteraan sosial anak) b. Orang tua/. Keluarga tidak mengeksploitasi anak untuk tujuan mengemis/ meminta-minta. c. Orang tua/ keluarga memberikan perawatan dan pengasuhan sehingga anak tumbuh dan berkembang optimal, sesuai dengan perkembangan usianya d. Orang tua/ keluarga membukakan tabungan bagi anak (rekening nama anak) di Bank/ lembaga keuangan mikro terdekat e. Orang tua/ keluarga tidak menelantarkan anak dengan memberikan perawatan, pengasuhan dan perlindungan bagi anak, sehingga hak-hak dasarnya semakin terpenuhi, f. Orangtua/ keluarga membawa anak ke TAS/TPA dan lembaga sosial lainnya.

2. Bagi Anak Terlantar: a. Anak terlantar kembali berada dalam asuhan orang tua/ keluarga atau pengasuhan alternatif (orang tua pengasuh, orang tua angkat, atau lembaga kesejahteraan sosial anak)

18

b. Anak c. Orang tua/ keluarga membukakan tabungan bagi anak (rekening nama anak) di bank/ lembaga keuangan mikro terdekat d. Orang tua/ keluarga bertanggungjawab dalam memberikan pengasuhan, perlindungan dan pemenuhan hak dasar anak.

3. Bagi Anak Jalanan : a. Anak jalanan tidak lagi melakukan aktivitas ekonomi di jalanan karena anak telah kembali sekolah formal/ non formal, kembali ke keluarga (bagi anak yang terpisah), mengikuti kegiatan peningkatan potensi diri/ keterampilan, mengikuti kegiatan rekreasi, dll. b. Anak tidak dieksploitasi untuk tujuan mengemis/ memintaminta. c. Orang tua/ keluarga membukakan tabungan bagi anak (rekening nama anak) di bank/ lembaga keuangan mikro terdekat d. Orang tua/ keluarga bertanggungjawab dalam memberikan pengasuhan, perlindungan dan pemenuhan hak dasar anak. e. Orang tua/ keluarga tidak menyuruh anak bekerja di jalanan/ mengeksploitasi anak

4. Bagi Anak yang Berhadapan dengan Hukum : a. Anak tidak lagi melakukan perbuatan yang dapat melanggar hukum,

19

b. Anak kembali sekolah, kembali ke keluarga (bagi anak yang terpisah), dan/atau mengikuti kegiatan peningkatan potensi diri/ keterampilan. c. Anak dengan kenakalan menunjukkan sikap dan perilaku kearah positif dan tidak berperilaku nakal lagi. d. Orang tua/ keluarga membukakan tabungan bagi anak (rekening nama anak) di bank/ lembaga keuangan mikro terdekat e. Orang tua/ keluarga memberikan pengasuhan, perlindungan dan pemenuhan hak dasar anak, terutama anak yang memperoleh putusan diversi kembali kepada orang tua.

5. Bagi Anak Dengan Kecacatan: a. Anak mendapat perawatan khusus sesuai dengan jenis kecacatannya b. Anak tidak didiskriminasi dan atau dieksploitasi c. Anak mengikuti program-program rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial d. Anak menggunakan alat bantu kecacatan e. Orang tua/ keluarga membukakan tabungan bagi anak (rekening nama anak) di bank/ lembaga keuangan mikro terdekat f. Orang tua/ keluarga bertanggungjawab dalam memberikan pengasuhan, perlindungan dan pemenuhan hak dasar anak.

6. Bagi Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus: a. Anak dalam situasi darurat (misal:korban bencana), anak korban kekerasan dan eksploitasi dan anak dari kelompok

20

minoritas dan terpencil menunjukkan sikap dan perilaku ke arah positif sehingga hak-hak dasarnya terpenuhi. b. Orang tua/ keluarga membukakan tabungan bagi anak (rekening nama anak) di bank/ lembaga keuangan mikro terdekat c. Orang tua/ keluarga tidak menelantarkan anak (memberikan perawatan, pengasuhan dan perlindungan bagi anak) sehingga hak-hak dasarnya semakin terpenuhi.

Bagi anak yang tidak berada dalam asuhan orang tua/ keluarga maka wali anak adalah orang tua asuh (foster parent), pekerja sosial atau pengurus LKSA yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Undang-Undang Nomor 4/ 1979 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 beserta peraturan pelaksanaannya). Pemenuhan persyaratan dan kewajiban penerima layanan sangat ditentukan oleh peran pendamping sosial (Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial) dan peran Lembaga Kesejahteraan Sosial (LSM/ Yayasan/ Organisasi) yang menjadi mitra kerja PKSA. Sangsi akan diberikan kepada Sakti Peksos, LKSA, orang tua/ keluarga dan anak penerima bantuan PKSA, jika hasil verifikasi (pemantauan) dari persyaratan dan kewajiban penerima layanan tidak menunjukkan kemajuan yang signifikan. Sangsi yang dimaksud, diberikan secara bertahap. Sangsi yang dimaksud yaitu: 1. Diberikan secara bertahap mulai dari peringatan secara lisan, peringatan tertulis, dan tindakan pemutusan hubungan kerja kepada pendamping sosial apabila tidak melaksanakan kewajiban sebagai pendamping yang berakibat persyaratan dan kewajiban penerima layanan tidak terpenuhi.

21

2. Diberikan secara bertahap mulai dari peringatan secara lisan, peringatan tertulis, hubungan kerjasama dihentikan atau dicabut ijin operasional oleh pihak berwenang, apabila LKSA yang menjadi mitra kerja PKSA tidak melaksanakan kewajibannya yang berakibat persyaratan dan kewajiban penerima layanan tidak terpenuhi. 3. Diberikan secara bertahap mulai dari peringatan secara lisan, peringatan tertulis, dan tindakan hukum apabila orang tua/ wali/ keluarga tidak melaksanakan tanggung jawabnya dan melakukan pelanggaran hukum sesuai dengan UndangUndang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Penetapan pengadilan dapat berupa putusan tindakan yaitu pencabutan kuasa asuh atau putusan pidana sesuai dengan bobot pelanggaran hukum yang terjadi. 4. Dalam keadaan tertentu atas rekomendasi pendamping sosial dan LKSA, dapat memberikan sanksi kepada anak yang menjadi penerima layanan. Sangsi yang dimaksud harus merupakan putusan hasil pembahasan kasus (case conference), yang diberikan secara bertahap mulai dari peringatan lisan, tertulis dan tindakan..

22

BAB II PENGELOLAAN PROGRAM


Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) dikelola sebagai satu kesatuan program yang utuh dan terintegrasi, tanpa mengesampingkan tuntutan kekhususan dalam mengembangkan dan mengoperasikan pelayanan bagi beragam situasi permasalahan kesejahteraan dan perlindungan anak Indonesia. Oleh karena itu, dalam pengelolaannya, untuk efektivitas upaya pencapaian sasaran dan mencakup seluruh kategori penerima manfaat sebagai mana dipaparkan pada Bagian Pertama, maka pengelolaan penyelenggaraan PKSA dibagi menjadi 6 area (klaster), yaitu: A. Klaster 1 B. Klaster 2 C. Kalster 3 D. Klaster 4 E. Klaster 5 F. Klaster 6 : : : : : : Anak Balita Terlantar Anak Terlantar Anak Jalanan Anak Dengan Kenakalan dan atau Berhadapan Dengan Hukum Anak Dengan Kecacatan Anak yang membutuhkan perlindungan khusus

Pada bagian dua ini diuraikan acuan operasional pengelolaan program yang bersifat umum, yang berlaku untuk setiap area penanganan.

A. Pengorganisasian Pengorganisasian PKSA dirancang sedemikian rupa agar bantuan sosial bagi anak dan keluarga, serta bantuan operasional bagi lembaga mitra kerja (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak) dapat disalurkan secara tepat sasaran, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

23

1. Hubungan Kelembagaan Berdasarkan Intruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan ditetapkan Kementerian Sosial sebagai Koordinator Pelaksana PKSA. Struktur Organisasi PKSA telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 15A/HUK/2010 tentang Panduan Umum Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA).

STRUKTUR ORGANISASI PKSA

Kemensos UP PKSA Pusat

Tim Koordinasi PKSA Tim Teknis Pusat

Lembaga Penyalur Bantuan Sosial


Pusat

UP PKSA Dinsos Propinsi

Tim Koordinasi Provinsi

Provinsi

UP PKSA Dinsos Kab/Kota

Tim Koordinasi Kabupaten/Kota

Kabupaten

UP-PKSA Lokal

Kantor Lembaga Penyalur Bantuan Sosial Kecamatan

Pendamping PKSA (Peksos, TKSA, Relawan Sosial)

Petugas Penyalur Bantuan Sosial

Kelembagaan dalam penyaluran bantuan sosial PKSA merupakan bentuk kerjasama yang didasarkan pada fungsi dan tugas pokok masing-masing untuk mempercepat proses penyaluran dana PKSA kepada kelompok sasaran, sehingga pemanfaatannya lebih optimal. Untuk meningkatkan sinergi pelayanan PKSA yang maksimal, maka para pelaku PKSA harus saling berkomunikasi dan berkoordinasi. Dalam pelaksanaan PKSA difasilitasi penyediaan Unit Pelaksana PKSA (UP-PKSA) dari tingkat pusat sampai dengan

24

Pendamping PKSA. Tugas pokok dan tanggung jawab masing-masing unit pelaksana dan instansi terkait adalah sebagai berikut: a. Kementerian Sosial RI. Cq. Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Mengelola UP-PKSA pusat dibantu oleh jajaran dari lintas unit Kementerian Sosial melalui kegiatan antara lain: 1) Mengelola anggaran PKSA dari APBN, Kerjasama Luar Negeri dan sumber-sumber pendanaan lainnya (dana corporate social responsibility, dana UKS, donor perorangan/ lembaga, hibah, dll) 2) Membuat MOU dengan bank persepsi/ pos, yang ditetapkan sebagai lembaga penyalur dana bantuan PKSA 3) Menyusun Pedoman Umum, Pedoman Operasional dan Pedoman Pendamping PKSA, serta modul-modul yang bersifat teknis operasional 4) Melaksanakan tahapan PKSA sesuai dengan kewenangannya 5) Melakukan rapat-rapat koordinasi lintas unit, supervisi, monitoring dan pengawasan terhadap pelaksanaan PKSA. 6) Membuat laporan pelaksanaan PKSA sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki. b. Dinas Sosial Propinsi Mengelola UP-PKSA pada tingkat provinsi adalah unit kerja yang menangani anak di Dinas/ Instansi Sosial di tingkat Propinsi. Ketua Pengelola adalah Kepala Dinas/ instansi sosial, dengan sekretaris dan anggota ditetapkan pejabat di lingkungan Dinas/instansi sosial setempat. Seksi yang menangani anak di Dinas Sosial berfungsi sebagai unit operasional/ sekretariat PKSA. Jika dipandang perlu dapat melibatkan lintas unit/sektor sebagai anggota pengelola PKSA.

25

Lingkup tugas yang dilaksanakan meliputi: 1) Mengelola anggaran PKSA dari APBN, APBD dan sumber pendanaan lainnya 2) Melaksanakan tahapan PKSA sesuai dengan kewenangannya 3) Melakukan pembinaan, supervisi, monitoring pengawasan terhadap pelaksanaan PKSA dan

4) Mengkoordinasikan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pendampingan terhadap LKSA, bank persepsi/ pos dengan melibatkan Peksos Anak, TKSA dan Relawan Anak 5) Membuat laporan pelaksanaan PKSA sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki.

c. Dinas Sosial Kabupaten/Kota UP-PKSA pada tingkat kabupaten/kota adalah unit kerja yang menangani anak di Dinas/ instansi sosial di tingkat Kabupaten/Kota. Ketua pengelola adalah Kepala Dinas/ Instansi Sosial, dengan sekretaris dan anggota ditetapkan pejabat di lingkungan Dinas/instansi sosial setempat. Seksi yang menangani anak di Dinas Sosial berfungsi sebagai unit operasional PKSA. Jika dipandang perlu dapat melibatkan lintas unit/sektor sebagai anggota pengelola PKSA. Pengelolaan dilakukan melalui kegiatan: 1) Mengelola anggaran PKSA dari APBN, sumber pendanaan lainnya APBD dan

2) Melaksanakan tahapan PKSA sesuai dengan kewenangannya 3) Memberikan rekomendasi kepada mitra kerja Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dalam lingkungan wilayah kerja. 4) Melakukan rapat-rapat koordinasi lintas unit dan memfasilitasi pembahasan kasus (case conference).

26

5) Melakukan pembinaan, supervisi dan pengawasan terhadap pelaksanaan PKSA, termasuk pengelolaan UP-PKSA Lokal. 6) Membuat laporan pelaksanaan PKSA sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki.

d. UP-PKSA Lokal UP-PKSA lokal adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) di tingkat lokal yang telah ditetapkan melalui proses seleksi oleh UP-PKSA Pusat/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota, dengan tugas pokok mengelola kegiatan PKSA, dengan cara: 1) Menyiapkan data sasaran PKSA secara lengkap (by name by adress, karakteristik masalah dan kebutuhan, potensi dan sumber daya sosial ekonomi) 2) Melakukan penjangkauan dan pendampingan sosial terhadap anak yang membutuhkan layanan PKSA dengan melibatkan Pekerja Sosial Anak, TKSA, Relawan Sosial Anak. 3) Memfasilitasi penyelenggaraan layanan bagi anak dan keluarga yang menjadi penerima manfaat PKSA, termasuk mendampingi anak dan orang tua/ wali dalam proses pembukaan Tabungan Kesejahteraan Sosial Anak pada Bank setempat atau Lembaga Keuangan Mikro yang berbadan hukum. 4) Menangani kasus (case management) yang melibatkan para profesional dan instansi terkait. 5) Melakukan pembinaan, supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan PKSA di tingkat lokal 6) Melakukan advokasi sosial kepada lembaga-lembaga mitra penyelenggaraan kesejahteraan sosial anak 7) Membangun jaringan kemitraan dengan berbagai pihak (LSM/Yayasan/Orsos, Dunia Usaha, Perguruan Tinggi, Aktivis Peduli Anak, dll.)

27

8) Membuat laporan pelaksanaan PKSA sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki. e. Pendamping PKSA Pendamping PKSA terdiri atas Pekerja Sosial Profesional, Tenaga Kesejahteraan Sosial Anak, Relawan Sosial dan pengelola Unit PKSA lokal. Tugas-tugas Pekerja Sosial Profesional pendamping PKSA adalah merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan hasil pemberian pelayanan kesejahteraan sosial, antara lain: 1) Pendampingan terhadap anak, orang tua/keluarga dan komunitas yang menjadi sasaran/ berada dalam wilayah jangkauan PKSA 2) Layanan dalam pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan akses terhadap pelayanan sosial dasar, peningkatan potensi diri dan kreativitas anak, penguatan tanggung jawab orang tua/ keluarga dan penguatan kelembagaan PKSA dan penguatan peran LKSA. 3) Melakukan verifikasi komitmen penerima manfaat PKSA sesuai dengan persyaratan dan kewajiban yang telah ditetapkan pada setiap sub-program/ klaster 4) Melaksanakan tugas-tugas profesional dalam mendampingi sasaran PKSA (asesmen, pembahasan kasus, penanganan kasus, pencacatan, penumbuhan kesadaran dan motivasi, membangun tim kerja, membangun kerjasama, penelusuran/ reintegrasi/ reunifikasi keluarga, membantun proses membuka rekening tabungan atas nama anak, dll.) 5) Melakukan advokasi sosial dalam rangka peningkatan kinerja PKSA kepada jaringan mitra kerja PKSA, pemerintah, pemerintah daerah, DPR/DPRD, dan lembagalembaga negara lainnya 6) Membuat laporan penanganan kasus setiap terjadi kasus

28

7) Membuat laporan pelaksanaan pendampingan per triwulan, dan akhir tahun kontrak kerja, selain laporan penanganan kasus. Pekerja Sosial Profesional yang menjadi pendamping antara lain Satuan Bakti Pekerja Sosial (SAKTI PEKSOS) yang merupakan petugas kemanusiaan di bidang pekerjaan sosial yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial atau Dinas/ Instansi Sosial yang memiliki status kerja kontrak karya dengan Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA Pusat) atau Dinas/Instansi Sosial Provinsi (PKSA Dekon). Kontrak karya dilakukan per tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Persyaratan Satuan Bakti Pekerja Sosial yang menjadi pendamping PKSA, adalah: 1) Pendidikan Diploma IV/ Sarjana Pekerjaan Sosial/ Kesejahteraan Sosial 2) Berusia maksimal 40 tahun pada 31 Desember 3) Warga Negara Republik Indonesia, yang bertaqwa kepada Tuhan YME, setia dan taat kepada Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4) Tidak berkedudukan sebagai CPNS/PNS/TNI/POLRI 5) Tidak berkedudukan sebagai anggota dan/atau pengurus Partai Politik. 6) Bebas dari narkotika dan zat adiktif lain. 7) Mengisi formulir pendaftaran 8) Sehat Jasmani dan Rohani dibuktikan dengan surat keterangan dari dokter pemerintah 9) Tidak sedang terikat kontrak kerja dengan pihak lain. 10) Bersedia bekerja penuh waktu Pelaksanaan seleksi dilaksanakan oleh Panitia Seleksi Satuan Bakti Pekerja Sosial bekerjasama dengan Biro Organisasi Kepegawaian, Sekretariat Jenderal Rehabilitasi

29

Sosial, Perguruan Tinggi Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI). Seleksi didasarkan pada hasil Test Potensi Akademik dan Kompetensi Pekerjaan Sosial di bidang kesejahteraan sosial anak. Kompetensi Pekerja Sosial meliputi Kompetensi Profesional, Kompetensi Personal dan Kompetensi Sosial. 1) Kompetensi Profesional: Menguasai ......... a) Dasar-dasar perawatan, pengasuhan, perlindungan dan prinsip-prinsip pendampingan pada anak b) Karakterisitik anak (aspek fisik, moral, sosial, emosional, kultural, dan intelektual/kecerdasan) Memahami a) Isu-isu anak, manajemen/ mengelola kasus anak, rujukan pada lembaga terkait. b) Regulasi pengasuhan dan perlindungan anak, Mampu. a) melakukan pendekatan berbasis keluarga dan komunitas. b) mendampingi anak kembali dalam asuhan/ perlindungan keluarga. c) menciptakan lingkungan pengasuhan dan perlindungan yg sehat. d) melindungi anak tanpa menghambat spontanitas, kreativitas dan potensi diri anak; e) merangsang dan memotivasi anak mengembangkan potensi diri dan kreativitas f) mengembangkan program pengasuhan & perlindungan sesuai karakteristik perkembangan & kebutuhan anak.

30

g) Memanfaatkan teknologi informasi untuk berkomunikasi dalam penyelenggaraan kegiatan dan pengembangan kapasitas diri. h) Mengevaluasi proses dan hasil pelayanan memanfaatkan untuk kepentingan kegiatan pengembangan program/ kegiatan pelayanan. i) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas kegiatan pelayanan j) Mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 2) Kompetensi Personal a) Sayang dan cinta anak, b) Mampu bekerja dengan anak, c) Peka terhadap pikiran dan perasaan anak; d) Mampu berkomunikasi (verbal dan non verbal); e) Menghargai perbedaan dan keunikan masingmasing anak; f) Cepat tanggap pada kesulitan yang dihadapi anak; g) Peduli, empati dan responsif pada perkembangan anak; h) Sabar memandang persoalan dengan adil dan tenang; i) Sikap obyektif dalam keadaan yang sulit (kritis); j) Yakin semua masalah dapat diselesaikan; k) Luwes & mampu lingkungan anak; menyesuaikan diri dengan

l) Rasa humor yang tinggi. m) Kreatif, inovatif dan terbuka pada ide-ide baru. 3) Kompetensi Sosial a) Bersikap inklusif, objektif, tidak diskriminatif karena jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar

31

belakang dan status sosial ekonomi anak/orangtua/keluarga. b) menjalin kemitraan dengan orangtua/keluarga dan profesi lain; c) Berkomunikasi secara efektif, empati dan santun pada anak, orang tua/keluarga serta masyarakat. d) Berkomunikasi dengan komunitas profesi secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. e) Beradaptasi di tempat bertugas yang memiliki keragaman sosial budaya. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pekerjaan sosial atau bimbingan dan pemantapan pendamping dilaksanakan oleh Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, bekerjasama dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial bersama-sama Balaibalai Diklat atau Perguruan Tinggi di bidang kesejahteraan sosial/ pekerjaan sosial Secara bertahap unsur pendamping sosial akan diperluas dengan menyediakan Tenaga Kesejahteraan Sosial Anak (TKSA) dan Relawan Sosial. Untuk penyediaan TKSA dapat didayagunakan Tenaga Pendamping yang sudah bekerja di LKSA, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dan Tenaga Penyuluh Sosial yang sudah ditempatkan oleh Kementerian Sosial/ Dinas/ Instansi Sosial. Adapun tenaga Relawan Sosial dapat diperbantukan Taruna Siaga Bencana (TAGANA), Pekerja Sosial Masyarakat, dan relawan-relawan sosial yang peduli kepada anak. Selain itu, peran pendamping sosial yang sudah bekerja di lembaga-lembaga kesejahteraan sosial anak yang menjadi mitra pendamping semakin ditingkatkan dan bekerjasama dengan Satuan Bakti Pekerja Sosial yang diperbantukan dari Kementerian Sosial.

32

f. Bank persepsi/ pos Bank persepsi/ pos yang ditetapkan sebagai lembaga penyalur bantuan memiliki tugas sebagai berikut: 1) Menyiapkan infrastruktur pembayaran di kantor-kantor cabang bank persepsi/ pos. 2) Menyalurkan dana PKSA kepada Rekening LKSA yang menjadi Mitra Kerja PKSA dan selanjutnya bersama-sama LKSA, Pekerja Sosial dan orang tua/ wali memproses penyaluran dana bantuan kesejahteraan sosial anak ke rekening Tabungan Kesejahteraan Sosial Anak di bank yang terdekat / mudah diakses oleh anak/ orang tua/keluarga. 3) Melaporkan realisasi penyaluran kepada Kementerian Sosial RI, cq Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak untuk PKSA Pusat dan Dinas/Instansi Sosial untuk PKSA dekon. g. Tim Koordinasi PKSA (Tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota) Tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi PKSA adalah sebagai berikut: 1) Merencanakan langkah-langkah strategis dan operasional Program PKSA secara terpadu lintas sektor 2) Menindaklanjuti kerjasama/ kesepakatan bersama lintas sektor yang telah diprakarsai Kementerian Sosial. 3) Mengidentifikasi dan melakukan kerjasama teknis dengan mitra kerja untuk pelaksanaan PKSA 4) Mengkoordinasikan jajaran/perangkat/jaringan mitra kerja pada tingkat provinsi, kabupaten/kota pada tahap persiapan, pelaksanaan dan pengendalian PKSA 5) Melakukan pembahasan dan membantu penyelesaian masalah yang muncul dalam proses pelaksanaan PKSA 6) Menggalang tanggung jawab sosial dan partisipasi masyarakat (Perguruan Tinggi, Dunia Usaha dan

33

Industri, dan Tokoh Masyarakat) dalam pelaksanaan PKSA 7) Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan PKSA sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing Tim Koordinasi.

