You are on page 1of 18

DERMATO THERAPI

PENDAHULUAN Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam macam cara, ialah : a. Topical b. Sistemik c. Intralesi Kalau cara pengobatan di atas belum memadai, maka masih dapat dipergunakan cara cara lain, yaitu : Radioterapi Sinarultraviolet Pengobatan Laser Krioterapi Bedah listrik Bedah scalpel

Dengan adanya kemajuan kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka pengobatan penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian ialah kemajuan dalam bidang pengobatan topical yang berupa perubahan dari cara pengobatan non spesifik dan empiric menjadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional. Maksud uraian ini ialah memperkenalkan banetuk dan cara pengobatan topical yang disesuaikan dengan keadaan penyakit kulit. PENGOBATAN TOPIKAL Kegunaan dan khasiat pengobatan topical didapat dari pengaruh fisik dan kimiawi obat obat yang diaplikasi di atas kulit yang sakit. Pengaruh fisik antara lain ialah mengeringkan, membasahi ( hidrasi ), melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan, dan melindungi ( proteksi ) dari pengaruh buruk dari luar. Semua hal itu bermaksud untuk mengadakan hpmeostasis, yaitu mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan di sekitarnya ke keadaan fisiologik stabil secepat cepatnya. Di samping itu untuk menghilangkan gejala gejala yang mengganggu, misalnya rasa gatal dan panas. Cara pengobatan pada jaman dulu terutama ditujukan kepada efek fisik terhadap kulit yang sakit.

Dalam jangka waktu 20 tahun terakhir ini telah dikembangkan preparat preparat topical yang mempunyai khasiat kimiawi yang spesifik terhadap organism di kulit atau terhadap kulit itu sendiri. Secara ideal maka pemberian obat topical harus berkhasiat fisis maupun kimiawi. Kalau obat topical di gunakan secara rasional, maka hasilnya juga optimal, sebaliknya kalau digunakan secara salah obat topical menjadi tidak afekktif dapat menyebabkan penyakit iatrogenic. Prinsip obat topical secara umum terdiri atas 2 bagian : Bahan dasar ( vehikulum ) Bahan aktif

BAHAN DASAR ( VEHIKULUM ) Memilih bahan dasar ( vehikulum ) obat topical merupakan langkah awal dan terpenting yang harus diambil dalam pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai pegangan ialah pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan dasar yang membasah dipakai bahan dasar yang cair/basah, misalnya kompres : dan pada keadaan kering dipakai bahan dasar padat/kering, misalnya salep. Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi : 1. Cairan 2. Bedak 3. Salap Di samping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu : 4. Bedak kocok ( lotion ), yaitu campuran cairan dan bedak. 5. Krim, yaitu campuran cairan dan salap 6. Pasta, yaitu campuran salap dan bedak 7. Linimen ( pasta pendingin ), yaitu campuran, cairan, bedak, dan salap. Cairan Cairan terdiri atas : a. Solusio artinya larutan dalam air b. Tingtura artinya larutan dalam alcohol Solusio dibagi dalam : 1. Kompres 2. Rendam ( bath ), misalnya rendam kaki, rendam tangan 3. Mandi ( fullbath )

Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari debris ( pus, krusta dan sebagainya ) dan sisa sisa obat topical yang pernah dipakai. Disamping itu terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustule. Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parastesi oleh bermacam macam dermatosis. Harus diingat bahwapengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering. Jadi pengobatan cairan harus di pantau secara teliti, kalau keadaan sudah mulai kering pemakainnya di kurangi dan kalau perlu di hentikan untuk diganti dengan bentuk pengobatan lainya. Cara kompres lebih di sukai dari pada cara rendam dan mandi, karena pada kompres terdapat pendingin dengan adanya penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses maserasi. Bahan aktif yang dipakai dalam kompres ialah biasanya bersifat astringen dan antimicrobial. Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein. Dikenal dua macam cara kompres, yaitu : a. Kompres terbuka Dasar Penguapan cairan kompres disusul oleh absorbs eksudat atau pus. Indikasi Dermatosis madidans Infeksi kulit dengan eritema yang mencolok, misalnya erisepelas Ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta.

