You are on page 1of 8

Pemberian Obat Melalui Telinga

Telinga
Telinga terdiri dari : 1. Telinga luar : o Daun telinga o Saluran telinga berupa corong 2. Telinga tengah : mulai dari gendang telinga sampai di tulang pendengaran. 3. Telinga dalam : berisi organ pendengar dan organ keseimbangan.

Gambar Anatomi Telinga Gangguan telinga Gangguan telinga paling sering dijumpai dengan gejala-gejala yang umum berupa rasa nyeri, gatal, keluar cairan, rasa ada tekanan dalam telinga, rasa panas atau kombinasi dan gejala-gejala tersebut. Secara umum gangguan telinga dapat terjadi pada:

Penyakit didalam telinga. Penyakit diluar telinga, misalnya penyakit atau kelainan pada daerah lidah, rahang bawah, orofaring, tonsil, atau sinus paranasalis.

Keadaan ini perlu diagnosa yang akurat sehingga memerlukan penanganan dokter. Pada umumnya gangguan telinga yang dapat diatasi dengan pengobatan sendiri adalah gangguan telinga luar berupa penumpukan serumen dan kemasukan benda asing.

Penumpukan serumen

Penumpukan serumen karena produksi kotoran telinga berlebihan yang tidak diimbangi dengan pengeluaran serumen. Pemumpukan serumen dapat dideteksi bila pada telinga mengalami gejala rasa nyeri, gatal dan pendengaran menurun. Penanggulangan penumpukan serumen adalah dengan mengeluarkan serumen dari telinga dengan bantuan alat atau obat yang tepat. Cara membersihkan telinga yang baik adalah;

Dengan menggunakan cotton bud (lidi berkapas) yang dicelup ke dalam cairan perhidrol (H202 3%) atau fenolgliserin. Untuk membersihkan penumpukan serumen dapat juga dengan meneteskan terlebih dahulu cairan perhidrol (H202 3%) atau fenolgliserin ke dalam liang telinga, tunggu beberapa saat kemudian dibersihkan dengan alat pembersih telinga yang ujungnya lunak.

Untuk pemilihan obat telinga yang tepat sesuai kebutuhan dan keluhan anda ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter THT. Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat telinga yang telah diresepkan dokter secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih dan beli obat telinga sesuai kebutuhan anda.

OBAT TELINGA
Obat telinga dapat terbagi menjadi : 1. Obat telinga sebagai antiseptik dan anti infeksi. Biasanya merupakan antibiotik seperti chlorampenikol, gentamisin, atau ofloxacin dengan tambahan penghilang sakit lokal (lidokain/benzokain). 2. Antiseptik telinga dengan kortikosteroid Pada kelompok obat telinga ini selain mengandung antibiotik dan penghilang sakit lokal juga ditambah kortikosteroid yang berfungsi untuk menghilangkan gejala alergi pada telinga. 3. Obat telinga lainnya Obat telinga ini diindikasikan untuk saluran telinga yang tersumbat oleh kotoran yang mengeras. Obat telinga ini dibuat dalam bentuk sediaan khusus untuk telinga dengan pembawa yang mudah menyebar ke dalam liang telinga. Bentuk kemasannya pun didesain khusus untuk mempermudah pemberian obat telinga. Semua obat telinga tidak boleh digunakan untuk jangka panjang karena bisa menimbulkan ototoksik, superinfeksi. Bila permasalahan telinga disebabkan oleh jamur/virus tidak boleh menggunakan obat telinga

yang mengandung antibiotik karena bisa menimbulkan superinfeksi. Selain itu antibu\iotik digunakan untuk infeksi oleh bakteri. Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis media), dapat berupa obat antibiotik.