2. Kriteria Unit Pengelola PKSA Lokal Unit pengelola PKSA adalah lembaga-lembaga kesejahteraan sosial anak yang telah ditetapkan melalui proses seleksi oleh UP-PKSA Pusat atas rekomendasi/ sepengetahuan UP-PKSA Daerah, dengan kriteria sebagai berikut: a. Berbadan Hukum atau tidak/ belum berbadan hukum dan memiliki struktur organisasi dan tata kelola administrasi yang tertib. b. Memiliki surat keputusan/ rekomendasi dari Kementerian Sosial atau Dinas/ Instansi Sosial tentang keikutsertaan lembaga kesejahteraan sosial anak dalam PKSA c. Memiliki program/ kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan pemenuhan hak anak dan melindungi anak dari tindak kekerasan, keterlantaran, eksploitasi dan diskriminasi. d. Memiliki sarana prasarana organisasi yang mendukung pelaksanaan dan pencapaian kinerja PKSA e. Pengalaman dalam penanganan anak yang mengalami masalah sosial f. Memiliki jaringan kerja yang luas. g. Memiliki sumber daya sarana prasarana, SDM dan sumber keuangan yang dapat disinergikan dengan PKSA h. Memiliki rekening bank atas nama lembaga (bukan rekening pribadi). Berdasarkan kriteria tersebut, lembaga-lembaga yang potensial menyelenggarakan PKSA pada setiap klaster adalah : a. PKSA Balita Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak balita atau anak usia dini, seperti Taman Anak Sejahtera (TAS), Taman Balita Sejahtera (TBS), Taman Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain dan lembaga sejenis lainnya.

34

b. PKSA Terlantar Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak terlantar, seperti Balai Asuhan Anak, Pusat Asuhan Anak, Panti Sosial Asuhan Anak dan lembaga sejenis lainnya. c. PKSA Jalanan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak jalanan, seperti Rumah Singgah, Rumah Perlindungan Anak dan lembaga sejenis lainnya . d. PKSA Berhadapan dengan Hukum Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak remaja, anak dengan kenakalan dan anak berhadapan dengan hukum, seperti Kelompok kerja Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Anak Berhadapan dengan Hukum Berbasis Masyarakat (PRSABH-BM), Panti Sosial Marsudi Putera (PSMP) yang berfungsi sebagai pusat operasional dan sekretariat PKS-ABH, Komite Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial ABH (KPRS-ABH) dan lembaga sejenis lainnya. e. PKSA Dengan Kecacatan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan anak dengan kecacatan, seperti Forum Komunikasi Keluarga Anak Dengan Kecacatan (FKKADK), Ikatan Keluarga dengan Anak dengan Kecacatan (IKADK), Yayasan/ Orsos yang mengelola Sekolah Luar Biasa (SLB) bagi anak dengan kecacatan dan lembaga sejenis lainnya. f. PKSA Membutuhkan Perlindungan Khusus Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial anak yang membutuhkan perlindungan khusus, seperti Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA), baik dalam bentuk Temporary Shelter, ataupun Protection Home, Lembaga

35

Perlindungan Anak (LPA) dan lembaga yang sejenis lainnya.

B. Penyaluran Bantuan Sosial Penyaluran bantuan sosial PKSA dan pemanfataannya dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Mekanisme Penyaluran Bantuan Sosial a. LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak) mengajukan proposal kepada Unit Pengelola PKSA dilengkapi dengan data pendukung yang diperlukan b. UP-PKSA melakukan seleksi LKSA berdasarkan penelaahan proposal dan/atau verifikasi lapangan. c. UP-PKSA menetapkan LKSA yang dianggap layak melaksanakan PKSA melalui Surat Keputusan yang ditetapkan Kementerian Sosial RI (PKSA Pusat) atau Dinas/ Instansi Sosial (PKSA dekon). d. LKSA yang telah ditetapkan menerima bantuan, wajib melakukan penandatanganan kesepakatan bersama dan melengkapi persyaratan administrasi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. e. LKSA membuka rekening lembaga (LKSA) untuk menampung dana operasional dan tabungan anak. Selanjutnya LKSA membuka rekening anak penerima bantuan. Berdasarkan pertimbangan kemudahan akses anak terhadap bank, dapat dipilih bank alternatif lainnya yang terdekat dengan anak, dan LKSA menanggung biaya administrasi pembukaan rekening tabungan anak dari biaya operasional yang tersedia atau sumber dana lembaga lainnya. f. LKSA yang telah menerima bantuan sosial melalui rekening segera melaksanakan tahapan PKSA selambatlambatnya satu bulan setelah dana diterima. Besarnya dana operasional dan dana tabungan kesejahteraan sosial anak adalah pagu maksimum yang tersedia dalam DIPA Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak. Besaran indeks

36

Dana Tabungan Kesejahteraan Sosial bagi setiap anak ditetapkan berdasarkan ketetapan dari Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak/ Dinas Sosial atau hasil asesmen dan analisis kebutuhan yang ditetapkan melalui pembahasan kasus (Case Conference). g. LKSA dapat menggalang sumber dana lainnya yang sah (sumbangan perseorangan, dunia usaha, donor, fund raising, dll) untuk menambah tabungan kesejahteraan sosial anak atau memperluas jangkauan pelayanan kesejahteraan sosial anak. Rekening Tabungan Kesejahteraan Sosial Anak bersifat Dana Amanah untuk Anak (Child Trust Fund) dan hanya diperuntukkan untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak. h. Jika ada anak yang putus hubungan kepesertaan karena sesuatu hal yang dapat dipertanggung jawabkan (misal melewati usia 18 tahun, sudah memperoleh layanan yang memadai, kembali dalam asuhan yang layak, dll), maka LKSA harus melakukan resertifikasi ulang dan melaporkan kepada UP-PKSA secara berjenjang. Kepindahan domisili anak belum tentu memutus kepesertaan, jika anak tersebut masih membutuhkan bantuan lanjutan, maka tabungan anak mengikuti kepindahan anak (tidak diputus kepesertaannya) dan dapat dirujuk kepada LKSA lainnya yang terdekat dengan domisili baru. i. Pendamping sosial dapat membuka rekening di bank persepsi/ pos terdekat sesuai lokasi tugas masing-masing, untuk keperluan insentif bulanan.

2. Persyaratan pencairan dana PKSA Bantuan Sosial PKSA terdiri dari : a. Komponen bantuan operasional lembaga b. Komponen bantuan operasional pendampingan c. Komponen bantuan sosial untuk anak Seluruh komponen bantuan sosial dimaksud akan disalurkan dalam satu paket bantuan sosial melalui rekening atas nama lembaga di bank persepsi/ pos.

37

Pencairan paket dana Bantuan Sosial PKSA mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. Membuka/ memiliki rekening atas nama lembaga di bank persepsi/ pos untuk menampung paket Bantuan Sosial PKSA yang terdiri dari bantuan sosial anak, bantuan operasional lembaga dan bantuan operasional pendampingan. b. Menunjukkan Surat Pemberitahuan dari Kementerian Sosial RI Cq. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial yang telah dilegalisir oleh Ka. Dinas/ Instansi Sosial Kab/Kota wilayah domisili LKSA. c. Surat menduduki jabatan sebagai Kepala/Pimpinan LKSA. d. Membawa identitas diri (KTP,SIM, dll.) dan Surat Keterangan dari LKSA. e. Surat Keterangan/ Rekapitulasi Anak Penerima Bantuan. Setelah LKSA menerima paket Bantuan Sosial PKSA, selanjutnya LKSA memiliki kewajiban melakukan pendampingan kepada anak dan orang tua/ keluarga/ wali untuk membukakan rekening atas nama anak, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Bagi anak yang sudah mampu membubuhkan tanda tangan dan dapat secara mandiri mencairkan dana tabungan dapat dibukakan rekening atas nama anak yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan bank. Biasanya anak yang sudah berusia di atas 15 tahun sudah dapat mandiri dalam mengelola tabungan . b. Bagi anak yang belum mampu mandiri dalam pencairan dana tabungan, maka dibukakan rekening atas nama anak QQ orang tua/ wali anak. Contoh nama rekening tabungan: Tauhid Alfitrah QQ Harry Hikmat (Tauhid Alfitrah adalah nama anak, sedangkan Harry Hikmat nama orang tua). Nama orang tua yang dimaksud nama ayah/ ibu yang masih hidup. c. Dalam keadaan orang tua anak tidak diketahui keberadaannya maka wali anak dapat ditentukan, dan pembukaan

38

rekening tabungan sama halnya dengan ketentuan dimaksud. Wali anak diprioritaskan dari anggota keluarga (kakak, kakek, nenek, paman, bibi) sampai garis keturunan ketiga (keluarga kerabat/ kinship care). Jika tidak ada orang tua/ keluarga kerabat yang dapat dijadikan wali, maka wali dapat ditentukan dari orang tua asuh pengganti (foster parent) atau setelah melalui proses adopsi menjadi orang tua angkat. Ketentuan tersebut mengikuti Standar Pengasuhan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dan peraturan perundang-undangan mengenai pengasuhan, perwalian dan pengangkatan anak. Dengan demikian Tabungan Kesejahteraan Sosial Anak tersebut merupakan instrumen penting dalam penguatan tanggung jawab orang tua/ keluarga. Dalam keadaan tertentu dimungkinkan Wali dari Pengurus LKSA atau Peksos, namun sifatnya sementara, sampai upaya untuk memperoleh pengasuhan alternatif dapat dicapai d. Proses pembukaan tabungan bagi anak harus dilaksanakan melalui proses pendampingan kepada orang tua/ wali secara intensif dan membutuhkan waktu yang cukup (1 - 2 bulan), sampai diperoleh pemahaman dan kesiapan anak dan orang tua/wali terhadap kewajiban yang harus dipenuhi setelah menerima tabungan tersebut. Demikian halnya dalam proses pemanfaatan tabungan juga melalui proses pendampingan yang intensif, agar dana tabungan tidak digunakan untuk keperluan yang sifatnya konsumtif atau di luar kebutuhan / hak dasar anak. 3. Pemanfaatan Bantuan Bantuan sosial berupa tabungan bersifat stimulan, yang disalurkan dari Anggaran Pemerintah (APBN Kementerian Sosial) dan dekonsentrasi. Ketentuan pemanfaatan dana ditujukan kepada: a. Anak 1) Peruntukan pemanfaatan dana yang tersedia dalam tabungan anak sebagai berikut:

39

a) pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pemenuhan gizi/ nutrisi/ susu, perawatan kesehatan dasar di rumah, penyediaan pakaian sehari-hari, penyediaan peralatan mandi, penyediaan alat permainan edukatif, dll b) aksesibilitas terhadap layanan sosial dasar, seperti untuk pengurusan akte kelahiran, penyediaan pakaian seragam, penyediaan sepatu sekolah, penyediaan buku-buku sekolah yang tidak dibiayai Biaya Operasional Sekolah (BOS), transportasi dalam mengakses layanan kesehatan di Puskesmas/ Rumah Sakit, sarana aksesibilitas/ peralatan bantu bagi anak dengan kecacatan, dll. Layanan sosial dasar dari program-program berbagai sektor pemerintah tidak selayaknya menggunakan tabungan anak, seperti Jamkesmas, BOS, biaya administrasi Akte Kelahiran, dll. c) Peningkatan potensi diri dan kreativitas anak, meliputi biaya untuk: (1) kegiatan kesenian (transport atau biaya mengikuti latihan keterampilan musik, kerajinan tangan/ handi craft, melukis, menari, drama/ teater, dll), pengadaan sarana/ peralatan kreativitas anak (alat musik/ gitar, alat musik tradisional, bahan-bahan pelatihan keterampilan, dll.); (2) kegiatan olah raga (peralatan olah raga yang disukai anak, transport/ biaya ikut klub olah raga, dll); (3) kegiatan bimbingan mental spiritual (alat dan pakaian ibadah, transport ke tempat ibadah pada hari-hari besar, dll) d) penguatan tanggung jawab orang tua/keluarga (seperti akses/ transport mengantar anak mengurus pelayanan kesehatan dasar, perbaikan nutrisi ibu hamil korban kekerasan di rumah, layanan akses konseling/ perservasi orang tua, dll.). Layanan yang seharusnya diperoleh dari program-program pemberdayaan keluarga miskin dari berbagai sektor pemerintah tidak selayaknya menggunakan tabung-

40

an anak, seperti pembelian Raskin, Modal Usaha dari PNPM, Usaha Ekonomi Produktif KUBE, pembuatan KTP, dll. Selama proses pelaksanaan PKSA, maka LKSA harus mengupayakan agar para orang tua/ wali mempunyai tabungan sendiri, sehingga pemanfaatan tabungan anak dapat sepenuhnya diperuntukkan untuk kepentingan anak. 2) Rasio pemanfaatan dana didasarkan atas hasil asesmen yang dilakukan Pekerja Sosial bersama-sama dengan LKSA dan orang tua/ wali. Setiap anak pada masa pendampingan PKSA harus dibuat Rencana Pemanfaatan Tabungan yang sesuai dengan kebutuhan anak yang beragam. Berbagai langkah pemanfaatan tabungan anak harus mengikutsertakan anak dan orang tua/ wali sebagai upaya peningkatan tanggung jawab semu pihak yang terlibat dalam PKSA. b. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) 1) Peruntukan pemanfaatan dana yang tersedia bagi operasional LKSA sebagai berikut: a) Biaya operasional pendampingan digunakan untuk pendataan dan seleksi penerima manfaat, honorarium pengelola, pembahasan kasus, kunjungan rumah/ home visit, penelusuran keluarga (family tracing) b) biaya operasional lembaga digunakan untuk honorarium pengelola PKSA, konsumsi rapat-rapat koordinasi, ATK, subsidi sarana prasarana perkantoran. 2) Rasio pemanfaatan dana didasarkan atas hasil asesmen yang dilakukan antara Pengurus LKSA dan Pekerja Sosial. c. Pekerja Sosial Profesional/ Satuan Bakti Pekerja Sosial Peruntukan insentif/ honor bulanan bagi Pekerja Sosial diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

41

Dana yang tersedia untuk anak, LKSA maupun Pekerja Sosial, masih sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhan riil yang harus dipenuhi, sehingga LKSA dan Pekerja Sosial diharapkan mengembangkan kegiatan penggalangan dana (fund raising), termasuk memanfaatkan sumber daya internal LKSA yang diperoleh dari sumbersumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan. Upaya untuk memperoleh tambahan tabungan anak dan operasional LKSA diharapkan menjadi program yang dilakukan secara terarah dan berkelanjutan. Hasil evaluasi PKSA tahun 2009 dan 2010, sejumlah anak (sekitar 10 %) telah memperoleh tambahan tabungan dari CSR perusahaan yang ditransfer antar rekening dan tambahan dari hasil karya kreatif anak (penampilan kelompok musik, rekaman karya musik, hasil batik, hasil handicraf, dll). Dengan demikian, anak dipersiapkan sejak dini untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan pada saat usia dewasa kelak, termasuk anak dapat meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi. Dengan demikian upaya strategis untuk memotong siklus kemiskinan dapat diwujudkan.

C. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Untuk pemenuhan akuntabilitas dan pelaksanaan pengendalian kualitas manajemen penyelenggaraan PKSA, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap aktivitas penyelenggaraan PKSA sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Bentuk kegiatan monitoring dan evaluasi pada setiap subprogram, pada umumnya meliputi pemantauan, pembinaan dan penyelesaian masalah. Tujuan kegiatan ini adalah agar dapat dipastikan pelaksanaan PKSA tepat sasaran, tepat waktu distribusi, tepat jumlah bantuan dan tercapainya target fungsional. Komponen yang dimonitor dan dievaluasi adalah:

42

1. Administrasi dan keuangan, meliputi: a. Kelengkapan dokumen statuta lembaga (akte pendirian, kesepakatan kerjasama, surat-surat keputusan, NPWP, dll). b. Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana operasional lembaga dan dana operasional pendampingan c. Kelengkapan dokumen keuangan (permintaan belanja, dokumen transaksi pembayaran, bukti-bukti pembayaran, dll) 2. Komponen Program a. Proses perencanaan program, proposal dan pengambilan keputusan b. Kapasitas sarana prasarana yang mendukung pencapaian tujuan program c. Kesesuaian tahapan pelaksanaan program dibandingkjan dengan pedoman operasional d. Kesesuaian jumlah penerima manfaat, ketepatan kriteria sasaran/ elgibiltas, ketepatan waktu distribusi dan kesesuaian jumlah bantuan. e. Pencapaian target fungsional (jumlah sasaran, manfaat dan dampak program) f. Kinerja pendamping sosial (Peksos, TKSA dan Relawan Sosial) g. Peran LKSA dalam pengembangan jaringan kerja dan penggalian potensi dan sumber daya secara mandiri. Pendamping anak dan pekerja sosial wajib melakukan monitoring dan mendokumentasikan laporan perkembangan anak dan keluarga pada setiap tahapan pelayanan. Tim Monitoring dan Evaluasi, tenaga pendamping dan LKSA wajib membuat laporan hasil kegiatannya kepada Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak paling sedikit 2 kali dalam setahun. Khusus untuk pertanggungjawaban kinerja Pekerja Sosial harus mengikuti ketentuan dalam Pedoman Bagi Satuan Bakti Pekerja Sosial dalam Pelaksanaan PKSA.

43

BAB III OPERASIONALISASI PKSA


Bagian ini menjelaskan pilihan atau alternatif kegiatan dari setiap sub program PKSA serta persyaratan dan kewajiban dari penerima bantuan. Kegiatan yang terpilih tergantung dari hasil asesmen para pelaksana PKSA dan pembahasan kasus, sehingga kegiatan yang dilaksanakan harus sesuai dengan kebutuhan anak yang beragam.

A. PKS Anak Balita 1. Komponen Program


NO A PROGRAM Bantuan sosial/subsidi pemenuhan kebutuhan dasar KEGIATAN Asuhan dan Perlindungan Pendataan jumlah anak balita terlantar, Ibu hamil dan observasi lingkungan Pendataan permasalahan, kebutuhan anak: yang memerlukan perawatan dan pemeliharaan kesehatan dasar dan pemenuhan kebutuhan gizi. Melakukan kunjungan kepada orang tua/keluarga RTSM/RSM yang menjadi sasaran Melakukan asesmen pada penerima manfaat, Merencanakan intervensi. Menyiapkan sarana pendukung Menyusun jadwal kegiatan sesuai dengan rencana intervensi Pengawasan kepada orang tua dan anak Stimulasi Tumbuh Kembang Deteksi dini tumbuh kembang anak balita Menyiapkan sarana pendukung Melakukan home visit kepada anak/orang tua/keluarga penerima manfaat Melakukan asesmen dan merencanakan intervensi pelayanan. Melakukan intervensi tumbuh kembang anak melalui bermain dengan APE Pengawasan kepada orang tua dan anak

44

Peningkatan Aksesibilitas terhadap Pelayanan Sosial Dasar Memberikan suatu kemudahan dalam rangka penyelesaian masalah yang terkait dengan kebutuhan terbaik untuk anak sehingga perubahan perilaku anak, tanggung jawab orang tua, keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan dan diwujudkan

Pembuatan Akte Kelahiran Menghubungi RT/RW untuk mendata anak yang belum memiliki akte kelahiran sampai dengan terbitrnya akte kelahiran. Mengurus akte kelahiran dengan usaha agar pembuatan akte kelahiran dapat dibebaskan biayanya. Penanggulangan anak penderita Gizi kurang dan buruk Pendataan anak penderita gizi kurang/buruk Penyuluhan pada anak, orang tua, keluarga dan masyarakat. Pemberian kemudahan pada orang tua/keluarga untuk memberikan makanan cukup dan berimbang. (cukup gizi dan jumlahnya) sesuai dengan tingkat pertumbuhan anak . Memberikan kemudahan untuk pemeriksaan anak ke petugas kesehatan (puskesmas,klinik, RS dan dokter).

Perlindungan kepada anak yang membutuhkan perlindungan khusus (anak diperlakukan salah, tidak dinginkan, korban tindak kekerasan fisik, verbal, anak diterlantarkan orang tua, anak korban konflik, anak korban bencana, anak terinfeksi HIV/AIDS, anak dari OT NAPZA/AIDS) Pendataan anak yang membutuhkan perlindungan khusus Penyuluhan pada anak, OT, keluarga dan masyarakat, Merujuk dan mengakses ke tenaga profesional, tokoh masyarakat, Trauma healing pada anak melalui outbond, cerita, dongeng, permainan anak

Perlindungan anak yang dikucilkan/kelompok minoritas.. Pendekatan penyuluhan pada anak, keluarga dan masyarakat.

45

Menciptakan suasana yang memungkinkan anak bersosialisasi (arena bermain) melalui cerita, percakapan/dialog langsung, rekreasi bersama/Family Gathering, kreasi seni dan budaya. Menghubungkan dengan tenaga akhli yang sesuai dengan kebutuhan (pendongeng, penceramah)

Persiapan Anak memasuki SD. Pendataan anak usia pra sekolah yang, belum terlayani masuk sekolah. Pendekatan dan penyuluhan pada anak, keluarga dan masyarakat. Menghubungkan dan mendaftarkan anak pada kegiatan pra sekolah terdekat (post PAUD, kelompok bermain , TAS dll,) Penanganan anak yang membutuhkan orang tua asuh. Pendataan (mengetahui latar belakang anak) Pendekatan pada kerabat atau keluarga terdekat. Mengupayakan orang asuhpengganti/orang tua angkat Mengidentifikasi dan menseleksi calon keluarga asuh Mempersiapkan calon keluarga asuh melalui penyuluhan. Melakukan monitoring pada keluarga angkat. Berkoordinasi dengan Dinas Sosial setempat. Jika tidak ada kerabat/ orang tua asuh pengganti maka anak dirujuk ke lembaga pengasuhan anak.