Efek pada kulit Kulit yang semula eksudative menjadi kering Permukaan kulit mnejadi dingin Vasokontriksi Eritema berkurang

Cara Digunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi serta tidak terlalu tebal ( 3 lapis ). Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril dan jangan menggunakan kapas karena lekat dan menghambat penguapan.
3

Kasa dicelup ke dalam cairan kompres, diperas, lalu di balutkan dan didiamkan, biasanya sehari dua kali selama 3 jam. Hendaknya jangan sampai terjadi maserasi. Bila kering dibasahkan lagi. Daerah yang di kompres luasnya 1/3 bagian tubuh agar tidak terjadi pendinginan. b. Kompres tertutup Sinonim Kompres impermeable Dasar Vasodilatasi, bukan untuk penguapan. Indikasi Kelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium. Cara Digunakan pembalut tebal dan di tutup dengan bahan impermeable, misalnya selofan atau plastic.

Bedak Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali. Efek bedak ialah : Mendinginkan Antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokontriksi Antipruritus lemah Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat ( intertrigo ) Proteksi mekanis

Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah talcum venetum. Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, sebab zat ini bersifat mengabsorbsi air dan sebum, astringen, antiseptic lemah dan antipruritus lemah. Indikasi pemberian bedak ialah : Dermatosis yang kering dan superficial Mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah, misalnya pada varicela dan herpes zoster.
4

Kontraindikasi Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder. Salap Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak. Indikasi pemberian salap ialah : Dermatosis yang kering dan kronik Dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat jika dibandingkan dengan bahan dasar lainya. Dermatosis yang bersisik dan berkrusta

Kontraindikasi ialah : dermatitis madidans, jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang berambut, penggunaan salaptidak dianjurkan dan salap jangan dipakai di seluruh tubuh. Bedak kocok Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak, yang biasanya di tambah dengan glliserin sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu kental dan cepat emnjadi kering, maka jumlah zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10 15%. Hal ini berarti bila beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka persentase tersebut jangan dilampaui. Indikasi bedak kocok ialah : Dermatosis yang kering, superficial dan agak luas, yang diinginkan ialah sedikit penetrasi. Pada keadaan subakut

Kontraindikasi : Krim Krim krim ialah campuran W ( water, air ), O ( oil, minyak ) dan emulgator. Krim ada dua jenis : Krim W/O : air merupakan fase dalam dan minyak fase luar. Krim O/W : minyak merupakan fase dalam dan air fase luar. Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya ditambah bahan pengawet, misalnya parabean dan juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat di masukan di dalam krim.
5

Dermatitis madidans Daerah badan yang berambut

Indikasi penggunaan krim ialah : Indikasi kosmetik Dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih besar daripada bedak kocok. Pasta Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif dan mengeringakan. Indikasi pengguanaan pasta ialah dermatosis yang agak basah. Kontraindikasi : dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital eksterna dan lipatan lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat. Linimen Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak dan salap. Indikasi : dermatosis yang subakut Kontraindikasi : dermatosis madidans Gel Ada vehikkulum lain yang tidak termasuk dalam bagan vehikulum ialah gel Gel ialah sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa suspense yang dibuat dari senyawa organic. Zat untuk membuat gel diantaranya ialah karbomer, metilselulosa dan tragakan. Bila zat zat tersebut dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu akan terbentuk gel. Karbomer akan emmbuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel segera mencair, jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorbs per kutan lebih baik daripada krim. Krim boleh digunakan di daerah yang berambut. Kontraindikasi ialah dermatitis madidans.

BAHAN AKTIF Memilih obat topical selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang dimaksudkan ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk pengobatan topical. Khasiat bahan aktif topical dipengaruhi oleh keadaan fisiko kimia permukaan kulit, disamping komposisi formulasi zat yang dipakai.
6

Di dalam resep harus ada bahan aktif dan vehikulum. Bahan aktif dapat berinteraksi satu sama lain. Yang penting ialah, apakah bahan yang kita campurkan itu dapat tercampurkan atau tidak, sebab ada obat/zat yang sifatnya O.T.T ( obat tidak tercampurkan ) Asam salisilat misalnya dapat dicampur dengan asam lainya, contohnya asam benzoate atau denga ter, resorsinol tidak tercampur dengan yodium, garam, besi atau bahan yang bersifat oksidator. Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oelh beberapa faktor, termasuk konsentrasi obat, kelarutanya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas dan efek vehikulum terhadap kulit. Bahan aktif yang digunakan di antaranya ialah : Aluminium asetat Contohnya ialah larutan Burowi yang mengandung alumunium asetat 5%. Efeknya ialah astrinen dan antiseptic ringan. Asam asetat Diapkai sebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat antiseptic untuk infeksi pseudomonas. Asam benzoate Mempunyai sifat antiseptic terutama fungisidal. Asam borat Konsentrasinya 3% tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres atau dalam salap berhubung untuk antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat toksik, terutama pada kelalinan yang luas dan erosive terlebih lebih pada bayi. Asam salisilat Merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan topical. Efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu. Pada konsentrasi yang rendah ( 1-2% ) mempunyai efek keratoplastik, yaitu menunjang pembentukan keratin yang baru. Pada konsentrasi yang tinggi ( 3-20% ) bersifat keratolitik dan dipakai untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratolitik. Pada konsentrasi yang sangat tinggi ( 40% ) dipakai untuk kelainan kelainan yang dalam, misalnya kalus dan veruka plantaris. Asam salisil dalam konsentrasi 1 % dipakai sebagai

