You are on page 1of 23

TREND DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA LANSIA REGIONAL

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Keperawatan Komunitas I Dosen : Yeria Allen F, S. Kep., Ns.

Disusun oleh : Kelompok 6

1. Holis 2. Jonli 3. John Guruh 4. Jefri Adrianus 5. Lisa Bertini 6. Liu Gundala Putra 7. Modesta 8. Mufti Maulidzar M 9. Nor Gisa 10. Novi Kristina

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEMESTER IV TAHUN AJARAN 2012/2013

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan Metode Penulisan 1 2 3 3 3 i ii

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 Fenomena lansia dalam kependudukan di Indonesia Permasalahn pada lansia Fenomena bio-psico-sosio-spiritual dan penyakit lansia Masalah kesehatan gerontik Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia Hukum dan perundang-undangan yang terkait dengan lansia Peran perawat Program pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya lansia 13 5 6 6 7 9 11 13

BAB 3 PENUTUP 3.1 3.2 Simpulan Saran 18 18

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Saat ini praktek perawat komunitas dan kebanyakan para pekerja komunitas di seluruh dunia di landasi oleh konsep kemitraan, kerjasama, pemberdayaan. Bersama pihak terkait lainnya dalam komunitasnya mereka berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mencapai sehat untuk semua. Tujuan mereka hanya dapat di capai mana kala hak asasi semua pihak, khususnya para wanita, anak-anak serta semua orang yang terpinggirkan dan lemah di tingkatkan dan di lindungi. Dengan kata lain, perawat komunitas mengarahkan upaya-upaya mereka untuk mencapai keadilan social dan kesamaan untuk semua. Untuk mencapai tujuan ini, perawat komunitas sangat memahami bahwa berbagai upaya peningkatan kesehatan seharusnya di dasarkan kepada konteks yang lebih luas. Pada aspek social ekonomi untuk masyarakat setempat, regional, maupun masalah isu global. Pada batasan suatu Negara dalam pandangan tradisional secara berangsur hilang dan pembatasan lain juga di tinggalkan, dasar keterkaitan dunia kita berserta berbagai permasalahannya dapat di lihat secara mudah dalam kerjasama internasional, regional, maupun setempat untuk memecahkan berbagai persoalan. Pada saat yang sama dunia kita cenderung mengalami ketidakstabilan politik dibandingkan dengan situasi sebelum perang dingin, yang masih relative

muda untuk mengidentifikasi mana teman dan mana musuh kita. Format baru dari nasionalisme, identitas suku, fundamentalisme agama, maupun fasisme bermunculan kembali dan mengancam harapan dunia baru yang menginginkan kedamaian dan keadilan untuk semua. Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan masyarakat untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat. Guna mewujudkan visi dan misi tersebut berbagai program kesehatan telah dikembangkan termasuk pelayanan kesehatan di rumah. Pelayanan kesehatan dirumah merupakan program yang sudah ada dan perlu dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta menyentuh kebutuhan masyarakat yakni 1 2 melalui pelayanan keperawatan Kesehatan di rumah atau Home Care. Berbagai faktor yang mendorong perkembangannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu melalui pelayanan keperawatan kesehatan di rumah. Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di rumah memerluka ijin oprasional. Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan dirumah antara lain : Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan,tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus

pembahasan dalam makalah ini yaitu. 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 Bagaimana fenomena lansia dalam kependudukan di Indonesia ? Apa permasalahan pada lansia ? Bagaimana fenomena bio-psico-sosio-spiritual dan penyakit lansia Apa masalah kesehatan gerontik yang dialami lansia ?

1.2.5 1.2.6 1.2.7 1.2.8

Apa upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia ? Apa hukum dan perundang-undangan yang terkait dengan lansia ? Bagaimana peran perawat yang terkait dengan lansia ? Apa program pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya lansia ?