Penguatan Tanggung Jawab Orang Tua/Keluarga dan Masyarakat

Good Parenting Skill. (pemeliharaan, perawatan, pembinaan, pendidikan, bimbingan) Pendataan keluarga yang memiliki anak balita. Identifikasi pemahaman orang tua / keluarga

46

tentang pengasuhan anak balita. Identifikasi berbagai permasalahan menghadapi anak balita (sosial psikologis, tumbuh kembang) Menyiapkan tempat dan materi penyuluhan Melaksanakan peningkatan kapasitas orang tua dalam pengasuhan dan perlindungan anak

Penguatan Kelembagaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak

Pengembangan kelembagaan Pendataan lembaga pelayanan sosial anak (TPA/KB/TBS.) Melaporkan dan berkoordinasi dengan Dinas Sosial setempat untuk inventarisir SDM, manajemen, sarana dan prasarana lembaga. Klasifikasi lembaga pelayanan Pembinaan manajemen kelembagaan.

2. Jenis Layanan dan Indikator Keberhasilan


1. Bantuan sosial/subsidi pemenuhan kebutuhan esensial Jenis Layanan Pemenuhan kebutuhan gizi Out Comes Orang tua/keluarga: Memberi makan 3 kali sehari dengan gizi cukup dan berimbang. Memberi makanan tambahan (susu, bubur kacang ijo, dll.) Memberi vitamin Menyuapi anak makan Ibu hamil: Memeriksakan diri secara rutin ke Posyandu/ puskesmas/ bidan/klinik terdekat Mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin Perawatan kesehatan dasar Melakukan pertolongan pertama jika anak sakit, luka, memar Membawa anak sakit ke puskesmas, klinik, rumah sakit, Mantri Kesehatan, Bidan terdekat. Bagi Anak Kondisi kesehatan anak tetap terjaga Indikator Anak sehat, gizi seimbang, berat badan sesuai dengan usia (KMS) Ibu dan bayi lahir normal, sehat, tidak bermasalah dengan kehamilan dan kelahiran.

Pemeliharaan

Kondisi kesehatan

47

kesehatan dasar

Imunisasi anak lengkap Menimbang badan anak. Memandikan anak 2 kali sehari, Memakai pakaian bersih Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal. Menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan tempat tinggal Bagi Ibu Hamil: Menerima kondisi kehamilan dengan riang, ikhlas Tidak mengkonsumsi hal-hal yang membahayakan janin dalam kandungan (merokok, minuman keras, obat sembarangan, napza.) Tidak melakukan pekerjaan yang membahayakan janin dalam kandungan (mengangkat beban terlalu berat, bergadang berlebihan, istirahat cukup)

anak tetap terpelihara. Kondisi fisik anak tetap terpelihara. Anak berada dalam lingkungan yang sehat. Kondisi Ibu hamil sehat phisik dan psikologis..

Stimulasi Tumbuh Kembang

Mendampingi anak bermain di rumah Mengajak anak bermain (menggunakan APE) Mengajak anak bercerita Memperlakukan anak dengan penuh kasih sayang Meminta pendapat anak dalam memilih dan menentukan kegiatan bersama anak Meminta maaf pada anak jika melakukan kekeliruan/ kesalahan pada anak Anak dapat bermain APE bersama teman sebaya, kakak/adik Mengajarkan anak untuk BAB/BAK ke WC/kamar mandi. Anak dapat mengontrol pembuangan (BAB/BAK) Anak tidak rewel, ceria, Anak dapat bertanya dan, bercerita.

Anak tumbuh kembang sesuai usia dan perkembangannya .

48

2. Peningkatan Aksesibilitas terhadap Pelayanan Sosial Dasar Pembuatan Akte Kelahiran Orang tua/keluarga Anak memiliki akte mendaftar anak ke kelahiran. RT/RW untuk mendapatkan akte kelahiran Orang tua/keluarga Anak ikut serta dalam atau pengasuh lainnya: pendidikan pra sekolah Menyertakan anak ke Orang tua/ keluarga TAS Keliling, ke sistem berperan aktif layanan anak usia dini memotivasi anak untuk sejenis dan lembaga masuk prasekolah. pendidikan pra sekolah Anak memiliki lainnya . kemampuan dasar dan Menyediakan APE sikap perilaku positif, (menghormati orang Menyediakan alat tulis, lain, bekerja sama, buku-buku gambar, dan berkomunikasi, buku-buku sumberbersosialisasi) sumber lainnya Mendampingi anak bermain sambil belajar Anak siap dan matang untuk masuk ke SD Kerabat menjadi orang Anak memiliki orang tua pengganti. tua asuh. Tetangga ikut serta Anak memiliki surat mengasuh dan pengangkatan anak melindungi anak secara legal dari Pendamping Pengadilan setempat. menemukan orang tua anak/keluarga/kerabat Anak memiliki surat bagi anak balita terlantar pernyataan/perjanjian antara orang tua asuh dengan Kuasa Asuh Anak. Anak berada dalam pengasuhan satu keluarga, Anak terdaftar dalam KK orang tua angkat.

Persiapan Anak memasuki SD.

Penguatan tanggung jawab orang tua asuh pengganti

49

3. Penguatan Tanggung Jawab Orang Tua/Keluarga dan Masyarakat


Good Parenting Skill. (pemeliharaan, perawatan, pembinaan, pendidikan, bimbingan) Orang tua / keluarga/Pengasuh pengganti dan masyarakat: mengasuh anak dengan penuh kasih sayang Memperlakukan anak sesuai dengan tumbuh kembang Berinteraksi dengan hangat dan akrab Menghargai anak sesuai harkat dan martabtnya Mendengarkan pendapat anak Orang tua/keluarga memiliki good parenting skills Masyarakat menunjukkan kepedulian terhadap masalah anak balita Tercipta lingkungan aman dan nyaman bagi anak Tersedianya data base anak dan keluarga Orang tua/keluarga keterampilan mengasuh Anak balita. Terciptanya komunikasi dan interelasi antara anak dan orang tua/keluarga. Orang tua memahami akses untuk mengatasi masalah bagi anak balita Anak tidak diperlkukan salah (diperlakukan sesuai dengan haknya) Anak ceria, gembira, nyaman di lingkungannya. Anak berkumpul dengan keluarga. OT/keluarga memperlakukan dengan kasih sayang, cinta kasih..

Perlindungan kepada anak yang kurang beruntung (anak diperlakukan salah, tidak dinginkan, tindak kekerasan fisik, verbal, anak diterlantarkan orang tua, anak korban konflik, anak korban bencana, anak dari OT NAPZA/AIDS)

Orang tua/Keluarga: Tidak membiarkan anak tanpa pengasuh Mengurus anak (tidak membiarkan atau menelantarkan anak) Tidak melakukan kekerasan kepada anak (membentak, memukul, mencubit, menjambak, dll) pada anak Menggunakan kata-kata patut dan tidak memberi julukan jelek pada anak Tidak membentak anak Memperlakukan anak dengan penuh kasih sayang Tidak membiarkan anak tanpa pengasuh

50

Anak dari kelompok minoritas (dikucilkan dari lingkungannya, tidak bersosialisasi,)

Orangtua mengajak anak bersosialisasi di lingkungan (TAS/TPA/KB) Lingkungan sekitar dapat menerima anak.

Anak mampu bersosialisasi. Keluarga dapat aktif di lingkungan setempat.

4. Penguatan Kelembagaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak


Pengembangan kelembagaan LPKSAB lebih peduli memberikan pelayanan bagi keluarga tidak beruntung LPKSAB mampu memberikan pelayanan sosial anak yang lebih variatif dan individual LPKSAB lebih mamu menjangkau anak yang kurang beruntung LPKSAB memiliki jejaring kerja yang luas dengan mitra layanan. LPKSAB memiliki buat MoU dengan Mitra kerja Menyediakan Pelayanan Mengupayakan kapasitas SDM LPKS-AB melalui pemantapan Mengupayakan sertifikasi bagi pendamping (Peksos Anak dan TKSA) Mengelola LPKS-AB secara professional (akuntable dan bertanggung jawab) Peran LPKSAB meningkat Menguatnya manajemen LPKSAB Peran SDM LPKSAB/Sakti Peksos meningkat. Jumlah anak dan ibiu hamil (penerima manfaat) meningkat. Perubahan perilaku Penerima manfaat sesudah layanan, kearah positif.

51

3. Persyaratan dan Kewajiban a. Persyaratan anak/orangtua/ keluarga: 1) Anak yang berada dalam kandungan sampai dengan usia 5 tahun yang memiliki kehidupan tidak layak: 2) Bagi anak yang masih dalam kandungan (ibu hamil) 3) Anak dimaksud adalah anak yang berasal dari keluarga rumah tangga miskin dan atau rumah tangga miskin. 4) Pemilihan rumah tangga sangat miskin dan miskin, sangat tergantung pada penilaian dari masyarakat itu sendiri yang difasilitasi oleh Pendamping, dengan alasan untuk meminimalisir kecemburuan sosial akibat pemilihan penerima manfaat. Namun untuk data dasar/ indikasi awal dapat menggunakan data yang telah diakui pemerintah setempat untuk data Rumah Tangga Sangat Miskin/ Miskin dari BPS setempat (hasil pendataan PPLS) 5) Anak/ibu hamil berasal dari keluarga RTSM/RTM dapat berlokasi di daerah kumuh, atau yang beralamat dengan istilah RT 00/ RW 00 6) Anak terlantar, (tanpa pengasuhan orang tua), anak yang diperlakuan salah dan ditelantarkan,anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasar (anak kurang gizi, belum memperoleh imunisasi), anak yang tidak tercatat secara administrasi kependudukan (akte kelahiran) termasuk tidak memiliki biaya transport untuk mengurus kelengkapan persyaratan pembuatan akte kelahiran. 7) Anak yang belum pernah mendapat bimbingan melalui lembaga pendidikan atau tidak memperoleh kesempatan stimulasi tumbuh kembang, melalui alat permainan edukasi ( APE) 8) Anak yang tereksploitasi secara ekonomi (anak balita yang terpaksa dibawa bekerja di jalanan) 9) Anak yang berasal dari kelompok minoritas dan terisolasi/ didiskriminasi, serta komunitas adat terpencil, rawan sosial (lokalisasi WTS), pasar, perkebunan, dan daerah kumuh; 10) Anak yang menjadi korban tindak kekerasan fisik dan/atau mental. 11) Anak yang menjadi korban penculikan, penjualan dan perdagangan;

52

12) Ibu hamil yang mengalami kesulitan/hambatan dalam pemeriksaan kehamilan. 13) Ibu hamil yang berasal dari keluarga RTSM/RTM sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi bagi anak yang dikandung,. 14) Ibu hamil; yang tidak memeriksakan kehamilannya karena alasan tidak memiliki biaya untuk memeriksakan kehamilan b. Kewajiban Penerima Bantuan PKS-AB 1) Mengikuti berbagai kegiatan pemenuhan kebutuhan esensial pada lembaga pelayanan kesejahteraan sosial anak balita (LPKS-AB) atau TAS Mobile. 2) Mengikuti kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh pendamping dan dikoordinasi oleh LPKS-AB. 3) Menginformasikan kondisi dan perkembangan anak balita. 4) Terlibat dan mendukung terhadap kegiatan PKS-AB, terkait dengan kebutuhan dan permasalahan anak balita. 5) Orang tua menghadiri kegiatan PKS-AB secara intensif. 6) Bertanggung jawab terhadap kegiatan pemenuhan kebutuhan esensial anak dan stimulasi tumbuh kembang anak. 7) Masyarakat dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Balita (LPKS-AB) bersinergy dengan berbagai sumber pelayanan kesejahteraan sosial anak balita. . 4. Tugas Pendamping a. Tugas Pelayanan Sosial Anak 1) Mengidentifikasi anak balita yang mengalami masalah dengan pengasuhan dan perlindungan 2) Melakukan pendekatan terhadap orangtua/keluarga sebagai penanggungjawab pengasuhan dan perlindungan anak 3) Menyeleksi data awal penerima layanan 4) Melakukan kunjungan ke tempat tinggal anak/ orangtua/ keluarga 5) Melakukan asesmen kebutuhan dan asesmen pada anak dan keluarga yang membutuhkan.

53

6) Merencanakan intervensi dan melaksanakan pelayanan sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan penerima manfaat. 7) Mendampingi orangtua/keluarga membuka rekening pada bank yang ditunjuk 8) Memonitor pemanfaatan bantuan sesuai dengan peruntukkannya 9) Mengevaluasi pelayanan, melaporkan hasil dan menindaklanjuti hasil evaluasi. 10) Melakukan koordinasi dengan lembaga rujukan b. Tugas Administrasi 1) Mencatat dan mendokumentasikan data anak/ orangtua/ keluarga penerima manfaat 2) Mencatat kemajuan penerima manfaat 3) Membuat laporan tertulis mengenai per triwulan yang ditujukan kepada Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak Balita. 5. Indikator Keberhasilan Program a. Meningkatnya jumlah anak balita terlantar untuk memperoleh pelayanan kebutuhan dasar/ esensial, b. Meningkatnya aksesibilitas anak balita memperoleh akte kelahiran, orang tua asuh atau alternatif pengasuhan dan akses terhadap sistem sumber pelayanan (kesehatan, pendidikan, sanitasi). c. Menurunnya jumlah anak balita yang mengalami keterlantaran, kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi dan diskriminasi. d. Meningkatnya kapasitas orang tua/keluarga dalam menjalankan tanggung jawab dalam pengasuhan dan perlindungan anak. e. Meningkatnya kemampuan organisasi/lembaga kesejahteraan sosial anak (TPA-KB-TAS) dalam memberikan layanan pada anak balita,. f. Meningkatnya peran masyarakat (Dunia usaha, Perguruan tinggi) dalam mendukung keberlanjutan PKS-AB. g. Meningkatnya Peran Pemerintah Daerah (Dinsos, Dinkes, Dukcapil, Diknas Kanwil Kumham) dalam mendukung keberhasilan penyelenggaraan PKSAB.

54

B. PKS Anak Terlantar Pelaksanaan PKS- Anak Terlantar sampai dengan tahun 2010 masih dilaksanakan melalui subsidi pemenuhan kebutuhan dasar kepada anak yang diasuh di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA). Sejak tahun 2011 terdapat perubahan nama program menjadi Bantuan Sosial bagi anak melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Ketentuan mengenai PKS Antar tersebut diatur tersendiri sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Bantuan sosial yang diberikan melalui LKSA dan penggunaannya diserahkan kepada pengurus LKSA untuk memenuhi kebutuhan dasar anak. Secara bertahap PKS Antar ini akan disesuaikan dengan skema PKSA lainnya yang diberikan melalui tabungan dengan pendampingan yang intensif oleh Pekerja Sosial Profesional. 1. Bantuan Sosial Anak melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Bantuan Sosial Anak melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang selanjutnya disebut LKSA merupakan salah satu bagian dari program Pemerintah dalam rangka mendukung pengasuhan anak berbasis keluarga. Hal ini sejalan dengan tanggung jawab utama orangtua dalam pengasuhan anak sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang. Setiap anak memiliki kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan hubungan dengan orangtuanya (attachment relationship), kesejahteraan diri, keselamatan, dan pengasuhan yang berkelanjutan. Hal ini sangat penting diperoleh dari orangtuanya sendiri sebagai fondasi bagi tumbuh kembang mereka. Namun demikian, tantangan kemiskinan yang dihadapi banyak keluarga telah menyebabkan ketidakmampuan mereka dalam menjalankan peran pengasuhan kepada anak-anak. Hal ini menyebabkan keluarga kemudian menempatkan anak-anak di LKSA. LKSA yang telah melaksanakan peran pengasuhan pada anak perlu didukung agar dapat menjalankan fungsinya secara lebih tepat dalam pengasuhan anak. Standar Nasional

55

Pengasuhan Anak untuk LKSA menggariskan bahwa LKSA berperan sebagai lembaga yang mendukung pengasuhan berbasis keluarga termasuk berbagai bentuk pengasuhan alternatif untuk anak. Melalui program ini, LKSA akan mulai untuk menjalankan fungsi baru dalam mendukung penyatuan kembali anak-anak yang masih dapat diasuh oleh orangtua atau anggota keluarga lainnya dan secara aktif merespon anak-anak yang mengalami masalah pengasuhan. Berdasarkan hal tersebut, bantuan sosial ini tidak sematamata untuk anak yang berada dalam asuhan LKSA tetapi harus digunakan untuk mendorong penyatuan anak-anak dengan keluarga mereka dan menguatkan kemampuan keluarga dalam mengasuh anak-anak mereka. 2. Tujuan Tujuan Program Bantuan Sosial untuk anak melalui LKSA adalah terwujudnya pemenuhan hak-hak dasar anak dan perlindungan anak dari segala bentuk penelantaran, eksploitasi dan diskriminasi agar tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan partisipasi anak dapat terwujud. 3. Pengertian a. Kesejahteraan Sosial Anak adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial anak agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. b. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. c. Aksesibilitas Pelayanan Sosial Dasar adalah kemampuan menjangkau pelayanan sosial dasar untuk anak penerima manfaat PKSA berupa pelayanan kesehatan dasar, pendidikan, identitas diri, peningkatan keterampilan, sarana tempat tinggal, air bersih, rekreasi, dan kebutuhan dasar lainnya.

56

d. Dana Bantuan Sosial adalah bantuan langsung yang diberikan melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak untuk meningkatkan penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi anak yang diasuh melalui pengasuhan oleh keluarga dan melalui pengasuhan alternatif. e. keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga. f. Pengasuhan Anak adalah sistem pemeliharaan, pendidikan, perlindungan anak dan/atau harta bendanya hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri demi kepentingan terbaik anak sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, kesejahteraan, dan permanensi dari orang tua, atau pihah-pihak lain yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak.

g. Pengasuhan oleh keluarga adalah pengasuhan anak yang dilakukan oleh keluarga yang merupakan pengasuhan utama. h. Pengasuhan alternatif adalah pengasuhan yang diberikan oleh pihak selain keluarga inti kepada anak, akibat ketidakmampuan keluarga inti dalam menyediakan pengasuhan yang baik untuk anak. Pengasuhan ini dapat dilakukan melalui orang tua asuh, perwalian dan adopsi. i. Pengasuhan berbasis Lembaga adalah pengasuhan berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak merupakan alternatif terakhir dari pelayanan pengasuhan alternatif untuk anak-anak yang tidak bisa diasuh di dalam keluarga inti, keluarga besar, kerabat, atau keluarga pengganti. Lembaga Kesejahteraan Sosial adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh pemerintah maupun masyarakat.

j.

57

k. Bantuan Sosial melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial adalah bantuan sosial yang diberikan kepada Lembaga Kesejahteraan Sosial guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial 4. Kebijakan Kebijakan dalam Program Bantuan Sosial untuk anak diarahkan untuk : a. Meningkatkan jangkauan layanan anak yang mengalami masalah sosial; b. Mendukung penguatan peran dan tanggung jawab keluarga dan masyarakat; c. Mendukung pelayanan sosial terarah, terpadu dan berkelanjutan; d. Mendukung pengembangan sistem dan program kesejahteraan sosial anak yang melembaga dan profesional; Syarat Penerima Bantuan Persyaratan bantuan sosial bagi anak melalui LKSA sebagai berikut : a. LKSA membina anak yang berada dalam asuhan keluarga dan anak yang berada dalam asuhan LKSA langsung. b. Anak yang dibina LKSA tersebut adalah anak yang berada pada situasi sebagai berikut: 1) Keluarga anak tidak memberikan pengasuhan yang memadai sekalipun dengan dukungan yang sesuai, mengabaikan, atau melepaskan tanggung jawab terhadap anaknya 2) Anak yang tidak memiliki keluarga atau keberadaan keluarga atau kerabat tidak diketahui. 3) Anak yang menjadi korban kekerasan, perlakuan salah, penelantaran, atau eksploitasi sehingga demi keselamatan dan kesejahteran diri mereka, pengasuhan dalam keluarga justru bertentangan dengan kepentingan terbaik anak. 4) Anak yang terpisah dari keluarga karena bencana, baik konflik sosial maupun bencana alam.

5.

58

c. LKSA yang diselenggarakan oleh LKS (yayasan/orsos/LSM) sudah terregistrasi di Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota dan Dinas/Instansi Sosial Propinsti serta telah masuk dalam database di Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak Kementerian Sosial. d. LKSA mendapatkan rekomendasi dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota dan Propinsi. e. Memiliki rekening Bank atas nama LKSA. 6. Pemanfaatan Bantuan Bantuan sosial untuk anak ini dapat dimanfaatkan untuk : a. Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar meliputi kebutuhan makan, tambahan gizi, dan pakaian; b. Akses terhadap pelayanan sosial dasar, antara lain untuk perlengkapan sekolah dan transport untuk menjangkau pelayanan pendidikan, kesehatan dan akte kelahiran anak; c. Meningkatkan kapasitas potensi diri/keterampilan hidup; terhadap anak; d. Meningkatnya tanggung jawab orang tua/ keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan; e. Meningkatkan peran dan tanggung jawab lembaga kesejahteraan sosial anak; f. Mendukung pengasuhan berbasis keluarga, oleh karena itu LKSA yang mengasuh anak diharapkan mendorong penyatuan kembali anak kepada keluarganya dan menguatkan keluarga dalam mengasuh anak-anak mereka, g. Bantuan sosial ini akan disalurkan melalui LKSA yang memenuhi syarat umum dan syarat tambahan sebagai LKSA penerima bantuan sosial. 7. Nilai Bantuan Nilai bantuan sosial ini adalah Rp. 1.095.000,- (Satu juta sembilan puluh lima ribu rupiah) per anak selama satu tahun atau sesuai dengan kebijakan pemerintah.

59

C. PKS Anak Jalanan 1. Komponen Program Komponen program kesejahteraan sosial bagi anak jalanan, meliputi: b. Bantuan Sosial /Subsidi Hak Dasar Anak, meliputi: 1) Pemenuhan kebutuhan identitas anak yaitu: pembuatan akte kelahiran anak. 2) Pemenuhan kebutuhan fisik yaitu: makanan, pakaian, sarana perumahan. 3) Pemenuhan kebutuhan emosional yaitu: kasih sayang dari orangtua dan keluarga, peningkatan rasa percaya diri, kemampuan mengenali dan pemecahan masalah. 4) Pemenuhan kebutuhan sosial yaitu: berteman, berelasi dengan orang lain yang ada di lingkungannya, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan kehidupannya.
Komponen Program 1. Peningkatan nutrisi/gizi keluarga Tahapan kegiatan 1. Pemahaman pola makan sehat 2. Pengenalan keanekaragaman makanan sehat (jajanan anak) 3. Perencanaan menu makan sehat keluarga 4. Pemberian makanan tambahan 1. Sosialisasi peraturan perundang-undangan 2. Koordinasi dan komunikasi dengan instansi terkait 3. Pendataan dan Penglasifikasian akte kelahiran 1 (umur dan status kelahiran) 4. Mengumpulkan dan verifikasi persyaratan administrasi dan prosedur teknis 1. Pemahaman pola hidup sehat 2. Pengurusan SKTM/Jamkesmas/Gakin

2. Pembuatan akte kelahiran

3. Akses pelayanan kesehatan dasar

Berlaku sampai 31 Desember 2011 (Masa akhir dispensasi pelayanan pencatatan kelahiran).