kompres, bersifat antiseptic. Penggunaanya, misalnya untuk dermatitis eksudatif, asam salisilat 3% - 5% juga bersifat mempertinggi absorbsi per kutan zat zat aktif. Asam undersilenat Bersifat antimitotik dengan knsentrasi 5% salap atau krim. Dicampur dengan garam seng 20% Asam vit.A ( tretonin,asam retinoat ) Efek : memeperbaiki keratinisasi menjadi normal jika terjadi gangguan, meningkatkan sintesis D.N.A dalam epithelium germinatif, meningkatkan laju mitosis, menebalkan staratum granulosum, menormalkan parakeratosis. Indikasi : penyakit dengan sumbatan folikular, penyakit dengan hiperkertaosis, pada proses menua kulit akibat sinar matahari Benzokain Bersifat anastesia Benzyl benzoate Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan sebagai emulsi dengan konsentrasi 20% dan 25%. Camphor Konsentrasinya 1-2%. Bersifat anti pruritus berdasarkan penguapan zat tersebut sehingga terjadi pendinginan. Dapat dimasukan ke dalam bedak atau bedak kocok yang mengandung alcohol agar dapat larut. Juga dapat di pakai dalam salap dank rim. Kortikosteroid topical Mempunyai khasiat yang sangat luas, yaitu : anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti mitotic, dan vasokontriksi. Zat zat ini pada konsentrasi 0.025% sampai 0.1% memberikan pengaruh anti inflamasi yang kuat, yang termasuk dalam golongan ini ialah : betametason valerat, betametason benzoate, fluinolon, setonid dan triamnisolon asetonid. Penggolongan Kortikosteroid topical dibagi menjadi 7 golongan besat, diantaranya berdasarkan antiinflamasi dan anti mitotic. Golongan 1 yang paling kuat daya anti inflamasinya dan anti mitotiknya ( superpoten ). Sebaliknya golongan VII yang terlemah ( potensi lemah ).

Indikasi K.T. dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu penyakit kulit ( MARKS,1985 ). Harus selalu diingat bahwa K.T bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal. Dermatosis yang responsive dengan K.T, ialah : psoriasis, dermatitis atopic, neurodermatitis sirkumkripta, dermatitis numularis, dermatitis stasis, dermatitis venenata, dermatitis interginosa dan dermatitis solaris ( fotodermatitis ). Dermatosis yang kurang responsive ialah lupus eritematous discoid, psoriasis di telapak tangan dan kaki, nekrobiosis lipoidika, sarkoidosis, liken planus, pemfigoid, eksantem fikstum. Dermatosis yang responsive dengan kortikosteroid intralesi ialah keloid, jaringan parut hipertrofik, alopesia areata, akne berkrista, prurigo nodularis, morfea, dermatitis dengan likenifikasi, liken amiloidosis dan vitiligo Di samping K.T tersebet ada pula kortikosteroid yang di suntikan intralesi, misalnya triamnisolon asetonid.

Pemilihan jenis K.T Dipilih K.T yang sesuai, aman, efek samping sedikit dan harga murah : disamping itu ada beberapa faktor yang perlu di pertimbangkan, yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, luas/tidaknya lesi, dalam/dakangkalnya lesi, dan lokallisasi lesi. Perlu juga di pertimbangkan umur penderita.