Alat dan Bahan: 1. Obat dalam tempatnya. 2. Penetes. 3. Spekulum telinga. 4. Pinset anatomi dalam tempatnya. 5. Korentang dalam tempatnya. 6. Plester. 7. Kain kasa. 8. Kertas tisu. 9. Balutan. Prosedur Kerja: 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 3. Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien ke atas. 4. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas/ke belakang (pada orang dewasa), ke bawah pada anak. 5. Apabila obat berupa tetes, maka teteskan obat pada dinding mencegah terhalang oleh gelembung udara dengan jumlah dengan dosis. 6. Apabila berupa salep maka ambil kapas lidi dan oleskan masukkan atau oleskan pada liang telinga. 7. Pertahankan posisi kepala kurang lebih 2-3 menit. 8. Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu. 9. uci tangan. 10. Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian. Gambar:

Pemberian Obat Melalui Vagina

Vagina adalah saluran yang dindingnya dilapisi oleh membran mukosa dan membentang dari serviks uteri hingga valua dinding vagina normalnya berwarna merah mudah dan bebas dari rabas dan lesi.

Vagina harus terasa hangat dan lembab dengan dinding yang lembut. Terkadang vagina yang terasa tegang dapat berkaitan dengan rasa takut atau jaringan parut. Wanita yang menderita infeksi jamur, memiliki rabas yang kental, putih, berbau aneh dan seperti dadik. Pemberian obat melalui vagina adalah pemberian obat yang dilakukan dengan memasukkan obat melalui vagina. Obat yang dimasukkan pada umumnya bekerja secara lokal. Obat ini tersedia dalam bentuk krim, tablet yang dapat larut dengan perlahan ataupun dapat juga dalam bentuk salep dan supositoria. Pada pemberian obat secara vaginal, pasien harus minimal selama 1 jam tidur terlentang untuk menghindari obat itu mengalir keluar. Contoh pemberian obat pada penanganan pasien seperti adanya benda asing di dalam vagina dan pemberian prostaglandin untuk induksi persalinan. Contoh obat supositoria vagina : a. Flagil Supositoria b. Vagistin Supositoria c. Albotil Supositoria d. Mistatin Supositoria e. Tri Costatis Supositoria f. Neoginoksa Supositoria TUJUAN a. Untuk mendapatkan efek terapi obat b. Mengobati saluran vagina atau serviks, seperti : Mengurangi peradangan Mengobati infeksi pada vagina Menghilangkan nyeri, rasa terbakar, dan ketidaknyamanan INDIKASI Pembatasan mobilitas Adanya dehidrasi infeksi atau obstruksi persalinan Pengaruh suhu tubuh terhadap distribusi dan absorbsi obat. Penggunaan alat kontrasepsi KONTRADIKSI Perawat tidak boleh melakukan pemeriksaan vagina pada keadaan : a. Menstruasi b. Khusus pada pasien spartus antara lain - Perdarahan - Plasenta previa - Ketuban pecah dini - Persalinan praterm Obat tablet yang digunakan tidak dapat digunakan untuk peroral KELEBIHAN Obat cepat bereaksi