3 1.3 1.3.1 Tujuan Penulisan Tujuan Umum Agar para pembaca dan mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui tentang trend dan isu keperawatan regional. 1.3.2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini sebagai berikut: Mengetahui fenomena lansia dalam kependudukan di Indonesia. Mengetahui permasalahan pada lansia. Mengetahui fenomena bio-psico-sosio-spiritual dan penyakit lansia. Mengetahui masalah kesehatan gerontik pada lansia. Mengetahui upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia. Mengetahui hukum dan perundang-undangan yang terkait dengan lansia Menhetahui peran perawat yang terkait dengan lansia. Mengetahui program pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya lansia. 1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini yaitu bagi para pembaca selain dapat memberikan tambahan pengetahuan juga agar pembaca dapat lebih memahami tentang trend dan isu keperawatan keluarga lansia regional. Selain itu, bagi mahasiswa Prodi S1 Keperawatan khususnya dapat dijadikan sebagai dasar atau pedoman dalam memberikan pembelajaran yang sesuai sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai. 1.5 Metode Penulisan Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan metode kepustakaan dan Internet. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

4 1.5.1 Studi Pustaka Pada metode ini, penulis membaca buku referensi yang berhubungan dengan penulisan makalah ini. 1.5.2 Internet Dalam metode ini penulis mencari informasi dari internet dan situs-situs yang relevan dan realistis.

BAB 2 KAJIAN TEORI


2.1 Fenomena Lansia dalam Kependudukan di Indonesia Pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2002 menjadi sebesar 11,34% (BPS,1992). Data Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan Taeuber,1993). Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050, saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2050-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk. Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya. Diperkirakan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000. Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat (GBHN, 1993). Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial, ketenaga kerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia. 5

2.2 Permasalahan Pada Lansia 1. Permasalahan Umum a) Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan. b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati. c) Lahirnya kelompok masyarakat industry. d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia. e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia. 2. Permasalahan Khusus a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental maupun sosial. b) Berkurangnya integrasi sosial lansia. c) Rendahnya produktifitas kerja lansia. d) Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat. e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik. f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia. 2.3 Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia 1. 2. 3. 1. Penurunan fisik Perubahan mental Perubahan-perubahan Psikososial Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.

Karakteristik Penyakit pada Lansia:

2. 3. 4. 5. 6.

Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan. 7 Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan. Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut. Sering terjadi penyakit iatrogenik.

Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang,Bandung,Denpasar dan Makassar) sbb: 1. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%), daya ingat (69,39%), seksual (58,04%), kelenturan(53,23%), gigi dan mulut (51,12%). 2. Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%), sakit kepala (51,15%), daya ingat menurun (38,51%), selera makan menurun (30,08%), mual/perut perih (26,66%), sulit tidur (24,88%), dan sesak nafas (21,28%). 3. Penyakit kronis : rematik (33,14%), darah tinggi (20,66%), gastritis (11,34%), dan jantung (6,45%). 2.4 Masalah Kesehatan Gerontik 1. Masalah Kehidupan Sexual Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada suami isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahuntahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan. 2. Perubahan Perilaku

Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, 8 lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah. 3. Pembatasan Fisik Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. 4. Palliative Care Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan diuretika. Diuretik berfungsi untuk mengurangi volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia. 5. Pengunaan Obat Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-macam penyakit

untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah : 1) Bingung 2) Lemah ingatan 9 3) Penglihatan berkurang 4) Tidak bisa memegang 5) Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi dan dijalankan 6. Kesehatan Mental Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan soialnya akan semakin berkurang dan dapat mengakibatkan berkurangnya intregrasi dengan lingkungannya. 2.5 Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima. 1. Azas Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia. 2. Pendekatan Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development).

2) Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons). 3) Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence) 4) Lansia turut memilih kebijakan (choice) 10 5) Memberikan perawatan di rumah (home care) 6) Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility) 7) Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging) 8) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility) 9) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity) 10) Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family care)

3. Jenis Pelayanan Kesehatan Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu: Promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan. 1) Promotif Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :
a. b.

cedera Meningkatkan keamanan di tempat kerja

Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk

a. b.

Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut

2)

Preventif
a.

Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan primer : program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan sekitar rumah, menejemen stres, menggunakan medikasi yang tepat.

b.

Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol hipertensi, 11 deteksi dan pengobatan kanker, skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.

c.

Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi, medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih bnerfungsi

3)

Rehabilitatif
a. b. c. d. e. f. g. h.