Aplikasi klinis a. Cara aplikasi Pada umumnya dianjurkan pemakaian salap 2-3x/hari sampai penyakit tersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis, ialah menurunya respon kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang ulang. : berupa toleransi akut yang berarti efek vasokontriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan beberapa hari efek vasokontriksi akan timbul lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan. b. Lama pemakaian steroid topical
9

Lama pemakain steroid topical sebaiknya tidak lebih dari 4 6 minggu untuk steroid potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat. Efek samping Efek samping terjadi bila : Penggunaaan K.T yang lama dan berlebihan, penggunaan K.T dengan potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan secara oksklusif. Harus diingat bahwa makin tinggi potensi K.T, makin cepat terjadinya efek samping.

Gejala efek samping Atrofi Striae atrofise Telangiketasis Purpura Dermatosis akneformis. Hyperkeratosis setempat Hipopigmentasi Dermatitis perioral Menghambat penyembuhan ulkus Infeksi mudah terjadi dan meluas Gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur

Pencegahan efek samping Efek samping jarang sekali terjadi, agar aman dosis yang dianjurkan ialah, jangan melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi. Pada bayi kulit masih tipis, hendaknya di pakai K.T yang lemah. Pada kelainan sub akut digunakan K.T sedang. Jika kelainan kronis dan tebal dipakai K.T kuat. Bila telah membaik pengolasan dikurangi, yang semula dua kali sehari menjadi sehari sekali untuk mencegah efek samping. Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan melebihi 12 jam sehari dan pemakainan terbatas pada lesi yang resisiten. Pada daerah lipatan ( inguinal , ketiak ) dan wajah digunakan K.T lemah/sedang. K.T jangan digunakan untuk infeksi bacterial, infeksi mikotik, infeksi virus dan scabies.
10

Disekitar mata hendaknya berhati hati untuk menghindari timbulnya glaukoma dan katarak Terapi intralesi dibatasi 1 mg pada satu tempat, sedangkan dosis maksimum perkali 10 mg. Mentol Bersifat antipruritik seperti campora. Pemakainanya seperti pada campora, konsentrasinya - 2% Pedofilin Dammar pedofilin digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai tingtur untuk kondiloma akuminata. Setelah 4-6 jam hendaknya di cuci. Selenium disulfide Digunakan sebagai sampo 1% untuk dermatitis seboroik pada kepala dan tinea versikolor. Kemungkinan terjadinya efek toksik rendah. Sulfur Merupakan unsur yang telah digunakan selama berabad abad dalam dermatologi. Bersifat antiseboroik, anti-akne, anti scabies, antibakteri positif, gram dan anti jamur. Ter Preparat golongan ini di dapat sebagai hasil destilasi kering dari batubara kayu dan fosil. Preparat ter yang kami gunakan ialah likuor karbonis detergens karena tidak berwarna hitam seperti yang lain dan tidak begitu berbau. Konsentrasinya 2-5%. Efeknya antipruritus, anti radang, anti ekzem, anti kantosis keratoplastik, dapat digunakan untuk psoriasis dan dermatitis kronik dan salap. Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, hari 1 : kepala dan ekstremitas atas, hari II : batang tubuh dan hari III ekstremitas bawah. Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu diperhatikan adanya reaksi fototoksik, pada ter yang berasal dari batubara dapat juga terjadi folikulitis dan ter akne. Eek karsinogen ter batubara dapat terjadi pada pemakain yang lama. Pada pemakain dalam waktu yang singkat efek samping ini tidak pernah terjadi. Tiosulfas natrikus Kristal mudah larut dalam air. Bersifat antimikotik untuk tinea versikolor dengan larutan 25% Urea
11

Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat dipakai untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan protein. Zat antiseptic Zat ini bersifat atau/dan bakteriostatik. Golongan : Alcohol Fenol Halogen Zat zat pengoksidasi Senyawa logam berat Zat warna

a. Golongan alcohol Etanol 70% mempunyai potensi antiseptic yang optimal. Efek sampingya menyebabkan kulit menjadi kering. b. Golongan fenol Fenol : pada konsentrasi tinggi, misalnya fenol likuifaktum yang berkonsentrasi jenuh mempunyai efek kaustik, sedangkan pada konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan anti pruritik ( -1% ) Timol : bersifat desinfektan pada konsentrasi 0.5% dalam bentuk tingtur. Resorsinol : efek ialah antibacterial, antimikotik, keratolitik, antiseboroik, konsentrasi 23% Heksaklorofen : senyawa ini mengandung klor. Bersifat bakteriostatik.