60

3. Membangun jaringan lembaga layanan kesehatan (preventif, kuratif, dan rehabilitatif) 4. Membuat nota kesepahaman 5. Mendaftarkan anak ke Dinas Kesehatan dengan surat rekomendasi Dinas Sosial untuk memperoleh kemudahaan Jamkesmas

Peran Sakti Peksos dan LKSA 1) Melakukan kunjungan ke rumah orangtua anak jalanan 2) Memberikan dukungan pemenuhan gizi anak oleh keluarga melalui tabungan anak 3) Membantu proses pengurusan akte kelahiran dan persyaratannya seperti Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), Buku Nikah, dan Ketetapan Pengadilan hasil sidang isbat. 4) Memberikan dukungan pemenuhan kesehatan anak oleh keluarga melalui tabungan anak 5) Mengalihkan kegiatan bermain anak ke tempat yang lebih aman 6) Memfasilitasi penyuluhan parenting skill 7) Melakukan lobby, membangun jejaring sosial dengan stakeholder terkait 8) Memberikan legitimasi terhadap pelayanan kebutuhan dasar yang dilakukan petugas Sakti Peksos. 9) Memperluas kemitraan untuk kebutuhan anak melalui program-program CSR 10) Memfasilitasi pelayanan kesehatan dengan Dinas Kesehatan dengan mengirimkan surat rekomendasi. c. Peningkatan Aksesibilitas terhadap Pelayanan Sosial Dasar, meliputi: 1) Akses pelayanan pendidikan yang di dalamnya meliputi layanan perantaraan dan/atau penghantaran (bridging course) dan layanan pemantapan belajar (remidial course) 2) Akses pelayanan kesehatan dasar, terutama Jamkesmas.

61

Komponen Program 1. Akses Pelayanan Pendidikan meliputi: a. Layanan Perantaraan dan/atau penghantaran (Bridging course)

Tahapan kegiatan 1. Penjangkauan dan pendampingan sosial 2. Identifikasi kebutuhan anak 3. Pengembangan jaringan kerja untuk rujukan yang bisa menjawab kebutuhan anak (lingkungan pendidikan yang ramah anak) 4. Pemberian life skills (komunikasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kesadaran diri, dll) 5. Memilih tutor yang berkualifikasi (memiliki pengalaman mengajar dan memahami hak anak). 6. Pelaksanaan bridging course (pendidikan formal dan non formal yang sesuai dengan standar 2 pelayanan minimal pendidikan nasional). 7. Rujukan ke pendidikan formal, non formal atau informal. 3 8. Penyediaan peralatan dan perlengkapan sekolah 9. Monitoring dan evaluasi perkembangan peserta didik.

b. Layanan Remedial

2. Akses Pelayanan Kesehatan Dasar

1. Penjangkauan dan Pendampingan 2. Identifikasi kebutuhan 3. Menunjuk pengajar yang berkualifikasi sesuai dengan mata pelajaran yang dibutuhkan (memiliki pengalaman mengajar dan memahami hak anak). 4. Pemberian life skills (komunikasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kesadaran diri, dll) 5. Pelaksanaan remedial (pendidikan formal yang sesuai dengan standar pelayanan minimal pendidikan nasional). 4 6. Penyediaan peralatan dan perlengkapan sekolah 7. Monitoring dan evaluasi perkembangan peserta didik. 1. Penjangkauan dan Pendampingan 2. Identifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan 3. Menunjuk pelyanan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) atau Rumah Sakit terdekat

2 3

Jumlah ideal peserta bridging course per kelas 20-25 orang. Jumlah anak setiap paketnya menyesuaikan. 4 Jumlah anak setiap paketnya menyesuaikan.

62

Peran Sakti Peksos, LKSA dan Voluntir 1) Pelibatan perguruan tinggi yang concern terhadap anak dan Peran yang dimainkan, diantaranya meliputi: a) Nara Sumber Teknis, b) Tutor/Guru, c) Pendamping, Volentir/Relawan Psikolog d) Penelitian dan Pengembangan pendidikan anak jalanan. Di daerah lain dapat dilakukan hal yang sama seperti di Jakarta. 2) Memperkuat kolaborasi dan sinergi program di lapangan dengan stakeholders, seperti Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pendidikan, Lembaga PKBM untuk jaminan kebijakan dan anggaran serta vocational training dan pendidikan non-formal. 3) Menyusun strategi penjangkauan dan pendampingan anak yang umumnya dalam lingkungan yang marjinal (di tempat kumuh, kolong jembatan, bantaran rel kereta api, pinggiran kali, dan tempat-tempat lainnya yang sejenis) 4) Melakukan penjangkauan anak-anak dijalan bersama antara Sakti Peksos dan LKSA 5) Mendampingi selama pendidikan dan pelatihan, dengan jenis kegiatan misalnya: a) Mendaftarkan sekolah b) Absensi kehadiran sekolah c) Menyediakan tutor PKBM, seni music, seni tari, keterampilan, dll d) Belajar pelajaran-pelajaran di sekolah yang sulit dipahami oleh anak e) Konseling Dan Penghubung Dengan Guru Sekolah f) Tutor Keagamaan

63

c. Pengembangan Potensi Diri dan Kreatifitas Anak 1) Meningkatkan kapasitas potensi diri dan kreativitas anak melalui berbagai kegiatan yang dapat memberikan prospek bagi masa depan anak, seperti pelatihan keterampilan, pengembangan jaringan kerja (networking) untuk pelatihan kerja dan penyaluran karya kreatif anak setelah mendapatkan pelatihan keterampilan. 2) Menjalin kemitraan dengan dunia usaha dalam pelaksanaan CSR perusahaan dan sekaligus membuka akses pasar bagi karya kreatif anak, serta membuka peluang produksi anak sekaligus menambah tabungan anak untuk persiapan kemandirian pada saat usia dewasa kelak.
Layanan pengembangan potensi diri dan kreatifitas anak 1. Penjangkauan dan pendampingan sosial 2. Mendata anak usia 14-17 tahun beserta minat dan bakat/ potensi anak. 3. Identifikasi kebutuhan peluang kerja dan jenis keterampilan. 4. Melakukan bimbingan karier dan K3 (keselamatan dan kesehatan kerja). 5. Menyusun silabus dan kurikulum yang ramah anak bersama dengan lembaga kursus dan pelatihan. 6. Melakukan rujukan ke lembaga kursus dan pelatihan keterampilan (LKP). 7. Pelaksanaan pelatihan keterampilan kerja yang sesuai dengan standar pelayanan minimal 8. Pengembangan networking untuk penyaluran karya kreatif atau potensi anak setelah mendapatkan pelatihan keterampilan. 9. Monitoring dan evaluasi perkembangan peserta didik.

Peran Sakti Peksos dan LKSA 1) Mendampingi dalam proses seleksi dan pelatihan 2) Mengalihkan tempat bermain anak dari jalanan ke tempat pelatihan keterampilan 3) Memfasilitasi pengembangan bakat anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

64

4) Menentukan anak-anak yang akan mengikuti pelatihan atau kegiatan 5) Menjalin kerjasama dengan lembaga kursus dan pelatihan 6) Memberikan latihan manajemen dan kewirausahaan 7) Mendampingi selama pendidikan dan pelatihan, dengan jenis kegiatan misalnya: a) Mendaftarkan Ke Tempat Pelatihan Keterampilan b) Melakukan Pengecekan Absensi Kehadiran Di Tempat Pelatihan c) Mencarikan Tutor Seni Musik, Seni Tari, Keterampilan Kreatif/ Kerajinan Tangan/ Handi Craf. 8) Memfasilitasi orang tua untuk menyaksikan pertunjukan pentas seni/kreatifitas dan lomba-lomba yang dilakukan oleh anak-anak, untuk melihat potensi dari diri anaknya 9) Memfasilitasi anak untuk mendapatkan kebutuhan rekreatif d. Peningkatan tanggung jawab orangtua/keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan anak yang terdiri dari: 1) Bimbingan tentang pengasuhan anak 2) Aksesibilitas terhadap sumber pelayanan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan jaringan sosial yang dapat digunakan pengasuhan anak. 3) Pelatihan dan pemberdayaan ekonomi keluarga

Komponen Program 1. Pertemuan rutin orang tua untuk mencegah dan merespon anak yang terpaksa bekerja di jalanan

1. 2. 3. 4.

Tahapan kegiatan Membangun kepercayaan dan komitmen Membangun kelompok dukungan Menyusun agenda pertemuan Menyusun materi pertemuan seperti: - Diskusi tentang hak dasar anak - Sosialisasi program layanan sosial dasar (Jamkesmas, Raskin, BOS, Akte Kelahiran, dll) - Diskusi peran dan tanggung jawab orang tua - Diskusi pola asuhan anak - Pemahaman pentingnya pendidikan dan kesehatan anak - Materi lain yang dianggap perlu

65

2. Aksesibilitas terhadap Sumber Pelayanan

1. 2. 3. 4.

pelayanan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan jaringan sosial yang pengasuhan anak.

dapat

digunakan

3. Pemberdayaan Ekonomi

1. Identifikasi potensi 2. Studi kelayakan (prospek pasar) 3. Pelatihan ketrampilan usaha (produksi, manajemen, dan pemasaran) 4. Akses permodalan usaha 5. Kemitraan dalam usaha 6. Pengembangan unit usaha mandiri

Peran Sakti Peksos dan LKSA 1) Bimbingan dan Pengembangan tentang Pengasuhan a) Melakukan kunjungan rumah dan melakukan pendekatan secara individual kepada orang tua anak b) Membangun kepercayaan dari orang tua/keluarga anak c) Melakukan pertemuan dengan semua orang tua/ keluarga anak secara insidental maupun rutin dengan terjadwal secara bulanan d) Merancang waktu pertemuan dengan menyesuaikan waktu kerja orang tua dan menentukan tempat yang mudah diakses serta disenangi orang tua/ keluarga anak. Hindarkan tempat yang sering digunakan anak di jalanan, atau cari tempat yang tidak dekat dengan situasi jalanan. e) Untuk memudahkan bimbingan orang tua/keluarga anak, mereka dibagi dalam kelompok kecil 10 12 keluarga. f) Membuka komunikasi baik secara perorangan maupun kolektif dengan orang tua/keluarga anak g) Setiap pertemuan dirancang secara informal dengan penuh kekeluargaan dengan terlebih dahulu melontarkan isu yang akan didiskusikan. Misalnya, orang tua diminta pendapat tentang pengertaian

66

h)

i)

j)

k) l)

m) n) o)

anak menurut mereka atau pengasuhan anak yang baik menurut mereka. Bimbingan pengasuhan lebih pada tukar pengalaman antar orang tua dan saling memberi penguatan di antara mereka Bimbingan dilakukan dengan pendekatan kesetaraan, yang memandang orang tua/keluarga sebagai mitra dan tim kerja (orang tua, LKSA, Peksos) dalam menarik anak dari jalanan dan sekaligus memberikan perlindungan bagi anak-anak mereka. Membangun kesadaran orang tua akan kebutuhan dasar anak. Pada umumnya orang tua menyadari kalau keberadaan anak-anak mereka di jalanan adalah salah dan membahayakan, namun hal ini perlu diungkap resiko-resiko yang mungkin dihadapi anak di jalanan, seperti kekerasan, kecelakaan, korban penganiayaan, dll. Merangsang orang tua untuk perduli akan situasi yang terjadi pada anaknya Menumbuhkan motivasi dengan memberi semangat bahwa mereka mampu dan memiliki kekuatan untuk berubah ke arah yang lebih baik Harus tegas dan disiplin demi untuk kepentingan terbaik anak Melibatkan orang tua dalam memantau perkembangan dan perubahan yang terjadi pada anak Butuh keuletan, ketekunan, dan kesabaran pekerja social dalam berproses memberi bimbingan pada keluarga

2) Aksesibilitas keluarga terhadap sumber pelayanan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan jaringan sosial yang dapat digunakan pengasuhan anak. a) Identifikasi kebutuhan orang tua/keluarga anak : salah satunya kebutuhan sarana air bersih b) Identifikasi lembaga mitra yang bisa memenuhi kebutuhan orang tua / keluarga

67

c) Melakukan pelatihan teknis agar orang tua/kepala keluarga menguasai teknologi sederhana yang terkait dengan pemenuhan kebutuhannya 3). Penguatan Ekonomi Keluarga : a) Identifikasi mitra kerja sama yang memiliki layanan penguatan ekonomi keluarga b) Identifikasi mitra kerja yang memberikan layanan pelatihan keterampilan bagi orang tua / keluarga anak c) Menyebarkan brosur dan katru nama kepada semua pihak dalam setiap kesempatan untuk menangkap kerja sama d) Mempelajari persyaratan dan prosedur pemanfaatan layanan e) Melakukan sosialisasi pada keluarga untuk menjaring mereka yang berminat f) Memetakan minat dan bakat orang tua/ keluarga anak tentang keterampilan sesuai dengan jenis keterampilan yang disediakan oleh mitra kerja g) Keluarga yang berminat diseleksi oleh pihak mitra h) Bekerja sama dengan mitra dalam Pemberian pelatihan keterampilan disesuaikan dengan minat orang tua (menjahit, menyulam, tata boga, membuat pita) i) Setelah pelatihan orang tua diberi perlengkapan kerja untuk menghasilkan karya sesuai dengan pelatiahan yang diikutinya j) Hasil karya dipasarkan untuk mendapatkan penghasilan. k) Bagi mitra kerja yang memberikan modal usaha, memberikan bantuan modal usaha dengan terlebih dahulu orang tua menerima bimbingan usaha terlebih dahulu. l) Pendampingan secara bersama antara LKSA, pekerja sosial dan pihak mitra untuk menjamin keberlangsungan usaha

68

m) Memelihara kemitraan dengan cara : mengundang dalam setiap pertemuan dengan orang tua/keluarga (1).Mengundang mitra dalam setiap pertemuan orang tua/keluarga (2).Selalu mengajak mitra kerja ke lapangan agar mengetahui kondisi dan perubahan yang terjadi di lapangan, serta mendengar langsung manfaat yang dirasakan oleh orang tua/keluarga anak atas bantaun yang diberikan mitra kerja. (3).Membuat laporan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh mitra kerja (4).Selalu mengucapkan terima kasih kepada mitra kerja (5).Memelihara kerja sama agar program berkesinambungan.

e. Penguatan Sistem Kelembagaan dan Dukungan Komunitas meliputi : 1) Penguatan kemampuan komunitas dalam mencegah dan merespon anak yang ditelantarkan. 2) Koordinasi dengan pihak terkait.

Komponen Program 1. Persiapan

2. Penguatan kemampuan komunitas dalam mencegah dan merespon anak yang ditelantarkan

Tahapan kegiatan 1. Sosialisasi (mencari contact person/mencari mitra/koordonasi dengan semua pihak) 2. Analisis situasi pemetaan sosial (minimal 1 kecamatan): a. lokasi b. jumlah anak terlantar c. Lembaga pelayanan sosial d. Tokoh masyarakat 3. Penjangkauan (identifikasi anak dan orang tua) 1. Identifikasi permasalahan anak dan keluarga yang ada di komunitas. 2. Identifikasi sumber daya. 3. Membuat rencana aksi di tingkat komunitas untuk mencegah dan merespon anak yang diterlantarkan. 4. Membuat tim kerja masyarakat (working group)

69

3. Koordinasi dengan instansi terkait

5. 1. 2. 3. 4. 5.

untuk melaksanakan rencana aksi. Melakukan deteksi dini dan pengawasan. Diseminasi Rapat koordinasi Sinkronisasi program Pembentukan kelompok kerja Monitoring dan evaluasi

Peran Sakti Peksos dan LKSA 1) Penguatan Sistem Kelembagaan a) Penguatan Kebijakan dan Pengembangan Program di daerah : (1).Melakukan sosialisasi SKB dan pelaksanaaan Program PKSA anak jalanan (2).Menyusun program dan kegiatan penarikan anak jalanan bersama Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota. b) Penguatan kelembagaan, meliputi: (1).Bimbingan Pemantapan Pengelola Perlindungan Anak Jalanan (2).Pengembangan kapasitas teknis pekerja sosial perlindungan Anak Jalanan (3).Penumbuhkembangan LKSA Anak Jalanan (4).Bantuan operasional LKSA Anak Jalanan (5).Fasilitasi penyelesaian masalah (6).Pembentukan dan Penguatan Jaringan Kelembagaan Anak Jalanan (7).Rapat koordinasi antar instansi/lintas sektor (8).Supervisi pelaksanaan kegiatan LKSA Anak Jalanan 2) Penguatan Kemampuan Komunitas dalam menceggah dan merespon anak yang diterlantarkan : a) Melakukan pendekatan kepada komunitas agar dapat menerima keberadaan anak jalanan yang dibina oleh LKSA.

70

b) Memberikan pamahaman/pengertian kepada komunitas agar bisa mendukung PKSA Anjal. c) Menggunakan kegiatan social yang ada di masyarakat untuk menjelaskan tentang anak jalanan dan PKSA anak jalanan, (seperti pengajian, kegiatan keagamaan, dll) d) Memanfaatkan organisasi/kegiatan yang ada di masyarakat agar dapat berperan dalam layanan dukungan komunitas, seperti Karang Taruna, PKK, Pengajian dan posyandu. e) Memonitoring keadaan dan situasi anak di dalam komunitas. f) Mengadakan pertemuan rutin membahas tentang permasalahan anak yang ada di tingkat RT, RW dan Kelurahan. g) Mencarikan orang tua asuh pengganti bagi anak yang sudah kehilangan hak asuhnya dari orang tua/ keluarga. h) Memberikan penguatan kepada komunitas untuk menyelenggarakan bimbingan belajar, pelatihan keterampilan dan pemberdayaan ekonomi keluarga. i) Merencanakan team kerja di masyarakat untuk penanganan, pencegahan, pengembangan program kesejahteraan anak. j) Melibatkan masyarakat terdekat dengan anak jalanan untuk membantu memberikan perlindungan dan menjadi sumber informasi. (seperti: Tukang Ojek, Warung, Petugas, dll) k) Menyadarkan komunitas untuk mencegah eksploitasi anak. l) Mengadakan program kampanye/pendidikan masyarakat agar dapat memberi perhatian/dukungan ke anak jalanan dan keluarga dengan cara yang tepat, seperti tidak memberikan uang di jalan. 3) Koordinasi dengan pihak terkait (pihak pemerintah) : a) Melakukan pendekatan secara formal dan informal kepada tokoh masyarakat, tokoh agama dan peme-

71

rintah terendah/kelurahan (Meminta rekomendasi dari RT, RW dan Kelurahan untuk pembuatan Akte kelahiran). b) Melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemerintah dalam kegiatan anak jalanan. c) Membangun jejaring dengan lembaga pemerintahan, seperti Puskesmas, Kepolisian, Dinas Pendidikan, Catatan Sipil dan BUMN. d) Melakukan meping/pemetaan kondisi di jalan. 4) Bermitra dengan pihak swasta / lembaga lain : a) Melihat peluang-peluang kerjasama dengan pihak swasta/lembaga lain. (1).Memberikan tempat untuk melaksanakan program kegiatan. (2).Membantu memasarkan hasil karya anak. (3).Mencarikan "Bapak Angkat" untuk kegiatan usaha anak. (4).Membantu mencarikan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan yang dimiliki anak. (5).Memberikan ruang publik agar anak bisa menampilkan bakat, hasil karya dan kreatifitas. b) Membuat program-program yang memungkinkan untuk pihak swasta terlibat. c) Memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk terlibat dalam kegiatan secara langsung. d) Memfasilitasi masyarakat untuk bisa berinteraksi langsung dengan anak jalanan melalui berbagai kegiatan. e) Membangun jejaring dengan lembaga lain. (1).Mengadakan kerjasama di bidang pemberdayaan keluarga. (2).Mengadakan kerjasama di bidang kesehatan lingkungan (air bersih) (3).Mengadakan kerjasama di bidang pelatihan / pendidikan keterampilan.

72

(4).Mengadakan kerjasama di bidang music, seperti dengan dunia rekaman. (5).Mengadakan kerjasama di bidang seni, seperti dengan sanggar tari dan sanggar teater (6).Mengadakan kerjasama di bidang olah raga, seperti pelatihan sepak bola, futsal, atletik, volly, tenis meja, dll. 5) Komunitas ikut melakukan pencegahan agar anak tidak melakukan aktivitas di jalan a) Melibatkan masyarakat, terutama secara indivual, untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan pemberdayaan anak. (1).Menjadi sahabat untuk mendampingi dan memotivasi anak. (2).Menjadi tenaga pengajar. (3).Menjadi tenaga medis. (4).Terlibat dalam kegiatan tertentu / event. b) Membangun kesadaran masyarakat tentang bahaya jalanan bagi anak melalui kampanye Stop Beri Uang. c) Memberikan alternative bentuk perhatian kepada anak jalanan, sehingga masyarakat bisa memberikan perhatian kepada anak di jalan dalam bentuk lain, selain memberi uang di jalan. d) Melakukan proses edukasi kepada masyarakat agar perhatian yang diberikan tidak membuat anak semakin senang hidup dan bekerja di jalanan. e) Mengadakan program pelatihan untuk para relawan yang berasal dari komunitas, agar bisa berpartisipasi dalam melakukan pencegahan. f) Melakukan pengorganiasian terhadap kegiatan relawan agar efektif. 2. Persyaratan & Kewajiban a. Fungsi sosial anak jalanan dapat meningkat yang diketahui dari perubahan sikap dan perilaku ke arah positif yang dapat dipantau secara empiris. Perubahan tersebut

73

juga mendapat dukungan dari orangtua, LKSA dan masyarakat disekitar anak beraktivitas. Perilaku tersebut bisa dilihat sebagai berikut: 1) Anak tidak melakukan aktivitas ekonomi lagi di jalanan, karena telah memiliki aktivitas yang lebih positif (sekolah, latihan keterampilan, bermain, diasuh orang tua/keluarga, dll) 2) orangtua/keluarga melakukan pengasuhan secara bertanggung jawab dan tidak mengeksploitasi anak secara ekonomi 3) Orang tua/ keluarga mengurus berbagai kebutuhan dasar anak dan memperjuangkan akses pelayanan sosial dasar (akte kelahiran anak, mendaftarkan kembali ke sekolah, mengikutsertakan dalam latihan keterampilan, dll) 4) LKSA memberikan dukungan fasilitas administrasi atau fasilitas kegiatan pertemuan 5) masyarakat mengadakan pertemuan rutin membahas tentang permasalahan anak yang ada di lingkungannya.