Prinsip: Pertahankan lingkungan aman Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas Pertahankan kecukupan gizi Pertahankan fungsi pernafasan Pertahankan aliran darah Pertahankan kulit Pertahankan fungsi pencernaan Pertahankan fungsi saluran perkemihaan

i. j. k.

Meningkatkan fungsi psikososial Pertahankan komunikasi Mendorong pelaksanaan tugas

2.6 Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia


a) b) c) d) e) f) g) h)

UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera 12

i) j) k)

UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera

l) m)

PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo.

UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :

a)

Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan kelembagaan. Upaya pemberdayaan Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak potensial

b) c)

d) e) f) g) h) i)

Pelayanan terhadap lansia Perlindungan social Bantuan social Koordinasi Ketentuan pidana dan sanksi administrasi Ketentuan peralihan

Beberapa undang-undang yang perlu disusun adalah :


a) b) c) d)

UU tentang Pelayanan Lansia Berkelanjutan (Continum of Care) UU tentang Tunjangan Perawatan Lansia UU tentang Penghuni Panti (Charter of Residents Right) UU tentang Pelayanan Lansia di Masyarakat (Community Option Program)

13 2.7 Peran Perawat Berkaitan dengan kode etik yang harus diperhatikan oleh perawat adalah :
a)

Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa memperhatikan suku, ras, gol, pangkat, jabatan, status social, maslah kesehatan. Menjaga rahasia klien.

b)

c)

Melindungi klien dari campur tangan pihak yang tidak kompeten, tidak etis, praktek illegal.

d) e) f)

Perawat berhak menerima jasa dari hasil konsultasi dan pekerjaannya. Perawat menjaga kompetesi keperawatan. Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya. Kompetei individu serta kualifikasi daalm memberikan konsultasi.

g)

Berpartisipasi knowledge.

aktif dalam kelanjutanyaperkembangannya body of

h) i)

Berpartipitasi aktif dalam meningkatan standar professional. Berpatisipasi dalam usaha mencegah masyarakat, dari informasi yang salah dan misinterpretasi dan menjaga integritas perawat

j)

Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatannya yang lain atau ahli dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat termasuk pada lansia.

2.8 Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Khususnya Lansia Contoh upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan masyarakatnya, diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare adalah program asuransi social federal yang dirancang untuk menyediakan perawatan kesehatan bagi lansia yang memberikan jaminan keamanan social. Medicare dibagi 2 : bagian A asuransi rumah sakit dan B asuransi medis. Semua pasien berhak atas bagian A, yang memberikan santunan terbatas untuk perawatan rumah sakit dan perawatan di rumah pasca rumah sakit dan kunjungan asuhan kesehatan yang tidak terbatas di rumah. Bagian B merupakan program sukarela dengan penambahan sedikit premi perbulan, bagian B menyantuni secara terbatas layanan 14 rawat jalan medis dan kunjungan dokter. Layanan mayor yang tidak di santuni oleh ke dua bagian tersebut termasuk asuhan keperawatan tidak terampil, asuhan

keperawatan rumah yang berkelanjutan obat-obat yang diresepkan, kaca mata dan perawatan gigi. Medical membayar sekitar biyaya kesehatan lansia (U.S Senate Committee on Aging, 1991). Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan bantuan pemerintah bersangkutan. Program ini beredar antara satu Negara dengan lainya dan hanya diperuntukan bagi orang tidak mampu. Medicaid merupakan sumber utama dana masyarakat yang memberikan asuhan keperawatan di rumah bagi lansia yang tidak mampu. Program ini menjamin semua layanan medis dasar dan layanan medis lain seperti obat-obatan, kaca mata dan perawatan gigi. Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia yang diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara professional. Tuntutan ini tentunya membangun Indonesia Sehat 2010 yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan perhatian yang selayaknya.