c. Golongan halogen Yodium. Bersifat bakteriostatik. d. Zat pengoksidasi Zat oengoksidasi dioakai sebagai desinfektan pada dermatoterapi topical. Permangasnas kallkus Zat ini mempunyai efek antiseptic lemah dalam larutan encer dalam air. Benzoll-peroksid Zat ini merupakan zat pengoksidasi kuat pada konsentrasi 2.5% - 10%. Bersifat antiseptic, merangsang jaringan dranulasi dan bersifat keratoplastik.
12

e. Senyawa logam berat 1. Merkuri 2. Perak Larutan perak nitrat Sulfadiazine perak

f. Zat warna Zat warna masih sering dipakai dalam pengobatan topical. Efeknya ialah astringen dan antiseptic. Misalnya : Zat warna akridin, umpamanya ekridin laktat ( rivanol ) di pakai untuk kompres dengan konsentrasi 1 %.

13

MIKROBIOLOGI KULIT
PENDAHULUAN Kulit manusia tidak bebas hama ( steril ). Kulit steril hanya di dapatkan pada waktu yang sangat singkat setelah lahir. Bahwa kulit manusia tidak steril mudah dimengerti oleh karena permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan ( nutrisi ) untuk pertumbuhan organism, anatara lain lemak, bahan bahan yang mengandung nitrogen, mineral dan alin lain yang merupakan hasil tambahan proses keratinisasi atau yang merupakan hasil apendiks kulit. Mengenai hubunganya dengan manusia, bakteri dapat bertindak sebagai : parasit yang dapat menimbulkan penyakit atau sebagai komensal yang merupakan flora normal

PATOGENESIS DAN VIRULENSI Spseises bakteri yang menimbulkan penyakit dianggap sebagai pathogen. Pathogenesis atau sifat pathogen merupakan istilah yang relative dan bakteri merupakan frekuensi untuk menimbulkan penyakit snagat berbeda. Organism dengan patogenitas rendah seringakali tidak menimbulkan penyakit. Organism dengan patogenitas tinggi atau pathogen habitual umumnya berasosiasi dengan penyakit. Pathogen opurtunistik ialah organism non pathogen yang dapat menimbulkan infeksi pada hospes dengan debilitas atau hoepes yang mempunyai presdiposisi. Pembawa kuman atau carrier ialah hospes yang mengandung bakteri pathogen, tanpa adanya penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri tersebut. Istilah virulensi dipakai untuk melukiskan perbedaan galur ( strain ) dalam suatu spesies pathogen dan mencakup semua bahan bahan di dalam organism tersebut yang dapat menyebabkan kuman atau menimbulkan penyakit pada hospes yang baru. KOLONISASI Bakteri yang mengontaminasi kulit dapat hidup dan bermultiplikasi disebut kolonisasi dan kemudian dapat menimbulkan penyakit infeksi. Kolonisasi berbeda dari infeksi, yakni pada kolonisasi hospes tidak member respons dan dengan demikian pada kolonisasi juga tidak di dapatkan kenaikan titer antibody. Frekuensi kontaminasi menimbulkan kolonisasi dan kolonisasi menimbulkan penyakit infeksi bergantung pada : virulensi organism
14

besarnya inokulasi tempat masuk kuman pertahan atau imunitas hospes

PATOGENESIS INFEKSI Sifat respons inflamasi kulit terhadap bakteri tertentu, di samping bergantung pada banyaknya bakteri yang masuk ke dalam kulit ( inokulasi kulit ) juga bergantung pada cara bakteri tersebut mencapai daerah yang bersangkautan. Dinding pembuluh darah sering merupakan tempat utama kelainan kulit pada penyebaran infeksi. Manifestasi permulaan berupa perdarahan atau thrombosis disertai infark. Kemudian diikuti reaksi selular akibat inokulasi bakteri ke dalam kulit, lalu timbul inflamasi setempat dan supurasi. Hal ini dapat menimbulkan penyebaran sistemik. Ada bakteri bakteri tertentu yang dapat menimbulkana bakteremia atau lesi jauh tanpa menimbulkan respons inflamasi yang jelas pada tempat masuk kuman ( port D entre ) PERTAHANAN KULIT 1. keadaan kering kulit mempunyai perlindungan yang kering dan secara mekanik terhadap kontamiknasi organism dengan jalan deskuamasi 2. mekanisme kimiawi asam asam lemak berantai karbon yang tidak jenuh terbentuk di permukaan kulit sebagai hasil pemecahan ester ester sebum oleh flora komensal. 3. Fenomen interferensi bakteri Fenomen ini ialah pengaruh supresif bakteri atau galur bakteri terhadap kolonisasi bakteri lainya. 4. Bakteri normal di kulit Adanya bakteri tersebut menghasilkan antibiotic yang dapat menghambat mikroorganisme lainnya.