No 1

Sasaran Anak

Bantuan Tunai Bersyarat Mengkonsumsi makanan bergizi cukup

Penggunaan Bantuan Membeli makanan tambahan bergizi cukup seperti susu, telor, ikan dan daging Transportasi anak dari rumah ke sekolah, membeli alat sekolah seperti alat tulis, tas, sepatu

Persyaratan dan Kewajiban Anak mengkonsumsi gizi cukup yang disediakan orangtua/keluarga

Anak bersekolah

Anak tidak beraktivitas di jalanan, Anak mengikuti sekolah dengan memiliki kelengkapan sarananya dan terjangkau transportasinya.

74

Akte kelahiran anak

Transportasi pengurusan akte kelahiran anak

Anak memiliki akte kelahiran secara sah

Anak mengikuti pelatihan keterampilan untuk pengembangan potensi dan kreatifitas anak 2 Orangtua /Keluarga Pengasuhan secara memadai

Transportasi anak ke tempat pelatihan keterampilan, alat tulis pelatihan secara memadai

Anak tidak beraktivitas di jalanan, anak mengikuti pelatihan keterampilan dan mampu mengembangkan potensi dan kreatifitasnya Orangtua tidak mengekploitasi anak, orangtua tidak mentelantarkan anak, orangtua memberi makan sehari tiga kali, orangtua mengantarkan anak ke pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelatihan keterampilan.

Melindungi anak dari bahaya, memberikan pendidikan dini, membimbing tumbuh kembang, memenuhi kebutuhan dasar

Akte kelahiran

Transportasi dan biaya pengurusan akte kelahiran

Oranggtua harus melengkapi persyaratan administrasi pembuatan akte kelahirana anak Membantu memperlancar kegiatan anak, orangtua/keluarga dan masyarakat dengan mebuatkkan surat undangan atau rekomendasi Adanya pertemuan rutin antara LKSA,

LKSA

Menyediakan fasilitas administrasi

Membuat surat undangan atau rekomendasi ke lembaga mitra atau orangtua anak

Menyediakan fasilitas

Menyediakan tempat, dan

75

pertemuan

kebutuhan lainnya untuk terselenggaranya pertemuan

orangtua/keluarga anak jalanan, warga masyarakat dan lembaga mitranya

C. PKS ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM 1. Kriteria Khusus Penerima Manfaat Sasaran PKSABH diprioritaskan kepada anak-anak yang berperilaku nakal atau anak yang berhadapan dengan hukum, keluarga, serta masyarakat dimana anak tinggal. ABH yang mendapat bantuan diprioritaskan ABH yang berasal dari keluarga miskin. Berdasarkan pertimbangan ini sasaran penerima manfaat, terutama ditujukan kepada : a. Anak dengan kenakalan yang melakukan pelanggaran norma sosial tetapi tidak dalam kategori tindak pidana sehingga tidak berhadapan dengan hukum, atau anak rentan melakukan kenakalan atau tindak pidana. b. Anak berhadapan dengan hukum (6 sampai di bawah 18 tahun) dari keluarga miskin, meliputi: 1) Anak dengan kenakalan yang telah diindikasikan melakukan pelanggaran hukum atau tindak pidana sehingga berhadapan dengan proses hukum (termasuk mengalami penangkapan, penahanan, mengikuti proses peradilan, yang berstatus diversi, menjalani masa hukuman pidana, dan menjalani masa reintegrasi pada orang tua/keluarga). 2) Anak yang menjadi korban tindak pidana sehingga berhadapan dengan hukum. 3) Anak yang menjadi saksi tindak pidana sehingga berhadapan dengan hukum. c. Keluarga miskin dari anak dengan kenakalan baik pelaku pelanggaran norma sosial maupun pelaku tindak pidana,serta korban dan saksi tindak pidana.

76

d. Masyarakat yang diwakili oleh totoh-tokohnya, totoh tokohnya, tempat anak dengan kenakalan tinggal. Pengkategorian kriteria kriteria anak dengan kenakalan baik pelanggar norma sosial yang tidak berhadapan dengan hukum maupun pelaku tindak pidana yang berhadapan dengan hukum, serta korban dan saksi tindak pidana yang kemudian berhadapan dengan hukum dapat digambarkan dalam diagram sebagai se berikut:

2. Komponen Program a. Bantuan sosial/ subsidi pemenuhan hak dasar dasar 1) Pendampingan dalam pemenuhan kebutuhan identitas iden anak, seperti pengurusan pembuatan akte kelahiran, kela dll. 2) Pemenuhan kebutuhan fisik yaitu: makanan, pakaian dll. 3) Dukungan pemenuhan hak pendidikan, yang meliputi: bantuan transportasi, peralatan sekolah, seragam dll. 4) Pemenuhan kebutuhan akan pelayanan kesehatan, yang meliputi: pemeriksaan kesehatan dan pengpeng obatan. 5) Penyediaan akses terhadap rumah perlindungan sementa / alternatif yang aman bagi anak sementara

77

6) Bantuan pendampingan dalam pemenuhan kebutuhan akan pengasuhan yang layak. b. Peningkatan aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar 1) Pelayanan Mediasi (penyelesaian kasus) a) Penentuan kasus-kasus Peradilan Restoratif (Restorative Justice / RJ) Lembaga pelaksana PKS-ABH perlu membuat kesepakatan mengenai jenis-jenis kasus-kasus yang akan ditangani dengan menggunakan pendekatan restorative. Kesepakatan tersebut perlu dibuat bersama para pihak yang berkepentingan dengan menggunakan jejaring yang telah terbentuk di daerahnya masing-masing. Sebagai catatan, kasus-kasus anak yang berhadapan dengan hukum yang selama ini disepakati dalam pertemuanpertemuan di tingkat pusat untuk ditangani melalui peradilan restorative adalah kasus-kasus yang dapat dikategorikan ke dalam kasus ringan (petty crimes). b) Penentuan Tindakan untuk Anak sebagai Pelaku Untuk setiap pelanggaran anak dianggap perlu untuk bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya. Untuk itu, bentuk-bentuk tindakan perlu dimusyawarahkan dan dipilih, dengan mempertimbangkan bernbagai tinjauan profesi, serta dengan prinsip memperbaiki kembali kerusakan yang diakibatkan oleh tindakan anak dan mencegah agar hal tersebut tidak dilakukan lagi. Beberapa contoh tindakan yang diberikan kepada anak sebagai pelaku adalah sebagai berikut: (1).Permohonan maaf tertulis atau verbal kepada korban; (2).Memperbaiki atau membayar apa yang telah diambilnya atau dirusaknya; (3).Bekerja untuk korban atau kelompok masyarakat;

78

(4).Memberikan sumbangan untuk kegiatan kemanusiaan; (5).Membatasi hubungan dengan orang-orang yang mempengaruhinya untuk berbuat pelanggaran; (6).Konseling untuk mengatasi penyebab terjadinya perilaku pelanggaran hukum; (7).Mengikuti kegiatan olah raga atau hal-hal yang bersifat rekreatif untuk mencegah kebosanan; (8).Meningkatkan kehadiran di sekolah dan atau mengerjakan pekerjaan rumah (PR); (9).Menulis pernyataan untuk menunjukkan bahwa dia telah memahami apa yang dilakukannya adalah salah (misalnya sebanyak satu halaman). c) Penanganan Kasus RJ (1) Merespon laporan : (a).Kasus dirujuk ke LKS-ABH oleh masyarakat atau polisi, (b).Pekerja sosial (manajer kasus) melakukan verivikasi atas laporan kasus yang diterima. (c). LKS-ABH (selain Komite) mengirimkan laporan kasus kepada Komite baik yang telah terselesaikan maupun yang memerlukan tindak lanjut dari Komite. (d).Komite merespon laporan dengan menugaskan tim task force (polisi dan pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah kepada korban dan pelaku, dan mulai melakukan penyelidikan di tempat pelaku dan tempat korban. (e).Inform consent diisi oleh anak dan diketahui oleh orang tua atau wali anak. (f). Anggota Komite merujuk ABH ke rumah aman/ rumah perlindungan jika dianggap perlu, sampai situasi keluarga / keluarga pengganti kembali aman untuk anak (g).Berbagai pelayanan emergensi dilakukan untuk mengatasi permasalahan permasa-

79

lahan gawat darurat yang dialami korban maupun pelaku sehubungan dengan kasus, seperti masalah medis dsb. (h).Asesmen kebutuhan anak dan keluarga dilakukan secara seksama. (i). Hasil asesmen didiskusikan melalui forum konferensi kasus, untuk mendapat kesamaan pandangan mengenai kasus anak dan tindak lanjutnya. (j). Konferensi kasus perlu menyepakati : - Apakah Kasus Tersebut Layak Untuk Masuk Ke File Peradilan Restoratif, Atau Harus Diteruskan Ke Peradilan Formal. - Alternatif Tindakan Yang Harus Diberikan Kepada Anak Sebagai Pelaku Termasuk Keluarganya, Untuk MempertanggungJawabkan Kesalahannya (Sesuai Umur, Jenis Tindakan Dan Kerusakan Yang Ditimbulkannya) - Pelayanan-Pelayanan Yang Disarankan Untuk Diberikan Kepada Anak Dan Atau Keluarganya, Seperti Pemberian Konseling, Rujukan Dll. (2) Mediasi / Musyawarah Keluarga (a) Setelah mendapat kepastian mengenai kasus tersebut serta tindak lanjut yang disarankan konferensi kasus, pekerja sosial menjajagi kemungkinan dan memotivasi korban dan keluarganya, serta pelaku dan keluarganya untuk menyelesaikan kasus mereka melalui musyawarah di KPRS-ABH. (b) Komite akan menjadwalkan pelaksanaan musyawarah antara keluarga korban dan keluarga pelaku, apabila keduabelah pihak setuju untuk menyelesaikan kasus mereka melalui musyawarah atas fasilitasi Komite.

80

(c) Tujuh hari masa peredaan disarankan untuk diberikan kepada kedua keluarga sebelum melakukan musyawarah keluarga. (d) Setelah jadwal disepakati semua pihak, dan mediator telah ditunjuk oleh Komite, korban, keluarga korban, pelaku dan keluarga pelaku, tokoh masyarakat sebagai saksi, serta perwakilan pengurus Komite akan diundang untuk hadir di KPRS-ABH mengikuti musyawarah keluarga. (e) Musyawarah keluarga dilakukan secara tertutup di tempat yang dapat menjamin kerahasiaan klien. (f) Sebelum musyawarah dilakukan, mediator menjelaskan tujuan musyawarah keluarga kepada keduabelah pihak sehingga mereka betul-betul paham atas hal-hal yang ingin dicapai dalam musyawarah yang akan dilakukan. (g) Masing-masing pihak diberikan kesempatan untuk menjelaskan kasus menurut versi masing-masing. (h) Memotivasi pelaku dan keluarganya untuk meminta maaf secara lisan maupun tulisan kepada korban dan keluarga korban; juga memotivasi korban dan keluarga korban untuk memafkan pelaku. (i) Korban dan keluarganya diberi kesempatan untuk mengajukan permintaan upaya perbaikan, pengobatan atau penggantian kerugian atas kerusakan, kehilangan atau kecelakaan yang telah diakibatkan oleh tindakan pelaku. Pelaku dan keluarganya juga diberi kesempatan untunk menyatakan kesanggupannya. (j) Kesempatan diberikan kepada keluarga korban dan pelaku untuk bernegosiasi menyepakati hal tersebut.

81

(k) Wakil Komite menyampaikan keputusan Komite mengenai tindakan yang dikenakan kepada pelaku yang harus dijalankan oleh pelaku sebagai wujud tanggungjawab atas tindakan melanggar hukum yang telah dilakukannya. (l) Apabila semua telah disepakati oleh keduabelah pihak, maka berita acara kesepakatan ditandatangani oleh kedua belah pihak serta saksi. (m)Apabila kasus tidak bisa diselesaikan melalui cara ini dan tidak ditemukan cara penyelesaian yang lain yang lebih berpihak pada anak, maka kasus akan dilanjutkan dengan proses peradilan formal sebagai upaya terakhir. (n) Mediator melanjutkan berita acara kesepakatan tersebut kepada Ketua Komite dan Manajer Kasus. Selanjutnya Manejer Kasus merujuk kasus kepada Tim Rehabilitasi untuk menjalani program pengubahan perilaku dan kepada PRSABH-BM atau totoh masyarakat ldi Kelurahan agar melakukan monitoring atas pelaksanaan tindakan yang dibebankan kepada pelaku. (o) Rakor diinisiasi oleh Komite untuk melaporkan perkembangan hasil penyelesaian kasus. (3) Pasca-Mediasi/Pasca-Musyawarah Keluarga (a) Setelah mendapat kepastian mengenai kasus tersebut (b) Konselor melanjutkan pemberian layanan konseling untuk menumbuhkan rasa aman, mengatasi trauma, dan menurunkan ketegangan psikologis maupun sosial yang berkaitan dengan kasus (kepada anak

82

sebagai korban, pelaku maupun keluarganya). a. Tim Rehabilitasi menyelenggarakan program pengubahan perlaku untuk mengoreksi kesulitan perilaku yang dialami pelaku. (c) Mempersiapkan reintegrasi anak dengan keluarga dan masyarakat. (d) Memastikan agar monitoring terhadap pelaksanaan tindakan yang dijalankan oleh pelaku sesuai kesepakatan dilaksanakan oleh PRSABH-BM atau totoh-tokoh masyarakat local. (4) Pelayanan Khusus untuk Korban dan Saksi (a) Menjamin keamanan bagi anak, dan menitipkan anak di rumah perlindungan / aman jika perlu selama menunggu penyelesaian kasus (b) Merujuk anak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, terutama jika anak mengalami luka atau sakit secara fisik akibat tindakan pelaku. (c) Mendampingi dan memfasilitasi anak untuk mendapatkan visum at repertum (d) Memberikan akses untuk mendapatkan konsultasi hukum berkaitan dengan kasus yang mereka hadapi (e) Memberikan akses untuk mendapatkan konseling psikososial (individu maupun kelompok) bagi anak dan keluarganya. (f) Penguatan dukungan sosial keluarga/orang tua terhadap anak korban tindak pidana.

(5) Pendampingan bagi anak dalam proses peradilan formal (a) Memberikan masukan informasi (berdasarkan hasil assessment) yang dapat meringan-

83

kan kasus anak (jika memungkinkan upayakan diskresi atau diversi) (b) Memberikan konseling kepada anak dan keluarganya untuk meringankan beban psikologis yang dialami oleh mereka berkaitan dengan kasus dan atau proses peradilan formal yang mereka hadapi (terutama yang berkaitan dengan rasa aman dan trauma) (6) Pendampingan bagi peradilan formal anak dalam proses

(a) Pelayanan konseling/pengubahan perilaku dalam rangka rehabilitasi sosial anak yang menjadi pelaku tindak pidana, secara individual atau kelompok. (b) Menyelenggarakan kegiatan edukasi teman sebaya dengan melibatkan mantan ABH yang telah sukses hidup dalam masyarakat. (c) Fasilitasi reintegrasi anak yang menjadi pelaku tindak pidana dengan keluarga dan masyarakatnya (d) Social skills training untuk anak (e) Akses pada vocational training untuk anak di atas 15 tahun dan keluarga (f) Asimilasi/fasilitasi komunikasi anak dengan keluarga dan masyarakat (g) Penyiapan masyarakat untuk menerima kembali anak yang telah berhadapan dengan hukum. (7) penguatan tanggung jawab orang tua/ keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan anak (a) Program Pelayanan Penguatan Keluarga Kandung : Bimbingan dan pengembangan tentang pengasuhan

84

Penguatan ekonomi keluarga Aksesibilitas keluarga terhadap sumber pelayanan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan jaringan sosial yang dapat digunakan untuk pengasuhan anak. Program Pelayanan Penguatan Keluarga Kandung : (b) Layanan Dukungan Keluarga Pengganti (bagi anak yang tidak memiliki/ tidak diketahui keluarganya) meliputi: Bimbingan dan pengembangan tentang pengasuhan Penguatan ekonomi keluarga Aksesibilitas keluarga terhadap sumber pelayanan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan jaringan sosial yang dapat digunakan untuk pengasuhan anak. (8) Penguatan sistem kelembagaan kesejahteraan sosial anak dan komunitas (a) Penguatan kebijakan dan pengembangan program di daerah (seperti Sosialisasi SKB dan RJ, Penyusunan Pedoman PKSA) (b) Penguatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perlindungan dan rehabilitasi sosial ABH; contoh: PRSABH-BM. (c) Penyeleggaraan gahan: program-program Pusat-pusat penceKegiatan

Pengembangan Remaja

Peningkatan pemahaman tentang hukum di kalangan anak

85

(d) Penguatan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, meliputi: Bimbingan pemantapan pengelola perlindungan anak Pengembangan kapasitas teknis pekerja sosial perlindungan ABH Penumbuhkembangan KPRSABH Bantuan operasional LPKSABH dengan rasio pemanfaatan 20% untuk kesekretariatan, 80% untuk pepentingan perlindungan dan pengembangan anak. Fasilitasi penyelesaian masalah, Pembentukan dan penguatan jaringan Rapat koordinasi sektor antar instansi/lintas

Supervisi pelaksanaan kegiatan LPKSABH


NO A PROGRAM Bantuan sosial/subsidi pemenuhan kebutuhan dasar KEGIATAN 1) Pendampingan dalam pemenuhan kebutuhan identitas anak, seperti pengurusan pembuatan akte kelahiran, dll. 2) Pemenuhan kebutuhan fisik yaitu: makanan, pakaian dll. 3) Dukungan pemenuhan hak pendidikan, yang meliputi: bantuan transportasi, peralatan sekolah, seragam dll. 4) Pemenuhan kebutuhan akan pelayanan kesehatan, yang meliputi: pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. 5) Penyediaan akses terhadap rumah perlindungan sementara / alternatif yang aman bagi anak 6) Bantuan pendampingan dalam pemenuhan kebutuhan akan pengasuhan yang layak.

86

Peningkatan Aksesibilitas terhadap Pelayanan Sosial Dasar

1. Pelayanan Mediasi (Penyelesaian Kasus) a. Penetapan kasus RJ b. Penentuan Tindakan untuk Anak sebagai Pelaku c. Penanganan kasus RJ i. Merespon laporan ii. Memfasilitasi mediasi / musyawarah keluarga iii. Pelayanan pasca mediasi 2. Pelayanan Khusus untuk korban dan saksi 1) Menjamin keamanan bagi anak, dan menitipkan anak di rumah perlindungan / aman jika perlu selama menunggu penyelesaian kasus 2) Merujuk anak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, terutama jika anak mengalami luka atau sakit secara fisik akibat tindakan pelaku. 3) Mendampingi dan memfasilitasi anak untuk mendapatkan visum at repertum 4) Memberikan akses untuk mendapatkan konsultasi hukum berkaitan dengan kasus yang mereka hadapi 5) Memberikan akses untuk mendapatkan konseling psikososial (individu maupun kelompok) bagi anak dan keluarganya. 3. Pendampingan dalam proses peradilan formal 1. Memberikan masukan informasi (berdasarkan hasil assessment) yang dapat meringankan kasus anak (jika memungkinkan upayakan diskresi atau diversi)

2. Memberikan konseling kepada anak dan


keluarganya untuk meringankan beban psikologis yang dialami oleh mereka berkaitan dengan kasus dan atau proses peradilan formal yang mereka hadapi (terutama yang berkaitan dengan rasa aman dan trauma) C Pengembangan Potensi Diri dan Kreatifitas Anak sebagai Program Rehabilitasi dan Reintegrasi Sosial ABH

a) Pelayanan konseling/pengubahan perilaku dalam rangka rehabilitasi sosial anak yang menjadi pelaku tindak pidana, secara individual atau kelompok. b) Menyelenggarakan kegiatan edukasi teman sebaya dengan melibatkan mantan ABH yang telah sukses hidup dalam masyarakat. c) Fasilitasi reintegrasi anak yang menjadi pelaku tindak pidana dengan keluarga dan

87

masyarakatnya d) Social skills training untuk anak e) Akses pada vocational training untuk anak di atas 15 tahun dan keluarga f) Asimilasi/fasilitasi komunikasi anak dg keluarga dan masyarakat

g) Penyiapan masyarakat untuk menerima kembali anak yang telah berhadapan dengan hukum.

Penguatan Tanggung Jawab Orang Tua/Keluarga dan Masyarakat

i.

Program Pelayanan Kandung : (1). Bimbingan dan pengasuhan

Penguatan

Keluarga tentang

pengembangan

(2). Penguatan ekonomi keluarga (3). Aksesibilitas keluarga terhadap sumber pelayanan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan jaringan sosial yang dapat digunakan untuk pengasuhan anak. ii. Layanan Dukungan Keluarga Pengganti (bagi anak yang tidak memiliki / tidak diketahui keluarganya) meliputi: (2). Bimbingan dan pengasuhan pengembangan tentang

(3). Penguatan ekonomi keluarga (4). Aksesibilitas keluarga terhadap sumber pelayanan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan jaringan sosial yang dapat digunakan untuk pengasuhan anak.

Penguatan Kelembagaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak

1) Penguatan kebijakan dan pengembangan program di daerah (seperti Sosialisasi SKB dan RJ, Penyusunan Pedoman PKSA) 2) Penguatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perlindungan dan rehabilitasi sosial ABH; contoh: PRSABH-BM.