Efek yang ditimbulkan bersifat lokal KERUGIAN Dapat membangkitkan rasa malu Kesulitan dalam melakukan prosedur terhadap wanita lansia Setiap rabas yang keluar memungkinkan berbau busuk ALAT / BAHAN a. Obat dalam tempatnya b. Sarung tangan c. Kain kasa d. Kertas tisu e. Kapas suplimat dalam tempatnya f. Pengalas g. Korentang dalam tempatnya h. Bantalan perineum (bila perlu) PROSEDUR KERJA a. Cuci tangan b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan c. Gunakan sarung tangan d. Siapkan suplai e. Periksa identifikasi klien dan menanyakan nama klien f. Infeksi kondisi genetalia eksterna dan saluran vagina g. Kaji kemampuan klien menggunakan aplikator atau supositoria dan mengambil posisi saat obat dimasukkan h. Alur suplai di sisi tempat tidur i. Tutup gorden atau pintu kamar j. Bantu klien berbaring dalam posisi dorsal recumben k. Jaga abdomen dan ekstremitas bawah tetap tertutup l. Pastikan orifisium vagina disinari dengan baik oleh lampu kamar/lampu leher angsa (gcoseneck) m. Masukkan supositoria dengan tangan terbungkus sarung tangan (lihat gambar) n. Beri krim/sabun sesuai dengan petunjuk pada kemasan obat (lihat gambar) o. Lepas sarung tangan dengan menarik bagian dalam sarung tangan keluar dan buang ke dalam wadah yang tepat, cuci tangan p. Instruksikan klien untuk tetap berbaring terlentang selama sekurang-kurangnya 10 menit q. Apabila aplkator digunakan, cuci dengan sabun dan air hangat, bilas dan simpan untuk penggunaan selanjutnya r. Tawarkan klien pembalut perineum ketika ia mulai bergerak s. Inspeksi kondisi saluran vagina dan genetalia eksterna di antara pemberian obat t. Catat nama obat, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian obat pada catatan obat. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN a. Pemberian bentuk, rute dosis waktu yang tepat b. Simpankanlah obat supostoria padat pada tempatnya c. Minimalkan rasa malu klien d. Kurangi dan cegah penularan infeksi e. Jaga kenyamanan klien f. Pertahankan hygiene perineum g. Jaga privasi kerja

h. Hindarkan tindakan yang dapat menyebabkan pasien merasa sakit i. Perhatikan teknik septik dan aseptik j. Pemberian obat harus dalam posisi rekumben k. Menginformasikan kepada pasien tentang apa yang terjadi. Gambar:

Pemberian Obat melalui Anus/Rektum


Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar. Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal. Tujuan Pemberian a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik. b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan. Macam-Macam Obat Supositoria Pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac suppositoria yang berfungsi secara local untuk meringankan defekasi. Dan efek sistemik seperti pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat suppositoria ini diberikan tepat pada dinding rectal yang melewati sfinkter ani interna. Jika dikombinasikan dengan preparat obat oral, maka pada umumnya dosis perhari adalah 1 supositoria yang dimasukan ke dalam rectum. Jika tidak dikombinasikan, dosis lazim adalah 1 dosis 2 kali sehari. Contoh obat supositoria : a. Kaltrofen supositoria b. Profeid supositoria c. Ketoprofen supositoria d. Dulcolax supositoria e. Profiretrik supositoria f. Stesolid supositoria g. Boraginol supositoria

h. Tromos supositoria i. Propis supositoria j. Dumin supositoria Keuntungan Bisa mengobati secara bertahap. Kalau missal obat meinimbulkan kejang, atau panas reaksinya lebih cepat, dapat memberikan efek local dan sistemik. Contoh memberikan efek local dulcolax untuk meningkatkan defeksasi. Kerugian Sakit tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari pada IV. Kalau pemasangan obat tidak benar, obat akan keluar lagi. Tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami pembedahan rekrtal. Prosedur Pemberian Obat Suppositoria 1. Persiapan Alat a. Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria) b. Aplikator untuk krim vagina c. Pelumas untuk supositoria d. Sarung tangan sekali pakai e. Pembalut f. Handuk bersih g. Gorden / sampiran 2. Persiapan Pasien dan Lingkungan a. Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan. b. Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan. c. Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila perlu. d. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan. 3. Pelaksanaan a. Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan waktu, jumlah dan dosis obat. b. Siapkan klien Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya. Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien. Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja. c. Kenakan sarung tangan d. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatan dengan jeli, beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dan tangan dominan anda. e. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelaksasikan sfingterani. Mendorong supositoria melalui spinter yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri f. Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan jari telunjuk yang tersarungi, masukan supusitoria ke dalam anus melalui sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak. Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada kliennya di serap dan memberikan efek terapeutik g. Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan tisu. h. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit untuk mencegah keluarnya suppositoria i. Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases, letakan tombol pemanggil dalam

jangkauan klien agar klien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi j. Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar k. Cuci tangan l. Kaji respon klien m. Dokumentasikan seluruh tindakan.

You might also like