15

Medan, 21/3 - Posyandu Lansia. Sejumlah petugas mendata dan memeriksa kesehatan seorang lansia di Posyandu Pelangi VII Kelurahan Petisah Tengah Kota Medan, Sumut, Senin (21/3). Posyandu tersebut memberikan penyuluhan cara hidup sehat sehingga diharapkan kualitas hidup lansia dapat bertambah. 1. Lansia Telantar Dapat Tunjangan Seumur Hidup Program yang bernama Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU) ini, sebenarnya telah masuki tahun ke-5 sebagai proyek percontohan yang dilakukan di 28 provinsi dengan total lansia sebanyak 10 ribu jiwa. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2008 menyebutkan populasi lanjut usia di Indonesia sebanyak 19,5 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 1,6 juta jiwa atau 8,2 persen yang lanjut usia telantar dan dalam kondisi miskin. Program ini akan dijadikan program nasional serupa dengan bantuan langsung tunai BLT di program ini, para lansia tidak perlu repot untuk mendatangi Kantor Pos. Petugas pos akan mengantarkan langsung bantuan ke rumah lansia yang tertera stiker khusus. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial, pelaksanaan program ini masih menemui 16

kendala dan hambatan di beberapa daerah. Di Jawa Barat, misalnya, program masih ini terkendala urusan koordinasi, monitoring, dan evaluasi. Di Banten, kualitas fasilitator program yang belum sepenuhnya mengerti tugas pokok dan fungsinya, menjadi masalah tersendiri. Sementara, di ibu kota Jakarta, permasalahan intinya terletak pada pencairan dana JSLU. Di antaranya, dengan membenahi pola perekrutan lansia terlantar, sehingga lansia yang menerima tunjangan seumur hidup ini betul-betul tepat sasaran. Yang paling penting adalah masyakarat juga tidak lagi menjadikan para lansia, terutama mereka yang terlantar sebagai beban. Agar para lansia dapat menikmati taraf hidup dengan wajar. 2. Posyandu Lansia Posyandu lansia merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut. Pengertian usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60 tahun keatas. Sasaran Posyandu Lansia adalah:
1.

Sasaran langsung:
a) b) c)

Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun) Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)

2.

Sasaran tidak langsung


a) b) c)

Keluarga tempat usia lanjut berada Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut Masyarakat luas Tujuan Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk

mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksitensinya dalam strata kemasyarakatan sedang bagi lansia sendiri, kesadaran akan pentingnya bagi dirinya, keluarga dan masyarakat luas agar selama mungkin tetap mandiri dan berdaya guna.

17 Jenis Pelayanan kesehatan di posyandu lansia meliputi: kesehatan fisik dan mental emosional. Dengan menggunakan KMS, mencatat dan memantau kondisi kesehatan, mengetahui lebih awal penyakit atau ancaman/masalah kesehatan yang dihadapi dan perkembangannya. Tindakan yang dilakukan adalah :
1)

Pemeriksaan aktivitas harian (activity of daily living), meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan-minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air kecil dan besar.

2)

Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( bisa dilihat KMS usia lanjut)

3)

Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh

4)

Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan sfingnomanometer dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

5) 6)

Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli, atau Cuprisulfat. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adannya penyakit gula.

7)

Pemeriksaan protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.

8)

Pelaksanaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.

9)

Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.

10)

Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan Isu yang masih mungkin dihadapi keadaan geografi negara Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang terpencar-pencar, merupakan salah satu tantangan dalam upaya pembangunan nasional terutama dalam pembangunan kesehatan. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Selain itu pembangunan Kesehatan juga merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945 dan Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia. 3.2 Saran Mengingat banyaknya masalah gerontik yang dialami lansia diharapkan dengan dibentuknya puskesmas untuk lansia, lansia dapat memeriksakan dirinya agar mengetahui dari dini jenis penyakit yang diderita. Yang diharapkan agar dapat meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam keluarga. 18

DAFTAR PUSTAKA
Maryam, R siti.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. 2008. Jakarta: Salemba medika Situart dan Sundart. Keperawatan Medikal Bedah 1.2001. Jakarta: EGC Mubarak Wahid iqbal,dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. 2006. Jakarta: Sagung Seto http://qie30.wordpress.com/2009/05/07/tren-dan-isu-pelayanan-kesehatanlansia/ http://www.tegalkota.go.id/index.php/component/content/article/412-tahun2011-posyandu-lansia-harus-sudah-terbentuk.html http://kebijakansosial.wordpress.com/2010/02/11/2011-lansia-telantar-dapattunjangan-seumur-hidup/

You might also like