88

3) Penyeleggaraan program-program Pencegahan: a. Pengembangan Pusat-pusat Kegiatan Remaja b. Peningkatan pemahaman tentang hukum di kalangan anak 4) Penguatan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, meliputi: a. Bimbingan Pemantapan dungan Anak Pengelola Perlin-

b. Pengembangan kapasitas teknis pekerja sosial perlindungan ABH c. Penumbuhkembangan KPRSABH d. Bantuan operasional LPKSABH dengan rasio pemanfaatan 20% untuk kesekretariatan, 80% untuk pepentingan perlindungan dan pengembangan anak. e. Fasilitasi penyelesaian masalah, f. Pembentukan dan penguatan jaringan g. Rapat koordinasi antar instansi/lintas sektor h. Supervisi pelaksanaan kegiatan LPKSABH

3. Indikator Keberhasilan a. Terpenuhinya kebutuhan dasar ABH dan menurunnya kecenderungan perilaku melanggar hukum pada anak: 1) Prosentase Anak Berhadapan Dengan Hukum yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar meningkat 2) Meningkatnya prosentase ABH yang mendapat pengasuhan yang bersifat protektif di keluarga maupun pengasuhan sementara di rumah aman selama proses penyelesaian perkara 3) Berkurangnya prosentase pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak b. Peningkatan prosentasi kasus ABH yang terselesaikan dalam mekanisme peradilan restoratif:

89

1) RJ (basis masyarakat, komite) a) Jumlah kasus yang terlaporkan dan terasesmen oleh LPKSABH b) Prosentasi kasus yang bersedia mengikuti proses mediasi pada mekanisme peradilan restoratif / penyelesaian melalui musyawarah c) Prosentase kasus yang dapat mencapai kesepakatan dalam mediasi kasus d) Tersedianya data perkembangan kasus 2) Proses Formal: a) Peningkatan prosentase kasus yang mendapat pendampingan psikososial b) Peningkatan prosentase ABH yang mendapat pendampingan hukum c) Peningkatan prosentase ABH yang mendapat bantuan sosial lainnya (misal. Perwalian dalam persidangan) c. Anak-anak mantan ABH siap kembali ke keluarga dan masyarakatnya, dan keluarga serta masyarakat siap menerima kembali anak. 1) Prosentase ABH yang dapat menyelesaikan Life skills training 2) Prosentase orang tua ABH yang dapat menyelesaikan Good parenting training 3) Prosentase ABH berusial lebih atau sama dengan 15 tahun yang dapat menyelesaikan Vocational training 4) Prosentase ABH yang terfasilitasi untuk mempersiapkan asimilasi/ komunikasi dengan keluarga dan masyarakatnya d. Anak terjauhkan dari kemungkinan konflik dengan hukum. 1) Pada akhir program, prosentase anak yang memperoleh pelayanan kesejahteraan sosial dasar meningkat.

90

2) Pada akhir program, prosentase anak yang mengikuti penyuluhan hukum meningkat. 3) Pada akhir program, prosentase orang tua anak yang mendapat pemahaman tentang pengasuhan anak meningkat. 4) Pada akhir program, sejumlah tokoh masyarakat mengikuti penyuluhan hukum. e. Terbentuk dan menguatnya sistem perlindungan dan rehabilitasi ABH yang didukung dengan SDM yang kompeten. 1) Jaringan stakeholder pelaksana pendukung program di 9 propinsi dan 7 propinsi yang terbentuk unit pelaksana teknis PKSABH memulai kegiatan operasionalnya yang difasilitasi APBN. 2) Pada akhir program 1 kegiatan pengembangan kapasitas teknis pekerja sosial perlindungan ABH terlaksana 3) Pada akhir program, 10 Rapat koordinasi terselenggara 4) Pada akhir program, 2 kebijakan perlindungan ABH terbentuk dan 5 kegiatan Pengembangan Program terlaksana: (e.g. Sosialisasi SKB dan RJ, Penyusunan Pedoman PKS ABH) 5) Pada akhir program, 7 KSABH melaksakan program perlindungan dan rehabilitasi ABH sesuai pedoman yang disepakati 6) Pada akhir program, PSBR (Panti Sosial Bina Remaja) memiliki rencana program yang jelas dan mampu memulai melaksanakan program youth centre. 7) Mekanisme Supervisi pelaksanaan kegiatan tersusun dan tersosialisasikan

4. Persyaratan dan Kewajiban Persyaratan a. Bantuan Sosial untuk Anak

91

Bantuan tunai bersyarat diberikan kepada anak-anak ABH yang telah mengikuti rangkaian pelayanan perlindungan dan rehabilitasi sosial, sebagai upaya penyelamatan sosial bagi mereka yang secara ekonomi telah termarjinalisasikan sehingga terpaksa melakukan tindakan yang melanggar hukum. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan bantuan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Anak telah mengikuti keseluruhan rangkaian program perlindungan dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan oleh LPKS-ABH, minimal 80% dari jumlah pertemuan yang diwajibkan. 2) Melaksanakan tindakan yang telah disepakati dalam musyawarah keluarga (misalnya : membayar kerugian, memperbaiki kerusakan, membersihkan tembok, dll) 3) Anak tidak lagi melakukan perbuatan yang dapat melanggar hukum 4) Anak telah menunjukkan sikap dan perilaku positif 5) Kehadiran anak di sekolah atau lembaga pendidikan alternatif lainnya tidak kurang dari 80%. b. Orang tua 1) Mendukung dan mengikuti kegiatan program perlindungan dan rehabilitasi sosial ABH yang diarahkan kepada keluarga / orang tua, yang ditunjukkan dengan tingkat kehadiran minimal 80% 2) Mendorong anak untuk mentaati kesepakatan yang dibuat dalam musyawarah keluarga 3) Tidak melakukan tindak kekerasan 4) Tidak melakukan diskriminasi 5) Tidak mempekerjakan ana tidak mengisolasi anak, dan memberikan kesempatan kepada adak untuk bersosialisasi 6) Mendorong anak untuk hadir di sekolah atau program pendidikan alternatif lainnya 7) Membawa anak ke Puskesmas / klinik kesehatan / dokter ketika anak sakit 8) Mengurus akte kelahiran atau surat kenal lahir anak 9) Memberikan tempat tinggal yang layak untuk anak dan tidak membiarkan anak tinggal di suatu tempat beresiko tanpa perlindungan dan pengawasan.

92

Pemenuhan persyaratan dan kewajiban penerima layanan sangat ditentukan oleh peran pendamping sosial (Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial) dan peran Lembaga Kesejahteraan Sosial (LSM/ Yayasan/ Organisasi) yang menjadi mitra kerja PKSA. c. LKS-ABH Bantuan operasional lembaga diberikan kepada LKS-ABH apabila memenuhi persyaratan untuk menjadi LKSA, yaitun lembaga-lembaga kesejahteraan sosial anak yang telah ditetapkan melalui proses seleksi oleh UP-PKSA Pusat atas rekomendasi/ sepengetahuan UP-PKSA Daerah, dengan kriteria sebagai berikut: 1) Berbadan Hukum atau tidak/ belum berbadan hukum dan memiliki struktur organisasi dan tata kelola administrasi yang tertib. 2) Memiliki surat keputusan/ rekomendasi dari Kementerian Sosial atau Dinas/ Instansi Sosial tentang keikutsertaan lembaga kesejahteraan sosial anak dalam PKSA 3) Memiliki program/ kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan pemenuhan hak anak dan melindungi anak dari tindak kekerasan, keterlantaran, eksploitasi dan diskriminasi. 4) Memiliki sarana prasarana organisasi yang mendukung pelaksanaan dan pencapaian kinerja PKSA 5) Pengalaman dalam penanganan anak yang mengalami masalah sosial 6) Memiliki jaringan kerja yang luas. 7) Memiliki sumber daya sarana prasarana, SDM dan sumber keuangan yang dapat disinergikan dengan PKSA 8) Memiliki rekening bank atas nama lembaga (bukan rekening pribadi). Selain persyaratan tersebut, terdapat beberapa syarat lain yang harus dipenuhi, diantaranya adalah:

93

1) melakukan program perlindungan dan rehabilitasi sosial terhadap ABH 2) memberikan pemenuhan kebutuhan / hak dasar anak (pendidikan, kesehtan, dll) 3) memfasilitasi aksesibilas terhadap layanan diluar lembaga yang bersangkutan 4) memberikan penguatan terhadap tanggung jawab keluarga dan masyarakat 5) melakukan pendampingan psikososial terhadap ABH 6) menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam penanganan ABH 7) bantuan operasional bagi lembaga minimal 80 % kemanfaatannya untuk kepeningan anak 8) Untuk mendapatkan operasional lembaga yang bersangkutan harus menyususn TOR dan pelaporan yang ditujukan ke kementrian sosial RI Kewajiban a. Orangtua Penerima Bantuan 1) Menginformasikan kondisi dan perkembangan ABH. 2) Terlibat dan mendukung terhadap kegiatan PKSABH, terkait dengan kebutuhan dan permasalahan perilaku anak. 3) Menghadiri kegiatan-kegiatan program perlindungan dan rehabilitasi sosial ABH terutama programprogram yang ditujukan kepada keluarga / orang tua. 4) Bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan pemenuhan kebutuhan dasar anak. b. Unit Pelaksana PKS-ABH Unit pelaksana PKS-ABH adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) di tingkat lokal yang telah ditetapkan melalui porses seleksi oleh UP-PKSA Pusat, dengan tugas pokok mengelola kegiatan PKS-ABH, dengan cara: 1) Melakukan pemetaan dan menyiapkan data calon penerima manfaat PKS-ABH secara lengkap (by name by adress, yang meliputi: anak diindikasikan

94

2)

3)

4)

5)

6)

7)

8)

9)

melakukan pelanggaran hukum; anak yang mengikuti proses peradilan; anak yang berstatus diversi; anak yang telah menjalani masa hukuman pidana; anak yang menjadi korban perbuatan pelanggaran hukum; anak yang berperilaku nakal) Melakukan pendampingan sosial terhadap ABH yang sedang menjalani proses formal dengan melibatkan Pekerja Sosial Anak, TKSA, Relawan Sosial Anak dalam melaksanakan PKS-ABH di lingkungannya. Melakukan penjangkauan kepada masyarakat untuk menemukan kasus-kasus perilaku nakal yang dialami anak-anak sebelum kasus tersebut dilaporkan kepada kepolisian. Menerima dan merespon laporan masyarakat tentang kejadian pelanggaran hukum atau perilaku kenakalan yang dilakukan anak-anak. Memotivasi dan merujuk atau memfasilitasi penyelenggaraan penyelesaian kasus melalui pendekatan peradilan restoratif melalui Komite Perlindungan dan Rehabilitasi ABH. Menyelenggarakan atau merujuk anak ABH ke program-program rehabilitasi sosial untuk menangani permasalahan psikososial yang dialami anak terutama yang berkaitan dengan upaya pengubahan perilaku nakal yang berpotensi pada pelanggaran hukum. Menyelenggarakan atau merujuk anak ke programprogram reintegrasi sosial untuk meningkatkan kesiapan anak kembali ke keluarga dan masyarakatnya Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan PKS-ABH, di tingkat lokal, termasuk kinerja seluruh jajaran LPKSABH, termasuk pendamping. Mendampingi proses pembukaan Tabungan Kesejahteraan Sosial Anak pada Bank setempat atau Lembaga Keuangan Mikro yang berbadan hukum.

95

10) Membangun jaringan kemitraan dengan berbagai pihak (LSM/Yayasan/Orsos, Dunia Usaha, Perguruan Tinggi, Aktivis Peduli Anak, dll.) 11) Melakukan advokasi sosial bersama lembaga-lembaga mitra penyelenggaraan kesejahteraan sosial anak untuk menjamin terciptanya kebijakan-kebijakan daerah yang dibutuhkan demi terselenggaranya sistem perlindungan dan rehabilitasi sosial yang lebih baik bagi ABH 12) Membuat laporan pelaksanaan PKS-ABH sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki. 13) Mendokumentasikan data dan catatan-catatan kasus ABH yang ditangani. c. Tugas pendamping 1) Melakukan tugas pemetaan dan menyiapkan data calon penerima manfaat PKS-ABH secara lengkap (by name by adress, yang meliputi: anak diindikasikan melakukan pelanggaran hukum; anak yang mengikuti proses peradilan; anak yang berstatus diversi; anak yang telah menjalani masa putusan tindakan / hukuman pidana; anak yang menjadi korban perbuatan pelanggaran hukum; anak yang berperilaku nakal) 2) Melakukan penjangkauan kepada masyarakat untuk menemukan kasus-kasus perilaku kenakalan yang dialami anak-anak sebelum kasus tersebut dilaporkan kepada kepolisian. 3) Menerima, melakukan verifikasi dan meneruskan laporan masyarakat tentang kejadian pelanggaran hukum atau perilaku kenakalan yang dilakukan anakanak kepada pimpinan LPKSABH atau penanggungjawab yang ditunjuk oleh pmpinan; untuk kemudian mendapatkan penugasan tindak lanjut terhadap laporan tersebut. 4) Meminta anak / keluarganya untuk mengisi inform consent sebagai dasar dan persetujuan penanganan kasus.

96

5) Melakukan rapid assessment mengenai kebutuhan anak yang menjadi korban maupun pelaku, termasuk usulan intervensi yang perlu diberikan kepada mereka; serta melaporkannya kepada pimpinan LPKS-ABH atau penanggungjawab yang ditunjuk lembaga untuk mendapatkan persetujuan intervensi selanjutnya. 6) Memberikan pelayanan akses pada rumah perlindungan / rumah aman bagi anak yang menjadi korban maupun pelaku jika diperlukan 7) Memberikan pelayanan emergensi jika diperlukan, termasuk merujuk anak ke pelayanan kesehatan jika diperlukan. 8) Khusus untuk anak yang menjadi korban, berikan pendampingan untuk mendapatkan visum at repertum di rumah sakit dengan surat keterangan dari kepolisian setempat, jika anak dan keluarganya sepakat untuk menempuh jalur hukum formal. 9) Melakukan homevisit kepada keluarga korban dan pelaku untuk menjelaskan tentang fungsi LPKS-ABH dan memotivasi untuk menyelesaikan kasus melalui pendekatan peradilan restoratif yang diselenggarakan oleh Komite Perlindungan dan Rehabilitasi ABH. 10) Membantu persiapan fasilitasi musyawarah keluarga untuk menyelesaikan kasus melalui pendekatan peradilan restoratif (undangan, tempat, skenario/ agenda musyawarah, mencari dan menentukan mediator, menyiapkan catatan-catatan atau dokumen yang dibutuhkan dalam mediasi dsb) 11) Membantu penyelenggaraan musyawarah keluarga, termasuk membuat notulasi musyawarah, menyiapkan berita acara dan penandatanganan kesepakatan musyawarah, dll. 12) Merujuk dan mendampingi anak ABH mengikuti program-program rehabilitasi sosial untuk menangani permasalahan psikososial yang dialami anak terutama yang berkaitan dengan upaya pengubahan perilaku kenakalan yang berpotensi pada pelanggaran hukum.

97

13) Merujuk dan mendampingi anak mengikuti programprogram reintegrasi sosial untuk meningkatkan kesiapan anak kembali ke keluarga dan masyarakatnya 14) Mengidentifikasi sumber dan potensi masyarakat untuk menindaklanjuti program rehabilitasi dan reintegrasi sosial ABH. 15) Memobilisasi partisipasi masyarakat dalam program rehabilitasi dan reintegrasi sosial ABH berbasis masyarakat, termasuk dalam melakukan monitoring perkembangan perilaku anak dan keluarganya. 16) Mengikuti kegiatan-kegiatan supervisi (administrasi, bimbingan teknis, dukungan personal) yang diselenggarakan lembaga. 17) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan kasus dan kemajuan hasil intervensi yang dilakukannya 18) Mengidentifikasi calon-calon yang memenuhi persyaratan untuk penerima bantuan tunai bersyarat. 19) Menyusun daftar calon penerima bantuan tunai bersyarat dan mengajukannya kepada LPKS-ABH. 20) Melakukan verifikasi atas daftar calon yang telah disetujui Kementerian Sosial untuk mendapatkan bantuan tunai bersyarat. 21) Mendampingi proses pembukaan Tabungan Kesejahteraan Sosial Anak pada Bank setempat atau Lembaga Keuangan Mikro yang berbadan hukum. 22) Mendampingi anak dalam pemanfaatan bantuan dan meyakinkan agar bantuan tersebut digunakan sesuai dengan peruntukannya. 23) Menyusun catatan kasus, membuat laporan perkembangan kasus dan kemajuan hasil intervensi, serta mendokumentasikannya. 24) Menyusun rencana harian individual selama satu bulan, sejalan dengan rencana LPKS-ABH dan membuat buku catatan kegiatan harian, serta menyusun laporan kegiatan bulanan

98

25) Meminta persetujuan atasan atas setiap tindakan yang akan dilakukan serta selau melaporkan proses dan hasil pelaksanaan setiap tindakan tersebut. d. Tugas Sekretariat 1) Mencatat dan mendokumentasikan data anak dan orangtua/ keluarga penerima manfaat 2) Menciptakan dan mengatur mekanisme pengajuan dan persetujuan rencana tindakan berikut biaya sebagai implikasi dari tindakan yang dilakukan para pelaksana program 3) Mendokumentasikan catatan mengenai tindakan yang diberikan kepada serta laporan perkembangan atau kemajuan penerima manfaat, termasuk bukti persetujuan lembaga atas tindakan-tindakan yang dilakukan tersebut. 4) Memfasilitasi dan mendokumentasikan bukti komunikasi dan surat-menyurat 5) Mendokumentasikan semua transaksi keuangan 6) Membuat laporan tertulis mengenai pemasukan dan pengeluaran keuangan per bulan, pemanfataan bantuan dan laporan pelayanan per semester yang ditujukan kepada Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak c.q. Sub Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak Berhadapan Dengan Hukum (ABH)

D. PKS ANAK DENGAN KECACATAN 1. Komponen Program PKS ADK dirancang sebagai upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan kesejahteraan sosial anak dengan kecacatan, meliputi 4 komponen program sebagai berikut:

99

No 1.

PROGRAM Pemenuhan kebutuhan dasar bagi ADK berdasarkan hasil asesmen pekerja social kepada setiap ADK

KEGIATAN Penambahan nutrisi/makanan bergizi Pemenuhan Alat Bantu kecacatan untuk anak sesuai dengan jenis kecacatan, seperti kursi roda, kruk, treepot prothesa, orthesa, tongkat putih, reglet, kacamata, hearing aid, dll Pemenuhan alat tidur anak (bagi anak dengan kecacatan dengan kondisi cacat berat) Pemenuhan kelengkapan identitas diri anak (akte kelahiran dan KTP bagi anak yang berusia 17 tahun)

2.

Aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar

a. Rujukan pemeriksaan kesehatan b. Rujukan ke pusat layanan rehabiltasi social c. Rujukan keada layananan perawatan khusus seperti fisioterapi, terapi wicara, terapi okupasi , terapi perilaku d. Rujukan pendidikan dan pelatihan bagi ADK sesuai dengan hasil asesmen e. Aksesibilitas lingkungan bagi ADK dengan memperhatikan keamanan ADK melalui sarana mobilitas dengan menggunakan potensi lokal, contohnya pemanfaatan bambu untuk pembuatan kursi roda, selasar, sanitasi bagi ADK f. Aksesibilitas terhadap informasi tentang layanan-layanan yang dapat di akses oleh ADK g. Orientasi mobilitas untuk cacat netra h. Pelatihan bahasa isyarat dan Speech terapi i. Aksesibilitas kecacatan : informasi, komunikasi, lingkungan ramah anak cacat , orientasi mobilitas Melibatkan ADK dalam berbagai kegiatan anak sesuai dengan minat, bakat dan potensi berdasarkan hasil asesmen Pelatihan ketrampilan pengasuhan/perawatan (parenting skill) bagi ADK Pelatihan Pelatihan aktivitas sehari-hari ( Activity Daily Living - ADL) untuk ADK Pembentukan Persatuan/Organisasi Orangtua/Keluarga ADK (Forum Komunikasi

Pengembangan Potensi dan Kreativitas ADK Penguatan tanggung jawab orang tua/ keluarga

100

Keluarga Anak Dengan Kecacatan FKKADK, Ikatan Keluarga Anak Dengan KecacatanIKADK) 4 Penguatan peran kelembagaan kesejahteraan sosial anak. Pengembangan jangkauan pelayanan pada sasaran ADK dari keluarga miskin termasuk di wilayah pedesaan yang belu tersentuh oleh pelayanan Penguatan kapasitas pelayanan professional terhadap pelayanan ADK Peningkatan Pelayanan ADK Berbasis Keluarga dan Masyarakat Penempatan tenaga professional dalam penanganan ADK di lembaga

2. Persyaratan dan Kewajiban Adapun persyaratan dan kewajiban penerima bantuan dari sasaran program yang kemudian di terjemahkan dalam bentuk kegiatan serta bentuk penggunaan bantuan dan hasil yang diharapkan dari keberlangsungan program tersebut yang disusun dalam matriks sebagai berikut :
NO. SASARAN KEGIATAN PERSYARATAN/ PENGGUNAAN BANTUAN Pembelian susu, kacang ijo, telur dll KEWAJIBAN

1.

ADK

Penambahan nutrisi/makanan bergizi

Pemenuhan Alat Pembelian/pengadaa Bantu kecacatan n alat bantu untuk anak sesuai kecacatan dengan jenis kecacatan, seperti kursi roda, kruk, treepot prothesa, orthesa, tongkat putih, reglet, kacamata, hearing aid, dll Pemenuhan alat tidur anak (bagi Pembelian tempat tidur,kasur, bantal

Berubahnya pola makan ADK menuju sehat Anak tidak sering sakit Bertambahny a berat dan tinggi badan anak Anak memiliki dan menggunaka n alat bantu sesuai dengan jenis kecacatan

101

anak dengan kecacatan dengan kondisi cacat berat) Pemenuhan kebutuhan sekolah bagi ADK

guling, selimut, sprei, perlak. Pembelian pakaian seragam, buku, dan peralatan sekolah lainnya Anak memiliki alat tidur .

Instruktur OM ADK Orientasi Mobilitas Pelatihan aktivitas sehari-hari ( Activity Daily Living - ADL) untuk ADK Instruktur ADL ADK

Anak memiliki pakaian seragam minimal 2 setel Anak memiliki buku dan peralatan sekolah Anak dapat mengenal lingkungan aktivitasnya Anak mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain (makan, berpakaian, mandi,BAB, bantu diri) Anak memiliki akte kelahiran Anak tercantum dalam KK ADK yang berusia 17 th memiliki KTP

Pengurusan hak sipil Anak

Pembuatan akte kelahiran Biaya pembuatan KTP bagi adk yang sudah berusia 17 th

2.

ADK

1. Rujukan pemeriksaan kesehatan

Tersedia Transport Pulang Pergi ke RS, Puskesmas, pengurusan Gakin/Jamkesmas . Biaya

Anak memeriksa kesehatan yang berhubungan dengan kecacatan

102

2. Rujukan ke pusat layanan rehabiltasi social ADK

pemeriksaan kesehatan Pembelian Obat Transport ke pusat layanan Biaya operasional rehabilitasi ADK Biaya transport dan terapi

minimal satu kali dalam sebulan

3. Rujukan perawatan khusus seperti fisioterapi, terapi wicara, terapi okupasi , terapi perilaku 4. Rujukan pendidikan dan pelatihan bagi ADK sesuai dengan hasil asesmen

Anak menerima rehabilitasi di pusat layanan sesuai dengan rujukan Anak menerima terapi sesuai dengan rujukan

Tambahan biaya transpotasi ke sekolah atau ke tempat latihan

5. Aksesibilitas lingkungan bagi ADK dengan memperhatikan keamanan ADK melalui penyediaan sarana mobilitas dengan menggunakan potensi local, contohnya pemanfaatan bambu untuk pembuatan kursi roda, selasar, sanitasi bagi ADK

Biaya modifikasi alat pembuatan sarana mobilitas ADK.