FLORA NORMAL KULIT Price pada tahun 1938 membedakan flora transien dan flora residen. Flora transien teridir atas organism yang sangat beraneka ragam, dapat bersifat pathogen atau non pathogen, yang tiba
15

di permukaan kulit. Flora transien lebih mudah di hilangkan dari kulit normal dengan desinfektan. Flora residen terdiri atas sejumlah kecil jenis mikroorganisme yang memperbanyak diri di permukaan kulit. Hampir ada pada individu normal, berupa organisme non pathogen dan tidak mudah menghilang dengan hapusan. Flora residen Non pathogen Sebagai organism yang stabil di permukaan kulit Dapat mempertahankan diri dari tekanan kompetisi oleh organism lainya yang secara kintinyu mengontamnasi permukaan kulit. Tidak mudah dihilangkan dengan cara menghapus Jenis organismenya sangat kecil.

Flora transien Pathogen atau non pathogen Bukan merupakan organism yang secara teratur terdapa di permukaan kulit. Tidak dapat mempertahnakan dirinya secara tetap pada kulit normal. Tidak dapat emmperbanyak diri Mudah dihilangkan dari kulit normal denngan cara menghapus atau dengan desinfektan. Jenis organismenya sangat banyak

FLORA RESIDEN Flora residen yang tersering ialah : Micrococcaceae Crynebacterium acnes Aerobic diphteroids

Klasifikasi system Baird Parker ( 1963 ) : Berdasarkan kemampuan membentuk asam dari glukosa dalam kondisi anaerobic. Micrococcus Tipe M1 dan M2 : sering ditemukan di daerah intertriginosa Tipe M3 : dominan pada kulit kepala dewasa

16

Tipe M7 : sering disebut Sarcina lutea, lebih sering ditemukan pada kulit normal daripada dermatitis

Corynebacteria Aerobic diptheroids merupakan anggota genus Corynebacterium yang non pathogen. Organism ini berbentuk batang positif gram. Anaerobic diptheroid Contohnya antara lain ialah corynebacterium acnes, merupakan flora residen di kulit, terutama di folikel, yakni tempat tempat yang banyak sekresi sebum. Jumlahnya akan bertambah banyka setelah akil balik. Organism ini bertangguang jawab sebagian besar sebum lipolisis di dalam kanal folikel. Organisme negative gram Flora residen lainya ialah Esherichia coli, pseudomonal aeruginosa dan organism grup Mima-Herella. FLORA TRANSIEN Flora transien terdiri atas : Organism aerobic yang membentuk spora Streptococcus Neisseria Basil negative gram yang berasal dari daerah intertriginosa dapat menjadi flora transien di tempat lain.

FAKTOR MODIFIKASI Pantang mandi tidak meningkatkan jumlah organism Musim rupanya hanya berpengaruh sedikit pada jumlah organism. Penambahan hidrasi akan meningkatkan flora total. Mula mula Staphylococcus dan Micrococci yang predominan, tetapi kemudian diptheroid dan bentuk negative gram yang lebih banyak LOKALISASI FLORA BAKTERI Mayoritas organism aerobic terdapat di permukaan lapisan terluar stratum korneum, juga banyak ditemukan organism pada infundibulum folikel rambut. Organism aneronik terdapat

17

dalam jumlah besar pada sebum yang disekresikan dan mungkin pada bagian dalam folikel pilosebaseus. PERANAN FLORA NORMAL Yang terpenting ialah sebagai pertahanan terhdap infeksi bakteri, dengan jalan interferensi bakteri. Memproduksi asam lemak bebas

FLORA PADA ORIFISIUM TUBUH Meatus Meatus auditorium eksternum Disamping Micrococci dan diptheroid juga terdapat basil tahan asam yang non pathogen. Vestibulum nasi Organism yang tersering diisolasi ialah Micrococci dan diptheroid. Uretra Micrococci dan diptheroid biasanya terdapat dalam jumlah kecil Vulva Organism aerobic, termasuk diptheroid, Micrococci, enterecocci dan coliform banyak di temukan pada vulva. Umbilikus Umbilicus bayi biasanya dikolonisaso oleh Staphylococcus aureus segera setelah lahir.

18

You might also like