Anak pergi ke sekolah bagi ADK yang memungkink an Anak mengikuti pelatihan (prevokasion al, vokasional, seni dan olah raga) sesuai rujukan Anak memiliki sarana mobilitas untuk aktivitas di lingkungan yang aksesibel dengan kecacatannya .

6. Aksesibilitas terhadap informasi dan komunikasi tentang layananlayanan yang dapat di akses

Biaya pembelian buku tentang perawatan ADK

103

oleh ADK.

Transport dan snack

7. Pelatihan bahasa isyarat bagi ADK rungu

Anak memiliki informasi tentang kecacatan dan jenis layananlayanan kecacatan

ADK rungu wicara dapat menggunakan bahasa isyarat 3 Pengemb angan potensi dan kreatifitas ADK - Melibatkan ADK dalam berbagai kegiatan anak sesuai dengan minat, bakat dan potensi berdasarkan hasil asesmen - Melibatkan ADK dalam pelatihan kemandirian ADK - Biaya menjadi anggota - Transportasi - Biaya transportasi, tenaga ahli, perlengkapan kegiatan ADK menjadi anggota salah satu lembaga / organisasi seni, olahraga sesuai dengan minat ADK ADK mempunyai keterampilan yang produktif Penambaha n skill sesuai minat dan bakat

orang tua/ keluarga

1. Pelatihan keterampilan pengasuhan/pera watan (parenting skill) : deteksi dini, perawatan

Transport dan snack

Orangtua memahami hak ADK sehingga tidak menyembuny

104

ADK di rumah, aktivitas seharihari ( Activity Daily Living ADL) untuk ADK

ikan ADK, tidak mendiskrimin asi, tidak melakukan kekerasan fisik dan ekonomi. Orangtua/kel uarga melakukan perawatan ADK dengan trampil. Orangtua dapat mendeteksi kecacatan secara dini.

2. Pembentukan Persatuan/Organi sasi Orangtua/Keluarg a ADK (Forum Komunikasi Keluarga Anak Dengan Kecacatan FKKADK, Ikatan Keluarga Anak Dengan Kecacatan CacatIKADK)

Fasilitasi pertemuan

Orangtua melakukan intervensi dini bagi ADK. Orangtua mampu melatih ADL anak Orangtua menjadi anggota persatuan/Org anisasi Orangtua/Kelu arga ADK

Orangtua berpartisipasi dalam kegiatan ADK dan ADK mendapatkan hak integrasi sosial

105

Lembaga kesejahte raan sosial anak.

Penguatan kapasitas pelayanan professional terhadap pelayanan ADK

Lembaga memiliki program peningkatan pelayanan profesional (SDM, dana, fasilitas pelayanan

Pengembangan jangkauan pelayanan pada sasaran ADK ke keluarga miskin termasuk di wilayah pedesaan yang belum tersentuh oleh pelayanan Peningkatan Pelayanan ADK Berbasis Keluarga dan Masyarakat

Lembaga melakukan pendataan, penjangkauan ADK di keluarga miskin maupun di pedesaan.

Lembaga melakukan perlindungan terhadap hak ADK Lembaga memiliki tenaga professional pelayanan (pekerja social) Lembaga memiliki dana pelayanan Lembaga memiliki fasilitas pelayanan Lembaga memiliki daftar lembaga rujukan pelayanan

Lembaga memiliki program pelayanan berbasis keluarga dan masyarakat

LKS ADK mempunyai data ADK di wilayah kerja dan wilayah pengemban gan

Peningkatan jaringan kerja

Lembaga memiliki mitra kerja dengan pendamping, profesional perawatan khusus ADK, lembaga donor

Keluarga dan masyarakat melakukan pelayanan untuk ADK

Lembaga menjadi mitra kerja Kementerian

106

Sosial, Dinas Sosial di daerah dalam pelayanan ADK Lembaga Kesejahtera an social ADK bermitra organisasi lainnya yang bergerak dalam pelayanan ADK

3. Indikator keberhasilan Program Indikator pencapaian khusus untuk program kesejahteraan sosial bagi anak dengan kecacatan ini adalah sebagai berikut: a. Anak dengan Kecacatan mempunyai kondisi 1) Terpenuhi hak dasar meliputi nutrisi, alat bantu kecacatan, perawatan khusus, perawatan kesehatan, kebutuhan pendidikan dan pelatihan, OM dan ADL; 2) Tidak disembunyikan oleh orangtuanya, tidak dieksploitasi, tidak didiskriminasi. 3) Terlibat, tampil dan berperan dalam kegiatan olah raga, seni dan akademik sesuai dengan minat dan bakatnya. 4) Memiliki prestasi dalam bidang akdemik, olah raga dan seni 5) Akses terhadap terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, dan rehabilitasi sosial sosial dasar; informasi, komunikasi dan teknologi b. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan orangtua/ keluarga ADK dalam pengasuhan dan perawatan ADK, mendeteksi kecacatan secara dini, melakukan intervensi dini bagi ADK, dan melatih ADL anak.

107

1) Semakin banyaknya orangtua/keluarga yang menjadi anggota persatuan/Organisasi Orangtua/Keluarga ADK 2) Meningkatnya kepedulian dan peranserta masyarakat secara aktif dalam perlindungan dan pelayanan terhadap anak dengan kecacatan. 3) Pemerintah daerah semakin peduli dan berkontribusi pada program PKSADK dengan mengalokasikan dana untuk pengembangan dan keberlanjutan program dimasa mendatang. 4) Intitusi/lembaga pelayanan sosial dasar dapat lebih memahami permasalahan ADK sehingga dapat mendukung pelayanan dan memberikan perlakukan yang tepat sesuai dengan karakteristik anak cacat. 5) Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dengan Kecacatan yang terlibat mampu berkontribusi di dalam pelaksanaan program baik sumber daya anggaran, sarana prasarana, SDM dan komitmen keberlanjutan program PKSA. 4. Pendampingan Sosial Pendampingan PKSADK adalah rangkaian kegiatan kemitraan yang interaktif antara pendamping (Peksos/Sakti Peksos) dan anak dengan kecacatan serta keluarganya untuk mengembangkan potensi dan tumbuh-kembang anak dengan kecacatan, serta terjangkaunya pelayanan sosial dasar oleh anak dengan kecacatan, sehingga mereka tidak tergantung terhadap orang lain dan dapat menjalankan fungsi sosialnya. Tujuan pendampingan PKSADK a. Tersedianya informasi yang akurat tentang kondisi objektif ADK yang diperlukan dalam mengembangkan anak dengan kecacatan dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

108

b. Terwujudnya kondisi sosial yang menunjang anak dengan kecacatan dan keluarganya dapat tumbuh kembang sebagaimana anak-anak pada umumnya c. Terwujudnya pemberian pelayanan terhadap anak dengan kecacatan yang memerlukan perlindungan agar mereka terpenuhi hak dasarnya untuk mendapatkan perawatan khusus, pelayanan kesehatan dan melanjutkan pendidikan ke lembaga pendidikan formal dan/atau nonformal maupun informal sehingga anak dengan kecacatan tidak tergantung terhadap orang lain dan dapat melaksanakan fungsinya. d. Fungsi pendamping PKSADK berkaitan dengan operasional, koordinasi, dan administrasi dalam pelaksanaan PKSADK 1) Fungsi Operasional, yaitu : Pendamping PKSADK melaksanakan berbagai kegiatan yang dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai kegiatan supervisi, monitoring, evaluasi, dan pelaporan. Tugas-tugas yang dilakukan antara lain: a) Identifikasi anak dengan kecacatan (by name by adress) yang membutuhkan pelayanan dan rehabilitasi sosial, dan perlindungan khusus dari keluarga yang tidak terdata sebagai RumahTangga Sangat Miskin (RTSM) yang belum mendapatkan program pelayanan. b) Melakukan penjangkauan terhadap ADK dan keluarganya untuk memastikan kesesuaian dengan kriteria penerima manfaat PKSADK. Apabila tidak sesuai dengan kriteria, pendamping dapat melaporkan dan mengajukan penggantinya kepada LKSADK untuk selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Sosial setempat dan Kementrian Sosial.. c) Membangun kepercayaan dan pendekatan awal kepada anak dengan kecacatan dan keluarganya sebagai penerima manfaat d) Melakukan asesmen terkait dengan kebutuhan, masalah dan potensi anak dengan kecacatan

109

e) Merencanakan intervensi dan melaksanakan pelayanan sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan penerima manfaat yang disepakati oleh anak dan keluarganya. f) Mendampingi orangtua/keluarga membuka rekening pada bank yang ditunjuk. g) Mendampingi keluarga dalam pencairan uang h) Memonitor pemanfaatan bantuan sesuai dengan peruntukkannya berdasarkan hasil asesmen dan rencana intervensi yang telah dilakukan. i) Memberikan motivasi kepada anak dengan kecacatan dan keluarganya serta memberikan bimbingan psikososial pada anak dengan kecacatan j) Memberikan pelayanan pendidikan dan perawatan khusus yang dibutuhkan anak dan keluarganya. k) Melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan advokasi sosial dan perlindungan anak dengan kecacatan l) Melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan peningkatan akses pemanfaatan sumber pelayanan sosial bagi anak dengan kecacatan, seperti pelayanan rehabilitasi sosial, rehabilitasi medik, pelayanan kesehatan atau pelayanan pendidikan m) Memfasilitasi pertemuan rutin keluarga ADK untuk rangka penguatan keluarga ADK n) Bekerja sama dengan LKSADK dalam proses pelayanan terhadap ADK dan keluarganya o) Mengevaluasi pelayanan, melaporkan hasil dan menindaklanjuti hasil evaluasi. 2) Fungsi Koordinasi Pendamping melakukan berbagai upaya untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka pemanfaatan dan pendayagunaan potensi dan sumber yang dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan PKSADK. Tugas-tugas yang dapat dilakukan adalah: (a).Melakukan koordinasi dengan lembaga rujukan, instansi terkait. (b).Membangun jaringan pelayanan dengan berbagai pihak, diantaranya RT, RW, dan Kelurahan/Desa,

110

serta lembaga di luar lingkungan anak dengan kecacatan dan keluarga berdomisili. (c). Melaksanakan tugas untuk menyampaikan informasi kepada warga atau keluarga anak dengan kecacatan guna menjangkau fasilitas umum dan pelayanan sosial dasar yang berada di luar lingkungan mereka, serta memberi penjelasan prosedurnya. (d).Membantu LPKSA dalam penyediaan layanan berkualitas bagi anak dengan kecacatan yang membutuhkan rehabilitas sosial dan perlindungan khusus. (e).Membantu para pemangku kepentingan perlindungan dan kesejahteraan sosial anak dalam memberikan layanan kepada anak dengan kecacatan yang membutuhkan pelayanan dan rehabilitasi sosial, serta perlindungan khusus.

3) Fungsi Administrasi Pendamping PKSADK melakukan pekerjaan yang terkait dengan pengelolaan administrasi selama proses pendampingan. Tugas-tugas yang dilaksanakan adalah: (a).Melakukan pencatatan dan pendataan untuk mengidentifikasi masalah, kebutuhan dan kondisi objektif yang dialami anak dengan kecacatan. (b).Menyusun rencana kegiatan pendampingan yang akan dilaksanakan selama waktu pendampingan. (c). Melakukan pencatatan proses pelayanan dan perawatan khusus bagi anak dengan kecacatan sebagai penerima manfaat. (d). Menyusun laporan tentang penanganan kasus, perkembangan anak dengan kecacatan sebagai penerima manfaat. (e).Melaksanakan evaluasi terhadap berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam pendampingan PKS-ADK.

111

(f). Menyusun laporan seluruh kegiatan pendampingan terhadap anak dengan kecacatan dan menyampaikan laporan tersebut kepada Dinas Sosial Provinsi, Kab/Kota dan Kemensos setiap 3 (tiga) bulan dan 1 (satu) tahun serta mengarsipkannya sebagai dokumentasi kegiatan.

E. PKS ANAK YANG MEMBUTUHKAN PERLINDUNGAN KHUSUS 1. Komponen rogram PKS-AMPK dirancang sebagai upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak yang membutuhkan perlindungan khusus, yang meliputi : a. Dukungan layanan perlindungan serta akses ke layanan rehabilitatif dan reintegrasi bagi anak yang membutuhkannya, diberikan untuk mendukung proses penyelamatan; pemulihan fisik, psikis, dan sosial sebagai persiapan reintegrasi anak dengan keluarga. b. layanan bantuan/dukungan pemenuhan kebutuhan dasar bagi anak selama proses pemulihan dan reintegrasi, yang meliputi: 1) Layanan kesejahteraan sosial berupa bimbingan psikososial dan motivasi membangun minat untuk mengikuti sistem pendidikan. 2) Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pemenuhan akan makanan bergizi/ nutrisi dan penyediaan alat-alat sekolah. 3) Layanan pendidikan berupa bridging course dan remedial. Selain itu pelayanan kesejahteraan sosial PKS-AMPK juga diberikan dalam bentuk tambahan:

112

c. penguatan kemampuan orang tua/keluarga dalam menjalankan kewajibannya melindungi dan mengasuh anak d. penguatan peran lembaga kesejahteraan sosial anak

2. Persyaratan dan kewajiban Matriks pada halaman berikut ini menggambarkan Aspek: a. Jenis Layanan, b. Persyaratan Penerima Manfaat, dan c. Penggunaan Bantuan Untuk setiap kategori anak yang membutuhkan perlindungan khusus, yang terdiri dari: a. Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang b. Korban Eksploitasi Seksual c. Korban Eksploitasi Ekonomi d. Korban Penyalahgunaan NAPZA e. Terinfeksi atau Terdampak HIV/AIDS f. Anak dalam Situasi Darurat Bencana g. Anak dalam Kelompok Minoritas dan Komunitas Adat Terasing

a. Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang


Karakteristik / milestone Rehabilitasi Layanan/ Dukungan Pemeriksaan Medis Conditionality menyetujui untuk menjalani pemeriksaan medis sesuai SOP menyetujui untuk menjalani pemeriksaan psikologis sesuai SOP telah menjalani pemeriksaan medis Penggunaan Bantuan Transportasi & akomodasi Transportasi

Pemeriksaan Psikologis Layanan pemulihan medis (IMS)

Transportasi

113

Layanan pemulihan trauma Reorientasi dan penguatan kompetensi sosial

telah menjalani pemeriksaan psikologis menyetujui untuk kembali ke keluarga atau pengasuhan alternatif setelah menjalani layanan pemulihan

Transportasi

- Bantuan pelatihan keterampilan sosial (seperti komunikasi asertif, orientasi masa depan, dll)

Reintegrasi: Akses

Penelusuran & penyiapan keluarga

Anak menyetujui untuk kembali ke keluarga atau pengasuhan alternatif setelah menjalani layanan pemulihan

Reunifikasi dengan keluarga atau pengasuhan alternative

keluarga menyetujui untuk menerima anak dan dinilai mampu melindungi dan mengasuh anak anak menyetujui untuk kembali ke keluarga atau ditempatkan dalam pengasuhan alternatif sesuai rekomendasi hasil penelusuran anak (6-18 tahun) terdaftar dan hadir minimum 85% dalam mengikuti layanan pendidikan (formal atau non-formal)

- Transportasi & akomodasi selama penelusuran keluarga - Biaya komunikasi telepon

Dukungan pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi kesehatan, dan (akses) pendidikan

Reintegrasi: Perlindungan, Membutuhkan layanan pemulihan

Bantuan hukum

Layanan lanjutan kesehatan & psikis

Anak mengikuti proses hukum terkait kasusnya sampai selesai Anak mengikuti proses layanan medis lanjutan

- Transportasi akses pendidikan & kesehatan - Pengadaan peralatan sekolah/ pendidikan formal - Biaya kesertaan di pendidikan lanjutan atau nonformal & keterampilan Transportasi

Transportasi

114

lanjutan

Anak mengikuti proses layanan pemulihan trauma lanjutan

Transportasi

b. Anak korban Eksploitasi Seksual


Karakteristik / milestone Rehabilitasi Layanan/ dukungan Pemeriksaan Medis Conditionality menyetujui untuk menjalani pemeriksaan medis sesuai SOP menyetujui untuk menjalani pemeriksaan psikologis sesuai SOP telah menjalani pemeriksaan medis telah menjalani pemeriksaan psikologis menyetujui untuk kembali ke keluarga atau pengasuhan alternatif setelah menjalani layanan pemulihan Penggunaan Bantuan Transportasi & akomodasi Transportasi

Pemeriksaan Psikologis Layanan pemulihan medis (IMS) Layanan pemulihan trauma Reorientasi dan penguatan kompetensi sosial

Transportasi

Transportasi

Reintegrasi: Akses

Penelusuran & penyiapan keluarga

Menyetujui untuk kembali ke keluarga atau pengasuhan alternatif setelah menjalani layanan pemulihan

Reunifikasi dengan keluarga atau pengasuhan alternatif

Keluarga menyetujui untuk menerima anak dan dinilai mampu melindungi dan mengasuh anak

- Bantuan pelatihan keterampilan sosial (seperti komunikasi asertif, orientasi masa depan, dll) - Transportasi & akomodasi selama penelusuran keluarga - Biaya komunikasi telepon - Transportasi & akomodasi selama penelusuran keluarga

115

Anak menyetujui untuk kembali ke keluarga atau ditempatkan dalam pengasuhan alternatif sesuai rekomendasi hasil penelusuran

- Biaya komunikasi telepon - Bantuan modal usaha untuk keluarga

Dukungan pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi kesehatan, dan (akses) pendidikan

anak (6-18 tahun) terdaftar dan hadir minimum 85% dalam mengikuti layanan pendidikan (formal atau non-formal)

Reintegrasi: Perlindungan, Membutuhkan layanan pemulihan lanjutan

Bantuan hukum

Layanan lanjutan kesehatan & psikis

Anak mengikuti proses hukum terkait kasusnya sampai selesai Anak mengikuti proses layanan medis lanjutan Anak mengikuti proses layanan pemulihan trauma lanjutan

- Transportasi akses pendidikan & kesehatan - Pengadaan peralatan sekolah/ pendidikan formal - Biaya kesertaan di pendidikan lanjutan atau nonformal & keterampilan Transportasi

Transportasi Transportasi

c. Anak korban eksploitasi ekonomi (pekerja anak)


Karakteristik / milestone Rehabilitasi Layanan/ dukungan Akses Pemeriksaan Medis Pemeriksaan Psikologis Layanan pemulihan medis Layanan pemulihan trauma Conditionality menyetujui untuk menjalani pemeriksaan medis sesuai SOP menyetujui untuk menjalani pemeriksaan psikologis sesuai SOP telah menjalani pemeriksaan medis telah menjalani pemeriksaan psikologis Penggunaan Bantuan Transportasi & akomodasi Transportasi

Transportasi Transportasi

116

Reorientasi dan penguatan kompetensi sosial

menyetujui untuk kembali ke keluarga atau pengasuhan alternatif setelah menjalani layanan pemulihan

Reintegrasi: Akses

Penelusuran & penyiapan keluarga

Menyetujui untuk kembali ke keluarga atau pengasuhan alternatif setelah menjalani layanan pemulihan

Reunifikasi dengan keluarga atau pengasuhan alternatif

Keluarga menyetujui untuk menerima anak dan dinilai mampu melindungi dan mengasuh anak

- Bantuan pelatihan keterampilan sosial (seperti komunikasi asertif, orientasi masa depan, dll) - Transportasi & akomodasi selama penelusuran keluarga - Biaya komunikasi telepon - Transportasi & akomodasi selama penelusuran keluarga - Biaya komunikasi telepon - Bantuan modal usaha untuk keluarga

Anak menyetujui untuk kembali ke keluarga atau ditempatkan dalam pengasuhan alternatif sesuai rekomendasi hasil penelusuran

Dukungan pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi kesehatan, dan (akses) pendidikan

anak (6-18 tahun) terdaftar dan hadir minimum 85% dalam mengikuti layanan pendidikan (formal atau non-formal)

- Transportasi akses pendidikan & kesehatan - Pengadaan peralatan sekolah/ pendidikan formal - Biaya

117

kesertaan di pendidikan lanjutan atau non-formal & keterampilan

Reintegrasi: Perlindungan Membutuhkan layanan pemulihan lanjutan

Bantuan hukum

Layanan lanjutan kesehatan & psikis

Anak mengikuti proses hukum terkait kasusnya sampai selesai Anak mengikuti proses layanan medis lanjutan Anak mengikuti proses layanan pemulihan trauma lanjutan

Transportasi

Transportasi Transportasi

d. Anak dengan HIV/AIDS


Karakteristik / milestone Pemeriksaan status Layanan/ Dukungan Rujukan VCT dan penanganan medis & psikososial ke mekanisme KPA setempat Dukungan pemenuhan kebutuhan dasar, nutrisi, meliputi kesehatan, dan (akses) pendidikan Anak (6-18 tahun) terdaftar dan hadir minimum 85% dalam mengikuti layanan pendidikan (formal atau non-formal) Anak taat mengikuti program dukungan pemeliharaan kesehatan (terapi ARV, dll) - Bantuan makanan/ nutrisi - Transportasi akses pendidikan & kesehatan - Pengadaan pakaian - Pengadaan peralatan sekolah/ pendidikan keterampilan Conditionality Penggunaan Bantuan

Terinfeksi HIV/AIDS

Terdampak HIV/AIDS (OVC)

118

Stigma dan diskriminasi

Peningkatan pemahaman keluarga dan masyarakat tentang HIV/AIDS

Penyelenggaraan sosialisasi pemahaman tentang HIV/AIDS

e. Anak korban Penyalahgunaan NAPZA


Karakteristik / milestone Rehabilitasi Layanan/ dukungan Layanan rehab Conditionality Anak bersedia menerima layanan rehabilitasi Anak (6-18 tahun) terdaftar dan hadir minimum 85% dalam mengikuti layanan pendidikan (formal atau nonformal) Anak taat mengikuti program dukungan rehabilitasi lanjutan Penggunaan Bantuan Transportasi

Reintegrasi

Dukungan pemenuhan kebutuhan dasar, nutrisi, meliputi kesehatan, dan (akses) pendidikan

Stigma dan diskriminasi, Pencegahan relaps

Peningkatan pemahaman dan kesiapan dukungan keluarga Bantuan hukum

Keluarga menerima dan bersedia mengasuh anak

- Bantuan makanan/ nutrisi - Transportasi akses pendidikan & kesehatan - Akses layanan kesehatan nonjamkesmas - Pengadaan pakaian - Pengadaan peralatan sekolah/ pendidikan keterampilan Konseling keluarga

119

f. Anak dalam Situasi Darurat akibat Bencana


Karakteristik / milestone Gangguan akses/ pemenuhan kebutuhan dasar Layanan/ dukungan Dukungan pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi pakaian, nutrisi, kesehatan, dan (akses) pendidikan Pondok Anak Ceria (save place) Anak Terpisah dan Anak Tanpa Pendamping Penelusuran & reunifikasi keluarga Conditionality anak (6-18 tahun) terdaftar dan hadir minimum 85% dalam mengikuti layanan pendidikan (formal atau nonformal) Penggunaan Bantuan - Bantuan makanan/ nutrisi - Transportasi akses pendidikan & kesehatan - Pengadaan pakaian - Pengadaan peralatan sekolah/ pendidikan keterampilan - Transportasi - Bantuan tambahan nutrisi

anak hadir & mengikuti 20 kali dalam satu bulan kegiatan program pengelola save place ada pengasuh sementara yang bertanggungjawab untuk SC/UAC

Dukungan pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi pakaian, nutrisi, kesehatan, dan (akses) pendidikan Mengalami masalah psikososial Program dukungan pemulihan psikososial

anak (6-18 tahun) terdaftar dan hadir minimum 85% dalam mengikuti layanan pendidikan (formal atau nonformal)

anak hadir & mengikuti 15 kali kegiatan psikososial terstruktur dalam satu bulan sesuai program standar Pondok Anak Ceria anak berada di lingkungan save place

- Bantuan makanan/ nutrisi - Transportasi akses pendidikan & kesehatan - Pengadaan pakaian - Pengadaan peralatan sekolah/ pendidikan keterampilan - Transportasi

Rentan menjadi korban kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, TPPO

save place untuk anak dan keluarga Penguatan kemampuan keluarga untuk melindungi anak

- pengadaan tempat aman bagi keluarga - pendidikan pengasuhan

120

g. Anak dari Kelompok Minoritas dan Komunitas Adat Terpencil


Karakteristik / milestone Akses Kebutuhan Dasar Layanan/ dukungan Dukungan pemenuhan kebutuhan dasar, nutrisi, meliputi kesehatan, dan (akses) pendidikan Conditionality Anak (6-18 tahun) terdaftar dan hadir minimum 85% dalam mengikuti layanan pendidikan (formal atau non-formal) Penggunaan Bantuan - Bantuan makanan/ nutrisi - Transportasi akses pendidikan & kesehatan - Akses layanan kesehatan non-jamkesmas - Pengadaan pakaian - Pengadaan peralatan sekolah/ pendidikan keterampilan

3. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Unit Pengelola PKS-AMPK terdiri dari Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA), Lembaga Perlindungan Anak (LPA) atau lembaga perlindungan anak yang sejenis a. Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) adalah lembaga yang menyelenggarakan layanan perlindungan sementara kepada anak yang membutuhkan perlindungan khusus dalam bentuk: 1) Temporary Shelter, yaitu unit pelayanan perlindungan pertama yang bersifat responsif dan segera bagi anak yang mengalami tindak kekerasan dan perlakuan salah, atau yang memerlukan perlindungan khusus. 2) Protection Home, yaitu unit pelayanan perlindungan lanjutan dari Temporary Shelter yang berfungsi memberikan perlindungan, pemulihan, rehabilitasi, dan reintegrasi bagi anak yang memerlukan perlindungan khusus sehingga anak dapat tumbuh kembang secara wajar.

121

RPSA pada intinya memang dirancang untuk merespon masalah-masalah perlindungan anak, yaitu anak yang menjadi korban tindak kekerasan dan eksploitasi, termasuk anak-anak yang menjadi sasaran utama PKSAMPK ini. (Lihat manual SOP RPSA). b. Lembaga Perlindungan Anak (LPA) LPA adalah lembaga kemasyarakatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, yang umumnya memiliki hubungan semi-formal dengan pemerintah daerah, yang pemfungsiannya terutama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak anak dan isu-isu perlindungan anak, advokasi kebijakan perlindungan anak, pemantauan pelaksanaan hak-hak anak, pendampingan anak-anak, dan juga bekerja untuk mengembangkan sistem rujukan bagi anak-anak korban kekerasan, eksploitasi.

122

BAB IV MEKANISME PENGADUAN MASYARAKAT DAN PENGEMBANGAN PROGRAM


A. Mekanisme Pengaduan Masyarakat Pengaduan masyarakat dimaksudkan sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam mengawasi pelaksanaan PKSA. Pengaduan masyarakat dilakukan dalam bentuk mekanisme penyampaian laporan oleh anggota masyarakat atas: 1. Segala bentuk tindakan atau keputusan yang dilakukan oleh unsur pelaksana PKSA yang dinilai sebagai penyimpangan atau ketidaksesuaian cara pelaksanaan salah satu tahap layanan PKSA 2. Kerugian, material maupun non-material, yang dialami salah satu fihak akibat dilakukannya atau tidak dilakukannya suatu tindakan tertentu oleh unsur pelaksana PKSA 3. Gagasan atau usulan perbaikan kualitas pelaksanaan PKSA Mekanisme: 1. Melalui jalur pelaksana : a. Pengaduan disampaikan oleh anggota masyarakat langsung secara lisan maupun tertulis kepada pelaksana program PKSA di setiap daerah, yaitu petugas pendamping (SAKTI PEKSOS PKSA) dan LKSA setempat. b. LKSA bertanggungjawab mencatat setiap pengaduan ke dalam form pengaduan masyarakat dan menindaklanjutinya sesuai dengan kewenangannya atau meneruskan laporan dan penanganan kepada pihak lain, yaitu Dinas Sosial setempat atau Sekretariat PKSA di Kementerian Sosial RI sesuai dengan porsi permasalahan yang disampaikan.

123

2. Langsung ke penanggungjawab program a. Pengaduan disampaikan oleh anggota masyarakat melalui surat tertulis yang dikirimkan kepada: Sekretariat PKSA Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI Jl. Salemba Raya Nomor 28 Jakarta

b. Pengaduan juga dapat dilakukan melalui telepon 021310.0375 dan layanan pesan singkat ke Sekretariat PKSA dengan menggunakan nomor pengaduan 081311265641 c. Pengaduan melakui email dengan menggunakan website tentang PKSA yaitu http://pksa=kemensos.com d. Sekretariat PKSA di Kantor Kementrian Sosial bertanggungjawab mencatat setiap pengaduan ke dalam form pengaduan masyarakat dan menindaklanjutinya berkoordinasi dengan unit terkait sesuai dengan porsi permasalahan yang disampaikan.

B. Sumber dukungan Pengembangan Kemampuan LKSA 1. Pengembangan Kemampuan Teknis LKSA Pengembangan kemampuan teknis lembaga adalah upayaupaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan personil LKSA dalam menyelenggarakan setiap tahapan pelayanan PKSA. Upaya tersebut meliputi antara lain: a. Penyelenggaraan pelatihan atau keikutsertaan dalam pelatihan pengembangan SDM bagi pengurus LKSA dan Sakti Peksos, dalam bidang: Manajemen Kasus, Layanan Perlindungan Anak, Kerjasama dan Manajemen Konflik, Kepemimpinan, Komunikasi, dll. b. Konsultansi dengan akademisi dan praktisi layanan kesejahteraan sosial, khususnya bidang perlindungan

124

anak dalam mengembangkan model operasi pelayanan yang efektif dan efisien. c. Peningkatan, termasuk membangun forum koordinasi dan berbagi pengalaman/sumber daya dengan LKSA-LKSA lain 2. Pengembangan Sumber Pendanaan LKSA dapat melakukan upaya mandiri untuk mencari sumber pendanaan pelayanan PKSA selain dari Kementrian Sosial untuk tujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanannya kepada anak-anak dan keluarga penerima manfaat PKSA. Berikut ini contoh beberapa hal yang dapat dilakukan LKSA: a. Pembuatan dan pengajuan proposal pencarian dana kepada lembaga-lembaga sosial, nasional maupun internasional b. Pembuatan dan pengajuan proposal pencarian dana kepada lembaga-lembaga usaha yang memiliki kepedulian sosial, termasuk upaya pemanfaatan kewajiban penyisihan dana untuk CSR (Corporate Social Responsibilities) c. Pembuatan dan pengajuan proposal pencarian dana dari sumber Anggaran Pendapatan & Belanja Daerah (APBD) d. Penggalangan dana masyarakat

C. Pengembangan Jaringan Lembaga Pendukung Untuk tujuan penyelenggaraan pelayanan kepada anak dan keluarga secara komprehensif dan berkelanjutan, sangat disarankan LKSA bersama Sakti Peksos membangun kerjasama dengan pihak-pihak lain seluas-luasnya di wilayah kerjanya. Membangun Jaringan Pendukung Pelaksanaan PKSA: 1. Identifikasi, perkuat dan manfaatkan potensi dukungan dari jaringan kerja yang telah dimiliki LKSA sebagai titik awal pengembangan pelayanan.

125

Sebagian besar lembaga dalam jaringan kerja LKSA umumnya memiliki kepentingan yang sama dengan pencapaian tujuan PKSA, yaitu dukungan bagi kesejahteraan anak. Oleh karena itu, LKSA bersama dengan Sakti Peksos hendaknya memberikan penjelasan mengenai PKSA kepada setiap lembaga dalam jaringan tersebut dan memastikan mereka dapat memberikan dukungannya. 2. Perluasan jaringan pendukung. LKSA bersama dengan Sakti Peksos perlu mengembangkan jaringan pendukung di luar jaringan kerja yang telah dimiliki LKSA sebelumnya. Perluasan jaringan melalui pencarian dan penambahan kerjasama dengan lembaga-lembaga penyedia layanan perlu dilakukan dari 2 (dua) aspek: a. Lembaga dengan jenis layanan tertentu, dengan pertimbangan ada area tertentu kebutuhan anak (misal: pendidikan, kesehatan, psikologis, dll) yang belum dapat terlayani oleh lembaga-lembaga yang ada dalam jaringan saat ini b. Lembaga pelayanan yang lebih tersebar di luar wilayah domisili LKSA (kabupaten/kota/kecamatan), untuk memudahkan anak dan keluarga yang tinggal di wilayah yang jauh dari jangkauan pelayanan lembaga yang ada dalam jaringan saat ini. Untuk hal ini, LKSA dan Sakti Peksos sebaiknya mengidentifikasi dan menjalin hubungan dengan jaringan pelayanan yang mungkin telah ada di tingkat kabupaten/Kota, seperti P2TP2A, PPT, Gugus Tugas PTPPO, dll. (Dalam Pedoman Manajemen Kasus dapat diambil Bab Pengembangan Jaringan) D. Supervisi (terhadap klien, peksos, dan lembaga) Supervisi dalam PKSA dilakukan untuk: 1. memastikan bahwa setiap standar proses, administratif, dan pencapaian PKSA dipenuhi dengan cara yang berkualitas

126

2. meningkatkan dan memelihara kemampuan dan motivasi kerja pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PKSA Pelaksanaan Supervisi: 1. Kegiatan Supervisi dilakukan dalam bentuk: a. respon terhadap pelaporan dan b. kunjungan atau pertemuan langsung. 2. Kegiatan supervisi melibatkan interaksi yang bersifat dialogis antara pelaksana supervisi dengan pihak yang disupervisi, sehingga permasalahan yang mungkin ada dapat dieksplorasi dengan lebih jelas dan solusi perbaikan dapat difahami dan diterima bersama. 3. Sakti Peksos melakukan supervisi berkala dan insidental sesuai kebutuhan terhadap penerima manfaat (anak dan keluarga) khususnya untuk memastikan kesesuaian penggunaan dana bantuan untuk kesejahteraan anak dan perubahan perilaku positif yang menjadi indikator pemenuhan conditionality. 4. Pimpinan LKSA melakukan supervisi berkala dan insidental atas kinerja pelayanan Sakti Peksos terhadap anak dan keluarga penerima manfaat PKSA 5. Dinas Sosial setempat melakukan supervisi berkala terhadap kinerja LKSA dalam melaksanakan pelayanan sosial terhadap anak melalui PKSA di wilayah kerjanya. 6. Kementrian Sosial melakukan supervisi berkala terhadap kinerja LKSA dan Sakti Peksos, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Tim technical Assistance PKSA

127

E. Papan Nama PKSA LKSA agar membuat papan nama yang dipasang di wilayah kerjanya. Contoh :

Logo LKSA UNIT PENGELOLA PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK

PKSA
Nama Lembaga Alamat, No. Telp, dll (PKSA)

128

BAB V PENUTUP
Dengan terbitnya pedoman operasional PKSA edisi 2 ini diharapkan dapat menjadi acuan, petunjuk bagi semua pihak yang berkepentingan dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan anak. PKSA Tahun 2011 masih merupakan Pilot Project nasional, sehingga dalam hal adanya ketidaksesuaian dengan kondisi di lapangan, dapat disesuaikan, dengan cacatan perubahan yang terjadi harus sepengetahuan UP-PKSA secara berjenjang. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kepada semua Unit kerja Pelayanan Sosial Anak di tingkat Pusat, Dinas Sosial Provinsi, Kabupaten/Kota, diharapkan dapat mensosialisasikan pedoman ini kepada masyarakat luas melalui berbagai cara dan media, sebagai salah satu perwujudan akuntabilitas, transparasi dan pencitraan publik dalam pengembangan program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA). Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini, akan ditindaklanjuti dengan Surat Edaran atau surat resmi Direktur Pelayanan Sosial anak Direktorat Jenderal Pelayanan Sosial Anak Departemen Sosial RI.

Jakarta, 20 Maret 2011 Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak

129

LAMPIRAN LAMPIRAN :
A. UMUM Lampiran A1 Lampiran A2 Lampiran A3 Lampiran A4 Lampiran A5 Lampiran A6 Format Proposal Surat Pernyataan Lembaga Lembar Rekomendasi Sistematika Laporan Instrumen Monitoring dan Evaluasi Sistimatika Laporan Keuangan

B. OPERASIONAL PKSA Lampiran B1 Lampiran B2 Lampiran B3 Lampiran B4 Lampiran B5 Lampiran B6 PKS-AB PKS-ANTAR & ANJAL PKS- ABH PKS-ADK PKS-AMPK - Kesepakatan Bersama Antara Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak Kemensos RI dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) - Perjanjian Kontrak Kerja Satuan Bakti Peksos Perlindungan Anak - Surat Tugas Sakti Peksos

130

Lampiran A1 : Format Proposal

FORMAT PROPOSAL PROGRAM PKSA

LEMBAR JUDUL Judul program Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak . Berisi informasi tentang : 1) Pelayanan yang diselenggarakan. 2) Karakteristik umum penerima manfaat 3) Nama, alamat, lokasi wilayah program Contoh:
PROPOSAL PROGRAM PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK DI DESA ., KECAMATAN.. KABUPATEN/KOTA..PROVINSI.

YAYASAN KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK JL. SUKAMAJU NO.4 KEC. SUKARAME KAB. SUKASARI PROV. JAWABARAT TLP. 02200000000 TAHUN 2009

131

A. LEMBAR KATA PENGANTAR

B. LEMBAR REKOMENDASI Berupa surat rekomendasi dari organisasi, instansi, lembaga yang menjadi penjamin dan menjelaskan bahwa proposal yang diajukan layak dipertimbangkan mendapat kesempatan untuk menjadi penyelenggara program PKSA.

C. ISI PROPOSAL
1. Latar Belakang 2. Permasalahan Anak 3. Dasar Hukum 4. Tujuan 5. Sasaran 6. Komponen Kegiatan 7. Pengorganisasian Kegiatan 8. Sdm Pengelola Program 9. Indikator Keberhasilan 10. Rencana Anggaran 11. Lampiran-Lampiran

a. Data sasaran/ calon penerima manfaat/ bantuan dan data pendukung lainnya b. Surat rekomendasi dari Dinas/ Instansi Sosial dan instansi terkait lainnya yang relevan dengan PKSA. c. Surat pernyataan kesanggupan dari penyelenggara program PKSA untuk melaksanakan program dengan sungguh-sungguh sesuai dengan proposal yang disetujui dan bermaterai secukupnya. d. Profil Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, yang dilengkapi dengan biodata personalia pengelola program

132

e. Fotocopy badan hukum (notaris), ijin operasional dari lembaga yang berwenang, atau surat keputusan dari Kementerian Sosial/ Dinas/ Instansi Sosial yang mengesahkan lembaga kesejahteraan sosial. f. Fotocopy rekening Bank dan NPWP atas nama lembaga (bukan nama pribadi) g. Dokumen lain yang mendukung dan menyakinkan kebenaran kegiatan.

133

Lampiran A2: Surat Pernyataan Lembaga

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya: Nama : ..

Tempat dan tanggal lahir : . Jabatan dalam lembaga Alamat rumah : .. : .. Telp ...................... Alamat lembaga : .. Telp ...................... Email : ..............................................

Sesuai dengan proposal yang diajukan, jika kami ditetapkan sebagai lembaga mitra program PKSA, sesuai dengan surat keputusan dari Kementerian Sosial, dengan ini kami menyatakan hal sebagai berikut: 1. Kami sanggup menyelenggarakan program PKSA sesuai Pedoman Umum dan Pedoman Operasional yang telah ditetapkan 2. Penerima manfaat tersebut pada butir 1 akan kami seleksi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dan diberikan layanan sosial sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang ditetapkan. 3. Data dan informasi tentang penerima manfaat akan kami lampirkan setelah melalui verifikasi dan ditetapkan sebagai penerima manfaat bantuan program dan akan kami berikan pelayanan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial dasar, dan layanan penguatan tanggung jawab orang tua/ keluarga dan dukungan program lainnya, disertai rencana kegiatan, sarana, tenaga pendamping, dan mitra kerja yang kami siapkan agar mencapai kinerja yang ditetapkan. 4. Bertanggung jawab atas keberhasilan program sebagaimana dimaksud pada butir 2 dengan melakukan pendampingan, supervisi dan monitoring kepada penerima manfaat.

134

5. Melakukan koordinasi dengan Dinas/ Instansi Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota serta perangkat masyarakat lainnya dalam menindak lanjuti keberlangsungan program. 6. Bersedia diaudit oleh pihak yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Kami bertanggung jawab sepenuhnya bila dikemudian hari sesuai dengan keputusan pengadilan, secara hukum kami terbukti melakukan penyimpangan atas penggunaan dana maupun dalam pelaksanaan program. 8. Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya penuh kesadaran dan tanggung jawab, tanpa paksaan dari pihak manapun.

Yang menyatakan,

Materai 6000

Nama Lengkap Ketua/pimpinan

135

Lampiran A3 : Lembar Rekomendasi

REKOMENDASI Nomor : ..

Berdasarkan hasi verifikasi lembaga dan dokumen proposal yang diajukan, dengan ini kami memberikan rekomendasi kepada: Nama Lembaga Penanggung jawab Alamat Lembaga : : : Tlp. .Fax. Untuk ikut serta dalam seleksi calon penyelenggara program PKSA. Apabila proposal disetujui, kami bersedia ikut membina dan memantau pelaksanaan program oleh lembaga tersebut diatas. Demikian rekomendasi ini diberikan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

,2010 Tanda tangan dan cap stempel Lembaga pemberi rekomendasi

Nama lengkap NIP.

136

Lampiran A4 : Sistematika Laporan

SISTEMATIKA PELAPORAN

Penyajian pelaporan, sekurang-kurangnya mengikuti sistematika sebagai berikut: A. Latar belakang Menyajikan uraian tentang alasan kegiatan PKSA dilaksanakan di wilayah kerja yang ditangani, uraian permasalahan anak dan pentingnya PKSA dilaksanakan. B. Tujuan Menyajikan tujuan PKSA C. Manfaat program Menguraikan manfaat yang dihasilkan baik bagi penerima manfaat (anak dan keluarga) maupun kelompok masyarakat lainnya. D. Proses pelaksanaan program Mengurai secara rinci tentang tahapan kegiatan yang dilaksanakan, hasil yang dicapai pada setiap tahapan, perkembangan sikap dan perilaku penerima manfaat (conditionality/ outcomes) dan evaluasi terhadap pencapaian kinerja program. Pada bagian ini juga disampaikan tetang keterlibatan berbagai pihak (stakeholders) yang mendukung keberhasilan program. E. Masalah yang dihadapi dan solusi yang telah dilaksanakan Menguraikan tentang berbagai masalah, tantang dan hambatan yang dihadapi selama menyelenggarakan program serta solusi yang dilakukan sehingga permasalahan tersebut dapat diatasi dan dieliminir. F. Hasil yang dicapai Menjelaskan secara rinci hasil-hasil yang dicapai dari program yang telah dilaksanakan, meliputi: 1. Penerima manfaat yang berhasil menyelesaikan program Menguraikan berapa banyak penerima manfaat diawal dan berapa banyak yang berhasil menyelesaikan program. Disini

137

diuraikan pula penyebab keberhasilan dan kegagalan yang dialami penerima manfaat 2. Penerima manfaat yang dirujuk dan mendapat layanan lanjutan. Menjelaskan berapa persen penerima manfaat yang dapat dirujuk dan dapat layanan lanjutan. Disini diuraikan pula jaringan (networking) dan lembaga mitra yang mendukung progtam PKSA. G. Kesimpulan Menyajikan simpulan-simpulan yang rasional dari keseluruhan program PKSA yang telah dilaksanakan. H. Rekomendasi Menyajikan rekomendasi berupa intervensi dan upaya pemecahan masalah untuk memperbaiki dan menjadi kontribusi dimasa mendatang. Catatan: Penjelasan maupun uraian pada setiap bagian dapat disertai dengan tabel dan grafik gambar dan foto kegiatan yang relevan, sehingga penjelasan lebih komprehensif dan dapat dipertanggung jawabkan. I. Lampiran-lampiran 1. Dokumen-dokumen kegiatan seperti; file penerima manfaat, catatan kasus, Form perkembangan penerima manfaat dan lain-lain. 2. Laporan pertanggung jawaban penggunaan dana bantuan dalam bentuk dalam bentuk kwitansi dan lampiran pendukung lainnya. 3. Soft copy laporan dalam bentuk CD/ USB

138

B. OPERASIONAL PKSA Lampiran B1 PKS-AB

Lampiran B2 Lampiran B3 Lampiran B4 Lampiran B5

PKS-ANTAR & ANJAL PKS- ABH PKS-ADK PKS-AMPK

You might also like